Professional Documents
Culture Documents
Ben99
Sanksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Tentang Perubahan atas Undangundang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau detjda paling banyak Rp 1 OO.OOO.OOO,- (seratus juta rupiah). Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang 2. hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 50.000.000,-(lima puluh juta rupiah).
THOMAS HARIS
THE SILENCE OF THE LAMBS by Thomas Harris Copyright 1988 by Yazoo Fabrications, Inc. All rights reserved including the right of reproduction in whole or in part in any form.
Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta Isi di luar tanggung jawab percetakan
Bab Satu
Ilmu perilaku, seksi FBI yang menangani pembunuhan berantai, terletak di lantai dasar gedung Academy di Quantico, setengah terbenam di dalam tanah. Clarice Starling tiba di sana dengan wajah merona merah setelah berjalan cepat dari Hogan's Alley di lapangan tembak. Beberapa batang rumput masih tersangkut di rambutnya, dan pada jaket seragam FBI Academy-nya pun terdapat noda-noda hijau bekas rumput, karena ia tiarap dalam latihan menembak tadi. Di ruang tunggu tidak ada siapa-siapa, sehingga ia menyempatkan diri mengamati bayangannya pada pintu kaca. Ia tahu ia dapat tampil baik tanpa berdandan. Tangannya masih berbau mesiu, namun tak ada waktu untuk cuci tangan. Kepala Seksi Crawford telah menegaskan kata sekarang ketika menyuruhnya datang. Jack Crawford ternyata seorang diri di ruang kerja bersama yang penuh sesak. Ia sedang menggunakan telepon di meja orang lain, dan untuk pertama kali setelah satu tahun, Starling sempat mengamati pria itu. Apa yang dilihatnya membuatnya prihatin.
Biasanya Crawford tampak seperti ahli teknik setengah baya yang fit, tipe orang yang mungkin membiayai pendidikannya di perguruan tinggi dengan bermain baseballcatcher andal yang garang dalam menjaga plate. Namun kini ia kelihatan kurus, kerah kemejanya longgar, dan kulit di bawah matanya yang merah tampak menggembung. Setiap orang yang bisa membaca koran tahu bahwa seksi Ilmu Perilaku tengah disorot. Starling berharap Crawford tidak kecanduan alkohol. Tapi di sini, kemungkinan tersebut sangat kecil. Crawford mengakhiri percakapan teleponnya dengan membentak, "Tidak." Kemudian ia meraih map yang dikepitnya dan membukanya. "Starling, Clarice M., selamat pagi," ujarnya. "Halo." Starling tersenyum tipis, sekadar menjaga tata krama.. "Jangan kuatir. Tidak ada masalah apa-apa. Kau tidak kaget karena dipanggil kemari, bukan?" "Tidak." Siapa yang tidak waswas kalau begini? Starling bertanya dalam hati. "Menurut para instruktur, kemajuanmu cukup bagus. Kau termasuk siswa terbaik di kelasmu." "Mudah-mudahan. Mereka tidak pernah mengumumkan hasil yang kami capai." "Aku suka bertanya pada mereka dari waktu ke waktu." Pernyataan ini mengejutkan Starling; semula ia menganggap Crawford sebagai petugas rekrut yang tidak peduli pada kemajuan para siswa baru. Ia bertemu Agen Khusus Crawford ketika pria itu tampil sebagai pembicara tamu di University of Virginia. Mutu seminar-seminar kriminologi yang diadakan Crawford merupakan salah satu faktor yang membawa Starling ke FBI. Starling sempat menulis surat ketika ia lulus ujian saringan Academy, tapi tak pernah ada balasan. Selama tiga bulan mengikuti pendidikan di Quantico pun ia tak dihiraukan oleh Crawford. Starling berasal dari kalangan yang tak pernah minta perlakuan istimewa dan tidak biasa mengakrabkan diri, namun ia heran dan menyayangkan sikap Crawford. Kini, setelah berhadapan langsung, ia kembali menyukainya, dan hal itu disadarinya dengan rasa menyesal. Ia langsung tahu ada yang tidak beres dengan pria itu. Crawford memiliki kepandaian yang khas, di samping kecerdasannya, yang tercermin melalui cara ia memilih warna dan pakaian, sehingga ia dapat tampil berbeda tanpa menyimpang dari standar berpakaian tak resmi yang berlaku di FBI. Kini ia tampak rapi namun kusam, seakan-akan sedang berganti kulit. "Ada tawaran tugas, dan aku teringat padamu," Crawford berkata. "Tugasnya sepele, tapi menarik. Duduklah. Singkirkan saja barang-barang Berry dari kursi itu. Nah, di sini tertulis kau ingin langsung masuk ke seksi Perilaku setelah menyelesaikan pendidikan." "Betul." "Kau banyak belajar tentang forensik, tapi tidak punya latar belakang dalam penegakan hukum. Kami butuh orang dengan pengalaman enam tahun di sini, minimal." "Ayahku dulu mar shall. Aku kenal dunia itu." Crawford tersenyum tipis. "Kau sarjana psikologi dan kriminologi. Dan berapa lama kau bekerja di pusat perawatan mentaldua musim panas?" "Ya, dua." "Lisensi konselormu masih berlaku?" "Masih dua tahun lagi. Aku memperolehnya sebelum Anda mengadakan seminar di UVAsebelum aku memutuskan bergabung di sini."
Bab Dua
Dr. Frederick chilton, lima puluh delapan tahun, pimpinan Baltimore State Hospital for the Criminally Insane, mempunyai meja tulis panjang dan lebar, dan di atasnya tak ada satu pun benda keras maupun tajam. Meja itu dijuluki "selokan pertahanan" oleh beberapa stafnya, namun ada pula staf yang tidak mengetahui arti istilah tersebut. Dr. Chilton tidak beranjak dari kursi di belakang meja ketika Clarice Starling memasuki ruang kerjanya. "Kami sudah sering dikunjungi detektif di sini, tapi rasa-rasanya belum pernah ada yang secantik ini," Chilton berkata tanpa bangkit. Starling langsung tahu .bahwa gilap pada tangan pria itu adalah lanolin yang melekat karena Chilton habis mengusap-usap rambut, dan ia bersalaman seperlunya saja. "Mrs Sterling, bukan?" "Starling, Dokter, dengan a. Terima kasih Anda bersedia menerima saya." "Rupanya FBI juga sudah mulai memanfaatkan gadis-gadis, seperti semua orang lain, ha ha." Ia menampilkan senyum yang biasa digunakannya untuk memisahkan dua kalimat. Giginya tampak kuning akibat nikotin. "Kantor kami terus mengadakan perbaikan, Dr. Chilton. Sungguh." "Anda akan tinggal di Baltimore untuk beberapa hari? Sebenarnya hiburan di kota ini tak kalah seru dibandingkan di Washington atau New York, asal Anda tahu tempat-tempat yang tepat." Starling memalingkan wajah agar tidak perlu melihat senyumnya yang menjengkelkan. "Saya percaya kota ini cukup menyenangkan, tapi saya diperintahkan menemui Dr. Lecter, lalu kembali sore ini juga." "Barangkali ada nomor telepon di Washington di mana saya bisa menghubungi Anda untuk follow-up, kalau diperlukan?" "Tentu. Penanggung jawab proyek ini adalah Agen Khusus Jack Crawford, dan Anda selalu bisa menghubungi saya melalui dia." "Hmm, begitu," ujar Chilton. Pipinya yang kemerahan tidak selaras dengan rambutnya yang merah kecokelatan. "Tolong perlihatkan identitas Anda." Starling dibiarkannya berdiri sementara ia memeriksa kartu identitasnya tanpa terburu-buru. Kemudian ia mengembalikannya dan bangkit dari kursi. "Tidak akan lama. Mari." "Saya diberitahu Anda akan memberikan pengarahan pada saya, Dr. Chilton," kata Starling. "Itu bisa sambil jalan." Chilton mengelilingi meja sambil menatap arlojinya. "Setengah jam lagi saya mau makan siang." Sial, seharusnya ia bisa membaca orang ini dengan lebih baik, lebih cepat. Chilton mungkin tidak sebrengsek yang diduganya. Bisa jadi Chilton mengetahui sesuatu yang berguna. Seharusnya ia meladeni orang itu dengan senyum manis, meskipun ia tidak biasa melakukannya. "Dr. Chilton, kunjungan saya sudah disesuaikan dengan jadwal Anda. Siapa tahu saya akan memperoleh sesuatu dalam wawancara nanti. Mungkin ada beberapa jawaban Dr. Lecter yang perlu saya bahas bersama Anda." "Saya rasa tidak. Oh, saya harus menelepon dulu sebelum kita pergi. Silakan tunggu di luar." "Kalau boleh, saya ingin menitipkan mantel dan payung saya di sini." "Di luar," sahut Chilton. "Serahkan saja pada Alan di ruang tunggu. Biar dia yang menyimpannya." Alan memakai seragam mirip piama yang dikenakan para penghuni, la sedang
Bab Tiga
Sel Dr. Lecter terletak berjauhan dari sel-sel yang lain. Sel itu berhadapan hanya dengan lemari di seberang koridor, dan dalam hal-hal lain pun berbeda. Sisi depannya dibatasi terali, tapi di sebelah dalam terali itu, lebih jauh dari jangkauan tangan, terdapat pembatas kedua, yaitu jaring nilon yang terentang dari lantai ke langit-langit dan dari dinding ke dinding. Di balik terali tersebut, Starling melihat meja yang dibaut ke lantai dan penuh tumpukan buku softcover serta kertas-kertas, dan kursi bersandaran lurus yang diamankan dengan cara yang sama. Dr. Hannibal Lecter sedang berbaring di tempat tidur sambil membaca majalah Vogue edisi Italia. Majalah itu digenggamnya dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya membalik-balik halaman. Tangan kiri Dr. Lecter berjari enam. Clarice Starling berhenti agak jauh dari terali. "Dr. Lecter." Suaranya terdengar biasa saja di telinganya. Pria itu menoleh. ' Sejenak Starling mengira tatapan orang itu berdengung, tapi kemudian ia sadar bahwa yang didengarnya hanya debur darahnya sendiri. "Namaku Clarice Starling. Bolehkah aku bicara dengan Anda?" Ia sengaja bersikap sopan, dan itu tersirat dalam nada suaranya serta jarak yang diambilnya. Dr. Lecter berpikir sejenak sambil menempelkan jari ke bibir. Kemudian ia bangkit dan melangkah maju dalam kerangkengnya. Ia berhenti di balik jaring nilon tanpa memandangnya, seakan-akan jarak itulah yang dianggapnya pantas. Starling melihat bahwa Lecter pendek dan berbadan kecil; tangan dan lengan pria itu mengisyaratkan kekuatan terselubung, seperti yang dimiliki Starling. "Selamat pagi," Lecter berkata, seakan-akan baru membukakan pintu bagi orang tamu. Suaranya terdengar agak parau, mungkin karena jarang digunakan. Mata Dr. Lecter berwarna maroon dan memantulkan cahaya sebagai titik-titik merah. Kadang-kadang titik-titik tersebut seakan-akan memancar bagaikan bunga api. Ia menatap Starling tanpa berkedip. Starling maju sedikit. Bulu-bulu di tangannya berdiri dan mendesak lengan bajunya. "Dokter, kami menghadapi kesulitan dalam menyusun profil psikologis. Aku bermaksud minta bantuan Anda." "'Kami' tentu berarti seksi Ilmu Perilaku di Quan-tico. Tampaknya kau salah satu anak buah Jack Crawford." "Ya, benar." "Boleh kulihat kartu identitasmu?" Permintaan ini tak diduga oleh Starling. "Aku sudah menunjukkannya di... atas."
10
11
12
Bab Empat
Clarice starling merasa bergairah sekaligus hampa. Di antara hal-hal yang dikatakan Lecter mengenai dirinya ada yang benar, ada pula yang hanya menyerempet kebenaran. Sepintas lalu ia sempat merasakan hati nuraninya mengamuk bagaikan beruang yang mengobrak-abrik tenda. Ia geram karena ucapan Lecter mengenai ibunya, dan ia perlu menyingkirkan kemarahan itu. Urusan ini urusan pekerjaan. Starling duduk di dalam mobil Pinto tuanya di seberang rumah sakit dan menarik napas dalam-dalam. Embun di kaca mobil memberinya sedikit privasi dari para pejalan kaki di trotoar. Raspail. Ia ingat nama itu. Raspail bekas pasien Lecter dan juga salah satu korbannya. Sebelum menemui Lecter, Starling hanya diberi waktu satu malam untuk mempelajari informasi latar belakang orang itu. Berkasnya tebal sekali, dan Raspail hanya salah satu dari sekian banyak korban. Starling perlu memljaca keterangan-keterangan detail. Starling sebenarnya ingin segera mulai bekerja, namun ia sadar tak ada perlunya tergesa-gesa. Kasus Raspail ditutup bertahun-tahun lalu. Tak ada yang terancam bahaya. Ia punya waktu. Sebaiknya ia mencari informasi dan masukan selengkap mungkin sebelum melangkah lebih jauh. Crawford mungkin akan menugaskan orang lain untuk penanganan selanjutnya, namun risiko itu harus dihadapi Starling. Starling mencoba menghubungi Crawford dari telepon umum, tapi diberitahu bahwa atasannya itu sedang memperjuangkan rencana anggaran Departemen Kehakiman di depan Subkomite Anggaran dari House of Representatives. Ia bisa saja menanyakan detail-detail kasus Raspail kepada divisi pembunuhan Baltimore Police Department, tapi pembunuhan bukan tindak pidana federal dan ia tahu bahwa penyelidikan selanjutnya akan segera diambil alih oleh pihak polisi. Ia menyalakan mesin mobil dan kembali ke Quantico, ke kantor seksi Ilmu Perilaku dengan tirai-tirai cokelat bermotif kotak-kotak dan lemari-lemari arsip berisi neraka. Di situ ia duduk sampai sore, setelah sekretaris terakhir pulang, mempelajari arsip mikrofilm mengenai Lecter. Raspail, Benjamin Rene, pria, kulit putih, 46, pemain flute utama untuk Baltimore Philharmonic Orchestra. Ia pasien di praktek psikiatri Dr. Hannibal Lecter. Tanggal 22 Maret 1975 ia tidak muncul untuk penampilan di Baltimore. Tanggal 25 Maret mayatnya ditemukan dalam posisi duduk di bangku sebuah gereja kecil di pedesaan dekat Falls Church, Virginia, hanya mengenakan dasi putih dan jas tuksedo. Dalam autopsi diketahui bahwa jantung Raspail dicabut dan ia juga kehilangan kelenjar thymus dan pankreas. Clarice Starling, yang sejak kecil tahu betul mengenai pengolahan daging, mengenali organ-organ yang hilang itu sebagai kelenjar-kelenjar perut yang bisa dimakan. Baltimore Homicide berpendapat bagian-bagian tubuh tersebut muncul dalam menu
13
Bab Lima
14
Jack Crawford, lima puluh tiga tahun, duduk di kursi berlengan di kamar tidurnya. Ia sedang membaca. Di hadapannya ada dua ranjang, keduanya diganjal" balok sampai setinggi tempat tidur rumah sakit. Yang satu ranjangnya sendiri; satu lagi ditempati istrinya, Bella. Crawford mendengarnya bernapas lewat mulut. Sudah dua hari Belia tidak bergerak maupun berbicara dengan suaminya. Napasnya terputus sejenak. Crawford mengalihkan pandang dari bukunya dan melirik tanpa menegakkan kepala. Ia meletakkan bukunya. Belia kembali menarik napas. Crawford bangkit dan membelai istrinya, lalu mengukur tekanan darah dan denyut nadi. Dalam beberapa bulan terakhir ia sudah ahli menggunakan alat pengukur tekanan darah. Crawford enggan beranjak dari sisi istrinya pada malam hari; karena itu, kedua tempat tidur dipasang berdampingan. Ranjangnya sendiri juga diganjal balok, agar ia mudah menjangkau istrinya dalam gelap. Selain tempat tidur yang tinggi dan pipa-pipa yang diperlukan untuk membuat Belia nyaman, tak ada kesan bahwa kamar itu kamar orang sakit. Crawford memang ingin mencegah kesan tersebut. Memang ada bunga, tapi tidak terlalu banyak. Pil-pil tidak tampak sama sekali. Crawford telah mengosongkan lemari seprai di koridor, mengisinya dengan obat-obatan dan berbagai peralatan sebelum Belia dibawa pulang dari rumah sakit. (Itu kedua kalinya ia menggendong istrinya melewati ambang pintu depan, dan ia nyaris tak sanggup menahan air mata kalau mengingatnya.) Jendela-jendela dibiarkan terbuka karena adanya gelombang udara panas dari selatan, tapi udara Virginia terasa segar dan nyaman. Katak-katak kecil bersahut-sahutan dalam kegelapan malam. Kamar itu bersih sekali, tapi bulu-bulu karpet sudah mulai menggumpal di sana-siniCrawford tidak mau menggunakan alat penyedot debu yang bising di dalam kamar. Sebagai gantinya, ia memakai alat pembersih karpet manual, meskipun hasilnya tidak terlalu baik. Ia melangkah ke lemari dan menyalakan lampu. Dua buah clipboard tergantung di sebelah dalam. Yang satu berisi catatan tekanan denyut nadi dan tekanan darah Belia. Catatan Crawford dan catatan juru rawat yang bertugas pada siang hari berselang-seling dalam kolom panjang. Clipboard yang satu lagi berisi catatan juru rawat mengenai pemberian obat. Crawford sanggup memberikan obat apa pun yang mungkin dibutuhkan Belia. Sebelum membawa istrinya pulang, ia sempat berlatih memberi injeksi di bawah bimbingan juru rawat. Mula-mula ia menyuntik buah limau, lalu pahanya sendiri. Crawford menatap istrinya selama hampir tiga menit. Selendang sutra yang indah membungkus rambut Belia bagaikan sorban. Belia sendiri yang memintanya, selama ia masih bisa meminta. Kini Crawford enggan mengubah kebiasaan itu. Ia mengoleskan gliserin ke bibir Belia dan mengangkat kotoran dari sudut matanya. Belia tidak bergerak. Belum waktunya membalikkan badannya. Crawford memandang ke cermin. Dalam hati ia berkata bahwa ia tidak sakit, bahwa ia tidak perlu ikut dikubur, bahwa ia baik-baik saja. Tiba-tiba ia sadar, dan malu sendiri. Ia kembali ke kursi, namun tak bisa mengingat apa yang sedang ia baca tadi. Ia meraba buku-buku di sampingnya dan meraih buku yang masih hangat.
Bab Enam
Senin pagi, Clarice Starling menemukan pesan dari Crawford di kotak suratnya:
CS: Lanjutkan penyelidikan mengenai mobil Raspail. Gunakan waktu luangmu. Kantor akan menyediakan nomor kartu kredit untuk telepon interlokal. Hubungi aku sebelum mengontak pengacara atau pergi ke mana pun. Laporan ditunggu Rabu pukul 16.00. Direktur sudah menerima laporan mengenai Lecter dengan tanda tanganmu. Selamat. JC SAIC/Seksi 8 Starling gembira. Ia tahu kasus lama itu diberikan Crawford kepadanya sebagai latihan. Tapi ia pun sadar bahwa Crawford ingin membimbingnya. Crawford ingin anak didiknya sukses. Dan bagi Starling, ini jauh lebih berarti dibandingkan sopan sanfun. Raspail tewas delapan tahun lalu. Barang bukti apa yang dapat bertahan demikian lama di dalam mobil? Ia tahu dari pengalaman bahwa berhubung nilai mobil merosot begitu cepat, pengadilan banding mengizinkan keluarga korban menjual mobil sebelum ada surat pengesahan hakim, dan uang hasil penjualan dimasukkan ke warisan yang dikuasai pengacara yang telah ditunjuk. Kemungkinan kecil mobil Raspail masih ditahan setelah delapan tahun. Selain itu, Starling juga menghadapi masalah waktu. Ia punya waktu luang satu jam lima belas menit per hari untuk memakai telepon selama jam kerja, dan itu pun sudah termasuk istirahat makan siang. Sedangkan Rabu sore laporannya sudah harus diserahkan kepada Crawford. Berarti secara keseluruhan ia punya tiga jam empat puluh lima menit untuk melacak mobil itu, jika ia menggunakan waktu belajar dan mengejar ketinggalannya pada malam hari. Ia memperoleh nilai baik dalam mata pelajaran Prosedur Penyelidikan, dan ia dapat mengajukan pertanyaanpertanyaan bersifat umum kepada para instruktur. Pada waktu makan siang hari Senin, Starling menelepon Baltimore County Courthouse. Petugas yang menerima telepon menyuruhnya menunggu. Starling sampai tiga kali menelepon, namun sia-sia. Baru pada jam belajar ia akhirnya berhasil menghubungi petugas pengadilan yang mau membantu. Orang itu mencarikan berkas pengadilan menyangkut warisan Raspail. Starling memperoleh konfirmasi bahwa pengadilan mengizinkan penjualan mobil Raspail. Petugas yang membantunya juga menyebutkan model dan nomor seri kendaraan tersebut, serta nama pemilik berikutnya berdasarkan akta jual-beli. Pada hari Selasa, setengah jam makan siang Starling terbuang percuma untuk melacak nama itu. Sisa waktunya habis untuk mengetahui bahwa Maryland Department of Motor Vehicles tidak menggunakan nomor seri untuk melacak satu kendaraan, melainkan memakai nomor registrasi atau nomor pening terakhir. Pada Selasa sore, para siswa' yang sedang berlatih di lapangan tembak terpaksa masuk ke dalam ruangan karena hujan deras yang turun. Saat berkumpul di salah satu ruang konferensi yang lembap akibat keringat dan pakaian basah,
15
"...dan jenis mobil? Nomor pening terakhir tidak ada." "...delapansembilansembilanpuluh. Waktunya habis." "Oke," ujar si instruktur. "Kuminta kalian memperhatikan ini. Kekuatan tangan adalah faktor penting untuk menembak tepat saat bertugas. Di antara kalian pasti ada yang kuatir mendapat giliran berikut. Ke-kuatiran kalian memang beralasan. Starling jauh di atas rata-rata dengan kedua tangannya. Dan itu karena dia berlatih. Dia berlatih dengan meremas-remas alat kecil yang tersedia untuk kalian semua. Sebagian besar dari kalian hanya pandai meremas"karena enggan menggunakan terminologi marinir yang telah mendarah daging, Brigham mencari-cari kata pengganti yang lebih sopan"tangan," ia akhirnya berkata. "Jangan besar kepala, Starling. Jangan pikir kau sudah hebat. Sebelum lulus, kau harus bisa mencapai angka di atas sembilan puluh dengan tangan kirimu. Ayo, cari pasangan dan mulai berlatih cepat." "Kau jangan, Starling. Kemarilah. Apa lagi yang kauketahui tentang mobil itu?" Cuma nomor seri dan model. Dan nama satu bekas pemilik, lima tahun lalu." "Oke, begini. Kebanyakan orang membuat kesalahan dengan meneliti catatan registrasi untuk melompat dari satu pemilik ke pemilik berikut. Ini takkan berhasil kalau mobilnya pernah dimutasi ke negara bagian lain. Polisi pun kadangkadang melakukan kesalahan ini. Padahal di komputer hanya ada nomor registrasi dan nomor pening. Kita semua sudah terbiasa memakai nomor pening atau nomor registrasi, bukan nomor seri kendaraan." Suara klik revolver-revolver latih bergagang biru terdengar nyaring di sekeliling mereka, dan Brigham terpaksa bicara lebih keras. "Ada satu cara mudah. R.L. Polk and Company, yang menerbitkan buku telepon untuk berbagai kota mereka juga mengeluarkan daftar registrasi mobil berdasarkan model dan nomor seri secara urut. Itu satu-satunya tempat. Mereka banyak menerima iklan dari pedagang-pedagang mobil. Kenapa kau terpikir untuk bertanya padaku?" "Anda pernah'bertugas di ICC, jadi mestinya Anda sering melacak mobil. Thanks." "Mau balas jasa? Tingkatkan kekuatan tangan kirimusetelah itu kita impas." Ketika masuk ke kotak telepon umum pada jam belajar, kedua tangan Starling gemetaran begitu hebat, sehingga catatan yang dibuatnya nyaris tak terbaca. Mobil Raspail sebuah Ford. Di dekat University of Virginia ada dealer Ford yang sudah bertahun-tahun dengan penuh kesabaran berupaya memperpanjang nyawa Ford Pinto milik Starling. Kini, dengan kesabaran yang sama, dealer itu membolak-balik daftar terbitan Polk. Ketika kembali mengangkat gagang, ia melaporkan nama dan alamat orang yang terakhir mendaftarkan mobil Benjamin Raspail. Clarice hebat sekali, Clarice pegang kendali. Jangan bercanda saja. Telepon orang itu di rumahnya di, tunggu dulu, Number Nine Ditch, Arkansas. Jack Crawford takkan mengizinkan aku pergi ke sana, tapi paling tidak harus dapat konfirmasi di mana mobil itu sekarang. Tak ada yang menyahut, dan sekali lagi tak ada yang menyahut. Nada tunggunya berkesan janggal. Starling mencoba menelepon pada malam hari, tapi tetap sia-sia. Pada jam makan siang hari Rabu, seorang pria menerima telepon Starling: "WPOQ Plays the Oldies." "Halo, saya menelepon untuk..." "Saya tidak berminat beli panel alumunium dan saya tidak mau tinggal di Florida, apa lagi yang mau Anda tawarkan?" Starling mengenali logat pedesaan Arkansas dalam ucapan pria itu. Ia pun menguasai logat itu, dan waktunya tidak banyak. "Yessir, saya akan sangat berterima kasih jika Anda bisa membantu saya. Saya ingin bicara dengan Mr. Lomax Bardwell? Ini Clarice Starling." 'Telepon dari wanita yang namanya Starling," pria itu berseru kepada seseorang di rumahnya. "Ada perlu apa dengan Bardwell?" 'Ini kantor perwakilan wilayah Mid-South dari divisi recall Ford. Mr. Bardwell berhak atas perawatan gratis untuk LTD-nya?" ^aya Bardwell. Saya pikir Anda sales yang mau jualan lewat telepon. Saya tidak perlu perawatan gratis, saya perlu mobil baru. Waktu itu saya daj istri saya pas lagi ke Little Rock, ke Southland Mai] di sana." "Yessir." "Nah, pas kami mau pulang, mesinnya jebol. Olinya langsung bocor dan mengalir ke mana-mana, dan truk Orkin yang ada gambar kumbang besar itu? Truknya melindas genangan oli dan langsung meluncur tak terkendali." "Astaga." "Kios untuk bikin pasfoto kilat diterjang sampai hancur berantakan. Orang yang ada di dalamnya keluar seperti orang linglung. Saya buru-buru menahannya supaya tidak melangkah ke tengah jalan.' "Ya ampun. Lalu bagaimana?" "Apanya yang bagaimana?" "Bagaimana dengan mobil Anda?" "Saya telepon Buddy Sipper yang dagang besi tua. dan saya bilang dia boleh mengambilnya untuk lima puluh dolar, asal diangkut sendiri. Saya rasa semua suku cadang yang masih bisa dipakai langsung dibongkarnya." "Anda bisa memberitahukan nomor telepon orang itu, Mr. Bardwell?" "Untuk apa Anda mau telepon Sipper? Kalau ada yang dapat uang dari mobil itu, seharusnya sayalah orangnya." "Saya mengerti, Sir. Saya hanya mengerjakan tugas sampai jam lima, dan saya disuruh melacak mobil itu. Tolong berikan nomor teleponnya." "Buku telepon saya hilang. Sudah lama. Maklum saya sudah tua. Tapi Central pasti tahu nomornya. Katakan saja Sipper Salvage." 'Terima kasih banyak, Mr. Bardwell." Tempat penampungan besi tua yang kemudian dihubungi Starling mengkonfirmasikan bahwa mobil itu sudah dipreteli dan dipres untuk didaur ulang. Petugas yang menerima teleponnya membacakan nomor seri kendaraan tersebut dari buku catatan. Brengsek, Starling mengumpat dalam hati. Jalan buntu. Hadiah Valentine macam apa ini?
16
Bab Tujuh
diamati," ujar Crawford. "Kau sudah menceritakan semuanya, Starling?" Ia menatap Starling dengan pandangan menyelidik yang tak kenal ampun. "Bagaimana dia meninggal?" Starling merasa hampa, dan ia harus mengatasinya. "Menelan lidahnya sendiri, menjelang fajar. Chilton menduga atas saran Lecter. Penjaga yang bertugas malam mendengar Lecter berbisik-bisik kepada Miggs. Lecter tahu banyak tentang dia. Lecter bicara sebentar dengan Miggs. tapi si penjaga tidak mendengar apa yang dikatakannya. Miggs menangis sebentar, lalu terdiam. Kau sudah menceritakan semuanya, Starling?" "Sudah, Sir. Laporan dan memoku berisi seluruh percakapanku dengan Lecter, bahkan bisa dibilang kata demi kata." "Chilton menelepon. Dia mengeluh tentangmu." Crawford menunggu sejenak, dan ia tampak senang karena Starling tidak memberi tanggapan. "Kukatakan j padanya kau bertindak sesuai peraturan. Chilton berusaha mencegah penyelidikan hakhak sipil." "Apakah akan diadakan penyelidikan?" "Tentu, kalau keluarga Miggs menghendakinya. Civil Rights Division akan menangani sekitar delapan ribu kasus tahun ini. Mereka dengan senang akan menambahkan Miggs pada daftar mereka." Crawford mengamati anak didiknya. "Kau tidak apa-apa?" "Aku tidak tahu harus bersikap bagaimana." "Jangan pikirkan kejadian ini. Lecter melakukannya untuk menghibur diri. Dia tahu dia tidak bisa ditindak, jadi kenapa tidak? Paling-paling Chilton akan mengambil buku-buku dan WC-nya untuk beberapa waktu." Crawford merapatkan tangan dan membandingkan kedua jempol. "Lecter bertanya tentang diriku, bukan?" "Dia tanya apakah Anda sibuk. Kujawab ya." "Hanya itu? Kau tidak menutup-nutupi sesuatu karena takut aku tidak suka?" "Tidak. Semuanya ada dalam laporanku." "Betul tidak ada lagi?" "Aku membuat laporan apa adanya. Anda tidak menyangka aku bertukar gosip supaya dia mau bicara denganku, bukan?" "Tidak." Aku tidak tahu apa-apa mengenai pribadi Anda, dan kalaupun tahu, aku takkan membicarakannya. Kalau Anda meragukanku, sebaiknya masalah ini kita luruskan sekarang juga." "Tidak perlu. Lanjutkan saja." J Anda menduga ada sesuatu, atau..." 'Lanjutkan laporanmu, Starling." "Petunjuk Lecter mengenai mobil Raspail ternyata Untu- Mobil itu dihancurkan empat bulan lalu di Number Nine Ditch, Arkansas, dan dijual untuk didaur ulang. Mungkin ada baiknya kalau aku menemuj Lecter lagi dan bicara langsung dengan dia." "Petunjuk itu sudah diusut sampai tuntas?" "Ya." "Kenapa kau yakin mobil Raspail hanya mobil yang dipakainya sehari-hari?" "Hanya mobil itu yang terdaftar, dia bujangan, aku berasumsi..." "Aha, tunggu dulu!" Telunjuk Crawford langsung menuding. "Kau berasumsi. Kau berasumsi, Starling. Coba lihat." Crawford menuliskan kata assume pada secarik kertas. Beberapa instruktur meniru kebiasaan ini, tapi Starling berlagak tidak tahu apa-apa. "Kalau kau berasumsi saat bertugas, kau akan membuat kau dan aku kelihatan seperti keledai," ujar Crawford sambil menggarisbawahi suku kata ass, w, dan me. Ia menyandarkan badan. "Kau tidak tahu Raspail kolektor mobil?" "Tidak. Apakah mobil-mobil itu masih termasuk harta warisannya?" "Entahlah. Kau sanggup mencari tahu?" "Ya." "Dari mana kau akan mulai?" "Aku akan menghubungi pengacara yang ditunjuk sebagai wali." "Kantornya di Baltimore. Dia keturunan Cina, kalau aku tidak salah," kata Crawford. "Everett Yow," ujar Starling. "Namanya tercantum dalam buku telepon Baltimore." "Kau sudah mempertimbangkan masalah surat perintah untuk menggeledah mobil Raspail?" Nada suara Crawford terkadang mengingatkan Starling pada ulat sok tahu dalam buku Lewis Carroll. Starling tidak berani menyinggung hal itu. "Berhubung Raspail sudah meninggal dan tidak terlibat kejahatan, penggeledahan ini sah jika ada izin dari pengacaranya, dan segala temuan dapat dijadikan barang bukti dalam urusan hukum lain," ia berkata. "Persis," sahut Crawford. "Begini saja: Aku akan memberitahu perwakilan Baltimore bahwa kau akan ke sana. Sabtu besok, Starling. Gunakan waktu liburmu. Dapatkan bukti itu, kalau memang ada."
17
Bab Delapan
Buick berwarna hitam dengan stiker De Paul University menempel di jendela belakang. Berat badannya membuat mobil itu agak miring ke kiri ketika Clarice Starling mengikutinya keluar Baltimore di tengah guyuran hujan. Hari sudah hampir gelap; waktu Starling sebagai penyelidik sudah hampir habis dan tidak mungkin diperpanjang. Starling melampiaskan ketidaksabarannya dengan mengetuk-ngetuk kemudi seirama gerakan wiper, sementara lalu lintas merayap di Route 301. Yow cerdas, gemuk, dan mempunyai gangguan pernapasan. Starling menaksir usianya sekitar enam puluh. Sejauh ini pengacara tersebut cukup kooperatif. Bukan salah Yow bahwa Starling kehilangan waktu satu hari; ia baru pulang dari perjalanan bisnis ke Chicago selama satu minggu, dan begitu keluar bandara, ia segera menuju kantornya untuk menemui Starling. Menurut Yow, Packard klasik milik Raspail sudah disimpan jauh sebelum kematiannya. Mobil tersebut tidak berlisensi dan belum pernah dijalankan. Yow sendiri baru satu kali melihatnya, tertutup kain di tempat penyimpanan, ketika ia mengkonfirmasikan keberadaan kendaraan itu untuk membuat inventaris harta warisan, tak lama setelah kliennya tewas terbunuh. Jika Penyelidik Starling bersedia "mengungkapkan dengan segera dan secara jujur" semua temuan yang mungkin dapat merugikan almarhum kliennya, ia akan mengantarnya ke tempat penyimpanan mobil itu, demikian dikatakan Yow. Surat perintah tidak diperlukan, dan segala kerepotan yang menyertainya dapat dihindari Starling dapat menggunakan Plymouth bertelepon selular dari pool kendaraan FBI selama satu hari, dan oleh Crawford ia juga telah diberi kartu identitas baru. Kartu itu bertulisan PENYELIDIK FEDERAL dan masa berlakunya akan habis dalam satu minggu. Tujuan mereka adalah Split City Mini-Storage, sekitar empat mil di luar batas kota. Sementara mobilnya merayap di tengah kemacetan, Starling memakai teleponnya untuk mencari keterangan mengenai tempat penitipan tersebut. Sampai di tempat tujuan, yang memasang tanda berwarna Jingga manyala, SPLIT CITY MINI-STORAGEYOU KEEP THE KEY, ia telah mengetahui cukup banyak fakta. Split City mempunyai lisensi ekspedisi dari Interstate Commerce Commission, yang dikeluarkan atas nama Bernard Gary. Tiga tahun lalu, Gary nyaris diseret ke pengadilan karena tuduhan menadah barang curian, dan kini lisensinya sudah harus diperpanjang. Yow membelok di bawah tanda itu dan memperlihatkan kuncinya kepada anak muda berseragam di gerbang. Penjaga itu mencatat nomor polisi kendaraan "tereka, membuka gerbang, dan melambai-lambaikan tangan dengan tidak sabar, seakan-akan ada hal lebih penting yang harus dikerjakannya. Split City merupakan tempat suram yang senantiasa diterpa angin. Sama halnya seperti penerbangan hari Minggu dari La Guardia ke Juarez, tempat itu terutama melayani kebutuhan yang berkaitan dengan perceraian. Sebagian besar barang yang disimpan di Split City merupakan milik orang-orang yang gagal membina rumah tangga. Unit-unitnya dipenuhi perabot ruang tamu, perlengkapan makan, kasur bernoda, mainan, dan foto perkawinan yang kandas di tengah jalan. Pihak kepolisian Baltimore County yakin Split City juga menyembunyikan harta benda milik perusahaan-perusahaan yang mengaku bangkrut di pengadilan. Tempat tersebut menyerupai instalasi militer: lahan seluas kurang-lebih lima belas hektar dipenuhi bangunan-bangunan panjang yang disekat dinding tahan api menjadi unit-unit sebesar garasi satu mobil, masing-masing dengan pintu gulung yang dibuka ke atas. Tarif sewanya masuk akal, dan tidak sedikit barang yang sudah bertahun-tahun tersimpan di sini. Keamanannya terjamin. Tempat itu dikelilingi dua lapis pagar tinggi, dan patroli anjing berkeliling dua puluh empat jam sehari. Tumpukan daun basah setebal lima belas senti serta cangkir-cangkir kertas dan "sampah lainnya menempel pada pintu unit 31 yang disewa Raspail-Kedua sisi pintu diamankan dengan gembok kokoh. Pengamanan di sisi kiri ditambah lagi dengan sebuah segel. Everett Yow membungkuk dengan kaku. Starling memegang payung dan senter. "Tampaknya pintu ini belum dibuka lagi sejak saya terakhir ke sini lima tahun lalu," kata Yow. "Segel notaris saya masih utuh. Saat itu saya tidak menduga sanak saudaranya akan begitu rewel, sehingga pembagian harta warisan tertunda demikian lama." Yow mengambil alih payung dan senter, sementara Starling memotret gembok berikut segel. "Mr. Raspail menyewa kantor merangkap studio di kota. Tapi saya sudah menutupnya agar jumlah uang yang diwariskan tidak berkurang untuk membayar sewa," jelas Yow. "Semua perabot dan perlengkapan lalu diangkut kemari dan disimpan bersama mobil Raspail dan barang-barang yang sudah lebih dulu ada di sini.. Waktu itu kami membawa piano, buku-buku dan catatan musik, serta tempat tidur, kalau saya tidak salah." Yow menancapkan anak kunci. "Gemboknya mungkin beku. Yang ini keras sekali." Ia sulit membungkuk dan menarik napas secara bersamaan. Ketika mencoba jongkok, kedua lututnya berderak. Starling merasa lega karena pintu itu diamankan dengan dua gembok American Standard. Gembok tersebut memang tampak kokoh, tapi ia tahu ia bisa membongkar selongsong kuningannya dengan sekrup dan palu yang biasa dipakai untuk mencabut paku. Masalahnya, di mana ia bisa mendapatkan palu dan sekrup? Ia bahkan tak bisa menggunakan segala rong-sokan yang terkumpul di bagasi Ford Pinto-nya. Ia menggeledah tasnya dan menemukan semprotan untuk mencairkan es yang biasa ia pakai pada kunci Pintu mobilnya. Anda mau beristirahat sebentar, Mr. Yow? Anda bisa menghangatkan badan di dalam mobil. Biar saya saja yang mencoba membukanya. Payungnya Anda bawa saja, hujan sudah hampir berhenti." Starling menggeser Plymouth-nya agar sorot lampu depan terarah ke pintu. Kemudian ia mencabut tongkat pengukur oli mesin, meneteskan oli ke lubang kunci kedua gembok, dan menggunakan semprotan antibeku untuk mengencerkan oli. Mr. Yow tersenyum dan mengangguk dari mobilnya. Starling bersyukur bahwa Yow cerdas; ia dapat melaksanakan tugasnya tanpa dipersulit. Hari sudah gelap. Ia merasa kikuk karena tersorot lampu mobil, dan bunyi tali kipas yang longgar seakan-akan menusuk telinganya. Starling tidak lupa mengunci pintu. Mr. Yow memang tampak tidak berbahaya, tapi Starling tidak mau mengambil risiko tergencet pintu. Dengan susah payah ia membuka gembok pertama, lalu beralih ke gembok kedua, yang ternyata lebih mudah dibuka.
18
19
***
Dalam waktu sepuluh detik setelah mobil liputan WPIK-TV yang ditumpanginya berhenti dengan rem mencuit-cuit, Jonetta Johnson memasang anting-anting, menyapukan bedak ke wajahnya yang cantik, dan mempelajari situasi. Ia dan kru-nya biasa memantau frekuensi radio kepolisian Baltimore County, dan mereka tiba di Split City mendului mobilmobil patroli. Yang tampak dalam sorot lampu mobil mereka hanyalah Clarice Starling yang berdiri di depan pintu garasi sambil menggenggam senter dan kartu identitas. Rambutnya basah kuyup. Jonetta Johnson langsung mengenalinya sebagai anak bani. Ia turun dari mobil, disusul juru kamera, dan langsung menghampiri Starling. Lampu-lampu sorot segera dinyalakan. Mr. Yow merosot begitu rendah di kursi mobilnya, sehingga hanya topinya yang terlihat dari jendela. "Jonetta Johnson, WPIK news, Anda melaporkan kasus pembunuhan?"
20
Bab Sembilan
sayap pengamanan maksimum terasa lebih keras dalam suasana remang-remang. Pesawat TV di koridor, yang hidup tanpa suara, memantulkan bayangan Starling pada terali sel Lecter. Starling tak bisa melihatnya dalam kegelapan di balik terali, namun ia tidak minta penjaga menyalakan lampu dari posnya. Seluruh sayap akan terang benderang. Ia tahu kepolisian Baltimore tadi menghidupkan semua lampu sementara mereka membentak-bentak Lecter dan menghujaninya dengan pertanyaan selama berjam-jam. Lecter menolak bicara. Ia malah membuat burung origami yang bisa mematuk-matuk jika ekornya digerakkan naik-turun. Petugas yang memimpin interogasi membuang burung kertas itu di tempat abu rokok di lobi. Dengan geram ia lalu memberi isyarat pada Starling untuk mencoba keberuntungannya. "Dr. Lecter?" Starling mendengar suara napasnya sendiri, juga suara napas dari sel-sel sepanjang koridor, namun dari sel Miggs yang kosong tak terdengar suara apa pun. Keheningan itu seakan-akan mengisapnya. Starling tahu Lecter mengamatinya dari kegelapanDua menit berlalu. Kaki dan punggung Starling terasa pegal akibat pergulatannya dengan pintu garasi, dan pakaiannya lembap. Ia duduk bersila di lantai, beralaskan mantelnya, cukup jauh dari terali, dan ia menyibakkan rambutnya yang basah ke belakang agar tidak menempel pada tengkuk. Seorang pengabar Injil tampak melambai-lambaikan tangan pada layar TV di belakangnya. "Dr. Lecter, kita sama-sama tahu apa ini. Mereka pikir Anda bersedia bicara denganku." Hening. Di ujung koridor seseorang menyiulkan Over the Sea to Skye. Setelah lima menit, Starling berkata, "Aneh rasanya, pergi ke sana. Kapan-kapan aku ingin membicarakannya dengan Anda." Starling tersentak ketika baki makanan muncul dari sel Lecter. Di baki itu ada handuk bersih yang masih terlipat. Starling tidak mendengar Lecter bergerak. Ia menatap handuk itu, lalu menggunakannya untuk mengeringkan rambut. "Thanks," katanya. "Kenapa kau tidak bertanya tentang Buffalo Bill?" Suara Lecter terdengar dekat, kira-kira sama tinggi. Rupanya Lecter pun duduk di lantai. "Anda tahu sesuatu mengenai dia?" "Mungkin, kalau aku bisa mempelajari berkasnya." 'Bukan aku yang menangani kasus itu," ujar Starling. 'Kasus ini pun akan diambil darimu, kalau kau sudah selesai dimanfaatkan." "Aku tahu." 'Kau bisa mengusahakan berkas Buffalo Bill. La-Poran dan foto-foto. Aku ingin melihatnya." Yeah, pasti. "Dr. Lecter, Anda yang memulai ini Sekarang tolong Anda ceritakan orang di dalam Packard." "Kau menemukan satu orang utuh? Aneh. Yang kulihat hanya kepala. Kira-kira dari mana sisanya?" "Baiklah. Itu kepala siapa?" "Apa saja yang sudah kauketahui?" "Informasiku terbatas pada hasil penyelidikan awal. Pria, kulit putih, sekitar dua puluh tujuh, giginya ditambal dengan cara Amerika dan Eropa. Siapa dia?" "Pacar Raspail. Raspail, si pemain flute." "Apa latar belakang kematiannyabagaimana dia tewas?" "Kau selalu bertele-tele seperti ini, Officer Starling?", "Nanti saja kutanyakan ini."
AU-BAUAN di
21
22
Bab Sepuluh
LARICE STARLING bersandar pada meja judi dadu di kasino FBI dan berusaha menyimak kuliah mengenai pemutihan uang lewat perjudian. Tiga puluh enam jam telah berlalu sejak kepolisian Baltimore County mencatat keterangannya (melalui juru tulis yang merokok tanpa henti dan mengetik dengan dua jari: "Coba buka jendela itu kalau asap rokok saya mengganggu Anda.") dan mempersilakannya meninggalkan wilayah hukum mereka, disertai peringatan bahwa pembunuhan bukan tindak pidana federal. Pertengkaran Starling dengan juru kamera TV ditayangkan dalam siaran berita Minggu malam, dan ia yakin ia berada dalam kesulitan besar. Sementara itu, baik Crawford maupun kantor perwakilan Baltimore tidak memberi komentar sedikit pun. Laporan Starling sama sekali tidak ditanggapi. Kasino tempat ia berdiri sekarang berukuran kecil semula kasino tersebut beroperasi dalam truk kontainer yang terus berpindah-pindah sampai disita FBI dan ditempatkan di akademi sebagai alat bantu belajar. Ruang sempit itu dipenuhi petugas-petugas polisi dari berbagai wilayah hukum; Starling telah menolak taaran tempat duduk dari dua Texas Ranger dan seorang detektif Scotland Yard. Rekan-rekan sekelasnya sedang berada di gedung Academy, sibuk mencari rambut di karpet motel "Sex-Crime Bedroom" dan mengamankan sidik jari di "Anytown Bank." Starling sudah begitu sering terlibat pencarian barang bukti dan sidik jari sebagai Forensic Fellow, sehingga ia disuruh mengikuti kuliah ini, yang merupakan bagian kurikulum siswa tamu. Dalam hati ia bertanya, apakah ada alasan lain ia dipisahkan dari kelasnya: barangkali kita diisolasi dulu sebelum digantung. Sambil bertopang dagu, Starling berusaha memusatkan pikiran pada teknik-teknik pemutihan uang melalui perjudian. Namun yang terlintas dalam benaknya adalah betapa FBI tidak suka melihat agen-agennya muncul di TV, kecuali untuk jumpa pers resmi. Dr. Hannibal Lecter dan media massa bagaikan gula dan semut, dan pihak kepolisian Baltimore pun dengan senang hati memberikan nama Starling kepada para wartawan. Berulang-ulang Starling menyaksikan dirinya dalam siaran-siaran berita Minggu malam. Ada "Starling dari FBI" di Baltimore, yang menggedor-gedor pintu garasi sementara juru kamera berusaha menyusup masuk lewat bawah pintu. Lalu "Agen Federal Starling," yang menyerang asisten juru kamera sambil menggenggam gagang dongkrak. Stasiun TV lain, WPIK, yang tidak memiliki rekaman sendiri, mengumumkan bahwa baik "Starling dari FBI" maupun FBI sendiri akan dituntut karena mata JUl"u kamera itu kemasukan debu dan serpihan-serpihan karat ketika Starling menggebrak pintu. Jonetta Johnson dari WPIK mengungkapkan dalam siaran berita nasional bahwa Starling menemukan kepala terpenggal di dalam garasi tersebut berkat "hubungan khusus dengan seseorang yang oleh pihak berwajib dijuluki... monsterV Tampaknya sudah jelas bahwa WPIK mempunyai sumber di rumah sakit jiwa. KEKASIH FRANKENSTEIN!! demikian judul berita utama National Tattler menghadang para pengunjung toko swalayan yang mengantre di kasa. Pihak FBI tidak memberikan komentar resmi, namun Starling yakin kemunculannya di TV telah menimbulkan perdebatan intern: Pada waktu sarapan, salah satu rekan sekelasnya, seorang pria muda yang memakai Canoe after-shave, menyebut Starling sebagai "Melvin Pelvis," plesetan dari Melvin Purvis, agen FBI nomor satu zaman Hoover di tahun tiga puluhan. Balasan Ardelia Mapp kepada rekan mereka itu membuat wajah si pria pucat pasi, dan ia meninggalkan ruang makan tanpa menyentuh sarapannya. Starling kini mendapati dirinya tak bisa terkejut lagi. Selama sehari-semalam ia serasa diselubungi keheningan, bagaikan penyelam di dasar laut. Ia bertekad akan membela diri, kalau ada kesempatan. Instrukturnya memutar roda rolet sambil bicara, namun tidak menggulirkan bolanya. Starling menatapnya, dan ia yakin orang itu belum pernah membiarkan bolanya bergulir. Instrukturnya sedang mengatakan sesuatu: "Clarice Starling." Kenapa ia berkata "Clarice Starling"? Itu aku. "Ya," Starling menyahut.. Si instruktur memberi isyarat ke arah pintu. Nah, ini dia, Starting berkata dalam hati sambil membalik dengan waswas. Tapi yang melongok dari pintu ternyata Brigham, si instruktur menembak. Ia segera memanggil dengan lambaian tangan ketika Starling melihatnya. Sekilas Starling yakin ia akan dipecat, tapi itu bukan tugas Brigham. "Bersiaplah, Starling. Di mana perlengkapan lapanganmu?" Brigham bertanya setelah mereka berada di koridor. "Di kamarkuSayap C." Starling terpaksa mempercepat langkahnya agar tidak ketinggalan. Brigham membawa koper berisi peralatan sidik jarikoper yang besar, bukan yang untuk latihan serta tas kanvas kecil. "Kau ikut Jack Crawford hari ini. Bawa perlengkapan untuk menginap. Bisa jadi kalian akan pulang malam ini juga, tapi bawa sajalah." "Ke mana?" "Rombongan pemburu bebek menemukan mayat di Sungai Elk subuh tadi. Kemungkinan korban Buffalo Bill. Kasusnya sudah ditangani kepolisian setempat, tapi Jack tidak mau menunggu hasil penyidikan mereka." Brigham berhenti di pintu Sayap C. "Dia butuh orang yang bisa mengambil sidik jari mayat terapung. Kau punya pengalaman di labkau pasti sanggup, bukan?" "Coba kulihat dulu perlengkapannya." Brigham membuka koper, dan Starling memeriksa isinya. Semuanya ada, kecuali kamera.
"Aku perlu Polaroid CU-5 untuk pemotretan skala satu-satu, Mr. Brigham, juga film dan baterai." "Beres." Brigham menyerahkan tas kanvas, dan ketika Starling merasakan berat tas itu, ia langsung mengerti kenapa Brigham yang ditugaskan memanggilnya.
23
Bab Sebelas
epi landasan tampak kabur, lalu tertinggal di bawah. Di sebelah timur, Teluk Chesapeake terlihat bermandikan cahaya matahari pagi ketika pesawat kecil itu membelok. Clarice Starling melihat gedung Academy serta pangkalan marinir yang mengelilinginya di Quantico. Sejumlah
pasukan marinir tampak berlari-lari di lapangan latihan. Beginilah pemandangan dari atas. Suatu malam, seusai latihan menembak, ketika Starling berjalan seorang diri sambil merenung di Hogan's Alley yang telah sepi, ia mendengar gemuruh pesawat terbang di atasnya dan kemudian, dalam keheningan yang menyusul, suara-suara berseru-seru di langit
24
Seseorang, mungkin Crawford, telah menempelku" kutipan tersebut pada sisi sebelah dalam sampul berkas kasus itu. Tak ada korelasi nyata antara tempat Bill menculik para wanita muda dan tempat ia membuang mayat-mayat mereka. pari kasus-kasus di mana mayat ditemukan cukup cepat sehingga waktu kematian dapat ditaksir secara akurat, pihak kepolisian mengetahui satu hal lagi: gill tidak langsung membunuh korbankorbannya, melainkan membiarkan mereka hidup selama beberapa saat. Para korban baru tewas antara satu minggu sampai sepuluh hari setelah mereka diculik. Itu berarti Bill mempunyai tempat untuk menawan mereka serta tempat untuk beraksi tanpa terganggu. Dan ini berarti ia bukan pengembara.
Ia lebih tepat dikatakan pemangsa yang bersembunyi di tempat aman. Entah di mana. Itulah yang paling mengerikan bagi masyarakat umumkebiasaan Bill menawan para korbannya dalam keadaan hidup selama seminggu atau lebih, sementara mereka tahu mereka akan dibunuh. Dua korban mati digantung, tiga ditembak. Tak ada petunjuk mengenai pemerkosaan atau penganiayaan fisik sebelum mereka tewas, dan laporan-laporan autopsi pun tidak menyebutkan "kerusakan khusus pada alat kelamin", meskipun para ahli patologi berpendapat hal seperti itu sukar ditentukan pada jenazah yang sudah mulai rusak. Semua korban ditemukan dalam keadaan telanjang. Dalam dua kasus, baju luar korban ditemukan di tepi jalan di dekat rumah masing-masing, terbelah di punggung bagaikan baju untuk pemakaman. Ekspresi Starling tidak berubah ketika mengamati fcto-foto yang terlampir. Dari segi penampilan fisik, mayat yang sempat terapung di air paling menung ketahanan mental. Kondisinya sungguh menyedihkan seperti lazimnya korban pembunuhan di luar ruangan Martabat korban yang terinjak-injak menimbulkan kemarahan yang harus dipendam agar penyidikan ber-jalan lancar. Pada kasus-kasus pembunuhan di dalam rumah sering kali ditemui petunjuk-petunjuk mengenai tingkah laku korban yang tidak menyenangkan, dan para korban sang korbanistri yang babak belur, anak-anak yang dianiayaberkerumun dan berbisik-bisik bahwa korban telaH mendapat ganjaran setimpal atas perbuatannya, dan sering kali memang demikian halnya. Namun tak seorang pun patut mengalami nasib seperti para korban Buffalo Bill. Kulit mereka pun tak utuh lagi ketika mereka tergeletak di tepi sungai, di antara kaleng-kaleng oli dan sampah lainnya. Wajah para korban yang ditemukan saat cuaca dingin pada umumnya masih dapat dikenali. Starling sadar mereka tampak meringis bukan karena menahan sakit, melainkan karena digerogoti ikan dan bulus yang mencari makan.
25
Ia takkan seberapa terusik oleh foto-foto itu kalau saja udara di kabin tidak begitu pengap dan kalau saja pesawatnya tidak oleng karena sebelah baling-balingnya lebih "menggigit", dan kalau saja matahari tidak begitu terik menusuk-nusuk. Buffalo Bill bisa diringkus. Starling berpegang pada keyakinan tersebut agar dapat duduk tenang kabin pesawat yang semakin lama terasa semak-sempit, dengan setumpuk informasi mengerikan di granny a. Ia bisa membantu menghentikan orang Kemudian mereka bisa memasukkan berkas kasus jjjj ke dalam laci arsip dan melupakannya. Ia menatap bagian belakang kepala Crawford. Kalau hendak memburu Buffalo Bill, ia berada bersama orang yang tepat. Crawford telah berhasil melacak tiga pembunuh berantai, namun bukan tanpa korban. Will Graham, pemburu paling hebat yang pernah bertugas di bawah Crawford, merupakan legenda di Academy; kini ia menjadi pemabuk di Florida, dengan wajah yang membuat orang enggan memandangnya, demikian kabar burung yang didengar Starling. Barangkali Crawford sadar diperhatikan dari belakang. Ia bangkit dari tempat duduknya. Si pilot menyesuaikan posisi kemudi untuk menyeimbangkan pesawat ketika Crawford pindah ke belakang dan duduk di samping Starling. Crawford melepaskan kacamata hitamnya menggantinya dengan kacamata bifokal, dan Starling langsung merasa kembali mengenalnya. "Aku kepanasan, kau kepanasan?" tanya Crawford. "Bobby, di sini terlalu panas," serunya kepada pilot di depan. Bobby memutar tombol, dan seketika udara dingin mengalir. Embusannya di kabin yang lembap menghasilkan beberapa butir salju yang kemudian menempel di rambut Starling. Lalu Jack Crawford mulai berburu. Matanya menyerupai langit musim dingin yang cerah. Ia membuka peta Amerika Serikat bagian Tengah dan Timur yang terlampir pada berkas kasus. Lokasi masing-masing korban ditemukan telah ditandai dengan titik-titik: yang tampak tersebar secara acak, saling berjauhan.
Crawford mengambil bolpoin dari kantong dan menandai lokasi terbaru, tujuan mereka. "Sungai Elk, enam mil dari U.S. 79," katanya, "Kali ini kita beruntung. Mayatnya tersangkut tali pancingan. Polisi setempat menduga mayat itu belum lama dibuang. Mereka membawanya ke Potter, ibu kota
COUNTY.
Aku ingin
secepatnya mengidentifikasi korban, agar kita bisa mencari orang-orang yang mungkin menyaksikan penculikan. Sidik jarinya akan kita kirim lewat saluran darat." Crawford mengangkat dagu dan menatap Starling. "Jimmy Price bilang kau mampu menangani mayat terapung." "Sebenarnya, aku belum pernah menangani mayat terapung utuh," sahut Starling. "Aku sekadar mengambil sidik jari dari tangan-tangan yang diterima Mr. Price lewat pos setiap hari. Tapi cukup banyak di antaranya berasal dari mayat terapung." Orang-orang yang belum pernah bertugas di bawah pengawasan Jimmy Price cenderung menganggapnya orang tua yang suka menggerutu, namun pada dasarnya baik hati. Tapi sesungguhnya, Jimmy Price memang bertabiat buruk. Ia penyelia Latent Prints di lab Washington, dan Starling sempat bekerja di bawah bimbingannya sebagai Forensic Fellow. "Si Jimmy," kata Crawford sambil tersenyum sendiri. "Apa sebutan untuk pekerjaannya?" "Posisi itu disebut 'lab wretch'. Ada juga yang menyebutnya Tgor'itu yang tertulis pada celemek karet yang harus kita pakai." "Ya, itu dia." "Kita disuruh membayangkan bahwa kita sedang membedah katak." Hmm, begitu...." "Lalu kita diberi paket dari UPS. Semuanya ikut penonton, bahkan ada yang buru-buru kembali dari rehat kopimereka berharap kita muntah. Aku sanggup mengambil sidik jari mayat terapung. Malahan..." "Oke, sekarang coba lihat ini. Korban pertama yang kita ketahui ditemukan di Sungai Blackwater di Missouri, di pinggiran Lone Jack, bulan Juni lalu. Korban bernama Bimmel, dilaporkan hilang di Belvedere, Ohio, tanggal 15 April, dua bulan sebelumnya. Tidak banyak petunjuk yang berhasil kita peroleh kita butuh waktu tiga bulan sekadar untuk mengidentifikasi dia. Korban berikut diculik di Chicago pada minggu ketiga bulan April. Dia ditemukan di sungai
26
Wabash di pusat kota Lafayette, Indiana, hanya sepuluh hari setelah dia diculik, sehingga kita masih sempat memastikan apa yang terjadi dengannya. Kemudian ada wanita kulit putih, awal dua puluhan, dibuang ke sungai Rolling Fork di dekat 1-65, sekitar tiga puluh delapan mil sebelah selatan Louisville, Kentucky. Sampai sekarang dia belum diidentifikasi. Lalu korban yang bernama Varner. Dia diculik di Evansville, Indiana, dan dibuang ke sungai Embarras di dekat Interstate 70 di bagian timur Illinois. Setelah itu si pembunuh berpindah ke Selatan dan membuang satu korban ke sungai Conasauga di Damascus, Georgia, tidak jauh dari Interstate 75. Namanya Kittridgeini foto wisudanya. Si pembunuh luar biasa mujursampai sekarang belum pernah ada saksi yang melihatnya menculik korban-korbannya. Kita belum melihat pola tertentu, kecuali bahwa semua korban Uang di dekat jalan raya antarnegara bagian." "Kalau jalur-jalur berlalu lintas paling padat dilacaL mundur dari tempat-tempat dia membuang korbannya apakah ada titik temunya?" "Tidak." "Bagaimana kalau kita... MENGANDAIKAN... bahwa dia membuang korban dan menculik yang berikut dengan sekali jalan?" tanya Starling. Ia sengaja tidak menggunakan kata ASUMSI yang terlarang. "Korban pertama tentu dibuang dulu, bukan, sebab siapa tahu ada masalah dengan penculikan berikut? Jadi, kalaupun tertangkap basah, dia hanya bisa dikenakan tuduhan penyerangan karena tak ada mayat di mobilnya. Nah, bagaimana kalau kita tarik garis penghubung dari masing-masing lokasi penculikan ke lokasi pembuangan sebelumnya?" "Ide bagus, tapi dia juga berpikir ke situ. Kalaupun dia
MENGERJAKAN
berputar-putar dulu. Kita sudah mengadakan simulasi komputer, mula-mula dengan menganggap dia bergerak ke barat lewat jalur-jalur Interstate, lalu sebaliknya. Kita juga sudah mencoba berbagai kombinasi berdasarkan perkiraan tanggal masing-masing penculikan dan pembuangan. Datanya dimasukkan ke komputer dan hasilnya cuma asap. Komputer kita berkesimpulan dia tinggal di daerah Timur. Dia tidak mengikuti siklus peredaran bulan. Tak ada korelasi dengan konvensi-konvensi di kota-kota yang bersangkutan. Dia cerdik, Starling." "Dan terlalu berhati-hati untuk orang yang tidak memedulikan nyawanya sendiri." Crawford mengangguk. "Ya, terlalu berhati-ha' Dia sudah tahu cara mengadakan hubungan yan bermakna, dan dia ingin terus menikmatinya. Kukira clia takkan berbuat nekat." Crawford menuang air dari termos dan memberikannya pada pilot mereka. Setelah memberikan segelas pada Starling, ia mencampurkan Alka-Seltzer untuk dirinya sendiri. Perut Starling serasa diaduk-aduk ketika pesawat mereka mulai turun. "Ada beberapa hal, Starling. Aku mengandalkanmu untuk urusan forensik, tapi aku butuh lebih dari itu. Kau tidak banyak bicara, dan itu tidak apa-apa, aku pun begitu. Tapi jangan pernah beranggapan kau harus punya fakta baru dulu sebelum bisa membicarakan sesuatu. Jangan ragu-ragu menanyakan apa pun.. Kau akan melihat hal-hal yang luput dari perhatianku dan aku ingin tahu semuanya. Barangkah kau memang berbakat. Dan inilah kesempatan untuk membuktikannya." Dalam hati Starling bertanya sudah berapa lama -Crawford berniat melibatkannya dalam kasus ini, sudah berapa lama ia memupuk hasrat Starling untuk membuktikan kemampuan. Crawford memang pemimpin yang pandai menangani anak buah. "Kalau kau cukup lama memikirkan dia dan melihat tempat-tempat yang didatanginya, kau akan mengembangkan indra keenam tentang dia," Crawford melanjutkan. "Percaya atau tidak, pada saat-saat tertentu kau bahkan tidak membencinya. Lalu, kalau kau beruntung, dari segala sesuatu yang telah kauketahui ada satu hal yang tiba-tiba menarik perhatianmu.
Se
gera beritahu aku kalau itu terjadi, Starling. Tanpa campur tangan pihak luar pun, kejahatan seperti ini sudah cukup membingungkan. Jangan gugup karena serombongan petugas polisi. Bukalah matamu Dengarkan bisikan hati nuranimu. Pisahkan kejahatan ini dari semua yang terjadi di sekelilingmu. Jangan paksakan pola tertentu pada orang ini. Amati semuanya dengan pikiran terbuka, dan biarkan dia yang menunjukkannya.
"Satu hal lagi: penyelidikan seperti ini tak ubahnya kebun binatang. Kita akan bekerja di berbagai wilayah hukum, dan beberapa di antaranya dipimpin oleh orang-orang yang tidak kompeten. Kita harus pandai-pandai membawa diri, agar mereka mau bekerja sama. Sekarang ini kita ke Potter, West Virginia. Aku tidak tahu seperti apa orang-orang yang akan kita temui di sana. Mungkin saja takkan ada masalah, tapi mungkin juga kita akan disambut seperti petugas pajak." Pilot di depan melepaskan EARPHONE dan menoleh sedikit. "Kita sudah siap mendarat, Jack. Kau tetap di belakang?" "Yeah," jawab Crawford. "Selamat bertugas, Starling."
Potter funeral home menempati rumah paling besar di Potter Street di Potter, West Virginia, dan sekaligus berfungsi sebagai kamar mayat untuk Rankin County. Posisi petugas visum et repertum dipegang oleh seorang dokter umum bernama Dr. Akin. Jika ia menilai kematiaa .seseorang patut dipertanyakan, maka mayat bersangkutan dikirim ke Claxton Regional Medical Centre di county tetangga, di mana terdapat ahli patologi. Clarice Starling duduk di bangku belakang mobil patroli yang menjemput mereka di lapangan terbang. Ia terpaksa merapat ke kisi-kisi pemisah agar dapat mendengar suara deputi yang sedang memberi penjelasan kepada Jack Crawford sambil menyetir. Sebuah upacara pemakaman sudah siap dilangsungkan di Potter Funeral Home. Orang-orang yang hendak melayat, masing-masing dengan pakaian terbaik mereka, membentuk antrean tertib dari pintu sampai ke trotoar. Di pelataran parkir pribadi di belakang gedung itu, tempat mobil jenazah menunggu, ada dua deputi muda dan satu deputi tua yang berdiri di bawah pohon elm bersama dua polisi negara bagian. Udara tidak terlalu dingin, sehingga embusan napas mereka tidak berembun. Starling mengamati para petugas itu ketika mobil patroli yang ditumpanginya membelok ke pelataran parkir, dan saat itu juga ia tahu latar belakang orang-orang tersebut. Ia tahu mereka tinggal di rumahrumah yang mempunyai kabinet berlaci sebagai pengganti lemari pakaian, dan ia pun dapat membayangkan isi kabinet-kabinet itu. Ia tahu orang-orang itu mempunyai saudara yang menggantungkan baju pada dinding karavan yang mereka diami. Ia tahu bahwa deputi tua itu menghabiskan masa kecilnya di rumah dengan pompa air di serambi depan dan dulu menuju halte bus sekolah dengan menenteng sepatu agar tidak kotor terkena lumpur, persis seperti yang dilakukan ayahnya sendiri. Ia tahu mereka membawa makan siang dalam kantong-kantong kertas penuh noda minyak karena telah digunakan berulang-ulang, dan bahwa kantong-kantong kertas itu dilipat lagi setelah makan siang dan diselipkan ke kantong belakang celana -jeans masing-masing. Starling ragu apakah Jack Crawford mengenal dunia orang-orang itu. Sisi dalam pintu belakang mobil patroli tidak dilengkapi gagang. Hal ini diketahui Starling ketika Crawford dan penjemput mereka turun dan mulai menuju bagian belakang rumah mayat. Ia terpaksa menggedor-gedor kaca sampai salah satu deputi di bawah pohon melihatnya, dan si pengemudi tergopoh-gopoh kembali dan membukakan pintu dengan wajah merah padam. Ketiga deputi memperhatikannya sambil melirik ketika ia berjalan melewati mereka. Salah seorang menyapa dengan, "Ma'am." Starling mengangguk singkat dan tersenyum sekadarnya, lalu menyusul Crawford ke serambi belakang. Setelah Starling cukup jauh, salah satu deputi muda, seorang pengantin baru, menggaruk-garuk dagu dan berkomentar, "Dia tidak secantik yang dia pikir." "Hmm, kalaupun dia menganggap dirinya cantik minta ampun, aku terpaksa mendukungnya," sahut rekannya yang sebaya. "Aku takkan keberatan berkencan dengan dia." "Aku mendingan makan semangka, meskipun udara lagi dingin," gumam si deputi tua. Crawford sedang bicara dengan chief deputy, seorang pria kecil yang kaku, dengan kacamata berbingkai tipis dan sepatu bot berpinggiran elastis yang tercantum dengan nama "Romeos" dalam katalog-katalog. Mereka sudah pindah ke koridor belakang yang remang-remang, tempat sebuah mesin Coke berdengung dan berbagai barang dirapatkan ke dindingmesin jahit, sepeda roda tiga, segulung rumput tiruan, serta tenda kanvas bermotif garis yang terlilit pada tiang-tiangnya. Di dinding ada gambar Saint Cecilia pada keyboard. Rambutnya dikepang mengelilingi kepala, dan keyboard-nya bertaburan mawar. "Terima kasih atas pemberitahuan Anda yang begitu cePat, Sheriff," ujar Crawford. Si chief deputy tidak meladeni basa-basi itu. Bukan kami yang menghubungi Anda, tapi orang dari kejaksaan," katanya. "Sheriff Perkins sedang mengikuti tur ke Hawaii bersama Mrs. Perkins. Saya sempat interlokal ke sana jam delapan tadi pagj berarti jam tiga dini hari waktu Hawaii. Dia akan menghubungi saya lagi hari ini, tapi dia berpesan bahwa Tugas Nomor Satu adalah mencari tahu apakah korban warga sini. Bisa jadi kami sekadar terkena getah perbuatan orang luar. Kami pernah mendapatkan mayat yang dibawa dari Phenix City, Alabama." "Di sinilah kami bisa membantu Anda, Sheriff Kalau..." "Saya sudah menghubungi markas komando polisi negara bagian di Charleston. Komandannya akan mengirim beberapa petugas dari Criminal Investigation Section, atau lebih umum dikenal sebagai CIS. Mereka akan memberikan segala bantuan yang kami perlukan." Koridor mulai dipenuhi deputi dan polisi. "Saya minta Anda bersabar dulu. Kami bukannya tidak mau bekerja sama, tapi untuk sementara..." "Sheriff, dalam kejahatan seks seperti ini, ada beberapa aspek yang lebih mudah dibahas di antara kita berdua saja, sebagai sesama pria, Anda mengerti maksud saya, bukan?" Crawford berkata sambil menyinggung kehadiran Starling dengan gerakan dagu. Ia menggiring lawan bicaranya ke salah satu ruang kerja dan menutup pintu. Starling terpaksa memendam kegusarannya di hadapan para deputi. Sambil menger-takkan gigi, ia menatap Saint Cecilia dan membalas senyum orang suci itu sambil menguping pembicaraan di balik pintu. Ia mendengar suara-suara bernada sengit, lalu penggalanpenggalan percakapan telepon-Tak sampai empat menit kemudian, Crawford dan si chief deputy sudah keluar lagi. Si chief deputy pasang tampang kencang. "Oscaf' panggil Dr. Akin. Seharusnya dia memang ikut upacara, tapi rasanya mereka belum mulai. Beritahu dia ada telepon dari Claxton." Dr. Akin, petugas visum setempat, memasuki ruang kerja yang sempit. Ia berdiri dengan sebelah kaki diangkat ke atas kursi dan berbicara sebentar dengan ahli patologi di Claxton. Kemudian ia memberi lampu hijau kepada Crawford. Jadi, di ruang pembalseman dengan wallpaper bermotif mawar dan langit-langit tinggi itulah Clarice Starling untuk pertama kali menghadapi secara langsung bukti perbuatan Buffalo Bill. Kantong jenazah berwarna hijau terang yang tertutup rapat merupakan satu-satunya benda modern di ruangan tersebut. Kantong itu terbaring di meja pembalseman kuno, dan tercermin pada pintu kaca
28
29
30
"A NTAR saya ke lab' Jeff'" Crawford berkata kepada pengemudi mobilnya. "Setelah itu tunggu Officer Starling di Smithsonian. Dari sana dia langsung ke Quantico." "Baik, Sir." Mereka sedang menyeberangi Sungai Potomac, berlawanan arah dengan arus lalu lintas after-dinner, dalam perjalanan dari National Airport menuju pusat kota Washington. Anak muda di belakang kemudi tampak penuh hormat kepada Crawford dan menyetir dengan amat hati-hati. Starling tidak menyalahkannya; semua orang di Academy tahu bahwa orang terakhir yang membuat kekacauan di bawah komando Crawford kini ditugasi menyelidiki rangkaian kasus pencurian pada instalasi-instalasi DEW di sepanjang Lingkar Kutub Utara. Crawford sendiri tampak muram. Sembilan jam telah berlalu sejak ia mengirimkan sidik jari dan foto korban, tapi korban belum juga berhasil diidentifikasi. Bersama para polisi West Virginia, ia dan Starling telah memeriksa jembatan dan tepi sungai sampai gelap, namun tanpa hasil. Starling sempat mendengarnya menelepon dari pes wat untuk meminta juru rawat bertugas malam dj rumah. Sedan FBI tanpa tanda pengenal yang mereka tumpangi terasa tenang sekali dibandingkan Blue Ca noe, dan mereka tak lagi perlu berteriak-teriak. "Aku akan menyiapkan hotline dan Latent Descriptor Index setelah membawa sidik jarinya ke ID" ujar Crawford. "Siapkan sisipan untuk berkas kasus Sisipan, bukan 302kau tahu caranya?" "Aku tahu." "Misalkan aku jadi Index, coba ceritakan apa yang baru." Starling butuh beberapa detik untuk mengumpulkan informasi tersebutia bersyukur Crawford tampak tertarik pada perancah-perancah di Jefferson Memorial yang sedang mereka lewati.
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Penjaga pintu Smithsonian's mengantar Clarice Starl Starling ke tingkat dua di atas gajah besar. Pintu lift membuka dan mereka melangkah Starling ke tingkat dua di atas gajah besar. Pintu lift membuka dan mereka melangkah ke ruangan yang luas dan remang-remang. Crawford sudah menunggu dengan tangan terselip dalam kantong jas hujan. "Malam, Starling." ["Halo." BCrawford menoleh kepada penjaga. "Kami sudah tahu jalannya, Officer, terima kasih." PCrawford dan Starling berdampingan menyusuri koridor yang diapit tumpukan peti dan kotak berisi spesimenspesimen antropologi. Beberapa lampu di langit-langit menyala, tapi tidak banyak. Starling berjalan sambil menundukkan kepala dan merenung, seperti yang biasa dilakukan orang saat melintasi kampus, dan tiba-tiba ia menyadari bahwa Crawford hendak meletakkan tangan pada pundaknya, dan Crawford akan melakukannya kalau saja hubungan mereka memungkinkannya. Ia menunggu Crawford angkat bicara. Akhirnya ia herhenti dan menyelipkan tangan ke dalam kantong. Mereka saling berhadapan di tengah koridor yang sunyi. Crawford menyandarkan kepala pada tumpukan peti dan menarik napas panjang. "Kemungkinan besar Catherine Martin masih hidup," katanya. Starling mengangguk-angguk, lalu menundukkan kepala. Barangkali Crawford lebih mudah bicara kalau tidak ditatap langsung. Roman mukanya tampak biasa, namun sepertinya ada sesuatu yang membuatnya tertekan. Sepintas lalu Starling menyangka istrinya meninggal. Namun mungkin juga Crawford menjadi murung karena menghabiskan satu .hari bersama ibu Catherine yang tengah tertimpa musibah. "Tak banyak yang kuperoleh di Memphis," kata Crawford. "Tampaknya korban diculik di pelataran parkir. Tak ada yang melihat kejadiannya. Dia masuk ke apartemennya dan entah kenapa kemudian keluar lagi. Sepertinya dia tidak bermaksud berlama-lama pintu apartemennya dibiarkan terbuka dengan memasang pengaman deadlock agar jangan sampai terkunci secara tidak sengaja. Kunci pintunya ditemukan di atas pesawat TV. Tak ada yang diotak-atik. Kelihatannya dia hanya sebentar di dalam. Dia tidak sempat memeriksa mesin penjawab telepon di kamar tidur. Lampunya masih menyala ketika pacarnya akhirnya memanggil polisi. "Catherine ada di tangannya sekarang, Starling. Jaringan-jaringan TV setuju untuk tidak mengadakan countdown pada siaran berita malamDr. Bloom kuatir itu akan memicu Bill untuk bertindak. Tapi beberapa tabloid mungkin tak bisa dicegah." Pada salah satu kasus penculikan sebelumnya, polisi menemukan baju yang tersayat di punggung dan berbasi mengidentifikasi korban sementara ia masih ditawan. Starling masih ingat countdown bertepi hitam yang terpampang pada halaman depan koran-koran kuning. Countdown itu mencapai hitungan kedelapan belas sebelmu korban ditemukan mengambang di sungai. "Jadi, Catherine Baker Martin sedang menanti nasib di tempat tetirah Bill, dan kita punya waktu sekitar satu minggu. Itu batas maksimalBloom berpendapat selang waktu Bill beraksi semakin singkat." I Tidak biasanya Crawford bicara panjang-lebar seperti itu. Dan istilah "tempat tetirah" terasa dibuat-buat. Starling tak sabar menunggu Crawford menfcaskan maksud sesungguhnya, dan ia tak perlu menunggu lama-lama. "Tapi kali ini. Starling, kali ini kita mungkin agak beruntung." Starling menatapnya sambil mengerutkan kening, penuh harapan namun sekaligus waspada. "Kita menemukan serangga lagi. Kawan-kawanmu, Pilcher dan... vang satu lagi." f "Roden." "Mereka sedang menelitinya." "Di mana Anda mendapatkannyaKentucky?gadis di kamar pendingin itu?" "Bukan. Mari, biar kutunjukkan. Aku ingin tahu pendapatmu mengenai ini." "Bagian Entomologi ada di sebelah sana, Mr.Crawford." * "Aku tahu," jawab Crawford. Mereka membelok ke pintu Antropologi. Cahaya dan suara-suara menembus pintu berkaca susu itu Starling melangkah masuk. Tiga pria dengan jas lab bekerja pada meja di tengah ruangan, di bawah lampu yang terang-benderang. Dari tempat Starling berdiri, tidak terlihat apa yang sedang mereka lakukan. Jerry Burroughs dari seksi Ilmu Perilaku mengamati tindak-tanduk mereka sambil membuat catatan pada clipboard. Starling mencium bau yang terasa sudah dikenalnya. Kemudian salah satu pria berbaju putih memindahkan sesuatu ke tempat cuci tangan dan Starling segera mengenalinya. Pada nampan baja tahan karat di meja ia melihat "Klaus," kepala yang ditemukannya di Split City Mini-Storage. "Serangga yang kuceritakan tadi berasal dari teng-gorokan Klaus," ujar Crawford. "Tunggu sebentar, Starling. Jerry, kau sedang bicara dengan ruang operator?" Burroughs sedang membacakan catatan pada clipboard sambil menjepit gagang telepon. Dengan sebelah tangan ia menutup pesawat. "Yeah, Jack, gambar rekaan Klaus sedang dikeringkan." Crawford mengambil alih telepon. "Bobby, jangan tunggu sambungan Interpol. Buka saluran gambar dan kirim foto-fotonya sekarang juga, berikut laporan medis. Negara-negara Skandinavia, Jerman Barat, Belanda. Jangan lupa sebutkan bahwa Klaus mungkin awak kapal dagang yang kabur dari kapalnya. Dan tambahkan bahwa Asuransi Kesehatan Nasional mereka mungkin punya klaim untuk tulang pipi yang retak. Apa itu namanya, zygomatic arch. Sekalian jgrimkan kedua bagan gigi, universal dan Federation pentaire. Memang sudah kedaluwarsa, tapi lumayan untuk perkiraan kasar." Ia mengembalikan telepon kepada Burroughs. "Mana barang-barangmu, Starling'" "Di ruang penjaga di bawah." "Johns Hopkins yang menemukan serangga itu," Crawford berkata ketika mereka menunggu lift. "Mereka memeriksa kepalanya untuk kepolisian Baltimore County. Serangga itu tersangkut di tenggorokan, persis seperti pada gadis di West Virginia." "Seperti di West Virginia." "'Sepertinya kau ragu. Johns Hopkins menemukan serangga itu pukul tujuh malam tadi. Aku
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
Jack Crawford menolak tawaran kopi dari Dr. Danielson, namun mengambil gelas plastik untuk mencampurkan Alka-Seltzer di tempat cuci tangan di belakang pos juru rawat. Segala sesuatu terbuat dari baja tahan karat: tempat gelas, counter, tempat sampah, bingkai kacamata Dr. Danielson. Bendabenda logam itu mengingatkan Crawford pada peralatan bedah, dan membuat jari manisnya terasa tidak nyaman di balik cincin kawin. Hanya ia dan Dr. Danielson yang berada di ruangan kecil itu. "Tidak bisa kalau tanpa surat perintah dari pengadilan," Dr. Danielson berkata sekali lagi. Ia bersikap ketus untuk mengimbangi keramahannya saat menawarkan kopi. Danielson adalah kepala Gender Identity Clinic di Johns Hopkins, dan ia bersedia menemui Crawford
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
Officer starling, Dr. Pilcher menunggu Anda di Insect Zoo. Saya akan mengantar Anda ke sana," ujar si penjaga. Untuk mencapai Insect Zoo dari sisi Constitution Avenue, pengunjung museum harus naik lift ke tingkat di atas gajah besar, lalu melintasi lantai luas tempat-memamerkan sejarah manusia. Peragaan pertama yang dilewati adalah deretan-deretan tengkorak yang diatur menanjak dan menyebar untuk menggambarkan ledakan populasi manusia sejak zaman Yesus Kristus. Starling dan penjaga itu melintasi ruangan remang-remang berisi gambar-gambar yang menjelaskan asal-usul manusia dan berbagai variasinya. Mereka melewati peragaan-peragaan ritualtato, kaki ikat, modifikasi gigi, pembedahan Peru, mumifikasi. "Anda pernah melihat Wilhelm von Ellenbogen?" si penjaga bertanya sambil mengarahkan senternya
80
81
82
83
Wanita seksi, kulit mulus, penuh gairah hidup, 21, model, mencari teman pria yang menghargai kualitas DAN kuantitas. Model tangan dan kosmetika, kau mengenalku dari iklan-iklan majalah, sekarang aku ingin berkenalan denganmu. Kirim foto dan surat pertama. Crawford berpikir sejenak, menggaruk-garuk kepala, lalu mencoret kata "seksi" dan menggantinya dengan "padat berisi". Kepalanya merunduk dan ia tertidur. Layar monitor komputer yang berwarna hijau tercermin sebagai bujursangkar kecil pada lensa kacamatanya. Kini ada gerakan pada monitor, baris-baris teks merangkak ke atas, memantul pada kacamatanya. Sambil tidur Crawford menggelengkan kepala, seakan-akan tergelitik.
PESAN ITU BERBUNYI: POLISI MEMPHIS MENEMUKAN 2 BENDA SAAT MENGGELEDAH SEL LECTER. (1) KUNCI BORGOL YANG DIBUAT DARI TABUNG TINTA BOLPOIN. DIIRIS DENGAN CARA MENGGOSOK, BALTIMORE MINTA SEL RSJ DIPERIKSA, AUTH COPLEY, SAC MEMPHIS. (2) SATU LEMBAR KERTAS DITINGGALKAN MENGAMBANG DI TOILET OLEH BURONAN. LEMBAR ASLI DIKIRIM KE WX DOCUMENT SECTION/LAB. BERIKUT INI TULISAN YANG DITEMUKAN. GRAPHIC SPLIT KE LANGLEY, UP: BENSON - KRIP-TOGRAFI. KETIKA TULISAN YANG DIMAKSUD MUNCUL DI LAYAR, YANG TERBACA ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
C33H36l L T O6N4
Bunyi bip-bip dari komputer tidak membangunkan Crawford, tapi tiga menit kemudian ia terjaga karena pesawat teleponnya berdering-dering. Peneleponnya Jerry Burroughs di hotline National Crime Information Center. "Sudah lihat monitor, Jack?" "Sebentar," ujar Crawford. "Yeah, oke." "Lab sudah menguraikannya, Jack. Gambar yang ditinggalkan Lecter di WC. Angka-angka di antara huruf-huruf pada nama Chilton, ini biokimia CBH36N406rumus suatu pigmen dalam kotoran manusia yang disebut bilirubin. Lab bilang ini zat warna utama pada tinja." "Sial." "Kau benar tentang Lecter. Dia cuma mempermainkan mereka. Malang bagi Senator Martin. Anakanak lab bilang, warna bilirubin persis seperti warna rambut Chilton. Humor RSJ, kata mereka. Kau lihat Chilton di berita jam enam tadi?" "Tidak." "Marilyn Sutter sempat menontonnya di atas. Chilton gembar-gembor mengenai 'Pencarian terhadap Billy Rubin'. Setelah itu dia pergi makan malam bersama reporter TV. Dia sedang di restoran waktu Lecter kabur. Dasar brengsek." "Lecter berpesan kepada Starling untuk mengingat-ingat bahwa Chilton tidak punya gelar kedokteran," ujar Crawford. "Yeah, aku membaca laporannya. Menurut aku Chilton mencoba merayu Starling, tapi ditolak mentah-mentah. Chilton memang tolol, tapi dia tidak buta. Bagaimana keadaan Starling?" "Dia capek. Tapi kelihatannya baik-baik saja." "Apakah dia juga dipermainkan Lecter?" "Bisa jadi. Tapi petunjuknya akan kita lacak terus. Aku tidak tahu apa yang dilakukan oleh klinik-klinik. Seharusnya sejak awal catatan mereka kita minta melalui pengadilan. Sekarang kita jadi tergantung pada mereka, dan aku tidak suka itu. Kalau sampai siang nanti belum juga ada kabar, kita ambil jalur pengadilan." "Ehm, Jack... mestinya ada orang yang tahu tampang Lecter, bukan?" "Tentu." "Kemungkinan besar dia sedang tertawa-tawa." "Tapi takkan lama," sahut Crawford.
84
Ardelia mapp berada dalam posisi seperti biasa, duduk bersandar di tempat tidur sambil memegang buku. Ia sedang mendengarkan radio khusus berita. Ketika Clarice Starling melangkah masuk, ia mematikan radio. Melihat wajah Starling yang kuyu, ia tidak menanyakan apa-apa, hanya menawarkan; "Mau minum teh?" Kalau sedang belajar, Mapp selalu ditemani minuman seduhan dari daun-daun kiriman neneknya, yang disebutnya "Smart People's Tea". Dari dua orang paling pandai yang dikenal Starling, yang satu sangat tenang, sementara yang satu lagi justru paling menakutkan. Starling berharap keadaan menjadi seimbang. "Kau beruntung tidak masuk hari ini," ujar Mapp. 'Si Kim Won sialan itu benar-benar memacu kami sampai ambruk. Aku tidak bohong. Sepertinya gravitasi di Korea lebih kuat dibandingkan di sini. Mereka datang kemari dan mendadak jadi ringan. Mereka disuruh mengajar olahraga, karena bagi mereka tidak ada susahnya... o ya, John Brigham sempat mampir." "Kapan?" "Sore tadi. Dia tanya apa kau sudah pulang. Rambutnya dilicinkan ke belakang. Dia mondar-mandir seperti anak baru di lobi. Aku mengobrol sebentar dengannya. Dia bilang bila kau merasa ketinggalan pelajaran, kita bisa menggunakan jam-jam latihan menembak untuk belajar selama beberapa hari. Dan ia akan membuka lapangan pada akhir pekan untuk memberi kita kesempatan berlatih menembak. Aku bilang aku akan memberi kabar padanya. Untung saja ada pelatih sebaik dia." "Yeah, dia memang baik." "Kau sudah tahu kau diminta ikut dalam pertandingan antarinstansi melawan DEA dan Bea Cukai?" "Belum." "Bukan pertandingan wanita. Pertandingan terbuka. Pertanyaan berikut: Kau sudah tahu bahan Fourth Amendment untuk hari Jumat?" "Sebagian besar sudah." "Oke, bagaimana dengan Chimel versus CaliforniaT "Penggeledahan di sekolah-sekolah lanjutan." "Ada apa dengan penggeledahan di sekolah?" "Entahlah." "Ini menyangkut konsep 'immediate reach.' Siapa Schneckloth." "Aduh, mana kutahu." "Schneckloth versus Bustamonte." "Ehm, reasonable expectation of privacyl" "Huh, itu prinsip Katz. Schneckloth adalah izin melakukan penggeledahan. Kelihatannya kita harus buka buku. Aku punya semua catatan." "Jangan malam ini."
85
Beberapa menit sebelum pukul 3.00 dini hari, Crawford, yang tidur di samping istrinya, terjaga. Napas Belia terhenti sejenak dan ia bergerak di tempat tidur. Crawford duduk tegak dan meraih tangan istrinya. "Belia?" Wanita itu menarik napas panjang dan mengembuskannya. Untuk pertama kali dalam beberapa hari, matanya terbuka. Crawford merapatkan wajah, tapi tidak yakin Belia bisa melihatnya. "Belia, aku cinta padamu, Sayang," katanya. Rasa takut memenuhi dadanya, berkeliling bagaikan kelelawar di dalam rumah. Kemudian ia berhasil mengendalikan diri. Ia ingin mengambilkan sesuatu untuk Belia, apa saja, tapi ia tak ingin Belia merasakan tangannya dilepas. Ia menempelkan telinga ke dada Belia. Ia mendengar denyut pelan, tak berirama, lalu jantung Belia berhenti. Tak ada lagi yang terdengar selain bunyi berdesir. Crawford tidak tahu apakah bunyi itu ada di dada Belia atau hanya di telinganya sendiri. "Semoga Tuhan memberkatimu dan menerimamu di sisiNya... bersama keluargamu," ujar Crawford, kata-kata yang berasal dari lubuk hatinya. Ia bersandar pada kepala tempat tidur dan mendekap Belia. Dagunya menggeser syal yang menutupi sisa-sisa rambut istrinya. Ia tidak menangis. Air matanya telah kering. Crawford mengganti baju Belia dengan baju kesukaannya, lalu duduk di tempat tidur sambil menempelkan tangan Belia ke pipinya. Tangannya berbentuk persegi, menyiratkan kecerdasan, tangan yang gemar berkebun, namun kini ditandai bekas-bekas jarum infus. Setiap kali Belia kembali dari kebun, tangannya berbau wangi. ("Anggap saja seperti putih telur di jarimu," teman-teman Belia di sekolah menasihatinya tentang seks. Bella dan Crawford masih menertawakan hal itu di tempat tidur, bertahun-tahun silam, bertahun-tahun kemudian, tahun lalu. Jangan pikirkan itu, ingatlah kenangan yang baik, yang murni. Itulah kenangan yang murni. Belia mengenakan topi bundar dan sarung tangan putih, dan sedang naik lift ketika pertama kali Crawford menyiulkan Begin the Beguine dengan aransemen yang dramatis. Di dalam kamar, Belia sempat menggodanya dengan berkata kantong celananya penuh sesak seperti kantong anak kecil.) Crawford pindah ke kamar sebelahia masih bisa membalik setiap kali ia mau dan melihat Belia melalui pintu yang terbuka, tersorot cahaya hangat dari lampu di samping tempat tidur. Ia menunggu jasad Belia menjadi objek seremonial yang terpisah dari dirinya, terpisah dari orang yang didekapnya di tempat tidur, dan terpisah dari teman hidup yang kini dikenangnya. Agar ia bisa memanggil mobil jenazah untuk menjemputnya. Dengan tangan kosong tergantung di sisinya, ia berdiri di jendela dan memandang ke timur. Bukan fajar yang dicarinya; timur adalah arah jendelanya menghadap.
86
87
88
89
90
Crawdfqrd keluar dari rumah duka dan menoleh ke kiri-kanan, mencari-cari mobil yang dikemudikan Jeff. Namun yang dilihatnya justru Starling, yang mengenakan setelan jas berwarna gelap dan menunggu di bawah awning. "Tugaskanlah aku," Starling berkata. Crawford baru saja memilih peti jenazah untuk istrinya dan membawa kantong kertas berisi sepatu Belia yang sebenarnya tidak perlu dibawa. Ia mengalihkan pikirannya. "Aku minta maaf," ujar Starling. "Aku takkan datang sekarang kalau ada kesempatan lain. Tugaskanlah aku." Crawford menyelipkan tangan ke kantong dan tiba-tiba menggerakkan kepala hingga tulang lehernya berbunyi. Matanya bersinar-sinar. "Tugaskan ke mana?" "Anda mengirimku untuk mempelajari Catherine Martinsekarang aku perlu mempelajari yang lain. Kita tinggal mengusut cara Buffalo Bill berburu. Bagaimana dia menemukan para korbannya, bagaimana dia menculik mereka. Soal penyelidikan, aku tidak kalah dari anak buah Anda yang lain, dan dalam beberapa hal aku malah lebih baik. Semua korbannya wanita, dan tidak ada wanita yang menangani kasus ini. Aku bisa masuk ke kamar wanita dan mengetahui tiga kali lebih banyak mengenai dia daripada penyelidik pria, dan Anda tahu itu benar. Tugaskanlah aku."
91
Pada pagi hari keempat, Mr. Gumb siap memetik panennya. Pulang dari berbelanja barang-barang kebutuhan terakhir, ia harus menahan diri untuk tidak bergegas menuruni tangga ke basement. Ia masuk ke studio dan membongkar kantong-kantong belanja, seambinding baru, beberapa panil Lycra untuk dipasang di bawah placket, sekotak garam Kosher. Tak ada yang terlupakan. Ia pindah ke ruang kerja dan menyusun pisau-pisaunya pada handuk bersih di samping tempat cuci piring yang panjang. Pisaunya ada empat: pisau berpunggung lengkung untuk melepas kulit, pisau runcing yang dapat mengikuti setiap lekuk jari telunjuk, pisau bedah untuk pekerjaan paling halus, serta sangkur dari masa Perang Dunia Pertama. Sisi sangkur yang melengkung merupakan alat terbaik untuk membersihkan kulit tanpa mengoyaknya. Selain itu, ia juga memiliki gergaji bedah Strycker, namun gergaji tersebut jarang sekali digunakan, dan ia pun menyesal telah membelinya. Kini ia mengoleskan minyak ke kepala boneka penyimpan wig, menaburkan garam kasar, lalu menaruh boneka itu di sebuah wadah dangkal. Dengan jenaka ia mencubit hidung boneka dan memberinya ciuman jarak jauh. Ia sulit mengendalikan dirirasanya ia ingin menari-nari seperti Danny Kaye. Ia tertawa dan meniup pelan untuk mengusir ngengat yang terbang di depan wajahnya. Sudah waktunya menyalakan pompa di akuarium-akuarium berisi larutan segar yang telah disiapkannya. Oh, sepertinya ada kepompong di dalam tanah, di dasar kandang. Ia menekan-nekan dengan jari. Ya, ternyata memang ada. Sekarang giliran pistolnya. Sudah berhari-hari Mr. Gumb memikirkan cara terbaik untuk membunuh spesimen yang satu ini. Ia tak mungkin menggantungnya, karena akan menimbulkan bercak-bercak di dada; lagi pula, ia tidak mau mengambil risiko kulit di belakang telinga terkoyak akibat goresan simpul tali. Mr. Gumb telah belajar dari percobaan-percobaan sebelumnya. Ia sempat membuat sejumlah kesalahan yang cukup menyakitkan. Kini ia bertekad menghindari berbagai mimpi buruk yang sudah dialaminya. Ada satu hal yang ia jadikan pedoman: meski lemah karena lapar dan diam karena takut, para korbannya selalu melawan ketika melihat peralatannya. Di masa lalu, ia kerap berburu wanita muda di basement yang gelap gulita dengan menggunakan kacamata dan senter inframerah, dan ia sangat menikmatinya. Ia menyaksikan mereka meraba-raba mencari jalan, mencoba bersembunyi di pojok-pojok ruangan. Ia suka memburu mereka dengan pistol. Ia senang menggunakan pistol. Mereka selalu menjadi bingung, kehilangan keseimbangan, menabrak-nabrak rintangan. Ia berdiri dalam kegelapan pekat dengan mengenakan kacamata, menunggu sampai mereka menurunkan tansan dari wajah, lalu menembak mereka di kepala. Atau di kaki dulu, di bawah lutut, agar mereka tetap bisa merangkak. Perbuatan itu kekanak-kanakan dan sia-sia, dan ia pun telah menghentikan kebiasaan tersebut. Untuk proyek yang sedang dikerjakan sekarang, tiga korban pertama diajaknya mandi shower di lantai atas sebelum ditendang dari tangga dengan leher terikat talisemuanya berjalan lancar. Masalah baru muncul pada percobaannya yang keempat. Ia terpaksa menggunakan pistol di kamar mandi, dan ia membutuhkan waktu satu jam untuk membersihkan semua percikan darah. Ia membayangkan gadis itu, basah kuyup, merinding, gemetaran ketika ia mengokang pistol. Ia senang mengokangnyaklik klik satu letusan, lalu hening. Ia menyukai pistolnya, dan itu bisa dimengerti, sebab pistol itu memang bagus, sebuah Colt Python
92
93
Ruang kerja Jack Crawford di markas besar FBI di Washington terasa menyesakkan karena dicat abu-
94
95
Rumah Frederica Bimmel berlantai tiga dan berkesan tak terurus. Penutup atapnya terbuat dari lempengan-lempengan berlapis aspal yang tampak berkarat di tempat-tempat air hujan meluap dari talang. Tumbuhan liar di talang masih bertahan terhadap cuaca musim dingin. Jendela-jendela di sisi utara ditutup lembaran plastik. Seorang wanita setengah baya duduk di karpet, di ruang tamu yang kecil dan terasa hangat. Ia sedang bermain-main dengan bayi. "Istri saya," kata Bimmel ketika mereka melewati ruangan itu. "Kami menikah Natal kemarin." "Halo," ujar Starling. Wanita itu tersenyum tipis. Udara di koridor kembali terasa dingin, dan di mana-mana terlihat kardus-kardus ditumpuk setinggi pinggang, berisi tudung lampu, peralatan piknik, majalah Reader's Digest dan National Geographic lama, raket tenis kayu, seprai-seprai, bungkus jok mobil yang berbau kencing tikus. "Kami akan pindah," kata Mr. Bimmel. Warna barang-barang di dekat jendela sudah me-mudar akibat sinar matahari. Kardus-kardus telah menggembung karena ditumpuk selama bertahun-tahun. Cahaya matahari menerpa pagar tangga ketika Starling mengikuti ayah Fredrica ke atas. Baju pria itu berbau apak dalam udara dingin. Starling melihat sinar matahari menerobos langit-langit yang melendut di puncak tangga. Kardus-kardus yang menumpuk di bordes ditutupi plastik. Kamar Fredrica kecil, di bawah atap di tingkat tiga. "Anda masih perlu saya?" "Nanti, saya ingin bicara dengan Anda, Mr. Bimmel. Bagaimana dengan ibu Fredrica? Di berkas kami ditulis 'meninggal,' tapi tidak disebutkan kapan." "Apa maksud Anda, bagaimana dengan dia? Dia meninggal waktu Fredrica berumur dua belas tahun." "Hmm, begitu." "Anda pikir di bawah tadi ibu Fredrica? Padahal Anda sudah saya beritahu kami baru menikah Natal kemarin? Itu yang Anda pikir? Kelihatannya hukum biasa mengurusi golongan lain, Nona. Dia tak sempat mengenal Fredrica." "Mr. Bimmel, apakah kamar ini masih seperti yang ditinggalkan Fredrica?" Kemarahan Mr. Bimmel menguap. "Yeah," ia berkata pelan-pelan. "Kami membiarkannya apa adanya. Jarang ada orang yang bisa memakai baju-bajunya. Silakan pasang alat pemanas kalau Anda mau. Asal jangan lupa dimatikan lagi sebelum Anda turun." Mr. Bimmel tidak mau melihat kamar itu. Ia meninggalkan Starling di bordes. Sejenak Starling berdiri sambil menggenggam pegangan pintu yang dingin. Ia perlu menyusun pikirannya, sebelum kepalanya dipenuhi barang-barang Fredrica. Oke, anggapan dasar di sini adalah bahwa Buffalo Bill membunuh Fredrica lebih dulu, memberinya pemberat dan menyembunyikannya di sungai yang jauh dari tempat dia tinggal. Dia menyembunyikannya lebih saksama dari yang lainFredrica satu-satunya yang diberi pemberat karena dia ingin yang lainnya ditemukan lebih dulu. Dia ingin memberi kesan bahwa korban-korban diseleksi secara acak di tempat-tempat yang berjauhan sebelum Fredrica, dari" Belvedere, ditemukan. Dia merasa perlu mengalihkan perhatian dari Belvedere. Karena dia tinggal di sini, atau di Columbus. Dia mulai dengan Fredrica karena menginginkan kulitnya. Kita tidak mendambakan benda khayalan. Kita mendambakan hal-hal yang kita lihat sehari-hari. Dia melihat Fredrica dalam kegiatannya seharihari. Apa kegiatan sehari-hari Fredrica? Oke... Starling mendorong pintu. Ini dia, kamar sempit berbau apak di tengah udara dingin. Di dinding ada kalender tahun lalu, untuk selamanya menunjukkan bulan April. Sepuluh bulan sudah Fredrica meninggal. Makanan kucing, keras dan hitam, tampak di cangkir di pojok ruangan. Starling, yang telah berpengalaman mendekorasi fumah dengan barang bekas, berdiri di tengah ruangan dan memandang berkeliling. Fredrica pandai memanfaatkan barang-barang yang dimilikinya. Starling melihat syal bertulisan BHS BAND terpasang pada papan buletin. Di dinding ada poster Madonna serta poster Deborah Harry dan Blondie. Pada rak di atas meja terdapat gulungan wallpaper bermotif cerah yang digunakan Fredrica untuk melapisi dinding. Hasilnya tidak seberapa rapi, pikir Starling, namun lebih baik dibandingkan ketika ia pertama kali mencobanya dulu. Di rumah lain, kamar Fredrica akan berkesan ceria. Tapi di rumah yang suram ini, kamarnya menimbulkan kesan berteriak; gema keputusasaan yang tersirat pun tidak luput dari perhatian Starling. Fredrica tidak memajang foto dirinya. Starling menemukan foto Fredrica dalam buku tahunan sekolah di rak buku yang kecil. Glee Club, Home-Ec Club, Sew n' Sew, Band, 4-H Club barangkali merpati-merpati di luar pernah dijadikan proyek 4-H oleh Fredrica. Starling juga menemukan sejumlah tanda tangan dalam buku tahunan. "Untuk sobatku," dan "sahabatku", dan "bahu-membahu di lab kimia," dan "Masih ingat acara jual kue?!!" Pernahkah Fredrica mengajak teman-temannya kemari? Apakah ia memiliki teman yang cukup akrab untuk mengabaikan kebocoran di atas tangga? Di samping pintu ada payung. Lihatlah foto Fredrica ini, di barisan depan kelompok marching band. Fredrica gemuk dan lebar, tapi seragamnya lebih pas daripada seragam teman-temannya. Ia besar dan mempunyai kulit bagus. Roman mukanya menyenangkan, tapi ia tidak dapat dikatakan atraktif berdasarkan ukuran konvensional. Kimberly Emberg juga tidak bisa disebut menarik, apalagi di mata anak-anak high school, begitu pula korban-korban yang lain. Catherine Martin, di pihak lain, pasti dianggap atraktif oleh siapa pun. Ia wanita muda berparas cantik yang harus berperang melawan lemak saat berusia tiga puluh. Ingat, Buffalo Bill memandang wanita bukan seperti kaum pria pada umumnya. Apa yang lazim disebut cantik tidak masuk hitungannya. Buffalo Bill menginginkan wanita yang besar dan berkulit
96
97
Mrs. bimmel menyerahkan gagang telepon kepada Starling, lalu mengangkat bayinya yang menangis. Ia tidak meninggalkan ruang tamu. "Clarice Starling." "Jerry Burroughs, Starling..." "Kebetulan, Jerry. Begini, saya rasa Buffalo Bill bisa Anda bisa diajak ke dapur sebentar? Saya perlu bicara. Terima kasih... Jerry, dia bisa menjahit. Dia..." "Starling..." "Dia mengambil potongan kulit berbentuk segitiga dari Kimberly Emberg untuk membuat sisipan. Dia ahli, dia tidak asal membuat baju. ID Section bisa mencari penjahit, pembuat layar, tukang gorden, atau tukang jok dalam arsiplakukan scan Ciri Khusus untuk mencari celah bekas jarum pada giginya..." "Oke, oke, oke, aku akan menghubungi ID. Sekarang dengar dulu, aku tidak bisa bicara lama-lama. Jack menitipkan pesan untukmu. Kita mendapatkan nama dan alamat yang menjanjikan. Tim Penyelamatan Sandera sudah berangkat dari Andrews naik pesawat. Jack sedang memberi brifing kepada mereka." "Mau ke mana mereka?" "Calumet City, di pinggiran Chicago. Tersangka bernama Jame, seperti 'Name' tapi dengan /, nama belakang Gumb, alias John Grant, pria kulit putih, tiga puluh satu, satu delapan lima, rambut cokelat, dan mata biru. Jack mendapat telepon dari Johns Hopkins. Keteranganmubagaimana dia berbeda dari orang transseksualternyata tepat dengan data di Johns Hopkins. Tiga tahun lalu ada orang mendaftarkan diri untuk ganti kelamin. Dia sempat menghajar salah satu dokter setelah ditolak. Hopkins mencatat nama Grant dan alamat palsu di Harrisburg, Pennsylvania. Polisi menemukan bon dari pom bensin dengan nomor mobilnya dan dari sanalah kita melacaknya. Dia pernah berurusan dengan polisi di California dia membunuh kakek dan neneknya waktu berumur dua belas, dan ditahan enam tahun di Tulare Psychiatric. Dia dibebaskan enam belas tahun lalu, ketika rumah sakit jiwa itu ditutup. Sejak itu dia menghilang. Dia beberapa kali menyerang orang homo. Beberapa kali terlibat perkelahian di Harrisburg, lalu menghilang lagi." "Hmm, Chicago. Dari mana Anda tahu Chicago?" "Pabean. Mereka punya beberapa dokumen atas nama Grant. Beberapa tahun lalu Pabean menemukan koper di LAX yang dikirim dari Suriname. Isinya 'pupae' hidupbetulkah caraku mengucapkannya? pokoknya serangga, ngengat. Orang yang dituju adalah John Grant, yang menumpang alamat di sebuah perusahaan bernama Mr. Hide di Calumet, perusahaan barang-barang kulit. Mungkin ada kaitan dengan urusan jahit-menjahit yang kausinggung tadi; informasi ini akan kuteruskan ke Chicago dan Calumet. Kita belum mendapatkan alamat rumah Grant, atau Qumb perusahaan itu sudah tutup, tapi kita semakin dekat." "Ada fotonya?" "Sampai sekarang baru foto waktu remaja dari Kepolisian Sacramento. Tak banyak gunanyawaktu itu dia baru dua belas. Tampangnya mirip Beaver Cleaver. Tapi fotonya sudah disebarluaskan melalui faks." "Saya bisa ke sana?" 'Tidak. Jack sudah memperingatkan kau akan bertanya. Sudah ada dua marshall wanita dari Chicago dan seorang juru rawat untuk mengurus Martin kalau dia bisa ditemukan. Kau toh takkan keburu ke sana, Stalling." "Bagaimana kalau dia mencoba bertahan di tempat persembunyiannya? Ini bakal makan waktu dan..."
98
99
100
101
Pada saat yang sama, di atas ujung selatan Lake Michigan, sebuah pesawat jet berkapasitas dua puluh penumpang dengan tanda pengenal sipil mengurangi kecepatan jelajah maksimum dan mulai mengambil ancang-ancang untuk mendarat di Calumet City, Illinois. Kedua belas anggota Tim Penyelamatan Sandera merasakan pesawat bergerak turun. Beberapa di antara mereka menguap lebar, bukan karena mengantuk, melainkan karena tegang. Komandan tim Joel Randall, yang duduk di bagian depan kabin penumpang, melepaskan headset dan melirik catatannya sebelum berdiri untuk angkat bicara. Ia percaya ia membawahi tim SWAT terbaik di dunia, dan keyakinannya itu mungkin benar. Beberapa anggota timnya belum pernah menjadi sasaran tembakan, tapi berdasarkan berbagai simulasi dan tes, dapat dikatakan mereka yang terbaik di antara yang terbaik. Randall sudah biasa berdiri di dalam pesawat, dan dengan mudah ia menjaga keseimbangan ketika pesawat mereka terguncang-guncang saat hendak mendarat. "Gentlemen, transportasi darat kita disiapkan oleh DEA. Mereka menyediakan mobil boks pengantar bunga dan van tembakan senapan. "Bobby, pastikan masing-masing pengemudi memiliki headset kita, supaya kita tidak keliru bicara dengan orang-orang DEA," ujar Randall. Drug Enforcement Administration menggunakan radio UHF untuk melakukan penyerbuan, sementara FBI memakai radio VHF. Perbedaan ini pernah menimbulkan masalah di masa lalu. Mereka dilengkapi untuk menghadapi hampir semua kemungkinan, baik siang maupun malam: untuk menuruni dinding mereka membawa peralatan panjat tebing; untuk mendengar, mereka punya Wolfs Ear dan VanSleek Farfoon; untuk melihat, mereka menggunakan peralatan pandangan malam. Senjata-senjata mereka yang dilengkapi teropong dan disimpan dalam kotak-kotak besar menyerupai peralatan band. Operasi ini akan dilaksanakan dengan sangat cermat, dan persenjataan mereka pun mencerminkan hal initak ada senjata yang bisa ditembakkan mem-babi buta. Semua anggota tim bersiap-siap ketika sirip pada sayap pesawat diturunkan. Randall mendapat kabar terakhir dari Calumet melalui headset. Ia menutupi mikrofon dan kembali bicara pada timnya. "Oke, kita punya dua alamat. Kita ambil yang paling menjanjikan. Yang satu lagi ditangani SWAT Chicago." Bandara tempat mereka akan mendarat adalah Lansing Municipal, bandara terdekat ke Calumet, di sebelah tenggara Chicago. Pesawat mereka telah mendapat izin mendarat. Si pilot menghentikannya di samping dua kendaraan dengan mesin menyala di ujung landasan, jauh dari gedung terminal. Sejenak terjadi tegur sapa di samping mobil pengantar bunga. Komandan DEA menghampiri Randall dan menyerahkan sesuatu yang tampak seperti karangan bunga, tapi sebenarnya palu godam seberat enam kilo untuk mendobrak pintu, dengan kepala terbungkus kertas berwarna. Daun-daun hijau terikat pada gagangnya. "Mungkin kalian bisa mengantarkan ini," katanya. "Selamat datang di Chicago."
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
- Dalam ucapan dukacita yang dikirimnya kepada Jack Crawford, Dr. Lecter mengutip dari The Fever tanpa menyebutkan John Donne sebagai pengarang. Memoar Clarice Starling mengubah baris-baris dari Ash-Wednesday karya T.S. Eliot.
113