You are on page 1of 47

doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa

2






(Kumpulan Materi Khuthbah Jumat)


















Oleh:

K.H. MUHYIDDIN FATTAH, MA






`t}|w ]t| T `t}|w ]t| T `t}|w ]t| T `t}|w ]t| T@ @@ @Y|wt Y|wt Y|wt Y|wt
Komplek Angkasa RW. 9 Halim Perdanakusumah
Jakarta Timur Kode Pos 13610


doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
3






Daftar Isi

1. Prioritas utama pengamalan ajaran agama .................. 3
2. Menghadirkan niat ikhlas karena Allah ................... 10
3. Menjaga aqidah dari kekufuran ............................... 18
4. Kemuliaan masjid dan adab di dalamnya ................. 27
5. Muhasabah dalam kehidupan sehari-hari ................. 36
6. Khuthbah kedua .................................................................. 46

doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
4
Prioritas Utama Pengamalan Ajaran Agama
ijk

. ,

. ,

.,
Maasyiral Muslimin sidang Jumah rahimakumullah
Segala Puji kita panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala,
yang selalu melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kepada
kita semuanya hingga sampai saat ini kita masih bisa
melaksanakan faridlatul Jumah; kewajiban shalat Jumah
berjamaah.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada baginda
Nabi besar Muhammad shallallahu alayhi wa sallam,
keluarganya, para sahabatnya, serta orang-orang yang
senantiasa mengikuti jejak langkahnya.
Kami selaku khathib mewasiatkan kepada diri kami dan
kepada para jamaah sekalian, marilah senantiasa kita
meningkatkan kualitas iman dan takwa kita kepada Allah
subhanahu wa taala, karena di akhirat nanti, di alam kubur
nanti, tidak ada sesuatupun yang bermanfaat bagi kita
kecuali iman, takwa dan amal shaleh yang kita lakukan
ikhlas karena Allah subhanahu wa taala.

Maasyiral Muslimin rahimakumullah
Belakangan ini muncul di kalangan sebagian besar umat
Islam kesadaran untuk kembali menghayati nilai-nilai agama,
untuk kembali mengamalkan ajaran-ajaran agama yang Allah
turunkan kepada kita semuanya yaitu agama Islam, satu-
satunya agama yang diridlai oleh Allah subhanahu wa taala.
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
5
Namun muncul kebimbangan, muncul ketidaktahuan, dari
mana seseorang harus memulai mengamalkan agama. Sekian
banyak orang tidak mengetahui apa inti ajaran agama Islam
ini, sehingga sebagian orang mengira bahwa dengan berdzikir,
mengikuti halaqah-halaqah dzikir maka dia sudah
melaksanakan ajaran Islam seluruhnya, sebagian lagi
menganggap bahwa Islam dari A sampai Z adalah ketika
seseorang memanjangkan janggutnya, memakai jubah,
memakai peci haji, memendekkan celananya dan lain
sebagainya.
Sebagian orang lagi mengira bahwa melaksanakan,
mengamalkan ajaran Islam adalah dengan senantiasa
mengadakan peringatan-peringatan seremonial Islam, hari-
hari besar Islam seperti peringatan Maulid, Isra Miraj, Nishfu
Syaban dan lain sebagainya.
Padahal kalau kita tilik, kita tinjau hadits Rasulillah
shallallahu alayhi wa sallam. Rasulullah shallallahu alayhi
wa sallam bersabda :

, ,
Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam bersabda, beliau
menjelaskan tentang inti ajaran Islam :
Bahwa Allah subhanahu wa taala mewajibkan beberapa
kewajiban, maka janganlah dilalaikan dan Allah subhanahu wa
taala membuat batasan-batasan, membuat pagar-pagar janganlah
diterjang dan Allah subhanahu wa taala mengharamkan beberapa
hal yang Allah haramkan jangan diterjang, jangan dilakukan.
Inilah sesungguhnya inti dari ajaran Islam, orang yang
mengetahui hadits ini, mempelajari ilmu agama akan tahu
bahwa inti dari ajaran Islam adalah :


Melaksanakan kewajiban-kewajiban yang Allah wajibkan
dan menjauhi semua hal-hal yang diharamkan oleh Allah
subhanahu wa taala.
Ketika seseorang mau mengamalkan ajaran Islam, maka
sesuatu yang harus dia prioritaskan, dia kedepankan adalah
melaksanakan kewajiban-kewajiban yang Allah wajibkan dan
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
6
menjauhi hal-hal yang diharamkan oleh Allah subhanahu wa
taala.
Kalau kita tilik maka peringatan Maulid, peringatan Isra
Miraj dan lain sebagainya hanyalah merupakan perkara-
perkara sunnah dan bukan perkara wajib. Memanjangkan
janggut, memakai baju jubah, memendekkan celana itu
bukanlah suatu kewajiban tetapi hanya perkara sunnah,
karena itu tidak layak untuk dijadikan prioritas utama dalam
mengamalkan ajaran Islam.
Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam ketika beliau
mendidik para sahabatnya, beliau terlebih dahulu
mendahulukan mengajarkan kepada mereka hal-hal yang
berkait dengan kewajiban dan menjauhi hal-hal yang
diharamkan oleh Allah subhanahu wa taala. Satu-satunya
jalan untuk mengetahui hal-hal yang diwajibkan oleh Allah,
untuk mengetahui hal-hal yang diharamkan oleh Allah adalah
dengan mempelajari ilmu agama, karena kewajiban itu
sangatlah banyak, kewajiban yang Allah wajibkan kepada kita
bukan hanya shalat lima waktu, hal-hal yang Allah haramkan
kepada kita bukan hanya berzina, berjudi dan semacamnya
tetapi banyak sekali hal-hal yang diharamkan oleh Allah
subhanahu wa taala. Jalan satu-satunya untuk mengetahui
hal-hal yang wajib dan perkara-perkara yang haram adalah
mempelajari ilmu agama.
Karena itu kita lihat kondisi para sahabat Nabi, meskipun
banyak di kalangan mereka yang ummi, yang tidak bisa
membaca tulisan dan tidak mengenal membaca, tidak bisa
menulis dan tidak bisa membaca, namun demikian, itu tidak
mematahkan semangat mereka untuk mempelajari ilmu
agama, meskipun dengan cara menguping pelajaran-
pelajaran Nabi shallallahu alayhi wa sallam. Meskipun para
sahabat itu sekian banyak yang ummi tapi karena mereka
tekun belajar kepada baginda Nabi besar Muhammad
shallallahu alayhi wa sallam akhirnya mereka berhasil
terbentuk menjadi generasi terbaik umat ini, Allah subhanahu
wa taala berfirman dalam Surat al-Jumah, Allah taala
mengatakan :
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
7


Allah-lah yang mengutus di kalangan para orang yang ummi,
di kalangan masyarakat yang tidak mengerti baca tulis seorang
Rasul dari kalangan mereka,
...

...
Rasul tersebut membacakan ayat-ayat Allah, yang Allah
turunkan kepada mereka,
...

...
Rasul tersebut menyucikan jiwa mereka
...

...
Rasulullah mengajarkan kepada mereka al-Quran dan Sunnah,
...


Meskipun mereka sebelum itu dalam kesesatan yang nyata.

Tetapi karena berkat keteguhan mereka belajar agama
kepada baginda Nabi besar Muhammad shallallahu alayhi wa
sallam, mereka pelajari apa yang Allah wajibkan kepada
mereka, mereka pelajari apa yang Allah haramkan kepada
mereka, kemudian mereka mengamalkan itu, melaksanakan
semua kewajiban dan menjauhi semua larangan, akhirnya
mereka menjadi generasi terbaik di kalangan umat
Muhammad shallallahu alayhi wa sallam, tidak ada generasi
yang lebih mulia daripada generasi sahabat Nabi shallallahu
alayhi wa sallam, Rasulullah bersabda :

, ,
Sebaik-baik generasi adalah generasi di mana aku hidup,
kemudian generasi setelahnya, kemudian generasi setelahnya.
Ini artinya bahwa kita sesibuk apapun janganlah sampai
mengosongkan dalam seminggu meskipun satu hari,
meskipun satu jam, untuk mempelajari ilmu agama Islam,
yang diajarkan di masjid-masjid, di majelis-majelis talim, di
mushalla-mushalla, di rumah-rumah para Ulama dan lain
sebagainya. Janganlah sampai kita lewatkan, karena bekal
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
8
kita untuk ke akhirat nanti, tiada lain adalah belajar ilmu
agama kemudian mengamalkannya, melaksanakan kewajiban
dan menjauhi semua yang dilarang oleh Allah subhanahu wa
taala. Allah taala menyatakan dalam sebuah hadits qudsiy :

... , ,
Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepadaku dengan
sesuatu yang lebih aku cintai daripada perkara-perkara yang aku
wajibkan kepadanya dan setelah itu hambaku akan mendekatkan
diri kepadaku dengan mengamalkan perkara-perkara yang sunnah
yang dianjurkan oleh agama, karena itu...

Maasyiral Muslimin sidang Jumah rahimakumullah
Marilah kita prioritaskan, untuk mempelajari ilmu agama,
kemudian kita amalkan kewajiban-kewajiban, kita jauhi
larangan-larangan Allah subhanahu wa taala, sehingga kita
termasuk orang yang mengamalkan perintah Allah untuk
bertaqwa kepada-Nya karena hakekat taqwa adalah
melaksanakan semua kewajiban dan menjauhi semua
larangan Allah subhanahu wa taala.

Maasyiral Muslimin rahimakumullah
Di antara sekian banyak ilmu agama, di antara sekian
banyak kewajiban, kewajiban yang paling utama dan
kewajiban yang paling besar pahalanya adalah beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya, Rasulullah shallallahu alayhi
wa sallam bersabda :

. ,

, ,
Amal yang paling utama, amal yang paling mendekatkan diri
kepada Allah, amal yang paling besar pahalanya adalah adalah
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Karena itu kita harus mempelajari bagaimana cara beriman
kepada Allah. Beriman kepada Allah adalah harus meyakini
bahwa Allah subhanahu wa taala ada tanpa keraguan
sedikitpun. Allah subhanahu wa taala ada tanpa permulaan
karena Allah taala adalah Pencipta, yang memiliki permulaan
adalah makhluk, sedangkan Allah Pencipta, sehingga Allah
subhanahu wa taala ada tanpa permulaan. Kita juga harus
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
9
meyakini bahwa satu-satunya yang berhak disembah, satu-
satunya yang berhak menerima ibadah kita, menerima
puncak perendahan diri kita adalah Allah subhanahu wa
taala, selain itu kita juga wajib meyakini bahwa Allah
subhanahu wa taala tidak menyerupai sesuatupun dari
makhluk-Nya, Allah taala berfirman dalam al-Quran :


Bahwa Allah subhanahu wa taala tidak menyerupai sesuatupun
dari makhluk-Nya dan tidak ada sesuatupun dari makhluk
yang menyerupai-Nya.
Kalau makhluk ini ada dua; ada benda dan sifat benda,
benda itu ada dua; ada benda yang bisa dipegang oleh tangan
seperti manusia, tumbuh-tumbuhan, pepohonan, benda-
benda padat dan ada makhluk yang tidak bisa dipegang oleh
tangan seperti cahaya, kegelapan, roh, angin dan lain
sebagainya.
Berarti Allah subhanahu wa taala tidak menyerupai semua
itu, Allah bukan manusia, Allah bukan manusia raksasa yang
punya anggota badan yang besar, punya muka besar, tangan
besar, kaki besar, tidak.
Allah subhanahu wa taala bukan menyerupai benda padat,
Allah taala bukan cahaya, bukan roh, bukan angin, Allah
tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya dan Allah
subhanahu wa taala tidak boleh disifati dengan sifat-sifat
makhluk, tidak boleh dikatakan Allah taala melahirkan,
Allah taala dilahirkan, tidak boleh dikatakan Allah taala
mengantuk, Allah taala tidur, tidak boleh dikatakan Allah
taala berjalan, duduk, bersemayam, turun dari atas ke
bawah, naik dari bawah ke atas dan lain sebagainya,
semuanya itu adalah sifat-sifat makhluk yang tidak boleh
disandarkan kepada Allah subhanahu wa taala. Inilah cara-
cara atau ketentuan-ketentuan bagaimana kita beriman
kepada Allah subhanahu wa taala.
Beriman kepada Rasulullah artinya meyakini bahwa
Muhammad ibnu Abdillah yang berasal dari bangsa arab
suku Quraisy adalah hamba Allah dan utusan-Nya kepada
seluruh umat manusia dan jin, kita semuanya wajib
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
10
memercayai bahwa semua yang beliau sampaikan dari Allah
subhanahu wa taala adalah perkara yang haq, perkara yang
benar, perkara yang pasti terjadi baik peristiwa-peristiwa
tentang masa lalu, tentang para Nabi terdahulu yang
Rasulullah beritakan, tentang umat-umat terdahulu yang
Rasulullah sampaikan beritanya tentang mereka kepada kita,
maupun tentang peristiwa-peristiwa yang Rasulullah
sampaikan akan terjadi di masa mendatang, baik itu di alam
kubur maupun di akhirat nanti. Demikian juga hal-hal yang
Rasulullah sampaikan berkait dengan perkara yang halal dan
haram, kita harus percayai bahwa semua yang Rasulullah
sampaikan adalah benar, yang Rasulullah katakan halal
adalah halal, yang Rasulullah katakan haram adalah haram.
Inilah cara beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang
siapa telah memenuhi prasyarat iman kepada Allah dan
Rasul-Nya ini, ini adalah jaminan pasti suatu ketika nanti dia
akan masuk surga meskipun amal perbuatannya buruknya
bukan main, meskipun dia banyak berbuat maksiyat kepada
Allah subhanahu wa taala tetapi ketika dia mati dalam
keadaan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan benar
maka jaminan bahwa dia nanti terakhir pasti akan masuk
surganya Allah subhanahu wa taala.

Maasyiral Muslimin rahimakumullah
Inilah khuthbah singkat yang bisa kami sampaikan mudah-
mudahan bermanfaat.

.
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
11
Urgensi Menghadirkan Niat Ikhlas Karena Allah
ijk

. ,


Maasyiral Muslimin sidang Jumah rahimakumullah
Marilah kita panjatkan puji syukur kita kepada Allah
subhanahu wa taala, atas nikmat iman dan islam, nikmat
sehat wal afiat, sehingga dalam kesempatan siang hari yang
sangat berbahagia ini, kita masih bisa menjalankan
kewajiban kita bersama, melaksanakan shalat Jumah
berjamaah. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada
junjungan alam, Nabi besar Muhammad shallallahu alayhi
wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, serta orang-orang
yang senantiasa mengamalkan, tunduk dan patuh terhadap
ajaran-ajaran agamanya.
Kami selaku khathib berwasiat kepada diri kami dan kepada
para jamaah sekalian, marilah senantiasa kita berupaya
untuk meningkatkan kualitas iman dan takwa kita kepada
Allah subhanahu wa taala, karena kunci kebahagiaan yang
haqiqi di akhirat kelak, adalah ketika orang berhasil sukses,
menjalankan seluruh perintah-perintah Allah dan menjauhi
semua larangan-larangan Allah subhanahu wa taala.

Maasyiral hadirin sidang Jumah rahimakumullah
Kita semuanya sudah malum, kita semuanya sudah mafhum,
bahwa setiap amal ibadah yang kita lakukan, setiap amal
shaleh yang kita lakukan, jika tidak disertai dengan niat yang
ikhlas karena Allah subhanahu wa taala, maka ibadah dan
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
12
amal shaleh itu tidak akan mungkin diterima oleh Allah
subhanahu wa taala, amal ibadah itu tidak akan tercatat
sebagai amal shaleh kita. Sehingga kita di akhirat nanti tidak
akan menemukan balasan dari Allah subhanahu wa taala
atas amal perbuatan yang kita lakukan tersebut.
Menghadirkan niat yang ikhlas di hati kita, ini bukanlah hal
yang mudah, bahkan para ulama Salaf seperti al-Imam
Sufyan ats-Tsauri pernah mengatakan :

Aku tidak pernah mengalami kesulitan luar biasa, seperti yang


aku hadapi ketika aku berusaha meluruskan niat-niatku
di hatiku karena Allah.
Ulama yang lain al-Imam Abdullah ibnu al-Mubarak pernah
menyatakan :


Betapa banyak amal yang sepele, amal yang terlihat kecil
tidak seberapa, tetapi karena niat yang baik, berubah menjadi
amal yang besar.
Sebaliknya berapa banyak amal yang sebetulnya adalah amal yang
bisa berpahala besar, akan tetapi karena tidak disertai dengan niat
yang baik, tidak disertai dengan niat ikhlas karena Allah subhanahu
wa taala, maka amal itu berpahala, bernilai sangat kecil.
Demikian pentingnya niat ikhlas karena Allah subhanahu wa
taala ini. Ketika Allah subhanahu wa taala menurunkan
ayatnya kepada Nabi kita Muhammad shallallahu alayhi wa
sallam :



Ketika turun ayat ini baginda Rasulullah shallallahu alayhi
wa sallam diperintahkan oleh Allah, agar setiap ada
perempuan Mukminah, datang kepada Nabi untuk berhijrah
ke Madinah, Nabi diperintahkan oleh Allah untuk
memerintahkan masing-masing perempuan Mukminah ini,
bersumpah atas nama Allah, bahwa dia hijrah ke Madinah
bukan karena benci dan lari dari suami, mereka hendak
hijrah ke Madinah bukan karena benci terhadap tanah
Makkah cinta kepada tanah Madinah, mereka hijrah ke
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
13
Madinah bukan karena mencari dunia, tetapi murni karena
cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, murni karena
melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Demikian penting niat ikhlas karena Allah subhanahu wa
taala, sampai-sampai baginda Rasulillah mengadakan acara
penyumpahan terhadap masing-masing perempuan
Mukminah itu, sebelum mereka melaksanakan hijrah ke
Madinah, melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya.

Maasyiral Muslimin sidang Jumah rahimakumullah
Niat yang ikhlas, adalah ketika seseorang melaksanakan
suatu amal shaleh, dengan niat murni hanya karena mencari
ridla Allah, dengan niat karena amal ini diperintahkan oleh
Allah maka aku mengerjakannya, karena amal ini dicintai
oleh Allah maka aku melaksanakannya. Karena amal ini
diperintahkan oleh Allah, maka aku mengerjakannya karena
murni niat untuk melaksanakan perintah Allah subhanahu
wa taala dan mencari ridla-Nya.
Barang siapa ketika melakukan amal shaleh berniat, bukan
karena Allah atau niat mencari pahala dari Allah pun mencari
pujian sesama hamba, maka orang itu tidak akan
memperoleh pahala sedikitpun dari amal perbuatannya,
bahkan, dia masuk atau terjatuh pada maksiyat riya yang
termasuk salah satu dosa besar.
Suatu ketika, dalam sebuah hadits riwayat al-Imam Abu
Dawud dan an-Nasai ada seseorang yang menghadap kepada
baginda Rasulillah, dia berkata kepada beliau :

Wahai Rasulullah


Jika ada seorang laki-laki ikut berperang, berjihad di jalan Allah
tujuannya adalah mencari pahala dan supaya dikenang disebut-
sebut sebagai pahlawan,

apa yang dia peroleh dari


Jihadnya itu?, Rasulullah bersabda

tidak ada pahala


sedikit-pun dari amal perbuatannya, sahabat itu bertanya kembali
sampai tiga kali, Rasulullah menjawab dengan jawaban yang sama
tiga kali pula

tidak ada sedikitpun nilai dari amal jihad


yang dilakukan oleh seseorang itu, sambil Rasulullah mengatakan :
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
14

.


Sesungguhnya Allah subhanahu wa taala tidak akan menerima
amal perbuatan apapun, kecuali yang dilakukan murni
karena mencari ridla-Nya.

Maasyiral Muslimin sidang Jumah rahimakumullah
Ketika membahas tentang ikhlas ini, para ulama senantiasa
merujuk kepada hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidina
Umar Ibn al-Khaththab dan diriwayatkan oleh Imam al-
Bukhari dalam Shahihnya Rasulullah shallallahu alayhi wa
sallam bersabda :


Rasulullah bersabda : Sesungguhnya sah atau tidaknya amal
perbuatan seseorang, itu tergantung kepada niatnya, sesungguhnya
dapat atau tidaknya pahala, seseorang ketika melakukan amal
shaleh itu tergantung kepada niatnya. Seseorang tidak akan
memperoleh dari amal shalehnya kacuali yang dia niatkan. Barang
siapa melaksanakan amal shaleh berupa hijrah ke Madinah,
hijrahnya niat dan tujuannya karena Allah dan Rasul-Nya maka
secara syara hijrah itu adalah hijrah karena Allah dan Rasul-Nya.
Barang siapa melakukan amal shaleh berupa hijrah ke Madinah,
tetapi bukan karena melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya,
tetapi karena mencari harta dunia atau karena mengejar perempuan
yang lebih dahulu berhijrah ke Madinah demi menikahinya, maka
orang ini tidak akan memperoleh pahala sedikitpun dari amal
perbuatannya, dia hanya akan memperoleh dunia yang dia kejar
dan dia cari tersebut.
Oleh karenanya niat ini begitu penting dalam meluruskan
seluruh amal ibadah kita, paling tidak niat itu berfungsi :
a. untuk membedakan antara amal yang menjadi ibadah dan
perbuatan yang tidak bernilai ibadah, kalau seseorang
mandi meratai seluruh tubuhnya dengan air, maka bisa
jadi amal ini berupa ibadah ketika diniati karena mandi
besar. Adapun ketika orang meratai seluruh badannya
dengan air hanya niat seger-seger, berdingin-dingin saja
karena cuaca begitu panas maka mandi meratai seluruh
badan dengan air ini, tidak bernilai ibadah sama sekali.
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
15
Niat juga membedakan antara satu ibadah dengan ibadah
yang lain, antara shalat Zhuhur dan shalat Ashar, tidak ada
yang membedakannya kecuali niat.
b. Fungsi niat yang kedua untuk menegaskan siapa yang
dituju oleh seseorang dalam beramal ibadah, kalau yang
dituju ketika orang beramal adalah Allah dan Rasul-Nya,
maka orang itu akan memperoleh pahala dari amal
perbuatannya, jika tidak maka dia tidak akan memperoleh
nilai amal ibadah sedikitpun

Maasyiral Muslimin rahimakumullah
Hadits ini hanya berlaku untuk amal-amal baik, sedangkan
amal buruk diniati atau tidak diniati maka orang akan
terjatuh pada maksiyat, orang yang berzina niat atau tidak
niat, berdosa, orang yang berjudi niat atau tidak niat,
berdosa, orang yang durhaka kepada kedua orang tua niat
atau tidak berniat, berdosa, hadits ini hanya berlaku untuk
amal-amal baik. Amal baik dalam hal ini ada dua model :
1. Yang pertama amal baik yang tidak akan sah dilakukan
tanpa niat, orang yang berwudlu, orang yang mandi besar,
orang yang Shalat, Puasa, Zakat, Haji, Itikaf tanpa niat
maka amalnya tidak sah sama sekali.
2. Model amal yang kedua adalah amal yang jika dilakukan
tanpa niat terlaksana, akan tetapi jika tidak diniati ikhlas
karena Allah, meskipun amal itu terlaksana tetapi orang
tidak akan memperoleh pahala darinya.
Ketika orang menyumbangkan hartanya, menyedekahkan
hartanya kepada fakir miskin, anak yatim selama tidak
meniati ikhlas karena Allah amalnya tetap terlaksana akan
tetapi dia tidak memperoleh pahala sedikitpun dari Allah
subhanahu wa taala.
Orang yang membaca al-Quran dengan mengingat hukum-
hukum yang harus dipenuhi ketika membaca al-Quran,
kalau dia tidak meniatkan ikhlas karena Allah, terlaksana
amalnya tetapi tidak memperoleh pahala dari Allah
subhanahu wa taala.
Seorang kepala rumah tangga yang setiap hari memberikan
nafkah pada anak isterinya, dia telah melakukan kewajiban
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
16
tetapi ketika dia tidak meniatkannya ikhlas karena Allah dia
tidak memperoleh pahala sama sekali.
Seorang ibu rumah tangga yang mengurus rumah tangga,
mencuci piring, memasak nasi, membersihkan rumah, dapur,
merapikan halaman rumahnya, amal ini seandainya tidak
disertai dengan niat, terlaksana, akan tetapi tidak akan
memperoleh pahala dari Allah subhanahu wa taala.
Seorang ibu yang memiliki anak kecil yang sering begadang
karena anak-nya, yang selalu di malam hari bangun untuk
mengganti popok anaknya, mengurus bayi dari kecil sampai
dia besar, amal ini jika tidak disertai dengan niat terlaksana,
akan tetapi ibu itu tidak memperoleh pahala sama sekali dari
Allah subhanahu wa taala.
Orang yang menghadiri majelis ilmu tanpa niat yang ikhlas
karena Allah terlaksana amalnya, tetapi tidak memperoleh
pahala dari Allah.
Orang yang mengajarkan ilmu agama, menyampaikan
ceramah agama tanpa niat yang ikhlas amalnya terlaksana,
tetapi tidak memperoleh pahala dari Allah subhanahu wa
taala.
Oleh karenanya, niat yang ikhlas ini begitu penting untuk
selalu kita hadirkan dalam setiap permulaan amal ibadah
kita, baginda Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam pernah
mengingatkan dalam sebuah hadits :

,
Ketika seorang kepala rumah tangga, seorang bapak menafkahi
anak dan isterinya,


karena ia meminta mencari pahala
dari Allah subhanahu wa taala, maka sama saja itu bernilai
sedekah kepada orang fakir yang bukan keluarganya.
Dalam hadits lain baginda Rasulullah shallallahu alayhi wa
sallam menjelaskan bahwa ketika seseorang pergi dari
rumahnya menuju masjid untuk melakukan shalat
berjamaah, Jumat dan lainnya hendaklah dia membaca doa:
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
17

, ,
Ya Allah, aku memohon kepadamu, dengan haq orang-orang yang
shaleh, dengan kemuliaan-Mu dan derajat orang-orang yang shaleh
yang memohon kepadamu dan dengan langkah-langah kakiku ini
sesungguhnya aku keluar rumah bukan karena ingin dipuji orang,
bukan karena ingin dijuluki orang rajin ke masjid, bukan karena
ingin dikatakan oleh orang-orang ini, Masya Allah shalatnya,
jamaahnya tapi aku keluar rumah karena demi mencari ridla-Mu,
karena demi melaksanakan perintahmu, Ya Allah.
Maka orang ini akan diridlai oleh Allah, dan dimintakan
ampun oleh tujuh puluh ribu para malaikat. Rasulullah
mengingatkan jangan sampai langkah kaki kita, sekedar
langkah kaki kita, yang kita lakukan dari rumah ke masjid,
jangan sampai itu tidak bernilai pahala, haruslah semuanya
diniati ikhlas karena Allah subhanahu wa taala.

Maasyiral Muslimin sidang Jumah rahimakumullah
Demikian pentingnya niat ini, oleh karenanya mari kita
senantiasa berupaya setiap amal baik yang kita lakukan, kita
lakukan ikhlas karena Allah subhanahu wa taala, ketika kita
menafkahi anak isteri kita, cukup niat sekali seumur hidup
bahwa saya menafkahi anak isteri saya untuk mencari ridla
Allah subhanahu wa taala, bukan supaya dipuji oleh para
tetangga, bukan supaya dipuji oleh orang, orang ini
menafkahi anak isterinya secara los tanpa disimpan-simpan,
bukan untuk pujian itu, tetapi betul-betul niat ikhlas karena
mencari pahala dari Allah subhanahu wa taala, jika niat ini
selama hidupnya lurus tidak terbatalkan oleh riya dan
semacamnya maka cukup niat sekali, adapun kalau niatnya
berubah maka perlu diadakan niat yang baru ikhlas karena
Allah subhanahu wa taala.

Maasyiral Muslimin sidang Jumah rahimakumullah
Inilah khuthbah kami, mudah-mudahan bermanfaat.
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
18

. ,

, .

, .

.,' .

.
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
19
Menjaga Aqidah dari Tiga Kekufuran
ijk

. ,

. ,


Maasyiral Muslimin sidang Jumah rahimakumullah
Puji syukur mari senantiasa kita panjatkan kepada Allah
subhanahu wa taala, shalawat dan salam semoga
tercurahkan kepada junjungan alam, Nabi besar Muhammad
shallallahu alayhi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya,
serta orang-orang yang senantiasa tunduk dan patuh
menjalankan ajaran-ajaran agamanya.
Kami selaku khathib berwasiat kepada diri kami dan kepada
para jamaah sekalian, marilah senantiasa kita berupaya
untuk meningkatkan kualitas iman dan takwa kita kepada
Allah subhanahu wa taala, karena pada hakekatnya orang
yang akan berada dekat dengan Nabi di surga kelak, adalah
orang yang bertaqwa, orang yang senantiasa menjalankan
perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan
Allah dari bangsa manapun tinggal di manapun meskipun
jauh dari Makkah dan Madinah, baginda Rasulillah
shallallahu alayhi wa sallam bersabda :

Sesungguhnya orang yang kelak akan berada di tempat yang


paling dekat denganku bersamaku adalah orang yang senantiasa
bertaqwa kepada Allah, dari suku bangsa manapun dan di
manapun mereka tinggal dan berada.

Maasyiral Muslimin sidang Jumah rahimakumullah
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
20
Kita semuanya sudah malum, bahwa lawan dari iman adalah
kekufuran, kekufuran adalah lawan dari iman, jika iman
ibarat cahaya maka kekufuran adalah kegelapan, jika iman
adalah kunci kebahagiaan dan kenikmatan yang kekal abadi,
maka kekufuran adalah kunci kesengsaraan, kebinasaan,
siksa yang kekal abadi kelak di Yaumil Qiyamah.
Kekufuran adalah dosa yang paling besar di antara semua
dosa-dosa yang ada, tidak ada maksiyat, dosa, kemungkaran
yang lebih besar dari pada kekufuran.
Kekufuran ada dua macam:
Kekufuran yang mengandung unsur syirik

, yaitu
seperti orang yang menyekutukan Allah subhanahu wa taala
dengan salah satu Di antara makhluk-Nya.
Yang kedua,

kekufuran yang mengeluarkan orang


dari Islam tetapi tidak mengandung unsur Syirik seperti
orang yang beriman kepada Allah dan hanya beribadah
kepada Allah tetapi dia mendustakan, tidak beriman kepada
Nabi besar Muhammad shallallahu alayhi wa sallam. Baik
kekufuran jenis pertama, yang mengandung unsur Syirik
maupun kekufuran jenis kedua yang tidak mengandung
unsur Syirik, kedua dosa ini adalah dosa yang paling besar,
dan barang siapa meninggal dalam keadaan kufur yang
mengandung unsur Syirik maupun kufur yang tidak
mengandung unsur Syirik, jika dia meninggal dalam kondisi
seperti itu Allah subhanahu wa taala tidak akan pernah
mengampuninya, Allah taala berfirman :


Sesungguhnhya Allah subhanahu wa taala tidak akan
mengampuni dosa Syirik dan akan mengampuni dosa selain Syirik,
bagi orang yang Allah kehendaki
Dalam sebuah hadits baginda Rasulillah shallallahu alayhi
wa sallam bersabda :


Sesungguhnya Allah taala akan mengampuni hamba-Nya selama
tidak ada penghalang, Para sahabat bertanya :


doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
21
Apa penghalang itu wahai Rasulullah ?, Rasulullah menjawab :

, ,
Ketika jiwa meninggal dalam kondisi Syirik menyekutukan Allah
subhanahu wa taala.
Dalam ayat lain Allah taala berfirman :

- .
Sesungguhnya orang-orang yang kufur, ingkar, tidak beriman
kepada Allah, kemudian mereka meninggal dalam keadaan kufur
maka Allah subhanahu wa taala tidak akan pernah mengampuni
orang-orang kafir tersebut.

Maasyiral Muslimin rahimakumullah
Kekufuran adakalanya terjadi dengan keyakinan, adakalanya
terjadi dengan perbuatan, ada kalanya terjadi dengan
perkataan. Artinya ada keyakinan-keyakinan yang jika
diyakini oleh seseorang akan mengakibatkan orang itu keluar
dari Islam, ada perbuatan-perbuatan yang jika dilakukan oleh
seseorang maka akan mengakibatkan orang itu keluar dari
Islam, ada perkataan-perkataan yang jika dikatakan,
diucapkan oleh seseorang maka akan mengakibatkan orang
itu keluar dari Islam, sudah bukan muslim lagi, bukan hanya
berdosa, bukan hanya bermaksiyat, bukan hanya salah,
bukan hanya sesat tetapi benar-benar telah keluar dari Islam
dan sudah bukan Muslim lagi.
Pembagian kekufuran menjadi tiga ini, kufur keyakinan,
kufur perbuatan, kufur perkataan, pembagian ini disepakati
oleh para ulama Islam dari kalangan pengikut empat
madzhab maupun madzhab-madzhab lain di seluruh dunia
Islam, dalil-dalil dari al-Quran di antaranya Allah subhanahu
wa taala berfirman :

. ,

...
Sesungguhnya orang-orang mukmin tidak lain adalah mereka
yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian
mereka tidak ragu-ragu.
Ini menunjukkan bahwa jika seseorang ragu tentang adanya
Allah, jika seseorang ragu apakah Muhammad itu Rasulullah
atau bukan, keraguan yang ada di hati ini meskipun tidak
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
22
terucap dalam lisan mengakibatkan orang tersebut keluar
dari Islam sebagaimana ditegaskan oleh ayat ini.
Demikian juga ketika orang meragukan prinsip-prinsip ajaran
Islam yang diketahui oleh seluruh lapisan umat Islam baik
yang terpelajar maupun awam dan disepakati oleh umat
Islam, seperti orang yang meragukan tentang al-Quran,
apakah al-Quran itu benar-benar wahyu yang Allah turunkan
kepada Nabi Muhammad atau tidak, orang yang meragukan
hal ini maka dia telah keluar dari Islam.
Orang yang meragukan adanya hari akhir, orang yang
meragukan adanya surga dan neraka kelak di Yaumil
Qiyamah, orang yang meragukan adanya pahala dan siksa
maka orang ini dengan keyakinannya itu, dengan keraguan
yang ada di hatinya itu telah keluar dari Islam. Dalam ayat
lain Allah subhanahu wa taala berfirman :
...

...
Janganlah kalian bersujud kepada matahari, janganlah kalian
bersujud kepada bulan....
Karena sujud kepada matahari, sujud kepada bulan adalah
salah satu bentuk kekufuran kepada Allah subhanahu wa
taala. Sujud dilakukan oleh seseorang dengan anggota
badannya, dengan perbuatannya, ini artinya ada perbuatan-
perbuatan seperti sujud kepada berhala, bersujud kepada
matahari, bersujud kepada bulan, menginjak-injak al-Quran
dan semacamnya, jika orang melakukan perbuatan-
perbuatan ini maka orang ini telah keluar dari Islam. Dalam
ayat lain Allah subhanahu wa taala berfirman :

. ,

, ~ ,

...
Suatu ketika ada sekelompok orang yang berolok-olok mencaci Nabi
Muhammad maka Allah subhanahu wa taala turunkan ayat ini,
Allah katakan kepada Nabi kita Muhammad :

...
Jikalau engkau bertanya kepada mereka wahai Muhammad, mereka
pasti menjawab kami cuma bercanda, kami cuma berolok-olok,
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
23
katakan wahai Muhammad : Apakah kepada Allah, apakah kepada
Rasul Allah, apakah kepada ayat-ayat Allah, kalian melakukan
pelecehan meskipun sedang bercanda ?

...
Jangan cari-cari alasan...
...

...
Kalian sudah kufur, kalian sudah keluar dari Islam, setelah
tadinya, sebelumnya kalian beriman.
Ini artinya bahwa ada perkataan-perkataan yang jika
diucapkan oleh seseorang, yang mengandung unsur
pelecehan kepada Allah atau Rasul-Nya, atau syariat-Nya,
atau hukum-hukum agama-Nya, atau janji dan ancaman
Allah maka orang ini telah keluar dari Islam.

Maasyiral hadirin sidang Jumah rahimakumullah
Bahayanya kekufuran ini juga, bahwa ketika seseorang sudah
terjatuh pada keyakinan kufur, ketika orang meyakini bahwa
Allah taala adalah cahaya, ketika orang melakukan
perbuatan kufur bersujud kepada berhala misalnya, ketika
orang mencaci maki Allah atau melecahkan Rasulullah
misalnya, meskipun orang ini tidak berniat untuk keluar dari
Islam, mekipun orang ini tidak ada niat untuk berpindah
agama, meskipun orang ini masih tetap shalat, zakat dan
puasa, orang ini telah keluar dari Islam.
Al-Imam Muhammad Ibnu Jafar Ibnu Jarir ath-Thabari
dalam kitab beliau Tahdziibul Aatsaar ketika mengomentari
sabda-sabda baginda Rasulillah tentang Khawarij, beliau
mengatakan :


Beliau mengatakan hadits-hadits Rasulullah tentang Khawarij ini,
menunjukkan bahwa ada di antara umat Islam yang bisa saja
keluar dari Islam tanpa ada keinginan, kehendak, niat darinya
untuk keluar dari Islam, tanpa mereka memilih agama untuk
dipeluknya selain agama Islam.
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
24
Oleh karenanya menjadi sangat berbahaya yang namanya
kekufuran ini dan oleh karenanya kita harus betul-betul
ekstra hati-hati menjaga hati kita, keyakinan-keyakinan kita,
menjaga perbuatan-perbuatan kita, perkataan-perkataan kita
dari hal-hal yang mengeluarkan orang dari Islam tersebut.

Maasyiral hadirin sidang Jumah rahimakumullah
Di antara keyakinan-keyakinan yang mengeluarkan dari
Islam, meskipun tidak terucap dalam lisan adalah keyakinan
bahwa setelah Nabi Muhammad ada orang yang diangkat
menjadi Nabi, ketika orang meyakini, mengaku dirinya
sebagai Nabi setelah Nabi Muhammad, atau memercayai
orang lain yang mengaku sebagai Nabi setelah Nabi
Muhammad, siapapun orang itu, berasal dari golongan
manapun orang itu, kalau ada orang meyakini dirinya sebagai
Nabi setelah Nabi Muhammad atau memercayai orang yang
mengaku sebagai Nabi setelah Nabi Muhammad, maka orang
ini telah keluar dari Islam, karena keyakinan bahwa Nabi
Muhammad Nabi terakhir, tidak ada orang yang diangkat
menjadi Nabi setelah Nabi Muhammad adalah keyakinan
yang sifatnya Qothiy, pasti, disepakati oleh umat Islam. Tidak
terhitung ayat-ayat, hadits-hadits yang menunjukkan pada
keyakinan ini. Oleh karenanya siapapun orangnya yang
menyalahi keyakinan ini maka orang ini telah keluar dari
Islam. Allah subhanahu wa taala berfirman :


Muhammad bukanlah ayah dari salah seorang di antara kalian,
tetapi Muhammad adalah Rasulullah utusan Allah
dan penutup para Nabi.
Khatam di sini memang secara bahasa punya dua makna,
Khatam bisa berarti penutup, Khatam juga bisa berarti
perhiasan yaitu cincin, namun dalam ayat ini tidak ada
makna yang mungkin ditafsirkan dari Khataman Nabiyyin
kecuali penutup para Nabi, karena dalam qiraah lain, dalam
versi lain dari bacaan ayat ini dalam qiraah Warsy bunyi ayat
ini adalah :
...

...
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
25
Yang tidak memiliki kemungkinan makna lain selain penutup
para Nabi, juga dalam hadits riwayat Imam Muslim baginda
Rasulillah shallallahu alayhi wa sallam bersabda :

Dan para Nabi telah ditutup, diakhiri dengan diutusnya


aku kepada seluruh umat manusia dan jin.
Demikian diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Demikian juga sekian banyak hadits-hadits, di antaranya
baginda Rasulillah shallallahu alayhi wa sallam bersabda
dalam hadits riwayat al-Bukhari :

Dulu Bani Israil itu dipimpin oleh para Nabi,


Setiap Nabi yang memimpin mereka meninggal diganti


dengan Nabi yang yang lain


Kemudian Nabi menegaskan bahwa aku adalah penutup para
Nabi tidak ada seorangpun diangkat menjadi Nabi setelahku
Dalam hadits riwayat al-Bukhari yang lainnya Rasulullah
shallallahu alayhi wa sallam bersabda :


Sudah usai, sudah selesai keNabian dan yang tersisa adalah
Mubasy-syirat, kabar gembira, kabar gembira.
Para sahabat bertanya :

,
Apa kabar-kabar gembira itu wahai Rasulullah ?

Mimpi yang baik, mimpi yang dialami oleh orang-orang yang


shaleh yang dekat kepada Allah subhanahu wa taala.
Dalam hadits lain Nabi bersabda dalam Shahih al-Bukhari
bahwa beliau punya lima nama, salah satu di antara nama ini
adalah :

,
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
26
Dan aku adalah al-Aqib yang maknanya tidak ada seorangpun
yang menjadi Nabi, diangkat menjadi Nabi setelahku.
Dalam hadits lain diriwayatkan al-Imam al-Tirmidzi baginda
Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam bersabda :

Seandainya setelahku masih ada Nabi, niscaya Umar itu layak


diangkat untuk menjadi Nabi.
Seandainya itu artinya tidak terjadi, itu artinya penegasan
dari baginda Rasulillah bahwa seshaleh apapun orang yang
datang setelah beliau tidak akan pernah diangkat menjadi
Nabi. Dalam hadits lain riwayat al-Bukhari juga Rasulullah
bersabda kepada Ali bin Abi Thalib ketika beliau hendak pergi
ke perang Tabuk dan melarang Ali untuk ikut perang karena
mau ditugasi untuk memimpin umat yang beliau tinggalkan
di Madinah, Rasulullah bersabda kepadanya, kepada
sayyidina Ali :

Tidakkah engkau ridla, terhadap posisi yang aku berikan


kepadamu seperti posisi Nabi Harun yang menjaga umat Nabi
Musa ketika Nabi Musa menerima wahyu dari Allah di suatu
tempat, hanya saja setelahku tidak ada satu orang pun yang
diangkat menjadi Nabi, kata baginda Rasulullah
shallallahu alayhi wa sallam.

Maasyiral Muslimin, masih banyak lagi hadits-hadits yang
menjelaskan hal yang sama dan oleh karenanya seluruh umat
Islam meyakini bahwa tidak akan ada seorang pun yang
diangkat menjadi Nabi setelah Nabi besar Muhammad
shallallahu alayhi wa sallam dan keyakinan ini tidak bisa
ditawar-tawar.
Oleh karenanya barangsiapa mengaku dirinya sebagai Nabi
atau memercayai orang lain yang mengaku sebagai Nabi,
maka dia telah keluar dari Islam, Kufur Keyakinan, meskipun
itu tidak terucap dari lisan.
Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam pernah bersabda
mengingatkan kepada kita agar betul-betul hati-hati,
waspada, jika kita sudah memahami kaidah-kaidah ini kita
akan tahu, bahwa betapa mudahnya orang keluar dari Islam,
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
27
hanya dengan satu keyakinan yang kufur orang keluar dari
Islam, hanya karena melakukan satu perbuatan Kufur orang
keluar dari Islam, hanya karena mengatakan satu kalimat
yang mengandung unsur Kekufuran orang keluar dari Islam.
Kita tidak perlu heran, kita semuanya tahu masuk Islam juga
sesuatu yang mudah, dengan hanya membaca dua kalimah
Syahadat dengan meyakini maknanya, orang yang tadinya
kafir sudah menjadi Muslim, demikian juga hanya karena
satu kalimat, satu keyakinan, satu perbuatan yang
menyebabkan orang keluar dari Islam maka orang itu sudah
tidak berstatus sebagai Muslim lagi. Rasulullah bersabda :

,

, ,
Surga sangat dekat kepada salah seorang di antara kalian dari
pada tali sendalnya, neraka pun juga seperti itu.
Oleh karena demikian sensitifnya, demikian rawannya titik
pemisah antara kekufuran dan keimanan, oleh karenanya
mari kita semuanya berupaya untuk mempelajari ajaran-
ajaran Islam sebanyak-banyaknya, untuk menggali
pengetahuan-pengetahuan agama sebanyak-banyaknya,
supaya kita betul-betul bisa menerapkan pesan Allah
subhanahu wa taala agar kita semuanya tidak meninggal
kecuali dalam keadaan Muslim.

.
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
28
Kemuliaan Masjid dan Adab di Dalamnya
ijk

. ,

. ,


Maasyiral Muslimin sidang Jumah rahimakumullah
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah
subhanahu wa taala, shalawat dan salam semoga tercurah
limpahkan kepada junjungan alam, Nabi besar Muhammad
shallallahu alayhi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya,
serta orang-orang yang senantiasa tunduk dan patuh
menjalankan ajaran-ajaran agamanya.
Kami selaku khathib berwasiat kepada diri kami dan kepada
para jamaah sekalian, marilah senantiasa kita berupaya
untuk meningkatkan kualitas iman dan takwa kita kepada
Allah subhanahu wa taala, karena sungguh seluruh jenis,
seluruh macam kemuliaan telah sirna, yang tersisa adalah
kemuliaan taqwallah, bertaqwa kepada Allah subhanahu wa
taala.


Seluruh kemuliaan telah hilang, telah sirna, yang tersisa hanyalah
kemuliaan taqwallah, kemuliaan bertaqwa kepada Allah

Melaksanakan kewajiban-kewajiban seluruhnya, men-jauhi
semua perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah
subhanahu wa taala.

Maasyiral Muslimin sidang Jumah rahimakumullah
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
29
Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan sedikit
membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan masjid,
keutamaannya dan lain sebagainya. Sekian banyak ayat-ayat
suci al-Quran yang berbicara tentang masjid, salah satunya
adalah firman Allah subhanahu wa taala :

. ,


Sesungguhnya orang yang memakmurkan masjid-masjid Allah
subhanahu wa taala tidak lain adalah mereka yang beriman
kepada Allah, beriman kepada hari Akhir, menegakkan shalat,
menunaikan zakat dan tidak memiliki rasa takut kecuali kepada
Allah subhanahu wa taala, mudah-mudahan mereka ini termasuk
orang-orang yang diberikan petunjuk oleh Allah subhanahu wa taala

Disebut, dinamakan masjid ini diambil dari kata as-sujud,
kata masjid itu diambil dari kata as-sujud, kalau sujud
artinya bersujud ketika shalat, maka masjid adalah tempat di
mana orang bersujud di dalam shalat, artinya tempat
pelaksanaan shalat, kenapa misalnya tidak disebut marka,
tempat orang ruku di dalam shalat, karena sujud itu adalah
gerakan atau bagian yang paling mulia dalam shalat, bahkan
kita dianjurkan untuk memperbanyak berdoa ketika sujud,
karena sujud adalah salah satu saat yang kemungkinan
besar jika orang berdoa kepada Allah akan diijabah,
dikabulkan oleh Allah subhanahu wa taala.
Suatu ketika baginda Rasulillah shallallahu alayhi wa sallam
ditanya oleh salah seorang sahabat :

Rasulullah, tempat di belahan bumi ini, mana yang paling mulia..


dan mana tempat yang paling buruk di muka bumi ini ?.
Ditanya tentang itu baginda Rasulillah shallallahu alayhi wa sallam
menjawab :

(saya tidak tahu)

(saya akan bertanya


kepada saudaraku Jibril terlebih dahulu). Maka baginda Rasulillah
shallallahu alayhi wa sallam bertanya kepada malaikat Jibril, Jibril-
pun memberikan jawaban, kemudian baginda Rasulillah shallallahu
alayhi wa sallam menyampaikan kepada penanya dan kaum
muslimin kepada umumnya :
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
30

,
Bagian bumi yang paling mulia adalah masjid dan bagian bumi
yang paling buruk adalah pasar.
Jika memang bagian bumi yang paling mulia, paling baik
adalah masjid, bagian bumi yang paling dicintai oleh Allah
adalah masjid, karena masjid ini tempat yang digunakan
untuk beribadah kepada Allah, di masjidlah kaum muslimin
melaksanakan shalat lima waktu, di masjidlah kaum
muslimin melakukan kegiatan itikaf, di masjidlah kaum
muslimin memperbanyak bacaan al-Quran dan amal ibadah
lainnya karena Allah subhanahu wa taala.
Jika memang masjid ini adalah bagian bumi yang paling
dimuliakan oleh Allah subhanahu wa taala. apakah kita telah
mengisi hari-hari kita, dengan beritikaf di masjid, beribadah
di masjid, apakah hati kita sudah terpaut dengan masjid,
sehingga setiap kita keluar dari masjid hati ini selalu rindu
untuk kembali berada di masjid dan beribadah kepada Allah
subhanahu wa taala, ataukah jangan-jangan kita tidak
pernah menginjakkan kaki di masjid ini.

Wahai saudara-saudaraku seiman
Mereka yang hatinya selalu rindu kepada masjid, untuk
beribadah di sana, nanti di yaumil qiyamah, di padang
mahsyar, ketika matahari mendekat ke kepala manusia
hingga jaraknya hanya sekitar satu kilo meter, sehingga
banyak orang bercucuran keringat, bahkan ada yang
tenggelam dalam keringatanya, di sanalah orang yang
senantiasa memakmurkan masjid, orang yang senantiasa
rindu dan kembali ke masjid untuk selalu beribadah kepada
Allah, di sana akan dilindungi, akan dinaungi oleh bayangan
Arsy di mana saat itu tidak ada bayangan lain kecuali
bayangan Arsy. Sudahkah kita memakmurkan masjid, hati
kita terpaut dengan masjid, sehingga kita termasuk golongan
orang yang dilindungi oleh naungan Arsy, ketika tidak ada
naungan selain naungan Arsy. Seandainya kita semuanya
tahu seberapa banyak kebaikan, keberkahan masjid, niscaya
kita akan melihat saudara-saudara kita kaum muslimin
berlomba-lomba untuk senantiasa berada di masjid,
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
31
memakmurkan masjid dan seterusnya. Namun sangat
disesalkan, banyak di antara kaum muslimin yang datang ke
masjid bahkan hanya sekali dalam satu minggu untuk
melaksanakan shalat Jumat, bahkan ada sebagian kaum
muslimin yang dalam setahun hanya dua kali datang ke
masjid untuk melaksanakan shalat Idul Fitri dan Idul Adha,
sungguh menyedihkan sekali, seandainya kaum muslimin
betul-betul memahami betapa banyak keutamaan-keutamaan
yang dijanjikan oleh Allah subhanahu wa taala bagi orang
yang senantiasa memakmurkan masjid tentunya ini tidak
akan mungkin terjadi.

Maasyiral Muslimin sidang Jumah rahimakumullah
Karena masjid adalah tempat yang paling mulia di muka
bumi ini, tentunya masjid ini termasuk salah satu syiar
agama Allah, jika orang melihat masjid, akan selalu muncul
kesan di hatinya, ini masjid adalah tempat beribadah kepada
Allah subhanahu wa taala. Jika ada sebuah masjid dibangun
di suatu daerah, ini artinya penduduk sekitarnya adalah
kaum muslimin, oleh karenanya masjid ini termasuk syiar
agama Allah dan orang-orang yang mengagungkan syiar
agama Allah itu menunjukkan bahwa mereka adalah orang-
orang yang bertaqwa kepada Allah subhanahu wa taala,
Allah taala berfirman :


Sungguh orang-orang yang mengagungkan syiar-syiar agama Allah,
maka itu sesungguhnya adalah menunjukkan taqwa yang ada di
hati orang-orang tersebut.
Dalam salah satu haditsnya Nabi shallallahu alayhi wa
sallam bersabda :

, ,
Baginda Rasulillah menegaskan : Sesungguhnya masjid ini tidaklah
boleh dimasukkan kotoran-kotoran ke dalamnya, air kencing,
kotoran manusia dan lain sebagainya, ataupun kotoran-kotoran lain,
benda-benda najis yang lain, tidak boleh mengotori masjid dengan
benda-benda najis, masjid diperuntukkan untuk berdzikir menyebut
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
32
asma Allah subhanahu wa taala dan membaca ayat-ayat suci al-
Quran. (H.R. Muslim dan lainnya)
Oleh karenanya, marilah kita muliakan masjid ini dengan
selalu menjaga kebersihan masjid, jangan sampai kita
mengotori masjid dengan benda-benda yang suci sekalipun,
diharamkan orang untuk mengotori masjid dengan benda-
benda yang suci sekalipun, seperti air ludah, seperti ingus,
seperti dahak, seseorang tidak diperbolehkan berdahak
mengenai lantai masjid, mengeluarkan ingus atau meludah
mengenai lantai masjid dan semacamnya, apalagi mengotori
masjid dengan benda-benda yang najis, tentunya lebih haram
hukumnya.
Oleh karenanya kaum muslimin sejak masa khalifah Umar
ibn al-Khathab di setiap hari Jumat mereka menjadikan
masjid ini, diberikan wewangian-wewangian, dibakarkan
gahru dan semacamnya untuk membuat nyaman orang yang
berada di masjid beribadah kepada Allah subhanahu wa
taala. Bahkan suatu ketika di masa Nabi shallallahu alayhi
wa sallam ada seorang perempuan muslimah yang berwajah
atau berkulit gelap, wanita ini biasanya membersihkan masjid
Nabawi, tiba-tiba suatu hari baginda Rasulillah shallallahu
alayhi wa sallam tidak melihat perempuan ini seperti
biasanya, beliau bertanya kepada para sahabat Kemanakah
wanita yang biasanya membersihkan masjid ini, aku tidak
melihatnya lagi ?, para sahabat menjawab bahwa wanita itu
sudah meninggal ya Rasulallah, maka Rasulullah bersabda
Mengapa kalian tidak memberitahuku tentang kematian
perempuan tersebut, tunjukkanlah kepadaku di mana
kuburannya, ditunjukkanlah oleh para sahabat kuburan
perempuan tersebut kepada baginda Rasulillah shallallahu
alayhi wa sallam, kemudian Rasulullah shalat di dekat
makam perempuan itu, sambil beliau bersabda :


Sesungguhnya kuburan-kuburan ini dipenuhi kegelapan bagi
penduduknya, bagi orang-orang yang dikubur di situ

doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
33
Dan sungguh Allah menerangi kuburan-kuburan yang ada di areal
pemakaman itu karena shalat yang aku lakukan untuk mereka.

Maasyiral hadirin sidang Jumah rahimakumullah
Di antara adab memuliakan masjid, bahwa dimakruhkan
orang untuk melakukan transaksi jual beli dan semacamnya
di dalam masjid, karena masjid bukanlah pasar, masjid
adalah tempat beribadah kepada Allah, bukan tempat untuk
berjual beli, baginda Rasulillah shallallahu alayhi wa sallam
bersabda :

, ,
Jika kalian melihat orang yang menjual barang atau membeli
barang di dalam masjid maka katakanlah : semoga Allah tidak
menjadikan perdaganganmu itu beruntung, dan jika engkau melihat
orang yang mencari barang yang hilang di masjid, maka katakanlah
kepadanya : semoga Allah tidak mengembalikan kepadamu barang
yang hilang itu.
Ini adalah bagian dari memuliakan masjid, jika kita hendak
pergi ke masjid jangan lupa untuk berdoa, membaca doa yang
diajarkan oleh baginda Rasulillah shallallahu alayhi wa sallam :

, ,
Doa ini dianjurkan untuk dibaca, ketika orang pergi dari
rumahnya berjalan menuju ke masjid, ketika sudah tiba di
depan masjid hendaklah membaca doa masuk masjid :


Maasyiral hadirin sidang Jumah rahimakumullah
Begitu kita masuk masjid, marilah kita laksanakan shalat
dua rokaat, tahiyyatul masjid sebelum duduk, setelah itu
mari kita perbanyak membaca ayat-ayat suci al-Quran,
berdzikir menyebut asma Allah subhanahu wa taala,
meminta kebaikan-kebaikan untuk diri kita atau orang-orang
yang kita cintai, banyaklah berdoa setiap waktu antara adzan
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
34
dan iqamah, karena waktu antara adzan dan iqomah
termasuk salah satu waktu di mana doa akan diijabah,
dikabulkan oleh Allah subhanahu wa taala.
Namun demikian, jangan sampai kita kemudian
memunculkan adab-adab sendiri yang tidak diatur oleh
agama, sebagian orang melarang kaum muslimin untuk
berbicara tentang urusan dunia di dalam masjid, ini adalah
pernyataan yang tidak berdasar, bahkan sebagian orang
menyebutkan sebuah perkataan yang mereka katakan itu
adalah hadits Nabi padahal itu bukan hadits Nabi, kata
mereka :


Sebagian orang itu mengatakan Nabi bersabda : jika orang
berbicara dalam masjid tentang urusan dunia, maka kebaikannya
akan hilang, akan lenyap seperti api yang membakar kayu bakar
Ini adalah pernyataan yang tidak benar dan bukan hadits
Nabi, hadits ini adalah hadits palsu, karena tidak jarang para
sahabat radliyallahu taala anhum setelah mereka selesai
shalat, kadang mereka duduk-duduk berbicara tentang
peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di masa jahiliyyah,
mereka ingat masa-masa lalu mereka, mereka tersenyum,
tertawa, baginda Rasulillah menyaksikan itu, beliau tidak
melarang, beliau bahkan tersenyum kepada para sahabatnya
tersebut, bahkan suatu ketika dalam hadits riwayat Imam al-
Bukhari ada dua orang sahabat yang ribut di dalam masjid
karena masalah hutang, salah seorang sahabat yaitu Kaab
menagih hutangnya terhadap sahabat lain yang saat itu ada
di masjid, keributan terjadi kemudian mereka mengadu
kepada baginda Rasulillah shallallahu alayhi wa sallam maka
Rasulullah mengatakan kepada Kaab : Wahai Kaab, kurangi
hutang kamu itu setengah, bebaskan hutang kamu yang
setengah itu pada orang itu bebaskan, biarkan dia membayar
sisa hutangnya separuh saja, yang separuh gugurkan dari
kawanmu itu.
Baginda Rasulullah shallallahu alayhi wa sallam tidak
memarahi para sahabat tersebut, baginda Rasulillah
shallallahu alayhi wa sallam bahkan justru mengatakan
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
35
kepada sahabatnya itu agar menggugurkan sebagian
hutangnya kepada sahabat yang lain.
Termasuk juga perkataan yang tidak berdasar, sebagian
orang melarang orang untuk tidur di masjid, selama orang
tidur di masjid itu tidak menggangu kesucian masjid, maka
ini tidak boleh dilarang, karena sahabat Abdullah Ibnu Umar
Ibnu Khaththab seringkali beliau tidur di Masjid Nabawiy,
baginda Rasulillah shallallahu alayhi wa sallam mengetahui
itu dan beliau tidak melarangnya, bahkan beliau memuji
sahahat Abdullah Ibnu Umar bahwa beliau adalah Rajulun
Shaleh, yang dilarang oleh Nabi adalah ketika seseorang,
ketika kaum Muslimin berada di masjid, kemudian saling
mengangkat suaranya sehingga mengganggu orang lain yang
sedang shalat atau sedang membaca al-Quran, ini yang
dilarang oleh baginda Rasulillah shallallahu alayhi wa
sallam. Nabi bersabda :


Sesungguhnya masing-masing dari kalian sedang bermunajat
kepada Allah subhanahu wa taala, maka jangan sampai
sebagian mengganggu sebagian yang lain, jangan sampai
sebagian mengangkat suaranya berlebihan sehingga
mengganggu kekhusyuan saudaranya yang lain yang sedang
beribadah di dalam masjid tersebut.
Demikian juga dilarang seseorang untuk pergi ke masjid
dengan bau-bau yang tidak sedap, yang mengganggu saudara
Muslim yang lain, baginda Rasulillah shallallahu alayhi wa
sallam bersabda :

, ,
Barangsiapa makan bawang merah atau bawang putih atau
bawang pre maka jangan mendekati masjidku, karena malaikat
tidak menyukai sesuatu yang menyebabkan kaum muslimin
terganggu. (H.R. Muslim dan lainnya)
Oleh karenanya ketika pergi ke masjid marilah kita sebaik
mungkin mengurus badan kita, sehingga tidak menimbulkan
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
36
bau yang busuk yang mengganggu saudara kita, marilah kita
memakai pakaian yang paling dicintai oleh baginda Rasulillah
shallallahu alayhi wa sallam, pakaian-pakaian yang
berwarna putih, meskipun ini tidak wajib tetapi ini sangat
dianjurkan oleh baginda Rasulillah shallallahu alayhi wa
sallam.

Maasyiral Muslimin rahimakumullah
Inilah khuthbah kami mudah-mudahan bermanfaat, mudah-
mudahan Allah subhanahu wa taala senantiasa memberikan
taufik, hidayah kepada kita semuanya untuk bisa
memakmurkan masjid, mengisi hari-hari kita dengan
sebanyak-banyaknya beribadah kepada Allah subhanahu wa
taala ditempat yang paling dimuliakan oleh Allah yaitu
masjid-masjid yang dibangun untuk beribadah kepada Allah.

.
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
37
Muhasabah Dalam Kehidupan Sehari-Hari
ijk

. ,

, .

. ,


Maasyiral Muslimin sidang Jumah rahimakumullah
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah
subhanahu wa taala, atas seluruh nikmat-nikmat yang Allah
berikan kepada kita semuanya, padahal nikmat-nikmat
tersebut tidak wajib bagi Allah taala memberikannya kepada
kita. Mudah-mudahan niknat-nikmat yang Allah berikan
kepada kita semuanya tidak menyebabkan kita lalai, sibuk
oleh nikmat-nikmat tersebut, melalaikan Sang Pemberi
nikmat dan hak-haknya yaitu Allah subhanahu wa taala.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan
alam, Nabi besar Muhammad shallallahu alayhi wa sallam,
keluarganya, para sahabatnya, serta orang-orang yang
senantiasa tunduk dan patuh menjalankan ajaran-ajaran
agamanya.
Kami selaku khathib berwasiat kepada diri kami, kepada para
jamaah sekalian, marilah senantiasa kita berupaya untuk
meningkatkan kualitas iman dan takwa kita kepada Allah
subhanahu wa taala, karena sungguh semua kemuliaan,
semua keistimewaan, semuanya itu tidak akan menentukan
akhir keadaan kita kelak di akhirat, di Yaumil Qiyamah, yang
menentukan semuanya tidak lain tidak bukan adalah
taqwallah, bertaqwa kepada Allah subhanahu wa taala.


doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
38
Semua kemuliaan-kemuliaan sirna, kecuali taqwallah, bertaqwa
kepada Allah subhanahu wa taala

Maasyiral Muslimin sidang Jumah rahimakumullah
Pada kesempatan kali ini marilah kita manfaatkan mimbar
dan waktu yang sangat mulia ini, untuk kita semuanya
melakukan muhasabah, berintrospeksi diri terhadap semua
tindakan-tindakan kita, tingkah laku, perbuatan, ucapan-
ucapan dan segenap gerakan-gerakan kita di dunia ini.
Memang muhasabah, berintrospeksi diri itu tidak ditentukan
oleh waktu kapanpun, tidak dibatasi oleh waktu, tidak di
awal tahun, tidak di akhir tahun, tidak di pertengahan tahun,
bahkan muhasabah ini seharusnya dilakukan setiap saat,
setiap waktu. Allah subhanahu wa taala berfirman dalam
salah satu ayat al-Quranul al-Karim :

- ,
Kita lihat dalam ayat ini, Allah subhanahu wa taala
memerintahkan kita untuk melakukan muhasabah
...

...
Hendaklah setiap jiwa, setiap pribadi, setiap orang melihat-lihat,
meneliti, merenung, berfikir,

apa yang telah dia lakukan

untuk akhiratnya
al-Ghad, hari esok di sini dalam ayat ini yang dimaksud
adalah akhirat. Jadi Allah subhanahu wa taala
memerintahkan kepada kita semuanya, untuk setiap saat,
setiap pribadi ini, melakukan muhasabah, memikir-mikir,
merenungkan, apakah sudah banyak amal-amal yang dia
kerjakan untuk kehidupan akhiratnya, apakah masing-
masing sudah benar-benar melaksanakan perintah Allah
...

...
apakah masing-masing dari kita sudah benar-benar
melaksanakan perintah Allah untuk mengambil bekal dari
kehidupan dunia ini, untuk kepentingan, untuk kita gunakan
dalam kehidupan akhirat kita kelak dan sebaik-baik bekal itu
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
39
adalah taqwallah; bertakwa kepada Allah subhanahu wa
taala.
Sangat jelas perintah untuk muhasabah dalam ayat ini diapit
oleh perintah untuk bertaqwa yang disebut dua kali sekaligus
dalam satu ayat:

Wahai orang-orang yang


beriman bertaqwalah kepada Allah,

Perintah
untuk muhasabah, kemudian diulangi lagi perintah untuk
bertaqwa

Hendaklah kalian semuanya bertaqwa kepada


Allah taala

Sesungguhnya Allah taala maha


mengetahui setiap amal perbuatan yang kalian lakukan.
Oleh karenanya taqwallah, ini adalah tujuan dari kita
melakukan muhasabah, kita ingin melakukan muhasabah,
berintrospeksi dalam rangka berupaya untuk betul-betul
mencapai derajat muttaqin, betul-betul melaksanakan takwa
kepada Allah subhanahu wa taala melaksanakan semua
kewajiban-kewajiban dan menjahui semua larangan-
larangan, karena itu adalah bekal yang paling bermanfaat
bagi kita kelak untuk kehidupan akhirat kita.
Kita diingatkan oleh para sahabat rodhiyallohu taala anhum,
sahabat Umar ibnu al-Khaththab pernah mengatakan :


Umar ibnu al-Khaththab menegaskan hisablah diri kalian,
sebelum kalian nanti dihisab oleh Allah di Yaumil Qiyamah,
timbanglah diri kalian, amal perbuatan kalian sebelum amal
perbuatan kalian nanti ditimbang oleh para malaikat di
Yaumil Qiyamah. Bersiap-siaplah untuk menghadapi al-
Ardhul Akbar saat di mana seluruh amal perbuatan kita
diperlihatkan kepada kita kelak di Yaumil Qiyamah

saat itu tidak ada satupun amal perbuatan


kita yang samar dari kita, semua amal perbuatan yang
pernah kita lakukan yang baik dan yang buruk, semuanya
akan nampak akan kita lihat dalam catatan amal perbuatan
kita. Sahabat Ali ibn Abi Thalib juga mengingatkan kita
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
40
semuanya, dalam sebuah riwayat al-Bukhari dalam
shohihnya, Sahabat Ali ibn Abi Thalib menegaskan :


Dunia itu berjalan membelakangi kita, dunia itu pasti
akan meninggalkan kita, sebaliknya akhirat itu datang menuju
kepada kita, seakan dia berjalan ke arah kita dan pasti
akan menghampiri kita


Jadilah kalian pemburu-pemburu kebahagiaan akhirat, jangan
menjadi pemburu kebahagian-kebahagian dunia semata.


Hari ini, dunia ini adalah saat beramal bukan saat menuai
balasan.

Esok hari akhirat, adalah saat menuai balasan dan bukan lagi saat
beramal.

Maasyiral Muslimin sidang Jumah rahimakumullah
Oleh karenanya, para ulama salafus shaleh di antara meraka
sangking sering melakukan muhasabah terhadap dirinya
sendiri sehingga dijuluki sebagai al-Muhasibiy orang yang
senantiasa mengevaluasi, mengintrospeksi dirinya. Al-Harits
ibn Asad al-Muhasibiy adalah seorang tokoh di kalangan para
ulama as-salafus shaleh yang terkenal karena seringkali atau
bahkan terlalu sering melakukan muhasabah terhadap
dirinya sendiri, bahkan muhasabah itu dia lakukan terhadap
setiap lintasan pikiran yang melintas dalam benak, jangan
sampai terlintas sekalipun pikiran-pikiran buruk, pikiran-
pikiran kotor, pikiran-pikiran untuk berbuat durhaka dan
maksiyat kepada Allah subhanahu wa taala.
Kita semuanya tanpa terkecuali Kita sebagai seorang anak,
apakah kita sudah melaksanakan kewajiban kita kepada
orang tua kita, orang tua kita yang membutuhkan, apakah
sudah kita penuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Kita sebagai seorang anak, sudahkah kita mendoakan untuk
orang-orang tua kita, baik orang tua kita masih hidup,
apalagi sudah meninggal.
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
41
Kita sebagai seorang ayah, apakah kita sudah benar-benar
melaksanakan kewajiban kita kepada anak-anak kita, apakah
ketika anak kita sudah genap berumur tujuh tahun Hijriyah,
kita sudah benar-benar melakukan, memerintah anak kita
untuk shalat lima waktu dengan sebaik-baiknya, apakah
setiap hari Jumat, kita sudah memerintahkan anak kita yang
sudah genap berumur tujuh tahun Hijriyah itu, untuk pergi
ke masjid melaksanakan shalat Jumat, ataukah barangkali
kita jarang-jarang, sesekali saja dan tidak terlalu serius
memerintahkan anak-anak kita untuk melaksanakan shalat
lima waktu yang sangat tinggi kedudukannya dalam agama.
Anak-anak kita yang sudah baligh, apakah kita selalu
memberikan arahan-arahan, bimbingan-bimbingan agar
seluruh perbuatan mereka tidak menyalahi aturan-aturan
agama dan betul-betul bisa mencapai ridha Allah subhanahu
wa taala.
Sebagai seorang suami, apakah kita sudah benar-benar
melaksanakan kewajiban-kewajiban yang Allah bebankan
kepada kita agar kita lakukan kepada isteri-isteri kita.
Apakah kita sudah memenuhi kewajiban-kewajiban kita
kepada isteri-isteri kita dengan mengajari mereka ilmu
agama, dengan senantiasa memberikan arahan-arahan,
dengan mengendalikan semua perbuatan gerak-gerik isteri-
isteri kita, supaya tidak menyalahi aturan-aturan Allah
subhanahu wa taala, ataukah kita hidup dengan isteri kita
hanya demi keperluan kebutuhan fisik semata dan tidak
perduli dengan agama dan akhirat kita.
Kita sebagai seorang isteri kita sampaikan kepada isteri kita
di rumah, apakah sebagai isteri sudah betul-betul
melaksanakan kewajibannya terhadap suami, yang
merupakan orang manusia yang paling besar haknya kepada
seorang isteri, kewajiban-kewajiban isteri apakah betul-betul
sudah dilaksanakan untuk suaminya dengan sebaik-baiknya.
Kita sebagai seorang Profesional, apakah benar-benar profesi
yang kita jalankan ini, yang menjadi mata pencaharian kita
ini betul-betul profesi yang halal dalam agama, bukan dalam
anggapan kita semata, dalam hukum agama apakah profesi
yang kita jalankan ini benar-benar sesuai dengan aturan
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
42
agama, sehingga harta yang kita peroleh betul-betul harta
yang halal, ataukah jangan-jangan yang penting kita
menemukan sumber penghasilan tanpa peduli apakah ini
sesuai dengan aturan agama atau tidak, dan kita selalu
menggampangkan.
Kita sebagai pribadi, apakah kita sudah benar-benar
melaksanakan semua kewajiban-kewajiban yang dibebankan
oleh Allah taala dan menjauhi perkara-perkara yang
diharamkan oleh Allah subhanahu wa taala kepada kita
semuanya, atau jangan-jangan bahkan kita tidak tahu mana
yang wajib bagi kita, mana yang haram bagi kita, karena kita
tidak pernah belajar ilmu agama dengan baik, sehingga ndak
tahu mana yang haram mana yang halal, mana yang wajib
mana yang haram, yang wajib ditinggalkan, yang Haram
malah dilakukan.
Banyak di antara kita, tidak pernah melakukan muhasabah
atau malas-malasan untuk berinstrospeksi diri, karena selalu
mengukur diri kita dengan orang-orang di bawah kita dalam
urusan agama, kita selalu berfikir kita masih mending
dibanding orang lain, kita mencukupkan diri dengan hanya
melaksanakan shalat lima waktu, karena menganggap masih
lebih baik dari orang yang shalat lima waktunya bolong-
bolong.
Kita tidak pernah membandingkan dengan orang yang di atas
kita dalam urusan akhirat kita, padahal baginda Rasulillah
shallallahu alayhi wa sallam mengajarkan dalam urusan
dunia agar kita lihat orang yang di bawah kita tapi dalam
urusan akhirat kita mesti melihat orang yang di atas kita,
supaya terus berkembang, bertambah kebaikan-kebaikan
kita.
Sering-seringlah kita membaca sejarah para sahabat, para
tabiin, orang-orang shalih, orang-orang yang mulia yang
telah mendahului kita, orang-orang shaleh yang banyak di
antara mereka tinggal hanya nama dalam kenangan-
kenangan kita, kita seringkali melupakan bagaimana sejarah
para sahabat, para tabiin bagaimana para sahabat
meninggalkan anak isteri mereka untuk berdakwah,
bagaimana para sahabat menggunakan harta-harta mereka
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
43
untuk berjuang fi sabilillah, untuk bersedekah kepada orang-
orang yang membutuhkan.
Sahabat Utsman ibn Affan pernah mendanai kebutuhan
logistik dan persenjataan untuk perang kaum muslimin
seluruhnya di masa baginda Rasulillah shallallahu alayhi wa
sallam.
Seorang Tabiin yang mulia Ali ibn al-Husain ibn Ali ibn Abi
Thalib di masa hidupnya menghidupi seratus keluarga di
Madinah, seratus keluarga seluruhnya kehidupannya beliau
tanggung.
Seorang Gubernur Sijistan, Thalhatut Thalahat beliau
mendanai seratus orang dai dan kebutuhan-kebutuhannya,
kebutuhan pernikahan mereka, nafaqah untuk anak isteri
mereka, semuanya ditanggung oleh gubernur Sijistan itu
hanya dalam rangka supaya mereka betul-betul bisa fokus,
konsentrasi untuk berdakwah di jalan Allah subhanahu wa
taala.
Kita sebagai pribadi, kita ini termasuk orang yang dicintai
oleh Allah atau orang yang dibenci oleh Allah, kita ini
seringkali hidup dalam subyektifitas kita, Kita selalu merasa
sudah hebat, sudah shaleh, sudah banyak sedekah, sudah
banyak ibadah, jangan-jangan ibadah kita tidak terima oleh
Allah, jangan-jangan amal shaleh yang kita lakukan, kita
lakukan karena mengharap pujian sesama hamba, sedekah-
sedekah yang kita lakukan hanya berharap dipuji oleh orang
lain atau berasal dari harta yang haram, sehingga tidak
diterima oleh Allah subhanahu wa taala padahal kita mengira
kita ini sudah beres semuanya sudah benar, sudah shaleh
sudah bertaqwa. Baginda Rasulillah shallallahu alayhi wa
sallam bersabda :

, ,
Sesungguhnya Allah taala tidak mencintai orang yang menumpuk-
numpuk harta, kemudian tidak mengeluarkan hak-hak harta itu,
baik hak yang wajib seperti zakat maupun hak-hak fakir miskin
yang sunnah yang kita perlu berikan orang-orang fakir miskin
di sekeliling kita.
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
44
Allah tidak mencintai orang yang menumpuk-numpuk harta, tidak
mengeluarkan hak-haknya, ketika malam hari bagaikan bangkai,
tidak pernah bangun untuk wudhu shalat dua rokaat atau
membaca al-Quran, pintar urusan dunia, bodoh urusan akhirat,
tidak memperlajari ilmu agama yang wajib dipelajari,
tidak mengamalkan ilmu agama yang sudah dipelajari.

Kita sebagai pribadi di tengah-tengah masyarakat, apakah
sudah berusaha untuk selalu menyesuaikan perkataan kita,
perbuatan kita, tindakan kita dengan ajaran baginda
Rasulillah shallallahu alayhi wa sallam dengan ajaran
agama. Baginda Rasulillah shallallahu alayhi wa sallam
pernah mewanti-wanti :


Barang siapa menyerupai suatu kaum dalam perbuatan-perbuatan
mereka, maka orang ini tergolong seperti kelompok mereka.
Orang-orang yang menyerupai orang-orang kafir dalam
perbuatan yang kufur, mengagungkan syiar-syiar kufur,
merayakan hari raya-hari raya orang kafir, maka orang ini
jatuh dalam kekufuran, orang-orang yang menyerupai orang
kafir dalam perkara yang haram, maka dia jatuh dalam
perkara yang haram. Baginda Rasulillah mengingatkan :

, ,
Sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan, tradisi-tradisi
orang-orang, umat-umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal,
sehasta demi sehasta, hingga seandainya mereka memasuki liang
Biawak-pun kalian akan ikut-ikut memasukinya. Para sahabat
bertanya yang anda maksud orang-orang Yahudi dan Nasrani ya
Rasulullah ?, Rasulullah menjawab siapa lagi kalau bukan mereka.

Tahun baru yang akan tiba satu dua hari ke depan, ini bukan
tahun baru kaum Muslimin, merayakannya dengan meniup
terompet dan semacamnya, bukan kebiasaan kaum
Muslimin, merayakan ulang tahun dengan meniup lilin dan
bernyanyi-nyanyi, itu bukan kebiasaan kaum Muslimin.
Oleh karenanya marilah dengan kerelaan hati, dengan hati
yang jernih, tradisi-tradisi yang tidak sesuai dengan ajaran
agama ini, yang bukan tradisi-tradisi kaum Muslimin kita
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
45
tinggalkan, supaya kita tidak terkena ancaman baginda
Rasulillah shallallahu alayhi wa sallam.
Siapapun orangnya, jabatan setinggi apapun yang dia miliki
selama hawa nafsunya, tindak-tanduknya tidak sesuai
dengan ajaran baginda Rasulillah shallallahu alayhi wa
sallam tidak akan pernah sempurna imannya, tidak akan
pernah mulia menurut Allah subhanahu wa taala. Baginda
Rasulillah shallallahu alayhi wa sallam bersabda :


Al-Imam an-Nawawi mengatakan

.
Tidak akan sempurna iman salah seorang di antara kalian hingga
hawa nafsunya, pemikiran-pemikirannya, pendapat-pendapatnya,
kebiasaan-kebiasaannya, tradisi-tradisi yang dilakukannya hingga
itu semuanya sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh baginda
Rasulillah shallallahu alayhi wa sallam.

Inilah khuthbah kami mudah-mudahan bermanfaat, kita
memohon kepada Allah subhanahu wa taala, mudah-
mudahan Allah taala selalu menetapkan kita dalam hidayah,
iman dan Islam memberikan tambahan hidayah, tambahan
taufik dan inayah oleh Allah subhanahu wa taala dalam
kehidupan-kehidupan kita yang tersisa ini.


.
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
46


. .

. ,

...
doc/by_gusdim/smpit_arrudho_pondokkelapa
47

You might also like