You are on page 1of 6

Tugas Kelompok : Hasil Diskusi E-Class Pemikiran John Rawls Kelompok Ende Anggota : Okvan Dwi Pramudya (10/305135/SP/24367),

Willarda Lucky Dwi Ananda (09/281999/SP/23363), Muhammad Ridho Iswardhana (10/296979/SP/23903), Ornitha Ugahari Dwita (10/298835/SP/23999), Iqbal Zakky Hasbianto

(10/297067/SP/23921), Bondan Dewanto (10/298055/SP/23984), Lady Mahendra (10/297220/SP/23952), Michael Yuli Arianto (09/282752/SP/23564), Inisiator : Dika Yulianawati (10/304894/SP/24330) Berikut jalannya proses diskusi : 1. Apakah kontrak sosial merupakan cara yang tepat dalam menilai keadilan seperti pendapat John Rawls? Ornitha Ugahari Dwita : menurut saya, bukan masalah benar atau salah, melainkan tepat atau tidak tepat. berdasar pemikiran JR ini, dengan adanya social contract individu dalam sebuah masyarakat akan menciptakan sebuah keadilan yang absolut dimana hal tersebut akan berimplikasi pada pembuatan kebijakan yang adil pula. social contract itu sendiri digambarkan oleh JR sebagai sesuatu yang penting dalam masyarakat untuk membentuk moralitas. Willarda lucky dwi ananda : Menurut saya, yang dimaksudkan oleh Rawls bahwa untuk mencapai justice yang fair ini diperlukan sebuah social contract ini sudah tepat, in the sense of, bahwa di dalam social contract ini ada sebuah poin yang menurut saya merupakan poin yang penting dalam keadilan ini, yaitu: agreement among citizens, atau persetujuan antara setiap orang yang terlibat. Dengan demikian, konsep liberty, freedom, dan equality ini bagi setiap orang akan dapat didapatkan sesuai dengan keinginan dan kepentingan masing-masing, sesuai dengan hasil konsensus yang didapat melalui proses diskusi yang adil. Meskipun mungkin pada akhirnya tidak semua keinginan setiap orang akan dapat diwujudkan di dalam perjanjian ini, namun paling tidak karena telah melalui proses diskusi inilah, hasil konsensus yang didapat paling tidak akan diharapkan dapat mencapai keadilan yang fairly seimbang bagi setiap orang. Lady Mahendra : Pada dasarnya, social contract merupakan suatu bentuk perjanjian yang dilakukan antar entitas (pada umumnya antar masyarakat dengan pemerintah) untuk kemudian memperoleh kehidupan yang lebih sejahtera, damai, dan tenteram, menurut saya menilai adil atau tidaknya suatu sistem memang bisa dilihat dari keberhasilan social contract tersebut, karena didalam social contract juga telah termasuk kesepakatan mengenai hak dan kewajiban pihak terlibat, yang secara tidak langsung mendeskripsikan juga mengenai hubungan timbal baliknya. Melalui kesepakatan

tersebutlah manusia mencoba menciptakan equal distribution of social primary goods sekaligus kebebasan di waktu yang bersamaan, yang mana 2 faktor ini diyakini merupakan representasi dari keadilan. Dengan kata lain saya memandang social contract ini sendiri sebagai alat untuk meminimalisir terjadinya friksi yang berpotensi muncul dari adanya pemberian kebebasan bagi setiap entitas, dengan cara mengorganisirnya melalui kesepakatan yg tertuang dalam social contract. Sehingga, bila setiap pihak terlibat mampu menjalankan kesepakatan dalam social contract dengan baik dan benar maka teorinya akan tercipta keadilan. Iqbal Zakky : Kalo saya pahami kembali (mohon dikoreksi jika salah), konsep social contract ini kan seperti musyawarah, dimana semua orang memiliki hak suara dan berpendapat mengenai sesuatu yang akan disepakati (misalkan dalam bidang sosial, tidak boleh mendiskriminasi) dan berakhir mufakat (menunggu semua orang setuju). Jika pertanyaannya benar atau salah, menurut saya ini merupakan cara yang benar dan demokratis. Dika Yulianawati : bagaimana pendapat yang lain? menurut saya, kontrak sosial itu ketika seseorang setuju terikat/tidak dalam sebuah perjanjian. apakah ada tanggapan yang lain sebelum beralih ke pertanyaan kedua? Okan Dwi Pramudya : Saya menilai pemikiran John Rawls mengenai kontrak sosial untuk mencapai keadilan itu sudah tepat. Pembentukan kontrak sosial ini kemudian menjadi bentuk nilai moral dalam masyarakat. Kontrak sosial ini merupakan suatu perjanjian dalam masyarakat bebas untuk berada dalam suatu aturan tertentu demi kedamaian dalam kehidupan bersama. Dengan begitu, kesetaraan antar individu dalam masyarakat akan tercapai. Kesetaraan ini menunjukkan bahwa setiap individu memiliki porsi yang adil dalam memenuhi kepentingannya. Iqbal Zakky : menurutku permasalahannya bukannya mau terikat atau gak, tapi bagaimana proses kontrak itu terbentuk yang jadi permasalahan. Lady Mahendra : social contract itu ketika lahir sudah terdaftar jadi warga negara kan sudah termasuk social contract, menurutku, karena dengan berada dibawah institusi negara kan kita mau ga mau harus ngikutin hukum yg berlaku. orang yang menolak untuk terikat dengan social contract itu pasti gerakan separatis atau sejenisnya .Iqbal Zacky : setuju sama lala, keterikatan itu mutlak ketika kontrak

sudah terbentuk/disepakati. maka dari itu menurutku yang menjadi masalah adalah bagaimana kontrak itu terbentuk. belum tentu kan semua orang sepakat secara murni, maksudku ada yang namanya lobbying. Bondan Dewanto : SETUJU sama yg diatas (lala iqbal). Muhammad Ridho Iswardhana : Menurut saya, jika dilihat lebih lanjut dalam kehidupan bermasyarakat, seorang individu dalam komunitas masyarakat yang berada dalam kondisi bebas nilai akan membuat suatu perjanjian yang adil dalam sebuah kontak sosial, melalui hal tersebut maka akan terbentuk adanya aturan bersama bagi semua pihak yang juga

memuat keadilan yang absolut bagi semua pihak di dalamya. Dalam hal ini, bukan masalah benar atau salah, tetapi bagi saya kontak sosial merupakan bentuk saluran komunikasi dan penyamaan pendapat bagi sebuah komunitas masyarakat, melalui perundingan dan diskusi bersama yang kemudian menyepakati suatu keputusan sehingga dapat mencapai keadilan yang seimbang seperti yang dikatakan oleh Rawls. setuju deh dengan lala dan teman-teman yang lain yang menyatakan bahwa jika seseorang sudah tergabung dalam kontrak sosial, maka ia mau tidak mau harus mematuhi aturan yang ada, semua kebijakan yang dibuat. jika mereka menolaknya, mereka akan dianggap sebagai pemberontak. Michael Yuli Arianto : Kalau kita melihat kembali pemikiran Niebuhr kita akan melihat bahwa manusia dilahirkan kadang dengan start position yang tidak sama, dan hal ini akan berpengaruh pula dalah kehidupan dan interaksi mereka dalam membentuk suatu masyarakat, akan ada pihak yang memiliki sumber daya lebih, dan ada pihak yang akan memiliki sumber daya lebih sedikit, dan hal ini perlu diatur agar tidak terjadi eksploitasi dan diskriminasi dalam interaksi social. Sehingga kemudian John Rawls mencetuskan adanya suatu kontrak social untuk melakukan distribusi sumber daya dalam rangka menciptakan keadilan dalam masyarakat.

2. Apa yang menarik dari pandangan John Rawls sehingga membedakannya dari pendapat Kant? Iqbal : Jika pertanyaannya apa yang menarik, maka saya akan menjawab proses dari social contract itu yang menarik. Kalo pertanyaannya apa yang berbeda dengan Kant, mungkin level atau tingkat kontraknya. Kant mengusung level universal. Ornitha : setelah membaca presentasi teman-teman lain, yang membuat menarik dari pemikiran JR ini adalah ia menggambarkan otonomi manusia berdasar pada pemikiran Kant dimana manusia memiliki kebebasan untuk memilih apa yang menjadi kehendaknya. Lala : Setelah aku baca lagi, menurutku disini kant cukup menekankan pada moralitas yang harus dijunjung tinggi sama negara untuk bisa bertindak adil. Karena ketidakadilan itu biasanya terjadi karena adanya ambisi negara untuk mencapai prestos dan membuat citra yang bergengsi di level internasional, sehingga nilai-nilai moral di negaranya sendiri kerap dikesampingkan. Nah nilai moral aku lihat di dalam statementnya rawls ini ga terlalu di ekspos sih, jadi kelihatannya menurutku rawls lebih idealis dari pada kant. Karena Kant tetep menyadari kalau pemerintah itu memang berkemungkinan besar bertindak tidak adil, namun masih ada kemungkinan untuk memperbaikinya. Rawls cenderung lebih teoritis sih kelihatannya.Okvan

Dwi Pramudya Menurut saya yang membedakan Rawls dengan Kant adalah Kant melihat sistem sosial di level universal, seperti pembentukan federasi internasional yang mengatur tingkah laku negara. Sedangkan Rawls ini melihat di level negara seperti adanya kontrak sosial. Ornitha Ugahari : yang membuat berbeda antara Kant dan JR adalah sama seperti jawaban iqbal dan okvan, JR lebih menekankanpada adanya kontrak sosial. sedangkan Kant lebih universal. Bondan Dewanto : Nah kalo dari bahan yang diberikan dan jawaban temen2 sih yang menarik dari pemikirannya rawls ini adalah manusia memiliki kebebasan untuk memilih apa yang menjadi kehendaknya namun terikat dengan social kontrak yang telah dilakukan dengan bergabung dan memutukan berada dalam naungan satu Negara, jadi dapat terlihat pencapaian keadilan-keadilan yang diinginkan. Trus yang membedakan dengan Kant itu level pembahasannya yang lebih luas ke tingkat internasional atau lebih universal dibanding dengan Rawls. Iqbal Zakky : sebenernya aku masih bingung. apakah sekarang ini kita hidup dalam masa "after" social contract atau kita ini hidup dalam proses social contract? Michael Yuli Arianto:Sebenarnya inti dari kontrak social yang menjadi pemikiran rawls dengan kant hampir sama, hanya saja, untuk kant suatu kontrak social adalah untuk menciptakan order, sepreti halnya pemikiran Thomas Hobbes dengan leviathan, kontrak social diperlukan untuk mengatur hubungan antar manusia, yang kadang juga melibatkan rasa takut di dalamnya untuk menjamin agar kontrak social tersebut berjalan, sedangkan Rawls mencetuskan kontrak social yang digunakan untuk menciptakan keadilan dalam masyarakat dan percaya bahwa kontrak social ini akan berjalan karena manusia pada dasarnya baik dan teratur. Bondan Dewanto : kalo dari yang se-ngerti aku soal social contract sih ya bal, kita itu kan kita tuh bergabung atau menentukan diri untuk bernaung dibawah satu negara itu kan istilahnya udah mendeclare kalo kita punya kontrak sosial, nah kalo kehidupan sekarangnya ini ya perjalanan dari kontrak sosialnya. Muhammad Ridho Iswardhana : Menurut saya yang membedakan antara keduanya adalah jika Kant cenderung lebih memilih untuk menciptakan perdamaian secara universal di dunia ini, maka Rawls berusaha menciptakan keadilan absolut yang seimbang melalui kontrak sosial di masyarakat. Michael Yuli Arianto: menjawab iqbal, kalau menurut JJ Rousseau kita berada dalam proses kontrak sosial karena kita hidup dalam sistem bernegara, kita tidak lagi memegang penuh hak kita sebagai manusia, tapi menyerahkannya kepada negara untuk mengaturnya. Lady Mahendra : kalo menurutku sih juga kita lg menjalankan kontrak, soalnya ya itu tadi selama kita masih jadi warga negara berarti kita tengah menjadi bagian dalam social contract. Ornitha Ugahari Dwita : mereview jawaban teman-teman nih ya, kita masih hidup dalam proses kontrak sosial yang membuat kita harus mematuhi segala yang telah dibuat, meskipun sebagai manusia kita

memilki hak untuk menentukan kehendak kita sendiri. masih ada negara yang mengatur kehidupan kita. Iqbal Zakky : Rosseau itu bahas konsep negara bukan sih kak mike? Oke, makasih temen2 atas jawabannya, saya bingung aja, sebenarnya konsep social contract yang ditawarkan Rawls ini sudah kadaluarsa bagi kita atau belum. Soalnya kalo mau bahas masalah kebebasan, toh sekarang kita sudah gak bebas. Mau bahas soal hak, toh yang nentuin hak bukan kita, tapi orang2 sebelum kita. Dika Yulianawati : kalo soal kontrak sosial sih sebenarnya Rawls mengacu pada pemikirannya Locke. knapa Rawls ngomong-ngomong soal primary goods karena menurut Rawls liberalisasi, globalisasi, free trade yg terjadi sekarang itu hanya menguntungkan beberapa pihak. dan ada pihak lain yang terenggut haknya karena proses tadi. Willarda Lucky : pendapat yang diajukan oleh Rawls sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep yang telah diajukan oleh Kant sebelumnya. Sementara Kant sebelumnya telah secara implisit memperbolehkan adanya penggunaan kekuatan koersif dalam meng-enforce prinsip-prinsip politik yang menurutnya ideal untuk menuju perpetual peace seperti republikanisme, dan HAM, Rawls secara lebih tegas menyatakan bahwa penggunaan kekuatan koersif (secara diplomatik, ekonomi maupun militer) oleh masyarakat internasional ini perlu untuk dilakukan dalam usaha menegakkan HAM. Selain itu, sementara Kant sebelumnya belum secara detail menjelaskan mengenai masyarakat seperti apakah yang disebut sebagai masyarakat yang civilized (beradab), kemudian Rawls menjelaskan dengan labih lanjut, dalam konsepnya mengenai decent people dan liberal people.

3. Jika kita mengacu terhadap hukum internasional yang berlaku sekarang, apakah sudah menganut prinsip justice as fairness seperti pendapat Rawls? Michael Yuli Arianto : dalam hukum internasionalnya sudah, tapi dalam sistem internasionalnya belum, terutama karena ada kekuatan negara-negara besar yang direseprentasikan dalam organisasi internasional seperti WTO dan PBB, serta kekuatan regional yang didominasi oleh negara-negara tertentu. Bondan Dewanto : setuju sama kak mike, kalo peraturannya udah ada dalam hukum internasional tapi masih kurang dalam pelaksanaannya dalam sistem internaional. jadi belum bisa dikatakan fair. Ornitha Ugahari Dwita : okelah saya setuju sama kak mike dan bondan. Okvan Dwi Pramudya :saya juga setuju dengan pendapat mas mike. meskipun aturannya sudah ada, namun dalam pelaksanaannya masih belum sepenuhnya baik. Lady Mahendra : menurutku, dari segi upaya, perumusan hukum internasional itu sudah menunjukkan adanya cara pikir berdasarkan justice as fairness, yang terlihat jelas dari sejumlah treaty, konvensi, perjanjian, norma, serta

hukum internasional itu sendiri yang kerap menekankan pada kesamarataan. namun kalau dari segi implementasinya, aku rasa masih kurang. masih banyak pihak-pihak yang lebih mementingkan hasil akhir instead of prosesnya.sehingga kemudian keserakahan kembali mengambil alih dan nilai-nilai justice itu jadi terabaikan.

Kesimpulan : Dalam menilai sebuah keadilan, Rawls menekankan terhadap kontrak sosial yang telah terjadi dalam sebuah masyarakat. Kontrak sosial menurut pendapat Rawls merupakan kontrak sosial yang telah dijabarkan oleh filsuf-filsuf politik seperti misalnya Niebuhr, John Locke, JJ Rousseau, dan Thomas Hobbes. Justice as fairness menurut Rawls tidak dapat menciptakan keadilan yang sama bagi semua orang, karena itu merupakan sesuatu yang mustahil, melainkan lebih kepada meminimalisir adanya ketidakadilan. Rawls, yang merupakan filsuf kosmopolitan modern, mengembangkan gagasan-gagasan dari filsuf pendahulunya yaitu Immanuel Kant. Seperti misalnya, Rawls mengembangkan dan menjelaskan lebih jauh lagi gagasan Kant mengenai well-ordered society. Dari hasil diskusi diatas kelompok kami memandang bahwa gagasan kosmopolitan Kant berlaku secara universal, sedangkan Rawls lebih hanya sebatas teoritis. Persamaan kedua filsuf ini adalah mereka menuntut negara yang telah memiliki kedaulatan atas rakyatnya harus berusaha memenuhi dan menjamin hak-hak dasar warga negaranya. Karena hubungan antara negara dan warga negara telah terikat melalui kontrak sosial yang mereka buat sebelumnya. Disini, Kant juga berusaha menentang pendapat-pendapat mengenai utilitarianisme serta arus-arus globalisasi dan free trade yang sedang berkembang saat itu. Jika kita mengaplikasikan pendapat-pendapat Rawls kedalam tatanan dunia internasional, kita dapat mengetahui bahwa Rawls mempunyai kontribusi terhadap penegakan hukum-hukum internasional, seperti misalnya hukum mengenai Hak Asasi Manusia (HAM). Hal tersebut dapat dipahami karena Rawls merupakan filsuf Amerika Serikat yang memiliki pengaruh yang cukup signifikan di dalam negeri maupun di luar negeri. Namun jika kita melihat lebih jauh lagi penerapan-penerapan dalam hukum internasional, prinsip justice as fairness yang diusulkan Rawls belum dapat terwujud. Tidak dapat terwujudnya justice as fairness direpresentasikan dalam organisasi-organisasi internasional, seperti misalnya WTO dan PBB. Ketidakadanya implementasi dari justice as fairness dikarenakan negara-negara di dunia ini lebih mementingkan hasil dari pada proses dalam setiap pengambilan kebijakan.

You might also like