You are on page 1of 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ISPA 2.1.

1 Pengertian ISPA Istilah ISPA yang merupakan singkatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam Lokakarya Nasional ISPA di Cipanas. Istilah ini merupakan padanan istilah Inggris Accute Respiratory Infections disingkat ARI. Dalam lokakarya ISPA I tersebut ada dua pendapat, pendapat pertama memilih istilah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) dan pendapat kedua memilih istilah ISNA (Infeksi Saluran Nafas Akut). Pada akhir lokakarya diputuskan untuk memilih ISPA dan istilah ini pula yang dipakai hingga sekarang (Depkes RI, 1996:2). Istilah ISPA mengandung tiga unsur, yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut. Pengertian atau batasan masing-masing unsur adalah sebagai berikut: 1) Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. 2) Saluran pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

Dengan demikian ISPA secara otomatis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini maka jaringan paruparu termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract). 3) Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari ini. Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa

penyakit yang dapat digolongakan ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (Depkes RI, 1996:3). Pneumonia adalah proses akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronkus. 2.1.2 Etiologi ISPA Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain. 2.1.3 Klasifikasi ISPA Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2bulan dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun. 2.1.3.1 Golongan Umur Kurang 2 Bulan 2.1.3.2.1 Pneumonia Berat Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 6x per menit atau lebih. 2.1.3.2.2 Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa) Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat. Tanda Bahaya untuk golongan umur kurang 2 bulan, yaitu: 1) kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari volume yang biasa diminum)

2) kejang 3) kesadaran menurun 4) stridor 5) wheezing 6) demam/ dingin. 2.1.3.2 Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun 2.1.3.2.1 Pneumonia Berat Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak menangis atau meronta). 2.1.3.2.2 Pneumonia Sedang Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah: 1) Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih 2) Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih. 2.1.3.2.3 Bukan Pneumonia Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat. Tanda Bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun yaitu: 1) tidak bisa minum 2) kejang 3) kesadaran menurun 4) stridor 5) gizi buruk (Depkes RI, 1996:5). 2.1.4 Gejala ISPA 2.1.4.1 Gejala dari ISPA Ringan

Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut: 1) Batuk 2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal pada waktu berbicara atau menangis). 3) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung. 4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi anak diraba. 2.1.4.2 Gejala dari ISPA Sedang Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut: 1) Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu tahun atau lebih. Cara menghitung pernafasan ialah dengan menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit. Untuk menghitung dapat digunakan arloji. 2) Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer). 3) Tenggorokan berwarna merah. 4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak. 5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga. 6) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur). 7) Pernafasan berbunyi menciut-ciut. 2.1.4.3 Gejala dari ISPA Berat Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:

1) Bibir atau kulit membiru. 2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernafas. 3) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun. 4) Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak gelisah. 5) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas. 6) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba. 7) Tenggorokan berwarna merah. 2.1.5 Penularan ISPA Kuman penyakit ISPA ditularkan dari penderita ke orang lain melalui udara pernapasan atau percikan ludah penderita. Pada prinsipnya kuman ISPA yang ada di udara terhisap oleh pejamu baru dan masuk ke seluruh saluran pernafasan. Dari saluran pernafasan kuman menyebar ke seluruh tubuh apabila orang yang terinfeksi ini rentan, maka ia akan terkena ISPA (Depkes RI, 1996:6). 2.2 ASI 2.2.1 Pengertian ASI Pengertian harfiah dari Air Susu Ibu (ASI) diartikan sebagai susu yang dihasilkan atau keluar dari payudara seorang wanita (ibu) yang baru melahirkan. Secara biologis setiap perempuan mampu menghasilkan ASI untuk kebutuhan bayinya, prosentasenya sebesar 99% hanya 1 % yang tidak mampu menyusui karena kerusakan di kelenjar susu. Tapi itu pun separuh masih dapat memberikan ASI setelah kerusakan pada kelenjar itu diobati (Suheimi, 1997). Yang dimaksud dengan ASI eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa diberikan makanan

tambahan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, dan bubur nasi. Dan dapat dilanjutkan sampai di bawah 5 tahun. ASI ini memiliki berbagai keunggulan dan manfaat seperti: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologis, aspek kecerdasan, aspek neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan (Danuatmaja, 2003). 2.2.2 Cara Pemberian ASI Pemberian ASI eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 6 bulan, setelah itu bayi diperkenalkan dengan makanan tambahan. Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian ASI eksklusif serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat. Begitu pula dengan perawatan payudara yang baik, ibu tidak perlu khawatir bentuk payudaranya akan berubah sehingga kurang menarik. Juga dengan perawatan payudara yang baik puting susu tidak lecet sewaktu dihisap bayi (Danuatmaja, 2003). Hal-hal yang perlu diketahui dalam pemberian ASI adalah: a) ASI adalah minuman yang paling sesuai, bersih dan bebas kuman, bergizi dan murah untuk bayi, b) ASI merupakan hak setiap bayi untuk memperolehnya dan kewajiban setiap ibu untuk memberikannya, c) ASI mengandung antibodi yang mneningkatkan daya tahan tubuh bayi terhadap penyakit, d) produksi ASI akan semakin banyak apabila bayi lebih sering menetek dan setiap kali dikosongkan. Untuk menjaga produksi ASI, apabila tidak

memungkinkan untuk menyusui secara langsung, peras ASI dan kosongkan ASI secara berkala, e) proses menyusui sangat baik untuk perkembangan jiwa dan hubungan batin antar ibu dan anak, dan
f) bagi ibu yang bekerja dan memberikan ASI selama cuti, tidak disarankan

untuk melatih bayi minum dari botol terlalu dini (Depkes RI, 1997). Menurut Roesli (2000), pemberian air susu ibu secara eksklusif (tanpa ada pemberian makanan lain) pada bayi usia antara nol bulan sampai enam bulan, akan mampu meningkatkan daya tahan tubuh bayi dan peningkatan daya kecerdasannya, karena ASI memang mengandung sekitar 2.000 zat makanan dan klostrum, sehingga membuat anank memiliki daya tahan tubuh secara sehat dan cerdas. Ibu harus memberikan ASI secara eksklusif karena ASI mengandung zat antibodi yang aman dan tidak ditemukan dalam makanan lain sehingga mampu meningkatkan daya tahan tubuh dari tertularnya penyakit dan menumbuhkan selsel otak yang merangsang tingkat kecerdasan. Selain itu, penggunaan ASI secara eksklusif mampumenghemat pengeluaran anggaran pemberian susu formula yang sat ini harganya masih cukup mahal, mahalnya susu formula tersebut, di antaranya karena para prfodusen sekarang semakin berlomba untuk menjadikan produksinya mendekati dan menyamai khasiat ASI. Misalnya dengan penambahan unsur-unsur yang terdapat dalam ASI, seperti DHA yang menambah kecerdasan anak, dan lain-lainnya (Roesli, 2000). 2.2.3 Manfaat ASI

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal, berkomposisi seimbang, dan secara alami disesuaikan dengan kebutuhan masa pertumbuhan bayi maupun balita. ASI adalah merupakan makanan bayi maupun balita yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan melaksanakan manajemen laktasi secara baik, ASI sebagai makanan tunggal akan mencukupi kebutuhan tumbuh bayi hingga usia enam bulan. Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah lahir. Badan bayi sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada waktu berusia sekitar 9 sampai 12 bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi maupun balita itu sendiri (Suraatmaja, 2000). ASI yang pertama kali keluar disebuty kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang (mature). Zat kekebalan yang terdapat pada ASI atara lain akan melindungi bayi maupun balita dari penyakit diare (Roesli, 2000). Suatu kenyataan bahwa mortalitas (angka kematian) dan morbiditas (angka terkena penyakit) pada bayi maupun balita ASI eksklusif jauh lebih rendah disbanding dengan bayi maupun balita yang tidak mendapatkan ASI. Anak yang sehat tentu akan lebih berkembang kepandaiannya atau kecerdasannya disbanding anak yang sering sakit terutama bila sakitnya berat (Roesli, 2000). Bayi maupun baliota yang sering berada dalam dekapan ibunya karena menyusui, dapat merasakan kasih sayang ibu dan mendapatkan rasa aman,

tenteram dan terlindung. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang menjadi dasar perkembangan emosi bayi, yang kemudian membentuk kepribadian anak menjadi baik dan penuh percaya diri. 2.3 Tindakan Pemberian ASI Menurut Notoatmodjo (2005) tindakan adalah gerakan/perbuatan dari tubuh setelah mendapatkan rangsangan ataupun aptasi dari tubuh maupun luar tubuh atau lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Secara logis sikap akan dicerminkan dalam bentuk tindakan namun tidak dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang sistematis. Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu tindakan diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor pendukung dari berbagai pihak (Notoatmodjo, 2005). Tindakan terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 1993).
1. Persepsi (perception) diartikan mengenal dan memilih berbagai objek

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.


2. Repon terpimpin (guided response) diartikan sebagai suatu urutan

yang benar sesuai dengan contoh.


3. Mekanisme (mechanism) diartikan apabila seseorang telah dapat

melakukan sesuatu dengan benar secara optimis atau sesuatu itu merupakan kebiasaan.

4. Adaptasi (adaptation) diartikan sebagai suatu praktek atau tindakan

yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi keberadaan tindakan tersebut. Menurut Maas (2004), walaupun pada masyarakat tradisional pemberian ASI bukan merupakan permasalahan yang besar karena pada umumnya ibu memberikan bayinya ASI, namun yang menjadi permasalahan adalah pola pemberian ASi yang tidak sesuai dengan konsep medis sehingga menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan pertumbuhan bayi maupun balita. Di samping pola pemberian yang salah, kualitas ASI juga kurang. Hal ini disebabkan banyaknya pantangan terhadap makanan yang dikonsumsi si ibu baik pada saat hamil maupun sesudah melahirkan. 2.4 Kerangka Konseptual Berdasarkan dari uraian di atas, maka kerangka konsep yang diambil dalam penelitian ini adalah:

Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif Pemberian ASI Non Eksklusif

ISPA

Keterangan: : Yang diteliti : Yang tidak diteliti Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan Antara Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian ISPA Pada Balita.

2.5 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian yang diambil dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Ada Hubungan antara Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian ISPA

Pada Balita.
2. Ada Hubungan antara Pemberian Asi Non Eksklusif Dengan Kejadian

ISPA Pada Balita.

You might also like