You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya di dalam belajar senantiasa ada rintangan dan hambatan yang akan mempengaruhi prestasi yang dicapai siswa. Faktor penyebab kesulitan belajar pada dasarnya ada dua macam, yaitu faktor intern (faktor yang berasal dari diri siswa) dan faktor ekstern (faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor intern meliputi keadaan fisik, keadaan emosi, gangguan psikis, intelegensi bakat khusus dan perhatian. Faktor ekstern meliputi keadaan keluarga, sekolah dan masyarakat. Keberhasilan dalam melaksanakan suatu tugas merupakan dambaan setiap orang. Berhasil berarti terwujudnya harapan. Hal ini juga menyangkut segi efisiensi, rasa percaya diri, ataupun prestise. Lebih-lebih bila keberhasian tersebut terjadi pada tugas atau aktivitas yang berskala besar. Namun perlu disadari bahwa pada dasarnya setiap tugas atau aktivitas selalu berakhir pada dua kemungkinan : berhasil atau gagal. Belajar merupakan tugas utama siswa, di samping tugas-tugas yang lain. Keberhasilan dalam belajar bukan hanya diharapkan oleh siswa yang bersangkutan, tetapi juga oleh orang tua, guru, dan juga masyarakat. Tentu saja yang diharapkan bukan hanya berhasil, tetapi berhasil secara optimal. Untuk itu diperlukan persyaratan yang memadai, yaitu persyaratan psikologis, biologis, material, dan lingkungan sosial yang kondusif. Bila keberhasilan merupakan dambaan setiap orang, maka kegagalan juga dapat terjadi pada setiap orang. Beberapa wujud ketidak berhasilan siswa dalam belajar yaitu : memperoleh nilai jelek untuk sebagian atau seluruh mata pelajaran, tidak naik kelas, putus sekolah (dropout), dan tidak lulus ujian akhir. Kegagalan dalam belajar sebagaimana contoh di atas berarti rugi waktu, tenaga, dan juga biaya. Dan tidak kalah penting adalah dampak kegagalan belajar pada rasa percaya diri. Kerugian tersebut bukan hanya dirasakan oleh yang bersangkutan tetapi juga oleh keluarga dan lembaga pendidikan. Oleh karena itu upaya mencegah atau setidak tidaknya meminimalkan, dan juga memecahkan kesulitan belajar melalui diagnosis kesulitan belajar siswa merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan.

Pada kenyataannya banyak siswa yang menunjukan tidak dapat mencapai hasil belajar sebagaimana yang diharapakan oleh para pendidiknya. dalam proses belajar mengajar guru atau pendidik sering menghadapi masalah adanya peserta didik yang tidak dapat mengikuti pelajaran dengan lancar, ada siswa yang memperoleh prestasi belajar yang rendah, meskipun telah diusahakan untuk belajar dengan sebaik baiknya, dan lain sebagainya. Dengan kata lain guru atau pendidik sering menghadapi dan menemukan peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar. Manusia selalu dan senantiasa belajar bilamanapun dan dimanapun dia berada oleh karna itu perlu kita ketahui tentang faktor-faktor yang mendukung peroses belajar (purwanto ngalim:1985:79)

1.2 Rumusan Masalah Dalam makalah ini penulis merumuskan masalah dalam bentuk beberapa pertanyaan yaitu: a. Apa yang dimaksud dengan Belajar?

b. Apa saja jenis-jenis Belajar? c. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar?

1.3 Tujuan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis belajar dan faktorfaktor yang dapat mempengaruhi proses belajar

1.4 Manfaat Dengan mengetahui tentang faktor-faktor yang berpengaruh dalam peroses belajar diharapkan para pendidik maupun pelajar dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari serta dapat meningkatkan kualitas belajarnya

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Belajar Belajar?belajar????kata itu identik sekali dengan sekolah, lembaga pendidikan guru dan semua hal yang berhubungan dengan pendidikan. Padahal sebenarnya belajar dapat kita lakukan di mana saja dan kapan saja, secara sadar baik yang dapat diamati maupun tidak. Dalam kehidupan sehari-hari kita belajar bagaimana bergaul? Bagaimana kita berinteraksi dengan lingkungan? Dan masih banyak hal yang kita pelajari, namun bagi sebagian orang berpendapat bahwa belajar hanya dilakukan ketika akan melaksanakan ujian. Lalu apa sih yang dimaksud dengan belajar itu sendiri? Belajar dapat terjadi ketika suatu pengalaman menyebabkan perubahan, baik pengetahuan maupun perilaku yang relatif permanen. Misalnya, ketika anak kecil berusaha menendang bola agar bergerak menuju sasaran. Untuk itu, kita juga perlu memahami bagaimana karakteristik belajar. Perlu kita ketahui bahwa belajar merupakan perubahan positif yang disadari yang merupakan hasil dari suatu pengalaman. Perubahan yang dialami tidak hanya menyangkut satu aspek saja melainkan seluruh aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis. Belajar merupakan suatu proses yang terjadi secara berkala sehingga apa yang telah dipelajari dapat kita ambil ilmunya dan kita terapkan dalam kehidupan, jadi ketika seseorang menggap bahwa belajar dilakukan pada saat menghadapi ujian saja itu merupakan proses membaca atau hafalan semata bukan dalam konteks belajar yang sebenarnya. 2.2. Jenis Jenis Belajar Jenis-Jenis Belajar 1). Jenis Belajar Bagian (part learning, fractioned learning) Umumnya belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif, misalnya mempelajari sajak ataupun gerakan-gerakan motoris seperti bermain silat. Dalam hal ini individu memecahkan seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri. Sebagai lawan dari cara belajar bagian adalah cara belajar keseluruhan atau belajar global.
3

2). Jenis Belajar Dengan Wawasan (learning by insight) Konsep belajar wawasan diperkenalkan oleh W.Kohler, salah seorang tokoh psikologi Gestalt pada permulaan tahun 1971. Sebagai suatu konsep, wawasan (insight) ini merupakan pokok utama dalam pembicaraan psikologi belajar dan proses berfikir. Menurut G Stalt teori wawasan merupakan proses mereorganisasikan pola-pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi suatu tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan. 3). Jenis Belajar dengan diskriminatif (discriminative learning) Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Dengan pengertian ini maka dalam eksperimen, subyek diminta untuk berespon secara berbeda-beda terhadap stimulus yang berlainan. 4). Jenis belajar global atau keseluruhan (Global Whole learning) Disini bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajar menguasainya, lawan dari belajar bagian adalah belajar bagian. Metode belajar keseluruhan sering juga disebut metode Gestalt. 5). Jenis belajar insidental (incidental learning) Konsep belajar insidental ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu berarah tujuan . Sebab dalam belajar incidental pada individu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar. Atas dasar ini maka untukkepentingan penelitian disusun perumusan operasional sebagai berikut: belajar disebut incidental bila tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yanang akan diujikan. Dalam kehidupan sehari-hari, belajar incidental ini merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu diantara para ahli belajar incidental ini merupakan bahan pembicaraan yang menarik. 6). Jenis belajar dengan instrumental (instrumental learning) Pada Jenis belajar instrumental, reaksi-reaksi seorang siswa yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Olehkarena itu, cepat atau lambatnya seorang belajar dapat diatur dengan
4

jalan memberikan penguat atas dasar tingkat-tingkat kebutuhan. Dala hal ini maka salah satu bentuk belajar instrumental yang khusus adalah pembentukan tingkah laku. 7). Jenis belajar intensional (intentional learning) 8). Jenis belajar Laten (latent learning) Dalam belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku tdiak terjadi secara segera dan oleh karena itu disebut laten. 9). Jenis belajar Mental (mental Learning) Perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjadi disini tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari. Ada tidaknya belajar mental ini sangat jelas terlihat pada tugas-tugas yang sifatnya motoris. Sehingga perumusan operasional juga menjadi sangat berbeda. Ada yang mengartikan belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi. 10). Jenis Belajar Verbal (Verbal Learning) Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal degan melalui ingatan da latihan. Dasar dari belajar verbal diperlihatkan dalam eksperimen klasik dari ebinghaus. 2.3. Faktor-Faktor Penunjang Kegagalan Dalam Belajar Ada berbagai macam faktor penunjang kegagalan belajar pada siswa, diantaranya adalah: 1. Bertambahnya usia Seiring dengan bertambahnya usia, siswa mempunyai pola pikir yang berkembang, pola pikir yang labil dan stabil, beruntung bagi mereka yang mempunyai pola pikir stabil, mereka masih bisa mengontrol keadaan mereka, tetapi bagi siswa yang mempunyai pola piker labil, mereka tidak bisa mengontrol pola pikir mereka yang masih berkembang, sehingga mereka tidak bisa membekadakan antara yang salah dengan yang benar. 2. Tumbuhnya rasa suka dan cinta Seiring dengan bertambahnya usia, maka timbul secara perlahan rasa suka dan tertarik kepada lawan jenis, diawali dengan rsa ingin melihatnya, mendekatinya, dan lama-lama ingin bersama dengannya. Apabila rasa ini berkembang tanpa bimbingan yang jelas dari orang tua, maka siswa
5

bisa saja terganggu ketika sedang mengikuti pelajaran, karena siswa selalu teringat kepada lawan jenisnya itu, pikiran itu mengganggu konsentrasi belajar siswa, mereka tidak focus akan pelajaran yang disampaikan oleh guru mereka, karena pikiran mereka telah terbagi antara pelajaran dengan perhatian terhadap lawan jenisnya. 3. Coba-coba Faktor ini yang perlu diwaspadai dan mendapat perhatian lebih dari pada orang tua, karena faktor ini dapat bersifat positif ataupun negatif. Positifnya adalah apabila siswa mencoba sesuatu hal yang baru dengan cara yang baik, misalnya: mencoba belajar bermain musik secara otodidak, belajar bersama teman-teman secara berkelompok, dan masih banyak yang lainnya. Tetapi negatifnya adalah apabila siswa mencoba melakukan hal baru tanpa didampingi dengan ilmu yang pasti, misalnya: mengikuti teman-teman yang bolos sekolah dengan alasan ingin dianggap gaul, berkelahi karena ingin dianggap hebat dan kuat, dan masih banyak lainnya. 4. Lingkungan Faktor lingkungan sangat berpengaruh kepada sukses atau tidaknya siswa dalam belajar. Lingkungan keluarga adalah ingkungan terdekat dari siswa, apabila siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi, tapi keluarga tidak mendukungnya, maka efeknya kepada siswa adalah menjadi berkurangnya semangat belajar, yang bisa saja mengakibatkan malas untuk belajar kembali. Lingkungan sekitar adalah lingkungan yang ada di sekitar siswa. Apabila siswa telah mendapat motivasi dari keluarga untuk belajar, tapi lingkungan sekitar tidak mendukung, maka kegiatan belajar siswa akan sedikit terhambat, misalnya: siswa yang telah diajarkan tata krama oleh keluarga, tetapi di lingkungan sekitarnya tidak mendukung tata karma yang telah diterpkan oleh keluarga , seperti berbicara kasar, tidak menghargai sesame tetangga, selalu mengajak siswa bermain saat siswa akan memulai belajar, sehingga, konsentrasi siswa terganggu saat terjun ke lingkungan sekitarnya. Lingkungan sekolah adalah lingkungan yang di dalamnya berisi beragam karakter setiap orang yang berkumpul menjadi satu. Ada karakter yang mendukung dalam proses belajar mengajar, dan ada juga yang malah menghambat proses belajar mengajar siswa, misalnya: guru menyuruh siswa untuk belajar dan mengerjakan tugas selama guru itu rapat, tetapi siswa yang lain malah mengajak siswa itu untuk jajan ke kantin, belanja ke supermarket, menjahili teman-teman yang lain, sehingga proses pembelajaran siswa terhambat.
6

5. Faktor diri pribadi Sukses atau tidaknya siswa dalam belajar amat sangat tergantung dari diri pribadi siswa tersebut, karena apabila lingkungan telah mendukung, keluarga, tetangga, teman bahkan pacar kalau ada, tetapi siswa itu sendiri maah bermalas-malasan dalam menuntut ilmu, maka masukan dari sudut manapun tidak akan berdampak besar terhadap sukses atau tidaknya siswa, seperti mengharapkan ayam gemuk dan disuruh makan, tetapi ayam tetap tidak mau makan sekalipun telah diberi makanan bernutrisi tinggi, yang bisa membuat ayam gemuk dan sehat, tetapi percuma saja, mau makanan semahal dan sesehat apapun tidak akan berdampak apabila tidak dimakan oleh ayam, jadi, maka daripada itu, potensi dari diri pribadi adalah faktor yang sangat penting dalam penentuan sukses atau tidaknya siswa dalam meraih prestasi belajar. Maka daripada itu, kita sebagai siswa yang nantinya akan menjadi orang tua, harus bisa memanfaatkan potensi, dukungan dan lingkungan yang kita punya, agar kita dapat meraih prestasi yang setinggi-tingginya dan memuaskan, sehingga kita tidak akan menyesal nantinya.

2.4 Upaya Optimalisasi Proses Dan Hasil Belajar

Undang-undang sistem pendidikan nasional no 20 tahun 2003 pasal 11 ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang berkualitas bagi setiap warga negara. Terwujudnya pendidikan yang bermutu membutuhkan upaya yang terus menerus untuk selalu meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya peningkatan kualitas pendidikan memerlukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran karena muara dari berbagai program pendidikan adalah pada terlaksananya program pembelajaran yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya peningkatan kualitas pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran memerlukan upaya optimalisasi proses dan hasil belajar secara keseluruhan karena hakikat kualitas pembelajaran adalah merupakan kualitas implementasi dari program pembelajaran yang telah dirancang sbelumnya. Upaya optimalisasi proses dan hasil belajar memerlukan informasi hasil asesmen terhadap kualitas proses dan hasil belajar sebelumnya. Untuk dapat melakukan pembaharuan dalam pembelajaran, kegiatan asesmen terhadap kualitas pembelajaran yang sedang maupun telah berjalan sebelumnya perlu dilakukan dengan
7

baik. Untuk dapat menciptakan pembelajaran yang lebih baik, hasil asesmen program sebelumnya merupakan acuan yang tidak dapat ditinggalkan. Sebagai guru, hendaknya senantiasa berupaya agar siswa mencapai keberhasilan belajar sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan. Keberhasilan proses belajar selalu dikaitkan dengan hasil belajar. Artinya, proses dapat dikatakan optimal manakala hasil yang diperoleh (sebagai akibat dari proses) sesuai dengan yang diharapkan. Bagaimana mengetahui apakah proses belajar siswa sudah optimal dan bagaimana caranya agar proses belajar siswa dapat berlangsung secara optimal adalah dua pertanyaan yang tidak mudah untuk menjawabnya. Dengan melakukan evaluasi secara cermat, akan diketahui apakah proses belajar siswa sudah optimal atau belum. Dari evaluasi diri tersebut, akan dapat kita identifikasi faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan. Upaya-upaya optimalisasi yang dapat dilakukan mendasarkan diri pada hasil identifikasi faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan yang ditemukan. Dari hasil identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan akan ditindak lanjuti dengan upaya-upaya mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa.

2.5 Optimalisasi Proses Dan Hasil Belajar Optimalisasi proses dan hasil belajar mengacu pada berbagai upaya agar proses belajar dapat berlangsung dengan baik sehingga para siswa dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Dengan kata lain, optimalisasi proses dan hasil belajar adalah upaya memperbaiki proses pembelajaran sehingga para siswa mencapai keberhasilan proses dan hasil belajar. Para siswa dapat belajar dengan penuh semangat, aktif dalam belajar, berani mengemukakan pendapatnya, mampu dan antusias dalam mengikuti pelajaran, terlibat secara aktif dalam pemecahan masalah adalah beberapa indikasi dari proses belajar yang berlangsung secara optimal. Demikian pula, bila siswa tuntas dalam belajarnya, terampil melakukan suatu tugas, dan memiliki apresiasi yang baik terhadap pelajaran tertentu; maka siswa yang demikian telah mencapai hasil belajar yang optimal. Pencapaian hasil belajar yang optimal merupakan perolehan dari proses belajar yang optimal pula. Tentu saja, proses maupun hasil belajar yang baik akan diperoleh bilamana proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal. Oleh karena itu, agar proses dan hasil belajar

siswa optimal, maka mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, dan sampai pada tahap penilaian haruslah dipersiapkan dan dilaksanakan secara baik pula. Dalam praktek, betapapun baik kualitas pembelajaran yang dilakukan, selalu saja ada aspekaspek yang masih belum sesuai harapan. Biasanya, masih ada siswa yang proses belajarnya masih belum optimal atau ada beberapa siswa yang hasil belajarnya masih belum tuntas. Oleh karena itulah, optimalisasi proses dan hasil belajar diarahkan agar seluruh siswa dapat mencapai keberhasilan, baik proses maupun hasil belajarnya. Dengan kata lain, optimalisasi proses dan hasil belajar bertujuan untuk meminimalkan atau meniadakan siswa yang tidak berhasil, baik proses maupun hasil belajarnya.

2.6 Mengidentifikasi Upaya Optimalisasi Proses Dan Hasil Belajar Setelah faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan kita identifikasi, maka kegiatan selanjutnya adalah mengidentifikasi upaya-upaya apa saja yang dapat mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa. Kegiatan tindak lanjut dimulai dengan merancang dan mengajukan berbagai solusi alternatif berdasarkan faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan. Semua alternatif solusi yang diajukan haruslah mengarah pada upaya menghilangkan penyebab kegagalan dan menguatkan pendukung keberhasilan belajar siswa. Upaya menghilangkan kegagalan dapat berupa perbaikan (remidi) atas kegagalan yang telah kita lakukan. Upaya menguatkan pendukung keberhasilan dapat berupa pemantapan atas keberhasilan yang telah kita capai. Dari berbagai alternatif solusi yang telah diajukan, selanjutnya memilih alternatif mana yang paling optimal. Alternatif solusi yang diajukan merupakan daftar upaya yang diajukan untuk menjawab atau memperbaiki penyebab kegagalan itu. Sebagai contoh, misalkan telah disimpulkan bahwa salah satu faktor penyebab kegagalan belajar siswa adalah soal-soal pada lembar kerja siswa (LKS) yang sulit dimengerti siswa. Atas dasar faktor itu, maka kemudian mengajukan beberapa upaya perbaikan berupa: a. Memperbaiki soal-soal yang sulit dipahami siswa (misalnya kalimat, salah cetak, dsb), atau b. Menyederhanakan soal.

Penyebab kegagalan mungkin berasal dari strategi pembelajaran yang digunakan, perangkat pembelajaran, media, struktur tugas, atau dalam menentukan pengetahuan prasyarat. Guru perlu memiliki beberapa alasan dan argumen bahwa alternatif yang diajukan secara logis dapat memperbaiki kegagalan itu. Tentu guru juga memiliki alasan dan argumen bahwa alternatif upaya optmalisasi yang diajukan mempunyai cukup peluang untuk mengkondisikan siswa lebih aktif dalam belajar dalam kelas, sehingga memperoleh hasil belajar yang baik.

Dari pilihan-pilihan tersebut di atas, selanjutnya perlu mempertimbangkan mana dari alternatif yang ada paling memungkinkan untuk dilaksanakan. Sederet pertanyaan perlu dijawab untuk memberikan jaminan bahwa pilihan tersebut (mungkin strategi, metode, struktur tugas, perangkat yang diperlukan) dapat memperbaiki kegagalan pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya. Penyusunan tabel atau matriks faktor penyebab kegagalan, alternatif yang diajukan, dan kemudian alternatif terpilih, beserta pertimbangan yang kita berikan nampaknya akan membantu dalam mengidentifikasi upaya optimalisasi proses pembelajaran. Sebagai contoh, misalkan beberapa faktor penyebab kegagalan proses dan hasil belajar yang berhasil kita identifikasi adalah : (a) kualitas LKS rendah (tingkat keterbacaan rendah), (b) media pembelajaran yang digunakan tidak memadai, dan (c) pengelolaan kelas kurang baik. Berdasarkan faktor-faktor penyebab kegagalan tersebut kemudian mencoba memberikan berbagai alternatif untuk memecahkan masalah (mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa).

10

BAB III PENUTUP


3.1. KESIMPULAN Dengan mengajukan berbagai alternatif upaya optimalisasi proses dan hasil belajar melalui masing-masing faktor penyebab kegagalan akan membantu kita dalam memilih alternatif mana yang kita pilih. Kesiapan siswa, kesiapan guru, kondisi lingkungan, ketersediaan media adalah beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan untuk menetapkan pilihan. Pilihan itulah yang dianggap optimal untuk saat itu. Sementara itu, kehadiran guru lain sebagai teman diskusi akan sangat membantu dalam mengotimalkan proses dan hasil belajar siswa.

Peningaktan kualitas pembelajaran membutuhkan adanya peningkatan kualitas program pembelajaran secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Untuk meningkatkan kualitas program pembelajaran membutuhkan informasi tentang implementasi program pembelajaran sebelumnya. Hal ini dapat diperoleh dengan melakukan asesmen terhadap program pembelajaran secara periodik. B. SARAN Untuk lebih mengoptimalkan hasil evaluasi program pembelajaran maka peran guru perlu lebih ditingkatkan. Kalau selama ini guru hanya sebagai perancang dan pelaksana program, maka ke depan perlu dilibatkan sebagai evaluator terhadap program pembelajaran. Dalam kegiatan evaluasi pembelajaran guru tidak cukup hanya menilai hasil belajar siswa saja, tetapi perlu mengevaluasi proses pembelajaran yang telah berlangsung sebelumnya.

11

DAFTAR PUSTAKA

http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/13/jenis-jenis-belajar/ http://momoydandelion.blogspot.com/2010/12/asesmen-pembelajaran.html http://fififakholiq.wordpress.com/2010/06/25/faktor-faktor-penunjang-kegagalan-dalam-belajar/ http://buletin-narhasem.blogspot.com/2012/03/artikel-menyikapi-kegagalan-dalam.html

12

You might also like