Professional Documents
Culture Documents
Definisi : 1. Alexander : Emulsi adalah suatu dispersi yang sangat halus dari suatu cairan kedalam suatu cairan yang lain. 2. Clayton : Emulsi adalah suatu sistem yang terdiri 2 fase cair, yang satu terdispersi dalam yang lain sebagai globul (butir-butir kecil) 3. Mc. Bain : Emulsi adalah suatu tetes-tetes kecil cairan yang terdispersi dalam cairan yang lain dan dapat dilihat dibawah mikroskop.
EMULSI
Definisi : 4. P. Becher : Emulsi adalah suatu sistem heterogen terdiri dari 2 cairan yang tidak bercampur, yang satu terdispersi didalam yang lain dalam bentuk tetes-tetes kecil yang mempunyai diameter pada umumnya > 0,1 m. Dalam bidang farmasi: Campuran homogen dari 2 cairan yang dalam keadaan normal tidak dapat bercampur (fase air dan fase minyak), dengan pertolongan suatu bahan penolong yang disebut emulgator.
Dalam sistem dispersi : fase dispers fase intern fase diskontinyu vs vs vs medium dispers fase ekstern fase kontinyu
Fase yang berair : dapat terdiri dari air atau campuran sejumlah substansi hidrofil seperti : alkohol, glikol, gula, garam mineral, garam organik dll. Fase yang berminyak : fase organik padat/cair, dapat terdiri dari substansi lipofil spt : asam lemak, alkohol asam lemak, lilin, zat-zat aktif liposolubel dll.
Tipe emulsi : a. Tipe o/w : minyak/air b. Tipe w/o : air/minyak c. Tipe w/o/w : air/minyak/air d. Tipe o/w/o : minyak/air/minyak
C (brij-35)
Sol m/a
mikroemulsi
emulsi
A (air)
B (par.cair)
Tegangan Muka
udara Cairan
Hasil dari gaya tersebut (resultante) adalah ke arah dalam dan mempunyai tendensi menarik molekul di permukaan ke dalam cairan, sehingga terjadi kontraksi permukaan.
Tegangan muka:
Gaya yang harus dipergunakan secara paralel pada permukaan tersebut untuk melawan dorongan ke arah dalam, dinamakan tegangan muka dari cairan. Ini dinyatakan dalam : Newton per meter (N/m) Atau Dyne/cm (dalam sistem cgs) 1 dyne/cm = 1 mN/m
A l
D' F d
C'
AB = l AD = d Luas lapisan film ABCD = 2.l.d (dikalikan 2 karena mempunyai permukaan rangkap).
Kerja adalah
W = F. d 1)
Apabila adalah gaya yang ada tiap unit panjang ( =F/l), maka gaya : F = 2..l (kali 2 karena 2 muka) W = F. d = 2. .l. d Pertambahan permukaan/surface = 2.l. d = s (2 muka) W = . s = W ................. 2) s
maka tegangan muka, , dapat diartikan sebagai kerja (dalam Joule) yang diperlukan untuk mendapatkan 1 m2 permukaan / surface. Atau tegangan muka dapat juga diartikan sebagai perubahan energi bebas permukaan tiap unit permukaan yang dihasilkan.
Minyak dispersi air antar muka = 1 cm2; Vol minyak 1 ml Vol air 1 ml apabila partikel = 1 m jml partikel = 1,909 x 109 Luas antar muka = 6 x 104 cm2
Na+
Apapun asal dari muatan listrik, disekitar partikel dapat diskemakan sbb : (misalkan partikel bermuatan negatif)
b c p + + - + - + + - + a + - + - + - + - + r + + - + - + - + - + + t + - + - + - - + + - + - + k + + - + - - + - - + - + e + - + - + - - + - + + l + + - + - + - + - +- - + a' b' c' --|----1----|----------------2---------------|--------|------------------3------------------------|------a 1. lap stern 2. lap difuse 3. difuse rangkap
Keterangan:
Dengan tidak adanya gerakan termik (gerakan Brown) ion-ion yang berlawanan yang terdapat pada larutan akan menetralkan segera muatan partikel dengan cara penempelan. Dengan adanya gerakan Brown, sebagian dari muatan saja yang dapat langsung dinetralkan dengan cara adsorpsi ion yang berlawanan (counter- ion).
Keterangan:
Dalam lapisan difuse dari partikel, terdapat kelebihan ion-ion yang berlainan dengan partikel, namun juga terdapat ion-ion yang bermuatan sama. Ini dikarenakan adanya energi kinetik yang dihasilkan oleh gerakan Brown yang lebih besar dari pada gaya tolak antara ion-ion yang bermuatan sama yang ada pada tempat tersebut.
Lapisan stern dan lapisan difuse bersama-sama membentuk lapisan difuse rangkap
a o b c
jarak
PERUBAHAN POTENSIAL LISTRIK 1. Perbedaan potensial antara permukaan partikel dan titik penetralan (pada garis c-c') o. Potensial ini disebut potensial Nernst, yaitu muatan total dari partikel. Penurunan agak tajam dari potensial dalam lapisan stern yang disebabkan adanya penetralan sebagian dari counter-ion. Penurunan secara progresif dari potensial dalam lapisan difuse sampai mencapai penetralan (pada garis c-c'). Perbedaan antara lapisan stern (b-b') dan titik penetralan (c-c') disebut zeta potensial z, atau potensial elektrokinetika dari partikel.
2.
3.
EMULGATOR.
Dalam bidang farmasi, emulgator yang sering dipergunakan sebagai bahan tambahan dapat digolongkan dalam jenis sbb : 1. Surfaktan/SAA 2. Hidrokoloid. 3. Zat padat halus yang terdispersi.
1. Surfaktan/SAA. Surfaktan : diskripsi ? O C17H35 - C - O - Na Berdasarkan atas muatan yang dihasilkan kalau zat ini ter-hidrolisa dalam air: a. Surfaktan anionik. b. Surfaktan kationik. c. Surfaktan amfoterik. d. Surfaktan non-ionik.
a. Surfaktan anionik.
inkompatibilitas: ? Jenis: a). Karboksilat. [ R-COO ]
a. Surfaktan anionik.
inkompatibilitas: ? Jenis: c). Sulfonat. O R-S-O O d). Fosfat. O R-O-P=O O Contoh : Ester ortofosfat dari alkohol asam lemak
Contoh :
b. Surfaktan kationik.
inkompatibilitas: ? Ammonium kwarterner R2 R1 - N - R3 R4 + X R1, R2, R3 dan R4 = radikal alkil yg. sama atau berlainan. X = Cl-, Br- atau JCetrimide atau CTAB (Cetil trimetil amonium bromida)
Contoh :
c. Surfaktan amfoterik.
CH2 - OOC - R | CH - OOC - R | + CH2 - O - P - O - CH2 - CH2 - N | O Contoh : Lecithin.
(CH3)3
d. Surfaktan nonionik
a). Ester gliserol. CH2 O OC R CH OH CH2 OH b). Ester glikol. CH2 O OC R (CH2)n CH2 OH
d. Surfaktan nonionik
c). Derivat Polietilenoksida (PEO). 1. Ester asam lemak dari PEG (Mirj) CH2 O OC R (CH2 O CH2)n CH2 OH 2. Ester alkohol lemak dari PEG (Brij) CH2 O R (CH2 O CH2)n CH2 OH
d. Surfaktan nonionik
c). Derivat Polietilenoksida (PEO). 3. Ester dari sorbitan. CH2 - OH CH2 CH2 HC-OH HC-OH HC-OH HO-CH -H2O HO-CH O R-COOH HO-CH O HC-OH HC HC HO-CH HC-OH HC-OH CH2-OH CH2-OH CH2-O-OC-R Sorbitol 1,4-sorbitan Span (arlacel)
d. Surfaktan nonionik
c). Derivat Polietilenoksida (PEO). 3. Ester dari sorbitan. CH2 HC-O-(C2H4O)w-H H-(C2H4O)x-O-CH O HC HC-O-(C2H4O)y-H CH2-O-(C2H4O)z-OC-R Sorbitan monoester PEO (Tween)
(CH2-CH2-O)n
n=w+x+y+z
Span dan Tween diberi nomer yang menunjukkan jenis rantai asam lemak yang meng-ester-kan sorbitan, misalnya : 20 Asam laurat (C 12) 40 Asam palmitat (C 16) 60 Asam stearat (C 18) 80 Asam oleat (C 18=) 65 Tri stearat 85 Tri oleat 83 Sesqui oleat (2 inti sorbitan untuk 3 asam lemak)
PERHITUNGAN HLB
Menurut Griffin perhitungan HLB adalah : HLB = 20 ( 1 - S ) A dimana S = Bilangan ester. A = Bilangan asam dari asam bebas nya.
Untuk produk dimana bagian hidrofil terdiri dari PEO (polietilenoksida) yaitu yg bersifat hidrofil, maka rumus untuk menghitung HLB adalah : HLB = E 5 E = harga % berat EO Atau: HLB = 1/5 dari % berat bagian hidrofil. Secara teoritis bila suatu surfaktan non-ionik terdiri dari 100% bagian hidrofil (dalam kenyataannya tidak ada) seharusnya akan didapatkan 100. Namun supaya nilainya tidak terlalu tinggi, dikalikan 1/5 supaya memudahkan penggunaannya, menjadi 20.
KELARUTAN SURFAKTAN DALAM AIR Tergantung hidrofili dari surfaktan, maka surfaktan mempunyai kelarutan yang berlainan. Sifat kelarutan atau terdispersinya dalam air dapat juga dipergunakan untuk memperkirakan harga HLB surfaktan, yaitu bila : HLB 1. Tak terdispersi dalam air 1 - 4 2. Terdispersi dengan kasar 3 - 6 3. Seperti susu dengan penggojogan kuat 6 - 8 4. Dispersi seperti susu dan stabil 8 - 10 5. Terjadi dispersi yang translusid 10 - 13 6. Terjadi larutan jernih > 13
HLB CAMPURAN SURFAKTAN Selain HLB campuran surfaktan dapat dihitung, surfaktan dapat saling diganti dan nilai HLB nya merupakan aditif artinya berapapun nilai HLB dan jenisnya HLB campuran merupakan jumlah dari masing-masing nilai HLB nya.
HLB Optimum untuk emulsi o/w.(contd) -----------------------------------------------------------------------------------------Nama HLB N a m a HLB -----------------------------------------------------------------------------------------Isodesil alkohol 14 Lauril alkohol 14 Etil benzoat 13 Cotton oil 6 Klorobenzen 13 Cera carnauba 12 Parafin padat 10 Sikloheksana 15 Oleum ricini 14 Minyak mineral aromatik 12 Minyak mineral parafin 10 Kerosen 14 Lanolin anhidrat 12 Metil silikon 11 Vaselin 7 - 8 Xylen 14 Esense mineral 14 Klor parafin 8
Apabila HLB optimum emulsi parafin tipe o/w adalah 10 artinya bhw surfaktan/campuran-surfaktan dg HLB 10 dapat menghasilkan emulsi parafin tipe o/w lebih stabil dibandingkan dengan harga HLB selain 10. Tidak semua jenis surfaktan menghasilkan emulsi yang sama walaupun dipergunakan pada HLB 10 jenis surfaktan dapat mempengaruhi hasilnya. Apapun jenis surfaktan yang dipergunakan, harga 10 adalah harga yang paling baik untuk jenis surfaktan yang sama.
Misal: fase minyak 20%, emulgator surfaktan 5%, Air 75% Surf kombinasi Tween-80 (HLB 16) dan Span-80 (HLB 4,6) Tahap 1: T-80 S-80 HLB F-1 100 0 16 F-2 80 20 13,7 F-3 60 40 11,4 F-4 40 60 9,2 F-5 20 80 6,9 F-6 0 100 4,6 bag bag
Tahap 2: T-80 S-80 HLB F-1 70 30 12,6 F-2 65 35 12 F-3 60 40 11,4 F-4 55 45 10,8 F-5 50 50 10,2 F-6 45 55 9,6 bag bag
Misal yg paling bagus: F-5 emulsi paling baik pada HLB 10,2
Tahap 3: F-1 T80 S80 10,2 F-2 T60 S60 10,2 F-3 T40 S40 10,2 F-4 T20 S20 10,2
HLB
Misal yg paling bagus: F-2 emulsi paling baik pada HLB 10,2 dengan kombinasi Tween-60 dan Span-60
METODE EKSPERIMENTAL UNTUK DETERMINASI HLB Walaupun cara tsb dpt digunakan mendeterminasi sejumlah surfaktan non-ionik, beberapa surfaktan terutama yg tdr der. propilen-oksida, butilen-oksida dan nitrogen atau sulfur tidak menunjukkan hubungan dg komposisinya. Dengan kata lain cara tsb tidak cocok digunakan dalam menghitung HLB surfaktan non-ionik yang dipergunakan berasal dari golongan tsb. HLB dari surfaktan ionik tidak mengikuti rumus perhitungan persentase berat tsb. walaupun bagian hidrofil dari surfaktan ionik mempunyai persentase berat yang kecil terionkan kuat dan memberikan hasil yang lebih hidrofil.
METODE EKSPERIMENTAL UNTUK DETERMINASI HLB Bila menghitung HLB surfaktan golongan ionik, ia harus dianggap sebagai surfaktan non-ionik, HLB ditentukan secara eksperimental. HLB surfaktan ionik tidak menunjukan gambaran persentase berat bagian hidrofil-nya. Contoh : HLB Na-lauril-sulfat adalah 40. tidak berarti mempunyai bg hidrofil sebanyak 200%, bahwa HLB 40 ditetapkan dg menggunakan kombinasi dengan surfaktan nonionik yang lain yg telah diketahui HLB nya, dipergunakan mengemulsikan minyak yg HLB optimum nya telah diketahui.
2. HIDROKOLOID
Emulgator hidrokoloid menstabilkan emulsi membentuk lapisan yang rigid/kaku, bersifat viskoelastik pada permukaan minyak-air. Zat ini bersifat larut dalam air membentuk emulsi tipe o/w.
Prinsip mekanisme penstabilan emulsi tersebut adalah : 1. Pembentukan lapisan viskoelastik di permukaan minyak-air. 2. Penaikan viskositas miliu. 3. Pembentukan agregat dengan cara adsorpsi makromolekul yang sama pada permukaan partikel hubungan jembatan hidrokarbon.
2. HIDROKOLOID
Yang termasuk emulgator hidrokoloid : 1. Gom : Gom arab; tragacanth. 2. Ganggang laut : Agar-agar; alginat; caragen. 3. Biji-bijian : Guar gum. 4. Selulosa : Karboksimetilselulosa (CMC); metilselulosa (MC). 5. Collagen : Gelatin. 6. Lain-lain : polimer sintetik,; protein; dll.
Jika PA < PM, cos pos. <90o terbasahi air Jika PM < PA, cos neg. >90o terbasahi oil Teoritis jika PA = PM cos = 0 atau = 90o air dan minyak.
Makin halus padatan, semakin naik sifat sebagai emulgator. oksida-oksida atau hidroksida yang dibuat baru (recente paratus) dan hidrat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan bentuk keringnya. Contoh : - Mg, Al, Ca hidroksida. - Mg trisilikat. Clay/tanah liat seperti grup montmorillonit (bentonit,veegum, laponite), membentuk emulsi tipe o/w. Carbon hitam sebaliknya membentuk emulsi tipe w/o
PEMBUATAN EMULSI:
1. Cara pencampuran 2. Alat yang digunakan
b). Surfaktan telah tersedia Minyak + surfaktan (misalnya Tween dan Span) 60o - 70o C Air (60o-70oC) + kan porsi/porsi diaduk hingga tbt emulsi Dinginkan sampai temperatur kamar sambil diaduk. Temperatur dinaikkan supaya viskositas masa turun, sehingga mempermudah pengadukan. Dengan demikian akan mempermudah terjadinya emulsifikasi. Contoh: R/ Parafin cair Tween 80 Span 80 Air ad 20 3,5 1,5 100
Dibuat musilago dari emulgator dengan sebagian air Minyak dan air ditambahkan sedikit demi sedikit secara bergantian sambil diaduk. Contoh: R/ Parafin cair CMC-Na Air ad 10 1,5 100
Pengawetan emulsi.
Pd emulsi/suspensi karena sifat bahan yang digunakan sering mudah ditumbuhi mikroba menggunakan bahan yang sedikit terkontaminasi oleh mikroba menambahkan preservative/pengawet. Pengawet sebaiknya mempunyai sifat : - toksisitas rendah, - stabil (dalam panas dan penyimpanan) - dapat campur dengan bahan lain, - efektif sebagai antimikroba. Selain karena mikroba, emulsi dapat juga rusak karena oksidasi pengawet dapat berupa antioksidan.
1. Pengaduk (mixer)
Mekanisme Pengecilan ukuran partikel ? Efektivitas penghomogenan Terjadinya buih: Problema Cara mengatasi
Untuk menghindari ini bisa dilakukan a.l. : a. Dengan memasang 4 buffle dengan posisi 90o masing-masing mempunyai lebar + 1/12 diameter tempat pencampuran. b. Dengan memasang sudip yang ditaruh didinding (untuk volume kecil). c. Pengaduk ditempatkan ketepi atau dimiringkan.
1. Pengaduk (mixer)
1. Pengaduk (mixer)
2. Blender
Perbedaan dengan mikser? Mekanisme Pengecilan ukuran partikel ? Efektivitas penghomogenan
3. Homogenizer.
Mekanisme Pengecilan ukuran partikel ? Cara ini sangat efektif sehingga bisa didapatkan diameter partikel rata-rata < 1 um Efektivitas penghomogenan Cara menaikkan efektivitas penghomogenan
4. Colloid mill.
Mekanisme Pengecilan ukuran partikel ? Efektivitas penghomogenan Cara menaikkan efektivitas penghomogenan
5. Ultrasonik.
Mekanisme Pengecilan ukuran partikel ? Efektivitas penghomogenan Cara menaikkan efektivitas penghomogenan Alat ini cocok untuk pembuatan emulsi yang cair atau dengan viskositas menengah.
1. Creaming.
Peristiwa creaming flokulasi
1. Creaming.
Peristiwa creaming flokulasi
2. Breaking.
Emulsi pecah/breaking 1. Koalesensi 2. Ostwald Ripening
Koalesensi
2. Breaking.
Emulsi pecah/breaking 1. Koalesensi 2. Ostwald ripening
Ostwald ripening
3. Inversi.
Penyebab peristiwa : suhu, komposisi bahan penyusun emulsi. Hanya terjadi pada : emulsi yang menggunakan surfaktan sebagai emulgatornya, dan pada suatu harga HLB yang dekat dengan perubahan sifat hidrofil dan lipofil. Pada emulsi dengan emulgator hidrokoloid peristiwa ini hampir tidak pernah terjadi karena hidrokoloid lebih ber-sifat hidrofil.
KONTROL EMULSI.
1. Determinasi tipe emulsi. a. Metoda pengenceran : b. Metoda pewarnaan : c. Konduktibilitas elektrik : Bila emulsi dapat menghantar aliran listrik maka emulsi tersebut bertipe o/w. Sebaliknya bila tidak menghantar listrik bertipe w/o. Jika suatu emulsi distabilkan dengan surfaktan nonionik kemungkinan konduktabilitasnya lemah sekali. Untuk mendeteksi dapat ditambahkan NaCl.
KONTROL EMULSI.
2. Distribusi granulometrik. Diameter rata-rata maka ini bisa untuk mengevaluasi kestabilan emulsi vs waktu. Koalesensi diameter rata-rata lebih besar Distribusi granulometrik 1. Mikroskopik : Dengan menggunakan mikrometer baik secara visual dengan mata atau dengan bantuan komputer. 2. Optik : dengan alat difraksi sinar 3. Elektronik : dengan Coulter Counter, namun ini sulit dilaksanakan untuk emulsi tipe w/o 4. Sentrifugasi : cara ini berdasarkan rumus Stokes, dengan menghitung perbedaan bobot jenis tiap fraksi emulsi. Dengan cara ini dapat diketahui distribusi ukuran partikel nya.
KONTROL EMULSI.
3. Determinasi sifat rheologi. - Sifat rheologi emulsi penting perubahan konsistensi dapat disebabkan karena proses : fabrikasi atau penyimpanan, sehingga dapat mempengaruhi pemakaiannya. Misal : mudah tidaknya penggunaan pada parenteral, ketepatan pengambilan dosis, kemudahan dan regularitas pengisian, kemudahannya dalam penggunaan pada kulit untuk produk kosmetika dsb. - Dalam hal stabilitas fisika, perubahan viskositas akan mempengaruhi pengendapan ataupun terjadinya creaming - Tidak hanya viskositasnya saja namun setiap perubahan sifat rheologi akan mempengaruhi kestabilan emulsi.
Banyak faktor yang mempengaruhi sifat alir dari emulsi 1. Fase intern :
a. Fraksi volume. b. Interaksi partikel : flokulasi, koalesensi. c. Ukuran partikel. d. Viskositas fase intern. e. Jenis kimia.
2. Fase ekstern :
Viskositas yang tergantung pula pada susunan kimia, adanya pengental, elektrolit, pH dll.
3. Emulgator.
a. Jenis kimia. b. Konsentrasi. c. Ketebalan dan sifat rheologi dari film antarmuka kedua fase.
KONTROL EMULSI
4. Test penyimpanan yang dipercepat. Test ini dimaksudkan untuk memperpendek waktu pengamatan suatu sediaan emulsi. Ada beberapa cara test pada penyimpanan yang dipercepat : 1. Temperatur 40-60oC : penyimpanan pd suhu relatif lebih tinggi, viskositas menurun tergantung sifat emulsi. Penurunan viskositas akan mempengaruhi kestabilan fisika emulsi. 2. Sentrifugasi : pengusingan kecepatan tertentu menaikkan harga g (gravitasi) pada rumus Stokes. terjadi pemisahan partikel yang lebih cepat pula. 3. Shock termik : disimpan suhu tinggi dan rendah bergantian pd wkt tertentu 60oC 1 hari 4oC 1 hari. Diulangi 4 kali, kmd diamkan suhu kamar dilakukan pembacaan hasil.