You are on page 1of 31

staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/.../Uji%20Kesadahan.

docx

Bab I

A. Latar Belakang Air termasuk kebutuhan utama makhluk hidup termasuk manusia. Bagi manusia kebutuhan akan air sangat mutlak karena zat pembentuk tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air yang jumlahnya sekitar 73% dari bagian tubuh. Air di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pengangkut dan pelarut bahan-bahan makanan yang penting bagi tubuh (Suharyono, 1996). Kebutuhan utama manusia terhadap air adalah sebagai air minum dan memasak makanan. Menurut ilmu kesehatan setiap orang memerlukan air minum hidup 2-3 minggu tanpa makan tetapi hanya dapat bertahan 2-3 hari tanpa air minum (Suripin, 2002). Selain itu, air juga digunakan untuk mandi, mencuci, membersihkan peralatan, pembangkit tenaga listrik, irigasi, dan media transportasi. Semakin maju tingkat kebudayaan masyarakat, penggunaan air semakin meningkat (Suriawiria,1996: 3). Air yang sehat adalah air yang bersih. Ditinjau dari segi kualitas, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebagai air bersih, di antaranya kualitas fisik meliputi tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa. Air bersih juga harus memenuhi kualitas kimia yang terdiri atas pH, kesadahan, dan bebas dari zat-zat beracun. Selain itu, terdapat juga kualitas biologi, yaitu air harus terbebas dari mikroorganisme penyebab penyakit. Persyaratan kategori air bersih semakin ketat saat air digunakan untuk konsumsi manusia. Kebutuhan air masyarakat sekitar pantai Kecamatan Rembang cukup tinggi. Sebagian besar masyarakat Rembang masih memanfaatkan air tanah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain untuk memenuhi kebutuhan seharihari, sebagian dari masyarakat memiliki usaha pengolahan ikan. Mereka menggunakan air untuk mencuci dan memasak ikan. Kecamatan Rembang Jawa Tengah merupakan daerah yang terletak di pesisir Pantai. Ketinggian daerah tersebut dengan laut hampir 0 km. Air yang keluar dari mata air cukup jernih. Beberapa ada yang berasa asin, tetapi beberapa

ada yang tidak asin. Air tanah di daerah Rembang diperoleh dengan cara membuat sumur. Kedalaman sumur kira-kira 10-20 meter. Pada saat direbus, air akan menghasilkan kerak di sekitar panci. Hal tersebut diduga kesadahan air cukup tinggi. Oleh karena itu, air harus diendapkan dan disaring terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai air minum atau memasak. Gejala kesadahan air yang tinggi juga dapat diamati dari sabun yang sulit berbusa. Akibatnya, masyarakat menambahkan detergent cukup banyak untuk keperluan mencuci. Tingkat kesadahan yang tinggi juga berdampak pada pompa air yang relative cepat aus. Seringkali pompa air sudah rusak sebelum jangka 1 tahun. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melakukan uji tingkat kesadahan air di desa-desa sekitar pantai kecamatan Rembang. Kesadahan merupakan salah satu parameter tentang kualitas air bersih, karena kesadahan menunjukkan ukuran pencemaran air oleh mineral-mineral terlarut seperti Ca2+ dan Mg2+. Berdasarkan sepengetahuan peneliti, belum pernah diadakan uji kualitas air di daerah setempat. Kesadahan air dibedakan dua, yaitu kesadahan tetap dan kesadahan sementara. Kesadahan sementara dapat dihilangkan cukup dengan pemanasan, sedangkan kesadahan tetap hanya dapat hilang dengan cara ditambah zat lain atau perlakuan khusus. Oleh karena itu, peneliti ingin membandingkan tingkat kesadahan air tanah tersebut sebelum dan setelah dipanaskan. Hal itu dimaksudkan untuk mengetahui kadar kesadahan tetapnya. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi informasi kepada masyarakat apakah air tanah tersebut cukup dimasak dan disaring jika ingin mengurangi tingkat kesadahannya atau butuh perlakuan yang lebih kompleks.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, permasalahan dapat

diidentifikasi sebagai berikut. 1. Kebutuhan air masyarakat di Kecamatan Rembang cukup tinggi baik untuk keperluan rumah tangga maupun untuk keperluan usaha pengolahan ikan. 2. Penggunaan pompa air di kawasan Kecamatan Rembang untuk mengalirkan air tanah ke bak penampungan cepat mengalami keausan.

3. Detergent sulit berbusa saat dilarutkan dalam air tanah, sehingga membutuhkan detergent cukup banyak untuk mencuci. 4. Belum pernah dilakukan uji tingkat kesadahan air tanah di daerah pantai Kecamatan Rembang. 5. Tidak diketahui jenis kesadahan air tanah di sekitar pantai Kecamatan Rembang. C. Batasan Masalah Permasalahan pada penelitian ini dibatasi pada hal berikut. 1. Tingkat kesadahan air tanah di daerah sekitar pantai Kecamatan Rembang Propinsi Jawa Tengah tidak diketahui secara pasti. 2. Perbandingan antara tingkat kesadahan sementara dengan kesadahan tetap air tanah di Kecamatan Rembang Propinsi Jawa Tengah tidak diketahui. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah, rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Bagaimana tingkat kesadahan air tanah di daerah sekitar pantai Kecamatan Rembang Propinsi Jawa Tengah? b. Bagaimana perbandingan kesadahan sementara dengan kesadahan tetap air tanah di Kecamatan Rembang Propinsi Jawa Tengah? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
a.

Untuk mengetahui tingkat kesadahan air tanah di daerah sekitar Pantai Kecamatan Rembang Propinsi Jawa Tengah melalui uji laboratorium.

b.

Membandingkan tingkat kesadahan sementara dengan kesadahan tetap air tanah di daerah sekitar Pantai Kecamatan Rembang Propinsi Jawa Tengah.

F. Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian ini antara lain sebagai berikut. a. Memberi kesempatan peneliti mengaktualisasikan pengetahuannya tentang uji kesadahan. b. Memberi pengalaman kepada mahasiswa mengenai uji kesadahan air. c. Memberi informasi kepada masyarakat Kecamatan Rembang mengenai kualitas kesadahan air tanah setempat.

BAB II Tinjauan Pustaka

A. Air Sadah 1. Pengertian Air Sadah Air yang banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium dikenal sebagai air sadah, atau air yang sukar untuk dipakai mencuci. Karena penyebab dominan/utama kesadahan adalah ion Ca2+ dan ion Mg2+, maka arti dari kesadahan dibatasi sebagai sifat / karakteristik air yang menggambarkan konsentrasi jumlah dari ion Ca2+ dan Mg2+, yang dinyatakan sebagai CaCO3 dan MgCO3. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa disebabkan oleh ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Senyawa kalsium dan magnesium bereaksi dengan sabun membentuk endapan dan mencegah terjadinya busa dalam air. Oleh karena senyawasenyawa kalsium dan magnesium relatif sukar larut dalam air, maka senyawasenyawa itu cenderung untuk memisah dari larutan dalam bentuk endapan atau presipitat yang akhirnya menjadi kerak.

2. Jenis Air Sadah dan Cara Menghilangkan Kesadahannya Berdasarkan jenis anion yang diikat oleh kation (Ca2+ atau Mg2+), air sadah digolongkan menjadi dua jenis, yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap (Wikipedia.org).

a. Air Sadah Sementara Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion bikarbonat (HCO3-), khususnya senyawa kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). Disebut air sadah sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air membebaskan ion Ca2+ dan atau Mg2+. Selanjutnya, senyawa-senyawa tersebut akan mengendap pada dasar ketel, sesuai persamaan reaksi: Ca(HCO3)2 (aq) CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g) Mg(HCO3)2 (aq) MgCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g) b Air Sadah Tetap Air sadah tetap adalah air sadah yang mengadung anion selain ion bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3- dan SO42-. Berarti senyawa yang terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4). Air yang mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap, karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan cara pemanasan. Kesadahan tetap dapat dihilangkan dengan dengan mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia tertentu. Pereaksi yang digunakan adalah larutan karbonat, yaitu Na2CO3 (aq) atau K2CO3 (aq). Penambahan larutan karbonat dimaksudkan untuk mengendapkan ion Ca2+ dan atau Mg2+, sehingga akan terjadi persamaan reaksi berikut. CaCl2 (aq) + Na2CO3 (aq) CaCO3 (s) + 2NaCl (aq) Mg(NO3)2 (aq) + K2CO3 (aq) MgCO3 (s) + 2KNO3 (aq) Dengan terbentuknya endapan CaCO3 atau MgCO3 berarti air tersebut telah terbebas dari ion Ca2+ atau Mg2+ atau dengan kata lain air tersebut telah terbebas dari kesadahan.

Pada industri yang menggunakan ketel uap, air yang digunakan harus terbebas dari kesadahan. Proses penghilangan kesadahan air yang sering dilakukan pada industri-industri di antaranya melalui penyaringan dengan menggunakan zat-zat berikut.

1) Resin Pengikat Kation dan Anion Resin adalah zat polimer alami ataupun sintetik yang salah satu fungsinya adalah dapat mengikat kation dan anion tertentu. Secara teknis, air sadah dilewatkan melalui suatu wadah yang berisi resin pengikat kation dan anion, sehingga diharapkan kation Ca2+ dan Mg2+ dapat diikat resin. Dengan demikian, air tersebut akan terbebas dari kesadahan. 2) Zeolit Zeolit memiliki rumus kimia Na2(Al2SiO3O10).2H2O atau

K2(Al2SiO3O10).2H2O. Zeolit mempunyai struktur tiga dimensi yang memiliki pori-pori yang dapat dilewati air. Ion Ca2+ dan Mg2+ akan ditukar dengan ion Na+ dan K+ dari zeolit, sehingga air tersebut terbebas dari kesadahan. Menurut Permenkes RI No.416/MENKES/PER/IX/1990 kadar

maksimal kesadahan yang diijinkan untuk air minum dan air bersih adalah 500 mg perliter. Khususnya di negara kita, jarang sekali air alam yang mengandung strontium dan barium. Karena itu dalam memeriksa kesadahan air kita hanya memperhitungkan Ca dan Mg saja. c. Kerugian yang Ditimbulkan Air Sadah Penggunaan air sadah dapat menimbulkan beberapa masalah. Jika digunakan untuk mencuci, air sadah yang bercampur sabun dapat membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan sehingga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga. Pada pemenuhan kebutuhan industri, penggunaan air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral yang menyumbat saluran pipa dan keran. Oleh karena itu, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah kerugian. (www.wikipedia .org) 7

Air sadah tidak langsung berbahaya untuk diminum, akan tetapi dapat menyebabkan masalah cukup serius dalam jangka panjang. Air sadah mengandung kadar kalsium yang tinggi. Kalsium termasuk jenis kalsium anorganik. Kalsium anorganik sangat berbahaya karena tidak dapat diserap oleh tubuh. Jika kalsium anorganik dikonsumsi, maka akan langsung dibuang melalui sistem sekresi dan sebagian akan mengendap di ginjal. Pada jangka waktu tertentu akumulasi kalsium dalam tubuh akan menyebabkan batu ginjal dan sebagian lagi akan mengendap di dalam darah menyebabkan pengapuran yang dapat berakibat fatal bagi kesehatan (World Health Organization, 1996). Penelitian medis menyatakan bahwa kalsium berlebih di dalam tubuh (dalam aliran darah) tidak akan ada. Bahkan, kalsium anorganik dari tubuh hewan dipindahkan dari darah dan dikumpulkan di ginjal. Hal ini dapat menyebabkan batu ginjal. Tubuh membutuhkan kalsium untuk hidup dan perbaikan sel tiap hari. Jika tidak tersedia kalsium, maka otak akan memerintahkan matriks tulang untuk melepaskan kalsium organik ke dalam aliran darah. Akibatnya,matriks tulang akan kehilangan kalsium. Kehilangan kalsium tersebut akan merapuhkan tulang sehingga menyebabkan osteoporosis (Occhipinti, M.J., 2010).

B. Air Tanah Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah didalam zone jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer (Suyono, 1993: 1). Menurut definisi undang-undang sumber daya air, air tanah merupakan air yang terdapat di dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Air tanah berasal dari air hujan yang meresap ke dalam tanah. Dalam proses peresapan tersebut, air tanah mengalami penyaringan oleh lapisanlapisan tanah. Oleh karena itu, air tanah lebih jernih dibandingkan air permukaan. Air tanah memiliki kandungan mineral yang cukup tinggi. Sifat dan kandungan mineral air tanah dipengaruhi oleh lapisan tanah yang dilaluinya. Kandungan mineral air tanah antara lain Na, Mg, Ca, Fe, dan O2.

Kondisi tanah yang berkapur menyebabkan tingkat kesadahan air tanahnya relatif tinggi (keras). Air tanah di daerah berkapur mengandung ion-ion Ca2+ dan Mg2+ dalam jumlah yang cukup besar. Kondisi tanah yang mengandung batu granit, air tanahnya memiliki derajat kesadahan yang rendah karena mengandung unsur (mineral) CO2 dan HCO3-. Air tanah digolongkan menjadi tiga, yaitu air tanah dangkal, air tanah dalam, dan mata air. Golongan tersebut berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan mineral yang terkandung di air tanah (Suyono, 1993).

1. Air Tanah Dangkal Air tanah dangkal terdapat pada kedalaman kurang lebih 15 meter di bawah permukaan tanah. Jumlah air yang terkandung pada kedalaman ini cukup terbatas. Biasanya, hanya dipergunakan untuk keperluan rumah tangga, seperti minum, mandi, dan mencuci. Penggunaan air tanah dangkal berupa sumur berdinding semen ataupun sumur bor. Secara fisik, air tanah terliha jernih dan tidak berwarna (bening) karena telah mengalami proses filtrasi oleh lapisan tanah. Kualitas air tanah dangkal cukup baik dan layak digunakan sebagai bahan baku air minum. Kuantitas air tanah dangkal dipengaruhi oleh musim. Pada saat musim hujan, jumlah air tanah dangkal berlimpah, sedangkan musim kemarau jumlahnya terbatas.

2. Air Tanah Dalam Air tanah dalam terdapat pada kedalaman 100-300 meter di bawah permukaan tanah. Air tanah dalam berwarna jernih dan sangat baik digunakan untuk air minum karena telah melalui proses penyaringan berulang-ulang oleh lapisan tanah. Air tanah dalam memiliki kualitas yang lebih baik dari kualitas air tanah dangkal. Hal ini disebabkan proses filtrasi air tanah lebih panjang, lama, dan sempurna dibandingkan air tanah dangkal. Kuantitas air tanah dalam cukup besar dan tidak dipengaruhi oleh musim, sehingga air tanah dalam dapat digunakan untuk kepentingan industri dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama.

3. Mata Air Mata air adalah air tanah yang keluar langsung dari permukaan tanah. Mata air biasanya terdapat pada lereng gunung, dapat berupa rembesan dan ada juga keluar di daerah dataran rendah (mata air umbul). Mata air memiliki kualitas hampir sama dengan kualitas air tanah dalam dan sangat baik untuk air minum. Selain untuk air minum, mata air juga dapat digunakan untuk keperluan lainnya, seperti mandi dan mencuci. Kuantitas air yang dihasilkan mata air cukup banyak dan tidak dipengaruhi oleh musim, sehingga dapat digunakan untuk keperntingan umum dalam jangka waktu lama.

C. Spektroskopi Serapan Atom (SSA) Spektroskopi Serapan Atom (SSA) merupakan suatu metode analisis kimia untuk penentuan kadar unsur-unsur yang bersifat logam yang terdapat dalam suatu cuplikan yang berkadar rendah. Analisis SSA didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi dari sumber nyala atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar (Skoog et. al., 2000). Metode SSA telah diperkenalkan oleh A. Walsh tahun 1995 dan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Metode SSA banyak digunakan untuk menganalisis sampel yang terdapat di dalam bentuk bahan-bahan biologi, pertanian, makanan dan minuman, air tanah, pupul, besi baja, dan juga bahanbahan pencemar lingkungan.

1. Sistematika SSA Gambar berikut menunjukkan sistematika SSA (Willard, 1989).

Gambar 2.1 Skema umum komponen pada Alat SSA. 10

Berikut ini kegunaan masing-masing bagian dari alat SSA. a. Lampu katode berongga, sebagai sumber sinar yang memancarkan spektrum dari unsur logam yang akan dianalisis (setiap logam memiliki lampu khusus untuk logam tersebut). b. Chopper, mengatur sinar yang dipancarkan. c. Tungku, tempat pembakaran (untuk memecahkan sampel pada tetesan halus dan meleburkannya ke dalam nyala untuk diatomkan. d. Monokromator, mendispersi sinar yang ditransmisikan oleh atom. e. Detektor, mengukur sinar yang ditransmisikan dan memberikan signal sebagai respon terhadap sinar yang diterima. f. Meter bacaan nilai absorbansi, untuk membaca nilai absorbansi.

2. Prinsip Analisis Spektrofotometri Serapan Atom Cuplikan atau senyawa dalam bentuk larutan disemprotkan ke dalam nyala sehingga mengalami disosiasi menjadi atom-atom netral dalam keadaan gas. Atom netral atau dalam keadaan dasar menyerap energi radiasi dari lampu katode berongga sehingga tercapai keadaan tereksitasi. Intensitas sinar radiasi yang diserap sebanding dengan unsur yang diselidiki dalam cuplikan. Setiap atom memiliki panjang gelombang serapan tertentu, misalnya kalsium adalah 422,7 nm. Besarnya serapan merupakan fungsi dari banyaknya atom yang ada. Hubungan antara absorbansi radiasi dan banyaknya atom dirumuskan oleh Lambert-Beer sebagai berikut.

A=abC Keterangan: A = absorbansi; a = absorbtivitas molar; b= tebal medium; C= konsentrasi

Berdasarkan rumusan di atas, maka hubungan antara absorbansi dan konsentrasi merupakan perbandingan langung sehingga dibuat kurva hubungan sebagai berikut.

11

absorbansi

konsentrasi Gambar 2.2 Grafik hubungan antara konsentrasi dan absorbansi.

Dengan membuat kurva baku larutan standar dari hubungan di atas, maka suatu cuplikan yang mempunyai serapan tertentu konsentrasinya dapat dihitung.

3. Faktor-Faktor Gangguan dalam SSA Gangguan diartikan sebagai suatu faktor kimia atau fisika yang akan mempengaruhi julah atom untuk analit pada keadaan dasar (ground state) sehingga akan menyebabkan bertambah atau berkurangnya bacaan nilai serapan atom unsur yang dianalisis. Ada beberapa gangguan dalam menggunakan SSA a. Suhu yang sesuai, suhu gas pembakar harus sesuai dengan suhu unsur yang akan dianalisis. b. Konsentrasi sampel tidak boleh melebihi sensitivitas dari alat detektor SSA. Ini akan menyebabkan gangguan terhadap garis spektrum dan mengakibatkan kerusakan pada alat detektor SSA. c. Pengaruh penguapan pelarut dan bahan larutan jangan sampai me-nurunkan suhu nyala gas pembakar. Gangguan tersebut menyebabkan bacaan nilai serapan atom menjadi rendah. Memang selain dengan metode SSA, unsur-unsur dengan energi eksitasi rendah dapat juga dianalisis dengan fotometri nyala, tetapi unsur-unsur dengan eksitasi tinggi hanya dapat dilakukan dengan fotometri nyala. Untuk analisis dengan garis spektrum resonansi antara 400-800 nm, fotometri nyala sangat berguna, sedangkan antara 200-300 nm metode SSA lebih baik dari fotometri nyala (Khopkar, S.M., 1990).

12

BAB III Metode Penelitian

A. Sampel dan Teknik Penyamplingan Sampel berupa air sumur yang diambil dari 4 kelurahan di Kecamatan Rembang Propinsi Jawa Tengah dan tiap-tiap kelurahan diambil 3 sampel dari air sumur yang berbeda. Pengambilan sampel diambil secara acak atau random sehingga total terdapat 12 sampel.

B. Variabel Penelitian Sebagai variabel dalam penelitian ini adalah kadar kalsium dan kadar magnesium dalam air sumur yang dinyatakan dalam ppm, yaitu banyaknya kalsium dan magnesium dalam milligram perliter air sumur yang diteliti dengan metode SSA.

C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia FMIPA UNY, sedangkan analisis dengan menggunakan SSA dilakukan di Laboratorium Terpadu UII.

D. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat-alat - Spektrofotometri Serapan Atom - erlenmeyer - labu takar - bekerglass - pipet volumetrik - corong penyaring - pipet tetes - batang pengaduk

13

2. Bahan-bahan - kalsium karbonat - magnesium oksida - lantanum klorida - asam klorida - asam nitrat - kalium klorida - aquades - air sumur (sampel)

F. Prosedur Penelitian Prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Preparasi Larutan Lantanum 5000 ppm Dilarutkan 1,3369 g LaCl3.7H2O dalam labu ukur volume 100 mL, kemudian ditambahkan akuades hingga tanda batas.

2. Preparasi Larutan Kalium 1000 ppm Dilarutkan 1,9070 g KCl dalam 250 mL akuades. Masukkan ke dalam labu ukur volume 1 L dan tambahkan akuades hingga tanda batas.

3. Preparasi Larutan HCl 0,1 M Diambil 1 mL larutan HCl 5 M dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL. Kemudian, tambahkan akuades hingga tanda batas.

4. Preparasi Larutan Standar Larutan standar yang digunakan adalah kalsium karbonat dan magnesium oksida. Konsentrasi larutan standar kalsium adalah 0, 2, 5, 10, 15, 20, dan 25 ppm, sedangkan konsentrasi larutan standar magnesium adalah 0, 0,2, 0,5, 1, 3, dan 5 ppm. Pembuatan larutan standar kalsium karbonat dari

14

larutan induk 1000 ppm, sedangkan larutan standar magnesium oksida dari larutan induk 500 ppm yang kemudian diencerkan dengan menggunakan rumus V1M1 = V2M2. Semua larutan standar mengandung larutan buffer ionisasi sekitar 20% dari volume total.

5. Preparasi Larutan Sampel atau Cuplikan a. Larutan sampel dalam kondisi asam (pH = ~3) dihomogenkan, disaring, kemudian dibagi menjadi 2. b. Larutan sampel bagian pertama diambil 10 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL. Kemudian, ditambahkan larutan buffer ionisasi 10 mL dan aquades hingga tanda batas labu ukur. Setelah itu, larutan sampel diukur kandungan Ca dan Mg nya dengan menggunakan SSA. c. Larutan sampel bagian kedua diambil 50 mL dimasukkan ke dalam gelas beker 100 mL dan dipanaskan hingga setengahnya. Setelah dingin, larutan disaring dan dituangkan ke dalam labu ukur 50 mL. Kemudian larutan ditambahkan aquades hingga tanda batas. Setelah itu, larutan dipipet 10 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, kemudian ditambahkan larutan buffer ionisasi 10 mL dan aquades hingga tanda batas. Selanjutnya, larutan sampel tersebut siap dianalisis kandungan Ca dan Mg nya dengan menggunakan SSA. d. Analisis kalsium dengan menggunakan SSA pada daerah panjang gelombang 422,7 nm, sedangkan analisis magnesium pada daerah panjang gelombang 285,2 nm.

15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis kesadahan air di Kecamatan Rembang khususnya air tanah di sekitar pantai Kecamatan Rembang telah dilakukan. Hal ini diperlukan untuk mengetahui tingkat kesadahan air tanah di daerah tersebut. Air tanah tersebut dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat Rembang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti mandi dan mencuci. Selain itu, air tanah tersebut juga digunakan oleh masyarakat dalam usaha usaha pengolahan ikan, di antaranya untuk mencuci dan memasak ikan. Pengambilan sampel dilakukan secara random di 4 kelurahan sepanjang pantai di Kecamatan Rembang. Tiap-tiap kelurahan diambil 3 sampel dari sumur berbeda sebagai representatif dari kelurahan tersebut. Sumur-sumur tersebut merupakan sumur milik warga setempat yang aktif digunakan. Data dalam penelitian ini meliputi data analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

A. Analisis Kualitatif Analisis kalsium dan magnesium pada sampel telah dilakukan dengan menggunakan alat spektroskopi serapan atom. Hasil analisis menunjukkan adanya serapan kalsium pada panjang gelombang 422,7 nm dan serapan magnesium pada panjang gelombang 285,2 nm. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap air sumur yang digunakan sebagai sampel pada penelitian ini memiliki tingkat kesadahan tertentu. Selanjutnya, banyaknya kalsium dan magnesium dalam sampel dianalisis secara kuantitatif.

B. Analisis Kuantitatif Seperti yang telah dipaparkan pada kajian teori bahwa kesadahan air dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kesadahan tetap dan kesadahan sementara. Kesadahan sementara dapat dipisahkan dengan cara pemanasan. Oleh karena itu,

16

perlakuan terhadap sampel sebelum analisis dilakukan dengan dua cara. Sampel pertama melalui tahap pemanasan dan penyaringan terlebih dahulu sebelum diberi perlakukan untuk analisis SSA. Sampel kedua tanpa melalui tahap pemanasan melainkan langsung diberi perlakuan untuk analisis SSA. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis kesadahan air yang terdapat di daerah sampel, yaitu melalui selisih konsentrasi sampel antara dua perlakukan yang berbeda. Perlakuan pada sampel pertama, sampel dipanaskan hingga volumenya setengahnya, yaitu dari 50 mL hingga sekitar 25 mL. Pada perlakuan sampel tersebut, peneliti mengamati terdapat sedikit kerak yang berwarna putih yang kemungkinan besar adalah garam yang mengandung baik Na, Mg, maupun Ca. Setelah disaring, sampel ditambah dengan aquades hingga volumenya kembali 50 mL. Setelah itu, sampel disiapkan untuk analisis SSA. Pada sampel kedua sampel langsung disiapkan untuk analisis SSA. Baik pada sampel yang melalui tahap pemanasan maupun sampel yang tanpa pemanasan ditambahkan larutan buffer ionisasi. Penambahan larutan buffer ionisasi, yaitu terdiri dari larutan lanthanum, larutan kalium, dan larutan asam klorida berguna untuk menekan laju ionisasi analit (Ca dan Mg) sehingga tetap berada sebagai atomnya ketika dianalisis dengan menggunakan SSA. Langkah awal pada analisis kuantitatif adalah dengan membuat kurva kalibrasi larutan standar Absorbansi vs Konsentrasi baik larutan standar kalsium (Gambar 1) maupun larutan standar magnesium (Gambar 2). Selanjutnya konsentrasi analit ditentukan dengan cara memplotkan nilai absorbansi sampel pada masing-masing kurva kalibrasinya, kemudian menarik garis lurus ke bawah. Nilai konsentrasi analit juga dapat ditentukan dengan memasukkan nilai absorbansi analit pada persamaan regresi kurva kalibrasi. Pada penelitian ini didapatkan persamaan regresi kurva kalibrasi kalsium adalah y = 0,01468x + 0,02838 dengan nilai R = 0,997, sedangkan persamaan regresi kurva kalibrasi magnesium adalah y = 0,16814x + 0,10623 dengan nilai R = 0,962 dengan limit deteksi 0,0059 mg/L untuk kalsium dan 0,006 mg/L untuk magnesium.

17

Gambar 4.1 Kurva kalibrasi kalsium..

Gambar 4.2 Kurva kalibrasi magnesium.

18

Berdasarkan hasil analisis, kandungan konsentrasi kalsium analit secara umum hampir sama, yaitu di bawah 200 ppm. Tingkat kesadahan masing-masing air sumur dalam kelurahan yang sama dapat berbeda cukup signifikan. Perbedaan tingkat kesadahan air sumurnya dapat mencapai 50 ppm tetapi tidak ada yang lebih dari 100 ppm. Misalnya, kandungan kalsium air sumur di Kelurahan Tanjung Sari (kode A) adalah 77 ppm, 135 ppm, dan 66 ppm. Di antara 4 kelurahan sampel, kandungan kalsium yang paling tinggi terdapat di Kelurahan Gegunung Kulon dengan konsentrasi kalsium masingmasing sampel adalah 114 ppm, 102 ppm, dan 163 ppm. Meskipun demikian. nilai kandungan tersebut tidak berbeda secara signifikan dengan daerah-daerah lain di sekitarnya. Selisih tertinggi konsentrasi kalsium sementara yang dapat dipisahkan dengan cara pemanasan secara umum terdapat pada Kelurahan Gegunung Wetan, yaitu sekitar 80 ppm. Perubahan konsentrasi kalsium pada sampel yang tanpa pemanasan dengan yang dipanaskan sangat drastis, yaitu dari 90 ppm turun menjadi 10 ppm setelah dipanaskan. Hal itu menunjukkan bahwa kesadahan air sumur di daerah tersebut merupakan kesadahan sementara yang dapat dikurangi secara efektif melalui pemanasan dan penyaringan endapannya. Data kandungan kalsium pada kelurahan lainnya secara umum hampir sama. Pengurangan konsentrasi kalsium setelah sampel dipanaskan pada keempat kelurahan secara umum signifikan, yaitu dapat berkurang antara 40 ppm sampai 80 ppm. Hasil analisis magnesium dengan menggunakan SSA menunjukkan bahwa kandungan magnesium dalam tiap-tiap sampel relatif rendah, yaitu kurang dari 25 ppm. Di antara keempat kelurahan yang digunakan sebagai sampel, kandungan magnesium yang berkurang drastis setelah dipanaskan ditunjukkan oleh sampel air sumur dari Kelurahan Gegunung Wetan, yaitu dapat berkurang hingga 15 ppm. Berdasarkan hasil analisis kandungan kalsium dan magnesium, urutan kesadahan dari yang tertinggi adalah Kelurahan Gegunung Kulon (kode C) sekitar 125 ppm -186 ppm, Kelurahan Tanjung Sari (kode A) sekitar 94 ppm 159 ppm, Kelurahan Pacar (Kode D) sekitar 90 ppm-150 ppm, Kelurahan Gegunung Wetan (Kode B) sekitar 105 ppm 113 ppm. Secara umum, kesadahan air sumur di

19

keempat keluarahan dapat dikurangi dengan cara pemanasan bahkan hingga mencapai 90% dari konsentrasi semula.

20

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kesadahan air sumur di Kecamatan Rembang masih berada pada konsentrasi normal atau jauh di bawah ambang batas yang berbahaya, yaitu di bawah 200 ppm. Dengan demikian, dari segi kesadahan air sumur di daerah kecamatan Rembang khususnya di sepanjang pantai kecamatan rembang aman digunakan untuk keperluan sehari-hari dan keperluan industri ikan. Dari hasil analisis juga diketahui bahwa jenis kesadahan air sumur yang dominan di daerah tersebut adalah kesadahan sementara sehingga tingkat kesadahan dapat berkurang secara signifikan melalui cara pemanasan, yaitu dapat berkurang hingga 90%.

B. Saran Berdasarkan dari penelitian ini disarankan bagi masyarakat di Kecamatan Rembang terutama pengusaha ikan yang memanfaatkan air sumur untuk mengolah dan memasak ikan hendaknya memasak air tersebut dan menyaringnya terlebih dahulu sebelum digunakan untuk memasak ikan. Selanjutnya, akan lebih baik jika dilakukan analisis lainnya yang berkaitan dengan kualitas air di Kecamatan Rembang.

21

DAFTAR PUSTAKA

Albert dan Santika, Sri Sumestri, 1984, Metode Penelitian Air, ITS Press, Surabaya. Arsyad, M. Nasir. (2001). Kamus Kimia Ati dan Penjelasan Ilmiah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Depkes. 2002. Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum/Air Bersih. Jakarta. Giwangkara, E., 2008. http://persembahanku.wordpress.com/2006/09/29/mengapa mandi dipantai boros sabun. Keputusan Menteri Kesehatan 1405/menkes/sk/xi/2002. Republik Indonesia Nomor

Khopkar, S. M., 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerjemah: A. Saptorahardjo, UI-Prees, Jakarta. Occhipinti, M. J. 2010. The Importance of Organic Calcium vs. Inorganic Calcium: The Womens Bodys Ability To Recognize and Utilize Calcium. Article of American Fitness Professionals & Associates. www.afpafitness.com. Marque S, Jacqmin-Gadda H, Dartigues JF, Commenges D (2003). Cardiovascular Mortality and Calcium and Magnesium in Drinking Water: An Ecological Study in Elderly People. Eur. J. Epidemiol. 18 (4): 3059. Nurdijanto, 2000. Kimia Lingkungan. Pati: Yayasan Peduli Lingkungan. Skoog. D. A., Donald M. West, F. James Holler, Stanley R. Crouch, 2000. Fundamentals of Analytical Chemistry. Hardcover: 992 pages, Publisher: Brooks Cole. Suharyono. 1996. Diari Akut Klinik dan Laboratorik. Rineka Cipta. Jakarta. Suripin, 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta : Andi Offset. Suyono, 1993. Pengelolaan Sumber Daya Air. Fakultas Geografi Universitas Brawijaya. 22

Surawira, U. 1996. Air Dalam Kehidupan Lingkungan Yang Sehat. Bandung. Svehla, G., 1979. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Diterjemahkan oleh Setiono, L. dan Pudjaatmaka, H.A ., Jakarta: PT Kalman Media Pustaka. Vogel. (1990). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka. Willard, H. H., Merrit, L; L., and Settle Jr, F. A., 1989. Instrumental Methods of Analysis, California: Wadsworth Publishing Company. Winarno, F. G. (1986). Kimia Pangan dan Gizi. Edisi Kedua. Jakarta: Gramedia. World Health Organization. 1996. Health Criteria and Other Supporting Information . Geneva: Originally published in Guidelines for drinkingwater quality, 2nd ed. Vol. 2. Wulan, Praswati PDK. 2006. Penghilangan Kesadahan Air yang Mengandung Ion Ca2+ dengan Menggunakan Zeolit Alam Lampung sebagai Penukar Kation. Jurusan Teknik Gas dan Petrokimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus Baru UI, Depok.

23

Lampiran 1

Nilai Absorbansi Larutan Standar Kalsium

No.

Konsentrasi Ca (ppm)

Rerata Absorbansi

1 2 3 4 5 6 7

0 2 5 10 15 20 25

0,0491 0,0467 0,0929 0,1712 0,2441 0,3251 0,3996

Persamaan Regresi: y = 0,01468x + 0,02838 Nilai R = 0,99699

24

Lampiran 2

Nilai Absorbansi Kalsium dalam Sampel

Kode Kelurahan A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3

Sampel Absorbansi Tanpa Pemanasan 1 2 3 Rerata 0,2530 0,4369 0,2318 0,2770 0,2984 0,2890 0,3527 0,3432 0,5067 0,2502 0,3175 0,3969 0,2599 0,4323 0,2168 0,2836 0,2907 0,2841 0,3646 0,3180 0,5048 0,2288 0,3255 0,3739 0,2502 0,4188 0,2208 0,2872 0,2966 0,2915 0,3752 0,3226 0,5176 0,2299 0,3193 0,4075 Absorbansi Dengan Pemanasan 1 2 3 Rerata 0,1598 0,4152 0,1024 0,0597 0,0621 0,0553 0,3275 0,0989 0,2868 0,2380 0,0742 0,3044 0,1620 0,3923 0,1056 0,0557 0,0589 0,0519 0,3054 0,0961 0,2975 0,2299 0,0782 0,3132 0,1620 0,4043 0,1033 0,0587 0,0606 0,0537 0,3177 0,0995 0,2916 0,2330 0,0761 0,3054

0,2544 0,1642 0,4293 0,4054 0,2231 0,1018 0,2826 0,0607 0,2952 0,0609 0,2882 0,0539 0,3642 0,3203 0,3279 0,1036 0,5097 0,2905 0,2363 0,2310 0,3208 0,0758 0,3928 0,2985

Keterangan: A1, A2, A3 : Sampel air sumur di Kelurahan Tanjung Sari B1, B2, B3 : Sampel air sumur di Kelurahan Gegunung Wetan C1, C2, C3 : Sampel air sumur di Kelurahan Gegunung Kulon D1, D2, D3 : Sampel air sumur di Kelurahan Pacar

25

Lampiran 3

Konsentrasi Kalsium dalam Sampel

Kode Sampel

A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3

Konsentrasi Kalsium Konsentrasi Kalsium mula-mula (ppm) setelah Pengenceran 5 kali (ppm) Sebelum Setelah Sebelum Setelah (X1 % Pemanasan Pemanasan Pemanasan Pemanasan X2) (X1(X1) (X2) X2) 15,39646 9,10218 76,98229 45,5109 31,47139 40,88 27,31063 13,26431 17,31744 18,17575 17,69891 22,87602 20,40327 32,78747 14,16349 19,91962 24,82425 25,60763 5,10354 2,0654 2,19482 1,7248 19,70845 4,84469 17,93052 13,93869 3,25068 18,87057 136,55313 66,32153 86,58719 90,87875 88,.49455 114,38011 102,01635 163,93733 70,81744 99,59809 124,12125 128,03815 25,51771 10,32698 10,97411 8,62398 98,54223 24,22343 89,65259 69,69346 16,25341 94,35286 8,51499 6,24

40,80381 61,52 76,26022 88,07 79,90463 87,92 79,87057 90,25 15,83787 13,85 77,79292 76,26 74,28474 45,31 1,12398 1,59

83,34469 83,68 29,76839 23,98

Keterangan: A1, A2, A3 : Sampel air sumur di Kelurahan Tanjung Sari B1, B2, B3 : Sampel air sumur di Kelurahan Gegunung Wetan C1, C2, C3 : Sampel air sumur di Kelurahan Gegunung Kulon D1, D2, D3 : Sampel air sumur di Kelurahan Pacar

26

Lampiran 4 Nilai Absorbansi Larutan Standar Magnesium

No.

Konsentrasi Mg (ppm)

Absorbansi

1 2 3 4 5 6

0 0,2 0,5 1 3 5

0,05607 0,0699 0,1795 0,36355 0,7499 0,8494

Persamaan regresi: y = 0,16814x + 0,10623 R = 0,96222

27

Lampiran 5

Nilai Absorbansi Magnesium dalam Sampel

Kode Kelurahan A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3

Sampel Absorbansi Tanpa Pemanasan 1 2 3 Rerata 0,6817 0,8641 0,6835 0,7413 0,8610 0,8464 0,8965 0,8762 0,8673 0,7690 0,7876 0,8624 0,6699 0,8918 0,6610 0,7590 0,8645 0,8609 0,8876 0,8596 0,8635 0,7585 0,7931 0,8635 0,6649 0,8761 0,6728 0,7393 0,8667 0,8709 0,9017 0,8864 0,8635 0,7631 0,7916 0,8513 Absorbansi Setelah Pemanasan 1 2 3 Rerata 0,5772 0,8483 0,4457 0,2995 0,3275 0,6087 0,7381 0,7769 0,8567 0,5858 0,6461 0,6339 0,5717 0,8339 0,4583 0,3009 0,3255 0,6072 0,7285 0,7764 0,8557 0,5921 0,6460 0,6457 0,5807 0,8372 0,4573 0,3007 0,3268 0,6006 0,7322 0,7796 0,8602 0,5894 0,6453 0,6432

0,6722 0,5932 0,8773 0,8293 0,6724 0,4680 0,7465 0,3016 0,8641 0,3273 0,8594 0,5859 0,8953 0,7299 0,8741 0,7856 0,8648 0,8681 0,7635 0,5902 0,7908 0,6438 0,8591 0,6499

Keterangan: A1, A2, A3 : Sampel air sumur di Kelurahan Tanjung Sari B1, B2, B3 : Sampel air sumur di Kelurahan Gegunung Wetan C1, C2, C3 : Sampel air sumur di Kelurahan Gegunung Kulon D1, D2, D3 : Sampel air sumur di Kelurahan Pacar

28

Lampiran 6

Konsentrasi Magnesium dalam Sampel

Kode Sampel

A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3

Konsentrasi Magnesium Konsentrasi Magnesium Mula-mula (ppm) setelah Pengenceran 5 kali (ppm) (X1 X2) % Sebelum Setelah Sebelum Setelah (X1-X2) Pemanasan Pemanasan Pemanasan Pemanasan (X1) (X2) 3,36606 2,82187 16,83032 14,10937 2,72095 16,17 4,58588 3,36725 3,80796 4,50737 4,47942 4,69293 4,56685 4,51154 3,90906 4,07143 4,47764 4,34739 2,08796 1,1566 1,31182 2,94023 3,72291 4,00482 4,48418 2,87362 3,20608 3,19359 22,9294 16,83627 19,03979 22,53687 22,39711 23,46467 22,83425 22,55769 19,54532 20,35714 22,38819 21,73695 10,43981 5,78298 6,55912 14,70114 18,61455 20,02409 22,4209 14,36809 16,03039 15,96794 1,19246 6,39646 5,20 37,99

13.25681 69.63 15,97776 70,90 7,69597 4,85012 2,81016 0,13679 5,17723 4,32675 6,42025 34,36 20,67 12,31 0,61 26,49 21,25 28,68

Keterangan: A1, A2, A3 : Sampel air sumur di Kelurahan Tanjung Sari B1, B2, B3 : Sampel air sumur di Kelurahan Gegunung Wetan C1, C2, C3 : Sampel air sumur di Kelurahan Gegunung Kulon D1, D2, D3 : Sampel air sumur di Kelurahan Pacar

29

Lampiran 7

Konsentrasi Kesadahan Total Sampel Kandungan Kalsium 76,98229 136,55313 66,32153 86,58719 90,87875 88,49455 114,38011 102,01635 163,93733 70,81744 99,59809 124,12125 Kandungan Magnesium 16,83032 22,9294 16,83627 19,03979 22,53687 22,39711 23,46467 22,83425 22,55769 19,54532 20,35714 22,38819 Total Kandungan Ca + Mg 93,81261 159,48253 83,1578 105,62698 113,41562 110,89166 137,84478 124,8506 186,49502 90,36276 119,95523 146,50944

Kode Kelurahan A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 Keterangan:

A1, A2, A3 : Sampel air sumur di Kelurahan Tanjung Sari B1, B2, B3 : Sampel air sumur di Kelurahan Gegunung Wetan C1, C2, C3 : Sampel air sumur di Kelurahan Gegunung Kulon D1, D2, D3 : Sampel air sumur di Kelurahan Pacar

30

31

You might also like