You are on page 1of 3

Prinsip Anisotropy Resistivity Anisotrpy sejatinya adalah properti yang tergantung pada rarah, sebagai lawan dari isotropi

(keadaan serba sama), yang berarti sifat identik di semua arah. Hal ini dapat didefinisikan sebagai perbedaan, jika diukur di sepanjang sumbu yang berbeda, dalam sifat material fisik atau mekanis (absorbansi, indeks bias, konduktivitas dll). Dalam penerapannya pada prinsip Electrical Conduction, Mengingat bukti empiris yang mengenai terjadinya konduktivitas anisotropik di alam yang sangat besatr maka penggunaan distribusi konduktivitas anisotropik dalam pencitraan listrik sangat penting (Christopher C Pain, et al. 2003) Selain itu, Hervanger dkk (2001) menjelaskan bahwa inversi isotropik dalam media anisotropik dapat menghasilkan bukti yang jelas dan yang memetakan sisa (residual plot yaitu data sebagai fungsi dari sumber dan lokasi penerima) untuk ini isotropik Citra tomografi menunjukkan karakteristik berkorelasi pola yang merupakan indikator (diagnostik) dari anisotropi. Hasil ini juga menunjukkan bahwa tidak semua informasi tentang anisotropi dalam ruang nol-dari pemetaan invers. Oleh karena itu kami sangat percaya bahwa di masa depan akan inversi anisotropik akan sangat banyak digunakan.

Gambar 2. 1 Sketsa Penggunan Prinsip Anisotropi dalam Operasi Resistivitas

Secara matematis, Leon Thompson (2002) menggambarkan anisotropy sebagia matrik 6x6. Namun, yang menjadi permasalahan dalam dunia geofiska diperlukan sebuah transformasi yang mengubah dari anisotrpi menjadi isotrpis. Salah satu yang paling terkenal ialahg menggunakan Dar-Zarouk parameter. Namun, dalam laporan ini singkatnya parameter anisotropi dapat didapatkan melalui persamaan berikut

ini ukuran anisotropi sangat mirip dengan integran dalam definisi hukuman anisotropik (persamaan 2) kecuali bahwa telah dinormalisasi dengan konduktivitas rata kuadrat untuk mengubahnya menjadi kuantitas non-dimensi.

Problem yang ditemui dalam masalah Anisotropi Pada bagian ini dijelaskan hasil dari masalah dua dan tiga dimensi inversi sintetis yang dihasilkan. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kemampuan dan menunjukkan keterbatasan kualitas inversi yang disajikan. Menggunakan anomali prisma tunggal sebagai model uji, diselidiki pengaruh parameter penalti struktural dan anisotropi pada model inversi dan mendiskusikan pemilihan parameter ini. Menggunakan model yang sedikit lebih kompleks yang mengandung dua prisma berbentuk anomali dalam latar belakang homogen, kami menawarkan wawasan ke dalam sifat non-linear dari proses inversi. Akhirnya, kami menyajikan tes inversi menggunakan contoh tiga-dimensi yang mengandung dua zona fraktur berpotongan dengan sumbu utama dari tensor anisotropi selaras dengan pesawat patah. Pada contoh ini jelas menunjukkan kelayakan pencitraan listrik anisotropik dalam tiga dimensi untuk masalah dunia nyata berukuran. Contohnya adalah berikut

Gambar 2. 2 Problem Inversi 2D dari bentuk Prisma Tunggal

Geologi Regional Ledok, Cepu Secara selaras di atas Formasi Wonocolo terdapat Formasi Ledok. Trooster (1937) menganggap satuan ini sebagai anggota dari Formasi Globigerina, namun para peneliti sesudahnya menganggap berstatus formasi (Marks, 1957; Harsono, 1983). Formasi Ledok secara umum tersusun oleh batupasir glaukonitan dengan sisipan kalkarenit yang berlapis bagus serta batulempung yang berumur Miosen Akhir (N 16N 17). Posisi stratigrafi, umur dan litologinya dapat dilihat pada tabel III.1.

Ketebalan dari Formasi Ledok ini sangat bervariasi. Pada lokasi tipenya, yaitu daerah antiklin Ledok, ketebalannya mencapai 230 m. Di daerah sungai Panowan mencapai 160 m, sedangkan di sungai Cegrok tinggal 50 m. Batupasirnya kaya akan kandungan glaukonit dengan kenampakan struktur silang siur. Di beberapa tempat batupasir tersebut terutama tersusun oleh hanya oleh test foraminifera plangtonik dengan sedikit mineral kuarsa. Secara keseluruhan bagian bawah dari formasi ini cenderung tersusun oleh batuan yang berbutir lebih halus dari bagian atas, menunjukkan kecendrungan kondisi pengendapan laut yang semakin mendangkal (shallowing-upward sequence). Ke arah utara, seperti halnya Formasi Wonocolo, Formasi Ledok ini juga mengalami perubahan fasies menjadi batugamping dari formasi Paciran. Formasi Ledok mempunyai stratotype di antiklin Ledok Cepu tersusun oleh perselingan antara-batupasir glaukonitik dengan sisipan napal umur Akhir Miosen (Saultan Panjaitan, 2010).

You might also like