You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN

Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui bahwa kejahatan yang terjadi di muka bumi ini sama usia tuanya dengan sejarah manusianya itu sendiri. Luka merupakan salah satu kasus tersering dalam kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Jumlah kejahatan di Indonesia meningkat 15 persen pada 2006. Rata-rata orang terkena kejahatan pun naik di tahun ini. Selama 2006, jumlah kejahatan meningkat dari 256.543 (tahun 2005) menjadi 296.119, sedangkan pada tahun 2009 menjadi 344,942. Jumlah penduduk yang beresiko terkena kejahatan rata-rata 123 orang per 100.000 penduduk Indonesia di 2006. Bila dibandingkan tahun 2005 terjadi kenaikan 1,65 persen, sedangkan pada tahun 2009 resiko terkena kejahatan meningkat menjadi 148 orang per 100.000 penduduk. Trauma merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan pada usia produktif dan merupakan tiga penyebab kematian tersering seluruh dunia. Trauma dibedakan menjadi trauma tumpul dan trauma tajam. Keduanya mempunyai persamaan, yaitu mengakibatkan luka atau hilangnya hubungan jaringan tubuh, seperti jaringan kulit, lunak, otot, pembuluh darah, saraf dan tulang. Sedangkan perbedaannya terletak pada bentuk luka, tepi luka, jembatan jaringan, akar rambut, dasar luka, dan luka lain sekitar luka.1,2 Trauma dada berkontribusi 20-25% dari seluruh trauma yang menyebabkan kematian dimana luka tusuk pada dada berkontribusi sebagai penyebab terbesar trauma dada. Luka tusuk merupakan suatu luka dimana panjang luka lebih kecil dibandingkan kedalaman luka yang terjadi akibat dorongan dimana gaya ditekankan pada suatu ujung terkecil benda, pointed object. Karakteristik luka tusuk bergantung pada sifat-sifat objek yang digunakan, bagaimana objek mengenai dan masuk ke dalam tubuh, serta elastisitas kulit yang terkena objek.3 Luka tusuk pada dada yang mengenai organ vital merupakan luka yang berpotensi life threatening injuries atau termasuk pada kategori luka berat. Suatu luka yang mengenai daerah dada dapat mengenai dua hal, yaitu dinding dada dan viseral dada. Luka pada viseral dada

melibatkan dua sistem penting, yaitu sistem respirasi dan sistem kardiovaskular. Gangguan pada sistem respirasi yang sering terjadi adalah hemothorax dan pneumothorax, sedangkan gangguan pada sistem kardiovaskular yang sering terjadi adalah cardiac tamponade. Semua gangguan tersebut akan menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani.4 Luka tusuk pada dada dapat merupakan suatu kasus bunuh diri, pembunuhan, maupun kecelakaan. Oleh karena itu, diperlukan analisis terhadap karakteristik luka tusuk akibat pembunuhan dan bunuh diri, sehingga cara kematian dapat ditentukan. Hal ini merupakan salah satu bantuan ilmu kedokteran terhadap proses peradilan. Selain menentukan cara kematian, dalam kasus traumatologi, seorang dokter harus mampu menentukan saat kematian, sebab kematian, jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan/senjata yang menyebabkan luka, serta klasifikasi luka tersebut sesuai dengan undang-undang.5 Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP dijelaskan bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah Visum et Repertum, dimana di dalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korban, baik korban luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena tindak pidana. Bagi dokter yang bekerja di Indonesia perlu mengetahui ilmu kedokteran Forensik termasuk cara membuat Visum et Repertum. Seorang dokter perlu menguasai pengetahuan tentang mendeskripsikan luka, tujuannya untuk mempermudah tugas-tugasnya dalam membuat Visum et Repertum yang baik dan benar sehingga dapat digunakan sebagai alat bukti yang bisa meyakinkan hakim untuk memutuskan suatu tindak pidana. Pada karya tulis ini akan membahas beberapa gambaran makroskopis luka akibat kekerasan tajam, khususnya luka tusuk pada daerah dada pada beberapa korban tindak pidana pembunuhan, sehingga nantinya dapat diketahui deskripsi luka yang khas, khususnya pada luka tusuk di dada dan implikasinya.

BAB II LAPORAN KASUS 2.1 Visum et Repertum Jenazah NMG

BAB III PEMBAHASAN

2.1. Batasan Kasus Luka Tusuk Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan. 4 Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit Didalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari permasalahan jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan yang menyebabkan luka, dan kualifikasi luka.1,4 Berdasarkan sifat serta penyebabnya, luka akibat kekerasan dapat dibedakan menjadi seperti berikut ini: 1. Luka karena kekerasan mekanik (benda tajam, tumpul, dan senjata api). 2. Luka karena kekerasan fisik (arus listrik, petir, suhu) 3. Luka karena kekerasan kimiawi (asam, basa, logam berat) Luka akibat senjata berujung runcing dan tajam dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu luka tusuk, luka iris, luka potong, dan luka terapetik atau diagnostik. Luka tusuk

merupakan salah satu bentuk luka akibat benda tajam yang pada umumnya mudah dibedakan dari luka akibat benda tumpul dan dari luka akibat tembakan senjata api. Luka yang diakibatkan benda tajam dapat dibedakan dari luka akibat benda lainnya, yaitu dari keadaan sekitar luka yang tenang (tidak ada luka lecet atau luka memar), tepi luka rata dan sudut-sudutnya runcing seluruhnya atau hanya sebagian, terpotong akar rambut serta tidak ada jembatan jaringan.6

Pada kematian yang disebabkan oleh benda tajam, walaupun tetap harus dipikirkan kemungkinan karena suatu kecelakaan, tetapi pada umumnya karena suatu peristiwa pembunuhan atau bunuh diri.6

2.2 Mekanisme Luka Tusuk Kedalaman luka tusuk umumnya melebihi panjang permukaan luka. Panjang luka merupakan lebar maksimal dari senjata yang digunakan, dan kedalaman luka merupakan panjang minimal senjata. Luka tusukan akibat pisau mungkin memiliki tepi yang tumpul dan tepi yang tajam, yang mengarah bahwa senjata yang digunakan adalah pisau bermata satu.7 2.2.1 Sifat-sifat Luka Tusuk pada Kasus Bunuh Diri Pada kasus bunuh diri, biasanya luka tusuk ditemukan pada daerah dada, sesuai dengan letak jantung dan pada daerah perut biasanya daerah lambung. Luka-luka percobaan dapat dijumpai pada daerah sekitar luka tusuk. Selain itu, pada tangan korban tidak jarang ditemukan pisau yang tergenggam dengan sangat kuatnya akibat adanya cadaveric spasm, yaitu kekakuan seketika pada otot-otot tubuh, yang mencerminkan adanya faktor stres emosional dan intravitalitas.6 Pada kasus bunuh diri umumnya pakaian korban dalam keadaan utuh (tidak robek) dan darah hanya berada di sekitar luka.7 2.2.2 Sifat-sifat Luka Tusuk pada Kasus Pembunuhan Jumlah luka pada umumnya lebih dari satu, tidak mempunyai tempat atau lokasi khusus, ditemukan luka lain akibat korban melakukan perlawanan (luka tangkis). Luka tangkis merupakan luka yang terjadi akibat perlawanan korban. Lokasi luka juga umumnya berada di regio yang tidak bisa di capai oleh tangan korban. Luka tangkis dapat ditemukan pada daerah lengan bawah bagian dalam atau pada telapak tangan, bila korban berusaha menangkap atau merebut ataupun menangkis serangan lawan.6 Pakaian korban biasanya ditemukan dalam keadaan sudah terkoyak, dan darah berceceran.7 Luka tusuk pada dada bisa melibatkan jantung yang menyebabkan trauma pada miokardium, arteri koroner, struktur katup atau pembuluh darah besar, yang bisa mendatangkan ancaman nyawa bagi korbannya.8 Tabel 1. Ciri-ciri luka akibat kekerasan benda tajam pada kasus pembunuhan

Pembunuhan Lokasi luka Jumlah luka Pakaian Luka tangkis Luka percobaan Cedera Sekunder Sembarang Banyak Terkena Ada Tidak ada Mungkin ada

Bunuh Diri Terpilih Banyak Tidak terkena Tidak ada Ada Tidak ada

Kecelakaan Terpapar Tunggal/banyak Terkena Tidak ada Tidak ada Mungkin ada

Pada laporan kasus telah dijelaskan kondisi 3 keadaan jenazah yang merupakan korban kasus pembunuhan. Ketiga korban adalah NMG, IKD, dan MFA. Ketiga korban ditemukan tewas terbunuh dan ditemukan adanya sejumlah luka tusuk pada pemeriksaan luar yang dilakukan pada tubuh korban. Pada jenazah NMG ditemukan 17 luka, yang terdiri dari luka lecet dan luka terbuka yang terdapat pada ketiak kiri, dada kiri, payudara kiri, perut kanan, perut kiri, pinggang kiri, siku kiri, telapak jari manis tangan kanan, lengan bawah kiri, telapak tangan kiri, dan paha kanan, serta luka lecet pada siku kiri. Pada jenazah IKD ditemukan 5 luka terbuka pada leher bagian depan, leher kiri, dada kiri, dada kiri, dan perut kiri atas. Sedangkan pada jenazah MFA ditemukan 16 luka, yang terdiri dari luka terbuka, luka memar, dan luka lecet yang terdapat pada dahi, kelopak mata kiri, pelipis kanan dan kiri, pipi kanan dan kiri, bahu kanan, dada sisi kiri, lengan kanan dan kiri, lutut kiri dan tungkai bawah kanan. Adapun ciri-ciri luka yang terdapat pada ketiga korban sesuai dengan ciri-ciri luka pada kasus pembunuhan. Pada tabel berikut ini dijelaskan ciri-ciri luka pada masing-masing korban.

Tabel 2. Ciri-ciri luka pada masing-masing jenazah NMG Lokasi luka Jumlah luka Sembarang Banyak IKD Sembarang Banyak MFA Sembarang Banyak

Pakaian

Terkena

Tidak memakai pakaian

Terkena

Luka tangkis Luka percobaan Jenis luka yang ditemukan Sudut pada luka terbuka

Ada Tidak ada Luka terbuka dan luka lecet Beberapa luka didapatkan kedua sudut tajam dan beberapa luka didapatkan salah satu sudut tajam dan sudut lainnya tumpul

Tidak ada Tidak ada Luka terbuka

Ada Tidak ada Luka terbuka, luka memar, dan luka lecet

Kedua sudut tajam pada seluruh luka terbuka

Beberapa luka didapatkan kedua sudut tajam dan beberapa luka didapatkan salah satu sudut tajam dan sudut lainnya tumpul

Tepi pada luka terbuka Jembatan jaringan pada luka terbuka Organ dalam yang terlibat pada tusukan

Rata

Rata

Rata

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Jantung (kandung

Lobus atas paru kiri,

Jantung (kandung jantung, bilik kanan)

jantung dan bilik kiri), lengkung aorta, hati hati lobus kanan atas, usus halus lobus kiri, usus besar, lambung

Lokasi luka Jika dilihat berdasarkan lokasi luka, luka pada ketiga jenazah didapatkan tersebar sembarang pada beberapa region tubuh. Seperti telah dijelaskan pada tabel 1 pada kasus pembunuhan terdapat lokasi luka yang sembarang sama seperti yang terdapat pada ketiga jenazah ini. Tidak seperti pada kasus bunuh diri yang cenderung terlokalisasi pada suatu regio tubuh.

Pada ketiga jenazah terdapat persamaan lokasi tusukan yaitu pada region dada sisi kiri. Adapun organ dalam yang terkena pada ketiga kasus ini adalah jantung, aorta, paru, hati, usus, dan lambung. Sebagian besar luka tusuk yang berakibat fatal berlokasi di dada sebelah kiri. Hal ini dapat diterangkan karena sebagian besar orang menggunakan tangan kanan. Sehingga apabila seorang akan menusuk korban, maka ia cenderung menusuk bagian kiri dada korban tempat jantung berada. Luka tusuk pada daerah ini akan mencederai jantung dan aorta. Kematian karena sebuah luka tusuk pada paru-paru jarang terjadi. Luka tusuk fatal pada bagian kanan dada melibatkan cederanya ventrikel kanan, aorta, atau atrium kanan. Apabila tusukan di daerah parasternal kiri maka akan mencederai ventrikel kanan. Dan bila tusukan berada lebih lateral dan inferior maka akan mencederai ventrikel kiri. Arah luka tusuk pada jantung dapat berasal dari depan, samping, dan jarang dari belakang. Sebagian besar luka tusuk pada bagian kiri dada juga menembus paru-paru. Beberapa orang dapat bertahan hidup akibat luka tusuk jantung. Luka tusuk pada paru, seperti halnya pada jantung sering terjadi dari arah depan dada. Jarang dari arah samping dan belakang. Luka tusuk pada paru juga sebagian besar melibatkan jantung. Luka tusuk pada dada bagian bawah selain mencederai paru dan jantung, juga bisa melibatkan organ dalam abdominal. Luka tusuk abdominal fatal biasanya melibatkan hati dan pembuluh darah mayor seperti aorta, vena cava, iliaka, atau mesenterika. Luka tusuk bagian leher dan kepala lebih jarang terjadi. Pada luka tusuk leher biasanya pisau akan melukai pembuluh darah mayor, trakea, dan menyebabkan pendarahan pulmonary tree.

Luka Tangkis dan Luka Percobaan Pada kasus pembunuhan biasanya didapatkan adanya luka tangkis yang biasanya terdapat pada ekstremitas akibat tindakan perlawanan yang dilakukan korban yang berusaha mencegah tusukan pada daerah tubuh yang vital. Sedangkan luka percobaan biasanya merupakan luka sayat atau tusuk yang dilakukan berulang-ulang dan sejajar yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan korban yang terkesan masih mencoba untuk bunuh diri. Dua dari tiga jenazah didapatkan adanya luka tangkis yang menandakan adanya perlawanan dari korban. Sedangkan tidak tampak aanya luka percobaan yang dapat ditemukan pada ketiga henazah yang menandakan kasus ini bukanlah merupakan kasus bunuh diri.

Gambar 1. Ilustrasi luka tangkis (kiri) dan luka iris pada leher dengan luka percobaan pada kasus bunuh diri (kanan).

Gambaran Luka Jenis luka yang didapat pada ketiga jenazah adalah luka terbuka. Selain luka terbuka juga didapatkan luka lecet pada dua jenazah dan luka memar pada satu jenazah. Pada luka terbuka yang didapatkan pada ketiga jenazah didapatkan tepi luka yang rata, tidak ada jembatan jaringan pada luka, kedua sudut luka tajam, dan terdapat juga beberapa luka yang salah satu sudutnya tajam dan sudut yang lain tumpul. Kekerasan akibat benda tajam biasanya memberikan gambaran umum luka seperti tepid an dinding luka yang rata, berbentuk garis, tidak terdapat jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis dan titik. Luka akibat kekerasan benda tajam dapat berupa luka iris, luka tusuk, dan luka bacok. Selain gambaran luka umum di atas, luka iris dan luka bacok memiliki sudut luka lancip dan dalam luka tidak melebihi panjang luka. Sudut luka yang lancip dapat terjadi dua kali pada tempat yang berdekatan akibat bergeraknya korban. Bila dibarengi gerak memutar dapat menghasilkan luka yang tidak selalu berupa garis.

Pada luka tusuk, sudut luka dapat menunjukkan perkiraan benda penyebabnya, apakah berupa pisau bermata satu atau bermata dua. Bila satu sudut luka lancip dan yang lain tumpul, berarti benda penyebabnya adalah benda tajam bermata satu. Bila kedua sudut lancip, benda tersebut dapat diakibatkan oleh benda tajam bermata dua. Benda tajam bermata satu dapat menimbulkan luka tusuk dengan kedua sudut lancip apabila hanya bagian ujung benda saja yang menyentuh kulit, sehingga sudut luka dibentuk oleh ujung dan sisinya yang tajam. Pada kasus ini, jenazah dengan inisial NMG dan MFA memiliki beberapa luka yang memiliki salah satu sudut tajam dan sudut yang lain tumpul, maka dapat dipertimbangkan penyebab luka tusuknya diakibatkan oleh benda tajam bermata satu, sedangkan pada jenazah IKD, didapatkan kedua sudut tajam, maka dapat dipertimbangkan luka diakibatkan oleh benda tajam bermata dua, walaupun tidak dapat melepas kemungkinan disebabkan oleh benda tajam bermata satu. Tetapi untuk memastikan identifikasi senjata yang digunakan tidak boleh gegabah dalam memastikan senjata jenis apa yang digunakan saat menusuk korban. Seseorang tidak dapat memastikan apakah sebuah pisau sebagai penyebab luka, kecuali ujung pisau patah dan tertancap pada tubuh korban. Bentuk dan ukuran luka tusuk pada kulit tergantung dari jenis pisau, arah tusukan, pergerakan pisau sewaktu menusuk, pergerakan korban sewaktu ditusuk, dan status relaksasi dan tegangan kulit. Ketajaman senjata akan menentukan bentuk tepi luka : tajam dan regular; abrasi dan memar, atau bergerigi dan kontusi. Pada pisau yang tumpul, tepi luka terabrasi. Apabila seseorang tertusuk dengan sudut oblik antara pisau dan kulit, maka luka tusuk akan memiliki salah satu tepi lebih tinggi letaknya daripada tepi lain. Hal ini mengindikasikan arah masuknya pisau. Adapun di Amerika Serikat sangat jarang sekali ditemukan luka tusuk akibat pisau bermata dua, sebagian besar penusukan dilakukan dengan pisau bermata satu.

Gambar 2. Bagian dari pisau bermata satu

Penampakan luar luka tusuk tidak sepenuhnya tergantung dari bentuk senjata. Jaringan elastis dermis, bagian kulit yang lebih dalam, terbentuk dari garis lengkung pada seluruh area tubuh, sehingga mempunyai efek yang sesuai dengan bentuk senjata. Jika tusukan terjadi tegak lurus garis tersebut, maka lukanya akan lebar dan pendek. Sedangkan bila tusukan terjadi paralel dengan garis tersebut, luka yang terjadi sempit dan panjang.7 Menikam atau menusuk biasanya dengan pisau, sering terjadi pada kasus pembunuhan dan pembantaian. Karakteristik dari alat tusuk: 1) Panjang, lebar dan ketebalan pisau 2) Satu atau dua sisi 3) Derajat dari ujung yang lancip 4) Bentuk belakang pada pisau satu sudut (bergerigi atau kotak) 5) Bentuk dari pelindung pangkal yang berdekatan dengan mata pisau 6) Adanya alur, bergerigi atau cabang dari mata pisau 7) Ketajaman dari sudut dan khususnya ujung dari mata pisau Karakteristik luka tusuk dapat menerangkan tentang dimensi senjata, tipe senjata, kelancipan senjata, gerakan pisau pada luka, kedalaman luka, arah luka, dan banyaknya tenaga yang digunakan.8 Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya adalah reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, atau manipulasi yang dilakukan pada saat penusukan. Beberapa pola luka yang dapat ditemukan :9 1) Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan ditusukkan kembali melalui saluran yang berbeda, sehingga luka tidak sesuai dengan gambaran biasanya dan lebih dari satu saluran dapat ditemui pada jaringan yang lebih dalam maupun pada organ. 6

2) Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah satu sudut, sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan kulit seperti ekor. 3) Tusukan masuk kemudian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain, sehingga saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga lebih luas dibandingkan dengan lebar senjata yang digunakan. 4) Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan mengggunakan titik terdalam sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar pada bagian superfisial, luka luar juga lebih besar dibandingkan lebar senjata yang digunakan. 5) Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk ireguler dan besar. Jika senjata digunakan dengan kekuatan tambahan, dapat ditemukan kontusio minimal pada luka tusuk tersebut. Hal ini dapat diindikasikan adanya pukulan. Pisau yang ditusukkan pada dinding dada dengan kekuatan tertentu akan mengenai tulang rawan dada, tulang iga, dan bahkan sternum. Biasanya senjata yang tidak begitu kuat dapat rusak atau patah pada ujungnya yang akan tertancap pada tulang, sehingga dapat dicocokkan ujung pisau yang tertancap pada tulang dengan pasangannya. Pembedahan dari jaringan dan otot bisa mengungkapkan bahwa kerusakan dinding dada terletak di ICS berapa. Informasi ini menjadi petunjuk luka dan menggambarkan jejak luka.7,8,9 Perkiraan mengenai derajat kekuatan luka tusuk, diberikan keterangan mengenai bagian dari tulang atau pengerasan tulang rawan, ketajaman dari ujung pisau, kecepatan datangnya pisau, kulit yang elastis lebih mudah ditembus, variasi ketebalan kulit terhadap pisau (kulit telapak kaki lebih tebal dari bagian tubuh lain), serta luka tembus yang disebabkan tusukan.7,8,9 Pemeriksaan pada kain (baju) yang terkena pisau bertujuan untuk melihat interaksi antara pisaukain-tubuh, yaitu melihat letak/lokasi kelainan, bentuk robekan, adanya partikel besi (reaksi biru berlin dilanjutkan dengan pemeriksaan spektroskopi), serat kain, dan pemeriksaan bercak darah.8

Gambar 3. Luka terbuka akibat pisau bermata satu

2.3 Tanatologi dan Perkiraan Waktu Kematian Tanda-tanda pasti kematian, yaitu lebam mayat (livor mortis), kaku mayat (rigor mortis), penurunan suhu tubuh (algor mortis), pembusukan (decomposition, putrefaction ), adiposera atau lilin mayat, dan mummifikasi. Rigor mortis adalah kekakuan pada tubuh setelah kematian yang disebabkan karena tidak terdapat adenosine trifosfat (ATP) dalam otot. Pada saat awal kematian, tubuh menjadi flaccid. Namun dalam 1 hingga 3 jam setelah itu, kekakuan otot mulai meningkat dan terjadi imobilisasi pada sendi.1,3 Kadar glikogen yang terdapat pada setiap otot berbeda-beda, sehingga sewaktu terjadinya pemecahan glikogen menjadi asam laktat dan energi pada saat terjadinya kematian somatik, akan menyebabkan adanya perbedaan kadar ATP dalam setiap otot. Keadaan ini dapat menerangkan alasan kaku mayat mulai tampak pada jaringan otot yang jumlah serabut ototnya sedikit. Kaku mayat biasanya tampak pertama kali pada rahang dilanjutkan siku dan kemudian pada lutut. Pada laki-laki, kaku mayat lebih hebat dibandingkan pada perempuan oleh karena laki-laki memiliki massa otot yang lebih besar dibandingkan wanita.1,2 Pada rata-rata orang pada suhu ruangan yang biasa, rigor mortis biasanya terlihat 2-4 jam setelah kematian. Dan biasanya terjadi rigor mortis sempurna setelah meninggal.Tubuh mengalami rigor mortis sempurna ketika rahang, siku, dan lutut sudah tidak dapat digerakkan lagi. Hal ini berlangsung 10-12 jam setelah kematian pada suhu ruangan 70-750 F. Keadaan ini akan menetap 24-36 jam dan setelah itu, kaku mayat akan mulai menghilang. Livor mortis (post-mortem hypostasis, kebiruan) adalah perubahan warna pada tubuh setelah kematian akibat pengendapan darah sesuai gaya gravitasi yang tidak lagi dipompa

melalui tubuh oleh jantung. Lebam mayat terbentuk bila terjadi kegagalan sirkulasi darah dalam mempertahankan tekanan hidrostatik yang menggerakan darah mencapai capillary bed di mana pembuluh-pembuluh darah kecil afferen dan efferen saling berhubungan.3 Livor mortis biasanya terlihat sekitar 1 jam setelah kematian dan sering terlihat, dalam waktu 20-30 menit setelah kematian. Perubahan warna meningkat dan biasanya menjadi tetap sekitar 810 jam pada waktu ini dapat dikatakan lebam mayat terjadi secara menetap. Menetapnya lebam mayat ini disebabkan oleh karena terjadinya perembesan darah ke dalam jaringan sekitar akibat rusaknya pembuluh darah akibat tertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah yang banyak, adanya proses hemolisa sel-sel darah dan kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah. Dengan demikian penekanan pada daerah lebam yang dilakukan setelah 8-12 jam tidak akan menghilang. Hilangnya lebam pada penekanan dengan ibu jari dapat member indikasi bahwa suatu lebam belum terfiksasi secara sempurna. Adapun pada pemeriksaan luar pada jenazah NMG ditemukan beberapa tanda-tanda pasti kematian seperti lebam mayat punggung, warna merah keunguan dan hilang pada penekanan, sedangkan kaku mayat dan tanda pembusukan belum ditemukan. Pada jenazah IKD ditemukan lebam mayat pada tubuh bagian belakang, warna merah keunguan dan hilang pada penekanan dan kaku mayat pada rahang dan tungkai bawah yang sukar dilawan dan tanda pembusukan belum terbentuk. Pada jenazah MFA, ditemukan lebam mayat pada tubuh bagian belakang, warna merah keunguan dan hilang pada penekanan dan kaku mayat pada rahang, anggota gerak atas, dan anggota gerak bawah yang mudah dilawan sedangkan tanda pembusukan belum terbentuk. Pada korban, tidak ditemukan tanda-tanda pembusukan (decomposition, puetrifaction) awal yang ditandai dengan perubahan bau busuk dari tubuh jenazah ataupun perubahan warna pada perut kanan bawah tubuh jenazah. (pembusukan yang lanjut ditandai adanya larva lalat, di mana, perkisaran waktu kematian bisa ditentukan berdasar panjang dan warna larva lalat berbeda pada siklus kehidupan lalat) 2.4 Perkiraan Sebab Kematian Penyebab kematian adalah hal-hal yang menyebabkan orang tersebut mati, misalnya trauma pada kepala, luka tusuk pada perut, keracunan pestisida, infark miokard, penyakit keganasan dan sebagainya. Jadi secara sederhana dapat dikatakan penyebab kematian adalah segala macam jejas

(injury) dan penyakit yang mengakibatkan gangguan fisiologis tubuh. Segala perlukaan pada dinding dada dan permukaan paru yang mengenai pembuluh darah dan batas pleura menyebabkan hemothoraks. Jantung sangat rentan terhadap luka tembus atau luka memar. Ketika kerusakan yang terjadi akibat luka tusuk menyebabkan perforasi kandung jantung, perdarahan dapat masuk ke dalam kavitas pleura, mediastinum, atau bahkan abdomen jika diafragma ikut tertembus. Kematian dapat terjadi akibat perdarahan, namun penyebab kematian yang umum adalah tamponade jantung. Hemoperikardium terjadi, namun bukan hal ini yang menyebabkan kematian seseorang. Pada tamponade jantung, kematian dapat terjadi setiap saat bila terdapat lebih dari 150 mL darah terakumulasi pada kantung pericardium. Namun kematian yang terjadi biasanya karena efek gabungan dari hemotoraks, kehilangan darah eksternal, dan hemoperikardium. Luka tusuk yang mencederai arteri koroner desenden anterior kiri berakibat fatal. Cedera atrium dan pembuluh darah besar lebih berbahaya daripada cedera ventrikel, karena otot ventrikel dapat berkontraksi sehingga memperlambat atau menghentikan pendarahan yang terjadi. Kematian karena luka tusuk paru murni biasanya terjadi karena adanya hemotoraks massif. Pneumotoraks juga dapat terjadi karena luka tusuk paru. Biasanya tidak terjadi kematian segera karena luka tusuk abdomen. Korban cenderung mengalami peritonitis karena perlukaan pada usus. Para ahli patologi forensic mengamati bahwa sebanyak dua pertiga kasus luka tusuk perut benar-benar terjadi tusukan menembus ronggaabdomen. Sedangkan setengah dari jumlah ini mengalami cedera organ abdomen secara signifikan. Luka tusuk abdominal fatal biasanya melibatkan hati dan pembuluh darah mayor seperti aorta, vena cava, iliaka, atau mesenterika. Luka tusuk leher dapat menyebankan kematian segera karena terjadinya emboli udara atau asfiksia akibat pendarahan massif jaringan lunak dengan kompresi trakea dan pembuluh darah leher. Kematian yang timbul lambat dikarenakan selulitis atau thrombosis arterial dengan emboli dan infark serebral. Pada kasus luka tusuk leher dan kepala sebaiknya dilakukan foto X-ray untuk menyingkirkan emboli udara. Pada pemeriksaan dalam yang dilakukan kepada jenasah NMG didapatkan adanya darah dan gumpalan darah berwarna merah gelap sebanyak 725 ml, pada salah satu luka sampai menembus jantung kiri bagian depan dan otot bilik jantung kiri, pada kandung jantung bagian depan samping kiri tampak terpotong rata dengan panjang tujuh sentimeter, didalam kandung jantung tidak terdapat cairan. Terdapat luka lainnya yang menembus hati lobus kanan atas dan usus.

Berdasarkan pemeriksaan dalam tersebut dapat dipastikan kematian korban akibat luka pada jantung yang menyebabkan pendarahan massif. Pada pemeriksaan dalam yang dilakukan kepada jenazah IKD, didapatkan dalam rongga dada kiri terdapat darah dan bekuan darah sebanyak 1000 mL, dalam rongga perut berisi darah sebanyak dua puluh milliliter, di dalam kandung jantung terdapat cairan berwarna kuning jernih sebanyak dua milliliter, tulang rawan gondok : sisi kiri satu sentimeter dari garis pertengahan depan tampak terpotong dengan tepi rata berbentuk garis sepanjang dua koma lima sentimeter, kerongkongan terdapat Selaput lender warna pucat, licin, berisi bekuan darah, tidak terdapat bintik perdarahan dan tidak terdapat pelebaran pembuluh darah, tenggorokan: Selaput lender warna pucat, licin, berisi darah dan terdapat pelebaran pembuluh darah, Dalam rongga perut berisi darah sebanyak dua puluh milliliter, hati lobus kiri teriris sepanjang dua sentimeter, Lambung berisi makanan setengah dicerna berupa serpihan nasi dan sayur yang bercampur darah, selaput lender warna pucat, licin dan berlipat-lipat, terdapat pelebaran pembuluh darah dan erdapat robekan pada lengkung besar lambung, usus halus Warna merah muda dengan permukaan licin. Dua puluh lima sentimeter dari usus dua belas jari terdapat robekan dengan tepi rata, sudut lancip, ukuran panjang dua sentimeter dikelilingi resapan darah berukuran dua koma lima sentimeter kali satu koma lima sentimeter. Jaringan longgar pada penggantung usus halus ditemukan memar berukuran lima sentimeter kali empat sentimeter dan sebelas sentimeter kali lima sentimeter. Penggantung usus halus robek lima belas sentimeter dikelilingi resapan darah. Terdapat pula robekan penggantung usus yang terletak empat sentimeter dari robekan penggantung usus yang pertama, Pada usus besar bagian mendatar pada garis pertengahan depan terdapat robekan sepanjang empat sentimeter dikelilingi resapan darah Sama halnya pada kasus ini, didapatkan luka tusuk pada dada bagian sebelah kiri yang menembus hingga ke jantung yang menyebabkan terjadinya perforasi hingga tamponade jantung, yang diduga qmenjadi penyebab kematian.

You might also like