You are on page 1of 5

BAB 1 PENDAHULUAN 1.

Latar Belakang Tujuan pembangunan di bidang kesehatan yang tercantum dalam GBHN yaitu meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat dan mampu mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya pencegahan dan pemerataan pelayanan kesehatan agar terjangkau oleh masyarakat sampai ke pelosok desa. Maka upaya pengobatan tradisional merupakan suatu alternatif yang tepat sebagai pendamping pengobatan modern (Zulkifli, 1999). Pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern (pelayanan kedokteran standar) dan dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran modern tersebut (Turana,2003). Ada berbagai faktor yang mempengaruhi seseorang memilih pengobatan alternatif , yaitu: (1). Faktor sosial, (2). Faktor ekonomi, (3). Faktor budaya, (4). Faktor psikologis, (5). Faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis / pengobatan konvensional, (6). Faktor manfaat dan keberhasilan, (7). Faktor pengetahuan, (8). Persepsi tentang sakit dan penyakit (Foster & Anderson, 1986; Turana, 2003; Dharmojono, 2001). Saat ini penggunaan pengobatan alternatif semakin banyak diminati, hal ini diketahui dari survei yang dilakukan oleh National Health Interview Survey (NHIS) tahun 2007 yaitu hampir 40% orang dewasa dan 12% anak-anak di Amerika Serikat menggunakan Complementary and Alternative Medicine (CAM).

Universitas Sumatera Utara

Di Eropa penggunaannya bervariasi antara lain 23 % di Denmark dan 49 % di Prancis. Di Taiwan 90 % pasien mendapat terapi konvensional dikombinasikan dengan pengobatan tradisional Cina dan di Australia sekitar 48,5 % masyarakatnya menggunakan terapi alternatif (Turana, 2003). Sedangkan di Indonesia, menurut Susenas (survei sosial ekonomi nasional) (2001), sebanyak 31,7% masyarakat Indonesia menggunakan obat tradisional dan 9,8% masyarakat memilih cara tradisional untuk mengatasi masalah kesehatan mereka

(Litbang Depkes RI, 2004). Banyaknya pengguna pengobatan alternatif / CAM (Complementary and Alternative Medicine) di luar negeri menjadi pertanyaan khususnya di kalangan medis. Sehingga, dilakukanlah penelitian-penelitian, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Barnes, Griner, McFann, Nahin (2002) di Amerika, menyatakan ada beberapa alasan atau faktor yang mendorong masyarakat di Amerika memilih CAM yaitu: mereka meyakini bila CAM dikombinasikan dengan pengobatan medis konvensional akan lebih membantu dalam penyembuhan (54,9%), karena tertarik untuk mencoba (50,1%), karena profesional pengobatan konvensional menyarankan untuk mencoba CAM (26%), dan 13% pengguna CAM menyatakan bahwa pengobatan medis konvensional terlalu mahal. Salah satu pengobatan alternatif yang mulai banyak diminati masyarakat adalah akupunktur (Saputra, 2005). Yaitu suatu cara pengobatan yang dilakukan dengan cara menusukkan jarum di titik-titik tertentu pada tubuh pasien.

Universitas Sumatera Utara

Maksudnya adalah untuk mengembalikan fungsi homeostasis tubuh sehingga pasien sehat kembali (Dharmojono, 2001). Sekarang ini telah banyak dilakukan penelitian di bidang pengobatan akupunktur baik di luar negeri maupun di Indonesia sendiri. Di Inggris, pada tahun 1827 dilaporkan keberhasilan pengobatan akupunktur pada penyakit oedem anasarka. Elliotson pada tahun 1827 melaporkan keberhasilan pengobatan akupunktur terhadap 100 kasus rematik menahun di St. Thomas Hospital. Di Amerika Serikat, Russek, Allen dari Institute of Rehabilitation and Medicine New York telah berhasil mengobati rasa nyeri kronis dengan akupunktur

(Dharmojono, 2001). Di Indonesia sendiri, pada tahun 1996 dikeluarkan Permenkes No. 1186/Menkes/Per/XI/1996 tentang pemanfaatan akupunktur di sarana pelayanan kesehatan (Saputra, 2005). Metode pengobatan akupunktur menggunakan pendekatan holistik sehingga ada keterkaitan antara semua sistem dengan semua organ tubuh manusia (Saputra, 2005). Selain itu, akupunktur merupakan sistem pengobatan yang tidak bertentangan dengan upaya pelayanan pengobatan formal, melainkan sebagai upaya alternatif, tambahan (aditif), penunjang (suportif), dan peningkatan (promotif). Akupunktur mempunyai moto yang terkenal dengan nama MAREM (Murah, Aman, Rasional, Efektif, Mudah) sehingga sangat sesuai dengan tujuan kesehatan Indonesia yang tertuang dalam GBHN (Dharmojono, 2001). Sebagai suatu cara pengobatan yang sederhana, murah dan efektif, akupunktur diharapkan dapat memberikan sumbangannya untuk peningkatan kesehatan masyarakat khususnya di negara-negara yang sedang berkembang.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh NHIS pada tahun 2002 dan 2007 di Amerika, terdapat peningkatan jumlah pengguna pengobatan alternatif

akupunktur. Tahun 2002 tercatat sebanyak 2.136.000 orang pengguna akupunktur, sedangkan survei pada tahun 2007 terjadi peningkatan jumlah yaitu mencapai 3.141.000 orang pengguna pengobatan alternatif akupunktur

(Barnes, Bloom, Nahin, 2008). Di Medan, jumlah masyarakat pengguna pengobatan alternatif akupunktur cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dari data pengunjung di Klinik Akupunktur Medistra, jumlah pasien akupunktur sejak tahun 2007 sebanyak 234 orang, tahun 2008 sebanyak 450 orang. Data terakhir tahun 2009 tercatat 635 orang pasien akupunktur. Melihat fenomena semakin meningkatnya minat masyarakat terhadap pengobatan alternatif akupunktur, sehingga penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang apa alasan atau faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di Kota Medan. Penelitian ini dilakukan di klinik akupunktur Medistra dengan alasan jumlah populasi dapat mewakili untuk dilakukan penelitian.

2. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apakah yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di Kota Medan?

Universitas Sumatera Utara

3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif akupunktur di Kota Medan.

4. Manfaat Penelitian 4.1. Bagi Pelayanan Kesehatan Penelitian ini menjadi sumbang saran bagi sistem pelayanan kesehatan agar lebih memperhatikan pengobatan alternatif yang mendukung pelayanan kesehatan. Dan juga diharapkan pengobatan alternatif akupunktur dapat terintegrasi dengan pelayanan kesehatan konvensional sehingga lebih meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. 4.2. Bagi Pendidikan Keperawatan Penelitian ini diharapkan menjadi dasar pertimbangan khususnya bagi keperawatan komunitas dalam menyikapi masyarakat yang

menggunakan pengobatan alternatif. Diharapkan perawat komunitas terbuka terhadap penggunaan pengobatan alternatif yang mendukung kesehatan klien dan mempunyai dasar penelitian yang jelas dan dapat memberikan bantuan dalam memilih pengobatan alternatif apa yang aman dan sesuai dengan standar. 4.3. Bagi Penelitian Keperawatan Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber data bagi penelitian tentang akupunktur dan menjadi salah satu pengalaman dalam melakukan riset keperawatan untuk pengobatan alternatif.

Universitas Sumatera Utara

You might also like