You are on page 1of 16

Disusun Oleh : Dyah Putri Ayu Dinastyar 10.04.

008

Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Banten Kabupaten Tangerang 2010-2011


1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul PARASIMPATOLITIK ini. Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak terlepas dari bantuan pihak lain. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan rasa terima kasih pada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan bantuan kepada penulis khususnya Dosen Pembimbing mata kuliah Farmakologi. Saya menyadari bahwa hasil penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis menerima saran dan kritik dari para pembaca. Akhirnya, penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, dan umumnya untuk para pembaca. Amiin.

Tangerng, Maret 2012

Penyusun

Daftar Isi

Kata Pengantar ...................................................................................................................... 2 Daftar Isi .............................................................................................................................. 3 Bab I Pendahuluan ........................................................................................................ 4

Bab II Pembahasan A. B. C. D. E. F. G. H. I. Kesimpulan Daftar Pustaka

........................................................................................................ 5

Pengertian ......................................................................... 5 Perangsangan Simpatik dan Parasimpatik ...................................................... 5 Hubungan Kimiawi Antar Sel......................................................................... 6 Sintesis, Penyimpanan, Pelepasasn, dan Inaktifasi NT ................................... 7 Reseptor ......................................................................... 7 Penggolongan ......................................................................... 8 Antikolinergik ......................................................................... 9 Farmakologi Klinik ......................................................................... 10 Obat Antikolinergik Spesifik ......................................................................... 12 ................................................................................................................ 15 ................................................................................................................ 16

Bab I Pendahuluan

Sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu system saraf pusat (SSP) dan system saraf tepi (SST). SSP terdiri dari otak, dan medulla spinalis. SST mempunyai 2 cabang,system saraf somatik (SSS) dan system saraf otonom (SSO). S S S m e r u p a k a n saraf volunter karena mensarafi otot r a n gk a ya n g d a p a t dikendalikan.

Sedangkan SSO bekerja pada otot polos dan kelenjar yang tidak dapatdikendalikan. Fungsi SSO adalah mengendalikan dan mengatur organ-organ otonom, seperti jantung, saluran gastrointestinal (GI), mata, kandung kemih, pembuluh darah,kelenjar, paru-paru, dan bronkus.S S O m e m p u n ya i 2 n e u r o n , ya i t u a f e r e n ( s e n s o r i k ) d a n e f e r e n ( m o t o r i k ) . Neuron aferen mengirimkan inpuls (informasi) ke SSP, untuk diinterprestasikan. Neuron eferen menerima inpuls dari otak dan diteruskan melalui medulla spinalis kesel-sel organ efektor, seperti jantung, paru-paru, dan saluran pencernaan. Jalur eferendari SSO dibagi menjadi 2, saraf simpatik dan saraf parasimpatik.System saraf simpatik dan parasimpatik jika bekerja pada organ yang samaakan menghasilkan efek yang berlawanan untuk tujuan keseimbangan, kecual i padaorgan tetentu. System saraf simpatik bersifat katabolik artinya menghabiskan energy,misalnya saat flight or fight. System saraf parasimpatik bersifat anabolik berarti berusaha menyimpan energy, yaitu berlangsung rest and digest. Kerja obat pada kedua system saraf ini menyebabkan perangsangan atau penghambatan.Istilah untuk obat perangsang adrenergik, simpatik dan adalah adrenergik, simpatomimetik a t a u disebut agonis

penghambat Istilah

simpatik untuk

simpatolitik parasimpatik kolinergik dan

ataua n t i ad r e n e r g i k . adalah

perangsang atau agonis

k o l i n e r g i k , parasimpatomimetik

penghambat parasimpatik disebut parasimpatolitik atau antikolinergik.

Bab II Pembahasan
A. Pengertian
Susunan saraf otonom adalah susunan saraf yang bekerja tanpa mengikutikehendak kita. Misalnya detak jantung, mata berkedip, kesadaran, pernafasan maupun pencernaan makanan. Menurut fungsinya, susunan saraf otonom dibagi menjadi 2 bagian, antara lain: Susunan saraf simpatis (adrenergik dan adrenolitik) Susunan saraf parasimpatis (kolonergik dan antikolinergik) Pada umumnya kedua saraf ini bekerja berlawanan tetapi dalam beberapa halkhasiatnya berlainan sekali atau bahkan bersifat sinergis. Rangsangan dari susunansaraf pusat untuk sampai ke ganglion efektor meme rlukan sesuatu penghantar yangdisebut transmiter neurohormon atau neurotransmiter. Bila rangsangan tersebut berasal dari saraf simpatis maka neurohormon yang bekerja adalah noradrenalin(adrenalin) atau norephinephrin (ephinephrin). Sebaliknya apabila rangs angantersebut berasal dari saraf parasimpatis maka neurohormon yang bekerja adalah asetilkolin.Untuk menghindarkan kumulasi dari neurohormon yang dapat mengakibatkan perangsangan saraf terus menerus maka neurohormon harus diuraikan oleh enzimkhusus yang terdapat dalam darah maupun jaringan. Untuk neurohormonnoreadrenalin diuraikan oleh enzim metal transferase dan di dalam hati oleh monoamin oksidase (mao) sedangkan neurohormon asetilkolin diuraikan oleh enzimkolinesterase. Obat-obat otonom bekerja mempengaruhi pengaruhi penerusan inpuls dalamsusunan saraf otonom dengan jalan mengganggu sintesa, penimbunan, pembebasanatau penguraian hormon tersebut dan khasiatnya atas reseptor spesifik.

B. PERANGSANGAN SIMPATIK DAN PARASIMPATIK


Efek perangsangan simpatik dan parasimpatik tertentutercantum dalam tabel di bawah ini :
Perangsangan Simpatis -Meningkatkan tekanan darah

pada

organ

otonom

Perangsangan Parasimpatis -Menurunkan tekanan darah

-Meningkatkan denyut nadi -Relaksasi bronkus -Dilatasi pupil -Relaksasi gula darah uterus-Meningkatkan

-Menurunkan denyut nadi -Kontraksi bronkus -Kontraksi pupi -Meningkatkan salurankemih kontraksi

-Meningkatkan kontraksi GI - Meningkatkan tonus otot

Istilah lain dari Simpatik dan Parasimpatik


Simpatik Simpatomimetik Adrenergik Simpatomimetik Adrenergik Simpatolotik Antiadrenergik Simpatolotik Antiadrenergik Parasimpatik Parasimpatomimetik Kolinergik Parasimpatomimetik Kolinergik Parasimpatomimetik Kolinergik Parasimpatolitik Antikolinergik Efek Berlawanan Berlawanan Serupa Serupa Serupa Serupa Berlawanan Berlawanan

C. HUBUNGAN (SIGNALING) KIMIAWI ANTAR SEL


Neurotransmitter (NT) adalah zat yang digunakan dalam hubungan (kimiawi) antar sel. Tipe lain signaling kimiawi antar sel adalah pelepasan mediator lokal (histaminedan prostaglandin) dan sekresi hormon oleh sel atau kelenjar.1.Mediator LokalKebanyakan sel tubuh mengeluarkan zat kimia yang dapat bekerja lokaldalam lingkungan mereka. Zat kimia tersebut dengan cepat dirusak ataudieleminasi sehingga tidak sampai masuk ke sirkulasi sistemik atau terdistribusikeseluruh

tubuh.2.HormonSel kelenjar tertentu mengeluarkan hormon yang dapat masuk kesirkulasidarah dan dapat terdistribusi keseluruh tubuh. Hormon tersebut suatu saat akanmencapai sel sasaran dan menimbulkan tiroksin, efek. Contoh estrogen, hormon dan

adalahkortikotropin,

oksitosin,

insulin,

progesteron.3.Neurotransmitter Neuron adalah unit anatomi yang secara structural tidak saling tersambung.Komunikasi antar sel saraf atau sel saraf dengan organ efektor terjadi melalui zatkimia yang disebut neurotransmitter. NT dengan cepat
6

menembus sinap (celahatau gap antar sel) selanjutnya berikatan dengan reseptor spesifik pada post sinapatau sel/ organ target.Semua NT dan hormon bersifat hidrofilik sehingga sangat sukar menembusmembran sel, dan hanya mampu mangikat reseptor di permukaan membran sel diujung saraf berikutnya. NT yang banyak dikenal dan sudah diidentifikasi adalahnorepinefrin (NE) dan senyawa-senyawa sejenisnya, asetilkolin (Ach), dopamine,serotonin, histamine, dan -asam amino. Zat yang dapat bekerja seperti NT seringdigunakan untuk pengobatan. Ach merupakan NT sistem saraf parasimpatik dan NE sebagai NT system saraf simpatik.

D. SINTESIS, PENYIMPANAN, PELEPASAN, DAN INAKTIFASI NT


Sintesis, penyimpanan, pelepasan, dan inaktivasi NE atau Ach adalah pentinguntuk dimengerti karena merupakan target atau tempat kerja obat. Ach disintesis dariasetil coenzim A (asetil CoA) dan kolin. Efek Ach dapat dihentikan dengan diuraikankembali menjadi unsur penyusunnya oleh enzim asetilkolinesterase. NE dan senyawasejenisnya disintesis dari tirosin yang dikatalisis oleh -hidroksilase menjadi DOPA,selanjutnya menjadi dopamin, NE, dan efineprin.Inaktivasi NE terjadi karena diambil kembali ke sel saraf dari sinap ataudiinaktivasi oleh enzim catecol-o-methyltransferase (COMT) dan monoamineoxidase (MAO) terutama di hati dan otak.Obat adrenergik bekerja dengan memperbanyak jumlah NE disinap melalui penghambatan kerja COMT/ MAO atau menghambat pengambilan kembali. Atauefek adrenergik dapat dicapai dengan menambahkan zat yang bekerja seperti NE dariluar. Selain itu, dapat juga dengan cara mendorong pengeluaran NE dari tempat penyimpanannya di ujung saraf.Obat kolinergik bekerja meningkatkan junlah Ach dengan cara mengikatenzim asetilkolinesterase atau pemberian obat yang dapat bekerja sebagaimana Ach,seperti bethanecol dan methanekolin darim luar tubuh. Sebaliknya pengurangan Achakan menimbulkan efek antikolinergik.

E. RESEPTOR
Pada bab selanjutnya kita telah membahas apa yang disebut dengan reseptor,yaitu tempat kerja obat. Yang dimaksud disini adalah reseptor untuk NT simpatik atau parasimpatik atau obat-obat yang bekerja seperti NT tersebut. Ada 2 jenis reseptor Ach, yaitu muskarinik dan nikotinik yang masing-masing mempunyai sub
7

tipe,muskarinik tipe I (M1), dan tipe 2 (M2). Semua serabut saraf post ganglion parasimpatik melepaskan Ach yangreseptornya adalah muskarinik. Reseptor muskarinik terutama terdapat pada saluran pencernaan. Reseptor nikotinik terutama pada ujung saraf motor and plate padasemua ganglion otonom dan medulla adrenal. Pada SSS menggunakan Ach sebagai NT untuk mengontrol pergerakan, yangsemua reseptornya adalah nikotinik. Pada SSO, semua serabut saraf pree

ganglionmelepaskan Ach yang reseptornya juga nikotinik.Reseptor untuk NE dibagi menjadi reseptor dan reseptor . Reseptor dibagimenjadi 1, 2, dan 3. Sedangkan rseptor dibagi menjadi 2 macam, yaitu 1dan 2. Efek perangsangan muskarinik dan nikotinik adalag sebagai berikut : 1. Perangsangan muskarinik menghasilkan efek berikut:-miosis (kontraksi pupil),denyut jantung berkurang,-kontriksi bronkus dan peningkatan sekresi,-peningkatan motilitas GI dan relaksasi sphincter,-kontraksi kandung kemih, dan-peningkatan sekresi kelenjar. 2. Perangsangan nikotinik meningkatkan kontraksi otot.Efek utama perangsangan NE adalah sebagai berikut: a.Reseptor 1 -vasokontriksi -peningkatan resistensi perifer -peningkatan tekanan darah, dan -midriasis. b.Reseptor 2 -penghambatan pelepasan NE -dan penghambatan pelepasan insulin. c.Reseptor 1 -takikardi

-peningkatan peruraian lemak, - peningkatan kontraksi jantung. d.Reseptor 2 -vasodilatasi -sedikit mengurangi resistensi perifer -bronkodilatasi-meningkatkan penguraian glikogen di otot dan hati -peningkatkan pelepasan glucagon -relaksasi uterus.

F. PENGGOLONGAN
Berdasarkan khasiatnya obat-obat saraf otonom dibagi menjadi: 1.Obat yang berkhasiat terhadap saraf simpatis: a.Simpatomimetik/ adrenergik, yaitu obat yang meniru efek perangsangan darisaraf simpatis (oleh noreadrenalin), contohnya efedrin, isoprenalin dll. b.Simpatolitik / adrenolitik, yaitu obat yang meniru efek bila saraf parasimpatisditekan atau melawan efek adrenergik, contohnya alkaloid sekale, propanololdll. 2.Obat yang berkhasiat terhadap saraf parasimpatis : a.Para simpatomimetik / kolinergik, yaitu obat yang meniru perangsangan darisaraf parasimpatis oleh asetilkolin, contohnya pilokarpin dan phisostigmin. b.Parasimpatolitik / anti kolinergik, yaitu obat yang meniru bila saraf parasimpatis ditekan atau melawan efek kolinergik, contohnya alkaloida belladonna. Namun yang akan dibahas dalam makalah ini hanya tentang saraf parasimpatolitik.

G. Antikolinergik
Antikolinergik adalah ester dari asam aromatik dikombinasikan dengan basa organik. Ikatan ester adalah esensial dalam ikatan yang efektif antara antikolinergik dengan

reseptor asetilkolin. Obat ini berikatan secara blokade kompetitif dengan asetilkolin dan mencegah aktivasi reseptor. Efek selular dari asetilkolin yang diperantarai melalui second messenger seperti cyclic guanosine monophosphate (cGMP) dicegah.Reseptor jaringan bervariasi sensitivitasnya terhadap blokade. Faktanya : reseptor muskarinik tidak homogen dan subgrup reseptor telah dapat diidentifikasikan : reseptor neuronal (M1),cardiak (M2) dan kelenjar (M3).

H. FARMAKOLOGI KLINIK
Karakteristik farmakologis umum Dalam dosis klinis, hanya reseptor muskarinik yang dihambat oleh obat antikolinergik. Kelebihan efek antikolinergik tergantung dari derajat dasar tonus vagal. Beberapa sistem organ dipengaruhi : A. Kardiovaskular Blokade reseptor muskarinik pada SA node berakibat takikardi. Efek ini secara khusus mengatasi bradikardi karena reflek vagal (reflek baroreseptor,stimulasi peritoneal atau reflek okulokardia). Perlambatan transien denyut jantung karena antikolinergk dosis rendah telah dilaporkan. Mekanisme ini merupakan respon paradoks karena efek agonis perifer yang lemah, diduga obat ini tidak murni antagonis. Konduksi melalui AV node akan memendekkan interval P-R pada EKG dan sering menurunkan blokade jantung disebabkan aktivitas vagal. Atrial disritmia dan ritme nodal jarang terjadi. Antikolinergik berefek kecil pada fungsi ventrikel atau vaskuler perifer karena kurangnya persarafan kolinergik pada area ini dibanding reseptor kolinergik. Dosis besar antikolinergik dapat menghasilkan dilatasi pembuluh darah kutaneus (atropin flush).

B. Respirasi Antikolinergik menghambat sekresi mukosa saluran pernafasan,dari hidung sampai bronkus. Efek kering ini penting sebelum pemberian agen inhalasi yang kurang iritasi. Relaksasi dari otot polos bronkus akan mengurangi resistensi jalan nafas dan meningkatkan ruang rugi anatomi. Efek ini penting pada pasien dengan penyakit paru obstruksi kronis atau asma. C. Cerebral Antikolinergik dapat mempengaruhi sistem saraf pusat mulai dari stimulasi sampai depresi,tergantung pemilihan obat dan dosis. Stimulasi seperti eksitasi,lemah atau halusinasi. Depresi dapat menyebabkan sedasi dan amnesia. Physostigmin, penghambat kolinesterase dapat menembus sawar darah otak,dapat mengatasi efek ini.
10

D. Gastrointestinal Sekresi air liur berkurang oleh obat antikolinergik. Sekresi gastrik juga berkurang,tapi dosis besar diperlukan.Motilitas dan peristaltik intestinal berkurang dan waktu pengosongan lambung memanjang. Tekanan spingter esofagus bagian bawah berkurang. Obat antikolnergik tidak bermanfaat dalam hal mencegah aspirasi pneumonia. E. Mata Antikolinergik menyebabkan midriasi (dilatasi pupil) dan siklopegi ( tidak dapat akomodasi penglihatan dekat); glaukoma akut sudut tertutup diikuti pemberian secara sistemik dari obat antikolinergik. F. Genitourinary Antikolinergik dapat menurunkan tonus ureter dan blader sebagai hasil dari relaksasi otot polos dan retensi urin, khususnya pada pasien usia klanjut dengan pembesaran prostat. G. Termoregulasi Penghambatan kelenjar liur dapat meningkatkan temperatur suhu tubuh ( demam atropin). H. Immune-mediated hypersensitivity Berkurangnya cGMP inraselular secara teori berguna dalam pengobatan reaksi hipersensitivitas. Secara klinis,antikolinergik mempunyai efek kecil pada kasus ini. Contoh obat-obat antikolinergik adalah atropin, skopolamin, ekstrak beladona, oksifenonium bromida dan sebagainya. Indikasi penggunaan obat ini untuk merangsang susunan saraf pusat (merangsang nafas, pusat vasomotor dan sebagainya, antiparkinson), mata (midriasis dan sikloplegia), saluran nafas (mengurangi sekret hidung, mulut, faring dan bronkus, sistem kardiovaskular (meningkatkan frekuensi detak jantung, tak berpengaruh terhadap tekanan darah), saluran cerna (menghambat peristaltik usus/antispasmodik, menghambat sekresi liur dan menghambat sekresi asam lambung). Obat antikolinergik sintetik dibuat dengan tujuan agar bekerja lebih selektif dan mengurangi efek sistemik yang tidak menyenangkan. Beberapa jenis obat antikolinergik misalnya homatropin metilbromida dipakai sebagai antispasmodik, propantelin bromida dipakai untuk menghambat ulkus peptikum, karamifen digunakan untuk penyakit parkinson.

11

I. OBAT ANTIKOLINERGIK SPESIFIK


ATROPIN

Struktur fisik Atropin merupakan amin tertier terdiri dari asam tropis ( asam aromatik) dan tropin (basa organik). Secara murni berbentuk levorotari aktif, tapi secara komersial adalah rasemik

Dosis dan Kemasan Sebagai premedikasi,atropin diberikan secara intravena atau intramuskular dengan rentang dosis 0,01 0,02 mg/kg ,dosis biasa dewasa 0,4 0,6 mg. Dosis intravena lebih besar diperlukan sampai 2 mg untk blokade komplit saraf vagal kardiak dalam pengobatan bradikardia hebat. Dosis yang tepat untuk meminimalkan efek samping penghambat antikolinesterase dalam melawan blokade nondepolarisasi. Atropin sulfat tersedia dalam konsentrasi berbeda.

Dasar klinis Atropin berefek khusus pada jantung dan otot polos dan sebagai antikolinergik yang paling baik untuk mengatasi bradiaritmia. Pasien penyakit arteri koroner tidak dapat mentoleransi peningkatan kebutuhan oksigen dan berkurangnya suplai oksigen karena takikardia disebabkan atropin. Derivatif atropin (iprapropium bromida) tersedia dalam inhaler dosis terukur untuk pengobatan bronkospasme. Larutan ipratropium (0,5mg dalam 2,5 cc) sangat efektif dalam mengobati penyakit akut kronis paru obstruksi dikombinasikan dengan obat beta agonis ( albuterol) .Efek saraf pusat akibat atropin minimal dengan dosis biasa,walaupun amin tertier dapat melewati sawar darah otak. Atropin mengakibatkan defisit memori pasca operasi, dan reaksi eksitatori bila dosis toksik. Dosis intramuskular 0,01 0,02 mg/kg sebagai antisialagogue. Atropin harus dipakai secara hati-hati pada pasien galukoma sudut sempit,hipertropi prostat atau obstruksi bladder neck.

SKOPOLAMIN

Struktur fisik Skopolamin berbeda dengan atropin oleh jembatan oksigen ke basa organik membentuk skopin.

12

Dosis dan Kemasan Dosis premedikasi skopolamin sama dengan atropin dan selalu diberikan intramuskular. Skopolamin hidrobromida tersedia dalam larutan 0,3,0,4 dan 1 mg/cc

Dasar klinik Skopolamin lebih poten sebagai antisialagogue dibanding atropin dan berefek lebih besar pada susunan saraf pusat. Dosis klinis selalu menyebabkan ngantuk dan amnesia,walaupun gelisah dan delirium juga terjadi. Efek sedatif dapat dicapai sebagai premedikasi tapi dapat memperlama bangun bila prosedur pendek. Skopolamin dapat mencegah motion sickness. Kelarutannya dalam lemak dapat terjadi absorpsi transdermal. Karena efeknya pada mata, skopolamin dihindari pada pasien glaukoma sudut tertutup.

Glikopirolat

Struktur fisik Glikopirolat merupakan sintesis amonium quaternary mengandung asam mandelik dalam asam tropik

Dosis & Kemasan Dosis biasa glikopirolat setengah dari atropin.Dosis premedikasi 0,005-0,01 mg/kg sampai 0,2 0,3 mg pada dewasa. Glikopirilat injeksi dikemas dalam bentuk larutan 0,2 mg/cc

Dasar klinik Karena struktur quaternary,glikopirolat tidak dapat menembus sawar darah otak dan hampir tidak mempengaruhi saraf pusat dan aktivitas mata. Inhibisi kuat kelenjar liur dan sekresi saluran pernafasan sebagai alasan utama memakai glikopirolat sebagai premedikasi. Denyut jsntung selalu meningkat setelah intravena-tapi tidak secara intramuskular. Glikopirolat berefek lebih lama dibanding atropin (2-4 jam dibanding 30 menit setelah pemberian intravena.

Triheksifenidil Triheksifenidil adalah antikolinergik yang mempunyai efek sentral lebih kuat daripada perifer, sehingga banyak digunakan untuk terapi penyakit parkinson. Senyawa ini bekerja dengan menghambat pelepasan asetil kolin endogen dan

13

eksogen. Efek sentral terhadap susunan saraf pusat akan merangsang pada dosis rendah dan mendepresi pada dosis toksik. Pada pemberian oral triheksifenidil diabsorbsi cukup baik dan tidak terakumulasi dalam jaringan. Ekskresi terutama bersama urin dalam bentuk metabolitnya. Komposisi: Tiap tablet mengandung triheksifenidil hidroklorida 2 mg. Indikasi: Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensefalitis dan idiopatik, sindroma parkinson akibat obat, misalnya reserpina dan fenotiazin. Dosis: Sehari 1 15 mg dibagi dalam 2 4 dosis Dewasa : awal 2 mg, atau 3 kali sehari dosis dinaikkan sampai diperoleh hasil yang diharapkan. Untuk reaksi ekstrapiramidal kecuali tardive dyskinesia. Dewasa: awal 1 mg, jika gejala tidak terkontrol dalam beberapa jam dosis ditingkatkan sehingga hilang gejala. Dosis sehari 5 15 mg, dosis 15 20 mg jarang dibutuhkan

14

Kesimpulan
Sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu system saraf pusat (SSP) dan system saraf tepi (SST). SSP terdiri dari otak, dan medulla spinalis. SST mempunyai 2 cabang,system saraf somatik (SSS) dan system saraf otonom (SSO).Susunan saraf otonom adalah susunan saraf yang bekerja tanpa mengikutikehendak kita. Misalnya detak jantung, mata berkedip, kesadaran, pernafasan maupun pencernaan makanan. Menurut fungsinya, susunan saraf otonom dibagi menjadi 2 bagian, antara lain: Susunan saraf simpatis (adrenergik dan adrenolitik) Susunan saraf parasimpatis (kolonergik dan antikolinergik) Obat yang berkhasiat terhadap saraf simpatis:c.Simpatomimetik/ adrenergik, yaitu obat yang meniru efek perangsangan darisaraf simpatis (oleh noreadrenalin), contohnya efedrin, isoprenalin dll.d.Simpatolitik / adrenolitik, yaitu obat yang meniru efek bila saraf parasimpatisditekan atau melawan efek adrenergik, contohnya alkaloid sekale, propanololdll. Obat yang berkhasiat terhadap saraf parasimpatis : a.Para simpatomimetik / kolinergik, yaitu obat yang meniru perangsangan darisaraf parasimpatis oleh asetilkolin, contohnya pilokarpin dan phisostigmin. b.Parasimpatolitik / anti kolinergik, yaitu obat yang meniru bila saraf parasimpatis ditekan atau melawan efek kolinergik, contohnya alkaloida belladonna.

15

Daftar Pustaka

http://www.scribd.com/doc/76277692/farmakologi-kel-3-8-4b http://obat-penyakit.com/trihexyphenidyl-2-mg.html http://askepterlengkap.blogspot.com/2009/06/obat-obat-antikolinergik.html?zx=ac26cb6da4e4dea0

16

You might also like