You are on page 1of 14

Pelatihan Pasukan Muslim di Masa Perang Salib. Bag.

01

Tentara Muslim Pelatihan Pasukan Muslim di masa Perang Salib Standar kemampuan militer telah merosot pada pertengahan abad ke-11 dan masa Perang Salib merupakan masa tentara Muslim Timur Tengah berjuang keras untuk mendapatkan kembali profesionalisme dan semangat tinggi yang telah hilang. Meskipun demikian, jelas bahwa tradisi pelatihan kendali medan tempur dan taktik - secara teoritis jika bukan secara praktik jauh lebih maju daripada tradisi yang ada di Eropa. Keahlian militer dasar faris dikenal sebagai furusiyyah, konsep yang juga mengandung aspek "keksatriaan" (keberanian semata-mata dikenal sebagai syuja'ah). Pada abad ke-9, furusiyyah mencakup keahlian naik ke punggung kuda tanpa bantuan sanggurdi, kemampuan menunggang kuda secara umum, polo, memanah sasaran yang diam dan bergerak, dan mungkin penggunaan senjata lainnya. Elite militer zaman Perang Salib juga diharapkan untuk melatih kemampuan terus-menerus.Bukubuku akhir abad ke-13 atau awal abad ke-14 mengenai furusiyyah menuliskan kualitas yang diharapkan dimiliki seorang faris profesional: kepatuhan terhadap perwira atasan; kemampuan untuk membuat keputusan militer yang benar; keteguhan dalam keadaan sulit; keahlian menunggang kuda; kegesitan dalam menyerang; memiliki senjata dan baju zirah yang bermutu baik; dan kemampuan menggunakan senjata. Ketika itu latihan furusiyyah mencerminkan kemauan elite militer Muslim tradisional untuk belajar dari sumber manapun, beberapa latihan berasal dari Khurasan di Iran bagian timur, lainnya berasal dari Byzantium, dan beberapa berasal dari Pasukan Salib. Latihan furusiyyah antara lain mencakup memanah; penggunaan tombak, pedang dan gada; gulat; keahlian berparade; berburu; memanah dengan busur silang; polo; dan balapan kuda. Banyak latihan yang dikenal sebagai "permainan" itu lebih menyerupai Pedoman Pelatihan Kavaleri Departemen Perang Inggris tahun 1907 daripada keahlian ksatria yang dipelajari di Eropa zaman pertengahan. Seorang faris profesional juga dilatih untuk bertempur dengan berjalan kaki. Kutipan dari satu buku pedoman

menunjukkan bahwa elite militer menyadari kavaleri dan infanteri sama penting, tak seperti ksatria Eropa yang merendahkan infanteri: "Dalam beberapa hal penunggang kuda lebih unggul daripada infanteri, dalam hal lain infanteri lebih unggul, dan dalam hal lainnya lagi keduanya seimbang. Tapi dalam hal kekuatan senjata, kecepatan, dan daya pukul, ketika berpura-pura mundur atau dalam pengejaran, penunggang kuda lebih unggul, asalkan tetap hati-hati dan waspada." Apabila sebagian besar kavaleri Fatimiyah berperang dengan tombak dan pedang, gelombang pertama penyerbu Turki Seljuk mengandalkan taktik pemanah berkuda dari Asia Tengah yaitu memecah dan mengganggu. Dalam dua generasi, kavaleri profesional Seljuk, meskipun tak mencakup petarung suku Turkoman, sebagian besar telah kembali ke tradisisi pemanah berkuda Timur Tengah yang telah lama terbentuk, di mana sekelompok orang memanah berbarengan sebagai satu kesatuan, seringkali ketika tak bergerak. Sistem itu memerlukan cadangan kuda yang lebih sedikit dan memungkinkan penggunaan zirah yang lebih berat. Pada abad ke-12 dan ke-13, bahkan di wilayah yang sangat didominasi Turki seperti Azerbaijan dan Anatolia, elite kavaleri profesional mengandalkan tombak, pedang, gada, dan lembing juga, tak hanya panah. Dunia Muslim punya tradisi teori militer yang panjang dengan tulisan-tulisan yang sudah ada seja abad ke-8. Sebagian besar yang ditulis sebelum abad ke-12 adalah bahan untuk perwira senior dan memberi penjelasan menarik tentang prioritas militer. Prajurit infanteri lebih diutamakan daripada kavaleri, dan yang paling diutamakan adalah pemanah infanteri. Perlawanan terhadap Pasukan Salib mendorong dibuatnya buku-buku teks militer yang baru; beberapa murni teoritis, yang lainnya berhubungan dengan jihad, administrasi tentara, strategi umum, pertimbangan taktik khusus, kemampuan spesifik, atau mengenai peralatan militer. Beberapa tampaknya ditujukan bagi perwira junior, tak hanya komandan; dan jelas sekali bahwa kemampuan profesional yang tinggi dipadu dengan sikap sangat hati-hati, menghindari korban yang tidak perlu, dan kesukaan untuk melemahkan musuh tanpa harus mengadakan pertempuran besar mempengaruhi pelatihan dan sikap prajurit biasa. Menurut sistem ideal yang dijabarkan di Siyasat-Namah ("Kitab Politik" karya cendekiawan Persia Nizhan al-Mulk Peny.), butuh waktu delapan tahun untuk melatih seorang prajurit mamluk. Meskipun pada kenyataanya mungkin waktu yang diperlukan, kurang daripada itu, elite militer Muslim memang terlihat berumur lebih tua dibandingkan elite militer Pasukan Salib yang pangkatnya setara. Jadwal yang terdapat di dalam Siyasat-Namah menunjukkan pelatihan diawali tanpa menggunakan kuda, kemudian menunggang kuda, diikuti dengan memanah. Setelahnya seorang prajurit muda diperbolehkan menggunakan perlengkapan "dengan hiasan". Sesudahnya lagi ia dipercaya untuk memikul tugas yang lebih penting. Pelatihan di Mesir Fatimiyah, setidaknya pelatihan kavaleri profesional elite, sangat mirip dengan sistem furusiyyah Kesultanan Mamluk sesudahnya. Barak hujra Fatimiyah

juga menjadi pusat pelatihan, dan kemungkinan di barak tersebut sebagaimana di barak Tarsus abad ke-10 yang tercatat lebih baik, pensiunan prajurit mengawasi pelatihan prajurit muda. Kemampuan kavaleri difokuskan kepada melawan pasukan berkuda dan infanteri, cara menggunakan dan menghadapi berbagai macam senjata, menyerang berbagai bagian musuh dan kuda, dan cara menipu musuh. Latihan furusiyyah biasanya bertempat di suatu maydan atau lapangan untuk berlatih yang juga digunakan sebagai wilayah perkemahan untuk garnisun atau tentara dalam jumlah besar. Kota-kota yang lebih besar seperti Kairo, Aleppo dan Damaskus punya setidaknya dua maydan. Gaya berkuda ala Arab lebih menyerupai gaya berkuda ala Romawi jika dibandingkan dengan gaya berkuda ala Turki Asia Tengah; gaya berkuda Arab mengutamakan ketahanan jarak jauh. Kemampuan berkuda prajurit profesional mungkin lebih baik daripada kemampuan para nomaden, dan "Aliran Berkuda Islam" yang mencapai puncaknya di Mesir dan Andalusia pada abad ke-12 dan ke-13 merupakan penggabungan metode Mediterania dan Persia. Dalam gaya itu pengendara kuda menggunakan pelana dan "tempat duduk" yang serupa dengan yang digunakan oleh penunggang kuda modern. Gaya berkuda itu lebih nyaman untuk penunggang kuda dan kudanya dibandingkan gaya berkuda di Eropa zaman pertengahan. bukubuku tentang berkuda menunjukkan bahwa seorang penunggang kuda muda pertama kali belajar cara menunggang kuda tanpa pelana untuk memantapkan posisi duduk yang kuat, dan kemudian diperbolehkan untuk menggunakan pelana dengan rangka kayu. Sanggurdi dipasang lebih jauh ke depan dibandingkan dengan kebiasaan di Eropa, dan meskipun prajurit menunggang kuda dalam posisi duduk, bukan dalam posisi berkaki lurus, para ahli sejarah beranggapan bahwa si penunggang kuda tersebut tidak menggunakan tali sanggurdi yang pendek; prajurit kavaleri berkuda Timur Tengah menunggang kuda dengan sanggurdi yang sejajar dengan pergelangan kaminya kalau kakinya tak memijak sanggurdi. Kuda tampaknya telah dilatih untuk menghindari serangan tombak, dan kuda pemanah dilatih untuk bergerak dalam garis lurus, mengabaikan tekanan dari lutut pengendara hingga kuda tersebut merasakan adanya tarikan tali kekang. Tidak seperti elite ksatria Eropa, prajurit kavaleri Muslim profesional diharapkan untuk menyiapkan senjata sendiri tanpa bantuan pelayan. Pelatihan juga mencakup penggunaan dan perawatan perlengkapan militer, mengetahui tempat penyimpanan peralatan di kemah agar dapat ditemukan meskipun gelap, bagaimana cara memasang baju zirah pada malam hari dan bagaimana cara melepaskan baju zirah meskipun sedang menunggang kuda. Tentara Fatimiyah Mesir sangat memperhatikan posisi yang benar dalam barisan, kedisiplinan, dan kemampuan skuadrom kavaleri untuk melakukan manuver bersamaan. Dalam pedoman furusiyyah yang muncul belakangan, beberapa manuver terlihat seperti latihan berbaris di lapangan daripada latihan bertempur yang realistis. Mungkin manuver-manuver itu dirancang untuk memperkuat kerja tim dan

meningkatkan kesatuan unit ketika berkendara dengan kecepatan yang berbeda-beda dan berputar ke arah yang berbeda-beda. BUSUR Hanya sedikit latihan pasukan melibatkan busur; pelatihan penggunaan busur sebagian besar merupakan urusan individu. Tradisi pemanah berkuda Timur Tengah didasarkan kepada "hujan panah" yang terkadang dilepas dalam keadaan diam. Taktik itu lebih luwes dibandingkan taktik pemanah berkuda Asia Tengah dan membutuhkan dukungan logistik yang lebih sedikit. Pada abad ke-10, pemanah dilatih dengan menembak boneka binatang dari jerami di gerobak empat roda yang dibiarkan berjalan sendiri menuruni bukit atau ditarik oleh penunggang kuda. Seorang pemanah abad ke-13 yang mahir dapat menembakkan lima anak panah, yang digenggam dengan tangan kiri sambil memegang busur, dalam waktu dua setengah detik. Lima anak panah selanjutnya diambil dari kantung anak panah.

Para jagoan wanita di zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam


Muslimah & Mujahidah (Arrahmah.com) Jika kita membaca sejarah para sahabat perempuan di zaman Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam, kita akan banyak menemukan kekaguman-kekaguman yang luar biasa. Mereka bukan hanya berilmu, berakhlaq, pandai membaca Al Quran, tapi juga jago pedang, berkuda dan memanah, dan tidak sedikit yang juga menjadi dokter yang pintar mengobati para sahabat yang terluka di medan perang. Bahkan, ada di antara mereka yang terpotong tangannya karena melindungi Rasulullah! Subhanallah Simak kisah mereka.. Nusaibah si Jago Pedang Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam yang mulia berdiri di puncak bukit Uhud dan memandang musuh yang merangsek maju mengarah pada dirinya. Beliau memandang ke sebelah kanan dan tampak olehnya seorang perempuan mengayun-ayunkan pedangnya dengan gagah perkasa melindungi dirinya. Beliau memandang ke kiri dan sekali lagi beliau melihat wanita tersebut melakukan hal yang sama menghadang bahaya demi melindungi sang pemimpin orang-orang beriman. Kata Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam kemudian, Tidaklah aku melihat ke kanan dan ke kiri pada pertempuran Uhud kecuali aku melihat Nusaibah binti Kaab berperang membelaku. Memang Nusaibah binti Kaab Ansyariyah demikian cinta dan setianya kepada Rasulullah sehingga begitu melihat junjungannya itu terancam bahaya, dia maju mengibasngibaskan pedangnya dengan perkasa sehingga dikenal dengan sebutan Ummu Umarah, adalah pahlawan wanita Islam yang mempertaruhkan jiwa dan raga demi Islam termasuk ikut dalam perang Yamamah di bawah pimpinan Panglima Khalid bin Walid sampai terpotong tangannya. Ummu Umarah juga bersama Rasulullah Shallallahu

alaihi Wassalam dalam menunaikan Baitur Ridhwan, yaitu suatu janji setia untuk sanggup mati syahid di jalan Allah. Nusaibah adalah satu dari dua perempuan yang bergabung dengan 70 orang lelaki Ansar yang berbaiat kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam. Dalam baiat Aqabah yang kedua itu ia ditemani suaminya Zaid bin Ahsim dan dua orang puteranya: Hubaib dan Abdullah. Wanita yang seorang lagi adalah saudara Nusaibah sendiri. Pada saat baiat itu Rasulullah menasihati mereka, Jangan mengalirkan darah denga sia-sia. Dalam perang Uhud, Nusaibah membawa tempat air dan mengikuti suami serta kedua orang anaknya ke medan perang. Pada saat itu Nusaibah menyaksikan betapa pasukan Muslimin mulai kocar-kacir dan musuh merangsek maju sementara Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam berdiri tanpa perisai. Seorang Muslim berlari mundur sambil membawa perisainya, maka Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam berseru kepadanya, berikan perisaimu kepada yang berperang. Lelaki itu melemparkan perisainya yang lalu dipungut oleh Nusaibah untuk melindungi Nabi. Ummu Umarah sendiri menuturkan pengalamannya pada Perang Uhud, sebagaimana berikut: saya pergi ke Uhud dan melihat apa yang dilakukan orang. Pada waktu itu saya membawa tempat air. Kemudian saya sampai kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam yang berada di tengah-tengah para sahabat. Ketika kaum muslimin mengalami kekalahan, saya melindungi Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam, kemudian ikut serta di dalam medan pertempuran. Saya berusaha melindungi Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam dengan pedang, saya juga menggunakan panah sehingga akhirnya saya terluka. Ketika ditanya tentang 12 luka ditubuhnya, Nusaibah menjawab, Ibnu Qumaiah datang ingin menyerang Rasulullah ketika para sahabat sedang meninggalkan baginda. Lalu (Ibnu Qumaiah) berkata, mana Muhammad? Aku tidak akan selamat selagi dia masih hidup. Lalu Mushab bin Umair dengan beberapa orang sahabat termasuk saya menghadapinya. Kemudian Ibny Qumaiah memukulku. Rasulullah juga melihat luka di belakang telinga Nusaibah, lalu berseru kepada anaknya, Ibumu, ibumubalutlah lukanya! Ya Allah, jadikanlah mereka sahabatku di surga! Mendengar itu, Nusaibah berkata kepada anaknya, Aku tidak perduli lagi apa yang menimpaku di dunia ini. Subhanallah, sungguh setianya beliau kepada baginda Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam. Khaulah binti Azur (Ksatria Berkuda Hitam) Siapa Ksatria Berkuda Hitam ini? Itulah Khaulah binti Azur. Dia seorang muslimah yang kuat jiwa dan raga. Sosok tubuhnya tinggi langsing dan tegap. Sejak kecil Khaulah suka dan pandai bermain pedang dan tombak, dan terus berlatih sampai tiba waktunya menggunakan keterampilannya itu untuk membela Islam bersama para mujahidah lainnya. Diriwayatkan betapa dalam salah satu peperangan melawan pasukan kafir Romawi di bawah kepemimpinan Panglima Khalid bin Walid, tiba-tiba saja muncul seorang penunggang kuda berbalut pakaian serba hitam yang dengan tangkas memacu kudanya ke tengah-tengah medan pertempuran. Seperti singa lapar yang

siap menerkam, sosok berkuda itu mengibas-ngibaskan pedangnya dan dalam waktu singkat menumbangkan tiga orang musuh. Panglima Khalid bin Walid serta seluruh pasukannya tercengang melihat ketangkasan sosok berbaju hitam itu. Mereka bertanya-tanya siapakah pejuang tersebut yang tertutup rapat seluruh tubuhnya dan hanya terlihat kedua matanya saja itu. Semangat jihad pasukan Muslimin pun terbakar kembali begitu mengetahui bahwa the Black Rider, di penunggang kuda berbaju hitam itu adalah seorang wanita! Keberanian Khaulah teruji ketika dia dan beberapa mujahidah tertawan musuh dalam peperangan Sahura. Mereka dikurung dan dikawal ketat selama beberapa hari. Walaupun agak mustahil untuk melepaskan diri, namun Khaulah tidak mau menyerah dan terus menyemangati sahabat-sahabatnya. Katanya, Kalian yang berjuang di jalan Allah, apakah kalian mau menjadi tukang pijit orang-orang Romawi? Mau menjadi budak orang- orang kafir? Dimana harga diri kalian sebagai pejuang yang ingin mendapatkan surga Allah? Dimana kehormatan kalian sebagai Muslimah? Lebih baik kita mati daripada menjadi budak orang-orang Romawi! Demikianlah Khaulah terus membakar semangat para Muslimah sampai mereka pun bulat tekad melawan tentara musuh yang mengawal mereka. Rela mereka mati syahid jika gagal melarikan diri. Janganlah saudari sekali-kali gentar dan takut. Patahkan tombak mereka, hancurkan pedang mereka, perbanyak takbir serta kuatkan hati. Insya Allah pertolongan Allah sudah dekat. Dikisahkan bahwa akhirnya, karena keyakinan mereka, Khaulah dan kawan-kawannya berhasil melarikan diri dari kurungan musuh! Subhanallah Nailah si Cantik yang Pemberani Nailah binti al-Farafishah adalah istri Khalifah Ustman bin Affan. Dia terkenal cantik dan pandai. Bahkan suaminya sendiri memujinya begini: Saya tidak menemui seorang wanita yang lebih sempurna akalnya dari dirinya. Saya tidak segan apabila ia mengalahkan akalku. Subhanallah! Mereka menikah di Madinah alMunawwarah dan sejak itu Ustman kagum pada tutur kata dan keahlian Nailah di bidang sastra. Karena cintanya, Ustman paling senang memberikan hadiah untuk istrinya itu. Mereka punya satu orang anak perempuan, Maryan binti Ustman. Ketika terjadi fitnah yang memecah belah umat Islam pada tahun 35 Hijriyah, Nailah ikut mengangkat pedang untuk membela suaminya. Seorang musuh menerobos masuk dan menyerang dengan pedang pada saat Ustman sedang memegang mushaf atau Al Quran. Tetesan darahnya jatuh pada ayat 137 surah Al Baqarah yang berbunyi, Maka Allah akan memelihara engkau dari mereka. Seseorang pemberontak lain masuk dengan pedang terhunus. Nailah berhasil merebut pedang itu namun si musuh kembali merampas senjata itu, dan menyebabkan jari-jari Nailah terputus Ustman syahid karena sabetan pedang pemberontak. Air mata Nailah tumpah ruah saat memangku jenazah sang suami. Ketika kemudian ada musuh yang dengan penuh kebencian menampari

wajah Ustman yang sudah wafat itu, Nailah lalu berdoa, Semoga Allah menjadikan tanganmu kering, membutakan matamu dan tidak ada ampunan atas dosa-dosamu! Dikisahkan dalam sejarah bahwa si penampar itu keluar dari rumah Ustman dalam keadaan tangannya menjadi kering dan matanya buta! Sesudah Ustman wafat, Nailah berkabung selama 4 bulan 10 hari. Ia tak berdandan dan berhias dan tidak meninggalkan rumah Ustman ke rumah ayahnya. Nailah memandang kesetiaan terhadap suaminya sepeninggalnya lebih berpengaruh dan lebih besar dari apa yang dilihatnya terhadap ayahnya, saudara perempuannya, ibunya dan juga kerabatnya. Ia selalu mendahulukan keutamaannya, mengingat kebaikannya di setiap tempat dan kesempatan. Ketika Ustman terbunuh, ia mengatakan, Sungguh kalian telah membunuhnya padahal ia telah menghidupkan malam dengan Al Quran dalam rangkaian rakaat. Subhanallah yah, ternyata umat muslim juga memiliki jagoan wanita yang memang nyata adanya, semoga kita, para muslimah dapat mengambil teladan dari mereka, aamiin. Sumber: Al-Ekhlaas Islamic Page

Sejarah Membuktikan Kehebatan Ksatria Islam (Bag. 3)


4. Sultan Abdul Hamid II Khalifah Dinasti Ottoman Islam pernah juga berjaya di Benua Eropa. Selama berabad-abad, Khilafah Islamiyah berhasil menancapkan pengaruhnya di kawasan Eropa Timur, Balkan, dan Mediterania. Salah satu bukti penting adalah adanya kedaulatan Kesultanan Turki Ustmaniyah (Ottoman) yang diakui Eropa. Namun, pengaruh itu lama-kelamaan berangsur-angsur hilang di akhir abad ke-19. Di tengah menurunnya pengaruh itu, muncullah seorang sultan yang bernama Sultan Abdul Hamid II. Beliau dilahirkan di Istanbul anak dari Abdul Majid. Nama lengkap beliau adalah Abdul Hamid bin Abdul Majid bin Mahmud bin Abdul Hamid bin Ahmad. Beliau menggantikan Sultan Abdul Aziz (Murad VI), pamannya pada tahun 1876. Warisan yang didapat beliau kala itu kondisi kesultanan dalam keadaan tidak stabil, utang luar negeri besar, campur tangan asing, dan birokrat yang korup. Dalam situasi yang dikelilingi konspirasi, intrik, dan fitnah tersebut, sang sultan berusaha memimpin daulah yang luasnya dari Timur ke Barat selama tiga puluh tahun. Beliau memiliki prinsip-prinsip sebagai seorang khalifah yang ingin tetap mempertahankan syariat Islam di tengah kekacauan. Tak jarang beliau difitnah oleh para konspirator dan musuh-musuh Islam sehingga sempat pemerintahannya digelari Hamidian Absolutisme Banyak kisah-kisah Beliau yang sangat luar biasa sebagai seorang khalifah yang memegang teguh amanah. Salah satu kisah Beliau adalah ketika mempertahankan wilayah Palestina dari gerakan Zionisme. Ini merupakan wujud cinta tanah air beliau yang pantas dijadikan teladan bagi para pemimpin saat ini. Sebelumnya bangsa Yahudi telah melakukan propaganda-propaganda tentang hak sejarah bangsa Yahudi terhadap tanah Palestina. Hingga muncul gagasan dari Yahuda Al Kalaj seorang tokoh Yahudi untuk mendirikan negara Israel di tanah Palestina. Hal ini dilandasi dari Kitab Talmud, kitab bikinan pendeta-pendeta tertinggi Yahudi yang menyatakan tanah Palestina adalah Tanah Yang Dijanjikan (the Promise Land).

Menindak-lanjuti gagasan Yahuda Al Kalaj untuk mendirikan negara Israel di tanah Palestina maka Theodore Hertzl menemui Sultan Abdul Hamid untuk melancarkan serangan demokratisnya. Hertzl adalah tokoh Yahudi yang aktif melakukan propaganda tentang pendirian negara Israel. Dia datang untuk mempengaruhi sultan agar bekerja sama dalam penyerahan tanah Palestina. Hertzl membawa janji yang menggiurkan. Para pemilik modal Yahudi Internasional berkenan memulihkan kas keuangan Turki Usmani dengan bantuan keuangan dalam jumlah besar tanpa bunga. Mendengar permintaan dari Hertzl, Sultan Abdul Hamid II dengan tegas berkata, Jangan lagi engkau membicarakan soal ini. Saya tidak akan menyisihkan sejengkal pun tanah Palestina karena tanah itu bukan milik saya, tetapi milik rakyat. Rakyat saya berjuang untuk mendapatkan tanah itu dan menyuburkannya dengan darah merekaBiarkanlah orang Yahudi menyimpan uang mereka yang berjuta-juta banyaknya di peti mereka. Theodore Hertzl gagal. Dia kemudian mengumpulkan tokoh-tokoh Yahudi Internasional. Kongres Zionis Internasional I di Swiss pun digelar untuk menentukan action plan mendirikan negara penjajah Israel di tanah Palestina. Hasil keputusan dari kongres tersebut adalah usaha mendirikan negara Israel melalui jalan-jalan di luar jalan demokratis. Target mereka adalah menjadikan Yahudi sebagai kaum yang mayoritas di sana dan menjadikan bangsa Palestina sebagai kaum minoritas. Juga dengan bekal mereka yang menguasai perekonomian, mereka berusaha menguasai negara dan mengusir bangsa Palestina dengan cara pembersihan etnis, perang, penyebaran penyakit, pembukaan lapangan pekerjaan di negaranegara tetangga. Ditambah lagi dengan propaganda melalui buku-buku dan pendapat-pendapat dari Theodore Hertzl serta tokoh-tokoh Yahudi Internasional, maka terjadilah gelombang eksodus besarbesaran Yahudi dari berbagai negara ke tanah Palestina baik secara sukarela atau paksaan dari kaum Zion. Selain itu, mereka juga memaksa dunia internasional untuk membuatkan undangundang yang melegitimasi keberadaan Yahudi di Palestina. Sembari program pengusiran bangsa Palestina dijalankan, sebenarnya Hertzl juga mengirimkan delegasinya untuk menemui Sultan Abdul Hamid II. Sultan menolak menemui mereka dan mengirimkan utusannya yang menyampaikan pesan: Pertama, hutang pemerintah bukanlah suatu kejahatan. Negara lain seperti Perancis juga tersangkut hutang, dan itu tidak mempengaruhinya. Kedua, Baitul Maqdis telah ditaklukkan oleh kaum Muslimin atas pimpinan Umar bin Khattab r.a. Aku tidak bersedia menanggung nama buruk dalam sejarah, bahwa aku telah menjual tanah suci itu kepada Yahudi. Aku tidak mau menghianati amanah kaum Muslimin yang telah dipikulkan di atas pundakku. Ketiga, katakan kepada orangorang Yahudi itu untuk menyimpan saja hartanya sendiri. Pemerintah negara tidak dibenarkan membina aparatur negaranya dengan uang musuh Islam. Dan keempat, ini yang paling penting, suruh mereka angkat kaki dari sini, dan janganlah boleh lagi mencoba menemui aku atau memasuki tempat ini! Tidak bisa dengan jalan membeli prinsip Sultan Abdul Hamid II maka mereka pun melancarkan serangan dari dalam tubuh pemerintahan sultan untuk menggulingkannya. Lewat upaya-upaya penyusupan, pembunuhan, dan cara-cara keji lainnya, akhirnya kekhalifahan Turki Ustmaniyah berhasil dihancurkan pada tanggal 3 Maret 1924, 27 tahun setelah Kongres Zionis I. Mustafa Kemal Attaturk, seorang Yahudi Turki naik menjadi penguasa dan menghancurkan seluruh sendi kehidupan beragama di Turki dan menggantinya dengan paham Sekuler.

Cerita ini adalah sebagian kecil cerita ksatria Islam. Ksatria Islam yang lahir dari sebuah idiologi atau paham atau yang paling tepat disebut Ad Dien Al Islam. Agama Islam ini bersumber dari Al Quran dan As Sunnah. Mau tidak mau agama ini akan tetap ada hingga perang akhir zaman kelak. Maka tetaplah berada dalam kebanggaan sebagai penganut agama ini dan berusahalah menjadi ksatria di kehidupan Anda. Ingat, empat orang ini adalah sebagian kecil dari banyaknya ksatria Islam. Sengaja dipilih mewakili bagian waktunya di akhir zaman ini. Rasulullah mewakili bagian waktu nubuwah, Umar mewakili bagian waktu khulafaur Rasyidin, Salahuddin dan Abdul Hamid mewakili bagian waktu khilafah islamiyah. Sekarang adalah bagian waktu berkuasanya penguasa zalim dan berikutnya adalah bagian waktu munculnya kembali khilafah islamiyah. Anda berhak menjadi ksatria di bagian waktu tersebut. Wallohu a'lam (dari berbagai sumber dengan editing seperlunya)

Sejarah Membuktikan Kehebatan Ksatria Islam (Bag. 2)


3. Salahuddin Al Ayyubi Khalifah Dinasti Ayyubiyah Sosok yang satu ini sangat membuat bangga kaum Muslimin. Itu lantaran kekaguman kaum Muslimin juga kaum Kristen Eropa. Beberapa buktinya adalah banyaknya kisah beliau yang ditulis dalam karya puisi dan sastra Eropa (salah satunya the Talisman karya Walter Scott). Beliau bernama Sholahuddin Yusuf bin Ayyub, terlahir dari keluarga Kurdish di kota Tikrit, wilayah Irak sekarang. Masa kecilnya dihabiskan belajar di lingkungan anggota dinasti Zangid, yaitu Nuruddin Zangi bersama pamannya Asaduddin Sherkoh, panglima angkatan perang Mesir. Dia kemudian diangkat menjadi perdana mentri di Mesir. Terjadi suasana yang tidak harmonis antara Salahuddin dengan raja Shalih Ismail (pengganti raja Nuruddin Zangi). Situasi ini dimanfaatkan kerajaan Kristen Eropa untuk melakukan penaklukanpenaklukan kecil Damaskus, ibu kota kerajaan. Oleh karena itu, hal-hal yang dilakukan Salahuddin ketika menjadi pemimpin Mesir melakukan pembebasan-pembebasan di wilayah Damaskus. Salahuddin pun memimpin kembali Syiria dan Mesir dan mengembalikannya kepada jalan Ahlus Sunnah wal Jamaah. Dari banyak kisah kepahlawanannya, perang Salib II dan III adalah yang menarik dalam merebut dan mempertahankan Jerusalem. Setelah dikuasainya kembali Yerusalem oleh umat Kristen pada Perang Salib I. Diangkatlah Raja Baldwin IV sebagai Raja Yerusalem. Seiring perjalanannya antara Salahuddin dan King Baldwin menyepakati perjanjian damai. Dalam situasi damai ini, Salahuddin terus berupaya memperbaiki stabilitas daulah. Perjanjian pun dirusak sepasukan Templar pimpinan Gerard de Ridefort dan Reynald de Cathilon. Mereka dengan tanpa sebab menyerang umat Islam yang melintas di Yerusalem, dimana mereka telah membayar upeti kepada raja Yerusalem. Keadaan ini membuat marah Salahuddin. Ia segera memimpin sendiri 200.000 pasukannya ke Kerak (wilayah kekuasaan Reynald de Cathilon yang diantarai Laut Mati dengan Yerusalem). Berita keberangkatan pasukan Muslimin (Saracen), memaksa King Baldwin mengadakan pertemuan besar di istananya. Dari pertemuan itu disepakati untuk mencegat pasukan Muslimin sebelum tiba di Kerak. Maksud pencegatan ini juga sebisa mungkin untuk menghindari peperangan.

Kedua pasukan pun saling berhadapan di gerbang Kuil Kerak. Salahuddin dari Saracen maju, begitu juga dengan King Baldwin dari Crusader. Setelah mengucapkan salam dan permintaan maaf, King Baldwin segera menyampaikan maksudnya bahwa sebenarnya pihaknya tidak ingin mengakhiri perjanjian damai dengan Saracen. King Baldwin menawarkan hukuman yang adil kepada Reynald de Cathilon yang dianggap sebagai perusak perjanjian. Sebagai seorang panglima yang berharga diri tinggi, Salahuddin menerima permintaan maaf itu dan meminta jaminan agar Reynald dijatuhi hukuman yang setimpal. Pada hari itu perang bisa dihindarkan. Salahuddin pun kembali ke Damaskus, sementara Reynald de Cathilon dipenjarakan di Yerusalem. Berbulan-bulan kemudian, kesehatan King Baldwin memburuk dan berujung kepada kematiannya. Guy de Lusignan, yang merupakan adik ipar King Baldwin IV pun diangkat menjadi raja. Usai dilantik ia kemudian membebaskan Reynald de Cathilon dan menitipkan pesan kepadanya agar bisa menimbulkan peperangan dengan Salahuddin. Reynald pun mengumpulkan pasukannya dan menyerang pemukiman orang-orang Arab tempat dimana adik kandung perempuan dari Salahuddin tinggal. Serangan dilakukan dengan cepat dan mayat-mayat pun bergeletakan. Adik Salahuddin dicampakkan jilbabnya dan dibawa ke Yerusalem. Tak lama kemudian, datanglah utusan Salahuddin menemui raja Guy. Mereka dengan tegas meminta agar adik perempuan Salahuddin dibebaskan. Jawaban dari Guy de Lusignan diluar dugaan. Ia dengan cepat menebas leher utusan tersebut. Kepalanya lalu dikirim kepada Salahuddin. Guy lalu memerintahkan pasukannya untuk menyerang Sholahuddin, mencegatnya sebelum sampai di Yerusalem. Salahuddin pun menyambut seruan perang Guy de Lusignan. Ia membawa pasukannya dari sumber mata air yang satu ke mata air yang lainnya. Sementara itu, pasukan salib sudah penuh dengan keangkuhan sehingga tidak lagi memperhitungkan sisi teknis militer. Mereka terus berjalan di bawah teriknya sinar matahari. Apalagi di bawah jubah besi, membuat mereka semakin susah berjalan. Akhirnya bertemulah mereka di bukit Hittin dengan kondisi pasukan Saracen yang segar-segar dan telah membuat kemah di sumber mata air, sementara mereka dihinggapi frustasi dan ketakutan. Malam itu pasukan Salib tak bisa tidur karena letih dan kerongkongan yang kering. Belum lagi pasukan Sholahuddin membakar rerumputan belukar kering yang membuat perbukitan bertambah panas. Keesokan hari usai sholat subuh, pasukan Sholahuddin mengepung rapat posisi pasukan Salib. Mereka berlapis-lapis melingkari pasukan Salib dengan pedang yang terhunus dan didukung pasukan pemanah di belakangnya. Pasukan Salib pun panik dan mereka menyerang secara membabi buta. Hal ini dimanfaatkan dengan membuka formasi barisan kaum Muslimin dan menutup kembali sehingga membuat pasukan Salib menjadi tercerai-berai dilingkari musuh. Hari itu juga bukit Hittin dipenuhi mayat-mayat pasukan Salib. Reynald de Cathilon dan Guy de Lusignan pun ditawan. Dalam kemahnya, Salahuddin membawa semangkok air minum. Salahuddin mempersilahkan kepada Guy untuk meminum dari mangkoknya sendiri. Sambil gemetaran lantaran takut, Guy meminum air dari mangkuk itu. Setelah dahaganya lepas Guy memberikan mangkuknya kepada Reynald yang dari tadi telah memberi isyarat kehausan. Melihat hal itu Salahuddin bangki dari duduknya dan menendang mangkuk itu hingga airnya tumpah. Pedangnya pun terhunus, dan secepat kilat menebas kepala Reynald de Cathilon.

Dalam tradisi perang, musuh yang diberi minum dari mangkuk sang pemenang berarti mendapat ampunan dari pemenang. Dipenggalnya Reynald lantaran karena Salahuddin tidak bisa memberi ampunan kepadanya yang sering menghujat Rasulullah SAW dan merobek-robek perjanjian damai Salahuddin dengan King Baldwin dua kali berturut-turut. Ditebasnya leher Reynald menambah takut Guy de Lusignan. Salahuddin mendekat dan berkata, Jangan takut, tidak ada kebiasaan seorang raja membunuh raja lainnya. Guy kemudian ditahan di penjara Nablus dan dibebaskan setahun kemudian. Setelah di Hittin pasukan Saracen pun langsung menuju Yerusalem. Mendengar berita kekalahan pasukan Salib, pasukan yang tersisa di Yerusalem pun menyerah. Berbeda dengan perang Salib I, pembebasan yang dilakukan pada perang Salib II oleh pasukan Sholahuddin tanpa diwarnai perampokan, penjarahan, pembantaian, dan pemerkosaan terhadap warga sipilnya. Salahuddin memasuki Yerusalem tanpa sedikit pun darah menetes. Orang Kristen dan Yahudi yang tinggal di Yerusalem bebas menentukan pilihan: tetap tinggal di Yerusalem dengan membayar jizyah, atau meninggalkan Yerusalem beserta harta bendanya dengan damai. Kejatuhan Yerusalem pun disusul kejatuhan wilayah-wilayah di sekitarnya. Selama 3 tahun berikutnya umat Kristen berusaha membalas kekalahan mereka dalam perang Salib. Uskup Agung William di Tyre, Paus Clement III menyerukan raja-raja Eropa dan warga Kristen untuk merebut kembali Yerusalem. Mereka mengumpulkan dana yang tidak sedikit. Mereka menggalang dana bantuan perang lewat istilah Saladin Tithe (zakat melawan Saladin). Maka terkumpulah pasukan salib dibawah tiga panglima, Kaisar Jerman, Raja Perancis, dan Raja Inggris. Namun, dalam perjalanannya ke Yerusalem terjadi kemelut diantara panglima hingga yang meneruskan pasukan ke Yerusalem adalah Raja Inggris, Richard the Lion Heart. Pertempuran pun tidak dapat dihindari di kota Akkra. Pasukan salib mengepung kota itu selama berbulanbulan, tapi mereka tidak dapat merebutnya. Serangan-serangan terus dilancarkan, tapi tak kunjung berhasil. Dalam pengepungan inilah ada kisah yang menceritakan bahwa Salahuddin menawarkan dokter terbaik Damaskus (pada saat itu ilmu kedokteran terbaik di dunia adalah dari dunia Muslim) memberikan pengobatan bagi Richard yang sedang sakit. Salahuddin juga menawarkan dua kuda perangnya kepada Richard yang kehilangan kudanya.
Oleh karena tak kunjung berhasil merebut Akkra ditambah lagi banyaknya korban berjatuhan dari Pasukan Salib maka Richard mengajukan pernyataan damai. Pernyataan damai itu pun diterima sultan. Wilayah pinggiran yang mayoritas umat Kristen menjadi wilayah Pasukan Salib, sementara Yerusalem dan sebagian besar wilayah Palestina tetap dalam genggaman Pasukan Saracen.

Sumber: http://akheyical.blogspot.com

Sejarah Membuktikan Kehebatan Ksatria Islam (Bag.1)


Cerita Islam sangatlah unik. Dibawa oleh seorang mulia Rasulullah SAW. Beliau menyerang setiap prinsip yang dimiliki setiap orang di jazirah arab sana terutama kota suci Makkah. Maka mereka yang telah bosan dengan ketidakadilan, ketimpangan sosial, dan individualisme dibalik ajaran yang memang tidak masuk akal mulai tersentuh hatinya jauh di tempat yang sangat dalam. Lama-kelamaan terbentuklah prinsip dan paradigma baru. Suatu idiologi yang nantinya melahirkan orang-orang besar sepanjang zaman. Idiologi sempurna yang memang sesuai dengan

fitrah manusia. Idiologi itu adalah agama Islam yang berisi kurikulum sempurna yang pernah ada di dunia. Sempurnanya paham itu dibuktikan dengan dilahirkannya tokoh-tokoh terkemuka di dunia. Beberapa dari ratusan bahkan ribuan tokoh tersebut adalah: 1. Muhammad Ibn Abdullah Rasulullah SAW Ditempatkannya Rasulullah sebagai orang nomor satu diantara 99 orang terkenal dan tersohor di dunia menunjukkan begitu berpengaruhnya sosok Rasulullah yang satu ini. Itu tidak lain karena beliau membawa suatu paham yang cukup banyak dianut oleh orang lain. Meskipun beliau telah wafat, tapi paham yang beliau bawa tetap terus menurun ke generasi berikutnya. Bermodalkan wahyu dan tuntunan dari Allah SWT, beliau mendidik para sahabat beliau. Mulai dari hampa kegelapan menuju satu cahaya terang. Banyak sahabat beliau yang berubah total menjadi pembela beliau dan syariat yang beliau bawa. Banyak sahabat dan murid beliau yang menggoreskan namanya dengan tinta emas di lembar catatan sejarah dunia. Ini semata-mata karena keistiqomahan beliau dalam membawa suatu pesan. Bekal iman di dada beliau tolak segala bujuk rayu yang kerap mengguncang nafsu. Bekal iman juga beliau relakan fisiknya. Berapa kali beliau terkena lemparan batu. Sudah pernah beliau merasakan duri pelepah kurma di jalanan. Dan sangat sering sekali beliau ditindas. Kalaulah beliau seperti kita yang mengeluh dan mundur barang sebentar, maka akan tidak terbayangkan betapa kacaunya dunia ini. Kebebasan merajalela, peperangan, dan kehancuran dimana-mana. Kalaulah beliau menerima tawaran-tawaran kaum kafir Quraisy yang menggiurkan mungkin tidak akan pernah ada istilah keadilan. Itulah beliau, yang telah menjalankan perannya. Kisah-kisah beliau sudah sangat sering kita baca di buku-buku atau dengarkan. Begitu mulianya beliau. Begitu sopannya beliau. Begitu cocoknya beliau sebagai tauladan. YaBeliau adalah sebaik-baik teladan sebagai seorang manusia. 2. Umar Ibn Khattab Khulafaur Rasyidin II Masuk Islamnya Umar ibn Khattab menambah kekuatan kaum muslimin. Beliau mendukung kaum Muslimin seperti dahulu menentangnya. Sejak saat itu terukirlah kisah-kisah mengagungkan dari hidup beliau. Salah satu dari beberapa kisah mengagumkan dari sang khalifah adalah ketika beliau mengambil kunci kota Yerusalem. Berikut kisah ceritanya: Setelah terjadinya perang Yarmuk , pasukan Muslimin terus melakukan ekspedisi di bawah panglima Abu Ubaidah dan Khalid Ibn Walid melakukan pembebasan wilayah ke seluruh negeri. Tiba gilirannya pasukan Muslimin membebaskan wilayah Yordania dan Palestina. Dalam perjalanannya pasukan Muslim telah membebaskan kota-kota Sabtah, Gaza, Nablus, Bait-Jibril sehingga pembebasan kota Yerusalem tinggal menunggu saja.

Tibalah pasukan kecil yang dipimpin Amru bin Ash mengepung kota Yerusalem. Kota Yerusalem didesain dengan pertahanan yang sangat kuat. Kota itu dikelilingi benteng-benteng yang di depannya digali parit-parit yang terjal. Bila pasukan musuh mendekat maka parit-parit itu akan diisi dengan minyak panas atau sulfur yang membara. Oleh karena itu, butuh rencana yang matang untuk menaklukkan kota Yerusalem. Belum lagi saat itu adalah musim dingin yang menusuk tulang. Kondisi ini sangat menyulitkan pasukan Muslimin yang mengepung Kota Yerusalem. Tidak tega melihat pasukannya yang kedinginan dalam pengepungan Kota Yerusalem, maka Amru bin Ash meminta bantuan kepada panglima Abu Ubaidah. Saat itu ekspedisi Abu Ubaidah ke bagian utara Syiria telah selesai sehingga bisa dengan cepat membantu pasukan Islam di wilayah selatan. Berita kedatangan pasukan induk kaum Muslimin membuat ciut nyali pasukan dan warga Kristen dan Yahudi di dalam kota. Mereka menyadari bahwa mereka tidak akan mampu mempertahankan kota itu. Mempertahankan kota itu hanya akan menambah penderitaan saja bagi mereka. Menyadari hal ini maka Patriarch Yerusalem, Uskup Agung Sophronius mengajukan perdamaian. Permintaan itu pun disambut baik oleh panglima Amru bin Ash agar Yerusalem dapat direbut tanpa pertumpahan darah setetes pun. Walaupun begitu, Uskup itu ingin penyerahan kota suci itu diserahkan ke tangan seorang tokoh yang terbaik di antara kaum Muslimin yaitu Khalifah Umar ibn Khattab r.a. Dia menghendaki agar Umar datang secara pribadi ke Yerusalem. Biasanya hal ini akan segera ditolak oleh pasukan pemenang. Namun, tidak demikian yang dilakukan kaum Muslimin. Panglima Amru bin Ash memahami benar kondisi psikologis dari penduduk Yerusalem. Dua dasawarsa silam kota ini pernah terjadi perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, dan penajisan tempat-tempat suci oleh pasukan Persia. Ia segera meneruskan permintaan tersebut kepada Amirul Mukminin. Mendengar permintaan itu, Khalifah menggelar Majelis Syuro di Madinah. Kota suci itu adalah kiblat pertama kaum Muslimin, tempat persinggahan perjalanan Rasulullah SAW pada malam hari ketika beliau Isra, kota itu menjadi saksi kehadiran para anbiya, seperti Nabi Daud, Nabi Sulaiman, dan Nabi Isa sehingga dari majelis itu dihasilkan keputusan bahwa khalifah harus pergi ke Yerusalem. Setelah menitipkan urusan Madinah kepada Ali ibn Abi Thalib, khalifah pergi bersama seorang pelayannya dengan seekor unta. Mereka secara berganti-ganti menunggangi dan menuntun unta tersebut. Tibalah saat giliran Umar yang berjalan kaki dan pelayannya yang menunggangi kuda dan saat itu juga mereka tiba di desa Jabiah tempat pasukan Muslimin menunggunya. Khalifah menuntun unta sementara pelayannya menunggangi unta tersebut adalah pemandangan yang amat ganjil disaksikan masyarakat Desa Jabiah. Di Desa Jabiah inilah kemudian ditandatangani Perjanjian Aelia. Perjanjian itu berbunyi: Inilah perdamaian yang diberikan oleh hamba Allah Umar, Amirul Mukminin, kepada rakyat Aelia: dia menjaga keamanan diri, harta benda, gereja-gereja, salib-salib mereka, yang sakit maupun yang sehat, dan semua aliran agama mereka. Tidak boleh menganggu

gereja mereka baik membongkarnya, mengurangi, maupun menghilangkannya sama sekali, demikian pula tidak boleh memaksa mereka meninggalkan agama mereka, dan tidak boleh mengganggu mereka. Dan tidak boleh bagi penduduk Aelia untuk member tempat tinggal kepada orang Yahudi. Butir pelarangan Yahudi bertempat tinggal di Yerusalem adalah permintaan khusus dari pemimpin Kristen. Setelah itu Umar masuk ke Yerusalem dengan berjalan kaki tidak ada pengawal. Di pintu gerbang khalifah disambut oleh Partiarch Yerusalem yang didampingi para pembesar gereja. Para penyambut tamu berpakaian berkilau-kilau sementara Umar mengenakan pakaian dari bahan yang kasar dan murah. Sebelumnya telah ada saran sahabat untuk mengganti pakaiannya, namun beliau berkata bahwa dirinya mendapatkan kekuatan dan statusnya berkat Iman Islam bukan dari pakaian yang dikenakannya. Saat Sophronius melihat kesederhanaan Umar, dia menjadi malu dan mengatakan, Sesungguhnya Islam mengungguli agama-agama mana pun. Di depan The Holy Sepulchure (Gereja Makam Suci Yesus), Uskup Soprhronius menyerahkan kunci kota Yerusalem kepada khalifah Umar r.a. Setelah itu Umar ingin diantar ke suatu tempat untuk melaksanakan shalat. Umar lalu di bawa ke tempat di mana Nabi Daud AS konon dipercaya shalat di sana dan diikuti oleh umat Muslim. Menyaksikan hal itu Sophronius berujar: Saya tidak pernah menyesali menyerahkan kota suci ini, karena saya telah menyerahkannya kepada ummat yang lebih baik.
Umar tinggal beberapa hari di Yerusalem. Beliau mengatur administrasi pemeritahan dan yang lainnya. Umar juga mendirikan masjid yang kini dikenal sebagai Masjid Umar. Bilal pun mendapatkan adzan pertama kali di masjid tersebut. Sejak saat itu adzan akan terus berkumandang membawa angin perdamaian di kota Yerusalem. Kedamaian itu akan terjaga hingga terjadinya perang salib I yang dikobarkan Paus Urbanus II dan Peter si Pertapa yang melanggar Perjanjian Aelia.

Sumber : http://akheyical.blogspot.com

You might also like