You are on page 1of 8

STUDI KOMPARSI TERHADAP LAJU DISOLUSI TABLET PARASETAMOL DENGAN PENAMBAHAN POLISORBAT 80 Ahmad Najib Fakultas Farmasi Universitas

Muslim Indonesia Email : ahmad.najib@ymail.com

ABSTRACT A study of the dissolution rate of paracetamol tablets using polysorbate 80 as wetting agent had been investigated. The aim of this investigation is to determine concentration of polysorbate 80 should be added to the formula to produced the tablet with the fastest dissolution rate. The paracetamol tablets were prepared by wet granulation methods using polysorbate 80 with various concentration, 1%, 3%, 5%, 7% and 9% respectively. The tablet without polysorbate 80 was also prepared for comparison. The tablets had been evaluated with uniform size, uniform weight, hardness, disintegration time and the dissolution test. The dissolution test of tablet in phosphate buffer pH 5.8 using the stirring paddle with rotation speed at 50 rpm at the temperature 37 0.5C. The release of paracetamol every time appointed well measured by UV spectrophotometer at wave length 242 nm and the concetration determinated with standard curve. The evaluation of tablets showed that no one formula suitable with requires, the hardness test only formula I suitable with requires and the disintegration time all of the tablet suitable with requires. The result of statistical with complete random form method show the added of polysorbate 80 in the parasetamol tablets formula increase dissolution of paracetamol. The analysis efficiency dissolution using Duncans method on datas showed that the concentration 3% of polysorbate 80 (formula III) give significant effect in increasing the dissolution rate of tablets ( = 0.05 ).

Key word : Polisorbat 80, Dissolition, Paracetamol

nadjeeb.wordpress.com

Page 1

I. PENDAHULUAN & LATAR BELAKANG Suatu obat yang diberikan secara oral untuk tujuan sistemik agar dapat memberikan efek, maka terlebih dahulu obat tersebut harus dapat diabsorpsi (1). Absorpsi zat aktif dari suatu sediaan erat kaitannya dengan disolusi zat tersebut dari sediaannya. Oleh karena itu semakin cepat zat aktif terdisolusi, makin cepat pula absorpsinya sehingga obat akan cepat memberikan efek . Untuk maksud tersebut diperlukan suatu usaha agar zat aktif dapat terlepas dan melarut dalam cairan saluran cerna secepat mungkin (2). Parasetamol adalah salah satu obat golongan analgetik dan antipiretik, yang mempunyai sifat agak sukar larut dalam air (1:70), sehingga kemungkinan laju disolusinya rendah (4). Salah satu upaya untuk meningkatkan laju disolusi adalah dengan menambahkan surfaktan. Surfaktan pada konsentrasi rendah akan menurunkan tegangan permukaan (5), hal ini disebabkan karena surfaktan terakumulasi pada permukaan zat terlarut yang secara alami bersifat ampifilik (3). Percobaan Finholt (6) menunjukkan bahwa penambahan polisorbat 80 sebanyak 0.2 % dapat menaikkan kecepatan disolusi Fenacetin. Polisorbat adalah salah satu surfaktan yang masuk dalam golongan nonionik, pada konsentrasi 1-10 % berfungsi sebagai bahan penambah kelarutan (7). Dari uraian di atas, masalah yang timbul adalah berapa persen penambahan polisorbat 80 yang dapat meningkatkan laju disolusi parasetamol.Untuk itu, maka telah dibuat tablet parasetamol yang diformulasikan dengan polisorbat 80 dengan konsentrasi yang divariasikan yaitu 1%, 3%, 5%, 7% dan 9% dengan menggunakan metode granulasi basah. Sebagai pembanding adalah formula tablet parasetamol tanpa penambahan polisorbat 80. Pengaruh berbagai konsentrasi polisorbat 80 terhadap pelepasan parasetamol diamati dengan uji disolusi sesuai dengan farmakope Indonesia edisi IV, yaitu di dalam media dapar fosfat pH 5,8 dengan pengaduk dayung dengan kecepatan 50 putaran per menit. Jumlah parasetamol yang terdisolusi tiap satuan waktu ditetapkan dengan spektrofotometer UV dan hasil yang diperoleh dianalisis secara statistika menggunakan metode rancangan acak lengkap dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan polisorbat 80 terhadap laju disolusi tablet parasetamol dengan tujuan untuk memperoleh tablet parasetamol yang mempunyai laju disolusi paling baik, dengan hipotesis ada pengaruh penambahan polisorbat 80 terhadap laju disolusi tablet parasetamol.

nadjeeb.wordpress.com

Page 2

II. METODE PENELITIAN II.1 Rancangan Komposisi Tablet Parasetamol & Evaluasinya Dibuat 5 komposisi tablet parasetamol dengan variasi penambahan polisorbat 80 masing-masing 1%, 3%, 5%, 7% dan 9%. Sebagai pembanding adalah tablet parasetamol tanpa penambahan polisorbat 80.Tablet parasertamol dibuat dengan menggunakan metode granulasi basah. Evaluasi granul meliputi uji kadar air, kecepatan alir, sudut diam, bobot jenis dan porositas. Evaluasi tablet meliputi uji keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, waktu hancur, dan uji disolusi. II.2 Uji Disolusi Pelepasan parasetamol dari tablet diuji menggunakan alat uji disolusi dalam media dapar fosfat pH 5,8 pada suhu 37 0,5C menggunakan pengaduk dayung dengan kecepatan 50 putaran per menit. II.3 Penetapan Kadar Hasil Uji Disolusi Kadar hasil uji disolusi diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV, pada panjang gelombang maksimum dan dengan bantuan kurva baku. II.4 Pengumpulan & Analisis Data Jumlah parasetamol yang dilepaskan tiap satuan waktu tertentu, dikumpulkan dan ditabulasikan, selanjutnya dibuat kurva antara persen zat terlarut terhadap waktu.Data yang diperoleh dianalisis secara statistika dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap dan dilanjutkan dengan uji Duncan.

nadjeeb.wordpress.com

Page 3

II. HASIL DAN DISKUSI Hasil evaluasi bahan penelitian berupa granul meliputi uji kadar air, kecepatan alir dan sudut diam, bobot jenis dan porositas serta hasil evaluasi tablet meliputi uji keseragaman ukuran dan bentuk, keseragaman bobot, kekerasan,waktu hancur, dan uji disolusi adalah sebagai berikut : Tabel I Hasil Evaluasi Granul Parasetamol Granul Formula Evaluasi Kadar Air (% LOD) Kecepatan Alir (g/det) Sudut Istirahat ( ) BJ Sejati (g/ml) BJ Nyata (g/ml) BJ Mampat (g/ml) P10 P50 P500 Porositas (%) 10 50 500 I 1,56 1,67 21,80 1,06 0,42 0,46 0,51 0,53 56,60 51,89 50,00 II 2,28 2,78 30,90 2,48 0,32 0,35 0,38 0,39 85,89 84,68 84,27 III 2,25 2,27 30,30 2,52 0,33 0,35 0,38 0.40 86,11 84,92 84,13 IV 2,46 3,57 24,70 1,21 0,40 0,42 0,45 0.47 62,29 62,81 61,16 V 2,22 3,21 24,44 2,11 0,40 0,41 0,42 0,45 80,57 80,09 78,67 IV 2,12 3,12 25,01 2,40 0,38 0,40 0,45 0,46 88,33 81,25 80,83

Tabel II Hasil Perhitungan Persen Efisiensi Disolusi (% ED) Tablet Parasetamol PersenEfisiensi Disolusi (% ED) 1 2 50,10 48,74 49,08 57,33 50,83 55,11 57,81 51,17 61,60 46,90 52,77 58,98 Ratarata 3 48,83 49,77 58,39 44,62 50,72 62,79 49,22 0,76 50,01 1,06 59,11 2,22 47,45 3,14 52,87 2,20 59,86 2,60

Formula I II III IV V VI Keterangan : Formula I Formula II Foumula III Formula IV Foumula V Formula VI

: Formula pembanding tanpa penambahan polisorbat 80 : Formula yang ditambahkan 1 %polisorbat 80 : Formula yang ditambahkan 3 % polisorbat 80 : Formula yang ditambahkan 5 %polisorbat 80 : Formula yang ditambahkan 7 %polisorbat 80 : Formula yang ditambahkan 9 %polisorbat 80 Page 4

nadjeeb.wordpress.com

100,00 90,80 90,00 81,56 80,00 87,52 88,22 87,72

87,00

% Parasetamol yang Terdisolusi

70,00

60,00

50,00

40,00

30,00

20,00

10,00

0,00 0 1 3 5 7 % Penambahan Polisorbat 80 9

Gambar 1: Diagram batang hubungan antara penambahan polisorbat 80 terhadap jumlah parasetamol yang terdisolusi pada menit ke-40

Hasil uji disolusi menunjukkan bahwa penambahan polisorbat 80 dalam formulasi tablet parasetamol dapat meningkatkan laju disolusi. Hal ini terlihat dari hasil uji statistika yang menunjukkan adanya hubungan yang berbeda nyata (signifikan) antara formula I (yang tidak ditambahkan polisorbat 80) dengan semua formula yang lain (formula yang ditambahkan polisorbat 80 dalam berbagai konsentrasi), hal ini dapat terlihat pada uji statistika lanjutan dengan menggunakan metode Duncan. Dari hasil perhitungan tetapan laju disolusi dapat diperoleh gambaran bahwa tetapan ini juga memberikan pengaruh dalam menentukan cepat lambatnya suatu zat aktif terdisolusi. Semakin besar nilai tetapan yang diperoleh, maka laju disolusi suatu zat aktif dalam suatu media akan semakin tinggi. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa penambahan polisorbat 80 dalam formulasi tablet parasetamol dapat meningkatkan laju disolusi. Hal ini dapat terlihat apabila hasil tetapan laju disolusi (k) pada formula tablet yang ditambahkan dengan polisorbat 80 dibandingkan dengan tetapan laju disolusi pada formula tablet yang tidak ditambahkan polisorbat 80. Akan tetapi dari perhitungan statistika dengan menggunakan data tetapan laju disolusi (k) tiap tablet menunjukan hasil yang berbeda tidak nyata ( non signifikan). Hal ini berarti bahwa penambahan polisorat 80 tidak memberikan pengaruh yang nyata pada peningkatan laju tetapan disolusi (k). Parameter lain untuk melihat pengaruh polisorbat 80 terhadap laju disolusi digunakan waktu paro (t1/2) dari masing-masing tablet. Waktu paro menunjukkan bahwa pada saat tersebut telah terlarut sejumlah zat aktif yang jumlahnya setengah dari jumlah zat aktif pada mulanya (pada saat t = 0). Dari hasil perhitungan waktu paro, terlihat bahwa formula tablet yang ditambahkan polisorbat 80 memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan tablet formula I (formula pembanding). Ini menununjukkan bahwa tetapan laju disolusi nadjeeb.wordpress.com Page 5

berbanding terbalik dengan waktu paro. hasil uji statistika dengan menggunakan data waktu paro (t1/2) menunjukkan hasil yang berbeda nyata, antara formula I (pembanding) dengan formula II VI, sedangkan antara formula yang ditambahkan polisorbat 80 menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata. Hal ini berarti bahwa berapapun jumlah polisorbat 80 yang ditambahkan untuk memperoleh waktu paro yang cepat tidak akan memberikan hasil yang efektif. Parameter yang lain dalam menentukan laju disolusi adalah persen efisiensi disolusi (% ED), yaitu dengan mengurangi jumlah luasan yang terbentuk antara sumbu X (waktu) dan sumbu Y (% zat terlarut) dengan daerah di bawah kurva. Hasil perhitungan persen efisiensi disolusi menunjukkan bahwa polisorbat 80 juga berpengaruh dalam meningkatkan laju disolusi tablet parasetamol. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan statistika dengan menggunakan uji Duncan yang memperlihatkan hasil yang berbeda nyata antara tablet yang tidak ditambahkan polisorbat 80 dengan tablet yang ditambahkan polisorbat 80. Beda nyata dalam hal ini hanya berlaku untuk formula III dan formula VI terhadap formula I, sedangkan pada formula yang lainnya berbeda tidak nyata, sedangkan untuk masing-masing formula yang ditambahkan polisorbat 80 dengan konsentrasi yang berbeda, yaitu formula II, IV dan V berbeda nyata dengan formula III dan VI, sedangkan antara formula III terhadap formula VI berbeda tidak nyata. Ini berarti penambahan polisorbat 80 pada konsentrasi 3% dan 9% memiliki kesamaan dalam meningkatkan persen efisiensi disolusi sehingga kemungkinan penambahan polisorbat pada kedua konsentrasi ini efektif untuk meningkatkan laju disolusi tablet parasetamol. Akan tetapi perlu diingat bahwa penambahan konsentrasi polisorbat yang tinggi akan menyebabkan meningkatnya viskositas media disolusi yang berakibat menurunnya laju disolusi zat aktif (13), selain itu penelitian Finholt dalam meningkatkan laju disolusi fenacetin hanya menggunakan polisorbat 80 pada konsentrasi yang kecil saja yaitu 0,2 % dan dari perhitungan % zat yang terlarut pada menit ke-40 juga memperlihatkan bahwa pada konsentrasi tersebut polisorbat 80 pada formula VI cenderung untuk berada dalam keadaan yang telah jenuh dan ada kemungkinan suatu waktu akan menurunkan laju disolusi zat aktif, sehingga dalam hal ini penambahan polisorbat sebanyak 3% memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk meningkatkan laju disolusi pada tablet parasetamol. III. Kesimpulan 1. Penambahan polisorbat 80 dalam formulasi tablet parasetamol, dapat meningkatkan laju disolusi parasetamol. 2. Penambahan polisorbat 80 sebanyak 3 % dalam formula menghasilkan tablet yang memiliki laju disolusi paling baik.

nadjeeb.wordpress.com

Page 6

DAFTAR PUSTAKA 1. Ansel, H.C., (1989), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, Diterjemahkan oleh F. Ibrahim dkk., Penerbit UI Press, Jakarta, 118-124, 244-246. 2. Effendi, M.I., (1986), Kombinasi Polivinilpirolidon-Selak Sebagai Pengatur Pelepasan Zat Aktif Parasetamol dari Bentuk Granul dan Dispersi Padat, Tesis, Fakultas Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 3. Gennaro, A.R., et al., (1980), Remingtons Pharmaceutical Sciences, 16th Edition, Mack Publishing Company, Easton, Pennsylvania, 262, 264, 280, 1043. 4. Ditjen POM, (1979), Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 6, 7, 753, 755. 5. Shargel L., and Andrew, B.C.Yu., (1988), Biofarmasetika dan Farmakokinetik Terapan, Edisi Kedua, Diterjemahkan oleh Fasich dan Siti Sjamsiah, Airlangga University Press, Surabaya, 96, 98. 6. Leeson,L.J., Cartensen, J.T., (1974), Dissolution Technology, The Industrial Pharmaceutical Technologi Section of The Academy of Pharmaceutical Science, Washington, 110. 7. Boyland, J.C., et al., (1986), Handbook of Pharmaceutical Excipients, American Pharmaceutical Association, Washington, 227, 289. 8. Abdou, H.M., (1989), Dissolution, Bioavailability and Bioequivalence, Mack Publishing Company, Easton, Pennsylvania, 11, 80. 9. Lieberman, H.A., Lachman, L., and Schwartz, J.R., (1990), Pharmaceutical Dosage Forms : Tablets, Second Edition, Vol 2, Marcel Dekker, Inc., New York,165. 10. Parrott,E.L.,(1970),Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics Burgess Publishing Company, Minneapolis, 82, 85. 11. Ditjen POM, (1995), Farmakope Indonesia , Edisi IV, Departemen Kesehatan 39 Republik Indonesia, Jakarta, 650, 1085. 12. United States Pharmacopeial Convention, (1995) United States Pharmacopeia, 23th edition, United States Pharmacopeial Convention, Inc., Rockville, 1790,1791. 13. Wattimena, J.R dan Siregar, C.J.P., (1986), Beberapa Aspek Pokok Pengujian Mutu Perbekalan Farmasi , PT Intergrafika, Bandung, 2-3. 14. Wagner,J.G., Pennarowski, M., (1971), Biopharmaceutics and Relevant Pharmacokinetics, First Edition, Drug Intelligence Publication, Hamilton, Ilinois, 115-120. 15. Reynolds, J.E.F, eds., (1993), Martindale The Extra Pharmacopeia Thirtienth Edition, The Pharmaceutical Press, London, 1049. 16. Ewing, G.W, (1976), Instrumental Methods of Chemical Analysis, 4th edition, International Students, Mc Graw Hill, New York, 34,35 17. Khopkar, S.M., (1990), Konsep Dasar Kimia Analitik, Penerjemah A.Saptorahardjo, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 215,216 18. Ditjen POM, (1995), Farmakope Indonesia , Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 650, 1085, 1086. nadjeeb.wordpress.com Page 7

nadjeeb.wordpress.com

Page 8

You might also like