You are on page 1of 13

Zakat Media Intropeksi Diri

(OPINI)

Oleh; Suhari, S.Pd.I Seorang dosen mengatakan "zakat merupakan media untuk mensucikan diri dan menjadikan diri fitrah". Tidak semua umat muslim bisa menerima zakat dan berzakat, karena hal ini sudah diatur dalam hukum Islam. Dalam hukum Islam terdapat syarat serta ketentuan-ketentuan yang mewajibkan umat muslim untuk berzakat dan yang berhak menerima zakat. Pada umumnya umat muslim sudah mengetahui siapa-siapa saja yang berhak menerima zakat, secara hukum Islam ada delapan golongan yang wajib menerima zakat atau disebut mustahiq zakat. Untuk mensukseskan maupun mewujudkan zakat itu bermanfaat, ada beberapa kriteria untuk dijadikan panduan bagi diri kita diantaranya; a) Persepsi, b) Yakin. Persepsi Persepsi artinya menggambarkan atau mengekspresikan, bagaimana membuat sesuatu lebih bermakna. Misalnya membuat kegiatan zakat lebih bermanfaat dan mempunyai makna tersendiri seperti tepat sasaran, bagaimana caranya? Mungkin kita pernah mendengar teori 5 W + 1 H yaitu; what, why, who, when, where, how. Teori 5 W + 1 H ini ada hubungannya dengan persepsi? dapat dijelaskan teori ini kalau dilihat secara umum mempunyai manfaat atau renungan untuk kegiatan zakat yaitu; 1) what, Apa itu zakat? Seorang ulama mengatakan "zakat adalah mensucikan diri, agar diri kembali dalam keadaan fitrah (suci)". 2) why, Mengapa zakat dilakukan? Zakat fitrah ini hukumnya wajib berdasarkan hadist Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma: "Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam mewajibkan zakat fitrah pada bulan Ramadhan kepada manusia" (HR Bukhari dan Muslim). 3) who, Siapa saja yang wajib berzakat dan menerima zakat? Zakat fitrah wajib atas kaum muslimin, anak kecil, besar, laki-laki, perempuan, orang yang merdeka maupun hamba. Hal ini berdasarkan hadist Abdullah bin Umar Radhiallahu anhuma; "Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam mewajibkan zakat fitrah sebanyak satu gantang kurma, atau satu gantang gandum atas hamba dan orang yang merdeka, kecil dan besar dari kalangan kaum muslimin" (HR Bukhari dan Muslim). Dan umat muslim yang berhak menerima zakat yang sudah dikenal pada umumnya ada delapan golongan diantaranya fakir miskin. 4) when, Kapan zakat akan dilaksanakan? Menurut Abu Umar zakat fitrah ditunaikan sebelum orang-orang keluar (rumah) menuju shalat 'Id dan tidak boleh diakhirkan (setelah) shalat atau dimajukan penunaiannya, kecuali satu atau dua hari (sebelum 'Id) [lihat pada kitab Ahkam 'Idain fis Sunnah Al Muthaharah karya Ali Hasan Ali Abdul Hamid, cet.maktabah Al Islamiyah] Berdasarkan perbuatan Ibnu Umar Radhiallahu anhuma berdasarkan kaidah rawi hadist diketahui dengan makna riwayatnya maka apabila penunaian zakat itu diakhirkan (setelah) shalat maka dianggap sebagai shadaqah berdasarkan hadist Ibnu Abbas Radhiallahu anhuma: "barang siapa yang menunaikan zakat sebelum shalat maka dia adalah zakat yang diterima, dan barang siapa yang menunaikannya setelah shalat maka dia adalah merupakan shadaqah dari beberapa shadaqah (yang ada)". [telah lewat takhrijnya]. 5) where, Kemana zakat akan disalurkan? Menurut Abu Umar zakat tidak boleh diberikan kecuali kepada orang

yang berhak menerimanya, mereka adalah orang-orang miskin berdasarkan hadist Ibnu Abbas Radhiallahu anhuma: "Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam zakat fitrah sebagai pembersih diri bagi yang berpuasa dari perbuatan-perbuatan sia-sia dan perbuatan kotor dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin". 6) how, Bagaimana cara berzakat? Secara umum umat muslim melaksanakan zakat dengan cara pergi ke masjid langsung ke panitia zakat (amil zakat) atau ada juga langsung dengan orangnya seperti guru atau ustadz tempat belajar al-Qur'an. Dari beberapa uraian di atas kiranya dapat memberikan gambaran seperti apa itu zakat fitrah yang harus kita laksanakan. Yakin Setelah kita mempersepsikan zakat fitrah seperti apa dan sudah mendapat gambaran, maka selanjutnya kita menumbuhkan rasa yakin atau membuat percaya diri maupun orang lain agar percaya. Setelah zakat fitrah terkumpul dan akan segera membagikannya, tentunya sudah ada petugas atau disebut amil zakat. Menumbuhkan rasa keyakinan atau kepercayaan merupakan sesuatu hal yang sulit, karena hal ini akan berhubungan dengan kejujuran seseorang. Di era globalisasi sekarang ini sangat minim sekali untuk mencari orang jujur atau bahkan mencari suatu instansi yang benar-benar bersih dari KKN, dan wajar-wajar saja kalau masyarakat saat ini lebih suka menyalurkan langsung zakatnya kepada orang-orang miskin, salah satu bukti nyata terjadinya tragedi pasuruan Jawa Timur yang menewaskan 21 orang hanya gara-gara menerima uang zakat sebesar Rp.30.000, apa penyebabnya? Mungkin salah satunya adalah tidak percayanya kepada pengelola zakat, hal inilah yang harus kita benahi agar masyarakat percaya. Mudah-mudahan zakat yang kita berikan kepada wajib penerima zakat tersalurkan dengan sukses. Jangan sampai zakat menjadi rebutan dan hanya sekedar belas kasihan untuk memberikannya tapi tanamkanlah rasa ikhlas yang merupakan suatu kewajiaban sehingga zakat fitrah di tahun ini lebih bermakna, sukses dan bermanfaat. suhariary@yahoo.com Penulis adalah Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Utusan STIT Sambas) NIK : 6101052007840004 Nama :Suhari, S.Pd.I Tempat/ Tgl Lahir : Pemangkat, 20 Juli 1984 Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. Abdul Kadir Kasim, Gang. Jamaludin No. 22 Desa/Kel : Harapan Kecamatan : Pemangkat Kab/Kota : Kabupaten Sambas Agama : Islam Status Perkawinan: Belum Kawin Pekerjaan : Mahasiswa Berlaku Hingga : 20-07-2013 Kewarganegaraan : WNI Terbit Tanggal 30 September 2008

Aplikasi Gelar Akademik

(OPINI)

Oleh; Suhari Paradigma yang terjadi di masyarakat saat ini, seseorang yang memiliki gelar akademik apa saja, pasti memiliki kemampuan yang lebih dibanding dengan seseorang yang tidak memiliki gelar akademik. Pernyataan ini secara tidak langsung membuat suatu tolak ukur yang tidak tertulis, namun belum tentu seseorang yang memiliki gelar akademik bisa melakukan apa saja yang diperkirakan oleh masyarakat, misalnya; seseorang yang memiliki gelar akademik apa saja belum tentu bisa khutbah atau tampil ke depan di suatu pertemuan untuk memberikan kata sambutan, sebaliknya seseorang yang dipandang biasa-biasa saja atau orang yang tidak disangka-sangka keberadaannya justru bisa melakukan hal tersebut. Hal ini terbukti ketika akan bergaul atau terjun di masyarakat. Sebenarnya untuk menjadikan tolak ukur suatu gelar akdemik yang dimiliki seseorang meskipun relatif, ada tiga aspek yang harus dilihat serta dikembangkan yaitu; a) Ilmu, b) Pengetahuan, c) Latihan a) Ilmu Pepatah mengatakan, Ilmu tanpa guru, akan menyesatkan artinya ilmu yang diperoleh haruslah ada guru atau pendamping sebagai tempat untuk bertanya agar tidak menyesatkan dalam mengamalkan maupun menerapkannya. Ilmu yang diperoleh tidak hanya dari pendidikan formal secara berjenjang dari Sekolah Dasar sampai ke Perguruan Tinggi, namun bisa juga diperoleh dari pendidikan non formal seperti belajar ilmu tajwid, datang langsung ke rumah ustadz yang dipandang mampu. Dalam mencari atau untuk memperoleh ilmu haruslah didasari rasa ikhlas ingin mendapatkannya, sesuai dengan pernyataan Imam Malik bin Anas yang dikenal dengan mazhab Maliki, Ilmu itu adalah cahaya, ia akan mudah dicapai dengan hati yang taqwa dan khuyuk (fiqh lima mazhab). Pernyataan ini dapat juga diumpamakan, Bagai gelas kaca bening jika disinari maka akan tembus cahayanya, sebaliknya jika gelas kaca yang berwarna hitam maka sulit untuk tembus cahaya artinya jika hati didasari rasa ikhlas ingin mendapatkan ilmu maka mudahlah memperolehnya sebaliknya jika hati kotor (penyakit hati seperti riya) atau didasari niat tertentu maka akan terasa sulitlah untuk meraihnya. b) Pengetahuan Apakah ilmu dan pengetahuan itu sama atau berbeda? Mungkin secara sekilas didengar memang sama tetapi maknanya berbeda, karena di dalam pengetahuan pasti terdapat ilmu. Untuk menjawab pertanyaan ini, seorang dosen filsafat mengatakan, Pengetahuan itu lebih luas dari pada ilmu, karena pengetahuan itu bersifat universal", maksudnya dalam pengetahuan terdapat pengalaman maupun wawasan yang dimiliki seseorang sehingga membedakan antara satu orang dengan orang lain, dan pepatah juga mengatakan, "pengalaman adalah guru yang berharga". Mungkin dari kita ada yang mendengar perkataan seseorang, "saya sudah banyak makan garam" artinya selama hidup sudah banyak pengalaman, wawasan atau pengetahuan yang dimiliki sehingga mudah dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh, serta dapat berbagi pengetahuan yang dimilikinya dengan orang lain.

c) Latihan Teori tanpa praktik, apa bisa? Ilmu dan pengetahuan yang telah diuraikan di atas haruslah diterapkan melalui latihan, apalagi saat ini peluang kerja sangat minim dan penuh persaingan. Seseorang yang memiliki gelar akademik haruslah terampil dan banyak latihan sesuai dengan gelar akademik serta kemampuan yang dimiliki. Gelar akademik tanpa latihan tidak bermakna, 'bagaikan lukisan di dinding, hanya sebagai penghias diri'. Mengapa demikian? Karena sekarang ini bukan hanya sekedar gelar akademik yang dibutuhkan dalam mencari kerja, tetapi haruslah seimbang antara kompetensi diri dengan gelar akademik, meskipun gelar akademik salah satu faktor pendukung dalam mencari kerja. Adapun latihan yang dilakukan sesuai dengan gelar akademik, misalnya; lulusan dari Jurusan Dakwah, hendaknya bisa berceramah lebih profesional melalui latihan (namun ukuran profesional yang dimaksud relatif tergantung penilaian dari masyarakat), begitu juga jurusan dari kesehatan seperti menjadi seorang dokter yang handal, maka latihan melalui penelitian sesuai spesifikasinya. Dari ketiga aspek tersebut, kiranya masyarakat dapat menjadikan penilaian terhadap seseorang yang memiliki gelar akademik sebagai tolak ukur, khusus bagi mahasiswa yang sedang menempuh studi di berbagai Perguruan Tinggi, kiranya dapat mengembangkan ilmu dan pengetahuan serta banyak latihan sesuai dengan jurusan serta dapat mempersiapkan diri untuk mengaplikasikan diri di masyarakat, karena 'tahu atau tidaknya seseorang yang memiliki gelar akademik' secara tidak langsung masyarakat akan menuntut bidang keilmuan maupun keterampilan yang dimiliki. Salah satu contoh sekarang ini sudah adanya UUD No. 20 Tahun 2008 tentang guru dan dosen, maka secara otomatis akan terjadi sertifikasi bidang keilmuan serta gelar akademik seseorang. Mudah-mudahan kita menyadari hal ini, serta memperkaya diri dengan ilmu, pengetahuan dan memperbanyak latihan sesuai dengan gelar akademik.

Penulis adalah Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Utusan STIT Sambas) NIK : 6101052007840004 Nama :Suhari, S.Pd.I Tempat/ Tgl Lahir : Pemangkat, 20 Juli 1984 Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. Abdul Kadir Kasim, Gang. Jamaludin No. 22 Desa/Kel : Harapan Kecamatan : Pemangkat Kab/Kota : Kabupaten Sambas Agama : Islam Status Perkawinan: Belum Kawin Pekerjaan : Mahasiswa Berlaku Hingga : 20-07-2013 Kewarganegaraan : WNI

Pendidikan di Krisis Global

(OPINI)

Oleh; Suhari, S.Pd.I Pendidikan merupakan bagian dari kebutuhan hidup yang harus dipenuhi setiap orang dan merupakan tema yang sangat menarik untuk dikaji, sehingga menciptakan karya dalam dunia pendidikan. Salah satu karya anak bangsa yang berhubungan dengan bidang pendidikan dan dikagumi oleh Presiden RI adalah film Laskar Pelangi, yang menceritakan makna pendidikan yang serba dalam keterbatasan, sehingga akhirnya berhasil sangat memuaskan dengan kondisi ekonomi yang minim yang diangkat dari kehidupan kau m pinggiran nan miskin dan terlupakan di Pulau Belitong (sekarang Provinsi Bangka Belitung). Film Laskar Pelangi memberikan dorongan atau semangat untuk mendapatkan pendidikan, sehingga jangan menjadikan alasan ekonomi untuk kepentingan pendidikan. Karya ini bukan sekedar karya semata tetapi merupakan realitas kehidupan seseorang yang pernah dialami. Film laskar pelangi juga memberikan perubahan perspektif orang mengenai makna pendidikan. Dari karya tersebut memberikan gambaran untuk dunia pendidikan sebagai bahan perbandingan untuk tetap eksis di krisis global dengan zaman sebelum adanya krisis, ada beberapa hal yang harus dilakukan agar kegiatan pendidikan tetap eksis keberadaannya, diantaranya: a. Hemat Hal yang tepat dilakukan di krisis global ini adalah membiasakan hidup hemat. Berhemat bukan berarti membatasi sesuatu hal, baik itu berupa kegiatan maupun kebiasaan, tetapi bagaimana caranya agar kegiatan tetap berjalan sesuai yang dijadwalkan dalam kondisi apa pun seperti kondisi krisis global. Berhemat merupakan hal yang wajar untuk dilakukan setiap orang untuk mempertahankan keberadaan diri maupun lembaga. Tidak semua orang dapat melakukan sikap hemat, karena hal ini berkaitan dengan kepribadian. Ada satu teori yang mengatakan tentang kepribadian yang dikemukakan oleh Zig Ziglar (Somthing Else to Smile Abaut, 2001), yang mengatakan, Perhatikanlah pikiran Anda karena ia akan menjadi kata-kata. Perhatikanlah kata-kata Anda, karena ia akan menjadi kebiasan Anda. Perhatikanlah kebiasaan Anda, karena ia akan menjadi karakter Anda. Dan perhatikanlah karakter Anda, karena ia akan menjadi takdir Anda. Dari teori ini, meperlihatkan bagi seseorang yang dapat dijadikan sebagai gambaran untuk membiasakan berhemat, karena sangat jelas sesuatu yang dibiasakan secara rutin maka akan menjadikan karakter yang baik maupun buruk. Dapat dipahami untuk menjadikan kebiasaan hidup hemat, diantaranya dengan belajar bekerja, sehingga hasil dari bekerja dapat memberikan makna hemat, orang yang telah bekerja maka akan mendapatkan hasil. Seseorang yang merasakan sulitnya bekerja untuk mendapatkan hasil maka secara tidak langsung memberikan pendidikan untuk melakukan penghematan, apalagi di saat krisis global. Memanfaatkan sesuatu barang bekas merupakan cara untuk berhemat juga. b. Sabar Pendapat ulama mengartikan sabar adalah tabah hati tanpa mengeluh dalam menghadapi godaan dan rintangan dalam jangka waktu tertentu dalam rangka

mencapai tujuan. Dalam agama, sabar merupakan satu diantara stasiun-stasiun (maqamat) agama, dan satu anak tangga dari tangga seorang salik dalam mendekatkan diri kepada Allah. Seorang ahli psikologis mengatakan kita bisa memaknai sabar sebagai sebuah kemampuan untuk menerima, mengolah, dan menyikapi kenyataan. Dengan kata lain, sabar adalah upaya menahan diri dalam melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu untuk mencapai ridha Allah. Difirmankan, Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Rabb-nya (QS Ar Rad [13]: 22). Dari pendapat ahli tentang sabar sangat menarik untuk dijadikan perbandingan realitas kehidupan antara orang yang sabar dan yang tidak sabar dalam menghadapi suatu masalah, misalnya dalam menghadapi krisis global. Sabar juga merupakan sebagian kecerdasan emosional yang dapat mendidik kepribadian seseorang dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang sedang dihadapi. Adanya sikap sabar ini setidaknya akan meredam emosi atau amarah sehingga membuat diri maupun orang lain menjadi tenang, rukun dan damai. Sekarang ini perbuatan-perbuatan yang merugikan orang lain maupun pemerintah sudah menjadi hal yang biasa contohnya adanya tawuran antar pelajar maupun mahasiswa, mungkin ini salah satu faktor ketidak sabaran dalam menghadapi permasalahan yang berimbas pada kepribadian seseorang, dan jangan menjadikan krisis global ini sebagai kambing hitam yang seolah-olah semuanya berasal dari krisis global. Dari kedua hal tersebut yaitu antara hemat dan sabar merupakan salah satu media pendidikan untuk menetralisir kejadian-kejadian yang tidak diinginkan yang dapat merugikan diri maupun masyarakat. Kesimpulannya hemat dan sabar merupakan salah satu komponen pendidikan. Mudah-mudahan kita termasuk orang yang hemat, sabar sehingga bijaksana dalam memberikan suatu keputusan maupun tindakan. Penulis adalah Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Utusan STIT Sambas) NIK : 6101052007840004 Nama :Suhari, S.Pd.I Tempat/ Tgl Lahir : Pemangkat, 20 Juli 1984 Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. Abdul Kadir Kasim, Gang. Jamaludin No. 22 Desa/Kel : Harapan Kecamatan : Pemangkat Kab/Kota : Kabupaten Sambas Agama : Islam Status Perkawinan: Belum Kawin Pekerjaan : Mahasiswa Berlaku Hingga : 20-07-2013 Kewarganegaraan : WNI Terbit tanggal 28 Nopember 2008

Nilai Pendidikan Dalam Qurban

(OPINI)

Oleh; Suhari, S.Pd.I Peristiwa qurban merupakan media membangkitkan emosional religius, sebagian ulama mengatakan qurban itu adalah sebagai pembuktian ketaqwaan yang tinggi terhadap Allah SWT. Salah satu ayat dalam Al-Quran yang berkaitan dengan qurban yaitu Surah As Shaffat 102: Ibrahim berkata "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Ayat ini diperjelas lagi pada Surah As Shaffat 107: Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Dalam penjelasan surah As Shaffat 107, dikatakan Sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan Ismail a.s. maka Allah melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan korban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan (kambing). Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya Qurban yang dilakukan pada hari Raya Haji.(1285) Dari surah As Shaffat yang berkaitan dengan peristiwa qurban, dapat diambil beberapa nilai pendidikan diantaranya: Membuktikan kesetian kepada Allah dan orang tua Mendidik diri setia atau patuh kadang-kadang sulit untuk dilakukan, karena tumbuhnya rasa setia sejalan dengan keimanan seseorang terhadap Allah SWT. Salah satu bukti kesetian terhadap Allah SWT adalah berkurban seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s. Dari surah As Shaffat 102 menunjukkan bahwa adanya hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak dengan cara berdialog dalam menyelesaikan suatu permasalahan, kalau dihubungkan dengan zaman saat ini hanya sebagian orang tua yang melakukan hal yang demikian dalam menyelesaikan permasalahan. Sebenarnya surah Ash Shaffat 102 secara tidak langsung memberi pengajaran yang sangat berharga dalam proses mendidik anak, baik dalam membentuk akhlak, aqidah seorang anak. Jika seorang anak sudah memiliki keimanan yang kuat, maka kesadaran untuk berbuat patuh dan hormat kepada orang tua akan berjalan sendirinya. Tidak heran sekarang ini, ada sebagian anak-anak yang berkata kasar pada orang tua, hal ini salah satu penyebab kurangnya penanaman akhlak terhadap anak sejak dini. Membentuk ketaqwaan yang kuat Pelajaran utama yang dapat kita petik dari surah Ash Shaffat 102 adalah semangat untuk ikhlas dalam mengorbankan kepentingan pribadi, dan menjalani hidup hanya demi menegakkan kepentingan Allah SWT seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s. Karena bisa jadi, selama ini sesuatu kepentingan yang lain lebih dinomor satukan akibatnya jauh dari nilai-nilai ketaqwaan kepada Allah SWT. Seorang ulama mengatakan, sesuatu yang dinomor satukan itu adalah Tuhan bagi dirinya. Permasalahannya sekarang, bagaimana membentuk ketaqwaan yang kuat dalam diri? Satu hal yang terpenting dilakukan di Idul Adha adalah berkurban. Qurban merupakan salah satu cara dalam membentuk ketaqwaan yang kuat dan merupakan media untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pada umumnya umat Muslim

sudah mengetahui konsep taqwa, yaitu Menjauhi larangan-Nya dan menjalankan perintah-Nya. Namun konsep ini tidak begitu disadari dalam realita kehidupan sehari-hari, contohnya; masih ada sebagian orang berbuat maksiat. Apa yang mendorong seseorang berbuat demikian? Tentunya salah satu faktor kurangnya menyadari makna taqwa. Jika seseorang sudah tahu dan paham memaknai taqwa sesungguhnya, maka semakin dekatlah dirinya terhadap Allah SWT. Kesimpulan dari tulisan ini, Idul Adha adalah hari yang menandai peristiwa ujian berat oleh Nabi Ibrahim a.s pada masa itu, dan merupakan sebuah pertaruhan hidup yang sulit dalam mengorbankan anaknya Ismail a.s. Dalam berqurban terdapat beberapa nilai pendidikan yang dapat menjadikan umat Muslim benar-benar taqwa kepada Allah SWT dan menumbuhkan rasa simpati terhadap orang yang kurang mampu. Berqurban juga merupakan media untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mudah-mudahan hadirnya Idul Adha tahun ini, akan membentuk kepribadian taqwa yang kuat melalui qurban, dan menjadikan rukun, damai dalam bermasyarakat. Penulis adalah Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Utusan STIT Sambas) NIK : 6101052007840004 Nama :Suhari, S.Pd.I Tempat/ Tgl Lahir : Pemangkat, 20 Juli 1984 Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. Abdul Kadir Kasim, Gang. Jamaludin No. 22 Desa/Kel : Harapan Kecamatan : Pemangkat Kab/Kota : Kabupaten Sambas Agama : Islam Status Perkawinan: Belum Kawin Pekerjaan : Mahasiswa Berlaku Hingga : 20-07-2013 Kewarganegaraan : WNI No HP : 085252214786

Bebaskan CPNS Dari KKN

(OPINI)

Oleh; Suhari, S.Pd.I Pada tanggal 9 Desember 2008 adalah hari peringatan korupsi sedunia yang di laksanakan di Monas Jakarta yang dihadiri oleh Presiden RI. Peringatan hari korupsi merupakan media intropeksi bagi bangsa ini betapa, sangat mengkhawtirkan negara ini penuh dengan sarang koruptor, buktinya mengapa harus ada peringatan anti korupsi?? Seharusnya HUT Pemberantasan Korupsi bukan Peringatan Hari Anti Korupsi, secara tidak langsung hal ini mengingat perbuatan yang jelek bagi pelaku koruptor. Kalau dikaji dari kata peringatan, hanyalah sekedar rambu-rambu tapi setelah itu berjalan lagi seperti biasanya, seperti lampu merah yang ada di persimpangan jalan dan wajar kalau ada lagi oknum-oknum yang melakukan korupsi, meskipun sampai saat ini banyak kasus-kasus korupsi yang telah diberantas oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Hadirnya KPK merupakan suatu bukti untuk memperbaiki bangsa ini dari koruptor yang tidak bertanggung jawab. Gambaran tersebut kiranya dapat memberikan arah bagi pelaksanaan tes penerimaan pegawai negeri yang akan dilaksanakan tanggal 20 Desember 2008, paling tidak sikap yang harus direalisasikan yaitu jujur, dan pembenahan sistem. Jujur PNS saat ini merupakan pekerjaan yang sangat di dambakan setiap orang. Tidak heran, ada sebagian orang melakukan KKN demi menjadi PNS, hal ini didorong beberapa faktor diantaranya; secara psikologis, tidak dipungkiri kebanyakan orang ingin hidup senang tanpa beban, dan tidak heran apa pun yang dilakukan asal tujuan tercapai. Salah satu sikap untuk meredam terjadinya hal seperti ini adalah membiasakan sikap jujur. Di pulau Jawa, di sekolah-sekolah sudah mulai menerapan sikap jujur terhadap anak didik dengan cara mendirikan kantin kejujuran. Program kantin kejujuran ini merupakan metode dari pengajaran yang diterapkan di Pulau Jawa, ini merupakan salah satu contoh untuk diterapkan di sekolah-sekolah yang ada saat ini. Mudah-mudahan program seperti ini diikuti sekolah-sekolah yang ada di Nusantara tidak hanya di Pulau Jawa sehingga merata dalam menerapkan sikap jujur. Ada satu hikayat yang menggambarkan sikap jujur Umar RA yaitu, Pada suatu hari Khalifah Umar bin Khattab RA naik ke mimbar dengan mengenakan pakaian rangkap dua. Ia berkata, "Wahai segenap manusia, tidakkah kalian mendengar?" Salman al-Farisi RA berkata, "Kami tidak akan mendengarkan kata-katamu." Umar RA bertanya, "Mengapa, wahai Aba Abdillah (Salman)?" Salman RA menjawab, "Engkau membagi-bagikan kepada kami masing-masing sepotong pakaian, sedangkan engkau memakai pakaian rangkap dua." Umar RA menjawab, "Jangan terburu-buru berkata demikian." Kemudian ia berseru kepada para hadirin, "Wahai, Abdullah... Abdullah..." Tidak seorang pun yang menjawab. Umar menyeru lagi, "Wahai, Abdullah ibnu Umar!" Abdullah Ibnu Umar putranya, menjawab, "Labbaik, wahai Amirul Mukminin." Umar bertanya, "Aku bertanya demi Allah, benarkah baju yang kupakai ini adalah milikmu?" Abdullah bin Umar menjawab, "Benar, demi Allah pakaian itu benar milikku." Kemudian Salman RA berkata, "Sekarang bicaralah. Kami akan mendengarkan kata-katamu." Dari hikayat ini memberikan

pengajaran yang sangat berharga yang menggambarkan sikap jujur untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan harus dibiasakan. Pembenahan Sistem Setelah adanya sikap jujur dalam diri pribadi maka yang harus dibenahi adalah pembenahan sistem. Berbicara masalah sistem ini tentunya tidak terlepas dari manajemen dan kinerja dalam menjalankan tugas. Sistem merupakan suatu sistematika kinerja yang harus sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku di masyarakat maupun organisasi, yang menggambarkan baik buruknya manajemen yang dikelola. Pakar manajemen Didin dan Hendri (2003: 3) mengatakan, manajemen adalah perencanaan segala sesuatu secara mantap untuk melahirkan keyakinan yang berdampak pada melakukan sesuatu sesuai dengan aturan serta memberikan manfaat. Manajemen dalam arti mengatur segala sesuatu agar dilakukan dengan baik, tepat dan tuntas yang merupakan hal disyariatkan dalam ajaran Islam. Sangat jelas dari pendapat tersebut, suatu sistem sangat mempengaruhi kinerja secara langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan tugas sehingga menghasilkan sistem kerja yang bermutu dan bermanfaat dan tidak memungkinkan terjadinya manipulasi atau KKN. Dari kedua realisasi antara sikap jujur dan pembenahan sistem, mudah-mudahan memberikan masukan yang bermanfaat dalam penyelenggaraan penerimaan CPNS pada tahun ini sehingga bebas dari KKN dan oknum-oknum yang ingin melakukan kecurangan diberi kesadaran dan sikap jujur dalam menjalakan tugas, sehingga menjadi rukun, tertib, aman tidak ada protes. Penulis adalah Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Utusan STIT Sambas) NIK : 6101052007840004 Nama :Suhari, S.Pd.I Tempat/ Tgl Lahir : Pemangkat, 20 Juli 1984 Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. Abdul Kadir Kasim, Gang. Jamaludin No. 22 Desa/Kel : Harapan Kecamatan : Pemangkat Kab/Kota : Kabupaten Sambas Agama : Islam Status Perkawinan: Belum Kawin Pekerjaan : Mahasiswa Berlaku Hingga : 20-07-2013 Kewarganegaraan : WNI No HP : 085252214786

(OPINI) Oleh; Suhari, S.Pd.I Peringatan satu Muharam tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan yang dapat membangkitkan ekspresi keimanan umat Muslim. Ekspresi dari peringatan satu Muharam dapat dilihat dari beberapa kegiatan diantaranya; ceramah agama, MTQ, maupun perlombaan lainnya seperti lomba busana muslim. Dari beberapa ekspresi kegiatan satu Muharam, mungkin kita dapat mengambil hikmah di balik dari kegiatan tersebut yaitu menjadikan satu Muharam sebagai media Pendidikan Qurani, bagaimana caranya? Aspek yang harus dilihat dalam Pendidikan Qurani menurut Mansur (Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam , 2005) diantaranya; Pendidikan Ibadah, Pendidikan Membaca al-Quran, Pendidikan Akhlakul Karimah, Pendidikan Akidah. Pendidikan Ibadah Aspek pendidikan ibadah yang dimaksud di sini adalah ibadah shalat, karena shalat merupakan penilaian utama dari ibadah lainya, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT yang artinya; Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia untuk mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu, sesungguhnya hal yang demikian itu termasuk diwajibkan oleh Allah (Q.S Luqman: 17). Dari ayat ini secara tidak langsung merintahkan bahwa shalat merupakan kewajiban bagi Umat Muslim untuk di taati. Nilai pendidikan dalam shalat yang dapat diambil diantaranya mempererat kebersamaan umat Muslim, membina kerukunan, mendidik disiplin tepat waktu. Penanaman nilai-nilai Islam inilah yang dapat meredam sebagian aksi kekerasan seperti KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) sehingga membentuk kedamaian dalam bermasyarakat. Yang termasuk penanaman nilai-nilai Islam ini seperti yang dikemukan oleh M. Jindar Wahyudi (Nalar Pendidikan Qurani) yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam praktek pendidikan yang mengandung nilai Insaniah dan Ilahiyah. Yaitu: a) nilai yang bersumber dari sifat-sifat Allah sebanyak 99 yang tertuang dalam al Asmaul Husna yakni nama-nama yang indah yang sebenarnya karakter idealitas manusia yang selanjutnya disebut fitrah, inilah yang harus dikembangkan. b) Nilai yang bersumber dari hukum-hukum Allah, yang selanjutnya di digolongkan pada nilai insaniah. Nilai ini merupakan nilai yang terpancar dari daya cipta, rasa dan karsa manusia yang tumbuh sesuai dengan kebutuhan manusia. Pendidikan Membaca al-Quran Ada sebagian umat Muslim tidak bisa membaca Al-Quran, hal ini sangat memperhatinkan bagi generasi selanjutnya. Apa penyebabnya? Salah satu penyebabnya adalah kurang menyadari betapa pentingnya Al-Quran sebagai pedoman hidup (way of life) untuk dipelajari. Hal ini sejalan dengan Hadis (Fairut Masduqi, 10 Sahabat Dijamin Masuk Syurga, 2001) yang artinya sebaik-baik kamu ialah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkan kepada orang lain (H.R Bukhari). Sangat jelas bahwa mempelajari dan mengajarkan kepada seorang muslim yang belum tahu membaca Al-Quran merupakan suatu proses dari pendidikan yang sangat berharga dan sangat bermanfaat. Untuk mengatasi hal ini tentunya yang berperan aktif terutama adalah orang tua sebagai pendidik utama dalam keluarga dan

1 Muharam Media Pendidikan Qurani

lembaga pendidikan yang bernuansa islami seperti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK). Pendidikan Akhlakul Karimah Karakter seseorang sangat terkait dengan akhlak, karena hal ini menggambarkan kepribadian seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Mansur (Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, 2005) Orang tua mempunyai kewajiban untuk menanamkan akhlakul karimah pada anak-anaknya yang dapat membahagiakan di alam kehidupan dunia dan akhirat. Pendidikan akhlakul karimah sangat penting untuk diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya dalam keluarga. Penjelasan ini merupakan sangat penting dalam membentuk sikap atau watak seorang anak, karena orang tua merupakan pendidik utama dalam keluarga sehingga dapat mengawasi secara langsung sikap seorang anak. Pendidikan akhlak haruslah dibiasakan terutama kepada anak usia dini sehingga nantinya selalu mentaati perintah dan menjauhi larangan-Nya. Pendidikan Akidah Pendidikan yang qurani tentunya dimulai dalam keluarga yang harus memperhatikan akidah Islamiyah, sejalan dengan firman Allah yang artinya: Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran padanya: Hai anakku janganlah kamu mempersekutukan Allah sesungguhnya mempersekutukan Allah benar-benar merupakan kedlaliman yang besar (Q.S. Luqman: 13). Penjelasan ayat di atas merupakan pendidikan dasar islami yang utama harus ditanamkan kepada anak yang merupakan dasar pedoman hidup seorang muslim, karena al-Quran telah menjelaskan bahwa tauhid yang diperintahkan Allah kepada kita agar dipegang secara erat. Kesimpulan tulisan ini adalah empat aspek yang harus diperhatikan untuk membentuk pendidikan Qurani yaitu Pendidikan Ibadah, Pendidikan Membaca alQuran, Pendidikan Akhlakul Karimah, Pendidikan Akidah. Keempat aspek ini haruslah ditanamkan pertama kali di lingkungan keluarga, karena keluarga merupakan peletak pendidikan dasar yang dilakukan oleh orang tua. Mudah-mudahan peringatan 1 Muharam ini memberikan pendidikan yang Qurani sehingga membentuk generasi yang islami. Penulis adalah Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Utusan STIT Sambas)
NIK Nama Tempat/ Tgl Lahir Jenis Kelamin Alamat Desa/Kel Kecamatan Kab/Kota Agama Pekerjaan Berlaku Hingga Status Perkawinan Kewarganegaraan No HP : 6101052007840004 :Suhari, S.Pd.I : Pemangkat, 20 Juli 1984 : Laki-laki : Jl. Abdul Kadir Kasim, Gang. Jamaludin No. 22 : Harapan : Pemangkat : Kabupaten Sambas : Islam : Mahasiswa : 20-07-2013 : Belum Kawin : WNI : 085252214786

THR Dari Allah SWT

(OPINI) Oleh; Suhari, S.Pd.I, M.S.I

Bulan Ramadhan atau biasa disebut kebanyakan orang bulan puasa, saat ini sudah berada dipenghujung dan akan menyambut kemenangan menuju yang fitrah. Sebagian ulama tentunya merasa sedih meninggalkan bulan yang penuh rahmat, berkah karena tahun depan belum tentunya berjumpa lagi dengan Bulan Ramadhan. Kesedihan bukan berarti Budaya atau tradisi yang biasa dijalani bagi orang-orang untuk menyambut lebaran ID Fitri berbelanja serba baru dan

You might also like