You are on page 1of 41

LAPORAN AKHIR MANAJEMEN TERNAK POTONG

Oleh: Kelas A Lusi Dian Fitria Aspiyati Faisol Miftahul Huda Afifah Noor Hidayah Maman Deri Lutfi Agustina ad Rendi Rachmansyah Tandi Firman I Aniza Javana S Asep Nurdin Anis Hendra Setiyawan Rizki Dwi Ramadan D1E010114 D1E010130 D1E010111 D1E010112 D1E010100 D1F012001 D1F012006 D1F012007 D1F012013 D1F012019 D1F012010 D1E0090

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO

2012 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ternak sapi khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan penting artinya didalam kehidupan masyarakat.seekor atau kelompok ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, juga menghasilkan ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit, dan tulang. Di beberapa daerah, pemeliharaan sapi dilakukan secara terpadu. Bukan hanya sapi, namun kambing juga babi dilakukan hal yang sama. Manajemen atau tata laksana merupakan suatu aspek yang paling penting dalam pemeliharaan ternak sapi potong dibandingkan pakan dan bibit. Tata cara pengaturan pemeliharaan ternak potong ini dimulai dari tempat cara pemilihan bibit, tempat berproduksi/ kandang, cara pemberian pakan, cara perkawinan dan cara pencegahan penyakit serta tatalaksana pemeliharaan. Salah satu faktor keberhasilan beternak adalah keterampilan dalam memelihara ternak. Manajemen dari suatu usaha peternakan sangat tergantung dari keadaan daerah dan kondisi peternakan yang diusahakan, artinya apakah usaha peternakan itu termasuk golongan yang besar dengan jumlah ternak yang besar atau golongan peternakan itu kecil dengan jumlah ternak yang kecil. I.2. Tujuan 1. Mengetahui manajemen cara pemeliharaan ternak babi 2. Mengetahui manajemen cara pemeliharaan ternak kambing 3. Mengetahui manajemen cara pemeliharaan ternak sapi I.3. Waktu dan Tempat Praktikum manajemen ternak babi dilaksanakan tanggal 14 November 2011 di Desa kalikidang Kec.sokaraja pukul 15.00-16.30 WIB, praktikum manajemen ternak kambing tanggal 21 November 2011 pukul 15.00-18.00 WIB di Desa Karanggude Kulon

Kec.Karanglewas, dan praktikum manajemen ternak sapi pada tanggal 28 November 2011 pukul 15.00-18.00 WIB di Kotayasa. II. TINJAUAN PUSTAKA Tata cara pengaturan pemeliharaan babi dimulai dari cara pemeliharaan bibit tempat berproduksi atau kandang cara pemberian pakan, cara perkawinan dan cara pencegahan penyakit serta tata laksana pemeliharaan. Pada tata laksan pemeliharaan dibahas beberapa cara seperti pembuatan nomer ternak dan pengebirian atau kastrasi. Dalam pemilihan bibit ditekankan pada syarat-syarat secara umum maupun ketentuan yang dibuat oleh pemerintah dan kesepakatan teknis, sedang pada pemberian pakan dibahas tentang pengertian pakan kuantitas dan kualitas yang diberikan. Kambing merupakan komoditas yang cukup populer di kalangan masyarakat petani yang sebagian merupakan salah satu komponen sistem usahatani di lahan kering. Dipelihara dengan pola semi intensif atau intensif yang merupakan usaha sampingan atau bahkan sebagai tabungan hidup. Kambing merupakan ternak yang efisien dalam memanfaatkan lahan marginal (Sharma et al., 1992). Di samping itu kambing cepat berkembangbiak dengan kemampuan beranak (litter size) 2-3 ekor dengan frekuensi melahirkan dua kali setahun (PAAT et al., 1993). Kambing lokal (kacang) memiliki kemampuan beradaptasi lebih baik terhadap kondisi lingkungan dengan ketersediaan pakan relatif terbatas dibandingkan dengan kambing Peranakan Etawah, tetapi performans produksinya relatif lebih rendah. Industri ruminansia kecil di Indonesia bahwa didominasi oleh usaha sambilan skala kecil yang bertumpu pada tenaga kerja keluarga dan input modal yang kecil. Sebagai jalan keluarnya untuk meningkatkan industri ini sangat kompleks dan banyaknya faktor yang menyelimuti pola usaha yang dianut (Blakely, 1991). Ternak sapi khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan penting artinya didalam kehidupan masyarakat.seekor atau kelompok ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, juga menghasilkan ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit, dan tulang. Di beberapa daerah, pemeliharaan sapi dilakukan secara terpadu. Manajemen atau tata laksana merupakan suatu aspek yang paling penting dalam pemeliharaan ternak sapi potong dibandingkan pakan dan bibit.

Tata cara pengaturan pemeliharaan ternak potong ini dimulai dari tempat cara pemilihan bibit, tempat berproduksi/ kandang, cara pemberian pakan, cara perkawinan dan cara pencegahan penyakit serta tatalaksana pemeliharaan. Salah satu faktor keberhasilan beternak adalah keterampilan dalam memelihara ternak. Manajemen dari suatu usaha peternakan sangat tergantung dari keadaan daerah dan kondisi peternakan yang diusahakan, artinya apakah usaha peternakan itu termasuk golongan yang besar dengan jumlah ternak yang besar atau golongan peternakan itu kecil dengan jumlah ternak yang kecil.

III.METODE DAN CARA KERJA 3.1 Metode Materi 3.1.1.1 Manajemen ternak babi Materi yang digunakan dalam praktikum adalah babi milik pak Aris Gunadi. Alat yang di gunakan yaitu alat tulis, med line, tali rapia, sepatu both dan almamater. 3.1.1.2 Manajemen ternak kambing Materi yang digunakan adalah Kuisioner, Kambing potong, dan Kandang, med line, tali rapia, sepatu both dan almamater. 3.1.1.3 Manajemen ternak sapi Materi yang digunakan yaitu Kelompok tani ternak Sapi potong (PO dan Simental), Metline, Tali Rafia, Pakan danTimbangan pakan 3.2 1. 2. 3. 4. Cara kerja Manajemen ternak babi Peternakan babi didatangi oleh praktikan, Dilakukan wawancara dengan peternak, Diukur kandang dan tempat pakan, Dicatat keterangan dan hasil yang didapat sesuai dengan buku laporan praktikum. Manajemen ternak kambing 1. Mengamati ternak dan kandangnya. 2. Melakukan wawancara ke peternak.
3. Menggambar denah kandang yang diamati.

.1

3.2.1

3.2.2

3.2.3 Manajemen ternak sapi 1. Pencarian data dilakukan dengan dua cara yaitu wawancara dan pengukuran 2. Wawancara dilakukan dengan tanya jawab dengan ketua kelompok / peternak

Penimbangan jumlah pakan yang diberikan Pengukuran dilakukan berkaitan dengan ukuran kandang Pengukuran keseluruhan luas perkandangan Pengukuran kandang tiap flok Pengukuran kemiringan lantai dan atap kandang Pengukuran tempat makan dan minum 9. Pengukuran bobot badan sapi dengan mengukur lingkar dada dan (LD + 4 )2 dihitung berdasarkan rumus dugaan bobot badan sapi : 100
100

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Manajemen Ternak Babi A. Identitas Peternak
a. b.

Nama Peternak Pendidikan Pekerjaan Anggota keluarga Alamat rumah Tujuan beternak Klasifikasi ternak Boar/pejantan Babi bunting Babi beranak/ menyusui Babi starter Babi grower Babi finisher Babiinduk kering

: Aris Gunadi : Perguruan Tinggi : Wirausaha :5

umur : 45 tahun

c.
d. e. f.

: Desa Kalikidang : Pembibitan Penggemukan Jumlah (ekor) 11 84 30 238 219 151 8 Kematian % 1-2 1-2 1-2 1 1-2 1-2 1-2 Tertimpa induk Sebab-sebab kematian

g. babi

Populasi ternak babi yang dipelihara :

Jenis/bangsa

B. Manajemen Pemilihan Bibit Ternak Babi 1. Bakalan yang dipelihara mulanya : Duroc, landrace, york shire 2. Alasan peternak memilih bibit tersebut : karena lebih baik dari bibit lokal

3. Dalam pengadaan bibit, apakah peternak menyeleksi sendiri/membeli lagi. Apabila menyeleksi sendiri caranya : pilihan induk yang bagus, putting susu >6 pasang, dan keturunan bagus.
4. Pada umur berapa bibit (dikembangbiakan) yang dibeli oleh peternak : 4-5

(bulan/tahun), bakalan (digemukan) : 5-6 bulan C. Manajemen Pemberian Pakan 1. Bahan pakan yang digunakan Jenis bahan pakan Kuantum (kg) Harga per kg (Rp) Biaya pakan (Rp) Bekatul 400 3000 Jagung 400 3000 Mineral 20 1000 Pollard 300 3000 Konsentrat 250 6700 total 2. Jumlah pakan, bentuk dan cara pemberian pakan yang diberikan no 1 2 3 4 5 6 7 D. Klasifikasi ternak Boar/pejantan Induk bunting Induk beranak/menyusui Babi starter Babi grower Finisher Induk kering Kuantum pakan (kg/ekor/hr) 3 3 4 1-1,5 1-1,5 2-2,8 2,5 Bentuk pakan (basah/kering) Kering Kering Kering Kering Kering Kering kering Cara penyajian Tempat pakan Tempat pakan Ditumpahkan Ditumpahkan Ditumpahkan Ditumpahkan Ditumpahkan

Manajemen Perkawinan 1. System perkawinan : a. Alami b. buatan Babi betina 6 bulan 2. Umur babi pertama kali dikawinkan : babi jantan 5 bulan

3. Alasan peternak mengawinan ternaknya pada umur tersebut : Babi jantan alasannya : sudah dewasa kelamin dan dewasa tubuh

Babi betina alasannya : pada birahi ke 2 organ reproduksi dan tubuhnya sudah siap 4. Pada birahi keberapa babi betina dikawinkan : a. Pertama bobot badan 5. Kapan babi induk dikawinkan, setelah anaknya disapih : disapih 40 hari 6hari 2minggu tergantung siklus
6. Selama proses perkawinan, babi jantan dibiarkan kumpul dengan babi betina selama :

b. kedua *

c. Ketiga

Alasan peternak mengawinkan saat birahi itu : factor keturunan dan mengikuti

2-5 hari. Alasannya : masa birahi 2-6 hari 7. Apa tanda-tanda babi betina mau kawin/birahi : gelisah, dipegang punggungnya tenang, nafsu makan turun, vulva bengkak, dan keluar lender dari vulva. 8. Kapan umumnya mengawinkan babi setelah diketahui ternak birahi : a. pagi hari* b. siang hari b. tidak Apabila ada, apa alasannya : pakan dikurangi Apabila tidak ada, apa alasannya : ternak terlalu kenyang birahi kurang 10. Selama induk bunting perlakuan tambahan apa saja yang diberikan pada induk : dipisah 11. Induk bunting dipelihara dalam kandang : a. berkelompok b. individual* 12. Tanda-tanda induk akan melahirkan : gelisah, ambing bengkak, air susu keluar jika dipencet putingnya c. sore hari* d. malam hari 9. Apa ada perlakuan khususyang diberikan pada ternak menjelang dikawinkan : a. ada*

13. Performan babi induk beranak/menyusui

Induk

kelahiran

Litter size Anak (ekor) jantan ( ekor) 4 5 6 6 6 8 35 5,8

Anak betina (ekor) 5 5 5 6 6 8 35 5,8

Anak mati (ekor)

Berat (kg) 1-1,5 1-1,5 1-1,5 1-1,5 1-1,5 1-1,5 1-1,5

Berat sapih (kg) 7-8 7-8 7-8 7-8 7-8 7-8 7-8

kematian lahir

1 2 3 4 5 6 Total rataan

9 10 11 12 12 16 70 11,7

14. Orphan pig (anak babi kehilangan induk) bagaimana mengatasinya : satukan dengan babi yang mempunyai anak dengan umur sama dan memiliki anak sedikit 15. Kapan umumnya indukndikawinkan lagi setelah anaknya disapih : 5 hari atau 5 minggu setelah anaknya disapih. 16. Kasus kematian utama anak babi selama diasuh induk : Kasus kematian Litter size Mati lahir Mati ditindih induk Mati dimakan induk Mencret/diare Kedinginan Mati sesak nafas jumlah Jumlah (ekor) 37 111 74 7 37 30 296 Persentase (%) 5 15 10 1 5 4 40

E. Manajemen Pemeliharaan Fase Starter 1. Perlakuan-perlakuan peternak terhadap anak babi fase starter Jenis Perlakuan Dilaksanakan apa tidak (Ya/tdk) Apabila Ya, pada umur brp dilakukan Apabila tidak, apa alasanya

Potong Tali Pusar Identifikasi Pencegahan Anemia Potong Taring Potong ekor Kastrasi Vaksinasi

Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Ya

Waktu lahir 2 hari 1 hari 1 hari 1 bulan 1 Minggu

Populasi sedikit

2. Apabila kastrasi dilakukan oleh tukang kastrasi, berapa biaya kastrasi per ekornya : Rp - /ekor
F.

Manajemen Pemeliharaan Fase Grower 1. Anak babi disapih pada umur : 40 hari Alasan 2.
3.

: Tergantung peternak, jika asupan protein tinggi, anak babi dapat di sapih : Induk yang dipisahkan

30 hari, apabila protein rendah dapat mencapai 60 hari Cara menyapih Alasan : Untuk menghindari anak stres

Pengelompokan ternak : Pada fase grower berdasarkan berat badan, agar bobot Tidak ada perlakukan khusus pada fase grower

badan yang dihasilkan seragam


4.

G. Manajemen Pemeliharaan Fase Finisher/Penggemukan 1. Tidak ada perlakuan khusus pada fase ini.

2. Ternak dijual pada umur 5 6 bulan dengan bobot 80 90 kg 3. Menjual ternak berdasarkan bobot badan dengan harga Rp. 17.000/ kg bobot hidup. 4. Berdasarkan taksiran harga per ekor yaitu jantan Rp. 3.000.000 dan betina Rp. 2.500.000 5. Sistem penjualan, pembeli datang langsung ke kandang atau ke peternak. H. Manajemen Perkandangan 1. Sistem kandang di lokasi praktikum adalah : terbuka 2. Dilihat dari bangunan kandangnya, apakah kandang babi bersifat : semi permanen

3. Bahan-bahan bangunan kandang yang digunakan antara lain : genteng, asbes, beton, besi, bamboo, dan kayu 4. Atap kandang terbuat dari : asbes dan genteng Alasannya peternak menggunakan bahan bangunan tersebut : dingin dan murah 5. Lantai kandang terbuat dari :plester dan semen 6. Ukuran bangunan kandang : p. 2,91 m , l 1,48 m , tinggi 1,2 m / individu 7. Kemiringan atap kandang : 8. Ukuran tempat pakan/minum : p 150 cm, l 30 cm, tinggi 10 cm 9. Ukuran gudang penyimpanan pakan, apabila tersedia ukurannya : p 2 m, l 2 m, t 5 m, luas 164 m 10. Ukuran kandang karantina : 11. Gambar sketsa kandang dan ukurannya

32 m

1m

5m 12. Gambar denah kandang

2m

mes s

Gudang pakan

Kandan g melahir kan dan menyus ui

Kandang kawin finisher

kandang

k. stare r

k. grower

k. growe r

k. finishe r

I. Manajemen Pencegahan penyakit 1. Tindakan pencegahan penyakit apa saja yang telah dilakukan oleh peternak dalam memcegah penyebaran penyakit : desinfektan 2. Tindakan khusus pada ternak yang dibeli diluar : 3. Berapa hari ternak yang dibeli dikarantina : 4. Dari mana saja peternak membeli tambahan ternaknya : 5. Penyakit yang sering menyerang babi dan cara mengatasinnya a. Penyakit kolera cara mengatasinnya vaksin b. Penyakit diare cara mengatasinnya c. Penyakit asma cara mengatasinnya 6. Bagaimana cara mengatasi ternak yang mati : dibakar I. Data Pendukung

4.1.2. Praktikum Manajemen Ternak Domba/Kambing A. IDENTITAS PETERNAK (RESPONDEN)


1.

Nama Peternak Pendidikan Pekerjaan utama

: Wanto, Umur: 39 Tahun : Sekolah Dasar (SD) : Pedagang

2.
3.

4. 5.

Jumlah anggota keluarga

: 4 orang : DS Karangkemiri : - m2 : Turun temurun : 2 tahun : Memperoleh keuntungan ::: Tidak punya tanah yang bisa ::: Pribadi : Rp 3000.000,- (bertahap) : 2 Orang

Alamat rumah RT 02/02


6. 7. 8. 9. 10.

Luas pemilik tanah basah Sumber Pengetahuan beternak Pengalaman beternak Tujuan Beternak Domba/ Kambing Nama kelompok tani ternak domba/kambing

Menjadi anggota kelompok pada tahun Jika tidak menjadi anggota apa alasannya digarap 11.
12. 13. 14. 15.

Nama Ketua kelompok Hambatan dalam beternak dombing Asal modal usaha Jumlah modal awal Anggota keluarga yang terlibat dalam beternak

dombing 16. Pencurahan jam kerja (PJK) peternak dalam pemeliharaan ternak dombing: Deskripsi Menggembalakan Mencari Hijauan Memberi Hijauan Memberi Konsentrat Memandikan Membersihkan Kandang Mengobati Jumlah (ekor) 3 9 9 PJK (Jam/hari) 2 jam/hari 6,5 jam/hari 1 x 1minngu Jumlah tenaga kerja (orang) 1 2 1 -

Mengawinkan Menjaga Keamanan

B. IDENTITAS TERNAK 1. Bangsa Domba yang dipelihara : Tipe :-

2. Bangsa Kambing yang dipelihara : Jawarandu Tipe 3. Populasi Ternak yang dimiliki: Klasifikasi Ternak Domba Ekor Anak Jantan1 Anak Betina1 Muda Jantan2 Muda Betina2 Dewasa Jantan3 Dewasa Jantan3 JUMLAH Keterangan: 1). Umur 0-6 Bulan STK4 Ekor 3 1 1 1 3 9 Kambing STK4 0,75 0,5 0,5 1 3 5,75 3). Umur 12 Bulan : Pedaging

2). Umur 6-12 Bulan

4). Satuan ternak kecil: 1ekr, Dewasa: 1 STK, 1ek Muda: 0,5 STK 1 ek Anak: 0,25 STK C. TATALAKSANA PEMELIHARAAN BIBIT PEMBIBITAN
1. Cara pengadaan Bibit/ calon bibit 2. Harga Bibit

: Membeli di pasar hewan : Rp 1.500.000,- ; Betina: Rp 1.300.000,-

3. Asal Bibit 4. Cara memilih/ criteria bibit jantan

: Di pasar hewan : Tubuh tinggi, tubuh panjang, testis besar : ambing bagus, klimisan.

dan simetris
5. Cara memilih Bibit Betina

PENGGEMUKAN 1. Cara pengadaan bibit / calon bibit yang akan digemukan : Di beri rumput dan ramban sebanyak-banyaknya.
2. Cara memilih cempe jantan sapihan untuk digemukan 3. Umur cempe mulai digemukan

: Pilih yang besar dan sehat : 6-7 Bulan : 3-4 Bulan

Lama Penggemukan

4. Pemeliharaan ternak yang digemukan dipisahkan dengan : Dipisahkan.

ternak lain atau tidak.


5. Jelaskan cara penggemukan yang dilakukan peternak

: memilih bibit yang sehat

dan diberi rumput atau ramban sebanyak-banyaknya.

D. TATALAKSANA PERKANDANGAN
1. Jarak kandang dengan rumah peternak 2. Model kandang yang dipakai 3. Bahan-bahan bangunan kandang 4. Model atap kandang 5. Bahan atap kandang 6. Bentuk lantai kandang 7. Jika kandang panggung, jarak lantai

: 2-3 meter : (panggung / lemprakan) : Bambu, kayu, genteng, seng : Gable : Genteng dan seng : Slat : 0,7m

kandang dengan tanah


8. Ukuran kandang

: panjang: 5,2 m, lebar: 2,65 m, tinggi: 3,1 m

Luas kandang
9. Arah kandang

: 13,78 m2 : Utara - selatan : Kepercayaan setempat : 520 cm50 cmx15 cm. Luas: 26.000 cm2 : 0,417 m2. Kepadatan kandang: 0,47 ekor/m : (individu/ kelompok) : Jika dicampur akan berkelahi :tidak dipisah : (tersedia/ tidak)* : (tersedia/ tidak)*, jarak dari kandang:- m : Rp 700.000,-

Alasannya
10. Ukuran tempat pakan (plt) 11. Luas kandang per STK 12. Sistem penggunaan kandang

Alasannya Pemisahan jantan dan betina Tempat penyimpanan pakan Tempat penampung kotoran Biaya pembuatan kandang

13. Peralatan pendukung untuk pemeliharaan : Serok, karung, keranjang, sabit, lampu

dombing

14. Gambar sketsa kandang (lengkap dengan ukurannya:

15. Denah Kandang :

Rumah peternak

Kandan g merpati

Kandang kambing

Guda pakan

E. TATALAKSANA PEMELIHARAAN 1. Kapan ternak digembalakan Lama Penggembalaan Waktu Penggembalan Pukul Ternak dikandangkan Pukul 2. Cara memandikan dombing Frekuensi 3. Cara memotong kuku Frekuensi 4. Cara mencukur bulu Frekuensi ::- jam/hari : - s/d wib : - s/d wib : : ::::-

5. Cara perawatan induk yang bunting : Dipisahkan dengan ternak lain

Perawatan saat beranak dipotong induk dengan bantuan peternak Umur cempe disapih 7. Bentuk recording ternak
8. Cara identifikasi pada ternak

: Dibersihkan dengan air hangat, tali pusar cempe

6. Cara perawatan cempe yang baru lahir : Dicampur dengan induk, diberi susu pada

: 4 Bulan :: Warna bul dan jenis kelamin

F. TATALAKSANA PERKAWINAN
1. Cara perkawinan

: Alami :: - Km.Biaya perkawinan : Rp.: 18 bulan. Milik siapa : : 7 bulan, jantan 18 bulan

Siapa yang melakukan IB Jarak kandang dengan pos IB


2. Umur pejantan pemacek 3. Umur pertama kali kawin, betina

Lama bunting 4-5 bulan. Kapan perkawinan berikutnya : 3 bulan

Lambing/kidding interval ngorong, ekor ngangkat kalau diraba.


5. Cara pemerisaan kebuntingan

: 8-9 bulan

4. Tanda dombing betina birahi menurut peternak : nafsu makan turun, norong-

: Dilihat dan diraba : Setiap pemberian pakan : : Tubuh dibersihkan dari lendir,

Kapan dilakukan
6. Tanda dombing betina akan melahirkan 7. Cara peternak membantu persalinan

terutama pada hidung dan mulut


8. Litter size rata-rata

: 2-3 ekor. Saat lahir, cempe hidup : 3 ekor(100%) : - ekor (-%). Saat disapih, cempe hidup : 3 ekor (100%) : - ekor(-%). Sex ratio anak yang dilahirkan : 3:1 : 4 bulan : Dipisahkan dengan induk

Dan yang mati Cempe mati


9. Umur cempe disapih

Cara penyapihan

10. Cara mengatasi induk yang kesulitan beranak : G. TATALAKSANA PEMBERIAN PAKAN
1. Jenis Hijauan

: Rumput, legume, ramban : Rumput sawah, daun nangka dan singkong, ketela. : 6,5 Kg/ekor : 2 kali sehari : Sawah dan lapangan

Macam hijauan
2. Jumlah hijauan yang diberikan

Frekuensi pemberian hijauan Asal hijauan

3. Bahan konsentrat yang diberikan : Jumlah pemberian per ekor Frekuensi Harga konsentrat Cara pemberian konsentrat 4. Mineral yang diberikan : - ekor : - kali sehari :::-

Jumlah pemberian perekor


5. Sumber air minum

: - gr. Frekuensi : - kali sehari : Sumur : 3 Liter. Frekuensi : 1 bulan/kali : - ml/ekor. Frekuensi : -

Jumlah yang diberikan 6. Vitamin yang diberikan

H. TATALAKSANA PENANGANAN KESEHATAN PENCEGAHAN PENYAKIT 1. Tindakan pencegaha 2. Cara vaksinasi Jenis vaksin 3. Kapan vaksinasi dilakukan : Pembersihan kandang, yang sakit dipisahkan :: - Biaya vaksinasi :: - Frekuensi :-

4. Siapa yang melakukan vaksinasi : 5. Tindakan sanitasi kandang dan lingkungsn sekitar kandang : pembersihan kandang, pembersihan kotoran dibawah kandang. PEMBERANTASAN PENYAKIT
1. Jenis penyakit yang sering dijumpai : Gatal-gatal, kembung, gudi gen, keracunan 2. Penyakit yang pernah menyebabkan kematian : Kembung 3. Perlakuan terhadap ternak sakit : Diberi obat tradisional (kunyit) 4. Cara pengobatan penyakit (medis/tradisional) : Jamu 5. Pengobatan tradisional, contohnya 6. Pengobatan medis, contohnya : -

: Kunyit, bengle

I.

PDODUK DAN PEMASARAN 1. Penjualan ternak 2. Kapan ternak dijual


3. Alasan ternak dijual 4. Dasar penentuan harga

: Tua : jika membutuhkan uang : Ternak jelek dijual : Tergantung harga pasar

Cara menjual ternak Kesulitan yang dihadapi


5. Bagaimana penjualan pupuk

: Langsung ke pasar hewan :: Borongan : Rp. 100.000 / Borongan : Tidak : Dilakukan, Rp. 2000/karung : Tidak :-

Harga pupuk 6. Pengolahan limah ternak


7. Penjualan pupuk kandang

8. Pembuatan kompos 9. Lama pembuatan kompos

10. Cara pembuatan kompos oleh peternak : -

J.

DATA PENDUKUNG 1. Data perkembangan ternak potong di Desa/Kecamatan setempat : Hanya berkembang di bagian Selatan Desa Karangkemiri 2. Bentuk pendanaan untuk pengembangan ternak potpg didesa tersebut : Pendanaan pribadi peternak, belum ada bantuan dari desa. 3. Kebijakan pengembangan ternak potong di daerah ternak tersebut : Belum ada bantuan khusus dari pemerintah setempat 4. Faktor pendorong dalam pengembangan dombing didesa tersebut : Untuk tambahan penghasilan dan motivasi berusaha peternakan. 5. Faktor penghambat dalam pengenbangan dombing didesa tersebut : Modal yang terbatas.

4.1.3 Manajemen Ternak Sapi A. IDENTITAS TERNAK a. Nama Peternak b. Pendidikan : Bapak Kusnanto : SD umur : 57 th

c. Anggota keluarga
d. Alamat rumah e. Pengalaman beternak f. Tujuan beternak sapi g. Sistem pemeliharaan

:5 : Desa Karangnangka RT 03 RW IV Kedung Banteng : 18 tahun : Pembibitan : Tradisional : Bantuan pemerintah

h. Modal awal

i. Pencurahan jam kerja peternak dalam memelihara sapinya : Jumlah (ekor) 47 47 47 47 PJK (jam/hari) 6-7 6-7 3 hari sekali 30 menit Jlh. Tenaga kerja (orang) 30 30 30 30

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Deskripsi Mengarit/Cari hijauan Menggembalakan Memberi Pakan Memandikan Sapi Membersihkan Kandang Mengobati Mengawinkan Ternak Menjaga Ternaknya

Dari Dinas Peternakan 30 Tidak tentu -

Seluruhnya, 3 orang/malam

B. DATA SEKUNDER
a. b. c.

Luas Desa Jumlah Ternak Kelompok Ternak Tahun Di Bentuk Jumlah Anggota Truktur Organisasi

: 170 Hektar : 150 pada tahun 2006 : Sawedyambo : 2009 : 30 :-

d. e.
f.

C. IDENTITAS TERNAK
a. b.

Bangsa Sapi yang dipelihara : PO Jumlah Sapi yang dipelihara : 47

No 1. 2. 3. 4. 5. 6

Kelas ternak Dewasa jantan Dewasa betina Muda jantan Muda betina Pedet jantan Pedet betina

Jumlah (ekor) 35 8 4

Satuan ternak (ST)4 35 2 1

Keterangan : 1) umur >3 tahun; 2) umur 1-3 tahun; 3) umur , 1 tahun; 4) dewasa : ST, muda 0,5 ST, pedet : 0,25 ST

D. MANAJEMEN PEMELIHARAAN BIBIT


a. Asal bibit sapi,beli dari

: Balai ternak/dari pemerintah : Rp 3.000.000,-/ekor : gelambir lebar,penis besar, kaki tegap, berpunuk. : agak berpunuk, badan sehat, kaki tegap dan lurus. : produksi anak

b. Harga beli bibit c. Cara memilih bibit jantan


d. Cara memilih bibit betina

e. Tujuan pemeliharaan

E. MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN


a. Jenis hijauan yang diberikan

: jerami segar, rumput lapang, rumput gajah. : sawah yang sudah dipanen, lahan sendiri dan dimanapun yang ada rumputnya.

b. Asal hijauan

c. Bahan konsentrat

: tepung ikan, onggok,dedak padi dan kapur : Rp 7.000,-/kg : 40 kg/hari/ekor

d. Harga bahan konsentrat e. Pemberian hijauan

Rumput lapang Rumput gajah Jerami segar f. Pemberian konsentrat g. Frekuensi pemberian hijauan h. Frekuensi pemberian konsentrat i. j.

: 35 kg/hari/2 ekor : 25 kg/hari/2 ekor : 15 kg/hari/2 ekor : tidak tentu : 3 kali/hari : tidak tentu : segar tanpa dicacah : dicampur : di dalam : air sumgai : 10 liter/ekor : 1 kali/hari : inseminasi buatan : Rp 50.000,-/IB : dinas peternakan : 18 bulan lebih : 18 bulan lebih : nafsu makan turun, gelisah, di vulva,merah,bengkak

Cara penyajian hijauan Cara penyajian konsentrat

k. Tempat pakan
l. Asal sumber air m. Jumlah air minum n. Frekuensi pemberian air minum

F. MANAJEMEN PERKAWINAN
a. Metode perkawinan yang dilakukan

b. Biaya perkawinan c. Asal usul semen beku dari d. Umur pertama kali dikawinkan, jantan e. Umur pertama kali dikawinkan, betina
f.

Tanda-tanda birahi

terdapat lendir

g.

Tanda-tanda sapi induk akan melahirkan Kelahiran sering kali terjadi pada Proses kelahiran Umur sapi disappih Cara penyapihan bagaimana Jarak beranak rata-rata

: gelisah,tidak mau : sore hari : dibantu peternak : 6 bulan : kandang dipisah,pedet

makan untuk sementara


h. i. j. k.

dikasih air cucian beras


l.

: 17 bulan

G. MANAJEMEN PERKANDANGAN a.
b.

Bahan-bahan kandang Jenis lantai kandang Jumlah kandang Ukuran kandang Kepadatan kandang System penggunaan kandang Biaya pembuatan kandang Kemiringan lantai kandang Kemiringan atap kandang Ukuran tempat pakan Tempat penyimpan pakan Tempat penampungan kotoran meter Macam peralatan kandang

: beton,kayu, asbes,seng, besi : beton/semen : 36 unit : panjang 2,83 meter; lebar 2,16 meter; luas 6,128 m2 : 0,02 ekor/m2 : kelompok : 15 meter : Rp 250.000.000,:1,270 : 22,80 : panjang 1,60 meter; lebar 0,46cm; tinggi : tersedia : ada,jarak dari kandang 4 : ember, arit,sapu dan stick

c. d.
e. f.

g.
h. i. j. k.

Jarak antara kandang dengan rumah penduduk

0,4 cm
l.

m.
a.

n.

Gambar sketsa kandang lengkap dengan ukuranya

160 cm cm 40 cm 283 cm 46 cm

110

246 cm 216 cm

H. MANAJEMEN PEMELIHARAAN
a. b. c. d.

Status kepemilikan ternak Apakah sapi dimandikan Pengeluhan hidung Perawatan anak yang baru lahir

: Milik sendiri : 3 hari sekali : Tidak : Diberi kolostrum dari induk selama 7 hari diberi jamu (temulawak, lempuyang). di susui sampai masa sapih. : Tidak dilakukan : Dicampur : Tradisional : Kelompok : Sampingan : Ada

e. f. g.

Penggembalaan sapi Pemeliharaan jantan & betina Jenis usaha Sifat usaha Tipe usaha Ijin usaha

h. i.
j.

I.

MANAJEMEN PENANGANAN KESEHATAN

1.

Cara pencegahan penyakit vaksinasi Jenis vaksin yang dilakukan kebersihan kandang sanitasi lingkungan Penyakit yang sering ditemui Cara pengobatan mantri

: sanitasi kandang, pakan teratur : tidak dilakukan : dicampur dengan air minum : tiap hari : dilakukan : bloot (perut kembung), meriang : ditangani dinas peternakan/oleh

2.
3. 4. 5. 6. 7.

8.

Biaya pengobatan

: Rp 40.000 sekali pengobatan

J. MANAJEMEN PEMASARAN SAPI DAN PUPUK KANDANG a. b. Bentuk penjualan ternak Waktu penjualan : pedet jantan ( 1 Tahun ) : ternak umur 1 tahun atau tepat pendaftaran sekolah ( juni-juli) c. Hasil penjualan
d. Alasan ternak dijual

: untuk sendiri : biaya pendidikan : pembeli datang ke peternak : lewat perantara : ya dengan harga Rp 2.000/karung

e. Tempat penjualan f. Cara penjualan g. Penjualan pupuk kandang

h. Kotoran sapi dibuat kompos : ya i.

Cara pembuatan kompos

: dengan menggunakan alat dan bahan kimia

j. Kompos dijual ke k. Harga kompos l. Bentuk kompos

: desa wangon untuk pupuk petani : Rp 5.000,-/kg : karungan ( 50 kg)

K. INFORMASI LAIN Jika ada ternak sakit langsung menghubungi dinas peternakan atau mantri 4.2 Pembahasan 4.2.1 Manajemen ternak babi Pemilihan bibit dalam usaha ternak potong babi, bila ditinjau dari sudut tujuan pemeliharaan dapat dibedakan menjadi 2 golongan : 1. Pemilihan Bibit Bakalan (Jantan dan Betina) untuk tujuan memproduksi anak. 2. Pemilihan bibit babi bakalan untuk tujuan digemukan kemudian dipotong. Memilih babi dara atau pejantan muda paling sedikit harus baik keduanya (Induk/ pejantan) atau lebih superior dalam hal produk, kualitas dan performance yang potensial yang dapat diteruskan keturunannya di kelak kemudian hari. Sifat yang baik bagi calon babi dara yang akan dipilih menjadi induk antara lain :
1. Berasal dari tetua yang berkualitas genetik baik.

2. Berbadan sehat, mata bersih dan bersinar, geraknya lincah, serta berat badannya sesuai dengan standar berat badan masing masing bangsa. 3. Mempunyai minimal 6 pasang putting susu yang simetris dan mampu menghasilkan air susu yang cukup untuk anak-anaknya. 4. Memiliki kaki yang kokoh dan lurus. 5. Mempunyai sifat keibuan. 6. Mempunyai sifat performance seperti laju pertumbuhan dan FCR (Setyaningrum, 2003)

Pemberian makanan yang semestinya merupakan hal yang sangat penting sebab biaya makanan menduduki tempat tertinggi dari ongkos produksi total yang kadang kadang meliputi 80%, ini disebabkan babi tumbuh sangat cepat dan konsekuensinya keperluan akan makanan sangat tinggi. Anak babi yang beratnya 1,4 kg pada waktu lahir mencapai 163 kg setelah 18 bulan kemudian. Bila babi diberi makan berlebihan maka cenderung menjadi gemuk dengan cepat dan sifat ini adalah menurun, hal ini juga tidak ekonomis.Begitu umur 1 minggu anak babi diberi creep feeds. Creep feeding adalah cara pemberian makanan pada anak babi terpisah dari makanan induknya. Creep feeds hendaknya diberikan dalam bentuk kering dan anak babi lebih suka dalam bentuk pellet atau butir butiran ( Nugroho, 1990 ). Jumlah pakan, bentuk, dan cara pemberian pakan yang diberikan tiap hari di peternakan yang kami kunjungi untuk praktikum sebagai berikut : 1) boar/pejantan 3kg/ekor/hr, 2) induk bunting 3kg/ekor/hr, 3) induk beranak/menyusui 4kg/ekor/hr, 4) babi starter 11,5kg/ekor/hr, 5) babi grower 1-1,5/ekor/hr, 6) babi finisher 2-2,8/ekor/hr, 7) induk kering 2,5kg/ekor/hr. Bentuk pakan yang diberikan untuk semua babi dengan bentuk kering dan cara pemberian pakan untuk semua babi di taruh pada tempat pakan. Pubertas/birahi pada babi dara 4 7 bulan dengan rata-rata bobot badan 70-110 kg tidak dikawinkan sebelum umur 8 bulan atau pada periode estrus/birahi yang ketiga hal ini berguna untuk produksi anak yang lebih banyak dan lama hidup induk lebih panjang. Agar diperoleh anak yang lebih banyak maka induk dikawinkan pada 12 24 jam setelah tanda estrus/birahi. Estrus atau birahi pada induk babi adalah karena aktifitas dari hormon estrogen yang dihasilkan oleh ovarium, kejadian ini terjadi selama 3 4 hari dengan perubahan tingkah laku seperti suka mengganggu pejantan, kegelisahan meningkat, menaiki betina lainnya dan nafsu makan menurun serta mengeluarkan suara yang khas, kalau ditekan atau diduduki punggungnya diam saja, vulva yang membengkak dan memerah serta lendir keruh dan mengental muncul, bila tanda tanda ini terlihat berarti babi betina tersebut siap kawin. Dalam praktek dengan dua kali perkawinan yaitu 12 dan 24 jam setelah tanda estrus dimulai supaya ovum banyak dibuahi dan jumlah anak (litter size tinggi) (Nugroho, 1990) Sistem perkawinan yang dilaksanakan di peternakan Bapak Aris Gunadi menggunakan perkawinan alami dan kawin buatan. Unur pertama babi dikawinkan untuk babi jantan pada umur 12 bulan karena babi jantan sudah di anggap dewasa kelamin sedangkan untuk babi betina dikawinkan pada umur 10-11 bulan karena organ reproduksi dan tubuhnya sudah siap

untuk dikawinkan pada saat birahi ke-2. Tanda-tanda babi betina mau kawin/berahi pada peternakan babi saat praktikum sudah sesuai dengan pernyataan Nugroho (1990) yaitu dengan perubahan tingkah laku seperti gelisah, ditekan bagian punggungnya diam saja, nafsu makan turun, vulva bengkak, dan keluar lendir dari vulva. Hasil praktikum yang dilakukan terdapat pada sistem kandangnya adalah sistem terbuka, sedangkan pada bangunan kandangnya bersifat permanen. Bahan-bahan bangunan yang digunakan antara lain : besi, kayu, bambu, asbes, beton, genteng. Atap kandang terbuat dari asbes, genteng, kayu, bambu, dan semen. Atap kandang untuk babi melahirkan dan menyusui menggunakan asbes sedangkan atap kandang babi starter, grower, dan finisher menggunakan genteng. Lantai kandang terbuat dari semen. Bangunan kandang berukuran 2,91x1,48x1,2 m/individu, untuk kemiringan atap kandang sekitar 10 derajat. Tempat pakan dan minum berukuran 150x30x15 cm, untuk penyimpanan pakan berukuran 2x15x5 m, kandang karantina 3,5x2x3,5 m. 4.2.2 Manajemen ternak kambing Mulyono (2000) juga menyatakan bahwa bibit merupakan faktor penting dalam mendukung keberhasilan usaha pengembangbiakan ternak kambing secara komersial. Berikut diketengahkan persyaratan calon induk dan pejantan kambing yang baik : a. Syarat calon induk 1) Ukuran badan besar, tetapi tidak terlalu gemuk. Bentuk tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus. Bulu bersih dan mengilap. 2) Keempat kakinya lurus dan terlihat kokoh serta tumit tinggi. 3) Tidak ada cacat di bagian tubuhnya, misalnya di telinga, mulut, ekor atau hidung. Selain itu, mata tidak rabun atau buta yang dapat dicek dengan mendekatkan jari pada mata. Kalau tidak ada kedipan, berarti ternak tersebut buta atau rabun. 4) Bentuk dan ukuran alat kelamin normal. Ambingnya tidak terlalu menggantung, isinya kenyal, tidak terinfeksi dan puting susu berjumlah dua dengan ukuran dan posisi yang simetris. 5) Umur lebih dari 1 tahun dan telah birahi sebelum umur 1 tahun. Mempunyai sifat keibuan yang terlihat dari jinaknya ternak dan sorot matanya yang ramah. 6) Berdasarkan buku catatan, pilih kambing yang lahir kembar atau kelahiran tunggal yang berasal dari induk muda dan mempunyai pertumbuhan yang baik.

7) Jumlah gigi dipilih yang lengkap, rahang atas dan rahang bawah rata. Tujuannya agar induk dapat memamah biak dengan baik. b. Syarat calon pejantan 1) Ukuran badan normal, tubuh panjang dan besar; bentuk perut normal; dada dalam dan lebar; kaki kokoh, lurus, kuat dan terlihat tonjolan tulang yang besar pada kaki; serta mata tidak rabun atau buta. 2) Pertumbuhannya relatif cepat. 3) Gerakannya lincah dan terlihaat ganas. 4) Alat kelamin normal dan simetris serta sering terlihat ereksi. 5) Tidak pernah mengalami penyakit yang serius. 6) Umurnya antara 15 bulan hingga 5 tahun. 7) Pilih calon pejantan yang berasal dari kelahiran kembar dan berasal dari induk dengan jumlah anak lahir lebih dari dua. Bila berasal dari kelahiran tunggal, pilih pejantan yang berasal dari induk dengan jumlah anak hanya satu. Berdasarkan hasil praktikum, syarat bibit pejantan bagi peternak setempat adalah telinga panjang, (badan besar, tinggi dan panjang), muka cembung, sehat dan lincah. Syarat bibit betina bagi peternak setempat adalah telinga panjang, muka cembung, ambing besar, bulu mengkilap, sehat dan lincah. Secara umum, hasil praktikum diatas sudah cukup sesuai dengan persyaratan calon bibit. Hanya saja, pemilihan calon induk atau pejantan oleh peternak pada praktikum kali ini tidak dikaji secara lebih spesifik dan intensif. Model kandang yang digunakan pada praktikum kali ini adalah model kandang panggung dengan sistem penggunaan kandang individu dan koloni. Mulyono (2000) menyatakan bahwa kandang koloni merupakan kandang yang tidak ada penyekatnya atau kalau disekat, ukuran kandang relatif luas, untuk memelihara beberapa kambing sekaligus. Kandang ini cocok untuk membesarkan kambing bakalan atau memelihara betina dewasa calon induk. Sedangkan kandang individual merupakan kandang yang disekat-sekat sehingga cukup untuk 1 ekor kambing kambing, misalnya berukuran 0,75 m x 1,4 m atau 0,7 m x 1,5 m. Kandang ini umumnya digunakan untuk membesarkan kambing bakalan dan menggemukan kambing yang afkir yang kurus, karena kandang berukuran sempit, gerakan ternak relatif sedikit sehingga perkembangan ternak lebih cepat .

Ukuran kandang yang ada di tempat praktikum memiliki panjang 5,2m, lebar 2,65 m, tinggi 3,1 m. Jarak lantai kandang dengan tanah 70 cm, arah kandang utara-selatan, bentuk lantai kandang yaitu lantai slat yang terbuat dari bambu sehingga kotoran dan air kencing jatuh ke bawah. Sesuai dengan yang di ungkapkan Murtidjo (1993) bahwa kandang tipe panggung merupakan kandang yang konstruksi lantainya dibuat sistem panggung, sehingga kotoran dan air kencing kambing tidak berceceran. Alas kandang kambing sebaiknya terbuat dari kayu atau bambu yang sudah diawetkan supaya tahan terhadap kelapukan. Dinding kandang yang rapat sehingga dibuat setinggi 60-80 cm, agar ternak kambing di dalam kandang terhindar dari angin keras. Tinggi panggung dari tanah dapat dibuat minimal 50 cm. Praktikum kali ini jenis pakan yang diberikan berupa hijauan yaitu rumput lapang, rumput sawah, daun nangka, daun singkong, dan ketela. Jumlah hijauan yang diberikan 3,3 kg per ekor per hari. Frekuensi pemberian pakan rata-rata 2 kali per hari dengan hijauan yang diambil dari sawah dan lapang. Cara pemberiannya hanya diletakkan di tempat pakan. Rata-rata peternak tidak memberi konsentrat serta rata-rata tidak memberi mineral. Air didapat dari air tanah yang berasal dari sumur dengan jumlah air yang diberikan sekitar 3 liter, tetapi pemberian air minum tidak secara rutin dilakukan setiap hari. Pemberian air minum dilakukan seiap satu minggu sekali, hal ini disebabkan ternak tidak mau minum karena tempat pemeliharaan kambing berada di dataran tinggi dan berhawa sejuk sehingga ternak kurang berminat dalam mengkonsumsi air. Pakan kambing secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu pakan hijauan dan konsentrat. Pakan hijauan dapat berupa rumput alam, rumput yang dibudidayakan dan daun kacang-kacangan, sedangkan pakan konsentrat dapat berupa dedak padi. Rumput merupakan sumber tenaga atau energi bagi ternak kambing. Jenis rumput yang umum diberikan ternak adalah rumput alam (rumput lapangan). Jenis rumput yang dibudidayakan (ditanam) antara lain: rumput setaria, brachiaria dan clitoria ternatea.

Selain rumput, sisa hasil pertanian juga dapat digunakan sebagai sumber tenaga atau energi antara lain: dedak padi, kulit dan daun singkong, daun pepaya, batang kangkung, daun jagung dan jerami padi. Pakan sebagai sumber protein yang baik untuk pertumbuhan kambing antara lain: daun kacang tanah, daun kacang panjang, daun kedelai, daun gamal, daun turi, daun lamtoro dan daun kaliandra. Kebutuhan Pakan kambing untuk pakan hijauan: 10% dari berat badan sedangkan pakan konsentrat: 0,5 kg. Jika hanya diberi pakan hijauan, maka pakan hijauan tersebut diberikan dengan jumlah 10% dari berat badan dengan susunan pakan sebagai berikut: a. Kambing Dewasa: 1 bagian daun + 3 bagian rumput b. Kambing yang akan dikawinkan: 2 bagian daun berprotein + 3 bagian rumput c. Kambing bunting: 3 bagian daun + 3 bagian rumput (Mulyono,2000) 4.2.3 Manajemen ternak sapi Hasil praktikum dilapangan bibit yang dipilih merupakan jenis sapi Peranakan Ongole (PO). Hal ini mungkin dikarenakan habitat sapi Ongole atau Peranakan Ongole lebih mampu toleran dan cocok dengan keadaan lingkungan di Indonesia. Menurut Sudarmono dan Bambang (2008) mengatakan bahwa sapi Ongole merupakan sapi yang berasal dari daerah India. Ketika kita melihat letak geograpisnya, sapi ini merupakan sapi daerah tropis juga sehingga cocok untuk hidup di Indonesia. Umur bibit atau bakalan yang dipelihara mulai dari umur 01,5 tahun. Bibit didapat dari Pasar Sokaraja, dengan memiliki kriteria tubuh besar dan baik, berpunuk, kaki tegap, sehat, serta badannya kompak atau seragam. Menurut Subianto (1993), bibit ternak yang baik adalah mempunyai ciricirri: (a) Mata bersinar, (b) Bulu halus dan mengkilap, (c) Kulit nampak elastis dan sub cutan dilapisi film lemak, (d) Sikap berdiri tegak,kuat, (e) Gerak lincah, riang, dan kuat. Sedangkan menurut SPI-NAK.01/43/1988 standar umum mutu bibit sapi yang baik adalah : a. Sapi harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik b. Sapi betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal ambing, serta tidak menunjukan gejala kemandulan. c. Sapi bibit jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak menderita cacat pada alat kelaminnya.

Pakan merupakan salah satu unsur penting yang menunjang kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi ternak. Pakan yang baik akan membuat ternak sanggup menjalankan fungsi proses dalam tubuh ternak secara normal. Tujuan utama pemberian pakan adalah menjamin pertambahan serta menjamin produksi yang paling ekonomis. Selain itu pemberian pakan dimaksudkan untuk dapat memenuhi kebutuhan ternak yang bersangkutan sesuai dengan tingkat produksi yang diinginkan. Bila ditinjau dari segi ekonomisnya, total biaya yang diinvestasikan dalam usaha peternakan sebanyak 60% sampai 70% digunakan untuk biaya pakan (Anggorodi dkk, 1974). Bapak Kusnanto melakukan manajemen pemberian pakan dengan memberikan pakan ternak dalam bentuk hijauan dan konsentrat. Macam hijaun yang diberikan adalah rumput gajah, dan jerami padi. Hijauan-hijauan tersebut merupakan limbah pertanian yang didapat dari ladang dan kebun. Penggunaan limbah pertanian sebagai pakan ternak mempunyai beberapa kekurangan diantaranya : 1. Kandungan serat kasarnya tinggi 2. Nilai gizinya rendah sehingga palatabilitas dari ternak juga rendah. Frekuensi pemberian pakan hijauan dilakukan sebanyak 3 kali per hari. Hijauan tersebut diberikan pada anak sapi atau pedet, dan sapi dewasa dengan cara pemberian hijauan tanpa dicacah. Selain pemberian hijauan diberikan juga konsentrat yang terdiri dari tepung ikan, onggok, dedak padi, dan kapur. Frekuensi pemberian konsentrat tidak tentu dengan cara pemberiannya dicampur, dengan diletakkan di atas hijauan. Pemberian air minum diberikan dengan intensitas 1 kali perhari, dengan jumlah pemberian sebanyak 10 liter per ekor per hari. Kandang merupakan sarana yang penting, karena mempunyai fungsi utama untuk menjaga ternak supaya tetap berada dalam keadaan yang nyaman sesuai dengan kebutuhan ternak agar dapat berproduksi secara optimal. Kandang penting artinya untuk menghindari pengaruh-pengaruh lingkungan yang kurang menguntungkan seperti terik matahari, hujan, angina (Murtidjo, 1990). Jumlah kandang yang ada 36 unit, ukuran kandang masing-masing panjang 2,83 m, lebar 2,16 m, luas 6,128m2. Bahan-bahan bangunan kandang terdiri dari semen, kayu, bambu, dan beton. Bahan lantai kandang semen, dan kemiringan lantai kandang 1,270. Tipe kandang yang digunakan adalah gableroof dengan kemiringan 22,80. Biaya dalam pembuatan kandang 250.000.000 untuk 36 unit kandang dengan posisi tempat pakan dan minum berada di dalam

kandang yang berukuran masing-masing panjang 160 cm, 46 cm, 40 cm untuk tempat pakan. Jarak antara kandang dengan rumah penduduk 15 m, dengan frekuensi pembersihan kandang 2 kali/ hari pada pagi jam 06.00 WIB dan sore jam 16.00 WIB dengan tempat penampungan kotoran yang terpisah dengan kandang. Adapun fasilitas pendukung selain kandang adalah gerobak, kursi, cangkul, ember, sabit, sapu, dan asahan. Menurut Setyaningrum, dkk (2003) bahwa atap kandang dapat menggunakan asbes, seng, genteng bahkan dari dedaunan (daun tebu). Bahan atap yang paling baik adalah genteng karena tidak menimbulkan panas dan dapat mengalirkan udara dari celah-celah genteng. Apabila terbuat dari genteng kemiringannya 30o sampai 45o, apabila terbuat dari asbes atau seng kemiringannya 15-20o, jika terbuat dari dedaunan kemiringannya 25-30o. Lantai kandang sebaiknya menggunakan semen yang dibuat kasar sehingga kuat dan tahan lama. Kemiringan lantai kebelakang 2o. Ukuran kandang untuk satu ekor sapi dewasa adalah sebagai berikut : a. Panjang dan lebar lantai adalah 2,10 x 1,45 meter untuk sapi lokal dan 2,10 x 1,50 meter untuk sapi-sapi impor. b. Panjang tempat ransum beserta air minum adalah selebar tempat sapi yaitu, 1,45-1,50 meter. Diantara tempat ransum dengan air minum dibuat penyekat setebal 7,5-10 cm. c. Panjang tempat ransum adalah 95-100 cm, lebar 50 cm dan kedalaman 40 cm. d. Panjang tempat air minum adalah 45-55 cm, lebar 50 cm dan kedalaman 40 cm. e. Pada bagian belakang sapi dibuat selokan dengan lebar 25-30 cm. f. Jalan samping atau jalan antara kedua baris sapi pada kandang ganda dibuat selebar 1m. Manajemen atau tatalaksana dapat diartikan sebagai organisasi atau koordinasi faktor-faktor produksi guna mencapai efisiensi maksimal dalam suatu proses produksi. Dengan demikian maka tatalaksana merupakan suatu penetapan suatu usaha untuk mencapai sasaran produksi dengan menggunakan teori tertentu, dalam bidang peternakan teori ini disebut teori zooteknik (Soedito dkk,1977). Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, penerapan tatalaksana pada Sapi Potong di peternakan Bapak Kusnanto dikelola secara berkelompok, para peternak bergabung menjadi satu kelompok dan bekerjasama dalam manajemen pemeliharaannya. Status kepemilikan ternak yang diterapkan yaitu dengan pola gaduhan (sistem bagi hasil). Dalam pemeliharaanya dilakukan beberapa kegiatan rutin seperti ternak dibersihkan dari kotoran dengan dimandikan setiap 3 hari

sekali. Pengeluhan dilakukan pada sapi-sapi dewasa yang tidak jinak, untuk sapi yang jinak tidak dilakukan pengeluhan. Identifikasi ternak juga tidak dilakukan oleh peternak karena para peternak sudah tahu asal-usul dari ternaknya. Sistem kastrasi juga tidak dilakukan karena sapi pejantan yang dipelihara digunakan sebagai tetua dalam perkawinan. Dehorning sapi tidak dilakukan karena sapi yang dipelihara sudah jinak. Padahal secara kenyataan sebaiknya dalam suatu peternakan dehorning dilakukan dengan maksud untuk meningkatkan efisiensi yang lebih tinggi baik dalam penggunaan tempat pakan, kandang maupun ruangan dalam penggangkutan. Adapun keuntungan sapi yang tidak bertanduk antara lain : 1. Membutuhkan ruangan kandang, tempat pakan, dan ruangan dalam pengangkutan yang sedikit. 2. Lebih mudah ditangani dan lebih tenang sehingga kecil kemungkinan menimbulkan lukaluka pada sapi lain atau bahaya bagi peternaknya. 3. Lebih kecil kemungkinan menderita kerusakan kulit atau lecet-lecet pada karkas terutama dalam pengangkutan ke pasar. 4. Sapi yang tidak bertanduk mempunyai kualitas karkas yang lebih baik daripada yang bertanduk (Setyaningrum, 2003) Pemotong kuku tidak dilakukan karena kuku sudah rapi kurangnya pengetahuan peternak tentang pemotongan kuku sapi. Dipping tidak dilakukan karena lahan yang tersedia tidak cukup luas sehingga tidak memungkinkan untuk membuat kolam untuk dipping.Tetapi pada kenyatannya dipping sangat diperlukan dalam suatu peternakan, karena dengan melakukan dipping dapat mencegah atau mengurangi adanya parasit atau bibit penyakit lainnya yang dapat mengancam kesehatan ternak . Menurut Setyaningrum,dkk (2003), dipping atau mandi obat sebaiknya dilakukan 1 bulan sekali, dengan tujuan utamanya memutuskan siklus hidup parasit dengan menggunakan insektisida. Penyakit yang sering menyerang ternak sapi adalah kembung. Cara peternak mengatasi kembung yaitu memanggil mantri atau langsung ditangani oleh Dinas Peternakan dengan biaya pengobatan Rp. 40.000 sekali pengobatan. Cara pencegahan penyakit oleh peternak yaitu dengan pembersihan kandang dilakukan sesering mungkin, tindakan pembersihan kandang dilakukan setiap hari dan pamberian pakan dan minum yang cukup. Penyakit kembung atau bloat

Bloat salah satu penyakit yang sering menyerang ternak sapi. Penyakit ini ditandai dengan keadaan yang mengembang, membesar akibat kelebihan gas yang tidak bias cepat keluar. Kasus bloat semacam ini banyak dialami oleh sapi yang merumput di lapangan pneggembalaan yang masih basah karena embun pagi, sapi yan makan biji-bijian gilingan terlalu banyak tetapi kurang mendapat hijauan yang berserat kasar tinggi, serta sapi yang terlalu banyak makan hijuan jenis leguminosae. Tanda-tanda bloat 1. Lambung pada sebelah kiri membesar dan kencang 2. Lambung kiri tersebut bila diketuk dengan jari berbunyi seperti drum, akibat rentangan perut yang sangat kencang 3. Pernafasan terganggu dan bekerja berat demikian pula konstraksi rumen yang sangat kuat Tindakan yang perlu dilakukan: 1. Tidak memberi pakan leguminosae berlebihan (maks 50%) 2. Tidak menggembalaan ternak terlalu pagi pada lapangan yang basah karena embun atau hujan 3. Tidak memberi pakan biji-bijian tanpa diimbangi pakan hijaun berserat kasar tinggi
4. Penanganan limbah di peternakan Mugi Hasil dilakukan dengan cara pengolahan feses

sebagai pupuk organik, yang terlebih dahulu ditampung dan didiamkan hingga menumpuk, sementara itu urine dialirkan kesawah sebagai insektisida atau pembasmi serangga. Menurut Anonim (2010), Limbah peternakan sebagian besar berupa bahan organik. Hal ini menunjukkan bahwa apabila dikelola dengan cara yang benar dan tepat peruntukkannya, limbah peternakan masih memiliki nilai sebagai sumberdaya yang potensial bermanfaat. Sejak dahulu limbah peternakan sudah digunakan oleh petani sebagai bahan sumber pupuk organik, namun karena pengaruh intensifikasi pertanian, pemanfaatan tersebut kian berkurang. Selain itu juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi pengolahan limbah peternakan yang masih belum mampu memenuhi tuntutan kebutuhan petani pada masa itu. Pengolahan limbah sebagai pupuk masih dilakukan secara konvensional, yaitu dibiarkan menumpuk dan mengalami proses degradasi secara alami. Teknologi yang tepat dan benar belum dikembangkan.

V. KESIMPULAN 5.1 Manajemen ternak babi a. Kondisi peternak di Sokaraja sudah memenuhi tata pelaksanaan pemeliharaan babi dengan baik b. Tiap periode pemeliharaan sudah disediakan kandang khusus/ sudah ada kandang pemisahan c. Manajemen limbah telah diadakan karena terdapat tempat pembuangan feses (sanitasi bagus) 5.2 Manajemen ternak kambing

Syarat bibit pejantan bagi peternak setempat adalah telinga panjang, badan besar, tinggi, muka cembung. Syarat bibit betina bagi peternak setempat adalah telinga panjang, badan tinggi, muka cembung, sehat, besar dan lincah. Tipe dan model kandang yang digunakan untuk ternak kambing yaitu kandang panggung dengan sistem individu dan atau koloni. Praktikum kali ini jenis pakan yang diberikan berupa hijauan yaitu rumput sawah, daun nangka, daun singkong, dan ketela. Tidak ada pemberian vitamin apapun. Macam-macam penyakit yang pernah menyerang ternak kambing dalam praktikum kali ini adalah kudis dan kembung perut. 5.3 Manajemen ternak sapi
1. Peternakan kelompok tani ternak Sawedyanbo kurang sesuai dengan criteria suatu

peternakan yang baik. 2. Peternakan yang baik yaitu dapat dilihat dari pengadaan bibit yang baik, kandang yang memenuhi syarat, pengaturan perkawinan yang baik, pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, dan tata laksana pemeliharaan yang baik, serta pencegahan dan penanganan penyakit yang baik.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Mananjemen Perawatan dan Pemeliharaan Ternak Domba dan Kambing. http://www.kampoengternak.or.id/files/05.%20Manajemen%20Pemeliharaan%20Ternak %20DOKA.pdf diakses tanggal 10 Desember 2011

Anonim.2009. Tipe-Tipe Kandang Kambing Etawa http://t1.gstatic.com/images? q=tbn:X1Pdvxq1mQ4AVM:http://www.kambingetawa.org/wpcontent/uploads/2009/02/kandang-gede.jpg di akses pada tanggal 10 Desember 2011 Anonim.2010. Perkandangan Babi. http://blogs.unpad.ac.id/saulandsinaga/category/ perkandangan -babi/. Diakses tanggal 10 Desember 2011 Blakely, J dan David H Bade,1991. Ilmu Peternakan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta Menteri Pertanian. 2006. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 57/Permentan/OT.140/10/2006 Tentang Pedoman Pembibitan Kambing dan Domba yang Baik. http://www.disnak.jabarprov.go.id/data/arsip/GBP_kmb_dmb.pdf di akses pada tanggal 10 Desember 2011 Mulyono,S. 2000. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Penebar Swadaya. Jakarta Murtidjo, Bambang. 1990. Beternak Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta Santosa, Undang. 2008. Mengelola Peternakan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta. Murtidjo,B.A. 1993. Memelihara Kambing sebagai Ternak Potong dan Perah. Kanisius. Yogyakarta Nugroho, E dan Whendrato, I. 1990. Beternak Babi. Semarang. Eka Offset. Setyaningrum, A, Yohannes Soebagyo, M.S.Yoga. 2003. Managemen Ternak Potong. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Soedito Adjisoedarmo. 1976. Pemuliabiakan Ternak Sapi Potong. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto

You might also like