You are on page 1of 170

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah tropis, beriklim basah, serta berada diwilayah katulistiwa. Karena itu, Indonesia merupakan wilayah yang subur,sehingga memungkinkan tumbuhnya berbagai macam tumbuhan dengan subur dan apabila dikelola dengan tepat dan benar, akan sangat mendukung pembangunan sektor pertanian, meningkatkan pertumbuhan ekonomi pertanian dan memberikan sumbangan yang berarti bagi pendapatan masyarakat serta pertumbuhan ekonomi nasional . Pertanian sebagai salah satu penggerak utama perekonomian, setidaknya mampu memecahkan masalah sosial ekonomi yang mendasar, permasalahan mendasar tersebut khususnya terkait dengan memperluas lapangan kerja, memenuhi kebutuhan masyarakat, pemerataan

pendapatan dan mempercepat pengentesan kemiskinan. Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang dapat meningkatkan sumber pendapatan petani dan penggerak pemulihan ekonomi pertanian. Fakta menunjukkan, ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1998, subsektor hortikultura menjadi salah satu penyumbang devisa negara dan memberikan kontribusi pada ketahanan ekonomi nasional dalam melewati masa-masa sulit ketika itu, sampai pada saatnya Indonesia mampu melakukan recovery ekonomi.

Kontribusi pembentukan

komoditas Produk

hortikultura

secara

nasional

terhadap

Domestik

Bruto

(PDB)

memperlihatkan

kecenderungan yang terus meningkat, selama tahun 2008 menunjukkan peningkatan sebesar 4,55 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Jika tahun 2007 kontribusinya terhadap PDB sebesar Rp 76,79 triliun, maka pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp 80,29 triliun, atau peningkatannya sebesar Rp 4,55 persen dalam waktu satu tahun. Peranan PDB menjadi salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting, guna mengetahui peranan dan kontribusi yang diberikan komoditas hortikultura, terhadap pendapatan nasional (http:/www.deptan.go.id). Peningkatan peningkatan PDB sebesar itu tercapai karena terjadinya kawasan

produksi di berbagai sentra

produksi dan

hortikultura, di samping meningkatnya luas areal produksi dan areal panen serta nilai ekonomi dan nilai tambah produk hortikultura yang cukup tinggi dibandingkan komoditas lainnya, sehingga pengaruhnya positif pada peningkatan PDB. Perkembangan nilai PDB hortikultura berdasarkan harga yang berlaku, untuk komoditi buah-buahan tahun 2007 sebesar 42.362 miliar, tahun 2008 sebesar 42.660 miliar sehingga meningkat 4,02 persen. Untuk sayuran tahun 2007 sebesar 25.587 miliar, tahun 2008 sebesar 27.423 miliar, sehingga meningkat 7,18 persen. Selanjutnya, untuk biofarmaka pada tahun 2007 sebesar 4.105 miliar, tahun 2008 sebesar 4.118 miliar, sehingga meningkat 0,32 persen. Untuk tanaman hias tahun 2007 sebesar 4.741 miliar, tahun 2008 sebesar 6.091 miliar,

sehingga meningkat 28,48 persen. (Achmad Dimyati, Dirjen Hortikultura diTabloid Sinar Tani, http://www.sinartani.com). Buah-buahan tropis merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki prospek yang sangat baik. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan semakin banyaknya masyarakat yang memiliki kepedulian akan pentingnya nilai gizi dari buah-buahan. Buah-buahan termasuk kelompok hortikultura bersama sayursayuran, tanaman hias dan tanaman obat-obatan (biofarmaka). Pada tahun 2010, Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga yang berlaku dari subsektor hortikultura diproyeksikan mencapai Rp 88,851 triliun, dimana kontribusi dari produk buah-buahan sebesar Rp 46,721 triliun atau sekitar 52,6% dari total PDB subsektor hortikultura. Pada tahun yang sama, subsektor hortikultura diharapkan mampu mengekspor produk sebanyak 717,45 juta ton dengan nilai ekspor sebesar US$411,51 juta (http:www/deptan.go.id). Pada tahun 2010 ini, Kementerian Pertanian menargetkan produksi buah-buahan Indonesia mencapai 18.853.058 ton. Jumlah tersebut berasal dari produksi buah pohon dan perdu sebanyak 9.549.879 ton, produksi buah semusim dan merambat sebanyak 814.400 ton, dan produksi buah jernis terna sebanyak 8.488.779 ton. Pada tahun yang sama diproyeksikan produktivitas buah-buahan Indonesia mampu

mencapai rata-rata 23,20 ton per hektar. Berdasarkan data global perdagangan dunia, Indonesia hanya membeli tidak lebih dari 0,6%

ekspor buah dunia. Negara-negara Asia Tenggara seluruhnya, juga hanya membeli 2% dari ekspor buah dunia. Pengimpor buah terbesar adalah negara-negara Uni Eropa (43%), Amerika Serikat (16%), negara-negara di sekitar Uni Eropa (6%), Federasi Republik Rusia (5%), Jepang (4%), dan negara-negara di Afrika, Asia Barat, Timur Tengah, Canada, China, Amerika Latin, dan yang lain sebesar 24% (Achmad Dimyati, Dirjen Hortikultura, http://mediadata.co.id). Besarnya peluang pasar ekspor buah-buahan dunia telah

membangkitkan keinginan Pemerintah Indonesia untuk mendorong produk buah-buahan tropika menjadi komoditas primadona dunia. Saat ini

produksi buah-buahan dunia mencapai sekitar 650 juta ton. Permintaan pasar internasional terhadap produk buah-buah tropika pada tahun 2010 diperkirakan meningkat sebesar 87% atau 3,8 juta ton. Pasar Amerika Serikat dan Uni Eropa mampu menyerap 70% dari impor buah tropika secara global. Pasar internasional lainnya antara lain Jepang, Hongkong, Rusia dan Kanada. Dalam menghadapi era pasar bebas yang ditandai dengan masuknya buah-buahan impor, Indonesia harus menyajikan produk buahbuahan yang mampu bersaing dengan buah-buahan impor. Strategi yang harus ditempuh adalah mempromosikan exotic fruit dengan

mengandalkan unggulan buah lokal spesifik Indonesia (Achmad Dimyati, Dirjen Hortikultura, http://mediadata.co.id).

Salah satu kota yang terkenal akan komoditas buah-buahan adalah kota Depok. Komoditas unggulan kota Depok untuk buah-buahan terdiri atas, belimbing manis, jambu merah biji, pisang, pepaya, rambutan, mangga, nangka, dan cempedak. Salah satu jenis buah-buahan paling terkenal dari wilayah ini adalah belimbing manis varietas dewa-dewi, bahkan belimbing manis tersebut telah menjadi icon kota Depok sejak tahun 2006. Sentra produksi buah belimbing manis kota Depok tersebar di enam kecamatan yaitu, Sawangan, Pancoran Mas, Sukmajaya,

Cimanggis, Limo, dan Beji. Sebagian besar atau pada umumnya petani belimbing manis juga merupakan petani jambu merah biji. Kota Depok mencanangkan sektor pertanian sebagai menjadi salah satu sektor utama dalam pembangunan wilayahnya disamping sektor perbankan, industri pengolahan, transportasi, dan komunikasi. Kota Depok merupakan salah satu kota yang memiliki letak cukup strategis untuk dijadikan sebagai salah satu sentra hortikultura. Arahan strategi pembangunan pertanian perkotaan kota Depok adalah pembanguan agribisnis perkotaan yang memiliki daya saing dan memiliki nilai tambah yang didukung oleh sumberdaya daerah dan pemanfaatan teknologi. Hal ini didukung oleh visi Dinas Pertanian kota Depok tahun 2007-2011 yaitu, mewujudkan pertanian perkotaan yang mensejahterakan petani dan masyarakat. Sebagai penjabaran visi tersebut, telah ditetapkan misi Dinas Pertanian kota Depok yaitu, meningkatkan pelayanan bidang pertanian, mengembangkan agribisnis

perkotaan dan ketahanan pangan masyarakat serta meningkatkan pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam.Pembangunan pertanian kota Depok juga diarahkan untuk memelihara dan mengupayakan peningkatan ketersediaan dan keamanan pangan khususnya

mengantisipasi kompetisi dan diversifikasi permintaan pasar yang selalu menuntut persyaratan mutu dan keamanan produk (Dinas Pertanian Kota Depok, 2007). Langkah-langkah tersebut membuktikan bahwa

pemerintahan kota Depok cukup serius dalam pembangunan sektor pertanian perkotaan. Sebagai produk buah-buahan unggulan, pemerintah Kota Depok memberikan perhatian serius terhadap perkembangan budidaya belimbing manis dan jambu biji. Hal ini diperlukan karena petani buah-buahan

tentunya tidak dapat bekerja sendiri, tetapi perlu dukungan dari berbagai pihak, khususnya pemerintah yang bertindak sebagai fasilitator, regulator dan motivator yang bersifat mendukung dan memberikan akses kemudahan bagi petani dalam memproduksi dan mengembangkan komoditi buah-buahan dalam negeri. Dari tahun ke tahun pertumbuhan produksi belimbing manis terus meningkat. Tingginya tingkat pertumbuhan tersebut disebabkan oleh beberapa hal: pertama, belimbing manis varietas dewa/dewi merupakan salah satu tanaman yang mudah dibudidayakan; kedua, terjadinya alih fungsi lahan yang sebelumnya merupakan usaha tani sawah dan sayuran, berubah menjadi perkebunan belimbing manis; dan ketiga, adanya

dukungan pemerintah Kota Depok dengan keluarnya Keputusan Walikota Depok No. 18 Tahun 2003 yang didalamnya memuat peningkatan produktivitas pertanian, pengembangan kelembagaan petani, peningkatan pelayanan sektor pertanian, dan pengembangan potensi unggulan pertanian pada tingkat pencapaian target satu produk potensial

berkembang. Faktor yang terakhir adalah seiring dengan berjalannya waktu semakin banyak jenis belimbing manis dan jambu merah olahan yang tersedia di pasaran berupa dan produk dodol belimbing dan jambu merah. Khusus untuk belimbing manis telah pergeseran pemahaman

konsumen yang menjadikan buah ini bukan saja sebagai buah meja melainkan diminati karena khasiatnya sehingga dapat meningkatkan perluasan pasar. Walaupun pertumbuhan produksi buah belimbing manis dan jambu merah terus menunjukkan peningkatan positif, tetapi pemerintah Kota Depok dituntut untuk terus memberikan dukungan optimal karena selain secara kwantitatif, permintaan pasar belum dapat dipenuhi secara optimal dan di sisi lain kemungkinan munculnya pesaing dari buah sejenis yang lebih berkualitas juga harus diantisipasi sejak dini. Saat ini penerapan teknologi dalam sektor pertanian termasuk masih tergolong rendah, ini merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas serta kualitas komoditas pertanian termasuk buah-buahan. Oleh karena itu pengembangan teknologi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses peningkatan daya saing sektor pertanian serta

nilai tambah produk yang dihasilkan sehingga akan menaikkan tingkat produktivitas baik secara kuantitas maupun kualitas di sektor pertanian yang pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Semua itu hanya bisa terwujud, apabila pemerintah daerah berperan serta. khususnya pemerintah

B. Identifikasi Permasalahan Potensi produksi buah belimbing yang ditanam di kebun secara permanen dan dipelihara intensif, dengan jarak tanam antara 5x5 m atau 6x6 m, bila populasi tanaman belimbing per hektar antara 250400 pohon dengan potensi produktivitas 150300 buah/pohon/tahun, dan berat per buah rata-rata 160 gram, maka dapat dihasilkan/tingkat produksi per hektar mencapai 619 ton buah belimbing (http://www.lembahpinus.com). Prospek pemasaran belimbing di dalam negeri diperkirakan makin baik. Pada tahun 1993 Indonesia baru andil 0,4 % dari total nilai impor dunia buah tropis. Bila pada tahun 1989 tingkat konsumsi buah-buahan per kapita penduduk Indonesia hanya mencapai 22,92 kg/tahun, maka untuk mencapai kecukupan gizi yang sesuai dengan anjuran FAO menargetkan rata-rata 60 Kg per kapita per tahun. Salah satu jenis buah potensial yang mudah dibudidayakan untuk mendukung pencapaian target tersebut adalah belimbing. Perkiraan permintaan setiap tahun semakin meningkat, peningkatan permintaan tersebut adalah sebesar 6,1 %/tahun (19952000), 6,5 %/tahun (20002005), 6,8 %/tahun (20052010), dan

mencapai 8,9 %/tahun (2010 - 2015). Jelaslah bahwa prospek usahatani (agribisnis) belimbing amat cerah bila dikelola secara intensif dan komersial, baik dalam bentuk kultur perkebunan, pekarangan, maupun tabulampot (http://www.lembahpinus.com). Potensi pasar luar negeri juga masih sangat terbuka lebar, termasuk bagi produk olahan ikutannya. Jambu merah biji telah lama disukai oleh masyarakat Indonesia. Selain memiliki kandungan vitamin C yang tinggi dan banyak khasiat yang berguna bagi kesehatan tubuh manusia bermacam-macam produk olahan. jambu biji juga dapat dibuat Dengan demikian peluang

pengembangan agribisnis dan usaha tani Belimbing Dewa dan jambu merah biji masih terbuka lebar. Pengembangan produksi belimbing manis dan jambu merah biji di wilayah Kota Depok, diperlukan peran pemerintah daerah setempat yang lebih optimal dalam pemanfaatan teknologi pertanian tepat guna serta perluasan pasar baik dalam memanfaatkan pasar dalam dan terutama pasar luar negeri untuk ekspor. Dilihat dari sudut pandang perekonomian Kota Depok, kontribusi komoditas belimbing terhadap pendapatan asli daerah cukup bisa diandalkan. Dengan potensi produksi berkisar 2.818 3.000 ton per tahun, diperkirakan perputaran ekonomi dari komoditas belimbing ini berkisar 17-18 Milyar rupiah pertahun.

C. Pembatasan Masalah Dalam menghadapi era pasar bebas yang ditandai dengan masuknya buah-buahan impor, Indonesia harus menyajikan produk buahbuahan yang mampu bersaing dengan buah-buahan impor. Strategi yang harus ditempuh adalah mempromosikan exotic fruit dengan

mengandalkan unggulan buah lokal spesifik Indonesia. Masalah utama yang menjadi kendala bagi produk buah-buahan di Indonesia adalah karakteristik alaminya yang mudah rusak dan busuk. Dalam hal ini sangat dibutuhkan sentuhan pengetahuan dan teknologi penanganan pascapanen buah sejak di tingkat petani. Selain itu, orientasi pasar buah hendaknya tidak terfokus pada pemasaran buah segar. Diperlukan pengembangan yang signifikan industri makanan dan

minuman olahan berbasis buah-buahan yang mampu menyerap produksi buah lokal dalam jumlah besar. Untuk menjamin pasokan bahan baku buah, para pelaku industri dapat membangun pola kemitraan dengan kelompoktani buah-buahan. Untuk mengatasinya, tidak cukup hanya dengan kerja keras dan optimisme masyarakat petani semata-mata, tetapi lebih dari itu diperlukan peran pemerintah secara optimal. Berbagai kendala akan menjadi lebih mudah dan cepat apabila memperoleh dukungan optimal dari pemerintah Pada intinya, permasalahan yang sama dialaminya juga oleh masyarakat petani belimbing manis dan jambu merah biji di wilayah Kota

10

Depok. Diperlukan peran serta pemerintah dalam memberdayakan masyarakat petani budidaya belimbing manis dan jambu merah biji.

D. Rumusan Masalah Berdasarkan indentifikasi dan batasan permasalahan, penelitian ini difokuskan pada: 1. Bagaimanakah Pemerintah Daerah Kota Depok berperan serta dalam memberdayakan masyarakat petani belimbing manis dan jambu merah di Kota Depok? 2. Apakah peran serta Pemerintah Daerah Kota Depok dalam memberdayakan masyarakat petani belimbing manis dan jambu merah di Kota Depok telah dilaksanakan secara optimal?

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk, 1. Mengetahui tentang pelaksanaan tentang pemberdayakan

masyarakat petani

belimbing manis dan jambu merah di Kota

Depok oleh Pemerintah Daerah Kota Depok. 2. Mengetahui tentang tingkat optimasi peran serta Pemerintah Daerah Kota Depok dalam memberdayakan masyarakat petani belimbing manis dan jambu merah di Kota Depok, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,

11

1. Bagi penulis, dapat mengaplikasikan ilmu kemasyarakatan beserta tehnik penelitiannya khususnya yang terkait dengan peran pemerintah dalam memberdayakan masyarakat. 2. Bagi almamater dapat menambah pembendaharaan hasil

penelitian tentang peran pemerintah daerah dalam melakukan pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat pengelola pertanian perkotaan. 3. Bagi Pemerintah Daerah Kota Depok dapat menjadi masukkan dalam rangka meningkatkan upayanya untuk mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat petani belimbing manis dan jambu merah di wilayahnya. 4. Bagi kalangan akademisi dan masyarakat luas umumnya, dapat menjadi salah satu acuan dalam melakukan penelitian terkait.

F. Sistematika Penulisan Tesis akan disusun dengan sistematika sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang, identifikasi permasalahan, pembatasan permasalahan,

rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian dan sistematika penelitian. Bab II : Tinjauan Pustaka, menguraikan tentang hasil kajian keputakaan terkait dengan teori-teori tentang optimalisasi, pemberdayaan masyakat peran serta pemerintah,

12

pemerintahan

daerah, belimbing dan jambu merah,

dilengkapi dengan kerangka pemikiran dan alur pikir. Bab III : Metode Penelitian, menguraikan tentang jenis penelitian, tehnik pemilihan informan, tehnik analisis data, keterbatasan penelitian dan pedoman wawancara. BAB IV: Gambaran Umum Hasil Penelitian. Mendeskripsikan gambaran tentang wilayah, pemerintahan Kota Depok dan Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok serta gambaran tentang pertanian Belimbing dan Jambu Biji di Kota Depok Bab V : Hasil Penelitian dan Pembahasan. Mendeskripsikan hasil penelitian, temuan penelitian, hasil wawancara beserta pembahasannya terkait dengan rumusan masalah. Bab VI : Penutup. Merupakan kesimpulan sekaligus jawaban ringkas atas permasalahan yang dirumuskan disertai dengan saran dari penulis.

13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Optimalisasi dan Peran A.1. Pengertian Optimalisasi Dari segi bahasa, optimalisasi adalah suatu proses, cara atau perbuatan untuk menjadikan sesuatu paling baik dan paling tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996:705). Menurut Grahacendikia (2009: 23) optimalisasi adalah proses pencapaian suatu pekerjaan dengan hasil dan keuntungan yang besar tanpa harus mengurangi mutu dan kualitas dari suatu pekerjaan.Oktavia (2010 : 25) merumuskan bahwa optimalisasi adalah perencariaan nilai terbaik dari yang tersedia dari beberapa fungsi yang diberikan pada suatu konteks. Dari beberapa rumusan di atas, dapat disimpulkan bahwa optimalisasi adalah suatu proses, cara atau perbuatan untuk mencapai sesuatu dengan hasil paling baik atau keuntungan terbesar dari sesuatu atau fungsi yang tersedia.

A.2. Pengertian Peran Pengertian kata peran menurut Anton M. Mulyono adalah Bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan (1990 : 667) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi arti kata peran adalah (1) bagian yang dimainkan oleh seorang pemain. (2) tindakan yang dilakukan oleh seseorang di suatu peristiwa (2005 : 254).

14

Sedangkan menurut Onong Uchjana Effendi (2002; 226) kata peran atau peranan berasal dari bahasa latin partipacio , kata kerjanya participare yang berarti ambil bagian. Definisi peran menurut Thantawi adalah pola tingkah laku yang dihargai dari seseorang sesuai dengan kedudukan atau posisi pada suatu masyarakat, organisasi atau pekerjaan tertentu. (1993 : 72) Dari beberapa pengertian di atas, penulis berkesimpulan bahwa peran atau peranan adalah keikutsertaan seseorang atau lembaga yang memiliki posisi serta turut ambil bagian dengan melakukan tugas utama yang dilaksanakannya. Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peran (Soeharto 2002; Soekamto 1984: 237). Analisis terhadap perilaku peranan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu; ketentuan peranan, gambaran peranan dan harapan peranan. Ketentuan peranan adalah pernyataan formal dan terbuka tentang perilaku yang harus ditampilkan oleh seseorang dalam membawa perannya. Gambaran peranan adalah suatu gambaran tentang perilaku yang secara aktual ditampilkan seseorang dalam membawakan perannya sedangkan harapan peranan lebih memandang peran dari apa yang diinginkan terjadi dalam melakukannya. Dari berbagai pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian peranan dalam hal ini peran pemerintah dalam

15

melaksanakan fungsi dan tujuannya dalam pelayanan, pembangunan, pemberdaya, dan pengatur masyarakat. Seperti yang telah dikemukakan oleh Sarjono Sukamto (1984) bahwa peranan adalah merupakan aspek dinamis dari kedudukan apabila seseorang melaksanakan hal-hal serta kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka ia telah melakukan sebuah peranan. Menilik dari beberapa pernyataan mengenai peranan diatas tergambar bahwa peranan menyangkut pelaksanaan sebuah tanggung jawab seseorang atau organisasi untuk berprakarsa dalam tugas dan fungsinya. Sudut pandang lain tentang peran digambarkan Horoepoetri, Arimbi dan Santosa (2003), yang mengemukakan beberapa dimensi peran sebagai berikut : a. Peran sebagai suatu kebijakan. Penganut paham ini berpendapat bahwa peran merupakan suatu kebijkasanaan yang tepat dan baik untuk dilaksanakan. b. Peran sebagai strategi. Penganut paham ini mendalilkan bahwa peran merupakan strategi untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat (public supports). Pendapat ini didasarkan pada suatu paham bahwa bilamana masyarakat merasa memiliki akses terhadap pengambilan keputusan dan kepedulian masyarakat pada tiap tingkatan keputusan didokumentasikan adalah Horoepoetri,

16

Arimbi dan Santosa (2003), yang mengemukakan beberapa dimensi peran sebagai berikut : c. Peran sebagai alat komunikasi. Peran didayagunakan sebagai instrumen atau alat untuk mendapatkan masukan berupa informasi dalam proses pengambilam keputusan. Persepsi ini dilandaskan oleh suatu pemikiran bahwa pemerintahan dirancang untuk melayani masyarakat, sehingga pandangan dan preferensi dari masyarakat tersebut adalah masukan yang bernilai guna

mewujudkan keputusan yang responsif dan responsibel. d. Peran sebagai alat penyelesaian sengketa, peran didayagunakan sebagai suatu cara untuk mengurangi atau meredam konflik melalui usaha pencapaian konsesus dari pendapat-pendapat yang ada. Asumsi yang melandasi persepsi ini adalah bertukar pikiran dan pandangan dapat meningkatkan pengertian dan toleransi serta mengurangi rasa ketidakpercayaan (mistrust) dan kerancuan (biasess) e. Peran sebagai terapi. Menurut persepsi ini, peran diakukan sebagai upaya mengobati masalah-masalah psikologis masyarakat seperti halnya perasaan ketidakberdayaan (sense of powerlessness), tidak percaya diri dan perasaan bahwa diri mereka bukan komponen penting dalam masyarakat. Menurut Toha (1983 : 10) pengertian peranan dapat dijelaskan bahwa suatu peranan dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku

17

yang teratur yang ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu atau karena adanya suatu kantor yang mudah dikenal. Selanjutnya menurut Thoha (1997 : 80) Dalam bahasa organisasi peranan diperoleh dari uraian jabatan. Uraian jabatan itu merupakan dokumen tertulis yang memuat persyaratan-persyaratan dan tanggung jawab atas suatu pekerjaan. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa hak dan kewajiban dalam suatu organisasi diwujudkan dalam bentuk uraian jabatan atau uraian tugas. Oleh karena itu, maka dalam menjalankan peranannya seseorang/lembaga, uraian tugas/uraian jabatan

merupakan pedomannya. Ralph Linton dalam Soekanto (1969 : 14) membedakan peranan dalam dua bagian yakni peranan yang melekat pada diri seseorang dan peranan yang melekat pada posisi tepatnya dalam pergaulan masyarakat. Soekanto (1990 : 268) memandang peranan (role) sebagai suatu aspek dinamis kedudukan (statis), Ketika seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya maka ia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Dalam kenyataannya tidak peranan kedudukan dan juga sebaliknya tidak ada kedudukan tanpa peranan. Menyimak pendapat tersebut dapat ditarik beberapa pokok pikiran mengenai peranan yaitu adanya kedudukan yang bersifat statis, adanya hak dan kewajiban serta adanya hubungan timbal-balik

18

antara peranan dan kedudukan. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa istilah peranan mengandung beberapa pengertian, antara lain : a. Peranan adalah suatu konsep perilaku, b. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi/kedudukan seseorang dalam masyarakat, dan c. Peranan dapat diartikan sebagai perilaku seseorang yang dapat mendatangkan manfaat bagi masyarakat dan berkaitan dengan hak dan kewajiban.

A.3. Optimalisasi Peran Dari berbagai rumusan pengertian optimalisasi, penulis dapat memahami bahwa optimalisasi peran dapat diartikan sebagai perilaku atau tindakan yang dapat mendatangkan manfaat bagi masyarakat serta norma-norma yang terkait dengan hak dan kewajiban dalam suatu posisi atau kedudukan yang dilaksanakan atau diselenggarakan dengan caracara yang dapat mencapai sesuatu dengan hasil paling baik atau

keuntungan terbesar dari sesuatu atau fungsi yang tersedia. Dalam kaitannya dengan optimalisasi peran pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat, dapat diartikan sebagai perilaku atau tindakan para pejabat pemerintah daerah sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya yang dilakukan untuk memberdayakan masyarakat yang berada pada wilayah tanggungjawabnya dengan cara-cara yang dapat

19

mencapai sesuatu dengan hasil paling baik atau keuntungan terbesar bagi masyarakat dan daerahnya.

B. Pemerintah Daerah B.1. Pemerintah Secara etimologi kata pemerintah berasal dari kata perintah yang kemudian mendapat imbuhan pe menjadi kata pemerintah yang berarti badan atau organ elit yang melakukan pekerjaan mengurus suatu negara. Dalam kata dasar perintah paling sedikit ada empat unsur penting yang terkandung di dalamnya, yaitu sebagai berikut : a. Ada dua pihak, yaitu yang memerintah disebut pemerintah dan yang diperintah disebut rakyat atau masyarakat, b. Pihak yang memerintah memkiliki kewenangan dan legitimasi untuk mengatur dan mengurus rakyatnya, c. Hak yang diperintah memiliki keharusan untuk taat kepada pemerintah yang sah, serta d. Antara pihak yang memerintah dengan yang diperintah terdapat hubungan timbal balik secara vertikal maupun horizontal. Pemerintah juga merupakan satu badan penyelenggaraan atas nama rakyat untuk mencapai tujuan negara, sedangkan proses

kegiatannya disebut pemerintahan dan besar kecilnya kekuasaan pemerintah berasal dari rakyat, dengan demikian pemerintah dalam menjalankan proses kegiatan Negara harus berdasarkan kemauan rakyat,

20

karena rakyatlah yang menjadi jiwa bagi kehidupan dan proses berjalannya suatu negara. Menurut Taliziduhu Ndraha (2003 : 6) pemerintah adalah Organ yang berwenang memproses pelayanan publik dan berkewajiban memproses pelayanan civil bagi setiap orang melalui hubungan pemerintahan, sehingga setiap anggota masyarakat yang bersangkutan menerimanya pada saat yang diperlukan sesuai dengan tuntutan (harapan) yang di perintah. Dalam hubungan itu sah ( legal ) dalam

wilayah Indonesia, berhak menerima layanan civil tertentu dan pemerintah wajib melayaninya. Sementara Samuel Edwird Finer (dalam Inu Kencana Syafiie, 2001:46), menjelaskan bahwa pemerintah harus mempunyai kegiatan yang terus menerus (process), wilayah negara tempat kegiatan itu berlangsung (state), pejabat yang memerintah (the duty), dan cara, metode serta sistem (manner, method, and system), dari pemerintah terhadap masyarakatnya. Menurut Montesquieu (dalam Salam, 2004:35) pemerintah adalah seluruh lembaga negara yang biasa dikenal dengan nama trias politika baik itu legislatif (membuat undang-undang), eksekutif (melaksanakan undang-undang), maupun yudikatif (mengawasi pelaksanaan undangundang).

21

B.2. Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Pengertian Kartasapoetra Pemerintah Daerah menurut Misdyanti dan

(1993 : 17), Pemerintah Daerah adalah penyelenggara

pemerintahan di daerah. Dengan kata lain, Pemerintah Daerah adalah pemegang kemudi dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan daerah (Misdyanti dan Kartasapoetra, 1993:17). Pengertian Pemerintah Daerah menurut UU No. 32 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah adalah, Pemerintah Daerah adalah kepala daerah beserta perangkat daerah otonomi yang lain sebagai badan eksekutif daerah (UU, 1999:3). Jadi Kepala Daerah beserta perangkatnya merupakan badan eksekutif di daerah. Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa Pemerintah Daerah yang dimaksudkan adalah Pemerintah Daerah yang terdiri dari Kepala Daerah, Sekretaris Daerah dan Dinas-dinas di daerah. Jadi Pemerintah Daerah merupakan suatu sistem yang ada dalam wilayah daerah kabupaten dan Bupati sebagai Kepala Daerah adalah unsur pimpinan penyelenggara pemerintah di daerah. Pengertian lain mengenai Pemerintah Daerah tercantum dalam Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Pemerintahan Desa dan Kelurahan bahwa Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Daerah.

22

Penyelenggaraan pemerintahan di daerah adalah selaras dengan azas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan dapat

diwujudkan dalam fungsi-fungsi Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah dapat mengupayakan peningkatan

sumberdaya yang dimiliki demi meningkatkan wilayahnya. Adapun upaya Pemerintah Daerah mengenai pembinaan masyarakat adalah salah satu upaya dari Pemerintah Daerah untuk meningkatkan sumber daya manusia yang dalam suatu wilayah agar lebih mandiri dan berkualitas demi kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Fungsi pemerintah menurut Bintoro (dalam Syafiie) adalah: Pertama, filsafat hidup kemasyarakatan, negara yang memberikan kebebasan cukup besar kepada anggota masyarakat untuk

menumbuhkan diharapkan tidak

perkembangan masyarakat, sehingga pemerintah terlalu banyak campur tangan dalam kegiatan

masyarakat itu sendiri. Kedua, filsafat politik masyarakat, pemerintah sebagai pemegang mandat kepercayaan untuk mengusahakan

kepentingan masyarakat secara keseluruhan, harus mengusahakan pula keadilan. Hal ini perlu dinyatakan dengan tetap memperhatikan

kepentingan golongan yang lemah (kedudukan ekonominya) (Syafiie, 1992 : 15-16). Fungsi pemerintah menurut Bintoro di atas dimaksudkan bahwa pemerintah memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk

membangun dan mengembangkan minat serta bakat yang dimilikinya

23

tanpa campur tangan dari pemerintah itu tetapi dilain pihak pemerintah juga sebagai pemegang mandat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta perlindungan terhadap kepentingan golongan lemah.

C. Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat sebagai sebuah strategi, sekarang telah banyak diterima, bahkan telah berkembang dalam berbagai literatur di dunia barat. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pembangunan Sosial di Kopenhagen Tahun 1992 juga telah memuatnya dalam berbagai kesepakatannya. Namun, upaya mewujudkannya dalam praktik

pembangunan tidak selalu berjalan mulus.Banyak pemikir dan praktisi yang belum memahami dan mungkin tidak meyakini bahwa konsep pemberdayaan merupakan alternatif pemecahan terhadap dilema-dilema pembangunan yang dihadapi. Mereka yang berpegang pada teori-teori pembangunan model lama juga tidak mudah untuk menyesuaikan diri dengan pandangan-pandangan dan tuntutan-tuntutan keadilan. Mereka yang tidak nyaman terhadap konsep partisipasi dan demokrasi dalam pembangunan tidak akan merasa tentram dengan konsep pemberdayaan ini. Lebih lanjut, disadari pula adanya berbagai bias terhadap

pemberdayaan masyarakat sebagai suatu paradigma baru pembangunan. Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yakni yang bersifat people-centered,

24

participatory,

empowering,

and

sustainable-orientasi

peran

serta

masyarakat, pemberdayaan dan dapat dicapai. Chambers (1995) dalam Kartasasmita, (1996). Konsep ini lebih luas dari hanya sekedar memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net), yang pemikirannya belakangan ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari alternatif terhadap konsep-konsep pertumbuhan dimasa yang lalu. Konsep ini berkembang dari upaya banyak ahli dan praktisi untuk mencari apa yang antara lain oleh Friedmann (1992) disebut alternatif pembangunan (alternative

development), yang menghendaki inclusive democracy, appropriate economic growth, gender equality and intergenerational equity (demokrasi inklusif, pertumbuhan ekonomi yang tepat, kesetaraan gender dan hak kekayaan antar generasi). Konsep pemberdayaan tidak mempertentangkan pertumbuhan dengan pemerataan, karena seperti dikatakan oleh Donald Brown (1995), keduanya tidak harus diasumsikan sebagai incompatible or antithetical (tak tergantikan atau antitesa). Konsep ini mencoba melepaskan diri dari perangkap zero-sum game (permainan kosong) dan trade off (jual lepas) . Ia bertitik tolak dari pandangan bahwa dengan pemerataan tercipta landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan dan yang akan menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan.

25

Oleh karena itu, seperti dikatakan oleh Kirdar dan Silk (1995), the pattern of growth is just as important as the rate of growth (pola pertumbuhan hanya diperlukan sebagai ukuran tingkat pertumbuhan. Yang dicari adalah seperti dikatakan Ranis (1995), the right kind of growth (bentuk pertumbuhan yang tepat, yakni bukan yang vertikal menghasilkan trickle-down (kemerosotan), seperti yang terbukti tidak berhasil, tetapi yang mengalir secara horisontal (horizontal flows), yakni broadly based, employment intensive, and not compartmentalized (berbasis luas, kesempatan kerja intensif dan tidak terkotak-kotak). Hasil pengkajian berbagai proyek yang dilakukan oleh International Fund for Agriculture Development (IFAD) menunjukkan bahwa dukungan bagi produksi yang dihasilkan masyarakat di lapisan bawah telah memberikan sumbangan pada pertumbuhan yang lebih besar

dibandingkan dengan investasi yang sama pada sektor-sektor yang skalanya lebih besar. Pertumbuhan itu dihasilkan bukan hanya dengan biaya lebih kecil, tetapi dengan devisa yang lebih kecil pula (Brown, 1995). Hal terakhir ini besar artinya bagi negara-negara berkembang yang mengalami kelangkaan devisa dan lemah posisi neraca pembayarannya. Prijono dan Pranarka (1996). mengindentifikasi lahirnya

pembangunan yang kurang memihak pada rakyat mayoritas. Konsep ini dibangun dari kerangka logik bahwa proses pemusatan kekuasaan terbangun dari pemusatan kekuasaan faktor produksi; pemusatan kekuasaan faktor produksi akan melahirkan masyarakat pekerja dan

26

masyarakat

pengusaha

pinggiran;

kekuasaan

akan membangun

bangunan atas atau sistem pengetahuan, sistem politik, sistem hukum dan sistem ideologi yang manipulatif untuk memperkuat legitimasi; dan pelaksanaan sistem pengetahuan, sistem politik, sistem hukum dan ideologi secara sistematik akan menciptakan dua kelompok masyarakat, yaitu masyarakat berdaya dan masyarakat tunadaya. Akhirnya yang terjadi ialah dikotomi, yaitu masyarakat yang berkuasa dan manusia yang dikuasai. Untuk membebaskan situasi menguasai dan dikuasai, maka harus dilakukan pembebasan melalui proses pemberdayaan bagi yang lemah (empowerment of the powerless). Alur pikir di atas sejalan dengan terminologi pemberdayaan itu sendiri atau yang dikenal dengan istilah empowerment yang berawal dari kata daya (power). Daya dalam arti kekuatan yang berasal dari dalam tetapi dapat diperkuat dengan unsurunsur penguatan yang diserap dari luar. Ia merupakan sebuah konsep untuk memotong lingkaran setan yang menghubungkan Keterbelakangan power dan dengan pembagian yang muncul kesejahteraan. dalam proses

kemiskinan

pembangunan disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pemilikan atau akses pada sumbersumber power. Proses historis yang panjang menyebabkan terjadinya power dis powerment, yakni peniadaan power pada sebagian besar masyarakat, akibatnya masyarakat tidak memiliki akses yang konsep pemberdayaan sebagai antitesa terhadap keadaan memadai terhadap akses produktif

27

yang umumnya dikuasai oleh mereka yang memiliki power. Pada gilirannya keterbelakangan secara ekonomi menyebabkan mereka makin jauh dari kekuasaan. Begitulah lingkaran setan itu berputar terus. Oleh karena itu, pemberdayaan bertujuan dua arah. Pertama, melepaskan belenggu kemiskinan, dan keterbelakangan. Kedua, memperkuat posisi lapisan masyrakat dalam struktur ekonomi dan kekuasaan. Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan atau keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Dalam konsep pemberdayaan, manusia adalah subyek dari dirinya sendiri. Proses pemberdayaan yang menekankan pada proses

memberikan kemampuan kepada masyarakat agar menjadi berdaya, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa pemberdayaan harus ditujukan pada kelompok atau lapisan masyarakat yang tertinggal (Prijono dan Pranarka, 1996). Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Adapun pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua

kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang

28

diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan (Sumodiningrat, 1999). Mubyarto (1998) menekankan bahwa terkait erat dengan

pemberdayaan ekonomi rakyat. Dalam proses pemberdayaan masyarakat diarahkan pada pengembangan sumberdaya manusia (di pedesaan), penciptaan peluang berusaha yang sesuai dengan keinginan masyarakat. Masyarakat menentukan jenis usaha, kondisi wilayah yang pada gilirannya dapat menciptakan lembaga dan sistem pelayanan dari, oleh dan untuk masyarakat setempat. Upaya pemberdayaan masyarakat ini kemudian pada pemberdayaan ekonomi rakyat. Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun

keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan kuat, tentunya memiliki keberdayaan yang tinggi. Keberdayaan masyarakat merupakan unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan, dan dalam pengertian yang dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Keberdayaan masyarakat itu sendiri menjadi sumber dari apa yang di dalam wawasan politik disebut sebagai ketahanan nasional. Artinya bahwa apabila masyarakat memiliki kemampuan ekonomi yang tinggi, maka hal tersebut merupakan bagian dari ketahanan ekonomi nasional.

29

Dalam kerangka pikir inilah upaya memberdayakan masyarakat pertama-tama harus dimulai dengan menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Di sini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, bahwa tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena kalau demikian akan punah. Menurut Kartasasmita (1996), pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu sendiri, dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. Selanjutnya, upaya tersebut diikuti dengan memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Dalam konteks ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana yang kondusif. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses kepada berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya (Kartasasmita, 1996). Dengan demikian, pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya.

Menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, keber-tanggungjawaban dan lain-lain yang merupakan bagian pokok dari upaya pemberdayaan itu sendiri.

30

Pemberdayaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pemberdayaan sektor pertanian perkotaan khususnya kelompok petani belimbing manis dan jambu merah sebagai bagian dari masyarakat yang membutuhkan penanganan/pengelolaan tersendiri dari pihak pemerintah yang berkaitan dengan upaya peningkatan kuantitas dan kualitas hasil budidaya kedua macam buah-buahan tersebut yang pada gilirannya akan mendorong peningkatan pendapatan/profit usaha sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap penerimaan pendapatan daerah dari sektor retribusi daerah.

D. Pertanian Perkotaan Pengertian pertanian perkotaan atau Urban Agriculture menurut Wikipedia the free encyclopedia: Urban agriculture is the practice of agriculture (include crops, livestock, fisheries, forestry activities) within or surrounding the boundaries of cities. The land used may be private residential land (use of private pieces of land, balconies, walls, or building roofs), public roadside land, or riverbanks. Urban farming is practiced for income-earning or foodproducing activities. It contributes to food security and food safety in two ways: first, it increases the amount of food available to people living in cities, and second, it allows fresh vegetables and fruits to be made available to urban consumers. Because it promotes energysaving local food production, urban and peri-urban agriculture are sustainability practices. Pertanian perkotaan adalah praktek pertanian yang meliputi tanaman pangan, ternak, perikanan dan aktivitas kehutanan. Lahan yang dipergunakan bisa berupa bagian tanah masyarakat, balkon, tembok atau atap bangunan), tanah pinggir jalan umum atau pinggir sungai. Kebun

31

perkotaan dilakukan untuk berkegiatan dalam rangka

menambah

penghasilan atau memproduksi makanan. Hal ini memberikan kontribusi bagi ketahanan pangan dengan dua cara; pertama, menambah

persediaan bahan makanan bagi masyarakat kota, dan kedua kegiatan itu dapat menyediaan daun-daunan dan buah-buahan segar bagi konsumen kota. Karena pola demikian disosialisasikan untuk mengamankan produksi pangan lokal, hal demikian cocok untuk pertanian kota dan wilayah penunjangnya. United Nations Development Program-UNDP (1996), merumuskan pengertian pertanian perkotaan, yaitu: Urban Agriculture (UA) is an activity that produces, processes, and markets food and other products, on land and water in urban and periurban areas, applying intensive production methods, and (re)using natural resources and urban wastes, to yield a diversity of crops and livestock. Pertanian perkotaan adalah aktivitas memproduksi, memproses dan memasarkan makanan atau pangan lainnya, di atas tanah atau dalam air di wilayah kota dan penunjangnya dengan mempergunakan motede intensif, dan menggunakan (kembali) sumber-sumber alami atau barangbarang bekas/sisa untuk menghasilkan beragam hasil tanaman pangan dan hewan ternak. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pertanian kota (urban agriculture) mengandung arti yaitu suatu aktivitas pertanian yang dapat berupa kegiatan bertani, beternak, perikanan,

32

kehutanan, yang berlokasi di dalam kota atau di pinggiran suatu kota, dengan melakukan proses pengolahan, menghasilkan, dan menjual serta mendistribusikan berbagai macam hasil produk makanan dan nonmakanan dengan menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya alam (tanah, air, unsur hara, udara dan sinar matahari) serta bertujuan untuk menyediakan dan memenuhi konsumsi produk pangan bagi masyarakat yang tinggal di suatu kota. Selain itu, karakteristik dari pertanian kota diantaranya adalah kedekatannya dengan pasar, kompetisi tinggi untuk lahan, lahan yang sangat terbatas, menggunakan sumber daya kota seperti sampah organik dan air buangan, rendahnya tingkat organisasi petani, mengandalkan produk yang dapat terurai, dan memiliki tingkat spesialisasi yang tinggi. Berdasarkan literatur, terdapat beberapa peranan dari pertanian perkotan (urban agriculture) terhadap pertumbuhan dan perkembangan kota, diantaranya adalah meningkatkan ekonomi lokal dengan

menciptakan lapangan pekerjaan baru, meningkatkan efisiensi biaya transportasi, penyediaan kebutuhan pangan bagi penduduk kota dan sekitarnya sehingga ketahanan pangan dapat berkelanjutan, peningkatan taraf hidup masyarakat serta peningkatan pendapatan daerah kota dengan adanya diversifikasi dari kegiatan pertanian, diantaranya kegiatan wisata pertanian, kegiatan pengolahan hasil pertanian dan lain

sebagainya.

33

E. Budidaya Belimbing dan Jambu Biji E.1. Budidaya Belimbing Bersumber budidaya pada penjelasan tentang serba-serbi secara tentang dapat

belimbing (http://www.lembahpinus.com),

diuraian hal-ihwal tentang belimbing seperti berikut ini. Belimbing merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari kawasan Malaysia, kemudian menyebar luas ke berbagai negara yang beriklim tropis lainnya di dunia termasuk Indonesia. Pada umumnya belimbing ditanam dalam bentuk kultur pekarangan (home yard gardening), yaitu diusahakan sebagai usaha sambilan sebagai tanaman peneduh di halaman-halaman rumah. Di kawasan Amerika, buah belimbing dikenal dengan nama /sebutan star fruits, dan jenis belimbing yang populer dan digemari masyarakat adalah belimbing Florida. Dalam taksonomi tumbuhan, belimbing diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan). Di Indonesia dikenal cukup banyak ragam varietas belimbing, diantaranya varietas Sembiring, Siwalan, Dewi, Demak Kapur, Demak Kunir, Demak Jingga, Pasar Minggu, Wijaya, Paris, Filipina, Taiwan, Bangkok, dan varietas Malaysia. Tahun 1987 telah dilepas dua varietas belimbing unggul nasional yaitu : Varietas Kunir dan Kapur. Manfaat utama tanaman ini sebagai makan buah segar maupun makanan buah olahan ataupun obat tadisional. Manfaat lainnya sebagai stabilisator & pemeliharaan lingkungan, antara lain dapat

34

menyerap gas-gas beracun buangan kendaraan bermotor dan lainnya, menyaring debu, meredam getaran suara, dan memelihara lingkungan dari pencemaran karena berbagai kegiatan manusia. Sebagai wahana pendidikan, penanaman belimbing di halaman rumah tidak terpisahkan dari program pemerintah dalam usaha gerakan menanam sejuta pohon. Sentra/pusat penanaman tanaman belimbing sebagai usaha tani secara intensif dan komersial adalah Malaysia. Pada tahun 1993 negara ini mampu mengekspor buah belimbing segar sebanyak 10.220 mt (metrik ton) senilai Rp. 2 miliar yang dipasok ke Hongkong, Singapora, Taiwan, Timur Tengah, dan Eropa Barat. Lahan yang tepat untuk pertumbuhan pohon belimbing antara lain: a. Angin yang tidak terlalu kencang, karena dapat

menyebabkan gugurnya bunga atau buah. b. Curah hujan sedang, di daerah yang curah hujannya tinggi

seringkali menyebabkan gugurnya bunga dan buah, sehingga produksinya akan rendah. c. Tempat tanamnya terbuka dan mendapat sinar matahari

secara memadai dengan intensitas penyinaran 4550 %, namun juga toleran terhadap naungan (tempat terlindung). d. Suhu dan kelembaban ataupun iklimnya termasuk tipe A

(amat basah), B (agak basah), C (basah), dengan 612 bulan basah

35

dan 06 bulan keing, namun paling baik di daerah yang mempunyai 7,5 bulan basah dan 4,5 bulan kering. Hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok pula untuk tanaman belimbing. Tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik. Derajat keasaman tanah untuk tanaman belimbing yaitu memiliki pH 5,57,5., kandungan air dalam tanah atau kedalaman air tanah antara 50200 cm dibawah permukaan tanah. Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman belimbing yaitu di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl. Teknologi produksi bibit unggul belimbing harus selalu menggunakan pohon induk unggul atau pembiakan secara vegetatif (cangkok, okulasi, enten, dan susuan). Pembiakan secara generatif dengan biji tidak dianjurkan, karena hampir selalu memberikan keturunan berbeda dengan induknya (segregasi genetis). Oleh karena itu, pembiakan generatif (biji) hanya dimaksudkan untuk menghasilkan bibit batang bawah (onderstam) yang kelak digunakan pada perbanyakan vegetatif. Penyiapan bibit unggul belimbing dilakukan dengan cara pembiakan vegetatif (cangkok, okulasi, susuan dan enten). Khusus pada perbanyakan vegetatif dengan cara penyambungan (okulasi, enten, susuan) diperlukan batang bawah atau bibit onderstam yang berasal dari biji (pembiakan generatif).

36

Sebagai pencegahan terhadap hama dan penyakit tanaman belimbing maka perlu dilakukan penyemprotan pestisida. Waktu penyemprotan pestisida dilakukan 2 minggu sekali, misalnya dengan Thamaron Super yang takarannya disesuaikan dengan dosis yang tertera pada kemasan. Umur panen (petik) buah belimbing sangat dipengaruhi oleh letak geografi penanaman, yaitu faktor lingkungan dan iklim. Di dataran rendah yang tipe iklimnya basah, umur petik buah belimbing sekitar 3560 hari setelah pembungkusan buah atau 6590 hari setelah bunga mekar. Ciri buah belimbing yang sudah saatnya dipanen adalah ukurannya besar (maksimal), telah matang dan warna buahnya berubah dari hijau menjadi putih atau kuning atau merah atau variasi warna lainnya. Hal ini tergantung dari varietas belimbing. Cara panen buah belimbing dilakukan dengan cara memotong tangkainya. Pemetikan buah berlangsung secara kontinyu dengan memilih buah yang telah matang. Waktu panen yang paling baik adalah pagi hari, saat buah masih segar dan sebelum cuaca terlalu panas (terik). Periode panen buah belimbing, umumnya penen perdana pada umur 3-4 tahun setelah tanam. Pembungaan dan pembuahan belimbing dapat terus menerus sepanjang tahun, masa panen paling lebat (banyak) biasanya terjadi tiga kali dalam setahun. Potensi hasil/produksi buah belimbing varietas unggul yang ditanam di kebun secara permanen dan dipelihara intensif dapat

37

mencapai antara 150 - 300 buah/pohon/tahun. Bila jarak tanam 5 x 5 m dengan populasi per hektar antara 250 - 400 pohon dengan produktivitas 150300 buah/pohon dan berat per buah rata-rata 160 gram, maka tingkat produksi per hektar mencapai 6 - 19 ton. Potensi produksi buah belimbing yang ditanam di kebun secara permanen dan dipelihara intensif, dengan jarak tanam antara 5x5 m atau 6x6 m, bila populasi tanaman belimbing per hektar antara 250 400 pohon dengan potensi produktivitas 150300 buah/pohon/tahun, dan berat per buah rata-rata 160 gram, maka dapat dihasilkan/tingkat produksi per hektar mencapai 619 ton buah belimbing. Pada panen raya belimbing, harga belimbing rata-rata mencapai Rp. 750,- sampai Rp. 5.000,- per kg. Prospek pemasaran belimbing di dalam negeri diperkirakan makin baik. Hal ini antara lain disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk dan semakin banyaknya konsumen menyadari pentingnya kecukupan gizi dari buah-buahan. Pada tahun 1993 Indonesia baru andil 0,4 % dari total nilai impor dunia buah tropis. Bila pada tahun 1989 tingkat konsumsi buah-buahan per kapita penduduk Indonesia hanya mencapai 22,92 kg/tahun, maka untuk mencapai kecukupan gizi yang sesuai dengan anjuran FAO menargetkan rata-rata 60 Kg per kapita per tahun. Salah satu jenis buah potensial yang mudah dibudidayakan untuk mendukung pencapaian target tersebut adalah belimbing. Perkiraan permintaan setiap tahun semakin meningkat,

38

peningkatan permintaan tersebut adalah sebesar 6,1 %/tahun (1995 2000), 6,5 %/tahun (20002005), 6,8 %/tahun (20052010), dan mencapai 8,9 %/tahun (2010 - 2015). Jelaslah bahwa prospek usahatani (agribisnis) belimbing amat cerah bila dikelola secara intensif dan komersial, baik dalam bentuk kultur perkebunan, pekarangan, maupun Tabulampot. Buah belimbing dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat bersih maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain : nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat bersih,

negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.

E.2. Jambu Biji Jambu biji memiliki nama ilmilah Psidium guajava yang termasuk ke dalam keluarga Myrtaceae. Psidium berasal dari bahasa Yunani, yaitu psidium yang artinya delima. Sedangkan guajava berasal dari nama yang diberikan oleh orang Spanyol. Di Indonesia, tanaman ini dapat dijumpai di daerah dengan ketinggian sampai dengan 1200 mdpl. Jambu biji dapat berbuah sepanjang tahun, sedangkan musim panen raya antara bulan Desember sampai Februari, dan bulan Juni sampai Agustus (Parimin 2007). Tanaman ini berasal dari Brazil, Amerika Tengah dan menyebar ke Thailand kemudian ke negara-negara di Asia seperti Indonesia.

39

Jambu biji juga punya nama sebutan lain, misalnya di Aceh dikenal dengan nama glima breueh, di Sumatera dikenal glimeu beru, galiman, masiambu, biawas, jambu biawas, jambu biji, di Jawa dikenal jambu klutuk, jambu krutuk, jambu bender, bayawas, tetokal, tokal, di Manado dikenal dengan nama gojawas, di Kalimantan dikenal dengan nama Libu atau Nyibu, di Nusa Tenggara dikenal kojabas, dan di Maluku dikenal kayawese (Prihatman, 2000 http://www.verypdf.com.) Jambu biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu bercabang, dalam bahasa Inggris disebut Lambo guava. Tingginya dapat mencapai 3-10 m dan umurnya hingga sekitar 30-40 tahun. Tanaman ini sudah mampu berbuah saat berumur sekitar 2-3 bulan. Tanaman jambu biji berbuah dan berbunga sepanjang tahun. Batang jambu biji berkayu keras, liat, tidak mudah patah, kuat, padat, dan memiliki warna cokelat atau cokelat keabu-abuan. Daun jambu biji berbentuk bulat panjang, bulat langsing, atau bulat oval dengan ujung tumpul atau lancip serta memiliki warna hijau tua, hijau muda, merah tua, dan hijau berbelang kuning. Sedangkan buah jambu biji berbentuk bulat atau bulat lonjong dengan kulit buah berwarna hijau saat muda dan berubah menjadi kuning muda mengkilap setelah matang. Pada setiap satu hektar tanaman jambu biji dapat

menghasilkan sebanyak 25-40 ton/tahun (Parimin,2007) Menurut Parimin (2007), hingga saat ini terdapat lebih dari 97 varietas jambu biji yang tersebar di beberapa negara, termasuk di

40

Indonesia. Dari sejumlah jenis jambu biji, terdapat beberapa varietas jambu biji yang digemari masyarakat Indonesia dan dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomisnya yang relatif lebih tinggi diantaranya: a Jambu biji kecil Jambu biji kecil atau jambu biji menir adalah salah satu jenis jambu yang unik dan menarik dengan panjang buah 3 cm, lebar 3 cm, dan bobot maksimal 12 gram/buah. Rasa buah manis sedikit asam dan beraroma harum. Kulit buah berwarna hijau muda mengkilap dan dagingnya putih dengan jumlah biji banyak. b. Jambu biji sukun Jambu biji sukun merupakan salah satu jambu tanpa biji yang tumbuh secara partenokarpi dan bila tumbuh dekat dengan jambu biji akan cenderung berbiji kembali. Ciri buah jambu sukun tanpa biji adalah berbentuk bulat simetris atau persegi panjang. Rasa buah manis, enak, dan segar. Warna kulit buah hijau muda dan mengkilap setelah matang, daging buahnya berwarna putih, tebal, padat, serta bertekstur keras. c. Jambu biji bangkok Jambu biji Bangkok memiliki ciri, antara lain buahnya berukuran besar dengan bobot 500-1.200 gram, dagingnya tebal dan sedikit bijinya, rasanya agak hambar. Jenis tanaman jambu biji bangkok

41

termasuk pendek dan berbuah sangat lebat. d getas

Jambu biji merah

Jambu merah getas merupakan jambu biji hasil persilangan jambu biji pasar minggu yang berdaging merah dengan jambu biji bangkok. Jambu biji merah getas memiliki keunggulan antara lain daging buahnya merah menyala atau merah cerah, tebal, berasa manis, harum, dan segar. Jambu biji ini tahan terhadap hama dan penyakit. Produktivitas jambu biji merah getas cukup tinggi karena mampu berbuah sepanjang tahun dan berbuah lebat. d. Jambu biji susu Jambu biji ini berasal dari Pasar minggu. Bentuk buahnya bulat dan meruncing di bagian dekat tangkai buah. Daging buahnya berwarna putih seperti susu. dibandingkan jambu merah Rasa buahnya kurang manis getas atau jambu Bangkok dan

mengandung banyak biji. e. Jambu pasar minggu Jambu biji ini memiliki bentuk agak lonjong seperti alpukat dengan daging buahnya merah, berasa manis, bertekstur lembut, dan beraroma harum. Kulit buah tipis dan berwarna hijau kekuningkuningan dengan permukaan halus pada saat matang. Kandungan nutrisi dalam 100 gram jambu biji terdapat energi 49,00 kal; protein 0.90 g; lemak 0,30 g; karbohidrat 12,30 g; kalsium

42

14,00 mg; fosfor 28,00 mg; besi 1,10 mg; vitamin A 25 SI; vitamin B1 0,02 mg; vitamin B2 0,04 mg; vitamin C 87,00 mg; niacin 1,10 mg; serat 5,60 mg; air 86 g; total kalori 49 kalori; dan bagian yang dapat dimakan sebanyak 82%. Sebagian besar vitamin C jambu biji terkonsentrasi pada kulit serta daging bagian luarnya yang lunak dan tebal. Kandungan vitamin C jambu biji mencapai puncaknya menjelang matang. Kandungan vitamin C per 100 gram jambu biji matang adalah 150,50 mg, matang optimal sebanyak 130,13 mg, dan lewat matang sebanyak 132,24 mg.(http://www.verypdf.com). Sementara kandungan gula atau kemanisan jambu biji matang sebanyak 3,36%, matang optimal 3,71%, sedangkan lewat matang sebanyak 1,84%. Selain itu jambu biji mengandung serat pektin (serat larut air), tanin, kalium, zat karotenoid, dan likopen terutama jambu biji berwarna merah (Parimin 2007). Sari buah jambu biji dapat membantu meningkatkan kadar trombosit dalam tubuh penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) secara tidak langsung. Hal ini disebabkan karena jambu biji mengandung beberapa asam amino (Prabawati 2005). Menurut Parimin (2007), jambu biji bermanfaat dalam menurunkan kolesterol dengan cara mengikat kolesterol dan asam empedu dalam tubuh serta membantu mengeluarkannya karena mengandung pektin (serat larut air). Selain itu kandungan tanin dalam jambu biji bermanfaat dalam memperlancar sistem percernaan dan sirkulasi darah serta menyerang

43

virus. Kalium dalam jambu biji berfungsi meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot, mengatur pengiriman zatzat gizi ke sel tubuh, serta menurunkan kadar kolesterol total dan tekanan darah tinggi (hipertensi).

F.

Kerangka Pemikiran

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yakni yang berorientasi pada peran serta masyarakat, pemberdayaan dan dapat dicapai. Konsep pemberdayaan masyarakat lebih luas dari hanya sekedar memenuhi kebutuhan dasar atau menyediakan mekanisme untuk

mencegah proses pemiskinan lebih lanjut, yang pemikirannya belakangan ini banyak dikembangkan sebagai upaya mencari alternatif terhadap konsep-konsep pertumbuhan dimasa yang lalu. Konsep ini berkembang dari upaya banyak ahli dan praktisi untuk mencari apa yang antara lain oleh disebut alternatif pembangunan yang menghendaki inklusif,

pertumbuhan ekonomi yang tepat, kesetaraan gender dan hak kekayaan antar generasi dan diselenggarakan secara demokratis. Pemerataan tercipta landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan dan yang akan menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, pola pertumbuhan hanya diperlukan sebagai ukuran tingkat

pertumbuhan. Yang dicari adalah bentuk pertumbuhan yang tepat, yakni

44

bukan yang vertikal dan kemudian menghasilkan kemorosotan pada sebagian kelompok masyarakat lainnya, seperti yang terbukti tidak berhasil, tetapi yang mengalir secara horisontal berbasis luas,

kesempatan kerja intensif dan tidak terkotak-kotak. Peranan pemerintah daerah dalam memberdayakan

masyarakatnya secara formal telah terurai jelas baik dalam peraturan perundang-undangan maupun dalam rancangan pembangunan nasional. Masing-masing daerah menyusun rancangan pembangunan daerahnya masing-masing. Namun tidak jarang terjadi, rancangan pembangunan dan petunjuk pelaksanan tersebut tidak sepenuhnya sejalan dengan apa yang sungguhsungguh diperlukan oleh masyarakat yang hendak diberdayakannya itu. Hal ini dapat terjadi karena kurang kesungguhan dari aparat pemerintah daerah dalam menyerap dan menganalisis kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh masyarakatnya. Akibatnya program pemberdayaan masyarakat hanya sampai pada sebatas lengkap dan rinci di atas kertas dan kegiatan seremonial dauh jauh dari optimal. Pertanian perkotaan memiliki kelebihan tertentu dibandingkan dengan pertanian pedesaan. Kedekatan lokasi lahan pertanian pada

akses pasar merupakan keuntungan besar bagi para petani itu sendiri yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi positif pada tingkat

pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan asli daerah. Wilayah yang

45

mudah dijangkau akan memperlancar proses dukungan dari pihak-pihak yang memiliki kewenangan dan tanggungjawab khususnya aparat pemerintahan di daerah dalam pemberdayaan masyarakat. Penyelanggaran pemberdayaan masyarakat secara optimal

merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar apabila pemerintah daerah menghendaki terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata.

G. Alur pikir Alur pikir yang dipergunakan penulis dalam penelitian ini

sebagaimana disajikan dalam skema 1 di halaman berikut.

46

Gambar 1 Optimalisasi Pemberdayaan Petani Belimbing Manis dan Jambu Merah

Pemberdayaan Penggerak - Dinas Pertanian - LSM Pendamping. Landasan - UU Pemerintahan Daerah - RPJP - RPJM - Standar Operasional - Petunjuk Pelaksanaan Tindakan Optimal - Penyuluhan dan pendampingan - Dukungan bibit - Bantuan pemberantasan hama - Informasi, bantuan dan dukungan pemasaran - Dukungan teknologi tepat guna. Output Meminimalkan pengalihan lahan menjadi bukan pertanian Semakin tingginya minat budidaya Akses pasar semakin luas Terciptanya teknologi sederhana dan tepat guna Semakin berkembangnya produk olahan

Kondisi Masyarakat Kekuatan - Pengaruh lingkungan untuk berinovasi - Akses informasi lebih mudah - Lebih dekat pada akses pasar Kelemahan - Pengaruh kondisi lingkungan untuk meninggalkan sektor pertanian - Keterbatasan lahan - Keterbatasan teknologi tepat guna

Output

47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Merujuk pada pandangan Irawan (2007: 4) makna penelitian kualitatif tidak terbatas pada urasan data, objek kajian, atau bahkan prosedur penelitian. Makna penelitian kualitatif sungguh tidak mudah didefinisikan, tetapi bisa dipahami ciri-ciri khasnya. Salah satu ciri khasnya yang sangat penting adalah makna kebenaran menurut penelitian kualitatif. Lebih lanjut makna kebenaran menurut penelitian kualitatif adalah kebenaran intersubjektif, bukan kebenaran objektif. Pengertian kebenaran intersubjektif adalah kebenaran yang

dibangun dari jalinan berbagai faktor yang bekerja bersama-sama, seperti budaya dan sifat-sifat unik dari individu manusia. Sedangkan pendekatan studi kasus adalah penelitian yang mendalam terhadap satu unit tunggal, yang lebih menekankan keunikan partisipan dan latar belakangnya (Vredenbergt: 1983 :34). Pendekatan kasus menurut Nisbet dan Watt (1994:4) adalah berusaha memberikan penjelasan yang jujur dan seksama tentang suatu kasus tertentu sedemikian rupa, sehingga memungkinkan kita untuk menembus apa yang tampak di permukaan dan juga untuk memeriksa

48

kebenaran tafsiran dengan meninjau sejumlah data objektif pilihan yang sesuai. Pemilihan metode tersebut berdasarkan pada pendapat Robert K. Yin (2006 : 1) yang menjelaskan bahwa secara umum, studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan Bagaimana atau Mengapa, hal ini bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwaperistiwa yang akan di selidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata. Secara keseluruhan, desain studi kasus bisa dibenarkan dalam kondisi-kondisi tertentu-(a) kasus tersebut mengetengahkan suatu uji penting tentang teori yang ada, (b) merupakan suatu peristiwa yang langka atau unik atau (c) berkaitan dengan tujuan penyingkapan (Robert K. Yin, 2006 : 54). Oleh karena itu, metode penelitian studi kasus tepat dipergunakan dalam penelitian ini, karena fokus penelitian pada fenomema masa kini yakni meneliti bagaimana peran Pemerintah Daerah Kota Depok melaksanakan pemberdayaan para petani belimbing manis dan jambu biji merah di wilayah tersebut, mengapa harus diberdayakan dan bagaimana memberdayakannya.

49

B. Desain Penelitian Menurut Robert K. Yin (2006 : 25) desain penelitian adalah Logika keterkaitan antara data yang harus dikumpulkan (dan kesimpulankesimpulan yang akan dihasilkan) dan pertanyaan awal suatu penelitian. Setiap penelitian empiris sekurang-kurangnya memiliki desain penelitian yang implisit, jikalau tidak bisa eksplisit. Selanjutnya Robert K. Yin ( 2006 : 46) menjelaskan, ada empat tipe desain penelitian dalam studi kasus, dengan menyatakan; Untuk strategi studi kasus keempat tipe desainnya adalah (1) Desain kasus tunggal holistik, (2) Desain kasus tunggal terjalin, (3) Desain multi kasus holistik (4) Desain multi kasus terjalin. Keempat tipe desain tersebut, di gambarkan dalam skema di halaman berikut: Desain-desain kasus tunggal Holistik (Unit Analisis Tunggal) Terjalin
Tipe 2 Tipe 4 Tipe 1 Tipe 3

Desain-desain multi kasus

(Unit Multi Analisis)

Berdasarkan skema di atas, penulis memahami bahwa ada empat tipe dalam desain studi kasus yaitu: a. Tipe 1, menunjukkan satu kasus dengan satu unit analisis.

50

b. Tipe 2, menunjukkan satu kasus dengan lebih dari satu unit analisis. c. Tipe 3, menunjukkan lebih dari satu kasus dengan satu unit analisis. d. Tipe 4, menunjukkan lebih dari satu kasus dengan lebih dari satu unit analisis. Kasus-kasus tunggal merupakan desain umum bagi penyelenggara studi kasus dan terdapat kasus-kasus yang menggunakan unit analisis holistik, dan kasus-kasus yang menggunakan unit analisis terjalin. Secara keseluruhan, desain studi kasus bisa dibenarkan dalam kondisi-kondisi tertentu-(a) kasus tersebut mengetengahkan suatu uji penting tentang teori yang ada, (b) merupakan suatu peristiwa yang langka atau unik atau (c) berkaitan dengan tujuan penyingkapan (Robert K. Yin, 2006 : 54). Mengenai desain studi kasus terjalin menurut Robert K. Yin (2006 : 51) menjelaskan bahwa sebuah studi kasus mungkin mencakup lebih dari satu unit analisis. Hal ini terjadi bilamana di dalam kasus tunggal, perhatian diberikan kepada satu atau beberapa sub unit analisis. Sebagai contoh, meskipun sebuah studi kasus berkenaan dengan program publik tunggal, analisisnya mencakup hasil proyek-proyek perorangan dalam program tersebut. Desain semacam itu akan disebut desain studi kasus terjalin.

51

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tipe -2 yaitu desain kasus tunggal dengan unit analisis terjalin karena sesuai dengan penelitian ini yang akan membahas mengenai peran Pemerintah Daerah Kota Depok dalam pemberdayaan petani belimbing manis dan jambu biji merah di wilayah tersebut.

C. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Riset deskriptif adalah riset yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan suatu karakter / karakteristik atau fungsi dari sesuatu hal. Menurut Neuman (1997:19) bahwa descriptive research presents a picture of the specific details of a situation, sosial setting, or relationship (penelitian deskriptif memberikan gambaran tentang suatu situasi, struktur sosial atau suatu hubungan). Secara deskriptif penelitian ini bertujuan menggambarkan perilaku atau tindakan unsur-unsur Pemerintah Daerah Kota Depok yang dalam fungsinya memiliki wewenang dan

tanggungjawab dalam melakukan pemberdayaan para petani belimbing manis dan jambu biji merah di wilayah tersebut. Selain riset deskriptif, penelitian ini juga bersifat eksploratif dengan penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang

permasalahan dan temuan yang menyebabkan program pemberdayaan masyarakat belum bisa berjalan optimal. Lebih lanjut dapat memperoleh

52

gambaran tentang bagaimana Pemerintah Daerah Kota Depok dalam mengkoordinasikan program pemberdayaan masyarakat petani belimbing manis dan jambu biji merah serta apakah pelaksanaannya sudah berjalan secara optimal.

D. Operasionalisasi Konsep Untuk lebih memperjelas penggunaan suatu teori atau konsep, maka penulis menjabarkan teori yang digunakan dalam mencari jawaban dari tema permasalahan yang diangkat pada penelitian ini. Peran atau peranan adalah keikutsertaan seseorang atau lembaga yang memiliki posisi serta turut ambil bagian dari tugas utama yang Lembaga yang memiliki posisi utama dan ambil bagian

dilaksanakan.

dalam pemberdayaan masyarakat petani belimbing manis dan jambu biji merah. Pemerintah Daerah yang dimaksudkan adalah Pemerintah Daerah yang terdiri dari Kepala Daerah, Sekretaris Daerah dan Dinas-dinas di daerah. Jadi Pemerintah Daerah merupakan suatu sistem yang ada dalam wilayah daerah kabupaten dan Bupati sebagai Kepala Daerah adalah unsur pimpinan penyelenggara pemerintah di daerah. Pemerintah Kota Depok yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perangkat pemerintahan Kota Depok melalui Dinas Pertanian Kota Depok dan para petugas kecamatan di wilayah ini yang memiliki kewenangan dan tanggungnya terhadap pemberdayaan masyarakat petani serta

53

berbagai pihak yang dikoordinasi dan dikendalikan dalam rangka mencapai tujuan pemberdayaan masyarakat petani belimbing manis dan jambu biji merah di wilayah ini. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu sendiri, dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. Selanjutnya, upaya tersebut diikuti dengan memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Dalam konteks ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana yang kondusif. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses kepada berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya. Dalam operasionalnya, pemberdayaan masyarakat petani

belimbing manis dan jambu

biji merah adalah adalah upaya untuk

membangun daya yang telah mereka miliki, dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran para petani tersebut akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkan apa yang mereka sudah lakukan sehingga dapat memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri dan kemudian diikuti dengan langkah-langkah nyata berupa penyediaan sarana dan prasarana yang dapat meningkatkan kinerja mereka serta membuka akses kepada

54

berbagai peluang pemasaran yang lebih baik dari apa yang telah mereka miliki sebelumnya. Optimalisasi peran pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat, adalah perilaku atau tindakan para pejabat pemerintah daerah sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya yang dilakukan untuk memberdayakan masyarakat yang berada pada wilayah

tanggungjawabnya

dengan cara-cara

yang dapat mencapai sesuatu

dengan hasil paling baik atau keuntungan terbesar bagi masyarakat dan daerahnya. Dalam operasionalnya, optimalisasi peran pemerintah daerah Kota dalam pemberdayaan masyarakat petani belimbing manis dan jambu biji merah, adalah perilaku atau tindakan para pejabat pemerintah daerah sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya yang dilakukan untuk memberdayakan tanggungjawabnya masyarakat yang berada pada wilayah

dengan cara-cara

yang dapat mencapai sesuatu

dengan hasil paling baik atau keuntungan terbesar bagi masyarakat petani belimbing manis dan jambu biji merah. Pelaksanaan pemberdayaan tersebut dapat dikatakan optimal atau kurang optimal setelah dilakukan perbandingan kesesuaian antara petunjuk pelaksanaan program tersebut dengan RPJP dan RPJM

pertanian kota Depok serta kesesuaian antara pelaksanaan program tersebut dengan kebutuhan nyata dari para petani belimbing dan jambu biji merah di wilayah tersebut.

55

E. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi

merupakan sekumpulan unit-unit atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Penelitian populasi dilakukan untuk melihat semua keberadaan populasi yang sesuai dengan tujuan penelitian sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel karena hasil dari penelitian ini bermaksud untuk menggeneralisasi hasil penelitian sampel untuk memperoleh kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi. (Suharsimi Arikunto, 2002 : 108). Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh warga masyarakat petani belimbing manis dan jambu biji merah di wilayah Kota Depok. Sampel terdiri dari orang yang diharapkan dapat memberikan keterangan tentang objek yang diteliti, disebut Key Informan dan Informan. Dalam menentukan Key Informan dan Informan penelitian ini, penulis menggunakan metode purposive sampling. Pilihan tehnik

sampling tersebut berdasarkan kepada pendapat Jalaludin Rakhmat (2004 : 81) yang menjelaskan: Sampling purposive, yaitu memilih orangorang tertentu karena dianggap- berdasarkan penelitian tertentu-mewakili statistik tingkat signifikansi, dan prosedur pengujian hipotesis, tidak berlaku bagi rancangan sampling nonprobabilitas. Key Informan dalam penelitian ini adalah pejabat Dinas Pertanian Kota Depok karena dianggap mengetahui dan dapat banyak memiliki

56

informasi dan dapat menjelaskan secara lengkap mengenai masalah pokok penelitian yaitu pelaksanaan pemberdayaan masyarakat petani

belimbing dan jambu biji merah di Kota Depok. Informan lainnya adalah LSM Pendamping dan petani belimbing manis dan jambu biji merah yang dianggap dapat memberikan penjelasan mengenai pelaksanan

pemberdayaan masyarakat di lapangan.

F. Tehnik Penelitian Sedangkan teknik penelitian berkenaan dengan bagaimana data diperoleh berdasarkan sumbernya dapat dijelaskan sebagai berikut; 1. Data primer diperoleh melalui teknik wawancara. Dari wawancara dengan informan akan diperdalam dengan penelusuran informasi dengan pihak Pemerintah Kota Depok melalui Dinas Pertanian, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan KB (Bapermas & KB), Lembaga

Swadaya Masyarakat pelaku pedampingan, serta unsur masyarakat petani belimbing manis dan jambu biji merah. Alasannya pemilihan informan ini adalah estimasi bahwa pihak-pihak tersebut akan memberikan gambaran tentang perkembangan pertanian perkotaan setempat khususnya budidaya belimbing dan jambu biji merah serta pelaksanaan tersebut. 2. Data sekunder diperoleh melalui teknik pengumpulan studi dokumen berupa RPJP dan RPJM Kota Depok dengan fokus pada dan hasil pencapaian pemberdayaan masyarakat

57

perencanaan pembangunan pertanian, industri kecil dan perdagangan, data tanaman dan produksi belimbing manis dan jambu biji merah serta dokumen dan bahan lain yang terkait dengan penelitian, Program Pemberdayaan Masyarakat terfokus pada permasalahan yang diteliti. Dalam mencari, menemukan serta mengumpulkan bahan dan data yang diperlukan untuk penelitian, maka teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah; a. Observasi, pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan dan mencatat gejala yang tampak pada objek penelitian yang dilakukan secara langsung pada tempat kejadian. Pengamatan dilakukan secara langsung dan sistemik terhadap gejala yang terlihat selama proses penelitian, baik segi aktivitas dalam suatu kegiatan maupun proses pengambilan keputusan terhadap suatu hal. b. Wawancara, berkaitan dengan data primer melalui kontak langsung secara lisan atau tatap muka dengan key informan atau sumber data yang berguna mengungkap data lain yang belum terungkap. Guna melengkapi hasil kajian, peneliti juga menggunakan teknik wawancara terstruktur yaitu wawancara yang disusun terlebih dahulu guna memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian. c. Studi dokumen, berkaitan dengan data sekunder berupa

pengumpulan data, dokumen, arsip yang berhubungan dengan

58

penelitian. d. Kajian kepustakaan, yaitu dengan cara mengumpulkan dan menganalisa literatur kepustakaan yang berhubungan dengan perbandingan anggaran yang berasal dari berbagai sumber informasi termasuk bahan cetak, artikel, tulisan ilmiah, jurnal yang terkait dengan penelitian.

G. Tehnik Analisis Data Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan deskriptif analisis. Pilihan tehnik analisis tersebut berdasarkan pada penjelasan Jalaluddin Rakhmat (2006 : 24) yang menyatakan bahwa. Penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penellitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Lexi J. Moleong (2006 : 6),

menjelaskan bahwa deskriptif adalah : data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambaran dan bukan angka-angka. Selain itu dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Mengenai metode kualitatif Bagdan dan Taylor dalam Lexi J. Moleong (2006 : 4) mendefinisikannya sebagai; prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang dan individu tersebut secara utuh (holistic). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu/organisasi ke dalam

59

variabel/hipotesis tetapi perlu memandangnya sebagai bagian suatu keutuhan. Pendekatan analisis yang dipergunakan adalah success

approximation, yaitu pendekatan analisis yang mengaitkan data dengan teori untuk menjelaskan kesenjangan yang terjadi hingga merumuskan suatu generalisasi mengacu pada proposisi teoritis dan bertalian yang merefleksikan realitas sosial (Neuman:2003;451).

H. Keterbatasan Penelitian Disadari bahwa kehendak untuk melakukan penelitian untuk tesis ini dapat dilakukan sebaik mungkin terhambat oleh sejumlah keterbatasan antara lain: 1. Keterbatasan waktu Kondisi penulis yang karena berbagai alasan tidak dapat mencurahkan waktu sepenuhnya bagi pelaksanaan penelitian ini. 2. Keterbatasan data Data yang tersedia di kantor wali kota Depok tidak selalu up to date sehingga sejumlah data diambil dari dokumen tahun 2009 dan sebagiannya dari tahun-tahun-tahun sebelumnya. 3. Keterbatasan Informasi Key informan dalam penelitian ini memiliki tingkat kesibukan yang tinggi sehingga kesempatan untuk memperoleh informasi

60

menjadi sangat terbatas. Di sisi lain, keterbatasan daya nalar informan dari kalangan petani belimbing manis dan jambu biji merah akan mempengaruhi akurasi informasi. Walaupun demikian, penulis berusaha semampunya untuk mendapatkan hasil penelitian ini seoptimal mungkin.

61

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kota Depok dan Pemerintahannya A.1. Sejarah Kota Depok Depok bermula dari sebuah Kecamatan yang berada di lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung

Kabupaten Bogor, kemudian pada tahun 1976 perumahan mulai dibangun baik oleh Perum Perumnas maupun pengembang yang kemudian diikuti dengan dibangunnya kampus Universitas Indonesia (UI), serta meningkatnya perdagangan dan Jasa yang semakin pesat sehingga diperlukan kecepatan pelayanan. Pada tahun 1981 Pemerintah membentuk Kota Administratif Depok berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1981 yang peresmiannya pada tanggal 18 Maret 1982 oleh Menteri dalam Negeri (H. Amir Machmud) yang terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan dan 17 (tujuh belas) Desa. Selama kurun waktu 17 tahun Kota Administratif Depok berkembang pesat baik dibidang Pemerintahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan. Khususnya bidang Pemerintahan semua Desa berganti menjadi Kelurahan dan adanya pemekaran Kelurahan , sehingga pada akhirnya Depok terdiri dari 3 (Kecamatan) dan 23 (dua puluh tiga) Kelurahan yaitu:

62

a. Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) Kelurahan, yaitu : Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahjn Rangkapan Jaya, Kelurahan

Rangkapan Jaya Baru. b. Kecamatan Beji terdiri dari (enam) Kelurahan, yaitu : Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur, Kelurah Pondok Cina, Kelurahan Kemirimuka, Kelurahan Kukusan, Kelurahan Tanah Baru. c. Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 11 (sebelas) Kelurahan, yaitu : Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan Suka Maju,. Kelurahan Mekarjaya, Kelurahan Abadi Jaya, Kelurahan Baktijaya,

Kelurahan Cisalak, Kelurahan Kalibaru, Kelurahan Kalimulya, Kelurahan Kali Jaya, Kelurahan Cilodong, Kelurahan Jati Mulya, Kelurahan Tirta Jaya. Dari tahun 1982 1999, penyelenggaraan pemerintah Kota Administratif Depok mengalami pergantian Kepemimpinan

(Walikotif) sebagai berikut : 1) Drs. Moch Rukasah Suradimadja (Alm), 1982 1984 2) Drs. H.M.I Tamdjid, 1984 1988 3) Drs. Abdul Wachyan, 1988 1991 4) Drs. Moch. Masduki, 1991 1992 5) Drs. H.Sofyan Safari Hamim, 1992 1996 6) Drs. H. Yuyun WS, 1996 1997 7) H. Badrul Kamal, 1997 1999

63

Dengan semakin pesatnya perkembangan dan tuntutan aspirasi masyarakat semakin mendesak agar Kota Administratif Depok ditingkatkan menjadi Kotamadya dengan harapan pelayanan menjadi maksimum. Disisi lain Pemerintah Kabupaten Bogor bersama sama Pemerintah Propinsi Jawa Barat memperhatikan perkembangan tesebut, dan mengusulkannya kepada Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat. Berdasarkan Undang undang No. 15 tahun 1999, tentang pembentukan Kotamadya Daerah Tk. II Depok yang ditetapkan pada tanggal 20 April 1999, dan diresmikan tanggal 27 April 1999 berbarengan dengan Pelantikan Pejabat Walikotamadya Kepala Daerah Tk. II Depok yang dipercayakan kepada Drs. H. Badrul Kamal yang pada waktu itu menjabat sebagai Walikota Kota Administratif Depok. Momentum peresmian Kotamadya Daerah Tk. II Depok dan pelantikan pejabat Walikotamadya Kepala Daerah Tk. II Depok dapat dijadikan suatu landasan yang bersejarah dan tepat untuk dijadikan hari jadi Kota Depok. Berdasarkan Undang undang nomor 15 tahun 1999 Wilayah Kota Depok meliputi wilayah Administratif Kota Depok, terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan sebagaimana tersebut diatas ditambah dengan sebagian wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor, yaitu :

64

1) Kecamatan Cimanggis, yang terdiri dari 1 (satu) Kelurahan dan 12 (dua belas) Desa , yaitu : Kelurahan Cilangkap, Desa Pasir Gunung Selatan, Desa Tugu, Desa Mekarsari, Desa Cisalak Pasar, Desa Curug, Desa Hajarmukti, Desa Sukatani, Desa Sukamaju Baru, Desa Cijajar, Desa Cimpaeun, Desa Leuwinanggung. 2) Kecamatan Sawangan, yang terdiri dari 14 (empat belas) Desa, yaitu : Desa Sawangan, Desa Sawangan Baru, Desa Cinangka, Desa Kedaung, Desa Serua, Desa Pondok Petir, Desa Curug, Desa Bojong Sari, Desa Bojong Sari Baru, Desa Duren Seribu, Desa Duren Mekar, Desa Pengasinan Desa Bedahan, Desa Pasir Putih. 3) Kecamatan Limo yang terdiri dari 8 (delapan) Desa, yaitu : Desa Limo, Desa Meruyung, Desa Cinere, Desa Gandul, Desa Pangkalan Jati, Desa Pangkalan Jati Baru, Desa Krukut, Desa Grogol, dan 4) ditambah 5 (lima) Desa dari Kecamatan Bojong Gede, yaitu : Desa Cipayung, Desa Cipayung Jaya, Desa Ratu Jaya, Desa Pondok Terong, Desa Pondok Jaya. Kota Depok selain merupakan Pusat Pemerintahan yang berbatasan langsung dengan Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta juga merupakan wilayah penyangga Ibu Kota Negara yang

65

diarahkan untuk kota pemukiman, Kota Pendidikan, Pusat pelayanan perdagangan dan jasa, Kota pariwisata dan sebagai kota resapan air.

A.2. Kondisi Demografi Jumlah penduduk Kota Depok pada tahun 2008 mencapai 1.503.677 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 780.092 jiwa dan perempuan 723.585 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Kota Depok tahun 2008 sebesar 3,43 persen, sedangkan rasio jenis kelamin di Kota Depok adalah 102. Tabel 1 menunjukkan jumlah penduduk, luas wilayah, kepadatan penduduk, dan jumlah kelurahan menurut kecamatan di Kota Depok, dimana Kecamatan Cimanggis memiliki jumlah penduduk paling banyak, yaitu 412.388 jiwa, sedangkan kecamatan dengan penduduk terkecil adalah Kecamatan Beji yaitu 143.190 jiwa sebagaimana disajikan pada halaman berikut.

66

Tabel 1 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk dan Jumlah Kelurahan Menurut Kecamatan di Kota Depok
Kecamatan Penduduk (jiwa) Sawangan Pancoran Mas Sukmajaya Cimanggis Beji Limo Kota Depok 169.727 275.103 350.331 412.388 143.190 152.938 1.503.677 Luas Wilayah 2 (km ) 45,69 29,83 34,13 53,54 14,30 22,80 200,29 Kepadatan Penduduk 2 (jiwa/km ) 3.714,75 9.222,36 10.264,61 7.702,43 10.013,29 6.707,81 7.507,50 Jumlah Kelurahan

14 11 11 13 6 8 63

Sumber : Kota Depok Dalam Angka 2008 Untuk data jumlah dan kepadatan penduduk menurut kecamatan di Kota Depok dimana Kecamatan Sukmajaya

merupakan kecamatan terpadat dengan tingkat kepadatan 10.264,61 jiwa/km2, sedangkan kepadatan terendah ada di Kecamatan Sawangan dengan tingkat kepadatan sebesar 3.714,75 jiwa/km2 dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

67

Tabel 2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Depok


Keterangan Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) 2004 2005 2006 2007 2008 Kepadatan 2004 Penduduk (jiwa/km )
2

Sawangan Pancoran Mas 157.525 262.785 159.543 247.622 166.276 254.797 166.076 269.144 169.727 275.103 3.447,7 3.491,9 3.639,2 3.634,8 3.714,8 8.809,4 8.301,1 8.541,6 9.022,6 9.222,4

Kecamatan

Beji

Limo

Sukmajaya Cimanggis 302.311 376.103 129.192 307.753 379.487 314.147 392.512 342.447 403.037 350.331 412.388 8.857,6 9.017,1 9.204,4 10.033,6 10.264,6 7.024,7 7.087,9 7.331,2 7.527,8 7.702,4 136.899 143.592 139.888 143.190 9.034,4 9.573,4 10.041,4 9.782,4 10.013,3

Total Kota Depok

141.545 1.369.461 143.218 1.374.522 149.156 1.420.480 149.410 1.470.002 152.938 1.503.677 6.208,1 6.281,5 6.541,9 6.553,1 6.707,8 6.837,4 6.862,7 7.092,1 7.339,4 7.507,5

2005 2006 2007 2008

Sumber : Kota Depok Dalam Angka 2008

A.3. Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) Kota Depok Selain pimpinan wilayah yaitu Walikota, Camat, Lurah, RW dan RT Organisasi Pemerintah Daerah Kota Depok terdiri dari Walikota, Sekretariat Daerah, Dinas-dinas, Sekretaritat DPRD dan Satpol PP. a. Dinas-dinas 1) Dinas Pendidikan, berkantor di Graha Depok Mas Blok A14 Jl. Arief Rahman Hakim No.3 Beji Kota Depok.

68

2)

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil berkantor di Jl. Margonda Raya No. 54 Depok.

3)

Dinas Kesehatan berkantor di Jl.Margonda Raya Ruko Depok Mas.

4)

Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata Seni dan Budaya berkantor di Jl. Kartini Raya, Depok.

5)

Dinas Kebersihan dan Pertamanan berkantor di Jl. Tole Iskandar No.11, Sukmajaya Depok.

6)

Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air berkantor di Jl. Margonda Raya No. 54 Depok.

7)

Dinas Tenaga Kerja dan Sosial berkantor di Jl. Margonda Raya No. 54 Depok.

8)

Dinas Tata Ruang dan Permukiman berkantor di Jl. Margonda Raya No.54 Depok.

9)

Dinas Pemadam Kebakaran berkantor di Jl. Boulevard Kota Kembang, Depok.

10) Dinas Koperasi, UMKM dan Pasar berkantor di Jl. Kartini Raya No. 25 Depok. 11) Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset

berkantor di Jl. Margonda Raya No. 54 Depok.

69

12) Dinas Perindustrian dan Perdagangan berkantor di Jl. Margonda Raya No. 144 Depok. 13) Dinas Pertanian dan Perikanan berkantor di Jl. Margonda Raya No. 144 Depok. 14) Dinas Perhubungan berkantor di Jl. Pemuda Depok. 15) Dinas Komunikasi dan Informatika berkantor di Jl.

Margonda Raya No. 54 Depok. b. OPD Lembaga Teknis 1) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah berkantor di Jl. Margonda Raya No. 54 Depok. 2) Badan Kepegawaian Daerah berkantor di Jl. Margonda Raya No. 54 Depok. 3) Inspektorat berkantor di Jl. Margonda Raya No. 54 Depok. 4) Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana berkantor di Ruko Graha Depok Mas Blok B No.5 Jl. Arif Rahman Hakim No.3 Kota Depok. 5) Badan Lingkungan Hidup berkantor di Jl. Tole Iskandar

Komplek Ruko Sukmajaya No.17 Kota Depok. 6) Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Ketahanan Pangan berkantor di Graha Depok Mas Blok A1-4 Jl. Arief Rahman Hakim Kota Depok.

70

7) Kantor Arsip dan Perpustakaan berkantor di Jl. Margonda Raya No. 54 Depok. 8) Kantor Kesbangpol dan Linmas berkantor di Jl. Pemuda No. 78 B, Pancoran Mas, Kota Depok. 9) RSUD Depok berkantor di Jl. Raya Muchtar No.99

Kelurahan Sawangan Kecamatan Sawangan Depok.

B. Dinas Pertanian & Perikanan dan Kondisi Pertanian Kota Depok B. 1. Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok. 1. Visi dan Misi Dinas Pertanian dan Perikanan Pemkot Depok memiliki visi Terwujudnya Pertanian Perkotaan yang Maju Berbasisi Potensi Lokal yang Mensejahterakan Petani dan Masyarakat dengan misi Meningkatkan Pelayanan Pertanian; Mengembangkan Agribisnis Perkotaan Berbasis Teknologi; dan Meningkatkan Ketahanan Pangan Berbasis Potensi Lokal dan Jaminan Keamanan Pangan.

2. Tugas dan Fungsi Berdasarkan Perda Kota Depok No. 08 tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah

Pemerintah Kota Depok Dinas Pertanian dan Perikanan bertugas melaksanakan kewenangan desentralisasi di bidang pertanian dan perikanan serta memiliki fungsi :

71

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian dan perikanan ; b. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum di bidang pertanian dan perikanan ; c. Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis dinas di bidang Pertanian dan perikanan; d. Pengelolaan urusan ketatausahaan.

3.

Susunan Organisasi Susunan Organisasi Dinas Pertanian dan Perikanan Kota

Depok berdasarkan Perda Kota Depok No. 08 tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah

Pemerintah Kota Depok terdiri dari Kepala Dinas, yang membawahi: a. Sekretaris Dinas, terdiri dari 2 (dua) sub bagian: 1) Sub Bagian Umum, Pelaporan ; 2) Sub Bagian Keuangan. Perencanaan, Evaluasi dan

b. Bidang Tanaman Pangan, dan Hortikultura , terdiri dari 2 (dua) seksi: 1) 2) Seksi Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura ; Seksi Bina Usaha dan Penyuluhan Tanaman Pangan.

c. Bidang Perikanan, terdiri dari 2 (dua) seksi: 1) Seksi Produksi Perikanan;

72

2)

Seksi Bina Usaha dan Penyuluhan Perikanan.

d. Bidang Peternakan, terdiri dari 2 (dua) seksi: 1) Seksi Bina Usaha, Produksi dan Penyuluhan

Peternakan; 2) Seksi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner. e. Unit Pelaksana Teknis Dinas Rumah Pemotongan Hewan (UPTD RPH); f. Kelompok Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). 4. Strategi dan Kebijakan Strategi dan Kebijakan Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Depok adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan ketersediaan sarana dan infrastruktur di bidang pertanian, peternakan dan perikanan; b. Meningkatkan ketrampilan sumber daya manusia (medis dan paramedis) melalui diklat dan pelatihan sehingga mampu menjadi profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan hewan; c. Menambah jumlah sumber daya manusia (medis dan paramedis) sehingga mampu menangani cek kesehatan hewan yang semakin meningkat;

73

d. Menambah sarana mobilitas sehingga dapat menjangkau wilayah yang lebih luas dengan lebih mudah dan cepat; e. Meningkatkan kualitas kelembagaan melalui kajian

pembentukan UPTD Puskeswan dan Tata Laksana f. Meningkatkan tata kelola di RPH Tapos g. Meningkatkan sarana dan prasarana di RPH h. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia i. j. Mengoptimalkan lahan pertanian Meningkatkan penguatan kelembagaan kelompok tani

k. Meningkatkan pelatihan budidaya kepada petani peternak dan pembudidaya l. Meningkatkan sertifikasi dan registrasi kebun komoditas unggulan m. Meningkatkan pelatihan landscape tanaman hias n. Melakukan fasilitasi dan promosi produk perikanan dan hortikultura serta mengoptimalkan fungsi packing house o. Meningkatkan pelatihan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian, peternakan dan perikanan p. Meningkatkan gerakan konsumsi telur, susu dan ikan q. Meningkatnya produktivitas bahan pangan

74

r. Meningkatkan diversifikasi komoditi pertanian (hortikultura) s. Meningkatkan pertanian terpadu integrasi tanaman dan ternak t. meningkatkan pemberdayaan petani marginal. Adapun struktur organisasi Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok sebagaimana pada Gambar 2 di halaman berikut.

75

Gambar 2 Struktur Organisasi Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok

76

B.2. Perkembangan Sektor Pertanian Kota Depok Sektor pertanian dalam arti luas mencakup sub-sektor tanaman pangan, sub-sektor peternakan dan sub-sektor perikanan. Sektor pertanian menyerap 1.44% tenaga kerja, serta memberikan kontribusi PDRB sebesar 3.00% terhadap nilai total PDRB Kota Depok, dengan laju pertumbuhan 4.70%. Angka-angka ini relatif kecil, karena sektor pertanian masih menghadapi berbagai permasalahan yang perlu ditangani, yaitu produktivitas, efisiensi usaha, konservasi lahan pertanian, keterbatasan sarana dan prasarana, serta terbatasnya kredit dan infrastruktur pertanian. Komoditas pertanian yang diusahakan di lahan sawah berupa tanaman padi, palawija (kedele dan kacang tanah), dan sayur-sayuran (pitsai/sawi, bawang merah dan tomat). Sedangkan komoditas pertanian tanaman pangan yang umumnya diusahakan di lahan kering adalah jagung, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar. Luas lahan sawah menurut data BPS sekitar 972,10 Ha, sedangkan luas panen dan produksi dari berbagai jenis tanaman pangan adalah sebagai berikut : padi 901 ha dan 4.865,40 ton, ubi kayu 336 ha dan 26.181,12 ton, ubi jalar 274 ha dan 45,90 ton, jagung 441 ha dan 1.297,22 ton, kacang tanah 252 ha dan 304,46 ton. Adapun luas panen kacang panjang 365 ha, cabe 72 ha, terong 267 ha, mentimun 223 ha, kangkung 343 ha, dan bayam 303 ha.

77

Pembangunan pertanian di Kota Depok dilaksanakan melalui konsep Pertanian Perkotaan, artinya pembangunan pertanian yang didasarkan atas pemanfaatan lahan sempit, rata-rata kurang dari 2 Ha untuk setiap rumah tangga petani. Beberapa komoditas perkebunan di Kota Depok tidak diusahakan lagi karena adanya peralihan fungsi lahan seperti kelapa, kelapa hybrida, kopi dan melinjo, sementara beberapa komoditas lainnya masih dipertahankan meskipun mengalami penurunan produksi, yaitu jahe (luas 4,93 ha, produksi 5,979 ton), dan kencur (luas panen 7,625 ha, produksi 7,625 ton) (BPS, 2006). Komoditas perkebunan rakyat yang paling berpotensi dan sangat berkembang di Kota Depok adalah belimbing. Produksi buah belimbing mengalami perkembangan yang sangat pesat, meningkat sebesar 236% lebih dengan produksi mencapai 3.162 ton. Tingginya produksi ini disebabkan oleh populasi tanaman yang terus bertambah dan produktivitas yang meningkat akibat introduksi ilmu pengetahuan dan teknologi budidaya. Minat berusaha tani belimbing mulai meningkat dipicu oleh daya serap pasar yang kuat, harga yang relatif stabil dan marjin laba yang cukup memadai. Kecocokan agroklimat dan tersedianya varietas unggul menjadikan belimbing Depok memiliki keunggulan komparatif sekaligus kompetitif dibandingkan belimbing dari daerah lain.

78

Pengusahaan ternak sebagian besar berupa usaha skala kecil. Populasi ternak besar (khususnya sapi) yang cukup tinggi di Kota Depok disebabkan adanya ternak yang masuk dari luar kota ke dalam lokasi transit di Kota Depok sebelum dikirim ke Rumah Potong Hewan (RPH). Jumlah populasi berbagai jenis ternak besar adalah: sapi perah 967 ekor, sapi potong 2.020 ekor, kerbau 428 ekor, dan kuda 197 ekor. Sedangkan populasi ternak kecil dan unggas adalah : kambing 8.638 ekor, domba 3.713 ekor, anjing 2.785 ekor, ayam 835.671 ekor, dan itik 27.980 ekor. Kota Depok tidak memiliki kawasan hutan, kecuali hutan kota. Luas wilayah hutan kota sekitar 26.04 ha atau 0,13% dari total wilayah Kota Depok. Potensi perikanan terbatas pada perikanan darat. Luas areal tiap jenis kolam adalah sebagai berikut: kolam pembenihan 15,91 ha, kolam air tenang 219,46 ha dan jaring apung (japung) sejumlah 828 buah. Produksi ikan pada tahun 2006 adalah: kolam pembenihan 11.920 ekor senilai Rp. 1.782.614.000,-, kolam air tenang 1.327,59 ton senilai Rp. 13.778.470.000,- dan japung 30,48 ton senilai Rp. 237.830.000,-. Selain ikan konsumsi, dikembangkan juga ikan hias. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir terjadi peningkatan produksi ikan hias sebesar 133,8%. Peningkatan ini disebabkan oleh berkembangnya rumah tangga perikanan dan produktivitas yang semakin meningkat

79

(138,5%). Pasar ekspor ikan hias yang terbuka menjadikan usaha tani ikan hias berkembang dan diminati masyarakat.

C. Budidaya Belimbing di Kota Depok C.1. Gambaran Umum Budidaya belimbing di Kota Depok telah dilakukan sejak tahun 1970 hingga sekarang. Keragaan kebun belimbing di Kota Depok tersebar di enam kecamatan. Selain ditanam di lahan tersendiri, tanaman belimbing juga ditanam di sekitar halaman rumah. Usahatani belimbing yang dilakukan masyarakat pada awalnya dilakukan secara tradisional dengan pemeliharaan seadanya. Semakin berkembangnya potensi belimbing, usahatani

belimbing memberikan keuntungan yang cukup besar serta adanya perhatian pemerintah kota untuk mempertahankan ikon Depok sebagai daerah penghasil buah-buahan mendorong para petani untuk megusahakan belimbing lebih intensif. Berdasarkan hasil penelitian, status kepemilikan lahan tanaman belimbing sebagian besar pemilik dan penggarap (60 persen), penggarap (30 persen) dan kontrak atau sewa (10 persen). Biaya kontrak atau sewa lahan berkisar antara Rp 4.000.000,00 sampai Rp 10.000.000,00 per tahun tergantung umur pohon, semakin tua umur pohon maka biaya kontra/sewa semakin mahal. Sedangkan luas lahan yang dimiliki petani sebagian besar kurang dari 0,5 hektar (80 persen),

80

0,6 1 hektar (16,67 persen) dan lebih besar dari 1,1 hektar (8,33 persen). Keberadaan lahan untuk tanaman belimbing biasanya tidak jauh dari pemukiman penduduk ataupun terdapat pula di pekarangan rumah. Pola tanam belimbing yang dilakukan petani di tempat penelitian yaitu monokultur (hanya menanam belimbing saja) sebanyak 63,33 persen dan menanam belimbing dan jambu biji sebanyak 31,67 persen. Apabila umur tanaman belimbing kurang dari 2 tahun akan lebih baik dilakukan tumpang sari dengan polong-polongan untuk menyuburkan tanam. Tumpang sari cukup baik dilakukan di lahan tanaman belimbing karena akan dapat memperbaiki sanitasi dan menambah penghasilan petani. Penyediaan bibit belimbing oleh petani dilakukan secara swadaya, bibit di beli sendiri dengan harga Rp 5.000,00 Rp 10.000,00 per bibit dengan ketinggian 0,5 1 meter, ketinggian ini sudah memenuhi SOP yang diterbitkan oleh Dinas Pertanian Kota Depok. Bantuan bibit dari pemerintah jumlahnya tidak mencukupi dengan kebutuhan petani. Berdasarkan SOP, pemilihan bibit harus memenuhi kriteria : a. Bibit berumur enam bulan atau lebih. b. Tinggi bibit 60 100 cm. c. Tinggi mata tempel 10 20 cm di atas leher akar. d. Diameter batang 1 1,5 cm.

81

e. Bentuk batang tegak bercabang tiga. Varietas belimbing yang ditanam oleh petani beragam, tetapi sebagian besar petani menanam varietas Dewa (71,7 persen), varietas Dewi (16,67 persen) dan varietas lain (Philipina, Sembiring, Semarang) sebanyak 11,67 persen. Alasan petani lebih banyak menanam varietas Dewa karena seratnya yang halus, penampilannya lebih menarik, buah besar dan beratnya dapat mencapai 250 gram per buah. Rata-rata umur pohon belimbing yang terdapat di lokasi penelitian berumur 5 10 tahun (55 persen), 1 5 tahun (23,33 persen), 11 15 tahun (15 persen), dan 16 20 tahun (6,67 persen). Tanaman belimbing mulai dapat menghasilkan buah pada umur 2 tahun, tetapi jumlahnya tidak terlalu banyak berkisar 15 kg (75 100 buah per pohon). Semakin tua umur tanaman, maka semakin banyak jumlah buah yang dihasilkan perpohonnya. Umur produktif tanaman belimbing yaitu pada 5 25 tahun. Tanaman belimbing yang berumur 5 tahun dapat menghasilkan 50 kg belimbing (250 buah per pohon), sedangkan tanaman belimbing di atas 7 tahun dapat mencapai 120 kg belimbing (500 600 buah per pohon). Sebagian besar penyediaan pupuk, obat-obatan, mesin dan alat pertanian merupakan swadaya petani sendiri. Penggunaan input usahatani untuk 50 pohon (umur 5 10 tahun) per 0,5 hektar dalam satu kali musim panen dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

82

Tabel 4 Penggunaan Input Usahatani (1 x musim panen per 0,5 hektar)

No.

Uraian Pupuk kandang Pupuk NPK Obat-obatan

Satuan Kg Kg

mlah Fisik 20 50

Harga per Kebutuhan/1x Satuan (Rp.) musim panen 5.000 100.000 20 kg 25 kg

a. b.

Curacron c. Decis Gandasil A Gandasil B Dusban


d. Pembungkus Buah

Ml Ml Kg Kg Ml Buah

500 500 0,5 0,5 500

97.000 87.000 25.000 25.000 36.000 150

1000 ml 1000 ml 1 kg 1 kg 1000 ml 12.500 buah

Penggunaan input usahatani yang paling memberatkan petani adalah obatobatan. Curacron untuk ukuran 500 mililiter dengan harga Rp 97.000,00, Decis ukuran 500 mililiter dengan harga Rp 87.000,00, Gandasil B dan A ukuran 0,5 kilogram dengan harga Rp 25.000,00. Petani memperoleh obat-obatan dengan membeli sendiri ke toko pertanian. Sedangkan dalam pengadaan pupuk terdapat pula petani yang memperoleh pupuk dari Gapoktan yang menjual pupuk bersubsidi, beberapa petani tidak menggunakan pupuk bersubsidi karena jarak lahan dan Gapoktan tersebut sangat jauh dan harga yang ditawarkan hampir sama.

83

Penggunaan input tenaga kerja yang sangat memberatkan petani yaitu pada saat kegiatan pembungkusan, tenaga kerja yang digunakan pada saat pembungkusan sebagian besar adalah tenaga kerja luar keluarga. Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan pembungkusan sebanyak tujuh orang dengan waktu penyelesaian enam hari. Upah yang harus diberikan antara Rp 35.000,00 Rp 45.000,00 per orang, terdapat pula sistem pemberian upah Rp. 125,00 tiap satu kali bungkus. Tabel 5 Penggunaan Tenaga Kerja Per 0,5 Hektar

No.

Kegiatan

Waktu Penyelesaian Kebutuhan Tenaga (Hari) Kerja (orang) 3 2 2 2 3 6 2

Upah (Rp./HOK)

1. 2. 3. 4. 6. 7. 8.

Penanaman Pengolahan Lahan Pemupukan Pemangkasan Penyemprotan Pembungkusan Panen

7 7 2 2 10 7 2

35.000 45.000

Keterangan : 1 HOK = 8 Jam

Sebagian besar mesin dan alat pertanian yang digunakan petani belimbing yaitu cangkul, gergaji, pisau stek, mesin sedot air dan power sprayer. Penyediaan mesin dan alat petanian tersebut

84

ada yang diperoleh melalui bantuan pemerintah dan sebagian besar dibeli sendiri oleh petani.

C.2. Budidaya Belimbing Depok 1. Penanaman Sebagian besar penanaman belimbing dilakukan oleh petani pada saat ketinggian bibit lebih besar dari satu meter dengan kedalaman tanam 50 meter dan lebar satu meter. Jarak tanam belimbing yang dilakukan oleh petani yaitu 6 x 5 meter sebanyak 31 petani ( 51,67 persen), 6 x 6 meter sebanyak 14 (23,33 persen), 6 x 7 meter sebanyak empat petani (6,67 persen), 7 x 7 meter sebanyak 11 petani (18,33 persen). Jarak tanam yang dilakukan oleh petani tidak sesuai dengan SOP. Berdasarkan SOP yang diterbitkan oleh Dinas Pertanian Kota Depok jarak tanam yang sesuai yaitu 7 x 7 meter. Alasan petani tidak menerapkan SOP yaitu karena tanaman belimbing sudah tertanam sejak lama sebelum diterbitkannya SOP dan apabila menerapkan SOP petani merasa banyak lahan kosong, padahal semakin jauh jarak tanam belimbing akan menyebabkan cabang-cabang semakin menyamping dan

menghasilkan buah yang lebih banyak.

85

Penggunaan pupuk pada saat penanaman yaitu 50 persen pupuk kandang kambing dan 50 persen NPK. Pupuk kambing lebih banyak digunakan oleh petani karena sifat pupuk kandang kambing tidak terlalu lembab. Pada saat penanaman penggunaan input tenaga kerja lebih banyak digunakan tenaga kerja dalam keluarga.

2. Pemeliharaan/Pemangkasan

Kegiatan pemeliharaan dilakukan pada saat ranting-ranting kecil keluar. Kegiatan pemangkasan tidak boleh dilakukan terlalu terang karena akan mengganggu pertumbuhan pohon. Kegiatan pemeliharaan lebih banyak digunakan tenaga kerja dalam keluarga. Kegiatan ini dilakukan setelah panen buah terakhir. Pada kegiatan pemangkasan dilakukan identifikasi letak atau bagian yang akan dipangkas yaitu cabang atau ranting yang tidak produktif, cabang atau ranting yang rusak terkene OPT dan cabang atau ranting yang mati.

3. Pemupukan

Penggunaan pupuk kandang dan NPK jarang dilakukan, penggunaan pupuk kandang domba dilakukan 3 6 bulan sekali dengan dosis 50 kilogram perpohon. Sedangkan penyemprotan obat-obatan dilakukan satu minggu dua kali dengan sistem oplosan. Curacron, Decis dan Dusban digunakan sebagai

86

pestisida, sedangkan Gandasil B sebagai perangsang bunga dan Gandasil A perangsang buah. Pada musim hujan frekuensi penggunaan input obat-obatan dua kali lebih banyak

dibandingkan musim kemarau, hal tersebut disebabkan obatobatan yang telah disemprotkan hilang tersiram air hujan. Berdasarkan SOP dosis pemupukan buah dapat dlihat pada Tabel 6 berikut ini Tabel 6 Dosis Pemupukan Buah Berdasarkan SOP

Jenis dan Dosis Pupuk Waktu Pemupukan Pupuk Kandang (Kg) 3 12 bulan setelah tanam 1 3 tahun setelah tanam 3 4 minggu sekali pada tanaman produktif 20 -30 20 - 30 Pupuk daun NPK 15 : 15 : 15 (Kg) 0,2 0,3 per empat bulan 0,4 0,6 Sesuai dosis anjuran

Kegiatan pemupukan dan penyemprotan lebih banyak digunakan tenaga kerja dalam keluarga dengan menggunakan mesin steam. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang sering menyerang pohon belimbing yaitu : a. Lalat buah. Untuk menghindari serangan lalat buah dilakukan pembungkusan 3 4 minggu setelah buah terbentuk dan buah yang terserang lalat buah

dibenamkan dalam tanah. Dalam pengendaliaan lalat


87

buah digunakan Petrogenol dengan dosis 50 mililiter untuk 50 pohon belimbing. b. Jamur upas. Menyerang batang seperti lapisan gabus tebal. c. Ulat penggerek buah d. Embun jelaga dan kutu.

4. Pembungkusan Jarak pohon belimbing mulai berbunga sampai

pembungkusan yaitu 1,5 bulan. Pembungkusan akan dilakukan lebih cepat apabila musim hujan. Pembungkusan dilakukan pada saat ukuran buah sebesar jempol kaki. Pembungkusan buah dilakukan untuk mencegah kerontokkan buah akibat gangguan hama dan bertujuan menghasilkan buah yang besar, bersih dan menarik. Ciri-ciri buah belimbing siap dibungkus yaitu batang terlihat coklat dan warna buah hijau tua. Sebelum dilakukan pembungkusan, terlebih dahulu

dilakukan penjarangan buah pada saat ukuran buah 2 3 cm atau 15 20 hari sejak bunga mekar. Buah yang dibuang yaitu yang memiliki ciri-ciri bentuk dan ukurannya tidak normal, buah terserang OPT, terdapat diujung ranting atau cabang, daam satu domplotan terdapat ebih dari dua buah.

88

Bahan

yang digunakan

untuk pembungkusan buah

belimbing yaitu kertas karbon dan plastik mulsa, masing-masing bahan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Kertas karbon memiliki kelebihan yaitu bahan ringan, sinar matahari tidak langsung masuk ke buah, buah tumbuh dengan baik dan warnanya kuning mengkilap. Sedangkan kelemahannya kertas karbon sulit diperoleh dan harganya lebih mahal. Plastik mulsa memiliki kelebihan yaitu harga lebih murah, tidak mudah rusak apabila terkena air hujan dan dapat digunakan beberapa kali pemakaian. Sedangkan kelemahannya bahan terlalu lembab dan buah yang dihasilkan lebih kecil dan berwarna pucat, waktu pembungkusan buah lebih lama. Waktu pembungkusan sampai dengan panen apabila menggunakan kertas karbon yaitu 45 hari sedangkan plastik mulsa 50 hari.

5. Panen Kegiatan pemanenan dilakukan pada saat umur buah 50 hari. Sebanyak 93,33 persen petani menyatakan musim panen dilakukan tiga kali dalam setahun. Tingkat kegagalan karena kerontokkan buah yang telah dibungkus dan siap untuk dipanen adalah 20 persen, hal ini disebabkan karena buah yang sudah dibungkus mudah rontok. Berdasarkan hasil wawancara, ratarata hasil panen belimbing petani yaitu 1 - 2 ton (73,33 persen),

89

3,1 4 ton per panen (3,33 persen) dan lebih kecil dari satu ton (13,33 persen). Rata-rata hasil panen petani belum sesuai dengan target mutu yang diharapkan. Rata-rata hasil panen petani tiap pohon per musim panen yaitu : a. Umur 24 tahun : 225 - 300 buah/pohon/tahun (45 kg) b. Umur 59 tahun : 450 900 buah/pohon/tahun (150 kg) c. Umur > 15 tahun : 1950 buah/pohon/tahun (390 kg) Sedangkan target mutu yang diharapkan dicapai dari penerapan SOP belimbing Dewa Kota Depok menyangkut tiga aspek yaitu : a. Produktivitas tiap pohon per tahun 1) Umur 24 tahun : < 500 buah/pohon/tahun ( 3 kali panen) 2) Umur 59 tahun : 500 1.200 buah/pohon/tahun 3) Umur > 15 tahun : 2.000 buah/pohon/tahun b. Mutu buah hasil panen : 1) Tidak cacat 2) Bebas cemaran fisik (tanah, kotoran) 3) Ukuran buah seragam sesuai kelas 4) Tidak memar 5) Bebas cemaran OPT dan pestisida 6) Warna dan bentuk seragam

90

c. Proporsi kelas buah hasil panen berdasarkan berat buah atau jumlah buah per kilogram dari setiap pohon 1) Kelas A (buah dengan berat 250 gram/buah) - 40 % 2) Kelas B (buah dengan berat 200 250 gram/buah) - 50 % 3) Kelas C (buah dengan berat < 200 gram/buah) - 10 % Dalam pelaksanaan usahatani, petani dapat menghadapi risiko-risiko seperti risiko produksi (penurunan volume dan mutu produk), risiko kerugian karena kecelakaan dan bencana alam dan risiko perubahan harga. Risiko kemungkinan menurunnya kualitas produksi dapat ditanggulangi dengan penerapan

teknologi budidaya dan teknologi pasca panen yang tepat. Sedangkan risiko pasar dapat ditanggulangi dengan diversifikasi. Diversifikasi merupakan salah satu cara untuk mengeliminasi risiko, bentuk diversifikasi yang dilakukan oleh petani belimbing di lokasi penelitian yaitu dengan menanam jambu biji.

6.

Pengolahan Berdasarkan hasil penelitian terdapat tujuh hasil olahan

belimbing oleh UKM yaitu juice belimbing dengan merek dagang Kyko dan Winner terdapat di Kecamatan Sawangan Baru, sari buah belimbing, keripik belimbing, belimbing instant, dodol belimbing, selai belimbing dan sirup belimbing. Sebagian besar bahan baku UKM tersebut disediakan sendiri karena UKM

91

tersebut memiliki kebun belimbing sendiri dan terdapat pula yang membeli bahan baku belimbing grade C dari PKPBDD dengan sistem curah. Pemasaran tujuh hasil olahan UKM dipasarkan oleh PKPBDD, melalui internet, pemasaran di Kantor Walikota Depok dengan sistem pesanan, melalui pameranpameran dalam dan luar negeri dan distribusi langsung ke pasar tradisional dan warungwarung. Hambatan yang dihadapi UKM olahan belimbing yaitu apabila belimbing langka sehingga tidak dapat memenuhi permintaan. Untuk memfasilitasi petani dalam penyaluran hasil panen, pemerintah Kota Depok pada tahun 2008 telah mendirikan pabrik pengolahan belimbing di Kelurahan Sawangan Baru. Namun sampai saat ini pabrik pengolahan ini belum beroperasi.

C.3. Budidaya Jambu Biji di Kota Depok 1. Kondisi Umum Dalam budidaya tanaman jambu biji angin berperan dalam penyerbukan, namun angin yang kencang dapat menyebabkan kerontokan pada bunga. Tanaman jambu biji merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh didaerah subtropis dengan intensitas curah hujan yang diperlukan berkisar antara 1000-2000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun Tanaman jambu biji dapat

92

tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 23-28 oC di siang hari. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna (kerdil), yang ideal musim berbunga dan berbuah pada waktu musim kemarau yaitu sekitar bulan Juli September sedang musim buahnya terjadi bulan Nopember-Februari bersamaan musim penghujan. Jambu biji merupakan tanaman yang sangat toleran pada cekaman lingkungan seperti kekeringan, lahan berbatu dan pH yang rendah yaitu pada pH 4.5-8. Menurut Ashari (1995) jambu biji dapat tumbuh didaerah tropik pada ketinggian 0-1500 meter dpl. Pada pertumbuhan Jambu biji ini pH yang optimum adalah 5-7 dengan tanah yang berdrainasi baik dan banyak mengandung bahan organik. Disamping itu kelembaban mempengaruhi karena kelembaban udara sekeliling cenderung rendah karena

kebanyakan tumbuh didataran rendah dan sedang. Apabila udara mempunyai kelembaban yang rendah, berarti udara kering karena miskin uap air. Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu biji. 2. Sistem Budidaya Sejumlah tindakan yang dilakukan para petani Jambu Biji di Kota Depok mengikuti sistem budidaya yang dianggap paling baik yang sesuai dengan kondisi tanah dan iklim setempat. Langkah tindakan tersebut sebagai berikut.

93

a. Pembibitan Pembibitan pohon jambu biji dilakukan melalui sistem pencangkokan dan okulasi, walaupun dapat juga dilakukan dengan cara menanam biji dengan secara langsung. Berikut ini beberapa tahap pembibitan dalam budidaya jambu biji yang umumnya dilakukan. 1) Persyaratan benih Benih yang diambil biasanya dipilih dari benih-benih yang disukai oleh masyarakat konsumen yang merupakan bibit unggulan seperti jambu bangkok. Bibit yang baik antara lain yang berasal dari a) Buah yang sudah cukup tua b) Buahnya tidak jatuh hingga pecah c) Pengadaan bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan adanya persarian bersilang. 2). Penyiapan Benih, Setelah buah dikupas dan diambil bijinya, lalu disemaikan dengan jalan fermentasi biasa (ditahan selama 1-2 hari) sesudah itu di angin-anginkan selama 24 jam (sehari semalam). Biji tersebut direndam dengan larutan asam dengan perbandingan 1:2 dari air dan larutan asam yang terdiri dari asam chlorida (HCl) 25 persen Asam Sulfat (H2S04) BJ : 1.84, caranya direndam selama 15

94

menit kemudian dicuci dengan air tawar yang bersih sebanyak 3 kali berulang/dengan air yang mengalir selama 10 menit, kemudian dianginkan selama 24 jam. Untuk menghidari jamur, biji dapat dibalur dengan larutan Dithane 45, Attracol 70 WP atau fungisida lainnya. Setelah batang pokok telah mencapai ketinggian 5-6 meter bibit yang disemaikan baru dapat dilakukan okulasi /cangkok yang kira-kira telah bergaris tengah 1 cm dan tumbuh lurus, kemudian dengan menggunakan pisau okulasi dilakukan pekerjaan okulasi dan setelah selesai pencangkokan ditaruh dalam media tanah baik dalam bedengan maupun didalam pot/kantong plastik, setelah tanaman sudah cukup kuat baru dipindah kelokasi yang telah disiapkan. 3) Teknik Penyemaian Benih Pilih lahan yang gembur dan sudah mendapat pengairan serta mudah dikeringkan disamping itu mudah diawasi untuk penyemaian. Cara penyemaian adalah sebagai berikut: tanah dicangkul sedalam 20-30 cm sambil dibersihkan dari rumput-rumput, batu-batu dan sisa pepohonan dan benda keras lainnya, kemudian tanah dihaluskan sehingga menjadi gembur dan dibuat

bedengan yang berukuran lebar 3-4 m dan tinggi sekitar 30 cm, panjang disesuaikan dengan lahan yang ideal

95

sekitar 6-7 m, dengan keadaan bedengan membujur dari utara ke selatan, supaya mendapatkan banyak sinar matahari, dengan jarak antara bedeng satu meter, dan untuk menambah kesuburan dapat diberi pupuk hijau, kompos/pupuk kandang sebanyak 40 kg atau satu karung dengan keadaan sudah matang dan benih siap

disemaikan. Selain melalui proses pengecambahan biji juga dapat langsung ditunggalkan pada bedeng-bedeng yang sudah disiapkan, untuk menyiapkan pohon pangkal lebih baik melalui proses pengecambahan. Biji-biji tersebut ditanam pada bedeng-bedeng yang berjarak 20-30 cm setelah berkecambah sekitar umur 1-2 bulan, sudah tumbuh daun sekitar 2- 3 helai maka bibit dapat dipindahkan penanaman. 4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian Pemberian pupuk kandang sebelum disemaikan akan lebih mendorong pertumbuhan benih secara cepat dan merata, setelah bibit mulai berkecambah sekitar umur 1-1,5 bulan. Setelah itu dilakukan penyiraman pagi-sore secara rutin, hingga kecambah dipindah ke bedeng pembibitan, penyiraman dilakukan cukup 1 kali tiap pagi hari sampai menjelang mata hari terbit dari bedeng persemaian ke bedeng

96

5)

Pemindahan Bibit Cara pemindahan bibit yang telah berkecambah

atau telah di cangkok maupun diokulasi dapat dengan mencungkil atau membuka plastik yang melekat pada media penanaman dengan cara hati-hati jangan sampai akar menjadi rusak, dan pencungkilan dilakukan dengan kedalaman 5 cm, agar tumbuh akar lebih banyak maka dalam penanaman kembali akar tunggangnya dipotong sedikit untuk menjaga terjadinya penguapan yang

berlebihan, kemudian lebar daun dipotong separuh. Ditanam pada bedeng pembibitan dengan jarak 6-7 m dan ditutupi dengan atap yang dipasang miring lebih tinggi di timur, dengan harapan dapat lebih banyak kena sinar mata hari pagi. Dilakukan penyiraman secara rutin tiap hari 2 kali, kecuali ditanam pada musim penghujan. b. Pengolahan Media Tanam 1) Persiapan Sebagai salah satu syarat dalam mempersiapkan lahan kebun buah-buahan khususnya Jambu biji dipilih tanah yang subur, banyak mengandung unsur nitrogen, meskipun pada daerah perbukitan tetapi tanahnya subur, dilakukan dengan cara membuat sengkedan (teras) pada bagian yang curam, kemudian untuk menggemburkan

97

tanah perlu di bajak atau cukup dicangkul dengan kedalaman sekitar 30 cm secara merata. Selanjutnya diberi pupuk kandang dengan dosis 40 kg/m persegi, kemudian dibuatkan bedengan dengan ukuran 1,20 m yang

panjangnya disesuaikan dengan ukuran yang diperlukan. 2) Pembukaan Lahan Tanah yang akan dipergunakan untuk kebun jambu biji dikerjakan semua secara bersama, dan tanaman rerumputan

pengganggu

seperti

semak-semak

dibuang, dan benda-benda keras disingkirkan kemudian tanah dibajak atau dicangkul dalam, dengan

mempertimbangkan bibit yang mau ditanam. Bila bibit berasal dari cangkokan pengolahan tanah tidak perlu terlalu dalam (30 cm), tetapi bila hasil okulasi perlu pengolahan yang cukup dalam (50 cm). Kemudian dibuatkan saluran air selebar 1 meter dan ke dalam disesuaikan dengan kedalaman air tanah, guna mengatasi sistem pembuangan air yang kurang lancar. 3) Pembentukan Bedengan Tanah yang telah gembur, dibuatkan bedeng-bedeng yang berukuran 3 m lebar, panjang sesuai dengan kebutuhan, tinggi sekitar 30 cm. Bagian atas tanah

98

diratakan guna menopang bibit yang akan ditanam. Idealnya jarak baris penanaman benih sekitar 4 meter, dipersiapakan jarak didalam baris bedengan sepanjang 2,5 meter dengan keadaan membujur dari utara ke selatan, supaya mendapatkan banyak sinar matahari pagi, setelah diberi atap pelindung dengan jarak antara bedeng 1 meter, untuk sarana lalulintas para pekerja dan dapat digunakan sebagai saluran air pembuangan, untuk menambah kesuburan dapat diberi pupuk hijau, kompos/pupuk

kandang yang sudah matang. 4) Pengapuran Pengapuran dilakukan apabila dataran yang berasal dari tambak dan juga dataran yang baru terbentuk tidak bisa ditanami, selain tanah masih bersifat asam juga belum terlalu subur. Caranya dengan menggali lubanglubang dengan ukuran 1 x 1 m, dasar lobang ditaburkan kapur sebanyak 0,5 liter untuk setiap lubang, guna menetralkan pH tanah hingga mencapai 4,5-8,2. Setelah 1 bulan dari penaburan kapur diberi pupuk kandang. 5) Pemupukan Setelah jangka waktu 1 bulan dari pemberian kapur pada lubang-lubang yang ditentukan kemudian diberikan

99

pupuk kandang dengan urutan pada bulan pertama diberi NPK. Pemupukan merupakan bagian terpenting yang peggunaannya tidak dapat sembarangan, terlebih-lebih kalau menggunakan pupuk buatan seperti NPK, kalau dilakukan berlebihan akan berakibat adanya perubahan sifat dari pupuk menjadi racun yang akan membahayakan tanaman itu sendiri. c. Teknik Penanaman 1) Penentuan Pola Tanaman Setelah terjadi proses perkecambahan biji yang telah cukup umur ditempatan pada bedeng-bedang yang telah siap. Untuk menghindari sengatan sinar matahari secara langsung dibuat atap yang berbentuk miring lebih tinggi ke timur dengan maksud supaya mendapatkan sinar matahari pagi hari secara penuh. 2) Pembuatan Lubang Tanaman Pembuatan lubang pada bedeng-bedeng yang telah siap untuk tempat penanaman bibit jambu biji yang sudah jadi dilakukan setelah tanah diolah secara matang kemudian dibuat lubang-lubang dengan ukuran 1 x 1 x 0,8 m yang sebaiknya telah dipersiapkan 1 bulan sebelumnya dan pada waktu penggalian tanah yang diatas dan yang

100

dibawah dipisahkan, nantinya akan dipergunakan untuk penutup kembali lubang yang telah diberi tanaman, pemisahan tanah galian tersebut dibiarkan selama 1 minggu dimaksudkan agar jasad renik yang akan

mengganggu tanaman musnah sedangkan jarak antar lubang sekitar 7-10 m. 3) Cara Penanaman Setelah berlangsung selama 1 pekan lubang ditutup dengan susunan tanah seperti semula dan tanah di bagian atas dikembalikan setelah dicampur dengan 1 blek (1 blek 20 liter) pupuk kandang yang sudah matang, dan kira-kira 2 pekan tanah yang berada di lubang bekas galian tersebut sudah mulai menurun baru bibit jambu biji ditanam, penanaman tidak perlu terlalu dalam, maksudnya batas antara akar dan batang jambu biji diusahakan setinggi permukaan tanah yang ada disekelilingnya. Kemudian dilakukan penyiraman secara rutin 2 kali sehari (pagi dan sore), kecuali pada musim hujan tidak perlu dilakukan penyiraman. Pada awal penanaman di kebun perlu diberi perlindungan yang rangkanya dibuat dari bambu/bahan lain dengan dipasang posisi agak tinggi disebelah timur, agar tanaman mendapatkan lebih banyak sinar matahari pagi dari pada sore hari, dan untuk atapnya dapat dibuat dari

101

daun nipah, kelapa/tebu. Sebaiknya penanaman dilakukan pada awal musim penghujan, agar kebutuhan air dapat dipenuhi secara alamiah. a. Pemeliharaan Tanaman Meskipun penanaman jambu biji mampu tumbuh dan menghasilkan tanpa perlu diperhatikan keadaan tanah dan cuaca yang mempengaruhinya tetapi akan lebih baik apabila keberadaannya diperhatikan, karena tanaman yang

diperhatikan dengan baik akan memberikan imbalan hasil yang memuaskan. 1) Penjarangan dan Penyulaman Karena kondisi tanah telah gembur dan mudah tanaman lain akan tumbuh kembali terutama Gulma (tanaman pengganggu), seperti rumput-rumputan dan harus disiangi sampai radius 1,5-2 m sekeliling tanaman rambutan. Apabila bibit tidak tumbuh dengan baik segera dilakukan penggantian dengan bibit cadangan. Dan apabila tumbuh tanaman terlalu jauh jaraknya maka perlu dilakukan penyulaman dan sebaliknya apabila tumbuhnya sangat berdekatan penjarangan.

102

17

2) Penyiangan Selama 2 minggu setelah bibit yang berasal dari cangkokan/okulasi ditanam di lahan perlu penyiangan dilakukan hanya pada batang dahan tua (warna coklat) dengan dahan muda (warna hijau) dan apabila buah terlalu banyak, tunas yang ada dalam satu ranting bisa dikurangi, dengan dikuranginya tunas yang tidak diperlukan akan berakibat buah menjadi besar dan menjadi manis rasanya. Khusus jambu non biji dengan membatasi percabangan buahnya maksimal 3 buah setelah panjang 30-50 cm dilakukan pangkasan, dan setelah tumbuh cabang tersier segera dilenturkan ke arah mendatar, guna untuk

merangsang tunas bunga dan buah yang akan tumbuh. 3) Pembubunan Supaya tanah tetap gembur dan subur pada lokasi penanaman bibit jambu biji perlu dilakukan pembalikan dan penggemburan tanah supaya tetap dalam keadaan lunak. 4) Pemangkasan Agar tanaman jambu biji mendapatkan tajuk yang rimbun, setelah tanaman berumur 2 tahun segera dilakukan pemangkasan pada ujung cabangcabangnya. Disamping untuk memperoleh tajuk yang seimbang juga berguna

103 18

memberi

bentuk

tanaman,

juga

memperbanyak

dan

mengatur produksi agar tanaman tetap terpelihara dan pemangkasan juga perlu dilakukan setelah masa panen buah berakhir, dengan harapan agar muncul tajuk-tajuk baru sebagai tempat munculnya bunga baru pada musim berikutnya dengan hasil lebih meningkat atau tetap stabil keberadaannya. 5) Pemupukan Usaha menjaga agar kesuburan lahan tanaman jambu biji tetap stabil perlu diberikan pupuk secara berkala. Untuk menjaga kesuburan tanah pada lahan jambu biji, tanah disekitar jambu biji perlu diberikan pupuk. Biasanya pupuk yang diberikan adalah pupuk organik (kandang) dan pupuk anorganik ( NPK, KCL,KCL dan lain-lain). Agar tanaman jambu biji tetap memiliki buah produktif, baiknya digunakan pupuk yang sudah matang dan di tanam dengan jarak 30 centimeter dari tanaman. 6) Pengairan dan Penyiraman Selama dua minggu pertama setelah bibit yang berasal dari cangkokan atau okulasi ditanam, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari, pagi dan sore. Mingguminggu berikutnya penyiraman dapat dikurangi menjadi satu

104

kali sehari. Apabila tanaman jambu biji telah tumbuh benarbenar kuat frekuensi penyiraman bisa dikurangi lagi yang dapat dilakukan saatsaat diperlukan saja. Dan bila turun hujan terlalu lebat diusahakan agar sekeliling tanaman tidak tegenang air dengan cara membuat lubang saluran untuk mengalirkan air. Sebaliknya pada musim kemarau tanah kelihatan merekah maka diperlukan penyiraman. 7) Panen Jambu biji merah Getas dapat berbuah sepanjang tahun hal ini menjadi alasasan kenapa banyak

dibudidayakan oleh petani disamping memiliki manfaat yang beranekaragam, puncak musim berbuah yaitu pada bulan Januari sampai Maret. Ciri-ciri jambu biji yang sudah matang biasanya terlihat menjadi warna hijau muda ke putih putihan dan aroma jambu biji sudah mulai tercium. Pohon dapat berbuah maksimum setelah 5-8 tahun tergantung pada kondisi jarak tanam. Masa pertumbuhan dari jambu biji sangat panjang bisa mencapai 40 tahun, tetapi tanaman ini dapat berbuah lebat selama 15-25 tahun.

b.

Pengendalian Hama dan Penyakit

105

19

Tanaman jambu biji merupakan tanaman yang cukup rentan terhadap gangguan hama dan penyakit. Gangguan hama atau penyakit pada tanaman jambu biji mulai fase pembibitan, tanaman muda, hingga tanaman yang sudah berbunga dan berbuah. Penyakit yang sering mengganggu adalah pohon jambu biji adalah sebagai berikut: 1) Hama Hama sangat menggangu pada pertumbuhan jambu biji, jenis hama yang sering dijumpai adalah seperti ulat daun (trabala pallida), ulat keket (Ploneta diducta). Sedangkan untuk semut dan tikus. Pengendaliannya sedangkan adalah dan dengan bajing

penyemprotan

Furadan

kalong

keberadaan serangga ini dipengaruhi faktor lingkungan baik lingkungan biotik maupun abiotik, dimana yang termasuk faktor biotik seperti persediaan makanan sehingga untuk

pengendaliannya adalah dengan menggunakan musuh secara alami. Hama lain yang sering muncul adalah Ulat putih gejala yang timbul seperti buah menjadi berwarna putih hitam, pengendaliannya dilakukan penyemprotan dengan insektisida yang sesuai sebanyak 2 kali seminggu hingga satu bulan sebelum panen penyemprotan dihentikan dan untuk ulat penggerek batang (Indrabela Sp) yang membuat kulit kayu dan

106

mampu membuat lubang sepanjang 30 cm. Pengendaliannya sama dengan ulat putih sedangkan untuk ulat jengkal (Berta chrysolineate) atau ulat pemakan daun muda, berbentuk seperti tangkai daun berwarna cokelat dan beruas-ruas, gejala yang timbul yakni pinggiran daun menjadi kering, keriting berwarna cokelat kuning. Pengendalian yang dilakukan adalah sama dengan ulat putih. 2) Penyakit Penyakit Penyakit karena yang sering timbul adalah ganggang (Cihephaleusos seperti 1) Vieccons)

menyerang daun tua dan muncul pada musim hujan. Gejalanya adalah adanya bercak bercak kecil dibagian atas daun disertai seratserat halus sporanya. berwarna jingga yang yang

merupakan

kumpulan

Pengendalian

dilakukan adalah dengan 1) menyemprotkan fungisida seperti Dusband, Curacon dan Decis dan Basudin. 2) Jamur Ceroospora psidil, Jamur karat poccinia psidil, Jamur allola psidil, gejala yang timbul adalah bercak pada daun berwarna hitam. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan

menyemprotkan fungisida seperti Dusband, Curacon dan Decis dan Basudin, 3) Penyakit karena cendawan (jamur) Rigidoporus Lignosus, gejala yang timbul adalah rizom berwarna putih yang menempel pada akar dan apabila akar

107

yang

kena

dikupas

akan

nampak

warna

kecoklatan.

Pengendalian yang dilakukan adalah dengan menyemprotkan fungisida seperti Dusband, Curacon dan Decis dan Basudin 3) Gulma Segala macam tumbuhan pengganggu tanaman jambu biji yang berbentuk rerumputan yang berada disekitar tanaman jambu biji yang mengganggu. Gejala yang timbul adalah timbulnya bercak pada daun berwarna hitam. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan

menyempotakan fungisida seperti Dusband, Curacon dan Decis dan Basudin. c. Pasca Panen Setelah dilakukan pemanenan yang benar buah jambu biji harus dikumpulkan secara baik, biasanya dikumpulkan tidak jauh dari lokasi pohon sehingga selesai pemanenan secara keseluruhan. Hasil panen selanjutnya dimasukkan dalam keranjang dengan diberi dedauan menuju ke tempat

penampungan yaitu dalam gudang/gubug. Penyortiran dan penggolongan bertujuan untuk menyortir buah jambu biji dimaksudkan jambu yang bagus mempunyai harga jualnya tinggi.

108

Biasanya dipilih berdasarkan ukuran dan mutunya, buah yang kecil tetapi baik mutunya dapat dicampur dengan buah yang besar dengan mutu sama, yang biasanya dijual dalam bentuk kiloan dan perlu diingat bahwa dalam penyortiran diusahakan sama besar dan sama baik mutunya. Penyortiran dilakukan sesuai dengan jenis jambu biji, jangan digabung dengan jenis yang lain. Penyimpanan jambu biji biasanya tidak terlalu lama mengingat daya tahan jambu biji tidak bisa terlalu lama dan sementara belum terjual, dapat ditampung dalam gubug-gubug atau gudang agar terhindar dari gangguan.

C.4. Produk Olahan Belimbing dan Jambu Biji Depok Ide awal pengolahan belimbing ini muncul ketika melihat banyak buah belimbing yang terbuang percuma karena memang tak layak jual, tetapi masih memiliki kualitas cukup bagus. Maka muncul ide untuk memanfaatkannya menjadi dodol, jus, sirup, dan manisan. a. Jus dan Sirup serta Sari Buah Belimbing dan Jambu Biji. Nenas dan Wortel. Belimbing Depok selain bisa dimakan secara

langsung, buah ini juga bisa diolah menjadi jus dan sirup. Demikian juga dengan Jambu biji.

109

21

Jambu biji yang juga dikenal dengan sebutan jambu batu atau jambu klutuk memiliki warna hijau dan

kuning.Daging buah jambu umumnya berwarna putih dan merah dan di dalamnya terdapat banyak biji. Rasanya yang asam dan manis membuatnya nikmat dijadikan jus sebagai minuman pelepas dahaga. Jus jambu selain menyegarkan tenggorokan memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. Buah, kulit dan biji jambu mengandung vitamin C yang sangat tinggi bahkan jauh lebih tinggi dibandingkan jeruk, pepaya atau pisang. Kandungan vitamin C jambu biji mencapai puncaknya menjelang matang. Hanya dengan satu buah jambu biji saja dapat mencukupi kebutuhan harian vitamin C Anda. Selain vitamin C, jambu biji juga mengandung betakaroten vit A, B1, E serta senyawa lain yang baik untuk tubuh. Maka itu, jus jambu biji dipercaya bisa menurunkan kolesterol yang tinggi dalam tubuh. Hal ini berkat kandungan serat terutama pektin dalam jambu biji yang mampu mengikat kolesterol dan asam empedu dalam tubuh serta membantu mengeluarkannya. Tingginya kadar vitamin C dalam jambu biji dipercaya bisa melawan berbagai infeksi serta mencegah tubuh agar tidak mudah terserang penyakit seperti flu, batuk, demam, serta dapat berfungsi sebagai antidiare. Selain itu, jambu

110

juga menjaga dan mencegah anemia sariawan gusi yang bengkak dan berdarah serta mencegah tanggalnya gigi. Bahkan, jus jambu dipercaya dapat meningkatkan trombosit sehingga sangat baik diminum dalam oleh penderita biji DBD.

Sedangkan

potasium

jambu

bermanfaat

menurunkan tekanan darah tinggi hipertensi serta dapat membuat jantung berdenyut lebih teratur dan mengaktifkan kontraksi otot serta mengatur pengiriman zat-zat gizi lainnya ke sel-sel tubuh lainnya. Selain manfaat di atas jus jambu juga berkhasiat mengatasi keriput. Hasil penelitian di Amerika terhadap 4.000 wanita usia 40-74. Wanita yang mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah banyak memiliki keriput lebih sedikit dibanding karena produksi kolagennya menjadi lebih baik berkat vitamin C. Jus dan sirup bukan merupakan inovasi baru atau lebih tepat merupakan pengembangan karena seperti halnya buah-buah lain seperti halnya buah alpukat, pepaya, nenas dan lainnya. Upaya masyarakat Depok untuk mencari inovasi baru dalam mengembangkan produk olahan antara lain tercermin dalam kreasi pengolahan sari buah belimbing. Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan sari buah adalah belimbing. Selain belimbing perusahaan juga memproduksi

111

sari buah jambu biji dan wornas (wortel-nanas) sebagai varian produknya. Akan tetapi jumlahnya kecil dengan proporsi 70 persen belimbing : 20 persen jambu biji : 10 persen wornas. Tahapan yang dilakukan dalam proses pengolahan sari buah terdiri dari; penerimaan bahan baku, sortasi dan pencucian buah, penghancuran buah dan penyaringan, pemasakan sari buah dan pengemasan. Namun jika terjadi kelebihan pasokan belimbing, setelah proses penyaringan dilakukan penyimpanan pada frezeer dengan wadah plastik transparan sebagai persediaan. Urutan proses pengolahan sari buah Belimbing secara terperinci seperti berikut ini. 1) Penerimaan Bahan Baku Bahan baku utama yaitu belimbing varietas DewaDewi kualitas C atau kualitas terendah. Suplai bahan baku berasal dari Puskop (Pusat Koperasi) dan petani langsung yang bermitra dengan perusahaan dengan kisaran harga Rp. 1.500,00 jika panen raya dan Rp. 4.000,00 di luar panen raya. Permasalahan yang muncul dalam pengadaan bahan baku yaitu produksi belimbing yang melimpah pada saat panen raya dan kelangkaan di luar panen raya. Untuk mengatasi permasalahan

tersebut perusahaan mengolah kelebihan input menjadi

112

puree (bubur) untuk disimpan sebagai persediaan. Bahan baku penolong yaitu terdiri dari gula pasir, natrium benzoat dan asam sitrat. Perusahan membeli bahanbahan tersebut di toko penjual Tambahan Bahan Makanan yang berada di daerah Depok dan Jakarta Timur. Bahan lainnya seperti botol palastik dan label

kemasan diperoleh dari produsen yang berada di Jakrta Selatan. Belimbing yang diterima selanjutnya disortasi. Hal ini untuk menghindari kebusukan. Sortasi dilakukan untuk memisahkan buah yang busuk dan buah yang masih muda. Setelah proses sortasi, maka dilakukan pencucian belimbing kemudian dipotong membujur.
2) Penghancuran Buah

Buah yang telah dicuci dan dipotong kemudian dihancurkan menggunakan blender hingga menjadi bubur buah. Pengenceran bubur buah dilakukan dengan menambahkan air dengan perbandingan 1:3, yaitu satu liter bubur buah dengan tambahan 3 liter air masak. Selanjutnya bubur buah ditiriskana untuk memisahkan ampas dengan sari buahnya.

113

101

4) Penyimpanan

Penyimpanan dilakukan jika terjadi kelebihan belimbing yang diterima. Setelah proses penyaringan bubur buah belimbing dimasukkan ke dalam plastik lalu dimasukkkan ke dalam frezeer hingga beku sehingga bubur buah menjadi tahan lama. Suhu yang digunakan mencapai -15oC.
5) Pemasakan Sari Buah

Sari buah yang dihasilkan dimasak sampai mendidih kemudian dicampur dengan gula, natrium benzoat dan asam sitrat. Asam sitrat berfungsi untuk menjaga pH dalam larutan sari buah agar tetap berada pada tingkat keasaman yang sesuai. Proses pemasakan berlangsung 1-2 jam hingga suhu mencapai 100oC.
6) Pengemasan

Larutan sari buah yang telah dimasak dan didinginkan kemudian dimasukkan ke dalam botol. Kemasan yang digunakan yaitu kemasan botol

berukuran 250 mililiter. Pemilihann bahan kemasan disesuaikan dengan aspek kesehatan dan lingkungan. Botol plastik yang digunakan harus dapat menahan panas dari sari buah yang melalui proses pemasakan.

114

Setelah jus dimasukkan ke dalam botol, maka botol di pasteurisasi denngan direndam air sebatas leher botol hingga dingin. Selanjutnya botol siap diberi label dan dilakukan pengepakan ke dalam kardus. Satu karton berisi 24 botol jus buah yang siap untuk dipasarkan. b. Dodol dan Keripik Belimbing Beberapa warga Depok yang kreatif, mengolah belimbing ini menjadi dodol dan keripik belimbing. Sosok pelopor dodol belimbing adalah Maria Gigih Sandy, warga Sawangan Baru, Kecamatan Sawangan. Maria mulai mengolah belimbing menjadi dodol sejak 2009. Selama dua tahun, semakin banyak ibu-ibu yang berminat untuk menggeluti usaha tersebut. Alhasil produk olahan belimbing ini mampu memberikan pemasukan tambahan buat

keluarga. Melalui tangan Maria dan Kelompok Usaha Bersama (KUB) buah belimbing disulap menjadi dodol yang memiliki citarasa khas. KUB yang merintis pembuatan dodol ini adalah KUB Kenanga dan KUB Harapan Sejahtera Abadi. Maria yang juga menjadi pengurus Ikatan Pengusaha Wanita Indonesia (Iwapi) Depok ini ingin terus mengembangkan kreativitas yang berbahan dasar belimbing dan buah lainnya. Kini, produk dodol belimbing hasil kreativitas KUB sudah bisa

115

dinikmati penyuka kuliner. Bahkan dodol belimbing sudah mulai banyak diminati para pecinta jajanan di Kota Depok dan sekitarnya. Maria menjelaskan, awal produksi seminggu hanya sekitar 5 kg, akan tetapi kini produksi meningkat menjadi 25 kg seminggu atau 100 kg dalam sebulan. Kami bersyukur karena dodol yang kami buat mendapat sambutan positif dari masyarakat Depok, bahkan di luar Depok, ujar Maria. Tentu saja kesukesan ini merupakan kerja keras semua anggota KUB mayoritas kalangan ibu-ibu yang belum memiliki aktivitas tetap. Bahkan, katanya, salah satu pelanggan dodol Depok sengaja memesan dodol belimbing untuk dibawa ke Belanda. Ini menggambarkan, dodol belimbing sudah diminati banyak kalangan. Dodol belimbing ini juga dipasarkan di kios Jalan Raya Margonda, Terminal Depok, Masjid Kubah Emas, dan Rumah 99. Ke depan sejumlah outlet pun siap memasarkan Bakery. Pada bulan puasa lalu, omzet penjualan dodol mencapai Rp6 juta. Omzet itu dari hari ke hari semakin meningkat karena semakin banyak orang memburu

makanan dodol belimbing buatan warga Depok ini. Kini dodol belimbing seperti Soes Merdeka, Teratai Bakery, dan Eny semakin hari, dodol mereka semakin diminati oleh

116

banyak orang para ibu-ibu ini semakin bersemangat untuk meningkatkan produksi dodol ini. Proses pembuatan dodol belimbing ini tak

memerlukan alat atau biaya produksi yang tinggi. Sebab, proses pembuatan dodol belimbing ini hanya mengandalkan peralatan rumah tangga yang ada. Jadi, kaum ibu-ibu yang ingin belajar membuat dodol ini tak perlu khawatir dengan perlengkapan yang harus digunakan karena rata-rata semua telah tersedia di rumah. Dari segi modal pembuatan dodol, di dalam KUB ini juga mengandalkan swadaya dari para anggota. Untuk skala produksi besar, pembuatan dodol belimbing

membutuhkan biaya produksi yang tinggi. Namun para anggota KUB bisa mengatasinya dengan swadaya tanpa harus mengandalkan bantuan dari mana pun. Pasokan buah belimbingnya diambil dari para petani sekitar yang memiliki kebun belimbing. Untuk pemasaran, selama ini Maria tak mengalami kendala berarti karena telah memiliki segmen pasar yang jelas. Sejumlah supermarket juga siap menampung hasil produksi KUB ini. Maka itu, ke depan produk olahan dari belimbing yang menjadi ikon Kota Depok ini akan semakin menjajikan.

117

Produk olahan belimbing ini pun tidak hanya dijual di dalam negeri. Tetapi di ekspor ke luar negeri seperti Bahrain, Dubai, Abudabi, Singapura, Malaysia bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan RI. Dari total produk olahan yang ada, dalam sebulan omzet KUB ini bisa mencapai Rp60 juta. Keuntungan yang masuk ini dibagi untuk semua anggota setelah dipotong biaya produksi. Untuk memberikan kemudahan dalam permodalan ke depan, KUB ini juga mendirikan koperasi. Melalui koperasi ini diharapkan mampu menjadi solusi bagi anggota yang kesulitan dalam hal permodalan. Dana koperasi ini diambil dari sejumlah keuntungan penjualan. KUB optimis usaha home industry ini akan terus berkembang dan mampu meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Yang sangat dibutuhkan dalam kreativitas ini adalah kemauan dan tekad yang kuat untuk berhasil. Pasalnya selama ini banyak pihak yang mengerjakan suatu usaha hanya karena sekadar coba-coba dan mengerjakannya setengah hati. Dibutuhkan keseriusan setiap melakukan usaha apa pun, jelas Maria. Selain menjadi pemasukan tambahan bagi para ibu-ibu di Sawangan, melalui kreativitas ini diharapkan mampu memberdayakan para ibu-ibu rumah tangga lain. Pemberdayaan ini diharapkan memberikan

118

manfaat positif sehingga mereka memiliki aktivitas yang bermanfaat dan menghasilkan (Hasil Wawancara dengan Ibu Maria Singgih, 1 Juli 2012) Menurut Ibu Endah, salah satu anggota kelompok kerja Kenanga penghasil Dodol Belimbing dan Jambu Merah, makanan baru khas Depok yaitu dodol berasal dari buah Belimbing dan Buah Jambu Merah. Dodol Belimbing dan Jambu Merah memiliki kemasan dengan harga

beragam. Dari harga Rp. 6000, Rp. 12.000, dan Rp. 25.000. Kita menerima pesanan kiloan, kata Bu Endah.

Sedangkan harga per-kgnya sekitar Rp. 60.000,- jelas bu Endah. (Hasil Wawancara dengan Ibu Endah, 30 Juni 2012). Ibu Endah menjelaskan produk dodol adalah buatan kelompok Usaha Bersama (KUB) Kenanga dan KUB Dewa yang berlokasi di kecamatan Sawangan Depok. Ide awal dari pembuatan produk ini adalah memanfaatkan belimbing yang terlalu masak atau kualitas C. Dengan modal awal semua bahan sekitar Rp. 85.000, menghasilkan 2,8 kg dodol dengan harga kurang lebih Rp. 168.000,- Untuk penyediaan bahan baku belimbing, Ibu Endah mengaku tidak ada kendala. Karena sudah terdapat kerjasama dengan pusat Koperasi Pasir Putih yang menampung pembelian dari petani Belimbing.

119

Ibu Endah mengaku pernah mengalami hambatan sebelum akhirnya menemukan resep dodol saat ini. Sebelumnya dodol tidak bisa bertahan lama. Hanya dengan 2 minggu, dodol sudah berbau tengik. Setelah beberapa kali uji coba, dengan menambah dan mengurangi komposisi, mengurangi atau menambah waktu pemasakan dan

perubahan cara pengolahan akhirnya ditemukan dodol yang bisa bertahan sampai 2 bulan tanpa bahan pengawet. Kendala yang secara umum dihadapi adalah masalah pemasaran yang baru dari mulut ke mulut dan bantuan dari UKM salah satunya UKM yang menghasilkan Winner Jus Belimbing, pimpinan Ibu Maria.

120

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian A.1. Optimalisasi Memberdayakan Depok 1. Menyusun Konsep Lahan Petanian Urban Kota Depok Depok, seperti halnya perkotaan yang lainnya, lahan pertanian banyak yang tergerus dan berubah fungsi. Pentingnya lahan pertanian perkotaan menjadi syarat wajib bagi suatu wilayah perkotaan, sebagai salah satu bagian dari tata ruang hijau kota, merupakan suatu persoalan yang harus dipahami bersama. Demikian diungkapkan Widyati Riyandani, Plt. Dinas Pertanian dan Perikanan, Pemkot Depok ini di kantornya. Menurutnya, lahan pertanian di Kota Depok menjadi kendala utama dalam pengembangan usaha pertanian, untuk itu, konsep yang diterapkan oleh Dinas Pertanian dan Perikanan Pemkot Depok adalah Konsep Pertanian Perkotaan. Konsep Pertanian Perkotaan adalah sebuah konsep yang memanfaatkan luas lahan yang terbatas untuk budidaya komoditas pilihan yang memiliki nilai tambah. Luas lahan pertanian yang menjadi Peran Pemerintah Daerah dalam Kota

Petani Belimbing dan Jambu Biji

121

kendala menjadi peluang bagi petani ujar Widyati. Widayati menuturkan, Dinas Pertanian dan Perikanan Pemkot Depok terus berupaya mendorong para petani di Kota Depok untuk melakukan pemanfaatan lahan seoptimal mungkin melalui pemilihan komoditas yang cocok di Kota Depok seperti Belimbing dewa, jambu biji, anggrek maupun tanaman hias sepeti Anggrek. Selain itu, para petani dapat melakukan diversifikasi usaha, yaitu tidak hanya pada satu bidang saja, misal menanam tanaman hias dan memelihara ikan hias. Langkah teknis yang dilaksanakan oleh Distan,

diantaranya membuat kegiatan yang mengarah pada pola pertanian perkotaan, memberikan penyuluhan pada para petani tentang usaha-usaha/komoditas. Kami juga melakukan fasilitasi bagi para petani untuk memperoleh akses permodalan,

tujuannya agar para petani bisa lebih meningkat dari segala aspek, baik produktivitas maupun manajerial, imbuh Widyati. Widyati mengakui, memang agak sulit untuk

mempertahankan lahan pertanian di Kota Depok agar tidak berubah fungsi, karena menyangkut milik masyarakat. Meski, payung hukum untuk mempertahankan lahan tersebut sudah ada yaitu UU No. 41 tahun 2009, tentang pengendalian lahan pertanian, dan sudah diamankan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Pemerintahan Kota Depok,

122

khususnya lahan basah. Selain itu, tingkat urbanisasi semakin tinggi, akibatnya lahan pertanian makin menyusut. Widayati berharap agar para petani di Kota Depok bisa mandiri dan tetap mempertahankan lahan sebagai lahan pertanian serta tidak dialih fungsikan. Selain itu, berharap Pemerintah Daerah melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dapat mengalokasikan anggaran untuk membeli lahan, agar lahan tersebut tidak terkonversi dan berubah fungsi. (Hasil Wawancara dengan Ka Distan Depok, 2 Juli 2012)

2. Pemberdayaan Masyarakat melalui Pertanian Perkotaan Pemberdayaan merupakan proses berkelanjutan untuk menuju pada tahap kesejahteraan, pemahaman pemberdayaan masyarakat itu sendiri dapat dipandang dari berbagai sisi, namun biasanya dibatasi dengan beberapa garis besar, seperti

pengembangan, perubahan dan pengorganisasian masyarakat. Untuk itu Pemberdayaan masyarakat sering dikaitkan sebagai usaha bersama-sama guna meraih capaian yang telah disepakati. Dengan melihat besarnya potensi sumber daya alam Depok yang mempesona, seperti masih banyak tersedia resapan air yang dibuktikan dengan banyaknya setu yang masih berfungsi sebagaimana mestinya, 40 persen lahan hijau yang membuktikan Kota Depok masih asri dan didukung dengan

123

kualitas tanah yang sangat layak untuk ditanami, maka sangatlah besar potensi peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat melalui sektor pertanian dan perternakan. Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Depok Ibu Widyati mengakui melihat seluruh kelebihan pihaknya akan terus berupaya mendorong para petani dan peternak agar mampu meningkatkan hasil usahanya. Langkah yang kita terapkan saat ini adalah melakukan pembinaan kepada para petani dan itu bukan hanya petani belimbing saja, petani tanaman hias pun juga ikut merasakan pembinaan yang kami lakukan, seperti yang dialami oleh sejumlah petani tanaman hias yang berada di lingkungan Pengasinan Sawangan Depok. Kota Depok juga berpeluang besar menjadi sentra usaha pembudidayaan, baik tanaman dan perternakan. Kembali bahwa banyak lahan yang bisa dipakai untuk usaha pembudidayaan, ataupun menggunakan halaman pekarangan rumah sebagai sarana pembudidayaan, sentra pembudidayaan ikan hias dan ada tanaman hias serta burung hias berkicau yang tersebar di seluruh penjuru Kota Depok. Widyati juga berharap usaha pemberdayaan masyarakat melalui bidangnya bisa dilakukan kerjasama dengan beberapa OPD-OPD yang berada di Kota Depok., seperti Koperasi,

124

Disnakersos, UMKM dan pihak-pihak lainnya (Hasil Wawancara dengan Ka Distan Depok, 2 Juli 2012).

3. Mengoptimalkan kemampun Petugas Penyuluh Pertanian Dengan tujuan akhir untuk mengoptimalkan pemberdayaan petani Pemda Kota Depok melalui Dinas Pertanian dan Perikanan memulainya dengan mengoptimalkan kemampuan para petugas Penyuluh Pertanian Lapangan dengan Pelatihan dalam sistem LAKU merupakan proses belajar-mengajar bagi penyuluh pertanian secara rutin setiap dua minggu sekali bertempat di Balai Penyuluhan Kecamatan atau tempat lain. Pelatihan ini difasilitasi oleh penyuluh pertanian yang menguasai materi, maupun tenaga ahli dari lembaga/instansi lain. Tujuan pelatihan dalam sistem LAKU adalah: a. Menyampaikan berbagai informasi yang berkaitan dengan pembangunan pertanian; b. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan penyuluh pertanian, baik teori maupun praktek; c. Meningkatkan kemampuan dalam menganalisis dan

memecahkan masalah yang dihadapi di tingkat lapangan; dan

125

d. Meningkatkan kemampuan penyuluh pertanian dalam menyusun perencanaan dan melaksanakan penyuluhan pertanian. Adapun sasaran pelatihan dalam sistem LAKU adalah a. Disampaikannya berbagai informasi yang berkaitan

dengan pembangunan pertanian. Penyuluh pertanian perlu menerima Informasi-informasi yang berkaitan

dengan program-program Pemerintah (pusat) maupun pemerintah daerah. Selanjutnya disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan agribisnis di lapangan/petani binaannya untuk digunakan sebagai bahan menyusun programa penyuluhan di kelurahannya; b. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan penyuluh pertanian, baik teori maupun praktek. Teori yang diberikan sesuai dengan kebutuhan petani yang dibina untuk pengembangan agribisnisnya dan masalah-masalah yang ditemukan di lapangan. Praktek dapat dilaksanakan di lahan/lapangan maupun di kelas. Materi praktek

penyuluhan diarahkan agar peserta (penyuluh pertanian) dapat berpartisipatif aktif, praktek tidak hanya mengenai teknis budidaya saja. Materi yang dibahas dapat meliputi: simulasi, cara-cara berbicara, cara mengajar, teknis diskusi kelompok, membuat alat peraga dan sebagainya;

126

c. Meningkatnya

kemampuan dalam menganalisis dan

memecahkan permasalahan yang dihadapi di tingkat lapangan. Pemecahan masalah dapat berisi masalah teknis, sosial dan ekonomi yang dihadapi petani; dan d. Meningkatnya kemampuan penyuluh pertanian dalam menyusun perencanaan dan melaksanakan penyuluhan pertanian. Sasaran ini dapat dicapai melalui pelatihan dengan output: 1) Rencana kegiatan penyuluhan dua minggu yang akan datang yang mengacu kepada rencana kerja penyuluh pertanian secara tertulis yang jelas dan spesifik; 2) Kesimpulan pemecahan permasalahan yang dihadapi di tingkat lapangan; 3) Petunjuk dan saran dari tingkat Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok. Materi pelatihan dalam sistem LAKU mencakup programprogram pembangunan yang sedang dan akan dikembangkan daerah setempat, serta materi-materi bersifat membantu

memecahkan permasalahan petani/peternak/pekebun. Sumber materi teknologi pertanian dapat bersumber dari Tabloid Sinar Tani, dipilih materi yang sekiranya dapat dikembangkan di wilayah kerja penyuluh pertanian dan materi yang dapat untuk membantu pemecahan masalah petani/peternak/pekebun

127

setempat. Materi-materi pelatihan dirancang sampai tujuan intruksional khusus, misalnya peserta hanya pemahaman saja, peserta harus terampil, dan lain-lain. Prinsip-prinsip penyelenggaraan pelatihan dalam sistem LAKU adalah: a. Teratur, terarah dan berkelanjutan; b. Topik pelatihan harus aktual, faktual dan dibutuhkan oleh petani; c. Pembahasan materi harus mendalam; d. Latihan mencakup teori dan praktek; e. Latihan harus mampu memecahkan permasalahan teknis di lapangan yang sedang dihadapi petani; dan f. Pelatih/fasilitator/pengajar harus menguasai materi dan metoda yang dipergunakan; dan g. Pelatihan menggunakan metoda partisipatif. Proses pelatihan dalam sistem LAKU sebagai berikut: 1) Diskusi umum antara penyuluh pertanian dengan petugas instansi terkait untuk memecahkan masalah lapangan. Petugas instansi terkait antara lain

pengamat irigasi, pengamat OPT, petugas perbankan, petugas benih, dan lain-lain; 2) Fasilitator menyampaikan materi yang sesuai dengan kebutuhan pemecahan masalah di lapangan;

128

3) Apabila ada materi yang harus praktek dapat dilakukan di luar atau di dalam ruangan; 4) Evaluasi pelaksanaan rencana kerja 2 minggu yang lalu. Caranya setiap laporan penyuluh tentang di pertanian yang untuk

menyampaikan dicapai dan

kemajuan lapangan

permasalahan

dipecahkan bersama; dan 5) Menyusun rencana kerja untuk 2 minggu yang akan datang.

4. Mengembangkan Kemitraan dan Strategi Pengembangan Produksi belimbing di Indonesia masih rendah dan belum memenuhi kebutuhan konsumen yang cenderung meningkat, sehingga sangat disayangkan kalau komoditas ini tidak dikembangkan, karena prospeknya sangat baik. Sebetulnya tanaman belimbing relatif mudah dibudidayakan. Namun

demikian karena keterbatasan modal kerja, manajemen usaha, dan pemasaran hasil, maka hal tersebut tidak dapat dilakukan kalau dengan volume usaha yang luas dan lebih intensif serta pemasaran hasil yang lebih baik. Oleh karena itu maka pemerintah mendorong kepada para pengusaha untuk

melakukan kemitraan usaha dengan pengusaha kecil dan petani belimbing.

129

Kalau kemitraan usaha dilakukan maka permasalahanpermasalahan yang berkaitan dengan pendanaan, manajemen usaha maupun pemasaran hasil dapat ditekan, selama petani belimbing memberikan keuntungan pada perusahaan mitra berupa produk atau pengembalian modal usaha. Manfaat langsung dari pelaksanaan kemitraan bagi petani dan pengusaha kalau kemitraan dapat berlangsung harmonis yaitu adanya kepastian jaminan pasokan bahan baku serta perasaan saling memerlukan, yang dapat meningkatkan kualitas dan volume usaha, karena saling menguatkan, dan peningkatan keuntungan yang berkesinambungan demikian akan kalau karena kemitraan saling tidak

menguntungkan. berjalan mulus

Namun maka

terjadi

ketidakseimbangan

pelaksanaan mekanisme, pola dan tingkat hubungan kemitraan usaha yang dilakukan serta tingkat keuntungan ekonomi yang diperoleh, sehingga manfaat kemitraan tidak sesuai yang diharapkan. Kalau terjadi demikian sebaiknya petani belimbing dan perusahaan mitra harus mampu melaksanakan mekanisme dan pola kemitraan sesuai dengan yang telah disepakati, guna mencapai tujuan yang bersama. Disamping itu hendaknya pemerintah maupun perusahaan mitra melakukan pembinaan agar pengetahuan, keterampilan petani belimbing dalam

mengelola agribisnis belimbing dapat meningkat. Kalau hal itu

130

dilakukan maka harapannya akan terjadi perbaikan tanaman belimbing dari segi agronomi, karakteristik, dan fisiologi buah, sehingga tujuan agribisnis belimbing dapat tercapai.

Keberhasilan tujuan agribisnis tersebut ditunjukkan dengan produktivitas tinggi, kualitas bagus (yang dicirikan daging buah tebal, biji sedikit, rasa dan aroma disukai konsumen, tekstur daging buah baik, kadar serat cukup, kulit buah tebal dengan warna yang menarik serta mempunyaidaya simpan alamiah lebih baik. Adapun strategi pengembangan belimbing dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: a. Mengembangkan sentra produksi di tingkat rakyat. Pemerintah mendorong petani belimbing untuk

memperluas areal tanam atau menambah jumlah petani baru di areal yang sesuai tempat penanaman belimbing,

mengutamakan perluasan areal belimbing di lahan terlantar yang sesuai dengan agroklimat untuk belimbing. Disamping itu juga sebaiknya membuat percontohan di areal tanam di kawasan pengembangan sentra produksi belimbing yang telah ada.

131

b. Menerapkan teknologi budidaya yang benar. Pemerintah dengan peneliti menyediakan pedoman baku tentang teknik agribisnis belimbing sesuai sifat agroklimat dan sifat varietas daerah produsen belimbing.

c. Menerapkan dan memberi teknologi baru. Meliputi teknik membuat lubang tanam optimal, pupuk organik yang paling tepat, bibit dari varietas unggul yang bersertifikat, pemupukan dengan dosis yang tepat,

pengairan tepat waktu dan tepat jumlah, pembentukan tajuk dan pemangkasan yang benar , pengendalian organisme pengganggu tanaman dan gulma yang baik, waktu panen umur matang buah , penanganan pasca panen buah yang baik serta pengelolaan kebun yang tepat.

d.

Mengembangkan kemitraan.

perkebunan

belimbing

model

Membangun masyarakat petani yang berfungsi sebagai plasma dan pemerintah atau pihak swasta sebagai inti sehingga ada hubungan kerjasama yang saling mendukung sehingga tercipta unit ekonomi yang utuh antara inti plasma, serta mengadakan pelatihan administrasi dan teknisi

perkebunan inti dan pembina petani plasma.

132

e. Diversifikasi perkebunan belimbing mayarakat. Mengganti tanaman keras yang tidak produktif di perkebunan, yang areal lokasinya sesuai agroklimat

belimbing untuk dijadikan kebun belimbing.

f.

Strategi distribusi produk merata di seluruh Indonesia. Pemerintah membuat pendataan tanaman belimbing

hingga dapat melakukan perkiraan volume dan waktu produksi di sentra produksi.

g. Investasi modal masyarakat pada kebun belimbing. Dilakukan antara lain dengan penggalangan kerja sama dan modal dari petani, pengusaha, asosiasi dan pemerintah.

5. Memberikan bantuan bibit Petani dan bibit bisa diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, karena salah satu faktor kesuksesan petani bisa jadi ditentukan oleh berkualitas atau tidaknya bibit dan benih tanaman yang digunakannya. Bibit memang merupakan modal penting untuk menghasilkan tanaman yang akan dipanen. Melihat pentingnya hal tersebut, Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Kota Depok memberikan layanan berupa pemberian bibit tanaman, buah-buahan, tanaman hias, dan ikan kepada petani di Kota Depok. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesuksesan dan kesejahteraan petani di Kota Belimbing ini. Pemberian bibit ini
133

dititikberatkan di wilayah-wilayah yang berpotensi dengan budidaya pertaniannya masing-masing. Pemberian bibit belimbing diberikan secara menyebar di seluruh kecamatan di Kota Depok, karena budidaya belimbing berada di hampir setiap wilayah di Kota Depok. Begitu juga dengan sektor pertanian yang lain, pemberian dan penyebaran bibitnya disesuaikan dengan kondisi wilayah masingmasing. Kami akan terus berupaya semaksimal mungkin agar sektor pertanian di Kota Depok bisa terus meningkatkan produksinya. Dengan demikian, para petani bisa meningkatkan kesejahteraannya sesuai dengan harapan Pemerintah, jelas Kepala Seksi Bina Usaha dan Penyuluhan Distankan Kota Depok, Indera Wahyu. Menurutnya, kesuksesan para petani akan berimbas pada

meningkatnya taraf hidup masyarakat Kota Depok. Keberhasilan mereka pun sejalan dengan program Pemkot dan turut memberikan kontribusi terhadap pembangunan Kota Depok lebih baik lagi. Dalam pelaksanaan pembinaan serta pemberian bibit ini, Distankan Kota Depok bekerja sama dengan Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Buah Kementerian Pertanian. Bibit yang diberikan kepada para petani bukan bibit sembarangan, melainkan hasil penelitian Kementerian Pertanian. Melalui bantuan permodalan berupa investasi bibit dan sarana produksi ini diharapkan akan mampu memberikan motivasi dan semangat kepada para petani.

134

Jika program ini berhasil, maka hampir bisa dipastikan dapat meningkatkan populasi tanaman yang berdampak pada peningkatan produksi. Hal tersebut juga mampu meningkatkan teknologi efisiensi yang berdampak pada peningkatan produktivitas sehingga

pendapatan petani dapat meningkat pula secara signifikan untuk jangka waktu yang panjang.

6. Bantuan pemberantasan hama Produktivitas dan kualitas merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi Sumber Daya Alam yang tersedia. Salah satunya mengenai produktivitas dan kualitas Belimbing Dewa di Desa Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok. Produktivitas dan kualitas Belimbing Dewa tidak hanya

ditentukan oleh daya beli konsumen tetapi juga ditentukan oleh tingkat perawatan dan pengetahuan tentang pemberantasan hama menggunakan insektisida alami. Pengetahuan tentang pemberantasan hama

menggunakan insektisida alami yang rendah pada petani dapat menyebabkan kegagalan panen Belimbing Dewa di Desa Pasir Putih. Hal ini tentunya menyebabkan produktivitas dan kualitas Belimbing Dewa di Desa Pasir Putih menjadi rendah. Beranjak dan hal tersebut, dirumuskan sebuah metode penyuluhan dan pelatihan pembuatan perangkap lalat buah dengan

menggunakan metil eugenol sebagai atraktan. Salah satu aspek

135

yang menentukan produktivitas dan kualitas Belimbing Dewa yaitu pemberantasan hama sehingga pemberian penyuluhan dan pelatihan pembuatan perangkap lalat buah dengan

menggunakan metil eugenol mutlak diperlukan. Kegiatan ini dilaksanakan melalui kerja sama dengan Kelompok Pengabdian Masyarakat Mahasiswa Institut Pertanian Bogor dilaksanakan di Desa Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok dalam jangka waktu lima bulan (Februari-Juni 2008). Pelaksanaan program ini bertujuan untuk: a. Meningkatkan kesadaran petani terhadap potensi ekonomi dari Belimbing Dewa dan kelestarian daya dukung sumber daya a1am, khususnya di Desa Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok. b. Mengurangi penggunaan insektisida sintetik dalam budi daya Belimbing Dewa. c. Meningkatkan motivasi petani menggunakan metil eugenol untuk mengendalikan serangan hama lalat buah Belimbing Dewa. d. Optimasi kegiatan penyuluhan tentang penggunaan metil eugenol pada Belimbing Dewa untuk mendukung program pemerintah dalam pelestarian lingkungan. e. Meningkatkan motivasi para petani untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas Belimbing Dewa di Pasir Putih

136

Kecamatan Sawangan Kota Depok. Target yang ingin dicapai dari pelaksanaan program ini adalah : 1) Kesadaran meningkat. 2) Penggunaan insektisida sintetik dalam pertanian Belimbing Dewa berkurang. 3) Meningkatkan pengetahuan petani terhadap kelebihan metil eugenol sebagai atraktan dalam pertanian Belimbing Dewa meningkat. 4) Peningkatan penggunaan metil eugenol dalam pertanian buah Belimbing Dewa. Kegunaan dari program ini dalah :
a. Memberikan salah satu solusi dalam mengatasi masalah

petani

terhadap

kelestarian

lingkungan

yang ditimbulkan akibat penggunaan insektisida sintetik.


b. Meningkatkan pengetahuan petani dalam penggunaan metil

eugenol yang ramah linglcungan dalam pertanian buah Belimbing Dewa dengan bekeija sama pada pihak kelompok petani Belimbing Dewa di Desa Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok.
c. Meningkatkan produksi dan kualitas buah Belimbing Dewa di

Desa Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok.

137

Metode

penyuluhan

dan

pelatihan

pembuatan

perangkap lalat buah yang dilakukan ini merupakan sarana untuk mengurangi kegagalan panen dan memberantas

serangan hama yang terjadi di Desa Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok. Hal yang menjadi fokus PKM

pengabdian masyarakat ini adalah yaitu penyuluhan dan pelatihan pembuatan perangkap lalat buah dengan

menggunakan metil eugenol dengan harga yang murah, dan aman bagi linglcungan serta mudah digunakan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pola penyuluhan .dan pelatihan dilakukan dengan

pemberian materi mengenai peningkatan kesadaran terhadap pentingnya produktivitas dan kualitas Belimbing Dewa disertai dengan pelatihan pembuatan perangkap lalat buah dengan menggunakan metil eugenol sebagai atraktan. Data latar belakang dan pendidikan petani serta permasalahan pertanian yang berdampak pada produktivitas dan kualitas tanaman Belimbing Dewa Di Desa Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok tersebut, diperlukan untuk membantu penerapan metode pendidikan dan pelatihan yang akan dilakukan. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan

perangkap di kegiatan PKM Pengabdian Masyarakat ini adalah botol bekas air mineral 1.5 liter, tali tukang, kapas, air sabun,

138

plastik

hitam,

dan

metil

eugenol.

Sedangkan

alat

yang

digunakan untuk pembuatan perangkap adalah gunting, besi panas, bara api, cutter, dan selotip. Penyampaian materi penyuluhan disampaikan melalui kegiatan pemberian materi (tatap muka dan slide show), diskusi, dan tanya jawab mengenai slide show yang ditampilkan dan modul yang diberikan dan metil berupa panduan peningkatan dengan dalam

produktivitas menggunakan

kualitas eugenol

belimbing sebagai

Dewa atraktan

memberantas serangan hama yang berdampak pada kegagalan panen. Selain itu juga dilaksanakan pelatihan pembuatan perangkap serangga sederhana. Perangkap ini terbuat dari botol bekas air mineral 1.5 liter. Perangkap tersebut dibentuk corong dan diisi metil eugenol yang diteteskan di kapas serta dilengkapi dengan air sabun di dalam botol. Pemberian metil eugenol diberikan dengan dosis 0.5-0,9 ml/perangkap untuk memikat lalat buah. Metil eugenol diletakkan dalam perangkap yang diberi perekat sehingga lalat buah yang tertarik pada atraktan (metil eugenol) akan matt karena menempel pada perangkap tersebut. Perangkap tersebut berumpan makanan yang berasal dari bahan tanaman, essense penambah rasa, dan ammonia yang dipasang atau digantungkan pada ranting

139

atau cabang pohon dengan ketinggian 2-3 meter di atas permukaan tanah atau pada ketinggian tajuk terendah dari tanaman. Pemasangan perangkap dapat diletakan pada kerapatan optimum 20-25 buah perangkap/Hektar. Pengaruh Metil Eugenol (ME) pada perangkap tersebut mampu menghasilkan rata-rata 725 ekor/bulan pada musim hujan dan 250 ekor/bulan pada musim kemarau. Setelah petani belimbing Dewa diberikan penyuluhan dan demo pembuatan perangkap corong sederhana, maka akan dilakukan pendampingan selama proses penerapan (aplikasi) lapangan. Salah satunya adalah pendampingan dalam proses pemasangan perangkap-perangkap lalat buah pada pohon-pohon belimbing Dewa. Desa Pasir Putih memiliki petani yang berjumlah 70 orang dengan luas lahan 3,5 Ha dan jumlah pohon f 800 pohon. Sehingga masing-masing petani diharapkan mampu

mengaplikasikan metil eugenol pada 10 pohon selama lima bulan penerapan program. Program ini dilaksanakan rutin dua minggu sekali selama lima bulan serta bekerjasama dengan pihak koperasi tani dan petani Belimbing Dewa Di Desa Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok.

140

7. Dukungan pemasaran Petani menjual hasil panen belimbingnya melalui beberapa pola pemasaran yaitu: a. Petani menjual belimbing ke Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok (PKPBDD). b. Petani menjual belimbing ke tengkulak. Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian dapat diketahui bahwa responden menjual hasil panennya ke tengkulak selain ke PKPBDD (46 petani (76,67 persen), 15 persen menjual belimbing hanya ke PKPBDD dan sisanya hanya 8,33 persen menjual ke pasar tradisional. Hasil panen belimbing petani dipasarkan oleh tengkulak lebih banyak ke pasar tradisional yaitu Pasar Minggu, Pondok Labu, Citayam dan Tangerang. Proses aliran belimbing dari petani ke PKPBDD yaitu petani/Kelompok Tani - KorWil - Divisi Produksi PKPBDD - Sortasi - Konsumen (pasar modern, pasar tradisional, UKM pengolahan). Pembelian belimbing dari petani oleh tengkulak sebagian besar dengan cara pembelian perbuah tanpa sistem grade, sedangkan oleh PKPBDD dengan sistem perkilogram menggunakan grade. Petani memperoleh keuntungan yang lebih besar apabila menjual hasil panennya ke PKPBDD dibanding dengan hanya menjual kepada tengkulak. Keuntungan yang diperoleh apabila petani menjual ke tengkulak yaitu Rp 2.000,00 dengan sistem

141

perbuah, sedangkan keuntungan jika menjual ke PKPBDD yaitu Rp 4.000,00 perkilorgam. Dengan perhitungan biaya produksi satu buah belimbing Rp 400,00 dan harga beli tengkulak Rp 800,00 perbuah, sedangkan PKPBDD Rp 6.000,00 perkilogram. Akan tetapi petani masih ketergantungan pada tengkulak karena pada saat panen raya PKPBDD kesulitan dalam

pendistribusian belimbing ke konsumen dan petani terpaksa menjual belimbing kepada tengkulak dengan sistem ijon karena desakan kebutuhan keluarga dan kebutuhan operasional usahatani. Petani sering meminjam modal uang untuk membeli sarana produksi pertanian. Hal ini menyebabkan petani mengikuti harga yang telah ditentukan tengkulak, dengan demikian berpengaruh pada lemahnya posisi tawar petani dalam menentukan harga. Kelebihan PKPBDD dibanding lembaga pemasaran lain telah melakukan fungsi fasilitas pemasaran berupa standarisasi dan penggolongan produk, fungsi penanggungan risiko dan fungsi penyediaan informasi harga. PKPBDD telah melakukan fungsi standarisasi dan penggolongan produk dengan sistem grade. Fungsi penanggulangan risiko dilakukan PKPBDD dengan cara menerima dan tetap membayar kepada petani apabila belimbing tidak dapat dipasarkan oleh PKPBDD, sedangkan fungsi penyediaan informasi harga yaitu petani dapat dengan mudah mengetahui harga beli yang telah ditetapkan oleh PKPBDD.

142

Strukur pasar dalam pemasaran belimbing yang terjadi di lokasi penelitian jika dilihat dari sisi pembeli yaitu pasar oligopsoni. Petani sebagai penjual berjumlah cukup banyak, sedangkan tengkulak dan PKPBDD sebagai pembeli jumlahnya terbatas. Sehingga kondisi ini menyebabkan petani sebagai penerima harga (price taker) karena tidak memiliki kekuatan tawar. Tetapi pada penetapan harga oleh PKPBDD, petani tidak dirugikan karena penetapan harganya lebih menguntungkan bagi petani.

8. Dukungan Permodalan Keberhasilan dalam pengembangan komoditas belimbing Depok sebagai salah satu komoditas potensial di Kota Depok harus didukung dengan adanya kebijakan pemerintah dalam bidang teknologi, infrastruktur, kelembagaan, permodalan dan pemasaran. Dukungan kebijakan mempunyai peran yang sangat penting, tidak semua infrastruktur pertanian dapat disediakan secara swadaya oleh pelaku agribisnis. Bimbingan dari pemerintah melalui Petugas Penyuluh

Lapangan (PPL) Dinas Pertanian Kota Depok tidak dilakukan secara regular. Hal ini disebabkan karena jumlah PPL tidak sebanding dengan banyaknya petani, dalam satu kecamatan hanya terdapat satu petugas PPL. Bimbingan budidaya dan pengendalian OPT yang

143

sangat dibutuhkan oleh petani dirasakan sebagian besar hanya pada saat pemberian bibit saja. Program Primatani dari Departemen Pertanian yang merupakan program rintisan dan akselerasi pemasyarakatan inovasi teknologi pertanian hanya diterapkan di Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Sawangan. Padahal tujuan utama Primatani untuk mempercepat adopsi teknologi inovatif terutama yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian serta untuk memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat guna spesifik pengguna dan lokasi sangat diperlukan oleh petani. Program Primatani ini seharusnya dapat membantu petani belimbing Dewa di Kota Depok dalam penerapan teknologi baru untuk meningkatkan kesejahteraan petani sendiri. Pada tahun 2010, Bank Mandiri sebagai lembaga penunjang permodalan memberikan bantuan kepada 116 petani melalui Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) dengan PKPBDD sebagai fasilitator dan pihak penjamin, sehingga petani tidak perlu

memberikan agunan untuk mendapatkan pinjaman tersebut. Besarnya bunga yang dibebankan kepada petani yaitu enam persen pertahun, dengan jumlah pinjaman sebesar Rp 5.000.000,00 Rp

20.000.000,00. (Hasil Wawancara dengan Ka BFPPL Kecamatan Sawangan Distankan Depok Bapak Yoyo Sutaryono, 10 Juli 2012). Berikut ini daftar kelompok tani penerima bantuan PKBL sebagaimana disajikan dalam Tabel 7 berikut ini.

144

Tabel 7. Daftar Kelompok Tani Belimbing Dewa Penerima Kredit PKBL di Kota Depok Tahun 2010
No. Nama Kelompok Tani 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Sarijaya Kali Licin Keramat Burung Pancoran Mas Pancoran Mas Pancoran Mas Kecamatan Jumlah Petani (orang) 61 12 12 13 9 4 11 14 16 1 3 156 Jumlah Pinjaman (rupiah) 566.500.000 167.000.000 149.500.000 110.000.000 98.000.000 48.000.000 77.500.000 95.000.000 132.000.000 5.000.000 15.000.000 1.436.500.000

Rangkapan Jaya Pancoran Mas Baru Layung Sari Cipayung Mekar Sari Laris Jaya II Subur Makmur Tunas Mekar I Tunas Mekar II Mekar Sejahtera Total Beji Pancoran Mas Beji Limo Limo Sawangan

Sumber: Pusat Koperasi Pemasaran Buah dan Olahan Belimbing Dewa Depok (diolah)

A.2. Hasil Wawancara dengan Petani Belimbing dan Jambu Biji Kota Depok Berikut ini hasil wawancara terbuka dengan sejulah petani Belimbing dan/atau Jambu Kota Depok. 1. H. Mubbin Usman Ketua Kelompok Tani Wijaya Tani Mubbin Usman berhasil meraih penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara Tahun 2011

145

dari Persiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ketika ditanya apakah Bapak merasa bangga mendapat penghargaan dari Persiden, Ia menjawab: Ya bangga bisa dapat penghargaan dari Persiden, kata Mubbin dengan logat Depok, di kebun Belimbing miliknya di Depok, Jawa Barat, Jumat. Mubbin mendapatkan penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk kategori pengguna kreatif teknologi ketahanan pangan bidang agribisnis hortikultura. Dia menuturkan, apa yang dilakukan dalam bidang pertanian merupakan bentuk kecintaannya pada pembibitan untuk

meningkatkan kesejahteraan petani. Bibit yang saya silang itu dari seluruh Indonesia dan saat ini hasil penyilangan juga sudah menyebar ke seluruh Indonesia, katanya. Dia mengatakan, selain penyilangan bibit, juga melakukan penangkaran buah, transfer teknologi penyilangan dan

penangkaran budi daya buah-buahan. Kemudian pelepasan varietas Belimbing Dewa, Kecapi Ratujaya, Jambu biji Mega Merah dan Jambu biji varietas Wijaya Merah. Ada 150 varietas bibit unggul yang sudah dihasilkan dan bibit itu sudah tersebar ke seluruh Indonesia. Untuk menciptakan bibit unggul perlu ketekunan agar hasilnya dapat maksimal. Menurut dia, usaha bibitnya dimulai tahun 1958, yang berawal dari menanam belimbing di bantaran Sungai Ciliwung. Pada 1980 usahanya berkembang dan memiliki lahan sendiri. Atas

146

keuletannya itu, Mubbin meraih tanda kehormatan Satya Lencana Wira Karya dari Presiden RI tahun 2005. Mubbin juga telah memiliki sawah di Karawang seluas 10 hektar dan juga bengkel mobil di Margonda.

2. Nanang Yusuf Banyak petani yang terpikat untuk menggarap budidaya belimbing, salah satunya adalah Nanang Yusup warga Jalan Kalilicin, Kampung Pitara RT 08/13 Kelurahan Pancoran Mas, Kecamatan Pancoran Mas, Depok. Awalnya lahan seluas 2500 meter persegi milik Nanang digunakan untuk pertanian padi. Ia dan para petani diberikan penyuluhan mengenai potensi pertanian. Saat itu, dirinya disodorkan beberapa bibit buah yaitu belimbing Depok, rambutan binjai, duren sitokong, dan kelapa. Namun, akhirnya ia memilih belimbing Depok karena melihat prospek ke depan. Lantas secara perlahan ia mengubah lahan miliknya menjadi perkebunan belimbing. Di lahan seluas 2500 meter persegi tersebut, Nanang mulai menanam sekitar 50 batang pohon belimbing Depok. Berkat usahanya yang gigih dan pantang menyerah, usahanya pun terbilang sukses dengan hasil panen yang selalu memuaskan. Kini lahan pertanian Nanang pun bertambah luas, sebagiannya adalah lahan garapan. Nanang yang juga perintis Kelompok Tani Kalilicin

147

mengaku gembira sekaligus resah karena khawatir tidak bisa memenuhi besarnya permintaan pasar terhadap belimbing Depok. Kami senang karena belimbing Depok sangat laku di pasaran. Tetapi juga resah karena kewalahan memenuhi

kebutuhan pasar yang ada, tutur Nanang di kebun belimbingnya. Dia menjelaskan produksi belimbing Depoknya dikirim ke berbagai pusat belanja modern seperti Giant, Hero dan sejumlah minimarket. Berbeda dengan kebanyakan buah konsumsi lainnya, belimbing tidak mengenal musim, setiap saat bisa berbuah. Budidaya belimbing bisa direkayasa sehingga bisa berbuah setiap saat tanpa harus menunggu musim panen yang penting

perawatannya benar dan telaten, ujar Nanang yang memulai budidaya belimbing sejak tahun 1997. Dia mengaku tak ada resep khusus dalam budidaya belimbing yang penting caranya harus benar. Jarak tanam yang baik antar pohon sekitar 8 meter. Tanah kemudian diberi pupuk kandang. Pupuk kandang itu lah yang membuat buah belimbing terasa manis. Umumnya pada umur dua tahun, belimbing sudah berbuah sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Namun, untuk

menghasilkan 50 kg 100 kg buah per pohon biasanya perlu lebih dari lima tahun. Setelah pohon belimbing berbunga dalam rentang waktu tiga minggu sampai satu bulan, muncul buah belimbing kecil. Sebulan kemudian buah sudah bisa dibrongsong (red,

148

dibungkus). Agar belimbing yang dihasilkan lebih berkualitas, baik rasa maupun ukurannya, dilakukan penyortiran penjaringan buah ketika masih di pohon dan jumlahnya juga dibatasi setiap pohonnya. Buah belimbing bisa dipanen setelah umur 40-60 hari sesuai indeks yang dibutuhkan konsumen. Pemanenan dihitung sejak masa pembungkusan. Memanennya tergantung permintaan konsumen, ada yang minta belimbing hijau ada juga yang sudah berwarna kuning, jelas Nanang. Lebih lanjut ia menjelaskan, proses perawatan yang mudah membuat sejumlah petani beralih menjadi petani belimbing. Dalam setiap tahapan perawatan hingga panen para petani hanya membutuhkan biaya sekitar Rp600 untuk satu buah belimbing. Biaya operasional ini gunakan untuk perawatan seperti pupuk dan bungkus belimbing. Secara umum tidak ada masalah berarti yang dihadapi oleh para petani belimbing karena semua bisa diatasi melalui pembinaan kelompok. Jika memang petani serius menggeluti soal pertanian belimbing ini, semua permasalahan bisa diatasi dan dicari solusinya. Namun ia mengaku prihatin dengan sejumlah orang yang hanya sekadar ingin coba-coba untuk bertani belimbing, tetapi tak memiliki keseriusan. Sehingga mereka tidak sukses menjadi petani belimbing. Semua pekerjaan apa pun jika memang ingin sukses harus dijalani secara tekun dan tekad yang

149

kuat, jelasnya. Ia optimis jika dikelola secara serius, budidaya belimbing akan sukses. Bahkan, katanya, ada seorang petani di Beji yang bisa membiayai kuliah anaknya hanya dengan mengandalkan 10 pohon belimbing di lahan miliknya. Walau hanya memiliki 10 pohon belimbing Depok, tetapi jika perawatannya dilakukan dengan serius maka mampu menghasilkan panen yang maksimal. Omzet kelompok tani Kalilicin ini dalam setahun bisa mencapai Rp3,5 miliar. Angka itu termasuk fantastis bagi para petani. Apalagi di prediksi ke depan, prospek belimbing Depok akan semakin bagus mengingat terus meningkatnya permintaan. Sehingga dapat

dipastikan prospek pemasaran belimbing di dalam negeri makin baik.

3. Bapak H. Namawi Petani belimbing dan Jambu Biji yang beralamat di Gang Jinjing,Pasir Putih, Sawangan, Depok ini bertani buah Belimbing Dewa pada areal tanah 2120 m2 dan buah Jambu Biji seluas 840m2. Ia merasa tidak mendapatkan kesulitan yang berarti dalam pengelolaan budidaya pertanian kedua macam buah di atas. Hal demikian karena ia merasa sudah terbiasa dalam berbagai aktifitas pengelolaan tanaman dengan pengalaman lebih dari 20 tahun.

150

Keprihatian yang Ia rasakan saat ini justru dalam pemasaran dengan harga pada musim panen raya. Ia berharap agar Pemda Kota Depok lebih serius lagi dalam mengatasi pemasaran khususnya ketika hasil buah sedang membanjir. Menurutnya, harga layak hanya dinikmatinya justru ketika hasil panen hanya sedikit. Kalau begini terus kapan petani bisa menikmati hasil pertaniannya lebih berarti dan dapat meningkatkan ekonomi keluarnya?, ia bertanya dengan serius. Pada akhirnya ia harus menyerah pada harga yang sangat murah yang ditentukan oleh para tengkulak. Hal yang cukup menggembirakan adalah selain kami

mendapat info cara berkebun dari petugas PPL mereka mendapat bimbingan pembuatan produk olahan. Karena kita petani kota yang tidak memiliki lahan luas, mau nggak mau kita harus terus berinovasi untuk tetap bertahan ujarnya optimis.

4. Bapak Suhaimi Lahan pertanian Bapak Namawi berdampingan dengan lahan bapak H. Namawi demikian juga tempat tinggalnya di gang yang sama. Pengelola pertanian Belimbing dan Jambu biji pada lahan sekitar 1000 m2 ini menyikapi perkembangan pertaniannya dengan rasa sukur. Saya hanya bisa bersukur pada Alloh SWT, bagaimanapun dengan usaha tani saya ini, saya bisa menghidupi

151

keluarga dan dapat menyekolahkan ketiga anaknya secara wajar seperti pada umumnya anak-anak lainnya.

5. Bapak Hamudin Petani belimbing dan jambu biji berusia 47 tahun ini tinggal dan mengolah kebunnya selus 1.800 m2 di Gang Mangga, Pasir Putih, Sawangan Depok. Tidak banyak yang ia dapat kemukakan kecuali bahwa ia telah telah menggeluti pertanian ini sejak usia belasan tahun, dimulai dengan membantu orang tuanya ketika masih hidup. Ketika ditanya apaka Ia merasakan adanya kemajuan menjadi petani ketika dulu dengan sekarang setelah Belimbing Dewa dijadikan ikon kota Depok, ia menjawab: Ada tetapi perbedaannya, kalau dulu orang tua saya bertani adem ayem saja. Kegiatannya hanya ke kebun hampir setiap hari dan menunggu tengkulak dating untuk membeli hasil panennya. Sekarang sepertinya banyak sekali urusannya, dipanggil untuk belajarlah, ada tinjauan, penelitian, menjadi anggota koperasi dan tektek-bengek lainnya tambahnya dengan lugu dalam dialek sunda yang medok.

6. Bapak Sarman Petani berusia 41 tahun ini tinggal berdampingan dengan bapak Hamudin walaupun lahan pertanian garapannya agak berjauhan. Ia mulai bertanam Belimbing dan Jambu Biji di usia tiga

152

puluhan. Tertarik dengan budidaya buah tersebut karena ia melihat Bapak Hamudin dan sejumlah petani lainnya yang cukup berhasil dalam pertaniannya. Walaupun hanya memiliki lahan tidak lebih dari 500m2, ia mencoba mengelolanya dengan sungguh-sungguh. Ia banyak belajar dari para pendahulunya, memperhatikan hal-hal yang diajarkan oleh petugas PPL dan mencoba mempraktekkannya walaupun tidak seluruh apa yang diajarkan dan dianjurkan oleh para petugas itu dapat dipraktekkan di kebunnya antara lain karena keterbatasan sarananya untuk itu.

7. Bapak H. Sukron Muhtar Petani yang tinggal di Jl. Duluwani desa Bedahan Sawangan, Depok ini ayah dari 5 orang anak dalam usianya 58 tahun. Ia telah berkebun Belimbing dan Jambu Biji selama 25 tahun pada area lahan pertanian lebih dari 6.000 m2. Dengan dibantu oleh anak lakilakinya yang kedua ia telah merasakan banyak suka duka dalam bertani buah tersebut. Sukanya, karena ia merasa memiliki penghasilan yang dapat diandalkan untuk dirinya dan keluarga dalam usianya yang semakin senja. Di bilang dukanya, ia sering merasa prihatin jika pada saat panen raya terpaksa harus membuang cukup banyak Belimbing dan Jambu Biji yang busuk. Rasanya sedih sekali katanya, Sudah menggunakan tenaga untuk memetik dan mengangkut dari kebun tetapi ada saja yang

153

terbuang.

Ia menghayalkan andaikan saja dapat menyediakan

ruangan pendingin yang besar seperti yang disediakan untuk nelayan pencari ikan, hal ini tentu tak akan terjadi. Ketika ditanya, bukan pada saat panen raya hasil panen dibeli oleh koperasi dan para pengolah buah-buahan. Ya, tetapi tetap saja tidak dapat menampung semuanya dan itu pun dibeli dengan harga yang sangat murah, keluhnya.

B. Pembahasan Upaya yang dilakukan untuk memberdayakan para Petani Belimbing dan Jambu Biji di wilayah Kota Depok, dirasakan oleh sebagian besar para pejabat Pemda Kota Depok telah cukup optimal atau setidaknya telah dilakukan secara sungguh-sungguh disamping ada yang berpendapat bahwa pembinaan terhadap. Kesimpulan ini diperoleh dari hasil

wawancara dengan key informan yaitu Kepala Seksi Bina Usaha dan Penyuluhan Distankan Kota Depok, Indera Wahyu serta pejabat dan tokoh terkait lainnya. Kami akan terus berupaya semaksimal mungkin agar sektor pertanian di Kota Depok bisa terus meningkatkan produksinya. Dengan demikian, para petani bisa meningkatkan kesejahteraannya sesuai dengan harapan Pemerintah, jelas Kepala Seksi Bina Usaha dan Penyuluhan Distankan Kota Depok, Indera Wahyu. Menurutnya, kesuksesan para petani akan berimbas pada meningkatnya taraf hidup masyarakat Kota

154

Depok. Keberhasilan mereka pun sejalan dengan program Pemkot dan turut memberikan kontribusi terhadap pembangunan Kota Depok lebih baik lagi. Dalam pelaksanaan pembinaan serta pemberian bibit ini, Distankan Kota Depok bekerja sama dengan Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Buah Kementerian Pertanian. Bibit yang diberikan kepada para petani bukan bibit sembarangan, melainkan hasil penelitian Kementerian Pertanian. Melalui bantuan permodalan berupa investasi bibit dan sarana produksi ini diharapkan akan mampu memberikan motivasi dan semangat kepada para petani. Jika program ini berhasil, maka hampir bisa dipastikan dapat meningkatkan populasi tanaman yang berdampak pada peningkatan produksi. Hal tersebut juga mampu meningkatkan teknologi efisiensi yang berdampak pada peningkatan produktivitas sehingga pendapatan petani dapat meningkat pula secara signifikan untuk jangka waktu yang panjang. Berpegang teguh pada cita-cita mensejahterakan petani, Distankan Kota Depok terus memberikan pendampingan dan bantuan kepada mereka. Bahkan, tak jarang ada petani yang tadinya kesulitan mengelola lahannya kini bisa sukses sehingga bisa tampil sebagai petani berdasi. Selain layanan pemberian bantuan bibit, Distankan juga kerap kali memberikan pelatihan tentang pertanian belimbing, jambu, tanaman hias, atau ikan hias. Para petani Kota Depok dilatih untuk bisa menjadi petani yang sukses yang memiliki wawasan dan jiwa entrepreneur (pengusaha).
155

Diharapkan

pelatihan

yang

diperoleh

dapat

menjadi

bekal

ilmu

pengetahuan untuk berhubungan dengan kaum pengusaha, khususnya dalam bidang yang berkaitan dengan keahlian para petani tersebut. Dengan demikian, para petani diharapkan mampu melakukan kontak bisnis dengan pengusaha yang bersangkutan untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan lahan maupun untuk pemasaran. Dalam rangka memberdayakan petani di wilayah Pemda Kota Kota Depok melalui Distankan Kota Depok memulainya dengan Konsep Pertanian Perkotaan yaitu sebuah konsep yang memanfaatkan luas lahan yang terbatas untuk budidaya komoditas pilihan yang memiliki nilai tambah. Luas lahan pertanian yang menjadi kendala menjadi peluang bagi petani ujar Widyati Ka Distankan Kota Depok. Widayati menuturkan, Dinas Pertanian dan Perikanan Pemkot Depok terus berupaya mendorong para petani di Kota Depok untuk melakukan pemanfaatan lahan seoptimal mungkin melalui pemilihan komoditas yang cocok di Kota Depok seperti Belimbing dewa, jambu biji, anggrek maupun tanaman hias sepeti Anggrek. Selain itu, para petani dapat melakukan diversifikasi usaha, yaitu tidak hanya pada satu bidang saja, misal menanam tanaman hias dan memelihara ikan hias. Langkah teknis yang dilaksanakan oleh Distan, diantaranya

membuat kegiatan yang mengarah pada pola pertanian perkotaan, memberikan penyuluhan pada para petani tentang usaha-

usaha/komoditas. Distankan juga melakukan fasilitasi bagi para petani


156

untuk memperoleh akses permodalan, tujuannya agar para petani bisa lebih meningkat dari segala aspek, baik produktivitas maupun manajerial. Distankan juga berupaya untuk membina para petugas PPL yang mencakup program-program pembangunan yang sedang dan akan dikembangkan daerah setempat, serta materi-materi bersifat membantu memecahkan permasalahan petani/peternak/pekebun. Sumber materi teknologi pertanian dapat bersumber dari Tabloid Sinar Tani, dipilih materi yang sekiranya dapat dikembangkan di wilayah kerja penyuluh pertanian dan materi yang dapat untuk membantu pemecahan masalah

petani/peternak/pekebun setempat. Materi-materi pelatihan dirancang sampai tujuan intruksional khusus, misalnya peserta hanya pemahaman saja, peserta harus terampil dalam melakukan penyuluhan dan

pembinaan kepada para petani, termasuk petani Belimbing dan Jambu Biji yang memang menjadi primadona pertanian Kota Depok.
Distankan Kota Depok dalam mendorong pemberdayaan masyarakat Petani khususnya petani Belimbing dan Jambu Biji bekerjasama dengan beberapa OPD-OPD yang berada di Kota Depok., seperti Koperasi, Disnakersos, UMKM dan pihak-pihak lainnya. Konsep

kemitraan bagi petani dan

pengusaha didorong sedemikian rupa hingga terwujudnya kepastian jaminan pasokan bahan baku serta perasaan saling memerlukan, yang dapat meningkatkan kualitas dan volume usaha, karena saling

menguatkan, dan peningkatan keuntungan yang berkesinambungan karena saling menguntungkan.

157

Distankan Kota Depok bekerja sama dengan peneliti menyediakan pedoman baku tentang teknik agribisnis belimbing sesuai sifat agroklimat dan sifat varietas daerah produsen belimbing. teknik membuat lubang tanam optimal, pupuk organik yang paling tepat, bibit dari varietas unggul yang bersertifikat, pemupukan dengan dosis yang tepat, pengairan tepat waktu dan tepat jumlah, pembentukan tajuk dan pemangkasan yang benar , pengendalian organisme pengganggu tanaman dan gulma yang baik, waktu panen umur matang buah , penanganan pasca panen buah yang baik serta pengelolaan kebun yang tepat. Masyarakat petani didorong untuk berfungsi sebagai plasma dan pemerintah atau pihak swasta sebagai inti sehingga ada hubungan kerjasama yang saling mendukung sehingga tercipta unit ekonomi yang utuh antara inti plasma, serta mengadakan pelatihan administrasi dan teknisi perkebunan inti dan pembina petani plasma. Pemda Kota Depok juga melakukan pendataan tanaman belimbing hingga dapat melakukan perkiraan volume dan waktu produksi di sentra produksi. Penggalangan kerja sama dan modal dari petani, pengusaha, asosiasi dan pemerintah dilakukan Pemda Kota Depok oleh dinas-dinas terkait secara sinergi . Pemberian bibit belimbing diberikan secara menyebar di seluruh kecamatan di Kota Depok, karena budidaya belimbing berada di hampir setiap wilayah di Kota Depok. panduan peningkatan produktivitas dan kualitas belimbing Dewa dengan

158

menggunakan metil eugenol sebagai atraktan dalam memberantas serangan hama yang berdampak pada kegagalan panen. Pemda Kota Depok mendorong kestabilan harga penjualan Belimbing dan Jambu Biji dengan penetapan harga oleh PKPBDD, sehingga petani tidak dirugikan karena penetapan harganya lebih menguntungkan bagi petani. Pemda Kota Depok mendorong semaksimal mungkin untuk dapat memperoleh bantuan permodalan. Pada tahun 2010, Bank Mandiri sebagai lembaga penunjang permodalan memberikan bantuan kepada 116 petani melalui Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) dengan PKPBDD sebagai fasilitator dan pihak penjamin, sehingga petani tidak perlu memberikan agunan untuk mendapatkan pinjaman tersebut. Menurut Bapak Yoyo Sutaryono, Kepala BFPPL Kecamatan

Sawangan Distankan Depok, dalam pelaksanaan penyuluhan para Petani Belimbing dan Kota Depok, terdapat hal yang positif dan hal yang

menimbulkan masalah. Hal positif yaitu sikap penerimaan para Petani Belimbing dan Jambu Biji pada umumnya menerima baik terhadap kehadiran petugas PPL. Hal yang menimbulkan masalah antara lain kadang-kadang terjadi konflik di antara sesama anggota Kelompok Tani yang tidak mudah didamaikan. Hal lain adalah dalam hal pengembalian kredit, sering kali tersendat bahkan tidak sedikit petani yang berpikiran bahwa kredit itu merupakan bantuan pemerintah yang tidak harus dikembalikan.

159

Dari sudut pandang petani Belimbing dan Jambu Biji Depok, upaya pemberdayaan petani belum optimal terbukti dari kuesioner yang diajukan kepada 6 orang petani, 2 orang diantaranya menjawab bahwa pelaksanaan upaya pemberdayaan tersebut menyatakan bahwa semua kegiatan hanya dilakukan kadang-kadang saja, 2 orang menyatakan berkelanjutan dalam kegiatan sosialisasi dan sisanya berkelanjutan dalam hal promosi.

160

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian pada bab-bab sebelumnya, penulis merumuskan kesimpulan sebagai jawaban atas pokok permasalahan yang dipilih dalam penelitian ini. 1. Upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Depok dalam

memberdayakan masyarakat petani Belimbing dan Jambu Biji di Kota dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut: a. Pemda Kota Depok berupaya semaksimal mungkin agar sektor pertanian di Kota Depok bisa terus meningkatkan produksinya. Dengan demikian, para petani bisa meningkatkan

kesejahteraannya sesuai dengan harapan Pemerintah. b. Pemda Kota Depok melalui Distankan Kota Depok bekerja sama dengan Direktorat Budidaya dan Pasca bibit Panen yang Buah

Kementerian

Pertanian

memberikan

bermutu

sebagaihasil penelitian Kementerian Pertanian. c. Melalui bantuan permodalan berupa investasi bibit dan sarana produksi ini diharapkan akan mampu memberikan motivasi dan semangat kepada para petani serta dapat meningkatkan teknologi efisiensi yang berdampak pada peningkatan

produktivitas sehingga pendapatan petani dapat meningkat pula secara signifikan untuk jangka waktu yang panjang.

161

d. Distankan Kota Depok terus memberikan pendampingan dan pelatihan kepada petani Belimbing dan Jambu. Para petani Kota Depok dilatih untuk bisa menjadi petani yang sukses yang memiliki wawasan dan jiwa entrepreneur (pengusaha).

Diharapkan pelatihan yang diperoleh dapat menjadi bekal ilmu pengetahuan untuk berhubungan dengan kaum pengusaha, khususnya dalam bidang yang berkaitan dengan keahlian para petani tersebut. Dengan demikian, para petani diharapkan mampu melakukan kontak bisnis dengan pengusaha yang bersangkutan untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan lahan maupun untuk pemasaran. e. Dalam rangka memberdayakan petani di wilayah Pemda Kota Kota Depok melalui Distankan Kota Depok memulainya dengan Konsep Pertanian Perkotaan yaitu sebuah konsep yang memanfaatkan luas lahan yang terbatas untuk budidaya komoditas pilihan yang memiliki nilai tambah. f. Langkah teknis yang dilaksanakan oleh Distan, diantaranya membuat kegiatan yang mengarah pada pola pertanian perkotaan, memberikan penyuluhan pada para petani tentang usaha-usaha/komoditas. Distankan juga melakukan fasilitasi bagi para petani untuk memperoleh akses permodalan, tujuannya agar para petani bisa lebih meningkat dari segala aspek, baik produktivitas maupun manajerial.

162

g. Distankan Kota Depok berupaya untuk membina para petugas PPL yang mencakup program-program pembangunan yang

sedang dan akan dikembangkan daerah setempat, serta materimateri bersifat membantu memecahkan permasalahan petani Belimbing dan Jambu Biji di Kota Depok termasuk teknologi pertanian. Materi yang diberikan akan dapat dikembangkan di wilayah kerja penyuluh pertanian dan materi yang dapat untuk membantu pemecahan masalah petani. h. Distankan Kota Depok dalam mendorong pemberdayaan masyarakat Petani khususnya petani Belimbing dan Jambu Biji bekerjasama dengan beberapa OPD-OPD yang berada di Kota Depok., seperti Koperasi, Disnakersos, UMKM dan pihak-pihak lainnya. i. Pemda Kota Depok melalui Distankan Kota depok

mengembangkan konsep kemitraan bagi petani dan pengusaha didorong sedemikian rupa jaminan pasokan bahan hingga baku terwujudnya serta kepastian saling

perasaan

memerlukan, yang dapat meningkatkan kualitas dan volume usaha, karena saling menguatkan, dan peningkatan keuntungan yang berkesinambungan karena saling menguntungkan. j. Distankan Kota Depok bekerja sama dengan peneliti

menyediakan pedoman baku tentang teknik agribisnis belimbing sesuai sifat agroklimat dan sifat varietas daerah produsen

163

belimbing. teknik membuat lubang tanam optimal, pupuk organik yang paling tepat, bibit dari varietas unggul yang bersertifikat, pemupukan dengan dosis yang tepat, pengairan tepat waktu dan tepat jumlah, pembentukan tajuk dan pemangkasan yang benar, pengendalian organisme pengganggu tanaman dan gulma yang baik, waktu panen umur matang buah, penanganan pasca panen buah yang baik serta pengelolaan kebun yang tepat. k. Masyarakat petani didorong untuk berfungsi sebagai plasma dan pemerintah atau pihak swasta sebagai inti sehingga ada hubungan kerjasama yang saling mendukung sehingga tercipta unit ekonomi yang utuh antara inti plasma, serta mengadakan pelatihan administrasi dan teknisi perkebunan inti dan pembina petani plasma. Pemda Kota Depok juga melakukan pendataan tanaman belimbing hingga dapat

melakukan perkiraan volume dan waktu produksi di sentra produksi. l. Guna meningkatkan produktivitas dan kualitas Belimbing Dewa dilakukan metil pemberantasan eugenol hama sebagai hama atraktan dengan dalam

menggunakan

memberantas serangan kegagalan panen.

yang berdampak pada

164

m. Pemda Kota Depok mendorong kestabilan harga penjualan Belimbing dan Jambu Biji dengan penetapan harga oleh PKPBDD, sehingga petani tidak dirugikan karena penetapan harganya lebih menguntungkan bagi petani. n. Pemda Kota Depok mendorong semaksimal mungkin untuk dapat memperoleh bantuan permodalan. Pada tahun 2010, Bank Mandiri sebagai lembaga penunjang permodalan

memberikan bantuan kepada 116 petani melalui Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) dengan PKPBDD sebagai fasilitator dan pihak penjamin, sehingga petani tidak perlu memberikan agunan untuk mendapatkan pinjaman tersebut. Dalam pelaksanaan dalam pelaksanaan penyuluhan para Petani Belimbing dan Kota Depok, terdapat hal yang positif dan hal yang menimbulkan masalah. Hal positif yaitu sikap penerimaan para Petani Belimbing dan Jambu Biji pada umumnya menerima baik terhadap kehadiran petugas PPL. Hal yang menimbulkan masalah antara lain kadang-kadang terjadi konflik di antara sesama anggota Kelompok Tani yang tidak mudah didamaikan. Hal lain adalah dalam hal pengembalian kredit, sering kali tersendat bahkan tidak sedikit petani yang berpikiran bahwa kredit itu merupakan bantuan

pemerintah yang tidak harus dikembalikan.

165

2. Dari

sudut

pandang

Pemda

Kota

Depok,

pemberdayaan

masyarakat petani Belimbing dan Jambu Biji Kota Depok telah dilakukan secara sungguh-sungguh dan mendekati optimal. Hal itu dipandang berdasarkan kepada fakta-fakta yang telah diupayakan oleh Pemda Kota Depok baik yang dilaksanakan secara sinergi antar dinas maupun hal-hal khusus yang dilaksanakan oleh Distan Kota Depok. Dipihak lain dalam sudut pandang petani Belimbing dan Jambu Biji Depok, upaya pemberdayaan petani belum optimal terbukti dari kuesioner yang diajukan kepada 6 orang petani, 4 orang menjawab pelaksanaan upaya pemberdayaan tersebut hanya dilakukan kadang-kadang saja, 2 orang menyatakan berkelanjutan dalam kegiatan sosialisasi dan sisanya berkelanjutan dalam hal promosi.

B. SARAN Mengacu kepada hasil penelitian, dalam tesis ini penulis

menyampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Sebaiknya Pemda Kota Depok mengupayakan adanya investor yang bersedia untuk mendirikan pabrik besar yang dapat mengolah seluruh hasil pertanian Belimbing dan Jambu Merah di wilayah Kota Depok dan sekitarnya menjadi beragam makanan dan minuman yang nikmat dan berhasiat yang didukung dengan promosi dan jaringan pemasaran yang kuat.

166

2.

Sebelum terwujudnya saran pertama di atas, sebaiknya Pemda Depok mendorong diversifikasi pola pemasaran untuk produkproduk olahan Belimbing dan Jambu Biji dengan sistem sarana dan prasarana yang relatif sederhana hingga dapat dilakukan

dengan modal kecil tetapi dapat menjangkau pasar yang luas. Salah satunya adalah dengan membuat dan menyebar booth tempat penjualan seperti yang dilakukan oleh perusahaanperusahaan teh.

167

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Adi, Isbandi Rukmanto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat; Intervensi Komunitas, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Jakarta, 2001. Anton M. Mulyono (et.al.) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990. Adisasmita, Raharjo. Teori Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006. Hadi, Sudharto P. 1999. Peranserta Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Amdal. Makalah pada Seminar Partisipasi Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Amdal. Hasil Seminar, Jakarta 3 4 Pebruari 1999. _____________. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta, 2005. Hikmat, H., Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Humaniora Utama Press. Bandung, 2004. Hinger, J. D., dan Thomas L Wheelen, Manajemen (Terjemahan), Penerbit Andi, Yogyakarta, 2003. Strategis

Irawan, Dicky, Peran Serta Masyarakat dalam Penyedian Sarana Perkotaan melalui Community Contact di Kota Pontianak, Tesis Program Pasca Sarjana Magister Teknik Pembangunan Wlayah dan Kota, Universitas Diponegoro, Semarang, 2003. Moleong, Lexy. J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 2006 Parimin. Jambu Biji : Budidaya dan Ragam Pemanfataannya. Jakarta : Penebar , 2007. Poerwadarmita, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet. Ke-3 Jakarta, PN Balai Pustaka, 1999. Porter, M. E. Keunggulan Bersaing, Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul. Jakarta : Binarupa Aksara, 1994.

168

Rakhmat,, Jalaluddin Metode Penelelitian Komunikasi, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 2006. Rangkuti, F., Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006. Sani, Abdul, Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial, Jakarta, Fajar Agung, 1997. Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Rajawali Press, 1999 Syam, H Nur, 2005. Model-model Pemberdayaan Masyarakat, Pustaka Pesantren, Yogyakarta. Suparjan dan Suyatno H, Pengembangan Dari Pembangunan Sampai Pemberdayaan. Yogyakarta, 2003. Masyarakat : Aditya Media

Sutomo, Pembangunan Masyarakat. Pustaka Pelajar, Jakarta, 2009. Thoha, Miftah, Perilaku Organisasi : Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, 2002. Thantawi R.M.A. Kamus Bimbingan dan Konseling ,Jakarta, Economic Students Group, 1993. ____________ Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis Statistik, Cetakan 11, PT. Remadja Rosdakarya, 2004, Pustaka Pelajar, Jakarta, 2008. Usman, Soetomo, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat . ____________. Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2002. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2005. Yin, Robert K., Studi Kasus (Desain dan Metode), Alih Bahasa M. Djauzi Mudzakir PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006. .Yoshida, D.T. Arsitektur Strategik: Solusi Meraih Kemenangan dalam Dunia yang Senantiasa Berubah. Jakarta : Elexmedia Komputindo, 2006.

169

B. Sumber Lain Direktorat Jenderal Hortikultura. Konsumsi Buah-Buahan Indonesia. Jakarta. http://www.hortikultura.deptan.go.id Direktorat Jenderal Hortikultura. Produk Domestik Bruto Hortikultura Indonesia. Jakarta. http://www.hortikultura.deptan.go.id Direktorat Jenderal Hortikultura. Produksi dan Luas Lahan Buah Jambu Biji. Jakarta. http://www.hortikultura.deptan.go.id Serba-serbi Belimbing; Budidaya Belimbing, http://www.lembahpinus.com.

170

You might also like