You are on page 1of 58

Pengolahan Kimia

Penyisihan unsur pencemar dengan cara menambahkan chemical agent/bahan kimia sehingga terjadi rekasi kimia, contoh: koagulasi dan presipitasi Prinsip dasar: perubahan bentuk terlarut/tersuspensi menjadi bentuk yang terendapkan (kecuali Desinfensi), sehingga lumpur yang terendapkan termasuk kategori B3 (perlu treatment khusus) Kelebihan pengolahan secara kimia:
Efisiensi tinggi (dapat mencapai angka yang diinginkan) Waktu detensi relatif singkat sehingga volume reaktor/unit pengolahan relatif lebih kecil

Kekurangan:
Ada penambahan zat additif sehingga meningkatkan konsentrasi Total Dissolved Solid (TDS). Penyisihan TDS relatif sulit dan mahal : membran atau distilasi Meningkatkna beban pengolahan Biaya bahan kimia cukup mahal biaya untuk energi

Koagulasi
Tujuan utama menyisihkan partikel tersuspensi Lihat kembali pembagian jenis padatan: TDS, TSS (VSS + FSS) Koagulasi: suatu proses dimana terjadi penambahan zat kimia (koagulan) ke dalam suatu larutan dimana terdapat agregat/padatan yang sangat lambat atau bahkan hampir tidak memliki kecepatan mengendap sehingga penyisihan secara gravitasi tidak mungkin dilakukan:
Partikel diameter 10-3 mm, v = 1 mm/jam Partikel diameter 10-5 mm, v = 1 mm/tahun

Umumnya ukuran partikel di badan air adalah: 10-7 mm sampai dengan 10-1mm

Koagulasi (Rapid Mixing)

Flokulasi (Slow Mixing)

Flokulasi Partikel Koloid

sedimentasi

Sedimentasi
time

Koloid
Koloid: apabila dalam suatu sistem terdapat partikel yang ukurannya kecil (dalam fase dispersi) yang terdispersi dalam suatu media. Koloid: partikel dengan ukuran kecil dan terdispersi secara homogen di dalam badan air sehingga cukup kecil untuk lolos saringan pasir: berukuran antara 10-6 mm 10-3 mm (lebih besar dari atom). Namun partikel yang berukran lebih besar juga benyak yang berperilaku seperti koloid Koloid terbagi 2 berdasarkan afinitasnya terhadap air:
Hydrophylic: koloid organik akibat adanya gugus polar (OH, COOH, NH2) di permukaan koloid. Karakteristik: water soluble dan memiliki bound-water (water envelope). Hydrophobic: koloid anorganik. Tidak memliki afinitas terhadap air sehingga tidak memiliki bound-water

Jenis Koloid

Medium
Liquid Liquid Liquid Gas Gas Solid

Materi
Solid Liquid Gas Solid Liquid Liquid Sol

Nama

Contoh
Clay turbidity Minyak Foam/Cream Dust, smoke Mist, fog Jelly

Emulsi Foam Aerosol Aerosol Gel

Zeta Potensial
Stabilitas suatu koloid sangat dipengaruhi oleh ionic charge yang bekerja di permukaan koloid Koloid hydrophylic: electric charge disebabkan oleh disosiasi polar group. Contoh: COOCOOH COO R NH3 pH
+

OHH+ R NH3+ Isoelectric point

OHH+

R NH3OH

Koloid hydrophobic: adsorpsi ion dari larutan. Muatan hydrophobic sama halnya dgn hydrophylic dapat dirubah oleh perubahan pH, sehingga diduga ion yang diadsorpsi berasal dari ion hydrogen atau hydroxyl yang ada dalam larutan pendispersi

Zeta Potensial
Koloid dalam medium akan menarik ion-ion yang memiliki muatan berlawanan, sehingga akan membentuk double layer:
Fixed atau Stern layer Diffuse atau Gouy layer

Shear of plane: batas antara pelarut/solution yang terbawa sebagai bagian dari partikel dan yang bergerak bebas Shear of plane pada koloid hydrophobic hampir berimpit dengan fixed layer Shear of plane pada koloid hydrophylic hampir berimpit dengan bound water Zeta potensial: gaya elektrostatik yang bekerja pada permukaan shear of plane (lihat gambar) Zeta potensial: besaran yang menunjukkan antara gaya tarik (attraction, van der Waals) dan gaya tolak (repulsion)

Stabilitas Koloid
Stabilitas koloid ditunjukkan oleh besarnya zeta potensial. Semakin besar zeta potensial, maka semakin stabil koloid tersebut. Sehingga pada dasarnya zeta potensial menunjukkan besarnya mutan dari koloid tersebut. Alat ukur: zeta meter Perhitungan matematis:

= 4qd/D
Dimana: q = charge per unit area d = ketebalan lapisan yang mengelilingi shear surface D = konstanta dielektrik Stabilitas dari koloid hydrophobic hanya dipengaruhi oleh zeta potensial, sedangkan hydrophylic juga dipengaruhi oleh bound water yang berperilaku sebagai elastic barrier

Destabilisasi Koloid
Penurunan nilai Zeta Potensial: Pengaturan pH hingga kondisi isoelektrik, sehingga tidak ada double layer dan zeta potensial Penambahan ion dengan muatan berlawanan, sehingga besarnya zeta potensial akan berkurang krn diffuse layer akan mendekati fixed layer Bivalen ion: 50x lebih kuat daripada monovalen Trivalen ion: 1000x lebih kuat daripada monovalen Destabilisasi koloid hydrophylic: tidak hanya reduksi zeta potensial, tetapi juga menghilangkan bound-water: proses salting out/penambahan garam dengan konsentrasi tinggi: SO4, Cl-, NO3-, Ikrn bound water diikat oleh garam tersebut

Koagulasi
Koagulasi : destabilisasi partikel koloid Terjadi 3 mekanisme dasar:
Reduksi nilai zeta potensial (elektrokinetik) Ikatan antar partikel (orthokinetik) Pembentukan flok

Tahapan (elektrokinetik): Penambahan koagulan Muatan larutan akan sangat positif atau negatif Reduksi zeta potensial Destabilisasi parftikel koloid

Koagulasi
Untuk menambah gaya tarik antar partikel (gaya van der Waals) dilakukan pengadukan:
Koagulasi : rapid mixing (pengadukan cepat, 100 150 rpm, lihat UO) Flokulasi : slow mixing (pengadukan lambat, 25 75 rpm)

Pengadukan merupakan mekanisme orthokinetik Cara-cara pengadukan:


Hidrolis : hydraulic jump Mekanis : blade Pneumatis: aliran udara

Reaksi Koagulasi
Koagulan Alum (Al2(SO4)3xH2O):
Terdapat alkalinitas secara alamiah: Al2(SO4)3xH2O + 6HCO32Al(OH)3 + 3SO4- + 6CO2 + xH2O sebagai akibat berkurangnya bicarbonat dan terbentuknya CO2, pH akan turun Apabila tdk terdapat bicarbonat di dalam larutan, maka harus ditambahkan alkalinitas: Al2(SO4)3xH2O + 6OH2Al(OH)3 + 3SO4- + xH2O Al(OH)3 bersifat amphoter dan insoluble pada pH antara 5 7. Pada pH kurang dari 5 akan mengalami disosiasi membentuk ion aluminium dan pada pH di atas 7 akan mengalami disosiasi membentuk ion AlO2

Mekanisme Reaksi Koagulan


Koagulan akan mengalami disosiasi Metallic ion: hidrolisis membentuk senyawa hidroxo-metallic ion complexes yang memiliki kecenderungan untuk mengalami polimerisasi Meq(OH)p+z: Al6(OH)15+3 Al7(OH)17+4 Al13(OH)34+5 Fe2(OH)2+4 Fe2(OH)4+5 Ion polyvalent ini berinteraksi dan agregasi dengan koloid sebagai akibat menurunnya zeta potensial cara agitasi sehingga gaya van der Waals meningkat Kelebihan dosis koagulan akan terus mengalami polimerisasi hingga membentuk insoluble metallic hydroxide (Fe(OH)3 atau Al(OH)3): sweep coagulation (terjadi proses enmeshment)

Reaksi Koagulasi
Koagulan Ferro Sulfat (FeSO47H2O) :
FeSO47H2O + 2OHFe(OH)2 + SO4-2 + 7H2O Pembentukan ferro hidroksida akan terjadi pada pH tinggi (diatas 9,5), sehingga untuk meningkatkan pH biasanya ditambahkan Ca(OH)2 Jika tersedia O2, maka ferro hidroksida akan mengalami oksidasi menjadi ferri hidroksida: 4Fe(OH)2 + O2 + 2H2O Fe(OH)3 Pada pH normal, ferri hidroksida lebih insoluble daripada ferro hidroksida, sehingga koagulan ini umumnya digunakan ketika oksigen tersedia dalam larutan. Jenis oksidator lain yg biasanya digunakan untuk oksidasi ferro menjadi ferri adalah gas Chlor Ferri hidroksida tidak bersifat amphoter

Koagulasi
Jenis koagulan lain yang populer digunakan adalah polimer yang berfungsi sebagai koagulan aid:
Cationic : umumnya digunakan sebagai koagulan Anionic : umumnya digunakan sebagai flokulan Bukan koagulan utama umumnya dengan dosis 1/100 dari dosis alum atau ferro sulfat

Untuk menentukan tipe dan dosis koagulan yang dibutuhkan sangat tergantung dari karakteristik air yang akan diolah Penentuan tipe dan dosis koagulkan harus dilakukan di laboratorium:
metode jar-test pengukuran zeta potensial

Prinsip Koagulasi

Jenis Kapur

Dosis mg/L 150 500

pH

Catatan

9 - 11 untuk proses koagulasi partikel koloid Reaksi yang terjadi : Ca(OH)3 + Ca(HCO)3 ! 2CaCO3 + 2H2O MgCO3 + Ca(OH)2 ! Mg(OH)2 + CaCO3

Alum FeCl3 FeSO4.7H2O

75 250 4 7 untuk proses koagulasi partikel koloid 35 150 4 7 untuk proses koagulasi partikel koloid 70 200 4 7 Air Buangan dengan alkalinitas tinggi dibolehkannya terjadi leaching besi mempunyai nilai ekonomis (3R) 2 5 0,25 1 3 20 untuk proses koagulasi partikel koloid dan membantu proses koagulasi untuk mempercepat proses flokulasi dan memperkeras flok digunakan untuk penyisihan kekeruhan sangat rendah

Polymer cation Polimer anion Penambah kekeruhan (clay)

Limbah Mengandung Minyak


Minyak:
Non emulsi Emulsi

Limbah minyak non emulsi: disisishkan secara fisik melalui mekanisme pengapungan (flotasi): DAF Limbah Minyak Emulsi (umumnya diameter 10-4 mm) : Droplet minyak

Salting out

penurunan pH

Free Oil

Proses Biologi
Proses biologi umumnya digunakan pada pengolahan air buangan krn air buangan biasanya kaya akan zat organik yg biodegradable Dalam konfigurasi pengolahan air: proses biologi ditempatkan di secondary atau tertiary treatment Tujuan proses biologi: optimasi kontak antara m.o dan substrat (materi organik and anorganik) pada kondisi lingkungan yang optimum Proses biologi menghasilkan end-product yang manageable form dalam bentuk biomassa, sehingga diperlukan Sludge treatment Beberapa jenis pengolahan biologi:
Lumpur aktif (activated sludge) Oxydation ditch Contact Stabilisation Trickling Filter Rotating Biological Contactor (RBC) Oxydation pond/lagoon, dll

Proses Biologi
Proses pengolahan yang melibatkan reaksi biokimia di dalam sel mikroorganisme: complicated dan belum sepenuhnya dipahami Terdapat 2 mekanisme dasar proses biokimia:
Katabolisme: pembentukan energi untuk pertumbuhan Anabolisme : pembentukan sel mikroorganisme

Metabolisme Sel:
Catabolism

Hasil/Produk
(CO2 + H2O + sel)

makanan + m.o (organik + anorganik)


Anabolism

Endogenous Catabolism

Sel baru

Proses Biologi S S

S S

B C O2

CO2 H2O

Proses Biologi
Yang paling berperan dalam proses biologi : ensim Ensim: katalis organik (protein) yang mempengaruhi reaksi tanpa menjadi reaktan (bentuknya tetap) dan bersifat sangat spesifik Ensim + Substrat Ensim-Substrat

Ensim + Produk Penguraian makanan/substrat:


Biotransformasi Mineralisasi

Proses Biologi
Dalam Purifikasi mikroorganisme (m.o) yang terlibat:
Bakteri Jamur/Fungi Algae Protozoa

Bakteri berdasarkan sumber C nya (Respirasi):


Autotroph Heterotroph

Autotroph
Organik
Carbon flow

Heterotroph
CO2 Organik
Carbon flow

COD, BOD, dll

Elektron flow

Elektron flow

O2

NO3, SO4

Aerobik

Anerobik

Fakultatif

Proses Biologi
Algae: suply oksigen dalam sistem (merubah CO2 menghasilkan O2) Jamur/fungi: relatif lambat pertumbuhannya dan umumnya bekerja pada pH rendah Protozoa: predator dalam sistem Fermentasi: penguraian senyawa organik dimana elektron donor = elektron akseptor yang berasal dari organiknya sendiri (internal elektron akseptor): Organik Oksidasi organik
Elektron flow

Reduced Organik

Contoh: C6H12O6

2C2H6O + 2CO2

Proses Biologi
Jenis reaktor pertumbuhan m.o:
Tersuspensi: Lumpur aktif, kontak stabilisasi, oxydation ditch, dll Terlekat: Trickling filter, RBC, dll

Reaktor proses biologi berdasarkan ketersediaan oksigen bebas:


Aeobik (m.o yg terlibat adalah m.o aerobik):
Reaksi: CHONSP + O2 + nutrient Endogenous phase: m.o C5H7NO2 + O2 Pertumbuhan terlekat:

m.o

CO2 + NH3 + Sel (C5H7NO2) + produk lain

CO2 + H2O + NH3 + energi

media

Biologi Air buangan mass


organik

Udara
O2 CO2

end produk

Proses Biologi
Anaerobik: (biasanya digunakan pada konsentrasi COD > 10000 mg/L) Lemak Polysaccarida Protein Hydrolisis fatty acid mono Asam Amino

Fermentation Product (propionat, butirat) Methanogenik substrat (H2, methanol, acetate, dll)

Acidogenesis

Methanogenesis CH4 + CO2

Pertumbuhan Bakteri
lag log stasioner Endogenous

bakteri

Concentration Waktu

Makanan/substrat

Pertumbuhan Bakteri
Lag phase adalah:
Fase aklimatisasi Orde waktu dari jam hingga hari Tergantung dari terbiasanya dgn makanan yang tersedia, sehingga inokulum biasanya diambil dari air/tanah yg tercemar untuk mempersingkat tahap ini

Log Phase:
fase pertumbuhan eksponensial Terbatas krn makanan, kompetisi dan Over-crowding, dll):
dN/dt = kN, sehingga N = N0ekt, dimana N = jumlah m.o diproduksi

Stasionery phase: laju pembentukan sel = laju kematian sel Endogenous phase: makanan habis shg jumlah sel mati >>>

Pertumbuhan bakteri
Faktor lingkungan yg mempengaruhi pertumbuhan bakteri:
pH Temperatur Makro dan mikro nutrien Jenis bakterinya

Kuantifikasi Biomassa:
Berdasarkan kekeruhan/turbidity (umumnya pada A600): total bakteri Total Plate Count (TPC): sel hidup Suspended Solid test (VSS): total bakteri

Pers matematis pertumbuhan bakteri : Persamaan Monod (1920) = maksS/(Ks + S), dimana:
= laju pertumbuhan spesifik, 1/waktu S = konsentrasi substrat, mg/L Ks = half saturation konstant

Pertumbuhan Bakteri

maks

maks/2

Ks

S, mg/L

Pertumbuhan Bakteri
Rumus umum (heterotroph bacteria):
maks <, Ks > : less biodegradable maks >, Ks < : biodegradable Contoh:
Glukosa: maks = 0,37 0,77 dan Ks = 11 108 mg/L Skim milk: maks = 0,10 0,12 dan Ks = 100 110 mg/L

Autotroph bacteria dalam nitrifikasi:


maks << : lambat Ks <<: independent

Penentuan laju pertumbuhan dilakukan pada fase log:


dX/dt = kX, Xt = X0ekt sehingga k = ln Xt ln X0/(t t0) Dimana: X = biomassa t = waktu k = laju pertumbuhan

Persamaan Monod
Mencari harga k:
y = a + bx, dimana: y = ln (A600) x = waktu a = intial ln (A600) pd t = 0 b = gradien, k

Mencari harga Ks dan maks: persamaan Monod diubah menjadi persamaan double reciprocal: 1/ = (Ks/maks) (1/S) + 1/maks, sehingga:
Pada saat 1/S = 0, maka 1/ = 1/maks Pada saat 1/ = 0, maka (Ks/ maksS) = - 1/ -1/S = 1/Ks

Persamaan Monod
1/

1/Ks 1/maks 1/S

Persamaan Monod
Jumlah biomass dalam reaktor menerus:
dX/dt = kX kdX, kd = koefisien decay dX/dt = ((maksSX)/(Ks + S)) kdX

Makanan: Food consumption biomass production


dX/dt = rx = - y dS/dt, dimana y = decimal fraction yg menunjukkan perbandingan berat biomass per kg substrate: - Aerobik: 0,4 0,8 - Anerobik: 0,08 0,2 dS/dt = -rx/y = (maksSX)/y(Ks + S)

Activated Sludge
Kondisi steady-state, neraca massa:
Biomassa: biomass in + biomass growth = biomass out Food: food in food consumed = food out Q0, S0, X0 V, S, X Reaktor Q0 + Qr X, S Secondary Clarifier Qu, Xu Effluent Q0 Qw, Xe, S

Qr, Xu Sludge treatment Qw, Xu

Biomassa: Q0X0 + (((maksSX)/(Ks + S)) kdX) V = (Q0 Qw)Xe + QwXu Food: Q0S0 ((maksSX)/y(Ks + S))V = (Q0 Qw)S + QwS

Activated Sludge
X0 dan Xe sgt kecil dibandingkan di reaktor, X0 dan Xe 0, sehingga persamaan neraca massa biomass menjadi:
V (((maksSX)/(Ks + S)) kdX) = QwXu (maksS)/(Ks + S) = ((QwXu)/VX) + kd

Penyederhanaan neraca massa food:


(maksS)/(Ks + S) = ((Q0/V)(y/X)(S0 S)) kd note: V/Q0 = hydraulic retention time = (VX)/(QwXu) = c = sludge age (umur lumpur)

Susbtitusi persamaan neraca massa biomass dan food:


1/c = (y(S0-S)/X) kd X = (cy(S0-S))/( (1+kdc)) < X besar: tdk mungkin, sehingga apabila terlalu singkat: wash out dan tdk ada pertumbuhan (X turun) So mendekati S: tdk ada pengolahan

Activated Sludge
Operasional Activated Sludge: yg paling mudah diatur adalah sludge age (c, perbandingan antara jumlah lumpur yang berada dalam sistem dengan jumlah lumpur yang keluar dari sistem) dengan melakukan pembuangan lumpur Dalam reaktor Kontak-Stabilisasi:
X0, Q Vk, Xk Xe, Q

qw, Xs

Vs, Xs

c = VkXk + VsXs qwXs + XeQ

Ensimologi - 1
Ensimologi: ilmu yang mempelajari karakteristik dan perilaku ensim Ensim: katalis organik (biokatalis) yang dibentuk dari protein dan dihasilkan oleh sel makhluk hidup yang sensitif terhadap perubahan temperatur Keberadaannya:
Extra selular: bekerja diluar sel dengan tujuan untuk mereduksi senyawa2 kompleks sehingga mudah di dialisis oleh dinding sel Intra selular: untuk melangsungkan reaksi biokimia di dalam sel

Berdasarkan cara diproduksinya:


Konstitutif: diproduksi secara kontinu Indusif: diproduksi karena respon thd stimulus yang diaplikasikan dari luar

Nomenclature: diakhiri dengan ase, contoh dehalogenase atau sucrase yang merubah sucrosa menjadi glukosa dan fructosa

Ensimologi - 2
Aktivitas ensim tgt dari:
Kofaktor: struktur tambahan yang diperlukan oleh ensim
Logam Molekul organik

Temperatur: terlalu rendah inactive, terlalu tinggi denaturasi pH Mikro + makro nutrien Inhibitor dan inducer

Bidang TL:
Immobilisasi ensim Reaksi akan jauh lebih cepat Target: mineralisasi bukan biotransformasi

Ensimologi - 3
Kinetika ensim: Persamaan Michaelis-Menten Vx = Vmax Sx/(Sx + Km) Vmax = maksismum specific activity Km = Michaelis-Menten konstan Sx = Substrat Enzim Specificity: kemampuan ensim untuk mendegradasi senyawa yang serupa dengan substrat utamanya Enzim purifikasi: Proses pemurnian ensim dalam kaitannya dengan karakterisasi ensim

You might also like