You are on page 1of 5

Ekologi Umum

Makalah Penerapan Prinsip Ilmu Ekologi Dalam Perkebunan Kelapa Sawit

Mohamad Syaiful Huda 0220120088 TPHP2012 Pengajar: Bpk. Bandung Sahari

Tehnik Pengolahan Hasil Perkebunan Politeknik Manufaktur ASTRA 2012

A. Pendahuluan
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari antara makhluk hidup serta interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Ernest Haeckel (zoologiwan Jerman, 1834-1914) pertama kali mengungkapkan bahwa Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Ekologi merupakan cabang ilmu biologi yang banyak memanfaatkan informasi dari berbagai ilmu pengetahuan lain, seperti: kimia, fisika, geologi, dan klimatologi untuk pembahasannya. Penerapan ekologi di bidang pertanian dan perkebunan di antaranya adalah penggunaan kontrol biologi untuk pengendalian populasi hama guna meningkatkan produktivitas. Dengan menggunakan teori-teori yang dipelajari dalam ilmu ekologi maka kita dapat secara tidak langsung mengendalikan lingkungan perkebunan tersebut. Juga mengontrol interaksi yang terjadi pada kebun. Sehingga kebun dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Ekologi menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menguji penjelasan hipotesis interaksi. Lingkungan meliputi komponen abiotik (faktor-faktor kimiawi dan fisik tak hidup) seperti suhu, cahaya, air, dan nutrien, dan komponen biotik (hidup), yaitu semua organisme lain yang merupakan bagian dari lingkungan suatu individu. Pada tulisan ini saya akan memaparkan pengertian saya tentang penerapan prinsip ilmu ekologi dalam perkebunan kelapa sawit.

B. Pembahasan
1. Perkebunan Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah salah satu tanaman yang memiliki nilai yang sangat tinggi. Kelapa sawit bisa merupakan tanaman perkebunan ataupun tanaman industry. Sebagaimana kita ketahui bahwa tanaman tropis ini dikenal sebagai tanaman penghasil minyak sayur yan tinggi. Di Indonesia sudah sangat banyak sekali didapati perkebunan-perkebunan kelapa sawit. Terutama di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Banyak yang berpendapat bahwa kelapa sawit ini berasal dari Afrika, namun ada beberapa pihak yang berpendapat bahwa tanaman tropis yang dikenal sebagai penghasil minyak sayur ini berasal dari Amerika. Brazil dipercaya sebagai tempat di mana pertama kali kelapa sawit tumbuh. Baru setelah itu dari tempat asalnya barulah kelapa sawit itu menyebar ke Afrika, Amerika Equatorial, Asia Tenggara, dan Pasifik Selatan. Benih kelapa

sawit pertama kali yang ditanam di Indonesia pada tahun 1848 berasal dari Mauritius, Afrika. Yaitu untuk melengkapi koleksi tanaman hias di Kebun Raya Bogor. Dan Perkebunan kelapa sawit pertama dibangun di Tanahitam, Hulu Sumatera Utara (dekat Malaysia) oleh Schadt (Jerman) pada tahun 1911. Klasifikasi kelapa sawit adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Palmaceae

Sub keluarga : Cocoideae Genus Spesies : Elaeis : Elaeis guineensis Jacq Dari mulai sejak ditanam pertama kali sebagai perkebunan hingga sampai pada saat ini, perkebunan kelapa sawit terus mengalami perbaikan-perbaikan. Dan yang terpenting di dalamnya yaitu penerapan prinsip ekologi dalam pengendalian lingkungan perkebunan. Perkebunan kelapa sawit dalam prinsip ilmu ekologi adalah dapat berupa menjadi sebuah komunitas dari berbagai populasi-populasi. Dari populasi-populasi tersebut ada yang dapat menguntungkan perkebunan, namun ada juga yang tidak menguntungkan. Bahkan dapat merugikan bagi perkebunan kelapa sawit tersebut. Selain itu dengan prinsip ilmu ekologi kita dapat meningkatkan produktifitas perkebunan kelapa sawit berdasarkan interaksi kelapa sawit itu sendiri terhadap factorfaktor abiotik di lingkungannya. Mempelajari bagaimana cuaca, suhu, kelembaban, iklim penentunya, dan lain sebagainya. sebarannya, dan respons tanaman terhadap unsur cuaca (radiasi surya, suhu, kelem-baban, angin, dan neraca air); pengaruh cuaca dan iklim terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan produksi tanaman. Maka dari itu penerapan prinsip ekologi sangatlah penting dalam perkebunan kelapa sawit.

2. Penerapan prinsip ekologi dalam kebun kelapa sawit Mempelajari faktor-faktor lingkungan tumbuh tanaman dan media tanam yang baik. pengolahan lahan, penanaman, menghitung kebutuhan benih, pemupukan tanaman setahun dan tahunan, dan aplikasi zat pengatur tumbuh, serta pengendalian organisme

pengganggu tanaman, adaptasi tanaman dan lingkungannya serta pola tanam. Itulah yang menurut saya menjadi gambaran keseluruhan penerapan prinsip ekologi pada perkebunan kelapa sawit pada awal penanaman. Menghitung kebutuhan benih, dan pemilihan benih sangat penting dilakukan sebelum penanaman. Di perkebunan kelapa sawit terdapat dua varietas tanaman kelapa sawit. Yaitu Dura dan Psifera. Kemudian dilakukan perkawinan silang antara kedua varietas unggul kelapa sawit, varietas Dura sebagai induk betina dan Pisifera sebagai induk jantan. Hasil persilangan tersebut memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Varietas unggul hasil persilangan yaitu tenera. Maka akan lebih menguntungkan jika menanam varietas tenera karena merupakan hasil persilangan yang sempurna. Sebelum dilakukan penanaman perkebunan kelapa sawit juga diadakan survey untuk menemukan lingkungan yang cocok agar dimulai dari penebaran bibit, masa pertumbuhan pohon, hingga musim panen, dapat sukses tanpa adanya pohon yang mati. Survey yang dilakukan diantaranya: Survey mendetil yaitu memperhatikan tanah, topografi, dan hidrologi lokasi yang akan dibangun kebun. Sesuai dengan tujuan dibangunnya perkebunan kelapa sawit yaitu untuk Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang terbaik sehingga dapat dipanen secepat mungkin. Maka dari itu disurvey lah lahan yang kira-kira cocok untuk dibangun perkebunan kelapa sawit. Selain tanah, air (pengairan) kebun juga dibuat di perkebunan. Dan juga terhadap suhu, perkebunan kelapa sawit sangat cocok untuk wilayah tropis. Setelah ditemukan lahan yang benar-benar pantas untuk dibangun perkebunan kelapa sawit, dimulailah Pelaksanaan pembangunan yang berdasarkan rencana. Irigasi
perkebunan dibangun, dan untuk populasi kelapa sawit itu sendiri pun telah direncanakan sebelumnya. Dengan bibit-bibit unggul yang bersertifikat Populasi pohon harus memenuhi rata-rata 136 pokok per hektar sampai usia produktif. Jarak antar pohon dengan pohon pun diberi spasi yang sama agar tidak saling berkompetisi dalam perolehan air. Setelah perkebunan mulai berkembang dan pepohonan makin subur. Maka perkebunan itu akan menjadi sebuah komunitas. Populasi tikus, ulat, ular, dan sebagainya akan menemani populasi kelapa sawit itu sendiri dalam perkebunan. Dari satwa dan individu dalam komunitas ini kemudian berinteraksi. Dan interaksi parasite terhadap pohon kelapa sawit adalah hal yang harus diperhatikan dalam perkebunan kelapa sawit.

Maka dari itu diadakan pemeliharaan tanaman. Untuk pembasmian hama tikus biasanya pada kebun di pelihara burung hantu Tyto alba. Dan untuk memberantas ulat diadakan penyemprotan pestisida atau sebagainya. Selain itu juga pemeliharaan dengan pupuk agar tiap pohon juga semakin tumbuh dengan subur. Pemeliharaan saluran irigasi agar kebutuhan air dari pohon terpenuhi. Dilakukan juga pembersihan areal tanaman dari gulma. Di kebun juga biasanya ditanami tanaman inang sebagai alternative parasite dan predator. Dan itulah kiranya pernan prinsip ekologi pada perkebunan kelapa sawit yang dapat saya paparkan. Intinya ilmu ekologi sangat penting sebagai penyeimbang alam yang di dalamnya terdapat makhluk hidup-makhluk hidup dan juga unsu abiotic yang saling berinteraksi.

C. Penutup
kesimpulan
Pada perkebunan kelapa sawit peran manusia biasanya sangat penting dalam menentukan keberhasilan. Segala sesuatu dilakukan control dan jika ada masalah diselesaikan dengan menggunakan prinsip dari ilmu ekologi. Mulai dari survey lokasi hingga keberhasilan panen. Komunitas perkebunan kelapa sawit harus dikendalikan manusia dengan baik, agar tidak merusak apapun sehingga terjadi kesalahan dan gagal.

You might also like