You are on page 1of 27

LAPORAN OBSERVASI

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONG SOANG BANDUNG


Mata Kuliah Biologi LIngkungan

Dosen: Prof.Dr. Hertien K. Surtikanti, M,Sc. ES.

Disusun Oleh: MAHASISWA PENDIDIKAN IPA BIOLOGI SL ANGKATAN 2010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011
1

KATA PENGANTAR Puji Syukur pnyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan observasi ini. Shalawat dan salam smoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Laporan observasi lapangan ini merupakan salah satu bentuk studi lapangan dalam mata kuliah Biologi Lingkungan yaitu mengunjungi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Bojong Soang Bandung. Tujuan dari observasi lapangan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa dan mengimplementasikan biologi yang berkaiatn dengan lingkungan hidup sehingga materi kuliah menjadi lebih bermakna dengan keterlibatan fisik dan pengamatan secara langsung terhadap obyek-obyek yang menjadi kajian dalam perkuliahan. Dalam penyusunan laporan observasi ini penyusun dengan segala ketulusan hati mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Hj. Rr. Hertien K. Surtikanti, M.Sc., E.S., selaku doses mata kuliah Biologi Lingkungan yang telah membimbing kami selama perkuliahan dan observasi 2. Prof. Anna.. selaku Ketua Program Studi Pendidikan IPA atas bantuan yang diberikan 3. Seluruh staff IPAL Bojong Soang Bandung Penyusun menyadari masih banyak kekurangan yang ada dalam laporan observasi ini, dengan demikian kritik dan saran penyusun harapan untuk perbaikan yang akan dating. Semoga laporan observasi ini bermanfaat, khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca sekalian. Amien. Bumi Siliwangi, Mei 2011 Penyusun

Mahasiswa Pend. IPA Biologi SL

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat. Karena untuk mendapatkan air yang bersih, sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya. Dan ketergantungan manusia terhadap air pun semakin besar sejalan dengan perkembangan penduduk yang semakin meningkat. Oleh karena itu dalam pembuangan limbah domestik di daerah permukiman sebaiknya dilakukan pembuatan sistem jaringan pembuangan limbah yang dapat menampung dan mengalirkan limbah tersebut secara baik dan benar, agar dapat mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang sangat diperlukan untuk keperluan hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kualitas dan kuantitas air tanah pada daerah permukiman harus terjamin, agar dapat digunakan untuk keperluan hidup sehari-hari sesuai dengan standar kesehatan dan baku mutu kualitas air. Pencemaran sungai dan air tanah terutama dari kegiatan domestik, industri, dan pertanian. Limbah cair domestik terutama berupa BOD, COD, dan zat organik. Limbah cair industri menghasilkan BOD, COD, dan zat organik, dan berbagai pencemar beracun. Limbah cair dari kegiatan pertanian terutama berupa nitrat dan fosfat. Proses pencemaran dapat terjadi sevara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu bahan pencemar tersebut langsung berdampak meracuni sehingga mengganggu kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan atau mengganngu keseimbangan ekologi baik air, udara maupun tanah. Proses tidak langsung, yaitu bebarapa zat kimia bereaksi di udara, air, maupun tanah, sehingga menyebabkan pencemaran. Penyelesaian masalah pencematan terdiri dari langkah pencemaran dan pengendalian. Langkah pencemaran pada prinsipnya mengurani pencemaran dari sumbernya untuk mencegah dampak lingkungna yang lebih berat. Di lingkungan terdekat, misalnya dengan mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan, menggunakan kembali (resue) dan daur ulang (recycle). Tindakan pencegahan dapat pula dilakukan dengan mengganti alat-alat rumah tangga, atau bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan yang lebih ramah lingkungan. Pencegahan dapat bulan dilakukan dengan kegiatan konservasi, pengguanaan
3

alternatif, penggunaan alat tranportasi alternatif, dan pembangunana berkelanjutan (sustainable development). Langkah pengendaliah sangat penting untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat. Pengendalian dapat berupa pembuatan standar baku mutu lingkungan, monitoring lingkungan dan pengguanaan teknologi untuk mengatasi malasalah lingkungan. Untuk permasalaha global seperti perubahan iklim, penipisan lapisan ozon, dan pemanasan global diperlukan kerjasama semua pihak antara satu negara dengan negara lain.

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pencemaran Lingkungan Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannyamakluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atauberubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alamsehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkanlingkungan menjadi kurangatau tidak dapat berfingsi lagi sesuai denganperuntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982). Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupundisebabkan oleh alam (misal gunung meletus, gas beracun). Ilmu lingkunganbiasanya membahas pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia, yangdapat dicegah dan dikendalikan. Karena kegiatan manusia, pencermaran lingkungan pasti terjadi.Pencemaran lingkungan tersebut tidak dapat dihindari. Yang dapat dilakukanadalah mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan meningkatkankesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar tidakmencemari lingkngan. Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran di sebut polutan.Syaratsyarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkankerugian terhadap makluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033%dapat memberikan efek merusak. B. Pencemaran Air Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil3) tersedia di bumi. Air sebgaian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka iar rawa, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia.Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan
5

persediaan air.Selain di bumi, sejumlah besar air juga diperkirakan terdapat pada kuttub utara dan selatan planet Mars, serta pada bulan-bulan Europa dan Enceladus.Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air).Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut.Pengelolaan suber daya air yang kurang baik dapat menyebabkan kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan menyulut konflik.Indonesia telah memiliki undang-undang yang mengatur sumber daya air sejak tahun 2004, yakni Undang-undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terkait secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K (00C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti gara-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik. Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu keadaan yang tidak umum dalam kondisi normal, terlebih lagi dengan memperhatikan hubungan antara hidridahidrida lain yang mirip dalam kolom oksigen pada tabel periodik, yang mengisyaratkan bahwa air seharusnya berbentuk, sebagaimana hidrogen sulfide. Dengan memperhatikan tabel periodik, terlihat bahwa unsur-unsur yang mengelilingi oksigen adalah nitrogen, flor, fosfor, sulfur dan klor. Semua elemen-elemen ini apabila berikatan dengan hidrogenakan meghasilkan gas pada temperatur dan tekanan normal. Alasan mengapa hidrogen berikatan dengan oksigen membentuk fasa berkeadaan cair, adalah karna oksigen lebih bersifat elektronegatif ketimbang elemen-elemen lain tersebut (kecualai flor).Tarikan atom oksigen pada electron-elektron ikatan jauh lebih kuat dari pada yang dilakukan oleh atom hidrogen, meninggalkan jumlah muatan positif pada kedua atom hidrogen, dan jumlah muatan negative pada atom oksigen.Adanya muatan pada tiap-tiap atom tersebut membuat molekul air memiliki sejumlah momen dipol.Gaya tarik-menarik listrik antar molekul-molekul air akibat adanya dipol ini membuat masing-masing molekul saling berdekatan, membuatnya sulit untuk dipisahkan dan yang pada akhirnya menaikkan titik didih air.Gaya tarikmenarik ini disebut sebagai ikatan hidrogen. Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia.Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah
6

tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-) Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia.Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam sklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi.Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan.Berbagai macam fungsinya sangat membantu kehidupan manusia. Kemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek wisata. Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memliki karakteristik yang berbeda-beda. o Meningkatnya kandungan nutrient dapat mengarah pada eutrofikasi
o Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan

kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem. o Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air. o Seperti limbah pabrik yang mengalir ke sungai seperti di sungai Citarum akibatnya: dapat menyebabkan banjir, erosi, kekurangan sumber air, dapat menjadi sumber penyakit, tanah longsor, dan dapat merusak ekosistem sungai. C. Bahan-bahan Pencemar Air a.Limbah Domestik Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses prroduksi baik indusri maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black wateri), da nada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).

Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis.Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa anorganik.Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negative terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Limbah domestik terbagi dalam dua kategori yaitu: 1. Limbah cair domestik yang berasal dari air cucian seperti sabun, detergen, minyak dan pestisida. 2. Limbah cair yang berasal dari kakus seperti sabun, shampoo, tinja dan air seni (Fakhrizal, 2004) Limbah cair domestik menghasilkan senyawa organik berupa protein, karbohidrat, lemak, dan asam nukleat pada musim kemarau saat debit air turun maka masukan bahan organik ke dalam badan air akan mengakibatkan penurunan kualitas air. Pertama, badan air memerlukan oksigen ekstra gna mengurai ikatan dalam senyawa organik (dekomposisi), akibatnya akan membuat sungai miskin oksigen, membuat jatah oksigen bagi biota air lainnya berkurang jumlahnya. Pengurangan kadar oksigen dalam air ini sering mengakibatkan peristiwa ikat munggut (ikan mati massal akibat kekurangan oksigen). Kedua, limbah organik mengandung padatan terlarut yang tinggi sehingga menimbulkan kekeruhan dan mengurangi penetrasi cahaya matahari bagi biota fotosintetik. Ketiga, puluhan ton padatan terlarut yang dibuang akan mengendap dan merubah karakteristik dasar sungai, akibatnya beberapa biota yang menetap di dasar akan tereliminasi atau bahkan punah. Dampak dari limbah organik ini umumya disebabkan oleh dua jenis limbah cair yaitu deterjen dan tinja. Deterjen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa deterjen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan bersifat karsinogen, misalnya 3,4 benzonpyrene, selain gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan deterjen dalam air minum akan menimbulkan baud an rasa tidak enak. Sedangkan tinja merupakan jenis vector pembawa berbagai penyakit manusia.

b. Deterjen Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.Disbanding dengan sabun, deterjen memiliki keunggulan diantaranya memiliki daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Pada umunya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut: 1. Surfaktan Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang memounyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak).Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Secara garis besar, terdapat empat kategori surfakatan yaitu: 1) Anionik: Alkyl Benzene Sulfonate (ABS) Linier Alkyl benzene Sulfonate (LAS) Alpha Olein Sulfonate (AOS) 2) Kationik: garam ammonium 3) Non ionic: Nonyl phenol polyethoxyle 4) Amphoteric: Acyl Ethilenediamines 2. Builder Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi potensi dari surfaktan dengan cara me-nonaktif-kan mineral penyebab kesadahan air. 1) Fosfat: sodium tri poly phosphate (STPP) 2) Asetat: Nitril tri acetate (NTA) Ethylene diamine tetra acetate (EDTA) 3) Silikat: zeolite 4) Sitrat: asam sitrat 3. Fille

Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh: sodium sulfat. 4. Aditif Aditif adalah bahan suplemen/tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna, dan lain-lain yang tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen.Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh: enzim. Boraks, sodium klorida, carboxy mehyl cellulose (CMC) Selain bahan-bahan penejelasan di atas, deterjen umumnya tersusun atas lima bahan penyusun. 1. Surfaktan yang merupakan senyawa alkyl benzene sulfonate (ABS) yang berfungsi untuk mengangkat kotoran pada pakaian. ABS memiliki sifat tahan terhadap pengurai oleh mikroorganisme. 2. Senyawa fosfat, (bahan pengisi) yang mencegah menempelnya kembali kotoran pada bahan yang sedang di cuci. Senyawa fosfat digunakan oleh semua merek deterjen memberikan andil yang cukup besar terhadap terjadinya proses eutrifikasi yang menyebabkan Booming Algae atau meledaknya populasi tanaman air. 3. Pemutih dan pewangi (bahan pembantu) zat pemutih umumnya terdiri dari zat natrium karbonat. Menurut hasil riset organisasi konsumen Malaysia, pemutih dapat menimbulkan kanker pada manusia sedangkan untuk pewangi lebih banyak merugikan konsumen karena bahan ini membuat makin tingginya biaya produksi, sehingga harga jual produk semakin mahal. Padahal zat pewangi tidak ada kaitannya dengan kemampuan mencuci. 4. Bahan penimbul busa yang sebenarnya tidak diperlukan dalam proses pencucian dan tidak ada hubungan antara daya bersih dengan busa melimpah. 5. Fluorescent berguna untuk membuat pakaian lebih cemerlang. c. Tinja Bagian yang paling berbahaya dari limbah domestik adalah mikroorganisme pathogen yang terkandung dalam tinja, karena dapat menularkan beragam penyakit bila masuk dalam tubuh manusia.Dalam 1 gram tinja mengandung 1 milyar partikel
10

virus infektif, yang mampu bertahan hidup selama beberapa minggu pada suhu dibawah 100C. Terdapat empat mikroorganisme pathogen yang terkandung dalam tinja yaitu: virus, protozoa, cacing dan bakteri yang umumnya diwakili oleh jenis Escherichia coli (E. coli). Menurut catatan badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa air limbah domestik yang belum di olah memiliki kandungan virus sebesar 100.000 partikel virus infektif setiap liternya, lebih dari 120 jenis virus pathogen yang terkandung dalam air seni dan tinja, sebagian besar virus pathogen ini tidak memberikan gejala yang jelas sehingga sulit dilacak. Ancaman serius ini harus memicu peran aktif pemerintah dalam mengendalikan pencemaran domestik, karena dibandingkan dengan limbah cair industri, penannganan sumber limbah domestik sulit untuk dikendalikan karena sumbernya yang terbesar.Upaya yang dimaksudkan bukan penyuluhan kepada masyarakat untuk tidak membuang tinja atau deterjen ke sungai, tetapi lebih kepada mengarahkan industri-industri kita untuk menerapkancleaner production (industri yang berwawasan linngkungan) dengan menerapkan pengelolaan limbah dan menghasilkan produk-produk ramah lingkungan. d. Faktor Fisik dan Kimia serta Biologis Perairan Sungai Ekosistem perairan mencakup lingkungan yang berkisar dari sungai dan danau dingin yang nisbi tak subur di pegunungan tinggi sampai payau, rawa, sungai dan danau hangat yang sangat subur. Air merupakan kebutujan utama bagi proses kehidupan di bumi. Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat. Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercmar adanya perubahan suhu, pH, warna, baud an ras, timbul endapan, koloidal, bahan terlarut, adanya mikroorganisme dan meningkatnya radioaktivitas air lingkungan (Wisnu, 2001). 1. Perubahan suhu Air memiliki sifat thermal yang unik tergabung meminimalkan perubahan suhu, oleh karena iitu kisaran perbedaan lebih kecil serta perubahan terjadi lebih lambat daripada udara (Soejipto, 1992). Menurut Wisnu (2001) kenaikan suhu akan diikuti penurunan kadar oksigen yang terlarut sehingga mempengaruhi kewan-hewan perairan. 2. Perubahan pH

11

Air sungai yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar antara 6,5-7,5. Air dapat bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi io H di dalam air. 3. Perubahan warna, bau dan rasa Bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri yang berupa bahan organik seringkali dapat terlarut di dalam air. Apabila dapat larut biasanya warna air akan berubah. Air dalam keadaan normal akan bersih tidak akan berwarna. Tingkat pencemaran air tidak mutlak harus tergantung pada warna air.Timbulnya bau pada air lingkungan secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu tanda terjadinya tingkat pencemaran air yang cukup tinggi (Wisnu, 2001). 4. Timbulnya endapan, koloidal, dan bahan terlarut Endapan dan koloidal serta bahan terlarut berasal dari limbah yang berbentuk padat, endapan sebelum sampai ke dasar sungai akan melayang di dalam air bersama-sama dengan koloidal. Hal ini akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam lapisan air. 5. Adanya mikroorganisme Mokroorganisme sangat berperan dalam proses degradasi bahan buangan limbah. Jika bahan buangan yang di degradasi cukup banyak maka mikroorganisme akan cepat berkembangbiak. 6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan Meskipun secara alamiah radioaktivitas lingkungan adalah ada sejak terbentuknya bumi ini, namun kita boleh menambah radioaktivitas lingkungan dengan membuang sembarangan bahan sisa radioaktif ke lingkungan, mengingat bahwa zat radioaktif dapat menyebabkan bebagai kerusakan biologis. 7. Oksigen terlarut (Dissolve Oxygen = DO) Merupakan parameter mutu air yang penting karena nilai oksigen terlarut dapat menunjukkan tingkat pencemaran atau tingkat pengolahan air limbah. Oksigen terlarut ini akan menentukan kesesuaian suatu jenis air sebagai sumber kehidupan biota flora dan fauna di suatu daerah. Pengukuran oksigen terlarut dan CO2 lebih baik diterapkan dalam mengkaji masalah polusi air dari pada dalam menentukan mutu sanitasi karena parameter DO dapat dengan cepat menentukan polusi air. Untuk menentukan tingkat pencemaran air lingkungan, maka salah satunya agar mengetahui kandungan oksigen yang terlarut di dalam air yaitu dengan
12

menguji Biologycal Oxygen Demand (BOD) dan Cemical Oxygen Deman (COD). Pada dasarnya kedua uji tersebut untuk mengukur jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan melalui reaksi biokimia oleh organisme hidup (uji BOD) atau melalui reaksi kimia (COD). Kehidupan mikroorganisme yang ada di dalam air tidak terlepas dari kandungan terlarut di dalam air. Air yang tidak mengandung oksigen, tidak akan memberikan kehidupan bagi mikroorganisme di dalam air. D. Pengolahan Air Limbah Pengolahan limbah bertujuan untuk menetralkan air dari bahan-bahan tersuspensi dan terapung, menguraikan bahan organik biodegradable, meminimalkan bakteri patogen, serta memerhatikan estetika dan lingkungan. Pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara alami dan secara buatan.
a) Secara Alami

Pengolahan air limbah secara alamiah dapat dilakukan dengan pembuatan kolam stabilisasi. Dalam kolam stabilisasi, air limbah diolah secara alamiah untuk menetralisasi zat-zat pencemar sebelum air limbah dialirkan ke sungai. Kolam stabilisasi yang umum digunakan adalah kolam anaerobik, kolam fakultatif (pengolahan air limbah yang tercemar bahan organik pekat), dan kolam maturasi (pemusnahan mikroorganisme patogen). Karena biaya yang dibutuhkan murah, cara ini direkomendasikan untuk daerah tropis dan sedang berkembang.
b) Secara Bantuan

Pengolahan air limbah dengan bantuan alat dilakukan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Pengolahan ini dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu primary treatment (pengolahan pertama), secondary treatment (pengolahan kedua), dan tertiary treatment (pengolahan lanjutan). Primary treatment merupakan pengolahan pertama yang bertujuan untuk memisahkan zat padat dan zat cair dengan menggunakan filter (saringan) dan bak sedimentasi. Beberapa alat yang digunakan adalah saringan pasir lambat, saringan pasir cepat, saringan multimedia, percoal filter, mikrostaining, dan vacum filter. Secondary treatment merupakan pengolahan kedua, bertujuan untuk mengkoagulasikan,menghilangkan koloid, dan menstabilisasikan zat organik dalam limbah. Pengolahan limbah rumah tangga bertujuan untuk mengurangi kandungan bahan organik, nutrisi nitrogen, dan fosfor. Penguraian bahan organik
13

ini dilakukan oleh makhluk hidup secara aerobik (menggunakan oksigen) dan anaerobik (tanpa oksigen). Secara aerobik, penguraian bahan organik dilakukan mikroorganisme dengan bantuan oksigen sebagai electon acceptor dalam air limbah. Selain itu, aktivitas aerobik ini dilakukan dengan bantuan lumpur aktif (activated sludge) yang banyak mengandung bakteri pengurai. Hasil akhir aktivitas aerobik sempurna adalah CO2, uap air, dan excess sludge. Secara anaerobik, penguraian bahan organik dilakukan tanpa menggunakan oksigen. Hasil akhir aktivitas anaerobik adalah biogas, uap air, dan excess sludge. Tertiary treatment merupakan lanjutan dari pengolahan kedua, yaitu penghilangan nutrisi atau unsur hara, khususnya nitrat dan posfat, serta penambahan klor untuk memusnahkan mikroorganisme patogen.

14

BAB III PEMBAHASAN I. IPAL BOJONG SOANG 1.1 Latar Belakang Dalam rangka penataan sanitisasi lingkungan di Kota Bandung, yang mana melalui proyek BUDP Dewi Sartika Tahap I dan Tahap II telah dibangun sarana air kotor secara perpipaan lengkap dengan Instalasi Pengolahan Air Kotor dan dikelola oleh PDAM Kota Bandung. Instalasi pengolahan ini mempunyai kapsitas 243.000 m3 yang dapat melayani 400.000 jiwa penduduk untuk daerah pelayanan Bandung Timur, Bandung Tengah dan Bandung Selatan. Instalasi ini berproses dengan system Kolam Stabilisasi (Stabilization ponds) sangat bergantung kepada factor alam. Instalasi ini terletak di Kecamatan Bojongsoang Kabupaten Bandung dengan areal 85 Ha. Sejak dioperasimya instalasi tersebut (tahu 1992) berbagai kendala banyak dihadapi diantaranya perubahan kualitas air limbah yang masuk ke instalasi pengolahan sebagai akibat dari perubahan lingkungan dan perilaku manusia. Untuk itu antisipasi telah banyak dilakukan untuk kelangsungan proses operasional pengolahan tersebut. Sesuai dengai hasil proses dari instalasi pengolahan tersebut berupa air (effluen) yang layak buang ke badan air penerima, sampai saat ini telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk irigasi (Pertanian dan perikanan), sedangkan produk samping instalasi yang berupa lumpur kolam anaerobik telah dimanfaatkan untuk berbagai penelitian dan kebutuhan perkebunan dan penghijauan. Berbagai sarana mulai dapat dilengkapi untuk kebutuhan keseimbangan ekosistem di areal instalasi pengolahan air kotor Bojongsoang sehingga dapat dimanfaatkan untuk studi berbagai bidang ilmu pengetahuan. 1.2 Tata Letak

15

Instalasi pengolahan air kotor PDAM Kota Bandung terletak di Kabupaten Bandung tepatnya di Kecamatan Bojongsoang. Instalasi ini mempunyai areal yang cukup luas sehingga lokasinya merupakan perbatasan diantara dua desa, yaitu Desa Bojongsoang dan Desa Bojongsari. Luas areal instalasi tersebut adalah 85 Ha yang meliputi instalasi dan kolam stabilisasi.

Peta Wilayah Pelayanan Saluran Air Kotor

1.3 Topografi Lokasi Koordinat Curah Hujan : 12 Km dari Kota Bandung : 70 7.280 Lintang Selatan, 1070.14-1070.16 Bujur Timur : 204 mm (tahun 2002), 141 mm (tahun 2004)
16

Rata-rata Curah Hujan Ketinggian

: 15.18 hari/bulan : 675 m di atas permukaan laut

1.4 Cakupan Pelayanan Daerah-daerah yang Telah Terlayani Saluran Air Kotor Menuju IPAL Bojongsoang Bandung Tengah/Selatan 13. Kel. Bbk. Surabaya 14. Kel. Kacapiring 15. Kel. Kebon Jayanti 16. Kel. Paledang 17. Kel. Kb. Kangkung 18. Kel. Sukapura 19. Kel. Cikawoo 20. Kel. Binong 21. Kel. Ancol 22. Kel. Pasirluyu 23. Kel. Ciateul 24. Kel. Sekejati

1. Kel. Gumuruh 2. Kel. Malabar 3. Kel. Samoja 4. Kel. Cibangkong 5. Kel. Maleer 6. Kel. Burangrang 7. Kel. Cijagra 8. Kel. Turangga 9. Kel. Lingkar Selatan 10. Kel. Cicaheum 11. Kel. Bbk. Sari 12. Kel. Kebon Waru

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Kel. Neglasari Kel. Padasuka Kel. Sukapada Kel. Pasir Layung Kel. Cicadas Kel. Cikutra Kel. Haurgeulis Kel. Sukaluyu Kel. Sukamaju Kel. Kebon Pisang Kel. Sadang Serang

Bandung Tengah/Selatan 12. Kel. Cihapit 13. Kel. Citarum 14. Kel. Tamansari 15. Kel. Dago 16. Kel. Lebak Gede 17. Kel. Lebak Siliwangi 18. Kel. Cipaganti 19. Kel. Cigadung 20. Kel. Sekeloa 21. Kel. Bbk. Ciamis 22. Kel. Antapani

II. PROSES PENGOLAHAN Proses pengolahan Bojongsoang terdiri dari Pengolahan Fisik dan Pengolahan Biologi dengan unit pengolahan terdiri dari instalsi dan Kolam Stabilisasi.

17

Proses Fisik pada Instalasi meliputi :


1. Pemisahan sampah besar/kasar

2. Pemisahan sampah halus 3. Pemisahan pasir Skema proses pengolahan adalah sebagai berikut :

Proses Biologi pada kolam Stabilisasi meliputi beberapa tahap, antara lain : 1. Proses Anaerob
18

2. Proses Fakultatif
3. Proses Penyempurnaan (Maturasi)

Setiap tahap proses tersebut, terjadi pada kolam yang berbeda, secara keseluruhan terdiri dari 14 kolam yang meliputi 2 komponen yaitu Set A san Set B.\ Setiap set terdiri dari 7 Kolam antara lain : Kolam Anaerobik 3 kolam Kolam Fakultatif 2 kolam Kolam Maturasi 2 kolam, yang berakhir pada anak sungai Citarum

Adapun Areal Kolam stabilisasi adalah sebagai berikut :

K ol am A naer ob

K o l a m F a k u l ta ti f

K o l a m Ma t u r a si

O u t le t C i t ar u m

S u n ga i C i t a r u m

19

Proses Biologi yang terjadi pada kolam stabilisasi sesuai dengan diagram air berikut :

Air hasil olahan berupa effluent yang dilepas ke badan air penerima harus sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. Adapun standar desain untuk proses pengolahan pada IPAL Bojongsoang adalah sebagai berikut :

No 1 2

Parameter Debit Beban Volumetrik

Kolam/proses An F M 80.835 80.835 80.835 275 300 -

Satuan m3/hari gr.BOD/m3/hari


20

3 4 5 6 7 8 9 10

BOD influent Total Beaban Organik Detention Time Kedalaman Kolam Luas Area Temperatur BOD effluent Fecal Coliu Keterangan:

360 20.100 2 4 4,04 22,5 144 108

144 11.640 5-7 2 29,8 22,5 50 -

50 3 1,5 32,5 22,5 30 5.000

mg/L Hari M Ha 0 C mg/L mpn/100ml

An : Kolam Anerobik F : Kolam Fakultatif M : Kolam Maturasi

2.1 Debit Air Buangan Jumlah air buangan yang masuk ke Instalasi Pengolahan adalah berfluktuasi sesuai dengan kondisi musim
Grafik. Raa-Rata Jumlah Air Limbah Terolah (Liter/detik) di IPAL Bojongsoang Tahun 2004 s/d 2009
500 400 Liter/detik 300 200 100 0 THN 2004THN 2005THN 2006THN 2007THN 2008THN 2009 244.9 255.4 299.7 221.3 464.8 355.2

RATA-RATA AIR LIMBAH TEROLAH PADA IPAL BOJONGSOANG TAHUN 2008

21

NO

BULAN

JUMLAH AIR LIMBAH TEROLAH (m3/hari)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember RATA-RATA/HARI (m3)

30.233 32.000 35.903 38.749 25.000 16.784 7.329 8.000 8.040 18.830 38.320 52.368

25.963

Faktor yang mempengaruhi terhadap kinerja kolam stabilisasi terdiri factor abiotik dan biotic. Faktor abiotik diantara lain : Temperature udara Cahaya matahari Kecepatan Angin Suhu

Adapun factor biotic yang menunjang berlangsungnya proses siantaranya : Bakteri Mikro algae Protozoa
22

Serangga air Ikan dan Biota lainnya

III.PEMANFAATAN HASIL PROSES Hasil proses instalasi pngolahan Bojongsoang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk kebutuhan pertanian dan perikanan. Warga sekitar IPAL Bojongsoang yang memanfaatkan air mencakup 4 Desa yaitu : 1. Desa Bojongsoang 2. Desa Bojongasari 3. Desa Lengkong 4. Desa Cipagalo : untuk mengairi 50 Ha : untuk mengairi 60 Ha : untuk mengairi 50 Ha : untuk mengairi 20 Ha

IV. PEMANFAATAN PRODUK SAMPING Sesuai dengan berlangsungnya proses operasional instalsi pengolahan maka pemeliharaan proses harus selalu diperhatikan. Dalam pemeliharaan proses Biologi, pengendapan lumpur merupakan masalah utama pada kolam Anaerobik. Karena pada proses tersebut sedimentasi tertinggi terjadi pada kolam anaerobic, sedangkan pada kolam lainnya relative kecil. Untuk mencegah terjadinya gangguan pada proses kolam stabilisasi maka perlu dilakukan penganggkatan lumpur dari kolam anaerobic, pengangkatan lumpur dilakukan setiap 5 tahun sekali. Sesuai dengan jumlah lumpur yang dihasilkan cukup besar maka perlu dicari alternative pemanfaatannya sehingga tidak mengganggu lingkungan. Sesuai dengan hasil uji laboratorium, komposisi lumpur sangat baik untuk media pertumbuhan tanaman. Untuk itu telah dilakukan pengujian terhadap berbagai jenis tanaman baik tanaman konsumsi maupun tanaman nonkomsumsi. Adapun kegiatan lain dalam rangka pemanfaatan lumpur kolam anaerobic antara lain :

23

Penghijauan lokasi

Pembibitan Tanaman Hias

Pembudidayaan Tanaman Buah-bahan

24

Pupuk Organik Sebagai produk samping dari instalasi Pengolahan Air Limbah Boongsoang adalah berupa lumpu organic yang dihasilkan pada salah satu pegolahan limbah. Lumpur tersebut kaya akan bahan-bahan organic karena berasal dari air limbah domestic yang diproses secara Biologi. Sesuai dengan produk yang dihasilkan dari system pengolahan tersebut maka lumpur yang dihasilkan untuk dijadika media tanam yang dapat membantu proses pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Melalui proses pengeringan dan pengayakan lumpur tersebut menjadi bahan kering yang penggunaannya cukup dicampur dengan media tanah sehingga menjadi media taman yang baik.

25

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Pengolahan limbah domestic di IPAL Bojong SOang dilakukan secara fisika dan Biologis, sehingga keberhasilannya sangat tergantung factor biotic dan abiotik lingkungan 2. Secara umum air limbah yang diolah di IPAL Bojong Soang layak untuk dibuang ke badan air 3. Tidak hanya air yang sudah bisa dilepaskan dan diterima oleh badan air, lumpur yang terdapat di kolam-kolam juga digunakan untuk pupuk organic bagi tumbuh-tumbuhan B. SARAN Berdasarkan temuan-temuan maka diajukan saran-saran sebagai berikut : 1. 2. Bagi pihak IPAL Proses pengolahan limbah perlu dikombinasikan dengan tehnik lain Pengaktifan kembali saluran-saluran lama dan instalasi kecil di Bagi pihak Pekerjaan Umum (PU) saluran air open channel perlu untuk mempercepat pengolahan limbah inhoftank untuk membantu IPAL Bojong Soang dilindungi ditutup agar tidak mendapat tambahan limbah dari luar, terutama limbah berbahaya dan limbah plastik

26

3.

Bagi pemerintah daerah Bandung, IPAL Bojong Soang selama ini

hanya melayani tiga wilayah di Kota Bandung, perlu penambahan sarana agar pelayanan lebih meluas bagi seluruh wilayah di kota Bandung. 4. Bagi warga Bandung khusunya warga sekitar IPAL hendaknya mulai untuk bekerjasama dengan baik untuk memelihara IPAL.

Daftar Pustaka Harmayani K.D (2007). Pencemaran air tanah akibat pembuangan Limbah domestik di lingkungan kumuh tersedia: http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/microsoft%20word %20-%204.%20diana-konskt-rumah%20kumuh.pdf [1 Mei 2011] Anonim (2006). Pencemaran Lingkungan tersedia: http://www.scribd.com/doc/7777351/Pencemaran-lingkungan [2 mei 2011] Khairulmaddy (2010). Pengolahan air limbah. Tersedia : http://id.shvoong.com/exactsciences/earth-sciences/1990214-pengolahan-air-limbah/ [5 Mei 2011]

27

You might also like