You are on page 1of 18

1

MATERI 6 SIKLUS AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


A. PENGERTIAN SIKLUS AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK Laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu proses akuntansi, yaitu aktivitas pengumpulan dan pengolahan data keuangan untuk disajikan dalam bentuk laporan keuangan atau ikhtisar-ikhtisar lainnya yang dapat digunakan untuk membantu para pamakainya dalam membuat atau mengambil keputusan. Penyusuna suatu laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan dan dapat diterima secara umum, didasari pada prinsip-prinsip akuntansi, prosedur-prosedur, metode-metode, serta teknikteknik dari segala sesuatu yang dicakup dalam ruang lingkup akuntansi. Aturan penyusunan suatu laporan keuangan dapat disebut sebagai siklus akuntansi.
.siklus akuntansi merupakan sistematika pencatatan transaksi keuangan, peringkasannya, dan pelaporan keuangan.

Siklus akuntansi merupakan suatu proses penyediaan laporan keuangan organisasi selama suatu periode tertentu. Siklus akuntansi merupakan pekerjaan yang dilakukan selama periode tersebut, yaitu penjurnalan transaksi, pemindahbukuan ke dalam buku besar, dan penyiapan laporan keuangan pada akhir periode. Banyaknya langkah yang harus dilakukan pada akhir periode secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan dilakukan pada bagian akhir. Walaupun demikian, pencatatan dan pemindahbukuan selama periode tersebut membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan pekerjaan di akhir periode. B. ALUR PROSES SIKLUS AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK Seperti telah dijelaskan bahwa siklus akuntansi merupakan serangkaian prosedur kegiatan akuntansi dalam suatu periode, mulai dari pencatatan transaksi pertama sampai dengan penyusunan laporan keuangan dan penutupan pembukuan secara keseluruhan, dan siap untuk pencatatan transaksi periode selanjutnya. Alur proses siklus akuntansi dapat dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu: Tabel 6.1 Tahap-tahap dalam Siklus Akuntansi
Tahap Pencatatan Kegiatan pengidentifikasian dan pengukuran dalam bentuk bukti transaksi dan bukti pencatatan. Kegiatan pencatatan bukti transaksi ke dalam buku harian atau jurnal. Memindahbukukan (posting) dari jurnal berdasarkan kelompok atau jenisnya ka dalam akun buku besar. Penyusunan neraca saldo (trial balance) berdasarkan akun-akun buku besar. Pembuatan ayat jurnal penyesuaian.

Tahap Pengikhtisaran

Tahap Pelaporan

Penyusunan kertas kerja (worksheet) atau neraca lajur. Pembuatan ayat jurnal penutup (dosing entries). Pembuatan neraca saldo setelah penutupan. Pembuatan ayat jurnal pembalik. Laporan Kinerja/Surplus Defisit Laporan Arus Kas Laporan Perubahan Ekuitas Neraca Catatan Atas Laporan Keuangan

Urutan siklus akuntansi menunjukkan posisi strategis dari chart of account (bagan perkiraan/daftar akun). Untuk dapat menyediakan data, setiap transaksi perlu diklasifikasikan, diringkas, dan kemudian disajikan dalam bentuk laporan. Mulai dari kegiatan pencatatan sampai dengan penyajian disebut proses akuntansi yang terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut: Tabel 6.2. Beberapa Kegiatan dalam Proses Akuntansi
Pencatatan dan Penggolongan Peringkasan/ Pengikhtisaran Penyajian/ Pelaporan Bukti-bukti pembukuan dicatat dalam buku jurnal. Transaksi-transaksi yangs ama yang sering terjadi dicatat dalam buku jurnal. Transkasi-transaksi yang sudah dicatat dan digolongkan dalam buku jurnal, setiap bulan atau periode tertentu diringkas dan dibukukan dalam rekening-rekening buku besar. Data akuntansi yang tercatat dalam rekening-rekening buku besar akan disajikan dalam bentuk laporan keuangan yaitu neraca, laporan surplus defisit, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas. Penyederhanaan pekerjaan penyusunan laporan ekuangan biasanya dilakukan melalui neraca lajur (kertas kerja).

Proses Akuntansi ini dapat digambarkan sebagai berikut:


Bukti-bukti pembukuan Bukti-bukti pembukuan

Buku Jurnal

Buku Besar

Pembantu

Buku

Gambar 6.1. Proses Akuntansi Keterangan


Bukti-bukti pembukuan dicatat dalam buku jurnal setiap terjadi transaksi secara kronologis. Tembusan bukti-bukti pembukuan dibukukan ke dalam buku pembantu saat setiap terjadi transaksi. Setiap bulan atau periode tertentu, buku jurnal dijumlah dan dibukukan ke rekening-rekening dalam buku besar. Setiap akhir periode dari buku besar disusun laporan-laporan keuangan. Sistem akuntansi yang baik dapat memastikan berjalannya proses penyusunan laporan keuangan, seperti: a. Bukti-bukti pembukuan, yang merupakan catatan pertama dari setiap transaksi dan digunakan sebagai dasar pencatatan dalam buku jurnal.

b. Buku-buku jurnal, sering disebut dengan buku catatan pertama, merupakan buku yang digunakan untuk mencatat transaksi-transaksi sesuai dengan tanggal terjadinya (kronologis), dan sumber pencatatannya berasal dari bukti-bukti pembukuan. Apabila suatu transaksi yang sama sering terjadi, biasanya dibuat-kan buku jurnal khusus yang digunakan untuk mencatat suatu jenis transaksi tertentu seperti jurnal pengeluaran kas, penerimaan kas, dan Iain-Iain. Rekening-rekening, buku besar, dan catatan yang ada dalam buku jurnal akan dipindahkan ke dalam rekening-rekening yang sesuai. Rekening-rekening ini disusun dalam format yang akan memudahkan penyusunan laporan keuangan. Kumpulan dari rekening-rekening ini disebut sebagai buku besar. Rekening-rekening dalam buku besar ini bisa diklasifikasikan menjadi kelompok rekening riel, nominal, dan campuran. Rekening riel adalah rekening-rekening aktiva, kewajiban, dan ekuitas yang merupakan pos-pos neraca, sehingga rekening-rekening riel itu merupakan rekening-rekening neraca. Rekening nominal adalah rekening-rekening pendapatan, biaya, dan surplus/defisit yang merupakan pos-pos dalam laporan surplus/defisit, sehingga rekening-rekening nominal itu merupakan rekening surplus/defisit. Rekening campuran adalah rekening-rekening yang saldonya mengandung unsurunsur rekening riil dan nominal. Setiap akhir periode, rekening-rekening campuran ini perlu dianalisis dan dipisahkan menjadi rekening riel dan nominal. Contoh rekening-rekening campuran adalah rekening bahan pembantu kantor yang di dalamnya terdiri dari jumlah bahan pembantu yang digunakan dan persediaan bahan pembantu. Dalam kaitannya dengan anggaran APBN maupun APBD, perencanaan managerial, serta proses pengawasan dalam entitas pemerintah dengan sistem akuntansi dapat digambarkan dalam bagan alir di bawah ini. Bagan alir itu merupakan perpaduan antara sistem pengendalian manajemen entitas pemerintah dengan sistem akuntansinya. 1. Chart of Account

Chart of account merupakan suatu daftar kode perkiraan-perkiraan seperti aset, ekuitas, pendapatan dan belanja/beban dalam suatu entitas sektor publik. Sebagai tambahan informasi terhadap kode perkiraan, setiap daftar bagan akun mendeskripsikan isi dari akun tersebut, termasuk transaksi-transaksi khusus yang berpengaruh terhadap saldonya. Dalam beberapa kasus yang terjadi, deskripsi tersebut mengarah kepada metode akuntansi. Dengan demikian, deskripsi akun pembelian dapat menunjukkan penggunaan metode persediaan periodik dan mengarah kepada suatu transaksi. Pengguna informasi eksternal dan internal secara khusus mempengaruhi komposisi

chart of account. Daftar rekening atau bagan akun ini harus memuat perkiraan-perkiraan dan
nomor-nomor perkiraannya dalam mencatat transaksi-transaksi pada buku besar (general

ledger). Lingkup dari chart of account meliputi pihak internal (manajemen pemerintah) mau-

pun pihak eksternal (masyarakat) yang berhubungan dengan informasi keuangan yang dihasilkan. Chart of account harus memberikan klasifikasi yang memadai agar analisis transaksi data dapat lebih meluas. 2. Sistem Pemberian Kode Sistem Pemberian Kode digunakan untuk entitas sektor publik, yang lebih tepat bila digunakan sistem block account code, yaitu sistem pemberian kode untuk membentuk kerangka yang luas dalam suatu chart of account dalam bentuk blok. Block account code menampilkan suatu rentang urutan nomor yang mewakili klasifikasi rekening-rekening yang signifikan Ada beberapa alasan mengapa kita menggunakan sistem block account code dalam perencanaan chart of account (daftar rekening), yaitu sebagai berikut:
Setiap transaksi membutuhkan waktu yang lama untuk mencatatnya. Dengan memakai nama akun seperti piutang, akan lebih lama untuk mencatatnya disbanding menuliskan kode seperti 1200. Banyaknya nama debitor/kreditor dalam proses posting akan menimbulkan lebih banyak kesalahan dalam pemrosesan transaksi tersebut. Analisis yang didasarkan pada data transaksi akan lebih sulit ditampilkan.

3. Buku Jurnal Jurnal adalah media pencatatan transaksi secara urut waktu (kronologis). Jurnal dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat menampung transaksi beserta keteranganketerangan dan kondisi-kondisi yang menyertainya dengan menunjukkan rekening yang harus didebet dan dikredit beserta jumlah rupiahnya masing-masing. Tabel 7.3 di bawah ini menguraikan tentang manfaat dari pemakaian jurnal:
1 Jurnal merupakan alat pencatatan yang dapat menggambarkan pos-pos yang terpengaruh oleh suatu tindakan. Jurnal akan sangat berguna ketika terdapat suatu transaksi yang mengakibatkan beberapa pendebetan dan pengkreditan. Pengaruh transaksi ini akan terlihat jelas di dalam jurnal. Jurnal merupakan alat pencatatan yang memberi gambaran secara kronologis, sehingga dapat memberikan gambaran lengkap tentang seluruh transaksi entitas berdasarkan urut-urutan kejadiannya. Jurnal dapat dipecah-pecah menjadi beberapa jurnal khusus yang dapat dikerjakan oleh beberapa orang secara bersamaan. Jurnal menyediakan ruang yang cukup untuk keterangan transaksi bila dibandingkan dengan ruang yang ada di buku besar. Apabila transaksi langsung dicatat ke dalam buku besar dan terjadi kesalahan dalam mencatatnya, maka letak kesalahan tesebut dalam buku besar sulit untuk ditemukan.

2 3 4 5

Pemakaian jurnal akan memberikan catatan secara utuh atas tiap-tiap transaksi pada satu tempat. Transaksi-transaksi yang dicatat dalam buku besar selanjutnya secara periodik akan dipindah ke buku besar (posting). Data transaksi yang terkumpul dalam buku besar merupakan sumber untuk menyusun laporan keuangan. Jurnal dan buku besar mem-

punyai peranan yang tidak dapat dipisahkan dalam mencatat transaksi-transaksi entitas. Jurnal mencatat pengaruh dari tiap-tiap transaksi entitas terhadap persamaan akuntansi secara kronologis, sedangkan rekening-rekening buku besar mengelompokkan dan meringkas pengaruh transaksi-transaksi terhadap aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan biaya. 4. Buku Besar Buku Besar (Ledger) adalah sebuah buku yang berisi kumpulan rekening atau perkiraan

(accounts). Rekening-rekening tersebut digunakan untuk mencatat secara terpisah aktiva,


kewajiban, dan ekuitas. Dengan demikian, rekening merupakan kumpulan informasi dalam suatu sistem akuntansi. Sistem Buku Besar Umum mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
Untuk mencatat semua transaksi akuntansi secara akurat dan benar. Untuk memposting transaksi-transaksi ke akun yang tepat. Untuk menjaga keseimbangan debet dan kredit pada akun. Untuk mengakomodasi entry jurnal penyesuaian yang dibutuhkan. Untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya dan tepat waktu untuk setiap periode akuntansi.

Adapun fungsi dari Sistem Buku Besar Umum adalah:


Mengumpulkan data transaksi. Mengklasifikasikan dan Mengkodekan data transaksi dan akun. Memvalidasi transaksi yang terkumpul. Meng-update akun Buku Besar Umum dan File transaksi. Mencatat penyesuaian terhadap akun. Mempersiapkan laporan keuangan

Dua buku besar pembantu yang umum adalah Buku Pembantu Kewajiban (Hutang) dan Buku Pembantu Piutang. Untuk entitas sektor publik, setiap rekening bisa atau perlu dibuat buku besar pembantu karena mengingat luasnya akun-akun dalam setiap entitas. Untuk selanjutnya, buku besar umum sering disingkat menjadi buku besar dan buku besar pembantu yang disingkat dengan nama buku pembantu. Penggunaan buku besar pembantu mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut:
Memudahkan penyusunan laporan keuangan, karena buku besar umum terdiri dari rekeningrekening yang jumlahnya lebih sedikit. Hal ini juga akan mengurangi kesalahan-kesalahan dalam buku besar umum. Ketelitian pembukuan dapat diuji dengan membandingkan saldo dalam rekening buku besar umum dengan jumlah saldo-saldo dalam buku pembantu. Dapat diadakan pembagian tugas dalam pengerjaan akuntansi. Memungkinkan pembukuan harian dari bukti-bukti pendukung transaksi ke dalam buku pembantu. Bisa segera diketahui jumlah macam-macam elemen.

Suatu instansi sektor publik memiliki kewajiban (hutang) kepada beberapa kreditor. Mekanisme monitoring hutang kepada masing-masing kreditor dilakukan melalui rekening

pengawas "Hutang" di buku besar umum. Rekening ini digunakan untuk mencatat total kewajiban instansi kepada seluruh kreditor. Di samping itu, satu rekening hutang secara terpisah disediakan kepada masing-masing kreditor itu di buku besar pembantu. Rekeningrekening yang merupakan rincian dari rekening pengawas hutang itu disebut rekening pembantu hutang. Rekening pengawas, sesuai dengan namanya, mengawasi jumlah keseluruhan hutang yang ada di rekening pembantu. Saldo rekening pengawas hutang harus sama dengan penjumlahan saldo-saldo rekening pembantu hutang. Posting ke rekening pengawas dilakukan cukup sekali dalam satu periode tertentu (mingguan atau bulanan), sedangkan posting ke rekening-rekening pembantu dilakukan secara harian. Untuk entitas lain, prosedur yang sama bisa dilakukan. Dalam persamaan dasar akuntansi, ada tiga kelompok rekening yang dijumpai, masing-masing adalah aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Pos pendapatan dan pos biaya dicatat dalam rekening-rekening tersendiri, yaitu rekening pendapatan dan rekening biaya. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut: AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS + PENDAPATAN - BIAYA Atau AKTIVA + BIAYA = KEWAJIBAN + EKUITAS + PENDAPATAN) Semua rekening yang berada di ruas kiri (aktiva dan biaya) jika bertambah dicatat di sebelah kiri atau debet, dan jika berkurang dicatat di sebelah kanan atau kredit. Sedangkan untuk semua rekening yang berada di ruas kanan (kewajiban, ekuitas, dan pendapatan) jika bertambah dicatat di sebelah kanan atau kredit, dan jika berkurang dicatat di sebelah kiri atau debet. Aturan Deliet-Kredit dapat dilihat berikut ini:

Gambar 6.2 Aturan Debet Kredit Dengan menaati aturan debet dan kredit ini, jumlah saldo debet di rekeningrekening aktiva dan biaya akan selalu sama dengan jumlah saldo kredit rekening-rekening kewajiban, ekuitas, dan pendapatan. Proses keseimbangan yang diciptakan oleh aturan debet-kredit ini biasa disebut dengan sistem tata buku berpasangan atau Double Entry

System. Setiap transaksi akan dicatat paling tidak pada dua rekening. Kalau satu rekening
didebet, maka rekening lainnya dikredit. Adapun buku besar yang diperlukan untuk masing-masing rekening adalah sebagai berikut:

AKTIVA DAN KEWAJIBAN


AKTIVA (Debet) Aktiva Lancar Kas dan Setara Kas Piutang Persediaan Pembayaran di Muka Investasi (surat berharga) Aktiva Lancar Lainnya Aktiva Tidak Lancar Piutang Investasi (barang) Aktiva Keuangan Lainnya Infrastruktur, Pabrik dan Peralatan Tanah dan Bangunan Aset Tidak Berujud Aktiva Bukan Keuangan Lainnya Aktiva Tidak Lancar Lainnya KEWAJIBAN (Kredit) Kewajiban Lancar Hutang Pinjaman Jangka Pendek Bagian Lancar dari Pinjaman Provisions (Cadangan) Tunjangan Pegawai Dana pensiun Kewajiban Lancar Lainnya Kewajiban Tidak Lancar Hutang Pinjaman Provisions (Cadangan) Tunjangan Pegawai Dana Pensiun Kewajiban Tidak Lancar Lainnya

Debet
Kepentingan Minoritas

EKUITAS
Kredit Modal yang dkempatkan Cadangan Akumulasi Surplus/(defisit)

PENDAPATAN dan BIAYA Biaya (Debet) Pendapatan (Kredit) Biaya Operasi Penerimaan Operasi Upah, Gaji dan Tunjangan Pegawai Pajak (Tax Revenue) Bantuan dan Pembayaran Transfer Fee, Denda, Biaya Hukuman, & Perijinan Lainnya Penerimaan dari Transaksi Pertukaran Perlengkapan dan Barang Habis Transfer dari Entitas Pemerintah Lainnya Pakai Biaya Penyusutan dan Penerimaan Operasi Lainnya Amortisasi Biaya Operasi Lainnya Biaya Non Operasi Penerimaan Non Operasi Biaya Keuangan (Finance Costs) Laba Penjualan Properti, Bangunan Pembiayaan Dalam Negeri dan Peralatan Penerimaan Modal Pembiayaan Luar Negeri Penerimaan Luar Negeri Pengeluaran Modal Buku Besar Pembantu yang diperlukan untuk masing-masing akun pada rekening-rekening yang ada adalah sebagai berikut:

I. Aset (aktiva) A. Aset Lancar


1. Kas dan Setara Kas Buku pembantu kas tidak perlu dibuat 2. Piutang Buku Pembantu Piutang dibuat berdasarkan nama debitor. Misalnya, aset negara dijual kepada publik secara kredit. Buku pembantu perlu dibuat berdasarkan nama-nama debitor

(pembeli), berdasarkan jenis barang yang dijual, atau berdasar- kan range besarnya piutang, atau bisa juga berdasarkan wilayah tinggal debitor. 3. Persediaan Buku Pembantu Persediaan dibuat berdasarkan jenis barang seperti bentuk, fungsi, merek, dan sebagainya, atau berdasar sifat penyusutannya. 4. Pembayaran di Muka Buku Pembantu Pembayaran Di Muka dibuat berdasarkan jenis pembayaran yang dilakukan, misalnya yang dibayar di muka ada premi asuransi, pembayaran sewa tempat, dan Iain-lain. 5. Investasi (surat berharga) Buku Pembantu Investasi Lancar dibuat berdasarkan jenis investasi yang dimiliki, perusahaan/ pihak di mana entitas berinvestasi, atau berdasar pada masa jatuh tempo investasi

B. Aktiva Tidak Lancar (buku besar pembantunya dibuat sama dengan aturan di atas)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Piutang Investasi (barang) Aset Keuangan Lainnya Infrastruktur, Pabrik dan Peralatan Tanah dan Bangunan Aktiva Tidak Berujud Aktiva Bukan Keuangan Lainnya Aktiva Tidak Lancar Lainnya

II. Kewajiban A. Kewajiban Lancar


1. Hutang Buku besar pembantu dibuat berdasarkan nama kreditor atau pihak-pihak yang menyebabkan timbulnya hutang, begitu juga dengan nomor 2-4. 2. Pinjaman Jangka Pendek 3. Bagian Lancar dari Pinjaman 4. Provisions (Cadangan) 5. Tunjangan Pegawai Buku besar pembantu dibuat berdasarkan kategori yang sudah ditentukan seperti: golongan pegawai (status jabatan) dan lain-lain. 6. Dana pensiun 7. Kewajiban Lancar Lainnya

B. Kewajiban Tidak Lancar


1. 2. 3. 4. 5. 6. Hutang Pinjaman

Provisions (Penyisihan)
Tunjangan Pegawai Dana Pensiun Kewajiban Tidak Lancar Lainnya

III. Ekuitas
1. 2. 3. 4.

Modal yang ditempatkan Cadangan Akumulasi Surplus/(defisit) Kepentingan Minoritas

IV. Penerimaan (pendapatan)


Buku besar pembantu untuk pendapatan dibuat berdasarkan pihak-pihak yang menyebabkan timbulnya pendapatan, sekaligus jenis pendapatan tersebut.

V. Biaya
Buku besar pembantu untuk biaya dibuat berdasarkan pihak-pihak yang menimbulkan adanya biaya sekaligus berkaitan dengan jenis-jenis biaya. Pada umumnya, pembuatan Buku Pembantu adalah untuk pengendalian akunakun yang banyak elemennya, seperti Hutang, Piutang, dan Persediaan. 5. Jurnal Penyesuaian Prosedur penyesuaian merupakan prosedur untuk menyesuaikan rekening-rekening pada akhir periode yang belum menyajikan informasi yang paling up-to-date. Jurnal penyesuaian dibuat pada akhir periode akuntansi untuk memastikan bahwa pendapatan dan biaya diakui pada periode yang tepat, sesuai dengan prinsip-prinsip pengakuan pendapatan dan biaya. Pada dasarnya, ada dua ragam penyesuaian, yaitu:
1. Penyesuaian yang berkaitan dengan transaksi-transaksi yang sudah terjadi tetapi belum dicatat. 2. Penyesuaian yang berkaitan dengan transaksi-transaksi yang sudah dicatat di rekening, tetapi saldo rekening yang bersangkutan masih harus diperbaiki untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

6. Penutupan Buku Besar Tiap-tiap suatu periode akuntansi dimulai, saldo rekening-rekening nominal harus bersih atau sama dengan nol. Rekening-rekening nominal dapat di nol-kan dengan menutup rekening-rekening tersebut di akhir periode. Prosedur penutupan rekening diselenggarakan setelah laporan keuangan disusun. Instrumen akuntansi untuk menutup rekening nominal adalah Jurnal Penutup. Jurnal penutup juga diposting ke rekening- rekening yang bersangkutan, sehingga, setelah posting dilakukan, rekening-rekening nominal akan bersaldo nol. 7. Kertas Kerja K e r t a s k e r j a d i b u at u n t u k m e m p e r mu d a h p e mb u a t l a p o r an k e u an g a n d a l a m menyelesaikan tugasnya. Kertas kerja yang pertama kali dibua t adalah jurnal, selanjutnya diringkas ke dalam buku besar. Proses memindahkan ayat-ayat jurnal yang telah dibuat dalam buku jurnal ke buku besar disebut posting, yaitu memindahkan jumlah dalam kolom debet jurnal ke dalam sisi debet rekening dan memindahkan jumlah dalam kolom kredit jurnal ke dalam sisi kredit rekening.

10

Setiap akhir masa tertentu, entitas menyusun daftar saldo rekening yang terdapat dalam buku besar yang disebut neraca saldo. Saldo adalah selisih antara jumlah sisi debet dengan jumlah sisi kredit. Salah satu tujuan pembuatan neraca saldo adalah sebagai persiapan penyusunan laporan keuangan. Neraca saldo biasanya dibuat pada tiap-tiap akhir bulan atau pada akhir periode akuntansi yang merupakan ringkasan dari akibat-akibat transaksi yang telah dicatat dalam suatu periode akuntansi. Laporan keuangan seringkali tidak dapat disusun langsung dari neraca saldo, karena data yang tercantum dalam neraca saldo masih memerlukan penyesuaian terlebih dahulu. Salah satu tahap dalam penyusunan laporan keuangan adalah melakukan penyesuaian pembukuan dengan membuat jurnal

penyesuaian. Tujuan dari proses penyesuaian adalah sebagai berikut:


1. Setiap rekening riel, khususnya rekening aktiva dan rekening kewajiban, menunjukkan jumlah sebenarnya pada akhir periode. 2. Setiap rekening nominal (rekening pendapatan dan rekening biaya) menunjukkan pendapatan dan biaya yang seharusnya diakui dalam suatu periode.

Agar penyusunan laporan keuangan dapat dilakukan dengan teliti, dibutuhkan suatu alat bantu, yaitu neraca lajur. Neraca lajur adalah suatu kertas berkolom (berlajur) yang dirancang untuk menghimpun semua data akuntansi saat entitas menyusun laporan keuangan dengan cara yang sistematis. Sifat neraca lajur tidak formal dan bukan merupakan bagian dari catatan-catatan akuntansi. Neraca lajur merupakan alat pembantu penyusunan laporan keuangan. Tujuan pembuatan neraca lajur adalah:
1. Untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan. 2. Untuk menggolongkan dan meringkas informasi dari neraca saldo dan data penyesuaian. 3. Untuk mempermudah menemukan kesalahan dalam membuat jurnal penyesuaian.

8. Laporan Keuangan Konsolidasi Konsep akuntansi konsolidasi secara jelas meliputi konsolidasi saat satu atau lebih entitas menjadi entitas anak dari suatu entitas induk (sebutan entitas anak dan induk untuk menunjukkan stratifikasi dari entitas tersebut pada struktur kebijaksanaan nasional). Suatu entitas akan menjadi entitas anak, apabila entitas lain memiliki stratifikasi yang lebih tinggi sehingga memperoleh pengendalian pada entitas lain yang lebih rendah secara langsung. PSAK No 4, "Laporan Keuangan Konsolidasi", paragraf 04, menyatakan bahwa:
Pengertian: ... Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan keuangan dari suatu entitas pemerintah dengan entitas pemerintah/unit-unit organisasi di bawahnya apabila telah ditetapkan sebagai entitas akuntansi dan merupakan kesatuan ekonomi....

11

Entitas Pelaporan
Konsolidasi membawa dua entitas yang sebelumnya terpisah ke dalam pengendalian dengan rim manajemen tunggal (pejabat-pejabat dan karyawan entitas induk). Meskipun entitas itu tetap beroperasi sebagai entitas hukum yang terpisah, konsolidasi tersebut menciptakan entitas pelaporan yang meliputi semua operasi yang dikendalikan oleh manajemen entitas induk. Saat terjadi hubungan entitas anak dan induk, entitas yang lebih rendah stratifikasinya tetap berfungsi sebagai entitas yang terpisah dengan mempertahankan catatancatatan akuntansinya pada basis hukum yang terpisah. Laporan keuangan entitas gabungan disusun untuk mengkonversikan laporan keuangan entitas induk dan entitas anak menjadi laporan keuangan konsolidasi yang merefleksikan posisi keuangan dan hasil operasi entitas gabungan. Entitas pelaporan yang baru bertanggung jawab terhadap pelaporan kepada pemilik modal dan kreditor entitas induk serta pihak-pihak lain yang berkepentingan. Suatu komponen (atau agregasi dari komponen-komponen) harus dipertimbangkan sebagai entitas pelaporan apabila:
1. Manajemen bertanggung jawab atas pengendalian dan penggunaan sumber-daya, menghasilkan keluaran-keluaran dan hasil-hasil (outcomes), melaksanakan anggaran secara keseluruhan atau sebagiannya (dengan asumsi entitas yang bersangkutan tercakup dalam anggaran), dan harus bertanggung jawab atas kinerja entitas. 2. Laporan keuangan menyajikan gambaran yang berarti mengenai operasi dan kondisi keuangan; dan 3. Pemakai laporan menaruh perhatian dan menggunakan informasi pelaporan keuangan untuk membantu pengambilan keputusan tentang alokasi sumber daya dan lainnya dan pertanggungjawaban entitas atas pemanfaatan dan penggunaan sumber-daya itu.

Prosedur Konsolidasi
Penyusunan laporan keuangan konsolidasi dilakukan melalui penggabungan laporan keuangan dari masing-masing entitas dengan menjumlahkan unsur-unsur yang sejenis dari aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan beban. Laporan keuangan konsolidasi dapat menyajikan informasi keuangan dari kelompok entitas tersebut sebagai satu kesatuan ekonomi. Jadi langkah-langkah berikut perlu dilakukan:
1. Saldo nilai tercatat (carrying amount) penyertaan entitas induk pada masing-masing entitas anak dieliminasi dengan ekuitas entitas anak yang menjadi bagian entitas induk 2. Saldo antarentitas dan transaksi antarentitas dalam kelompok entitas tersebut, termasuk penjualan, beban, dan dividen harus dieliminasi seluruhnya. 3. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi yang berasal dari transaksi antar entitas harus dieliminasi. 4. Hak minoritas dalam laba bersih disajikan sebagai pengurang laba bersih konsolidasi untuk mendapatkan jumlah laba bersih yang menjadi hak pemilik modal entitas induk. 5. Hak minoritas dalam aktiva bersih disajikan tersendiri dalam neraca konsolidasi, di antara ekuitas dan kewajiban. 6. Namun demikian, apabila terdapat banyak perbedaan antara entitas induk dengan entitas/

12

unit-unit organisasi/badan usaha/perusahaan di bawahnya, dalam kebijakan selanjutnya dapat ditetapkan bahwa terhadap Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/D) tidak perlu dilakukan konsolidasi dengan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat/Daerah. 7. Hal-hal yang berkaitan dengan pencatatan penyertaan Pemerintah Pusat/Daerah dalam BUMN/D hanya dilakukan sebesar nilai bersih (Equity) dari kekayaan yang ditanam Pemerintah Pusat/Daerah pada BUMN/D bersangkutan. 8. Sesuai dengan kebijakan akuntansi sebagaimana diuraikan pada butir 6 di atas, laporan keuangan BUMN/D yang sesuai dengan tanggal tutup bukunya harus disusun secara terpisah dalam bentuk Laporan Keuangan gabungan BUMN/D dan hanya diperlakukan sebagai informasi tambahan.

Laporan keuangan entitas induk dan entitas anak yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi lazimnya adalah laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang sama. Apabila ternyata tanggal pelaporannya berbeda, entitas anak biasanya menyusun laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang sama dengan entitas induk. Apabila penyesuaian tanggal tersebut tidak dapat dilakukan, laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang berbeda tersebut dapat juga digunakan untuk tujuan konsolidasi sepanjang perbedaan tanggal pelaporan itu tidak lebih dari tiga bulan. Sesuai dengan asas konsistensi, jangka waktu periode laporan maupun perbedaan tanggal pelaporan, harus selalu sama dari waktu ke waktu. C. LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK Laporan keuangan sektor publik merupakan representasi posisi keuangan dari transaksitransaksi yang dilakukan oleh suatu entitas sektor publik. Tujuan umum pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas dari suatu entitas yang berguna bagi sejumlah besar pemakai (wide range users) dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya yang dipakai oleh suatu entitas dalam aktivitasnya untuk mencapai tujuan. Secara spesifik, tujuan khusus pelaporan keuangan sektor public adalah menyediakan informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan, dna menunjukkan akuntabilitas entitas atas sumber daya yang dipercayakan, dengan cara:
a. Menyediakan informasi megenai sumber-sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya keuangan atau finansial. b. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya. c. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas dalam pendanaan aktivitasnya dan memenuhi kewajiban serta komitmennya. d. Menyediakan informasi mengenai kondisi finansial suatu entitas dan perubahan di dalamnya. e. Menyediakan informasi agregat yang berguna untuk mengevaluasi jinerja entitas dalam hal biaya jasa, efisiensi dan pencapaian tujuan.

D. KOMPONEN-KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN Komponen-komponen laporan keuangan Sektor Publik yang lengkap meliputi :

13

a. b. c. d. e.

Laporan posisi keuangan. Laporan kinerja keuangan Laporan perubahan dalam aktiva/ekuitas neto. Laporan arus kas; Kebijakan akuntansi dan catatan atas Laporan Keuangan.

Komponen-komponen laporan keuangan di atas dijadikan sebagai pedoman dalam pembuatan laporan keuangan sektor public. 1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca) Laporan posisi keuangan, atau disebut juga dengan neraca ataupun laporan aktiva dan kawajiban adalah laporan keuangan yang menyajikan posisi aktiva, hutang dan modal pemilik pada suatu saat tertentu. Secara minimum, laporan posisi keuangan harus memasukkan pos-pos yang menyajikan jumlah berikut:
a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. Properti, pabrik dan peralatan. Aktiva-aktiva tidak berwujud. Aktiva-aktiva finansial (selain butir d, f, dan h). Investasi yang diperlakukan dengan metode ekuitas. Persediaan; Pemulihan transaksi non-pertukaran, termasuk pajak & transfer; Piutang dari transaksi pertukaran; Kas dan setara kas; Hutang pajak dan tranfer; Hutang karena transaksi pertukaran; Cadangan (provision); Kewajiban tidak lancar; Partisipasi minoritas; dan Aktiva/ekuitas neto.

2. Laporan Kinerja Keuangan (Laporan Surplus-Defisit) Laporan kinerja keuangan atau disebut juga dengan Laporan Pendapatan dan Biaya, Laporan Surplus-Rugi, Laporan Operasi, Laporan Surplus-Defisit, atau Laporan Profit dan

Loss adalah laporan keuangan yang menyajikan pendapatan dan biaya selama satu periode
tertentu. Laporan kinerja keuangan minimal harus mencakup pos-pos lini berikut:
a. b. c. d. e. f. g. h. Pendapatan dari aktivitas operasi; Surplus atau defisit dari aktivitas operasi; Biaya keuangan (biaya pinjaman); Surplus atau defisit neto saham dari asosiasi dan joint venture yang menggunakan metode ekuitas; Surplus atau defisit dari aktivitas biasa; Pos-pos luar biasa; Saham partisipasi minoritas dari suplus atau defisit neto; dan Surplus atau defisit neto untuk suatu periode.

14

3. Laporan Perubahan dalam Aktiva/Ekuitas Neto Laporan perubahan dalam aktiva/ekuitas neto dari suatu entitas di antara dua tanggal pelaporan menggambarkan peningkatan atau penurunan kekayaan, berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang diadopsi dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Perubahan keseluruhan dalam aktiva/ekuitas neto menyajikan total surplus/defisit neto untuk suatu periode; pendapatan dan biaya lainnya yang diakui secara langsung sebagai perubahan dalam aktiva/ekuitas neto; dan, setiap kontribusi oleh, dan distribusi kepada, pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik. Laporan perubahan dalam aktiva/ekuitas neto ini paling tidak meliputi:
a. Kontribusi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik; b. Saldo untuk surplus dan defisit akumulasian pada awal periode dan pada tanggal pelaporan, dan pergerakan selama periode. c. Pengungkapan komponen aktiva/ekuitas neto secara terpisah, dan rekonsiliasi antara nilai tercatat dari setiap komponen aktiva/ekuitas neto pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan setiap perubahan.

4. Laporan Arus Kas Laporan arus kas menyajikan informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode tertentu. Penerimaan dan pengeluaran kas diklasifikasikan menurut kegiatan operasi, kegiatan pendanaan, dan kegiatan investasi. Informasi arus kas bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan karena menyediakan dasar taksiran kemampuan entitas untuk menghasilkan kas dan setara kas, dan kebutuhan entitas untuk menggunakan arus kas tersebut. 5. Kebijakan Akuntansi dan Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan dari entitas harus:
a. Menyajikan informasi mengenai dasar penyusunan laporan keuangan, dan kebijakan akuntansi spesifik yang dipilih serta diterapkan terhadap transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa penting lainnya; b. Mengungkapkan informasi yang diwajibkan oleh Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik, yang tidak disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan kinerja keuangan, laporan arus kas, dan laporan perubahan aktiva/ekuitas neto; dan c. Menyediakan informasi yang tidak disajikan pada laporan keuangan, namun persyaratan penyajian wajar tetap diterapkan.

Kebijakan akuntansi yang dapat dipertimbangkan oleh suatu entitas untuk disajikan meliputi, namun tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
a. b. c. d. Pengakuan pendapatan. Prinsip-prinsip konsolidasi, termasuk entitas kehdalian. Investasi-investasi. Pengakuan depresiasi/amortisasi aktiva berwujud dan tidak berwujud.

15

e. Kapitalisasi biaya dan pengeluaran lain. f. Persediaan yang dimiliki untuk dijual. g. Aktiva bersyarat lain. h. Kontrak-kontrak konstruksi. i. Investasi properti. j. Instrumen finansial dan investasi. k. Sewa guna usaha/lease. l. Biaya penelitian dan pengembangan. m. Persediaan untuk dikonsumsi. n. Penyisihan (provision). o. Biaya manfaat pensiun. p. Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai (hedging). q. Definisi segmen-segmen dan dasar alokasi biaya antarsegmen. r. Akuntansi inflasi. s. Hibah pemerintah.

E. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK Analisis laporan keuangan dapat ditinjau dari ragam pelaporan yang ada yaitu:
a. Laporan kinerja keuangan (neraca). b. Likuiditas pemerintahan c. Komposisi investasi. d. Kekayaan pemerintah. e. Komposisi kewajiban. f. Revaluasi cadangan. g. Komposisi hutang pensiun. h. Laporan kinerja keuangan (surplus/defisit). i. Efektivitas penarikan pajak. j. Tingkat pelanggaran peraturan keuangan. k. Komposisi pendapatan. l. Komposisi pengeluaran. m. Beban bunga pinjaman. n. Rugi surplus translasi mata uang. o. Laporan arus kas. p. Komposisi arus kas. q. Tingkat penarikan pajak baik individual, organisasi maupun produk. r. Komposisi pajak tidak langsung. s. Komposisi likuiditas pendapatan Iain-lain. t. Komposisi pengeluaran kas. u. Komposisi pengeluaran investasi. v. Komposisi pencairan investasi. w. Komposisi likuiditas pertukaran mata uang.

Selain menganalisis laporan keuangan, pengukuran kinerja perekonomian dapat dilakukan melalui beberapa indikator, yaitu:

a. Indikator Pertumbuhan Ekonomi


1. 2. 3. 4.

Pendapatan nasional bruto per kapita. Tingkat konsumsi per kapita. Volume ekspor. Harga-harga (tingkat inflasi).

b. Indikator Struktural

1. Persentase tabungan domestik bruto terhadap pendapatan nasional bruto.

16

c. Indikator Sosial
1. 2. 3. 4. 5.

2. Persentase investasi domestik bruto terhadap PNB. 3. Persentase barang-barang primer terhadap total ekspor. 4. Konsumsi energi per kapita. Tingkat kematian. Tingkat kematian bayi. Konsumsi kalori per kapita. Tingkat pendidikan dasar. Tingkat pendidikan menengah.

Contoh Kasus Teknik Penyusunan Laporan Arus Kas

(dengan menggunakan metode langsung)

Pemda Propinsi ABC memiliki data hasil aktivitasnya selama tahun 20X1 sebagai berikut: penerimaan yang berasal dari perpajakan sebesar Rp 1.000.000,00; penjualan barang dan jasa sebesar Rp520.000,00. Pemda Propinsi ABC memperoleh hibah sebesar Rp 475.000,00. tahun ini Pemda Propinsi ABC memperoleh pendapatan bunga sejumlah Rp255.000,00. Pemda Propinsi ABC membayar gaji pada karyawan sebesar Rp 950.000,00; pensiunan sebesar Rp200.00,00 dan membayar bunga sebesar Rp230.000,00 dan pembayaran lainnya sebesar Rp255.000,00. Selama tahun 20X1, Pemda Propinsi ABC membeli peralatan seharga Rp525.000,00. Peralatan yang sudah tidak digunakan lagi dijual seharga Rp 152.000,00. Pemda Propinsi ABC juga menjual obligasi pemerintah pusat sebanyak 2.000 lembar dengan harga Rp650,00/lembar. Selain itu, Pemda juga membeli sekuritas mata uang asing seharga $250 dengan kurs jual $1 = Rp5.250,00. Pemda menerima pinjaman dari pemerintah pusat sebesar Rp850.000,00 dan harus membayar kewajibannya tahun kemarin sebesar Rp700.000.00. Tahun ini, Pemda memperoleh alokasi dividen dari BUMD sebesar Rp350.000,00. Saldo awal kas dan setara kas adalah Rp325.000,00. Jadi, laporan arus kasnya adalah sebagai berikut:

PEMDA PROPINSI ABCLAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASIAN Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desembei 20X1 20X1 ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI Penerimaan Perpajakan Rp 1.000.000 Penjualan barang dan jasa 520.000 Hibah 475.000 Penerimaan bunga 255.000 Pembayaran Biaya Karyawan (950.000) Pensiunan (200.000) Penerimaan bunga (230.000) Penerimaan lainnya (255.000) Arus kas neto dari aktrvitas operasi Rp 615.000 ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI Pembelian peralatan (Rp 525.000) Hasil penjualan peralatan 152.000 Hasil penjualan investasi 1.300.000 Pembelian sekuritas mata uang asing (1.050.000) Arus kas neto dari aktivitas investasi (Rp 123.000)

17

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN Penerimaan dari pinjaman Pembayaran kembali pinjaman Distribusi/dividen dari BUMD Arus kas neto dari aktivitas pendanaan Penambahan/(pengurangan) neto kas dan setara kas Kas dan setara kas pada awal periode Kas dan setara kas pada akhir periode

850.000 (700.000) 350.000 Rp 450.000 942.000 325.000 Rp 1.267.000

Rp

Pemda Kota A memiliki data-data hasil aktivitas pada 20X1 sebagai berikut: surplus dari aktivitas biasa Rp3.000.000,00. Depresiasi aktiva tetapnya sebesar Rpl.200.000,00. Pinjaman yang diterima sebesar Rp3.000.000,00, yang berarti mengalami peningkatan sebesar Rp 1.000.000,00 dari tahun sebelumnya. Pinjaman tahun lalu yang harus dibayar adalah Rp 1.525.000,00. Peralatan kantor yang sudah tidak dipakai lagi dijual dengan harga Rp2.500.000,00. Harga perolehan peralatan tersebut adalah Rp7.500.000,00 yang disusutkan dengan metode garis lurus, mempunyai umur ekonomis 5 tahun, dan tanpa nilai residu. Peralatan ini sudah dipakai selama tiga tahun. Di tahun ini, Pemda Kota A memberikan piutang pada Dinas-dinas yang ada sebesar Rp5.500.000,00; lebih besar Rp2.000.000,00 dibandingkan tahun lalu. Berdasarkan informasi tahun lalu, pihak Pemda memperkirakan bahwa penyisihan piutang ragu-ragu akan mengalami kenaikan sebesar Rp5 00.000,00. Peningkatan dalam investasinya karena revaluasi adalah Rp600.000,00. Untuk meningkatkan kinerjanya, Pemda Kota A membeli peralatan kantor baru seharga Rp5.000.000,00. Selain itu, juga menjual obligasi pemerintah pusat sebanyak sepuluh slot ( satu slot = 500 lembar) dengan harga per lembarnya Rp750,00. Untuk tahun 2001, Pemda memdistribusikan dividen kepada pemerintah sebesar Rp1.345.000,00. Saldo kas dan setara kas pada awal periode adalah Rp535.000,00.

PEMDA KOTA A-LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASI Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20X1
20X1 ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI Surplus/(defisit) dari aktivitas biasa Perubahan Non-kas Depresiasi Amortisasi Peningkatan penyisihan piutang ragu-ragu ++++Peningkatan hutang Peningkatan pinjaman Peningkatan penyisihan yang terkait dengan biaya karyawan (Laba)/rugi dari penjualan properti, pabrik dan peralatan (Laba)/rugi dari penjualan investasi Peningkatan aktiva lancar lainnya Peningkatan investasi karena revaluasi Peningkatan piutang Pos luar biasa Arus kas neto dari aktivitas operasi ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI Pembelian bangunan dan peralatan Rp 3.000.000 1.200.000 0 500.000 0 1.000.000 0 (2.000.000) (0) (0) (600.000) (2.000.000)

1.100.000 ( 5.000.000)

18

Hasil penjualan bangunan dan peralatan Hasil penjualan investasi Pembelian sekuritas mata uang asing Arus kas neto dari aktivitas investasi ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN Penerimaan dari pinjaman Pembayaran kembali pinjaman Distribusi/dividen kepada pemerintah Arus kas neto dari aktivitas pendanaan Penambahan/(pengurangan) neto kas dan setara kas Kas dan setara kas pada awal periode Kas dan setara kas pada akhir periode

2.500.000 3.750.000 (0) 1.250.000 3.000.000 (1.525.000) 130.000 2.480.000 535.000 3.015.000

You might also like