You are on page 1of 24

TEST FUNGSI KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI

FATIMATUZZAHRA 20070310105
KOAS STASE SYARAF RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

PRESEPTOR : dr. Murgyanto, Sp.S

Objectives
Mengenal berbagai fungsi serebelum serta menyelidiki ada tidaknya gejala gejala kerusakan fungsi serebelum.

Theoretical Review
Kerusakan organik maupun fungsional dari serebelum biasanya akan menampakkan suatu gejala gejala yang bisa diamati sebelum atau sesudah dilakukan suatu test tertentu. Gejala gejala yang ditimbulkan sesuai dengan fungsi maupun letak anatomis dari kerusakan yang terjadi.

KESEIMBANGAN
Keseimbangan tubuh dikendalikan oleh 3 sistem : 1. Sistem vestibuler reseptor : hair cells di labirin saraf aferen : N. Vestibularis 2. Sistem visual reseptorr : kerucut dan batang di retina saraf aferen : N. Optikus 3. Sistem somatosensori reseptor : proprioseptor di tendon, otot, sendi, saraf aferen : saraf perifer somatosensori

Cerebellum functions are :


a)

Fungsi koordinasi. Untuk membentuk suatu gerakan yang bertujuan secara fungsional, maka beberapa otot atau beberapa persendian harus terorganisasi dengan baik. Misalnya untuk membentuk kata kata yang baik diperlukan koordinasi berbagai macam otot / persendian seperti otot otot laring, otot mulut ataupun respirasi. Tidak adanya koordinasi dari beberapa persendian kita kenal dengan istilah dissarti. Dapat juga hilangnya koordinasi gerakan ini akan menimbulkan apa yang disebut ataxia, yaitu suatu kelainan yang disebabkan tidak adanya koordinasi karena adanya gangguan kecepatan, luas, kekuatan serta arah dari gerakan. Dysmetria.flv

Cerebellum functions are...


b) Fungsi keseimbangan dan orientasi ruangan.

Seseorang untuk mengetahui posisinya dalam suatu ruang atau keseimbangan tubuh, maka impuls dari propioseptor yang terletak pada persendian, otot, dan lain lain serta serebelum harus baik. Gangguan Seseorang tidak dapat mengenal posisinya dalam suatu ruangan, kita kenal sebagai astereognasi. Lintasan serabut afferent ke serebelum berasal dari informasi propioseptik dan sensorik dari semua bagian tubuh. Selain itu serabut afferent serebelum juga berasal dari semua daerah motorik korteks serebri melalui nuclei Pons. Gangguan gangguan ini bisa di test dengan test Romberg atau test Adiadokokinesis. Stereognosis.mp4

Cerebellum functions are...


c) Fungsi penghambat / pendamping.

Impuls yang datang ke serebelum dari korteks motorik sebelum akan dihambat / damping. Gangguan fungsi penghambat ini terlihat pada tidak mampunya mengeram / menghentikan gerakan dengan cepat pada test Rebound atau post pointing test penderita selalu overshoot. Overshoot ialah bila seseorang mau menunjukan titik tertentu selalu melebihi apa yang dituju. Ketidakmampuan untuk menilai jarak ini disebut juga sebagai disantri. Ciri khas lain pada kerusakan serebulum ialah adanya intensi tremor, yaitu tremor yang terjadi sewaktu gerak volunteer. Sebaliknya tremor akan hilang bila penderita itu diam.

A. FUNGSI KESEIMBANGAN
1.

TEST ROMBERG 1. Pemeriksa berdiri dalam jarak dekat untuk menjaga bila pasien jatuh. 2. Mintalah pasien berdiri dengan kaki berhimpitan dan kedua lengan di sisi tubuh 3. Kedua mata pasien terbuka dan kemudian mintalah matanya dipejamkan. 4. Normal adanya gerakan tubuh dengan sedikit bergoyang 5. Bila pasien jatuh ke belakang karena hilangnya keseimbangan ( test romberg positip ) Part 1 Falling with eyes closed.mp4

FUNGSI KESEIMBANGAN...
2.

TEST SATU KAKI 1. Mintalah pasien berdiri pada satu kaki dengan mata tertutup 2. Kedua lengan lurus dan tetap di sisi tubuh. 3. Ulangi prosedur ini pada kaki satunya. 4. Normal keseimbangan berkisar 5 detik dengan sedikit goyangan tubuh 5. Penyimpangan apabila pasien menggerakkan badan dan mengayunkan kakinya untuk mencegah agar tidak jatuh
Cincinnati TPI Golf Fitness, Dr. Todd Elwert - Single Leg Balance Test.mp4

B. FUNGSI KOORDINASI
1. TEST MENYENTUH HIDUNG (PAST POINTING TEST) 1. Demonstrasikan setiap manuver ini terhadap pasien dan minta pasien mengulanginya. 2. Perhatikan kehalusan dan keseimbangan gerakan tersebut untuk memeriksa fungsi motor halus. 3. Mintalah pasien mengekstensikan lengan ke luar sisi tubuh dan sentuhkan setiap jari ke hidung. 4. Mintalah pasien melakukan dengan mata terbuka dan kemudian dengan mata terpejam. 5. Normal pasien dapat menyentuh hidung secara bergantian. 6. Penyimpangan terjadi apabila pasien tidak mempunyai kemampuan menyentuh hidung, gerakan tidak terkordinasi, tampak kaku, lambat dan tidak teratur.

FUNGSI KOORDINASI...
2. TEST MENEMPATKAN TUMIT KAKI (DISDIADOKOKINESIS) 1. Posisi pasien terlentang/duduk dengan mata tertutup. 2. Mintalah pasien untuk menempatkan tumit salah satu kaki keatas tulang kering atau tibia kaki satunya. 3. Turunkan tumit tersebut dari tulang kering ke ujung kaki lainnya. 4. Normal pasien dapat menggerakkan tumit kakinya keatas atau kebawah pada bagian atas tulang tibia kaki yang lainnya dalam satu garis lurus dengan teratur. 5. Penyimpangan terjadi apabila pasien sulit melakukan gerakan ke atas atau kebawah, gerakan tampak tidak teratur, kaku, sering menyimpang kesamping dan tidak lurus.

FUNGSI KOORDINASI...
3. Test Adiodokokinesis.

Secara normal orang dapat melakukan gerakan pronasi dan supinasi secara berulang ulang dan cepat atau orang dapat menaikan tanganya dan menurunkan tanganya berulang ulang dan cepat. Bila ada kerusakan dari serebelum maka kemampuanya untuk mengetahui posisi dari bagian tubuh yang bergerak tidak ada, akibatnya gerakannya tidak teratur.

4.

TEST GAYA BERJALAN 1. Mintalah pasien berjalan tanpa alas kaki mengelilingi ruang periksa. 2. Mintalah pasien berjalan dengan mata terbuka dan kemudian dengan mata tertutup. 3. Amatilah rangkaian gaya berjalan dan gerakan dari lengan, adanya kaki terseret, berjalan dengan ibu jari kaki, telapak kaki terangkat dengan lemah. keterlambatan/ kelainan pertumbuhan tungkai, terjadinya gaya berjalan yang limbung/tidak seimbang. 4. Normal tumit yang pertama menyentuh lantai, kemudian seluruh bagian kaki 5. Tumit kedua menekan dan melayang dari lantai 6. Berat badan berpindah dari tumit pertama ke pusat kaki 7. Ayunan tungkai meningkatkan kecepatan saat berat badan pindah dari kaki kedua 8. Kaki kedua mengangkat dan melangkah mendahului kaki pertama yang masih menahan berat badan dan mengayun

FUNGSI KOORDINASI...
9. Kaki kedua menurun kecepatannya dalam mempersiapkan sentuhan tumit selanjutnya 10. Tidak normal bila panggul dan lutut terangkat terlalu tinggi untuk menaikan kaki dan plantar fleksi dari tanah (Steppage) 11. Gerakan seperti kejang dan tidak terarah (Distonik) 12. Tungkai jauh terpisah dengan berat badan berpindah dari sisi satu kelainnya seperti gerak bebek (Distropik).

FUNGSI KOORDINASI...
5. Test Intense Tremor

Kerusakan serebelum pada saat melakukan gerakan terutama pada saat hampir sampai ke tujuan terjadi tremor (gerakan yang halus dan cepat, involunter) karena fungsi samping serebulum hilang. Tremor terjadi bila nuclei dentatus atau brachium konjungtivum rusak. Ini khas kerusakan pada serebulum.

C. FUNGSI PENGHAMBAT
1. Test Rebound

Orang dengan kerusakan serebelum diminta untuk mengkontraksikan lenganya kuat kuat. Sementara orang lain menahanya tetapi kemudian di lepaskanya,maka lengan itu akan melayang dengan kuat sampai memukul mukanya sendiri. Ini karena kontraksi otot otot antagonisnya tidak terjadi oleh karena kerusakan serebelum.

FUNGSI OTONOM
Adalah bagian susunan saraf tepi yang mengurus semua proses

badaniah yang involuntar dan homeostasis yang timbul secara reflektorik, seperti vasodilatasi-kontriksi, bronkhodilatasibronkhokontriksi, peristaltik, berkeringat, merinding, dan seterusnya, sehingga pasien dapat beradaptasi dengan lingkungannya Meskipun disebut sebagai autonom, sistem saraf ini sendiri tidaklah sepenuhnya bersifat autonom. Artinya bahwa aksi sistem saraf ini dipengaruhi oleh korteks serebri yang akan memberikan pengarahan secara reflektorik

SARAF PARASIMPATIS
Preganglionik parasimpatik sistem saraf timbul

dari sel bodies dari inti motorik nervus kranialis III, VII, IX, X pada batang otak dan dari segmen korda spinalis sacral kedua, ketiga, dan keempat. Disebut juga sebagai jalur kranio-spinal/kranoisakral. Nervus kranialis III, VII, dan IX mempengaruhi pupil dan sekresi glandula salivarius, sementara nervus vagus (X) membawa serabut saraf ke jantung, paru, lambung, upper intestine dan ureter. Serabut sacral membentuk pleksus yang menginervasi colon distal, rektum, vesica urinaria, dan organ reproduksi.

SARAF PARASIMPATIS...
Secara fisiologis, sistem parasimpatis lebih digunakan pada

penyimpanan dan pemulihan energi, oleh karena itu, maka akan mengurangi frekuensi detak jantung dan tekanan darah, menghambat lancarnya penghantaran impuls melalui jaras atrioventikular, memfasilitasi digestif dan absorpsi nutrien, maka dari itu akan mengekskresikan produk buangan, menyempitkan diameter pupil, melebarkan pembuluh darah, menyempitkan lumen bronkioli, menggalakkan sekresi air liur dan air mata, menggalakkan peristaltik dan melonggarkan sfinkter saluran pencernaan, menggalakkan otot detrusor kandung kemih, dan sekresi insulin, sehingga menurunkan gula darah.

SARAF SIMPATIS
Badan neuron yang menjulurkan serabut preganglionar simpatetik terletak

di semua segmen torakal ,dan lumbal 1 dan 2. Aktifitas simpatetik akan melebarkan diameter pupil, melebarkan fisura palpebralis, meningkatkan denyut jantung, memperlancar penyaluran impuls melalui jaras atrioventrikuler, penyempitan lumen (kontriksi) hampir semua pembuluh darah, terutama yang menuju ke kulit dan viscera abdominal, tetapi melebarkan lumen (dilatasi) arteri koronaria, menghambat peristaltik saluran pencernaan, mengeratkan sfinkter saluran pencernaan, menghambat otot detrusor kandung kemih, membangunkan bulu kulit, menggalakkan sekresi keringat dan adrenalin (epinefrin) dan meningkatkan gula darah dengan jalan glikogenolisis hepar.

GANGGUAN SARAF AUTONOM PERIFER


Gangguan fungsi vegetatif inkontinensia

Gangguan vegetatif pada kulit piloereksi

tidak terjadi meskipun kulit dirangsang Hiperhidrosis Migrain Akalasia dan otot sfingter aganglionik Gangguan pada pupil

GANGGUAN SARAF AUTONOM PUSAT


Hilangnya regulasi makan dan minum

Regulasi suhu terganggu


Gangguan neurohormone

Referensi Guidlines on Neuromusculoskeletal Blocks, UMY 2009

You might also like