You are on page 1of 15

Kontrasepsi Hormonal

Kuliah: Hary Tjahjanto NP. Noerpramana Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi. Kebanyakan jenis hormon yang terkandung dalam kontrasepsi hormonal adalah jenis hormon sintetik, kecuali yang terkandung dalam depo medroksi progesteron asetat (depo MPA/DMPA), yang jenis hormonnya adalah jenis progesteron alamiah. Kontrasepsi hormonal dapat diberikan secara oral, berupa suntikan/injeksi DMPA secara sendiri maupun kombinasi dengan estrogen, atau sebagai penambah efek pada alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) maupun sebagai alat kontrasepsi bawah kulit berupa implan/susuk1,2.

Haid adalah perdarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai deskuamasi/pelepasan endometrium. Panjang siklus haid adalah pada umumnya 28 hari dengan variasi antara 21 35 hari dengan lama haid antara 3 6 hari. Siklus haid yang teratur dan lama haid yang selalu sama biasanya merupakan siklus haid yang berovulasi 3-5. Pola hormonal siklus haid
3-5

Siklus haid normal dibagi atas fase folikuler (proliferatif), saat ovulasi, dan fase luteal (sekresi). Fase proliferasi terjadi setelah haid sampai hari ke-14. Pada fase tersebut endometrium tumbuh kembali/mengalami proliferasi. Antara hari ke-12 hari ke-14 dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi. Sesudahnya disebut fase sekresi, dimana korpus luteum akan mengeluarkan progesteron. Dibawah pengaruh progesteron, kelenjar endometrium yang tumbuh berkeluk-keluk mulai bersekresi dan mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Perubahan-perubahan kadar hormon sepanjang siklus haid disebabkan oleh mekanisme umpan balik (feedback mechanism) antara hormon steroid dan hormon gonadotropin. Hormon estrogen menyebabkan umpan balik negatif terhadap FSH. Sedangkan terhadap LH, hormon estrogen menyebabkan umpan balik negatif jika kadarnya rendah dan menimbulkan umpan balik positif bila kadarnya tinggi. Tidak lama setelah haid mulai, pada fase folikuler dini, beberapa folikel berkembang oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH ini disebabkan oleh regresi korpus luteum, sehingga hormon steroid berkurang. Dengan berkembangnya folikel, produksi estrogen meningkat, dan hal ini akan menekan produksi FSH, folikel yang

akan berovulasi melindungi dirinya sendiri terhadap atresia, sedangkan folikel-folikel lain mengalami atresia. Pada waktu ini LH meningkat untuk membantu pembuatan estrogen dalam folikel. Perkembangan folikel yang cepat pada fase folikuler akhir ketika FSH mulai menurun, menunjukan bahwa folikel yang telah masak itu bertambah peka terhadap FSH. Perkembangan folikel berakhir setelah kadar estrogen dalam plasma meninggi. Estrogen pada mulanya meninggi secara berangsur-angsur, kemudian dengan cepat mencapai puncaknya. Dua hari sebelum ovulasi, kadar estradiol mencapai 150-400 pg/ml. Ini memberikan umpan balik positif terhadap LH sehingga terjadi lonjakan LH (LH surge) pada pertengahan siklus, mengakibatkan terjadinya ovulasi. Kadar maksimum LH berkisar antara 8 35 ng/ml (setara 30-40 mIU/ml), LH yang meninggi menetap kira-kira 24 jam dan menurun pada fase luteal. Dalam beberapa jam setelah LH meningkat, estrogen menurun dan mungkin inilah yang menyebabkan LH kemudian menurun pula. Pecahnya folikel trerjadi antara 16-24 jam setelah lonjakan LH. Setelah ovulasi terjadi, Luteinized granulosa cells dalam korpus luteum membuat progesteron banyak, dan Luteinized theca cells membuat pula estrogen yang banyak, sehingga kadar kedua hormon itu meningkat tinggi pada fase luteal. Mulai 10-12 hari setelah ovulasi korpus luteum mengalami regresi berangsur-angsur disertai dengan berkurangnya kapiler-kapiler dan diikuti menurunnya produksi estrogen dan progesteron. Menurunnya kadar estrogen dan progesteron menimbulkan efek terhadap arteri spiralis pada endometrium berupa spasme dan iskemia, diikuti degenerasi dan perdarahan serta pelepasan endometrium yang nekrotik yang disebut haid atau menstruasi. Berikut ini adalah gambaran pola hormon steroid pada wanita dengan haid normal, pada wanita akseptor pil oral kombinasi dan pada wanita akseptor implan 6 batang 3,4.

Gambar 1. Pola hormon pada siklus haid normal. (Sumber : Speroff L, Glass RH, Kase NG. Clinical gynecologic endocrinology and infertility. Edisi ke-6. 1996)

Gambar 2. Pola hormon FSH, LH, Estradiol dan Progesteron pada wanita setelah dan selama pemberian kontrasepsi oral kombinasi 500mg norgestrel dan ethinyl estradiol 50mg. (Sumber: Yen SSC, Jaffe RB, Barbieri RL. Reproductive endocrinology : physiology, pathophysiology and clinical management.Edisi ke-4. 1999).

Gambar 3. Pola hormon estradiol, progesteron dan level norgestre serum setelah implantasi/pemasangan implan 6 batang. (Sumber: Yen SSC, Jaffe RB, Barbieri RL. Reproductive endocrinology: physiology, pathophysiology and clinical management.Edisi ke-4. 1999). Mekanisme kerja kontrasepsi hormonal Kontrasepsi hormonal mempengaruhi : Ovulasi Implantasi Transpor gamet Fungsi korpus luteum Lendir serviks Mekanisme kerja Estrogen Estrogen bekerja terhadap/pada proses : 1. Ovulasi Estrogen menghambat ovulasi melalui efek pada hipotalamus, yang kemudian mengakibatkan supresi pada FSH kelenjar hipofise.
3,6-8

Penghambatan tersebut tampak dari tidak adanya estrogen pada pertengahan siklus, tidak adanya puncak-puncak FSH pada pertengahan siklus dan supresi post-ovulasi peninggian progesteron dalam serum dan pregnandiol dalam urin yang terjadi pada keadaan normal. Ovulasipun tidak selalu dihambat oleh estrogen dalam pil oral kombinasi (yang berisi estrogen 50 mcg atau kurang), karena estrogen mungkin hanya efektif 95-98% dalam menghambat ovulasi, dan keadaan efektivitas hampir 100% disebabkan adanya tambahan efek dari progestron dalam menghambat ovulasi (dengan cara menekan LH), lendir serviks dan endometrium. Produksi hormon endogen memang dihambat, tetapi tidak seluruhnya. Masih ada sedikit estrogen yang dihasilkan ovarium seperti pada fase folikuler dini siklus haid.

2. Implantasi Implantasi blastokist (pada 6 hari setelah fertilisasi), dapat terhambat karena lingkungan endometrium yang tidak optimal akibat pengaruh kadar estrogenprogesteron yang tidak adekuat.

Implantasi dari ovum yang telah dibuahi juga dapat dihambat oleh estrogen dosis tinggi (diethylstilbestrol, ethynyl estradiol) yang diberikan sekitar pertengahan siklus pada sanggama yang tak terlindungi, dan ini disebabkan karena terganggunya perkembangan endometrium yang normal. Efek inilah yang rupanya menjadi dasar bagi metode kontrasepsi pasca-sanggama/post-coital. 3. Transpor gamet/ovum Pada percobaan binatang, transpor gamet/ovum dipercepat oleh estrogen, dan ini disebabkan karena efek hormonal pada sekresi dan peristaltik tuba serta kontraktilitas uterus. 4. Luteolisis Yaitu degenerasi dari korpus luteum, yang menyebabkan penurunan yang cepat dari produksi estrogen dan progesteron oleh ovarium, yang selanjutnya menyebabkan dilepaskannya/dibuangnya jaringan endometrium. Untuk kelangsungan kehamilan yang baik diperlukan fungsi korpus luteum yang baik.

Degenerasi dari korpus luteum menyebabkan penurunan kadar progesteron serum dan selanjutnya mencegah implantasi yang normal, merupakan efek yang mungkin disebabkan oleh pemberian estrogen dosis tinggi pasca sanggama. Mekanisme kerja progesteron 1. Ovulasi Ovulasi sendiri mungkin dapat dihambat karena terganggunya fungsi poros hipotalamus-hipofisis-ovarium dan karena modifikasi dari FSH dan LH pada pertengahan siklus yang disebabkan oleh progesteron. 2. Implantasi Implantasi mungkin dapat dicegah bila diberikan progesteron pra-ovulasi. Ini yang menjadi dasar untuk membuat IUD yang mengandung progesteron.

Pemberian progesteron exogen dapat mengganggu kadar puncak FSH dan LH, sehingga meskipun terjadi ovulasi, produksi progesteron yang berkurang dari korpus luteum menyebabkan penghambatan dari implantasi.

Pemberian progesteron secara sistemik dan untuk jangka waktu yang lama menyebabkan endometrium mengalami keadaan istirahat dan atropi. 3. Transpor gamet/ovum Pengangkutan ovum dapat diperlambat bila diberikan progesteron sebelum terjadi fertilisasi.

Pengangkutan ovum yang lambat dapat menyebabkan peninggian insidens implantasi ektopik (tubal) pada wanita yang memakai kontrasepsi yang hanya mengandung progesteron. 4. Luteolisis Pemberian jangka lama progesteron saja mungkin menyebabkan fungsi korpus luteum yang tidak adekuat pada siklus haid yang mempunyai ovulasi. 5. Lendir serviks yang kental Dalam 48 jam setelah pemberian progesteron, sudah tampak lendir serviks yang kental, sehingga motilitas dan daya penetrasi dari spermatozoa sangat terhambat. Lendir serviks yang bermusuhan/tidak ramah untuk spermatozoa adalah lendir yang jumlahnya sedikit, kental dan seluler serta kurang menunjukan fenomena ferning dan spinnbarkeit. Macam-macam Kontrasepsi Hormon Steroid
1. 1.
1-4,6,9

a) b) c)

d)

e)

Berdasarkan cara/rute pemberian dibagi atas : Per oral, mengandung : Estrogen dan progesteron (Pil Oral Kombinasi = POK) Beberapa macam POK : Monophasik Jumlah dan proporsi hormonnya konstan setiap hari. Multiphasik Dosis hormon bervariasi setiap hari dalam satu siklus. Pil sequential Terdiri atas estrogen saja untuk 14-16 hari Disusul tablet kombinasi untuk 7-5 hari. Pil serial Sama seperti pil sequential, hanya ditambah dengan 7 tablet plasebo agar menjadi 28 tablet. Pil Incremental Estrogen dosis rendah sejak hari pertama siklus, yang perlahan-lahan dinaikkan sampai mencapai 0,1 mcg.

2.

a) b) c)

Progesteron diberikan hanya pada 5 hari terakhir. Progestin saja : Mini Pill (Exluton). Kontrasepsi post-coital Morning-after-pill.

2. Parenteral, terdiri atas : 1. Intramuskular :

a) Suntikan Progestin (Depo Provera, Depo Progestin, Noristerat) b) Suntikan estrogen-progestin (Cyclofem, Cycloprovera, Mesigyna) 2. Subkutan : a) Susuk/implan enam kapsul (Norplant), dua batang/rods (Yadena, Indoplan), satu batang (Implanon). b) Pellets/bola/peluru (Capronor, Net Pellets) 3. Intrauterin : a) IUD mengandung progestin : Progestasert, Levonova. 4. Vaginal : a) Vaginal ring. Akan dibahas mengenai sebagian besar alat kontrasepsi hormonal yang lazim dipakai di Indonesia yaitu kontrasepsi oral (kontrasepsi oral kombinasi dan mini pil), kontrasepsi suntik dan susuk/implan. Saat ini lebih dari 60 juta wanita di seluruh dunia menggunakan kontrasepsi oral. Di banyak negara pil adalah bentuk kontrasepsi reversibel yang terpopuler selama dua dekade terakhir. Di negara maju penggunaan pil telah mencapai kira-kira 24 juta wanita menikah, atau 14% dari wanita menikah dengan usia reproduktif. Di negara berkembang, lebih dari 38 juta wanita saat ini menggunakan pil, atau kira-kira 6 % dari wanita usia reproduktif. Disebut pula sebagai pil kombinasi, kontrasepsi oral, Pil atau Pil kontrol kehamilan2,3,6,10. Sediaan 1-10 Terdapat dua tipe paket pil : paket isi 28 pil yang terdiri atas 21 pil mengandung hormon /pil aktif diikuti 7 pil pengingat yang berwarna berbeda yang tidak mengandung hormon dan paket yang hanya berisi 21 pil aktif.

Berdasarkan definisi dalam studi epidemiologis POK yang sampai saat 3 ini dikembangkan adalah : Kontrasepsi oral kombinasi dosis rendah yaitu mengandung < 50 mg ethinyl estradiol.

Kontrasepsi oral generasi ke-dua yaitu mengandung levonorgestrel, norgestimate dan anggota lain dari norethindrone dan 30 atau 35 mg ethinyl estradiol. Kontrasepsi oral generasi ke-tiga yaitu mengandung desogestrel atau gestodene dengan 20 atau 30 mg ethinyl estradiol. Mekanisme kerja 2-4,6-9 Estrogen endogen bekerja primer untuk membantu pengaturan hormon releasing factors di hipotalamus, membantu pertumbuhan dan pematangan ovarium dan merangsang perkembangan endometrium.

Progesteron endogen bekerja primer menekan ovulasi dan melawan isyarat-isyarat dari hipotalamus dan mencegah pelepasan ovum yang terlalu dini/prematur dari ovarium, serta juga merangsang perkembangan endometrium. Dasar dari kontrasepsi pil adalah meniru proses-proses alamiah. Pil akan menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron oleh ovarium. Pil akan menekan hormon ovarium selama siklus haid yang normal, sehingga juga menekanreleasing factors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi. Mekanisme kontraseptif sekunder Pil harus diminum setiap hari agar efektif karena hormon yang dikandungnya dimetabolisir dalam 24 jam. Bila akseptor lupa minum 1 atau 2 tablet maka akan terjadi peninggian hormon-hormon alamiah, yang selanjutnya mengakibatkan ovum menjadi matang lalu dilepaskan. Preparat hormon steroid juga menyediakan mekanisme kontraseptif sekunder yang dapat melindungi terhadap kehamilan meskipun terjadi ovulasi, misalnya lendir serviks menjadi lebih sedikit, lebih kental dan seluler, sehingga merupakan barier fisik terhadap penetrasi spermatozoa. Pada saat yang bersamaan perubahan-perubahan kelenjar pada endometrium timbul lebih awal dan dengan intensitas lebih besar, sehingga endometrium tidak dalam fase yang sesuai dengan ovulasi dan kurang dapat mendukung ovum yang mungkin dilepaskan dan mengalami fertilisasi. Pemberian pil oral bukan saja mencegah ovulasi, tetapi juga menimbulkan gejalagejala pseudo-pregnancy yaitu seperti mual, muntah, payudara membesar dan terasa nyeri. Haid dihambat sampai dengan pil dihentikan, dimana akan terjadi pendarahan lucut (withdrawal bleeding).

Gejala pseudopregnancy yang disebabkan oleh estrogen yang berlebihan berupa muntah, pusing/sakit kepala, payudara membesar dan terasa lebih nyeri, edema/retensi cairan tubuh, berat badan bertambah. Sedangkan yang disebabkan progestin yang berlebihan berupa gejala nafsu makan yang bertambah besar, rasa lelah, depresi, pertambahan berat badan. Gejala-gejala yang berhubungan langsung dengan siklus haid yaitu siklus menjadi lebih teratur, lama haid menjadi lebih singkat, jumlah darah haid berkurang, berkurangnya gejala sakit perut, hilang atau berkurangnya ketegangan pra-haid.

Meskipun secara biologik efek dari pil oral adalah sama dengan efek kehamilan dan amenore laktasi, akan tetapi sebenarnya tidak serupa. Misalnya hormon-hormon yang dipergunakan bukan hormon alamiah melainkan hormon sintetis, konstan dosisnya, tidak menyesuaikan dengan perbedaan-perbedaan siklis atau individual serta masih adanya hormon alamiah yang dihasilkan oleh ovarium meskipun diberikan hormon sintetis dari luar. Secara garis besar mekanisme kerja POK adalah :

Komponen progesteron : Menghambat ovulasi melalui efek sentral/otak. Efek tambahan : menghasilkan endometrium tidak siap menerima implantasi, lendir mulut rahim menjadi kental dan sulit ditembus oleh spermatozoa serta menurunkan gerakan peristaltik saluran telur. Komponen estrogen : Stabilisasi endometrium sehingga tidak terjadi deskuamasi endometrium. Berpotensiasi/memperkuat efek dari progesteron. Komponen
2,3,7-9

Komponen estrogen : Ethinyl estradiol (EE) Mestranol Komponen progestin : Kelompok norethindrone : Kelompok Norgestrel : Norethindrone Norgestrel Norethindrone asetat Levonogestrel Ethynodiol diasetat Desogestrel Lynestrenol Gestodene

Norethynodrel Keuntungan

1-4,6-9

Sangat efektif bila dipergunakan dengan benar. Siklus haid lebih teratur, pendarahan lebih sedikit dan waktu pendarahan lebih pendek, kram haid jadi lebih ringan/menghilang. Dapat dipergunakan oleh wanita usia adolesen sampai dengan menopause. Pemakai dapat menghentikan minum pil kapan saja dan kesuburan dapat segera pulih. Dapat dipergunakan sebagai kontrasepsi emergensi. Dapat mencegah anemia defisiensi besi. Kerugian 1-4,6-9

Mual (sering terjadi pada 3 bulan pertama), spotting atau perdarahan antara periode haid (terutama bila lupa lupa minum pil atau terlambat minum pil, sering pada 3 bulan pertama), nyeri kepala ringan, nyeri payudara, kenaikan berat badan sedikit, amenore. Tidak cocok untuk wanita pelupa. Tidak dianjurkan bagi wanita menyusui. Pada beberapa wanita dapat menimbulkan perubahan perasaan/mood berupa depresi atau penurunan hasrat seksual. Tidak dapat mencegah penyakit hubungan seksual (bila dibandingkan dengan kondom). Kontraindikasi1-4,6-9 Kontraindikasi absolut : Trombophlebitis, penyakit-penyakit tromboembolik, penyakit serebrovaskuler, oklusi koroner, atau riwayat pernah menderita penyakit tersebut. Gangguan fungsi hepar Karsinoma payudara atau diduga menderita karsinoma payudara. Neoplasma yang estrogen dependen atau diduga menderita neoplasma yang estrogen dependen. Kehamilan atau diduga hamil. Ikterus obstruktif dalam kehamilan. Hiperlipidemia. Kontraindikasi relatif : Migrain Hipertensi Leiomyoma uteri Epilepsi Varises

Diabetes gestasional Bedah elektif Wanita usia > 35 th. Pulihnya kesuburan 1-3 Pil harus diminum setiap hari agar efektif karena hormon yang dikandungnya dimetabolisir dalam 24 jam. Bila akseptor lupa minum 1 atau 2 tablet maka akan terjadi peninggian hormon-hormon alamiah, yang selanjutnya mengakibatkan ovum menjadi matang lalu dilepaskan. Dengan demikian reversibilitas/pulihnya kesuburan akseptor POK sangat tinggi. Penelitian memberikan hasil yang berbeda-beda dibandingkan dengan mantan akseptor IUD (tanpa komplikasi infeksi) . Penelitian di Oxford menunjukan bahwa wanita usia 30-34 th mantan akseptor POK 82% hamil pada 48 bulan pertama dibandingkan dengan 89% mantan akseptor jenis lain. Di USA didapatkan hasil pada 13 bulan pertama 24,8% mantan akseptor POK hamil dibandingkan 12,4% pada mantan akseptor IUD. Penelitian lain menunjukan 90% wanita hamil setelah 24 bulan lepas POK dibandingkan dengan 90% wanita hamil setelah 14 bulan setelah lepas IUD 2,3,7. KONTRASEPSI BERISI PROGESTIN SAJA Kontrasepsi berisi progestin saja dapat berupa1-10 Mini pill Injeksi/suntikan progestin Implan/Susuk IUD berisi progestin Dibawah pengaruh yang lama/kronis dari progestin, lendir serviks menjadi sedikit, kental dan relatif tidak dapat ditembus spermatozoa. Hal tersebut dapat menerangkan adanya efek protektif dari pil oral kombinasi terhadap kemungkinan timbulnya penyakit radang panggul. MINI PILL Progestin yang terdapat di dalam mini pil dapat berupa : Norethindrone, Norgestrel, Ethynodiol dan Lynestrenol (Exluton). Keuntungan1-4,6-9 Kontrasepsi bagi wanita menyusui. Dapat diberikan pada wanita yang menderita keadaan tromboembolik. Mungkin cocok untuk wanita dengnan keluhan efek samping yang disebabkan oleh estrogen (sakit kepala, hipertensi, nyeri tungkai bawah, kloasma, berat badan bertambah dan rasa mual).

Kerugian 1-4,6-9 Meskipun Mini Pill lebih jarang menimbulkan efek samping dan lebih jarang mempengaruhi metabolisme dibandingkan dengan Pil oral kombinasi, Mini Pill memiliki kelemahan seperti : Mini pill kurang efektif dalam mencegah kehamilan dibandingkan dengan pil oral kombinasi/use effectiveness lebih rendah. Karena tidak mengandung estrogen, kejadian pardarahan bercak/spotting, perdarahan menyerupai haid (breakthrough bleeding), variasi dalam panjang siklus haid dan kadang-kadang amenore. Mekanisme kerja 1-4,6-9

1. 2. 3. 4. 5.

Cara kerja Mini Pill dapat berupa : Mencegah terjadinya ovulasi. Perubahan dalam motilitas tuba. Perubahan dalam fungsi korpus luteum. Perubahan lendir seviks yang mengganggu motilitas atau daya tahan spermatozoa. Perubahan dalam endometrium sehingga implantasi ovum yang telah dibuahi tidak mungkin terjadi. Kontraindikasi1-4,6-9 Secara umum kontraindikasi sama denga Pil oral kombinasi . Karena mini pill sering menyebabkan perdarahan ireguler, maka perdarahan abnormal pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya merupakan salah satu kontraindikasi utama untuk pemakaian mini pill, terutama untuk wanita yang usianya lebih tua. Efek samping 1-4,6-9 Perubahan dan gangguan pola haid yang disebabkan oleh pemberian progestin tanpa estrogen. KONTRASEPSI SUNTIK

Pada saat ini terdapat dua macam kontrasepsi suntik bagi wanita yaitu : a) Golongan progestin: DMPA (Depot Medroxyprogesterone acetat) = Depo-Provera , Depo Geston , Depo Progestin. NET-EN (Norethindrone enanthat) = Noristerat b) Golongan progestin dengan campuran estrogen cypionat (CycloProvera) = Cyclofem . Mekanisme kerja 1-4,6-9

1. Primer : mencegah ovulasi. Kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi lonjakan LH (LH surge). Respons kelenjar hipofisis terhadap gonadotropin-releasing hormon eksogen tidak berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi hipotalamus daripada di kelenjar hipofisis. Ini berbeda dengan pil oral kontrasepsi yang tampaknya menghambat ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar hipofisis. Pada pemakaian DMPA endometrium menjadi tipis dan atrofik dengan kelenjarkelenjar yang tidak aktif. Sering stroma menjadi edematous. Dengan pemakaian jangka lama, endometrium dapat menjadi sangat tipis. Perubahan-perubahan tersebut dapat menjadi normal kembali dalam waktu 90 hari setelah suntikan DMPA yang terakhir. 2. Sekunder : Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa. Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implamtasi dari ovum yang telah dibuahi. Kemungkinan mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopii. Kontraindikasi 1. 2. 3. 4.
1-4,6-9

Kehamilan Karsinoma payudara Karsinoma traktus genitalis Perdarahan abnormal uterus Efek samping 1-4,6-9

1. Gangguan haid, dapat berupa : amenore, perdarahan ireguler, perdarahan bercak ataupun perubahan dalam frekuensi, lama dan jumlah darah yang hilang. 2. Berat badan bertambah 3. Nyeri kepala, terjadi pada 1-17% akseptor. Pulihnya kesuburan 2,3,7 Suntikan DMPA 150 mg dianggap tidak efektif lagi sebagai kontrasepsi setelah 90 hari, tetapi pada kebanyakan akseptor , DMPA mencegah kehamilan untuk jangka waktu yang lebih lama. Rata-rata mantan akseptor DMPA memerlukan waktu 1,5 3 bulan lebih lama untuk kembali hamil dibandingkan Pil oral atau IUD. Lamanya masa tidak subur mungkin tergantung pada kecepatan metabolisme DMPA dan juga pada berat badan akseptor. Tidak terdapat bukti bahwa kontrasepsi suntikan mengganggu kesuburan secara permanen. Pada akseptor NET-EN kembalinya

kesuburan dapat lebih cepat dibandingkan dengan DMPA, karena NET-EN dimetabolisir lebih cepat.

Lebih dari 50% mantan akseptor akan mengalami haid kembali setelah 6 bulan, dan kira-kira 85% setelah 1 tahun. Lebih dari 60% mantan akseptor sudah hamil dalam waktu 1 tahun dan lebih dari 90% dalam waktu 2 tahun.

Dibandingkan kontrasepsi lain suntikan DMPA lebih lambat pulihnya kesuburan, akan tetapi hal ini tidak berhubungan dengan lamanya penggunaan DMPA. Setelah 20 bulan kembalinya kesuburan relatif sama dengan alat kontrasepsi lain. Kontrasepsi suntikan sekali sebulan
1-4,6-9

Saat ini yang dipakai di Indonesia adalah kombinasi 25 mg DMPA dan 10 mg estradiol cypionate (Cyclofem, Cyclogeston)

Kelebihan dibandingkan suntikan Depo Provera adalah menimbulkan perdarahan teratur setiap bulan, perdarahan bercak/ireguler lain lebih jarang terjadi, jarang menimbulkan amenore, efek samping lebih cepat menghilang setelah suntikan dihentikan.

Sedangkan kerugiannya adalah penyuntikan lebih sering, biaya lebih tinggi, dan adanya kemungkinan efek samping karena komponen estrogennya. ALAT KONTRASEPSI BAWAH KULIT Sampai saat ini yang beredar dan dipakai di Indonesia adalah AKBK/susuk/implan 6 (enam) kapsul yaitu Norplant dan susuk dua kapsul Yadena dan Indoplan serta susuk satu batang/rod yaitu Implanon. Jenis implan tersebut termasuk nonbiodegradable implant yaitu batang bahan pembawanya tidak diserap jaringan tubuh sehingga harus dicabut apabila sudah tidak dikehendaki efek kontrasepsinya atau habis masa kerjanya6-9. Susuk enam batang (Norplant) terdiri atas enam kapsul silastik berisi hormon Levonorgestrel yang ujungnya ditutup dengan silastic adhesive. Tiap kapsul berisi 36 mg Levonorgestrel. Masa kerja mencapai 5 tahun. Yadena dan Indoplan terdiri atas dua kapsul silastic yang masing-masing berisi 70 mg Levonorgestrel dengan masa kerja 3 tahun.

Implanon terdiri atas satu rod/batang etilen-vinil-asetat (EVA) yang berisi 68 mg ketodesogestrel (= etonogestrel) dengan masa kerja 3 tahun. Sedangkan implan jenis lain yang masih dalam tahap pengembangan atau belum beredar di Indonesia diantaranya sbb : Non-biodegradable implant : Norplant II (2 rod levonorgestrel untuk 5 tahun), ST 1435 (1 batang methylene norprogesterone untuk 2 tahun). Biodegradable implant : Capronor (1 batang levonorgestrel untuk 2 tahun), Net Pellets (4-5 pellets/peluru berisi norethindrone untuk 1-2 tahun). Biodegradable implant melepaskan progestin dari bahan pembawa yang secara perlahan-lahan larut di dalam jaringan tubuh. Bahan pembawa tidak perlu dikeluarkan, tetapi bila bahan pembawa tersebut mulai melarut tidak dapat dikeluarkan lagi. Efektifitas 1-4,6-9

Sangat efektif, angka kegagalan 0,1 kehamilan per 100 wanita dalam 1 tahun pertama penggunaan (1 tiap 1.000). Setelah 5 tahun 1,6 kehamilan per 100 wanita. Angka Kehamilan akan meningkat sedikit pada wanita dengan berat badan lebih dari 70 kg. Mekanisme kerja 1-4,6-9 Seperti kontrasepsi lain yang berisi progestin saja , implan mencegah kehamilan melalui beberapa cara : Mencegah ovulasi/pelepasan sel tekur dari ovarium. Mengubah lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga menghambat pergerakan spermatozoa. Menghambat perkembangan siklis dari endometrium. Keuntungan
1-4,6-9

1. Sangat efektif, bahkan bagi wanita gemuk. 2. Pencegahan kehamilan jangka panjang, sangat efektif sampai dengan lebih dari 5 tahun. 3. Efektif dalam 24 jam setelah pemasangan. 4. Fertilitas segera pulih setelah pengangkatan.

You might also like