You are on page 1of 7

Materials

3. Ikatan Antar Atom Dan Antar Molekul


www.dirhamblora.com

3.1. Gaya Ikat Dua atom akan saling terikat jika ada gaya ikat; gaya ini terbentuk jika terjadi penurunan energi total ketika dua atom saling mendekat. Contoh yang paling sederhana adalah molekul hidrogen, H2. Atom H pada ground state memiliki energi paling rendah. Namun karena elektron bermuatan negatif, maka jika ada atom H kedua yang mendekati, elektron di atom yang pertama dapat lebih dekat ke inti atom H kedua. Demikian pula halnya dengan elektron di atom H kedua dapat lebih dekat ke inti atom H pertama. Kejadian ini akan menurunkan total energi dari kedua atom dan terbentuklah molekul H2. Syarat yang diperlukan untuk terjadinya ikatan semacam ini adalah bahwa kedua elektron yang terlibat dalam terbentuknya ikatan tersebut memiliki spin yang berlawanan agar prinsip eksklusi Pauli dipenuhi. Energi total terendah dari dua atom H yang berikatan tersebut terjadi bila kedua elektron menempati orbital s dari kedua atom. Apabila kedua atom lebih mendekat lagi akan terjadi tolak-menolak antar intinya; dan jika saling menjauh energi total akan meningkat. Oleh karena itu ikatan ini stabil. Ketika kedua elektron berada di antara kedua atom dan menempati tingkat s yang overlap, ikatan kedua atom itu disebut kovalen. Namun sewaktu-waktu kedua elektron bisa berada dekat dengan salah satu inti atom dibandingkan dengan inti atom yang lain; pada saat demikian ini ikatan atom yang terjadi didominasi oleh gaya tarik antara ion positif dan ion negatif, yang disebut ikatan ion. Situasi seperti ini, di mana ikatan atom merupakan kombinasi dari dua macam jenis ikatan merupakan hal yang biasa terjadi. Dua keadaan ekstrem tersebut masing-masing akan ditinjau. Apakah suatu molekul terbentuk karena ikatan kovalen atau ikatan ion, tergantung dari mekanisme mana yang akan membuat penurunan energi total lebih besar. Pada umumnya, makin elektropositif metal dan makin elektronegatif nonmetal maka ikatan ion akan makin dominan. Beberapa contoh adalah: LiF berikatan ion; MgO berikatan ion dengan sedikit karakter ikatan kovalen; SiO2 memiliki ikatan ion dan ikatan kovalen yang hampir berimbang.

3.2. Ikatan Kovalen


Gas mulia memiliki konfigurasi elektron yang orbital pada tingkat energi terluarnya terisi penuh; 2 elektron pada He dan 8 elektron pada Ne dan Ar. Dengan konfigurasi gas mulia ini, atom memiliki energi ionisasi paling tinggi di antara unsur-unsur pada perioda yang sama dalam Tabel Periodik. Elektron sangat sulit terlepas dari atom induknya. Hal ini berarti bahwa konfigurasi elektron gas mulia merupakan konfigurasi yang sangat mantap, dan kita memperoleh kesan bahwa setiap unsur dalam reaksi kimia akan mencoba untuk mencapai konfigurasi elektron yang mantap ini. Konfigurasi mantap ini dapat dicapai melalui perpindahan elektron antar atom yang akan memberikan ikatan ionik, ataupun melalui kepemilikan bersama elektron antar atom yang memberikan ikatan kovalen. Ikatan kovalen terbentuk jika dua atom saling memberikan elektron untuk dimiliki bersama. Dengan kepemilikan bersama tersebut, masing-masing atom yang membentuk ikatan akan memiliki konfigurasi gas mulia. Konsep sederhana ini memberikan jalan pada kita untuk melihat pembentukan molekul. Koreksi atas konsep ini akan dibahas kemudian. Molekul H2. Contoh ikatan kovalen paling sederhana adalah ikatan antara dua atom H membentuk molekul H2. Atom H memiliki 1 elektron. Atom H hanya memerlukan satu elektron tambahan untuk mencapai konfigurasi electron unsur mulia He. Hal ini dapat dicapai bila ada atom H lain yang bergabung dan elektron mereka dimiliki bersama oleh kedua atom. Dengan cara ini terbentuk molekul H2 dengan ikatan kovalen. (Gb.3.1).

H H

Gb.3.1. Ikatan dua atom H menjadi H2 Molekul Cl2. Atom Cl memiliki konfigurasi 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5. Tingkat energi ke-3 berisi 7 elektron. Atom ini memerlukan tambahan satu elektron untuk mencapai konfigurasi gas mulia. Seperti halnya pada H2 , jika ada Atom Cl lain yang bergabung dan terjadi kepemilikan bersama satu elektron terluar terjadilah ikatan kovalen membentuk molekul Cl2. (Gb.3.2)

Cl

Cl

Cl

Cl

Gb.3.2. Dua atom Cl membentuk Cl2 Molekul HCl. Tambahan satu elektron agar atom Cl memiliki konfigurasi gas mulia juga dapat diperoleh dengan penggabungan satu atom H. Dalam hal ini atom H juga akan memiliki konfigurasi gas mulia He. Terbentuklah molekul HCl. (Gb.3.3.)

Cl H
Gb.3.3. HCl Promosi Elektron Dan Hibridisasi Contoh terjadinya promosi elektron dan hibridisasi adalah pada atom karbon. Konfigurasi atom karbon ditulis dengan menggunakan kotak orbital adalah sebagai berikut:

C:

Kita telah melihat di bagian-2 bahwa di setiap tingkat energi, orbital s berada sedikit di bawah p. Orbital 2s dan 2p untuk atom karbon digambarkan pada Gb.3.4. Kecilnya perbedaan energi tersebut memungkinkan terjadinya promosi elektron dari 2s ke 2p, dengan hanya sedikit tambahan energi. Jika promosi ini terjadi maka konfigurasi tingkat energi ke-2 atom C yang semula digambarkan seperti pada Gb.3.4.a. akan berubah menjadi seperti pada Gb.3.4.b. Setelah promosi, terjadi hibridisasi, yaitu penyusunan kembali orbital sedemikian rupa sehingga orbital 2s dan 2p menjadi empat orbital hibrid yang sama, yang disebut hibrida sp3 (terdiri dari satu s dan tiga p) seperti digambarkan pada Gb.3.4.c.

promosi

hibridisasi c)

a)

b) Gb. 3.4. Promosi dan hibridisasi

Melalui hibridisasi ini atom C membentuk ikatan dengan empat unsur lain berbentuk tetrahedral (Gb.3.5) yang memiliki ikatan sama kuat pada keempat ikatannya, misalnya CH4 (methane).

Gb.3.5. Arah ikatan tetrahedral

Hibridisasi juga terjadi pada P (phosphor). Konfigurasi atom P adalah P: 1s 2s 2p 3s2 3p3 Orbital terluarnya (tingkat energi ke-3) dapat digambarkan seperti terlihat pada Gb.3.6.a. Hibrida sp3 terjadi seperti halnya pada karbon dengan perbedaan bahwa 2 elektron ada pada orbital 3s. Hibridisasi ini mengantar pada pembentukan PCl3.

2 2 6

hibrida sp3

a) b) Gb. 3.6. Hibrida sp3 pada atom Phosphor. Selain hibrida sp3, atom P juga dapat membentuk hibrida sp3d. Promosi elektron terjadi dari 3s ke 3d. Terbentuknya hibrida sp3d mengantarkan terbentuknya molekul PCl5.

hibrida sp3d promosi a) b) Gb.3.7. Hibrida sp3d pada Phosphor

Hanya orbital yang setengah terisi yang dapat berperan dalam pembentukan ikatan kovalen dan setiap orbital yang setengah terisi ini hanya akan membentuk satu ikatan. Oleh karena itu jumlah dan susunan ikatan ditentukan oleh jumlah dan susunan orbital yang setengah terisi. Selain daripada itu, ikatan akan terbentuk oleh orbital yang lebih banyak memberikan kemungkinan terjadinya overlap. Orbital p misalnya, yang memberikan kemungkinan overlap lebik banyak dari orbital s, akan lebih mungkin membentuk ikatan kovalen dibandingkan dengan orbital s (jika memang ada pilihan untuk itu). Karena ikatan kovalen adalah diskrit dalam jumlah maupun arah, maka terdapat banyak kemungkinan struktur ikatan tergantung dari ikatan mana yang digunakan oleh setiap atom. Ikatan yang terbentuk bisa berarah ataupun tidak berarah, tergantung dari simetri spasial dari orbital atomatom yang membentuk ikatan. Bilangan kuantum l = 0 memberikan fungsi probabilitas dengan simetri bola, misalnya 1s, 2s. Untuk l > 0, yang memberikan simetri mengerucut (bukan bola), sulit digambarkan; namun demikian dapat diberikan ilustrasi dengan mengambil faktor probabilitas radial R2 dan faktor probabilitas yang tergantung sudut 22. Gb.3.8. memperlihatkan faktor probabilitas yang tergantung sudut untuk tiga orbital 2p yang biasa ditemui dalam pembentukan ikatan atom. Untuk memperoleh 2 kita harus mengalikan faktor probabilitas yang tergantung sudut ini dengan faktor probabilitas radial R2.
z z

y x x

y x

2pz

2px

2py

Gb.3.8. Faktor probabilitas yang tergantung sudut untuk tiga status 2p. Ikatan kovalen yang stabil terutama terjadi antara atom-atom nonmetal seperti nitrogen, oksigen, karbon, fluor, dan chlor. Silikon, germanium, arsen, dan selenium memiliki sebagian ikatan kovalen dan sebagian ikatan metal. Syarat untuk terjadinya ikatan kovalen yang kuat adalah bahwa tiap atom setidak-tidaknya memiliki orbital yang setengah terisi. Hanya dengan kondisi ini energi total dapat menjadi lebih rendah karena elektron yang berpartisipasi membentuk ikatan akan menempati orbital kedua atom secara simultan. Makin banyak orbital yang overlap makin kuat ikatan kovalen yang terjadi karena energi total makin rendah. Namun demikian terjadinya orbital yang overlap dibatasi oleh gaya tolak elektrostatis antar inti atom, dan dibatasi juga oleh prinsip Pauli.

Ikatan kovalen yang terbentuk melalui adanya orbital yang overlap, cenderung terjadi pada arah di mana orbital terkonsentrasi. Kuat dan arah ikatan ditentukan oleh 2. Jika 2 besar pada arah tertentu, ikatan akan kuat ke arah tersebut; jika 2 kecil maka ikatan akan lemah dan jika membentuk simetri bola ikatan menjadi tak berarah. Banyaknya orbital pada atom bebas tidak selalu sama dengan banyaknya orbital pada atom yang terikat. Contoh yang terkenal adalah karbon. Karbon dengan konfigurasi elektron 1s22s22p2 sering membentuk empat ikatan kovalen yang sama kuat, suatu hal yang tak mungkin terjadi jika ia hanya memiliki dua orbital yang setengah terisi (yaitu dua orbital p dengan masing-masing terisi satu elektron, sedangkan 1s dan 2s terisi penuh). Terbentuknya empat ikatan yang sama kuat pada krbon disebabkan oleh terjadinya hibridisasi, yaitu penyusunan orbital yang baru, terkait dengan penggantian satu set solusi persamaan Schrdinger dengan satu set solusi yang lain, yang ekivalen. Apabila satu atom memiliki orbital s dan p atau s, p, dan d pada tingkat energi yang sama, dapat terjadi hibridisasi. Hibridisasi bisa mengarah ke terbentuknya molekul tetrahedral (dengan empat ikatan) atau oktahedral (delapan ikatan). Karbon adalah salah satu contohnya. Salah satu elektron karbon yang berada di orbital 2s dapat dipromosikan ke orbital 2p jika keperluan energi untuk promosi (pada atom bebas) itu lebih dari penurunan energi pada waktu terjadi ikatan. Promosi elektron tersebut menghasilkan empat orbital setengah terisi yaitu satu orbital s dan tiga orbital p, masing-masing dengan satu elektron. Jika promosi ini saja yang terjadi, maka karbon mempunyai satu ikatan semetri bola yang lemah (orbital s) dan tiga ikatan terarah yang kuat (orbital p). Dalam kenyataan teramati bahwa empat ikatan kovalen karbon adalah sama kuat. Hal in terjadi karena terbentuk struktur elektron yang lain melalui hibridisasi, yang dalam hal karbon disebut hibridisasi sp3. Orbital hibrida ini secara matematis tidak lain adalah satu set solusi ekivalen pada persamaan Schrdinger bebas waktu untuk n = 2. Masing-masing orbital hibrida ini memiliki nilai 2 maksimum yang lebih besar sehingga dapat menghasilkan ikatan dengan energi lebih rendah lagi. Melalui hibridisasi ini karbon membentuk empat ikatan sama kuat dengan empat atom hidrogen, menjadi molekul CH4. Simetri dari ikatan sp3 pada karbon memungkinkan atomatom karbon membentuk ikatan tiga dimensi dengan ikatan kovalen CC yang kuat menjadi struktur intan. Selain pada karbon, hibridisasi sp3 juga terjadi pula pada silikon dan germanium, membentuk ikatan tetrahedral yang kuat mirip seperti struktur intan. Hibridisasi orbital tidak hanya terjadi melalui promosi elektron dari orbital s ke p seperti pada karbon, tetapi juga promosi elektron dari orbital p ke d seperti terjadi pada Xe. 3.3. Ikatan Ion Ikatan Ion Ikatan ion terbentuk oleh adanya gaya tarik elektrostatik antara ion positif dan ion negatif. Atom nonmetal yang berkecenderungan menerima elektron dan menjadi ion negatif disebut atom elektronegatif. Atom elektronegatif memiliki hanya sedikit orbital p yang setengah terisi dan ia mampu menarik elektron luar ke dalam salah satu orbital yang setengah kosong tersebut dengan disertai penurunan energi elektron (relatif terhadap inti atom). Sebaliknya, atom metal yang cenderung kehilangan elektronnya dan membentuk ion positif disebut atom elektropositif. Atom ini memiliki satu atau lebih elektron yang terikat longgar yang berada di tingkat energi yang tinggi dan tingkat energi ini terletak di atas kulit yang terisi penuh. Jika atom bebas elektronegatif dan atom bebas elektropositif saling mendekat mereka akan menjadi ion yang berlawanan muatan. Energi potensial V dari pasangan ion akan menjadi lebih negatif jika jarak radial r semakin kecil. Dinyatakan sebagai tarikan elektrostatik Coulomb,
Vtarik = e1e2 A = 4 0 r r

(3.1)

dengan e1 dan e2 adalah muatan masing-masing ion (dalam hal Na+Cl misalnya, e1 = e2 = e ), dan A adalah bilangan konstan. Walaupun demikian, jika jarak semakin pendek awan elektron di kedua ion akan mulai overlap, terjadilah saling tolak antara kedua ion. Pada tahap ini, sesuai dengan prinsip Pauli, beberapa elektron harus terpromosi ke tingkat yang lebih tinggi. Kerja harus dilakukan pada ion-ion ini agar mereka saling mendekat. Kerja ini dinyatakan sebagai

B rm

dengan B adalah suatu konstanta dan m adalah bilangan pangkat hasil eksperimen. Dengan demikian energi potensial total dari kedua ion dapat dinyatakan sebagai

Vtotal =

A B + m + E r r

(3.2)

E adalah energi yang diperlukan untuk mengubah atom netral menjadi kedua ion yang terikat, yaitu selisih antara energi ionisasi dan afinitas elektron atom-atom yang membentuk ikatan.

Vr =

B rm Vtotal = A B + + E r rm
E

Vtotal

Jarak antar atom, r

Emin d0

V a + E =

A + E r

Gb.3.9. Perubahan energi dalam pembentukan ikatan ion. Jika EA adalah energi elektron s terluar dari atom elektropositif A, diperlukan energi sebesar 0 ( E A ) = E A untuk melepaskannya dari atom A sehingga atom A menjadi ion; EA disebut potensial ionisasi. Setelah lepas dari atom A elektron tersebut menjadi elektron bebas dengan potensial 0. Jika elektron ini kemudian masuk ke atom elektronegatif B, energinya akan menurun dari 0 menjadi EB; EB disebut afinitas elektron. Jadi perubahan energi netto adalah E = E B ( E A ) yang akan bernilai positif karena potensial ionisasi atom A lebih besar dari afinitas elektron atom B. Dari Gb.3.9. terlihat bahwa jika energi yang mengikat cukup besar (Vtarik) akan terjadi jumlah energi minimum dan energi minimum ini terjadi pada jarak antar atom d0. Pada jarak inilah terjadi keseimbangan antara gaya tarik dan gaya tolak antar ion. Penyimpangan jarak antar ion dari d0, baik mengecil maupun membvesar, akan meningkatkan energi potensial sehingga terjadi gaya yang mengembalikan kearah kedudukan seimbang. Ikatan ion adalah ikatan tak berarah. Setiap ion positif menarik semua ion negatif yang berada di sekelilingnya dan demikian pula sebaliknya. Jadi setiap ion akan dikelilingi oleh ion yang berlawanan sebanyak yang masih memungkinkan; pembatasan jumlah ion yang mengelilingi ion lainnya terkait dengan faktor geometris dan terpeliharanya kenetralan listrik pada padatan.

3.4. Ikatan Metal


Terbentuknya ikatan metal pada dasarnya sama dengan ikatan kovalen yaitu menurunnya energi total pada waktu terbentuknya ikatan. Perbedaannya adalah bahwa ikatan metal terjadi pada sejumlah besar atom sedangkan ikatan kovalen hanya melibatkan sedikit atom bahkan hanya sepasang. Perbedaan yang lain adalah bahwa ikatan metal merupakan ikatan tak berarah sedangkan ikatan kovalen merupakan ikatan berarah. Atom metal memiliki elektron valensi yang tidak begitu kuat terikat pada intinya. 2 elektron valensi menyebar sehingga radius rata-rata elektron valensi pada atom bebas bisa lebih besar dari jarak antar atom pada padatan metal. Hal ini berarti bahwa dalam padatan, elektron valensi selalu lebih dekat dengan salah satu inti atom (lain) dibandingkan dengan jarak antara elektron valensi dengan inti atom dalam keadaan bebas, sehingga (dalam padatan) energi potensialnya menurun. Selain dari itu, energi kinetik elektron valensi juga menurun dalam padatan karena fungsi 2 lebih menyebar dalam ruang. Penurunan energi, baik energi potensial maupun energi kinetik, inilah yang menyebabkan terbentuknya ikatan metal. Karena setiap elektron valensi tidak terikat hanya antara dua inti atom (tidak seperti pada ikatan kovalen) maka ikatan metal merupakan ikatan tak berarah, dan elektron valensi bebas bergerak dalam padatan. Padatan metal sering digambarkan sebagai gas elektron yang mempertahankan ion-ion positif tetap terkumpul.

Secara umum, makin sedikit elektron valensi yang dimiliki oleh satu atom dan makin longgar tarikan dari intinya, akan semakin mudah terjadi ikatan metal. Material dengan ikatan metal seperti tembaga, perak dan emas, memiliki konduktivitas listrik dan konduktivitas panas yang tinggi karena elektron valensi yang sangat mudah bergerak. Metal-metal ini tak tembus pandang karena elektron bebas ini menyerap energi photon. Mereka juga memiliki reflektivitas tinggi karena elektron bebas melepaskan kembali energi yang diserapnya pada waktu mereka kembali pada tingkat energi yang lebih rendah. Makin banyak elektron valensi yang dimiliki atom dan makin erat terikat pada inti atom, ikatan atom cenderung menuju ikatan kovalen walaupun ikatan metal masih terjadi. Metal-metal transisi (yaitu atomatom dengan kulit d yang tidak lengkap seperti besi, nikel, tungten, dan titanium) memiliki karakter ikatan kovalen yang melibatkan hibridisasi elektron pada orbital yang lebih dalam.

3.5. Ikatan Sekunder


Ikatan kovalen, ikatan metal, dan ikatan ion, disebut sebagai ikatan primer. Ikatan primer ini kuat. Selain ikatan primer ada ikatan sekunder yang relatif lemah dibandingkan dengan ikatan primer. Ikatan sekunder terbentuk oleh adanya gaya tarik elektrostatik antar dipole. Dipol adalah molekul di mana titik pusat muatan positif tidak berimpit dengan titik pusat muatan negatif. Hal ini merupakan konsekuensi dari adanya perbedaan afinitas elektron dari dua atom yang membentuk ikatan. Molekul-molekul yang membentuk dipole disebut molekul polar. Molekul polar memiliki momen dipol , yaitu perkalian antara muatan dan jarak d antara pusat muatan yang berlawanan:

= z e d

(3.3)

dengan z adalah fraksi dari muatan e. Jika berada dalam medan listrik, molekul polar cenderung untuk mengarahkan diri sesuai dengan besar momen dipol yang dimiliki. Besar momen dipol adalah dalam orde 1030 Cm. (momen dipol muatan listrik berlawanan sebesar 1,602 1019 Coulomb yang berjarak 1 adalah 16,02 1030 Cm). Momen dipole makin besar jika perbedaan elektronegativitas atom yang membentuk molekul polar makin besar. Oleh karena itu transisi dari ikatan ion ke arah ikatan kovalen, dan persentase karakter ikatan ion pada suatu molekul, dapat ditentukan berdasarkan besar momen dipolnya. Pada molekul HF misalnya, ikatan kovalen antara atom F dan atom H menghasilkan dipol dengan atom F sebagai ujung yang bermuatan negatif dan atom H sebagai ujung yang bermuatan positif. Molekul ini memiliki momen dipol 6,375 1030 Cm (hasil eksperimen) dengan jarak (intramolekul) 0,9178 . Seandainya molekul ini memiliki 100% ikatan ion, momen dipolnya adalah

= 1,602 10 19 0,9178 10 10 = 14,703 10 30 C m Persentase ikatan ion-nya adalah

6,375 10 30 14,703 10 30

= 43,4 %

Contoh lain adalah molekul H2O. Atom oksigen memberikan dua orbital p yang setengah terisi untuk berikatan kovalen dengan dua atom H. Karena elektron yang membentuk ikatan kovalen lebih sering berada di antara atom O dan H, maka atom O cenderung menjadi ujung negatif dari dipol sedangkan atom H menjadi ujung positif. Setiap ujung positif molekul H2O menarik ujung negatif dari molekul H2O yang lain, dan terbentuklah ikatan dipol antara molekul-molekul H2O.
F O + gambaran dipole

H H HF 104,5o H 2O

Gb.3.10. Terbentuknya dipole pada molekul HF dan H2O.

Ujung positif dari molekul polar akan menarik ujung negatif molekul polar yang lain, dan terbentuklah ikatan dipol antara kedua molekul polar. Ikatan antar dipole di mana hidrogen menjadi ujung positif dari dipole, disebut ikatan hidrogen dan ikatan ini agak kuat (walaupun masih jauh dari ikatan primer) karena ukuran atom hidrogen yang sangat kecil. Ikatan hidrogen hanya terbentuk antara atom yang sangat elektronegatif, karena atom inilah yang dapat membentuk dipole yang kuat. Ikatan hidrogen merupakan ikatan berarah. Ikatan ini bisa paralel atau anti paralel (Gb.3.11)

+ +

paralel

anti paralel

Gb.3.11. Ikatan antar molekul polar. Selain ikatan hidrogen yang merupakan ikatan yang terbentuk antara dipole-dipole permanen dan merupakan ikatan berarah, terdapat ikatan antar dipole yang terjadi antara dipole-dipole yang tidak permanen dan disebut ikatan van der Waals. Ikatan ini merupakan ikatan tak berarah dan jauh lebih lemah dari ikatan hidrogen. Dipole tidak permanen terbentuk karena pada saat-saat tertentu ada lebih banyak elektron di satu sisi dari inti atom dibandingkan dengan sisi yang lain. Pada saat-saat itulah pusat muatan positif atom tidak berimpit dengan pusat muatan negatif dan pada saat-saat itulah terbentuk dipole. Jadi dipole ini adalah dipole yang fluktuatif. Pada saat-saat dipole terbentuk, terjadilah gaya tarik antar dipole. Ikatan van der Waals terjadi antar molekul gas, yang menyebabkan gas nyata menyimpang dari hukum gas ideal. Ikatan ini pulalah yang memungkinkan gas membeku pada temperatur yang sangat rendah. Walaupun ikatan sekunder lebih lemah dari ikatan primer, namun sering kali cukup kuat untuk menjadi penentu susunan akhir dari atom dalam padatan. Ikatan sekunder ini berperan penting terutama pada penentuan struktur dan beberapa sifat polimer. Suatu molekul mungkin mengandung dipol tetapi tidak memiliki momen dipol; hal ini terjadi jika ikatan terdistribusi secara simetris sehingga dipol yang ada saling meniadakan. Sebagai contoh adalah molekul CO2; molekul ini mengandung dua dipol akan tetapi tidak memiliki momen dipol karena molekul ini linier sehingga kedua dipole saling meniadakan. Ikatan CO2 adalah O=C=O Hal ini berbeda dengan H2O yang ikatannya membentuk sudut 104,5o. Contoh lain adalah CCl4. Molekul ini adalah molekul nonpolar karena empat dipol yang dimiliki terdistribusi secara simetris dan saling meniadakan satu sama lain sehingga resultannya nol. Cl | Cl C Cl | Cl

Sudaryatno S, Ning Utari, Ikatan Atom dan Molekul, Agustus 2008

You might also like