You are on page 1of 5

Bahwa bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa pengantar dan ditempatkan sebagai mata pelajaran penting di sekolah-sekolah, tidak

hanya makin mengukuhkan keberadaan bahasa Melayu dalam dunia pendidikan pribumi, tetapi juga pada akhirnya membawa bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan sehari-hari di kalangan elite (priyayi) pribumi dan bangsa Eropa, terutama Belanda. Mengenai dampak ditetapkannya bahasa Melayu di sekolah-sekolah gubernemen, Groeneboer mengatakan: Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa keberadaan bahasa Indonesia erat kaitannya dengan bahasa Melayu. Berbagai teori mengatakan bahwa bahasa Indonesia merupakan varian dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia yang telah menjadi alat komunikasi sehari-hari di Indonesia mempunyai banyak kata serapan yang didapat dari bahasa Melayu. Maka, sikap merasa memiliki bahasa Melayu secara seutuhnya itu bukan merupakan sikap yang arif karena bahasa Melayu bukan milik satu atau dua bangsa tertentu Bahasa Melayu adalah bukti eksistensi peradaban dunia. Sebagai varian sosial dan varian regional, hal yang harus diperhatikan adalah bahasa Indonesia dan bahasa lain digunakan oleh kelompok orang yang berbeda dan di tempat yang berbeda. Selain dipengaruhi oleh bahasa

Dalam pengertian awam, istilah bahasa Melayu mencakup sejumlah bahasa yang saling bermiripan yang dituturkan di wilayah Nusantara dan di semenanjung melayu. Sebagai bahasa yang luas pemakaiannya

hasa Melayu termasuk dalam bahasa-bahasa melayu polenesia. Menurut statistikpenggunaan bahasa di dunia, penutur bahasa Melayu diperkirakan mencapai lebih kurang 250 juta jiwa yang merupakan bahasa keempat dalam urutan jumlah penutur terpenting bagi bahasa-bahasa di duni

Bahasa Melayu termasuk dalam bahasa-bahasa Melayu Polinesia di bawah rumpun bahasa Austronesia. Menurut statistik penggunaan bahasa di dunia, penutur bahasa Melayu diperkirakan mencapai lebih kurang 250 juta jiwa yang merupakan bahasa keempat dalam urutan jumlah penutur terpenting bagi bahasa-bahasa di duniaCatatan tertulis pertama dalam bahasa Melayu Kuna berasal dari abad ke-7 Masehi, dan tercantum pada beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di bagian selatan Sumatera dan wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa Tengah

Penyebutan pertama istilah Bahasa Melayu sudah dilakukan pada masa sekitar 683-686 M, yaitu angka tahun yang tercantum pada beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuno dari Palembang dan Bangka. Prasasti-prasasti ini ditulis dengan aksara Pallawa atas perintah raja Sriwijaya, kerajaan maritim yang berjaya pada abad ke-7 sampai ke-12. Wangsa Syailendra juga meninggalkan beberapa prasasti Melayu Kuno di Jawa Tengah. Keping Tembaga Laguna yang ditemukan di dekat Manila juga menunjukkan keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya.

Menurut ahli etnologi dan filologi, bahasa Melayu termasuk bahasa Austronesia, berasal dari Kepulauan Riau (Sumatera) telah mengalami proses perkembangan seperti itu

Pada bulan Agustus 2002, bahasa Melayu dianggap banyak penuturnya di dunia - pernah ditulis di dalam salah satu surat khabar di Malaysia bahwa bahasa Melayu menduduki posisi keempat dalam urutan bahasa utama dunia, setelah Bahasa Tionghoa,Inggris, dan Spanyol. Menurut James T. Collins, hal itu tidak betul. Ia mengatakan bahwa jumlah penutur bahasa Melayu di seluruh dunia hanya 250 juta orang, sedang penutur bahasa Hindi yang menjadi bahasa ibu maupun bahas kedua (ketiga) di India dan di negara lain seperti di Mauritius, Afika selatan, Yaman, dan lain-lain pada thun 1988 berjumlah 300-435 juta orang (J.C. Collins, 2009, hal. 14-21).

Kemudian muncullah sebuah pertanyaan, bagaimana bahasa Melayu tersebut dapat diadopsi menjadi bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia, di negara RI? Perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa nasional di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sejak lama telah menjadi pembicaraan luas. Seperti telah diceriterakan di atas bahwa bahasa Melayu yang aslinya merupakan salah satu bahasa daerah dari kurang lebih 512 bahasa daerah di wilayah Indonesia (Irwan Abdullah, 2008), telah lama memiliki peranan penting di bidang ekonomi, sosial, politik, dan sastra-budaya. Selanjutnya, pada awal abad XX di Indonesia berkembang suatu situasi yang mendorong munculnya suatu pemikiran akan perbaikan nasib terhadap rakyat pribumi dari pemerintaah kolonial Belanda melalui kebijakan Politik Etis (Kahin, 1952)., yang meliputi: program edukasi, transmigrasi, dan irigasi. Melalui program edukasi itulah, sekolah-sekolah bumi putra bermunculan dengan pengantar bahasa daerah, di mana sekolahan itu berada. Pada perkembangan berikutnya, pemerintah menuntut agar setiap sekolah menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantarnya.Tetapi sejak awal abad xx kepentingan daerah jajahan memerlukan tenaga-tenaga rendahan yang mengerti bahasa Belanda, kemudian muncul sekolah-sekolah dengan pengantar bahasa Belanda. Di kota-kota, sekolah lebih banyak mengajarkan bahasa Belanda. Dengan sistem pendidikan itu, kemudian munculah kelompok elit baru yang amat peka terhadap perubahan jaman (Pringgodigdo, 1970; Savitri, 1985). Tanda-tanda kepekaan terhadap perubahan itu dapat dilihat dengan lahirnya organisasi yang bercorak polityik yang mencita-citakan kemajuan dan kemerdekaan bangsa, seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij. Sangat menarik untuk dicatat ialah mengenai bahasa yang dipakai di dalam konggres-konggres oleh orgranisasi pergerakan Indonesia pada waktu itu adalah kebanyakan bahasa Melayu, Jawa, dan Belanda. Salah seorang pelajar yang tergabung dalam Indonesische Verbond van studeerenden di Wageningen, Belanda,pada tahun 1918 telah mengusulkan agar bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa pengantar di sekolahsekolah di Indonesia (A. Suryomihardjo, 1979)

Faktor-faktor yang mempengaruhi diambilnya bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia : Bahasa melayu adalah bahasa sederhana. Komunikatif, dijadikan bahasa yang menjadi ciri khas bagi perdagangan dan pelayanan di pelabuhan Indonesia maupun di negara-negara luar Indonesia. Bahasa melayu tidak mempunyai tingkatan-tingkatan bahasa seperti yang dimiliki oleh bahasa lain. Bahasa melayu dijadikan bahasa kebudayaan.

1) Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan 2) Bahasa Melayu sederhana karena tidak mengenal tingkatan bahasa, 3) Keikhlasan suku daerah lain ,dan 4) Bahasa Melayu berfungsi sebagai kebudayaan

Bahasa melayu mempunyai peranan yang sangat penting di berbagai budang atau kegiatan di indonesia pada masa lalu. Bahasa ini tidak hanya sekedar sebagai akat komunikasi di bidang ekonomi (perdagangan). Tetapi juga di bidang sisual (alat komunikasi massa). Politik (perjanjian antar kerajaan). Seja itulah penguasaan dan pemakaian bahasa meayu menyebar ke *2+ seluruh polosok kepuloan indonesia.

Bedasarkan petunjuk-petunjuk lainnya, dapatlah kita ketahui bahwa pada zaman Sriwijaya bahasa Melayu berfungsi sebagai berikut: 1) Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa kebudayaan, yaitu berisi aturan-aturan hidup dan sastra 2) Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahas perhubungan (linguanya)di Indonesia.

3) Bahasa Melayu berfungsi sebagi bahasa perdagangan, terutama di tepi-tepi pantai, baik antar suku yang ada di Indonesia maupun terhadap pedagang-pedagang yang datang dari luar Indonesia. 4) Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa resmi kerajaan.

Sejak zaman Sriwijaya bahasa Melayu terus mengalami perkembangan dan perubahan, baik mengenai fungsinya maupun mengenai bentuk dan strukturnya.

Pada awalnya, menurut Suhendar dan Supinah (Seri Materi Kuliah MKDU: Bahasa Indonesia (Kebahasaan), 1997) bahwa di daerah-daerah, Bahasa Melayu bukan bahasa induk pribumi, penyebaran bahasa ini diusahakan terutama oleh para guru Bahasa Melayu. Di berbagai sekolah yang diadakan oleh pemerintah Hindia Belanda diberikan mata pelajaran Bahasa Melayu. Pada umumnya guru-guru yang mengajar Bahasa Melayu berasal dari daerah-daerah yang penduduk pribuminya berbahasa Melayu atau berbahasa yang dekat dan atau berhubungan dengan Bahasa Melayu, seperti Sumatera Barat. Mereka tersebar di berbagai tempat di Kepulauan Indonesia. Mereka mengajar di sekolah-sekolah yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda dan sekolah yang merupakan usaha swasta, seperti sekolah Muhammadiyah, Taman Siswa, serta sekolah swasta lainnya. Selain para guru, wartawan pun ikut menyebarkan Bahasa Melayu melalui tulisannya. Sehingga, banyak masyarakat di kepulauan kita yang berkenalan dengan Bahasa Melayu. Ada beberapa faktor yang menyebabkan Bahasa Melayu diangkat sebagai Bahasa Nasional. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, Bahasa Melayu telah digunakan sebagai bahasa kebudayaan, yaitu sebagai bahasa yang digunakan dalam buku-buku yang dapat digolongkan sebagai hasil sastra. Selain itu, Bahasa Melayu telah digunakan sebagai bahasa resmi dalam masingmasing kerajaan nusantara yaitu sekitar abad ke-14. Bahkan harus diingat, bahwa penyebaran Bahasa Melayu bukan hanya terbatas pada daerah sekitar selat Malaka atau Sumatera saja, tetapi jauh lebih luas dari itu. Ini dapat dibuktikan dengan terdapatnya berbagai naskah cerita yang ditulis dalam Bahasa Melayu, pada pelbagai tempat yang jauh dari Malaka. Dengan datangnya orang-orang Eropa ke Indonesia, fungsi Bahasa Melayu sebagai bahasa perantara dalam perdagangan semakin intensif. Orang-orang Eropa bahkan tidak sadar telah ikut memperluas penyebaran Bahasa Melayu. Jadi, sejak lama, dari masa kejayaan Sriwijaya hingga Malakayang saat itu merupakan pusat perdagangan, pusat agama, dan ilmu pengetahuan Bahasa Melayu telah digunakan sebagai Lingua Franca atau bahasa perhubungan di pelbagai wilayah Nusantara. Dengan bantuan para pedagang dan penyebar agama, Bahasa Melayu menyebar ke seluruh pantai di nusantara, terutama di kota-kota pelabuhan. Akhirnya, bahasa ini lebih dikenal oleh penduduk Nusantara dibandingkan dengan bahasa daerah lainnya. Selain itu, telah ditemukan beberapa bukti tertulis mengenai Bahasa Melayu tua pada pelbagai prasasti dan inksripsi. Bukti-bukti berupa prasasti antara lain: prasasti Kedukan Bukit (tahun 683 M), di Talang Tuwo (dekat Palembang, bertahun 684 M), di Kota Kapur (Bangka Barat, tahun 686 M), di Karang Brahi (antara Jambi dan Sungai Musi, berahun 688 M), sedangkan dalam bentuk inskripsi diantaranya, Gandasuli di daerah Kedu, Jawa Tengah, bertahun 832 M. Adanya berbagai dialek Bahasa Melayu yang tersebar di seluruh Nusantara adalah merupakan bukti lain dari pertumbuhan dan persebaran Bahasa Melayu. Misalnya, dialek Melayu Minangkabau, Palembang, Jakarta (Betawi), Larantuka, Kupang, Ambon, Manado, dan sebagainya. Hasil kesusastraan Melayu Lama dalam bentuk cerita penglipur lara, hikayat, dongeng, pantun, syair, mantra, dan sebagainya juga merupakan bukti dari pertumbuhan dan persebaran Bahasa Melayu. Diantara karya sastra lama yang terkenal adalah Sejarah Melayu karya Tun Muhammad Sri Lanang gelar Bendahara Paduka Raja yang diperkirakan selesai ditulis pada tahun 1616. Selain itu juga ada Hikayat Hang Tuah, Hikayat Sri Rama, Tajus Salatin, dan sebagainya. Seperti telah dikatakan sebelumnya bahwa ketika orangorang Barat sampai ke Indonesia, yaitu sekitar abad XIV, mereka menemukan bahwa Bahasa Melayu telah dipergunakan sebagai bahasa resmi dalam pergaulan dan perdagangan. Hal ini dikuatkan oleh kenyataan tentang seorang Portugis, Pigafetta, setelah mengunjungi Tidore, ia menyusun daftar kata Melayu-Italia, sekitar tahun 1522. Ini membuktikan ketersebaran Bahasa Melayu yang sebelum itu sudah sampai ke kepulauan Maluku. Begitupun dalam pendudukan Belanda, mereka menemukan kesulitan ketika bermaksud menggunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Akhirnya, sebagaimana sudah diuraikan pada bagian awal, Belanda menyatakan bahwa pengajaran di sekolah-sekolah bumi putra diberikan dalam Bahasa Melayu atau bahasa daerah lainnya. Hal itu tertuang dalam keputusan pemerintah kolonial yaitu K.B 1871 nomor 104 (Keraf, Tatabahasa Indonesia, 1978).

Kedua, sistem aturan Bahasa Melayu, baik kosa kata, tata bahasa, atau cara berbahasa, mempunyai sistem yang lebih praktis dan sederhana sehingga lebih mudah dipelajari. Sementara itu, Bahasa Jawa atau Bahasa Sunda mempunyai sistem bahasa yang lebih rumit. Dalam kedua bahasa itu dikenal aturan tingkat bahasa yang cukup ketat. Ada tingkat bahasa halus, sedang, kasar, bahkan sangat kasar, dengan kosa kata dan struktur yang berlainan.

Ketiga, kebutuhan yang sangat mendesak yang dirasakan oleh para pemimpin dan tokoh pergerakan akan adanya bahasa pemersatu yang dapat mengatasi perbedaan bahasa dari masyarakat Nusantara yang memiliki sejumlah bahasa daerah. Bahasa itu harus sudah dikenal khalayak dan tidak terlalu sulit dipelajari. Kriteria ini terpenuhi oleh Bahasa Melayu sehingga akhirnya bahasa inilah yang dipilih dan ditetapkan sebagai Bahasa Indonesia atau Bahasa Nasional. Tetapi apakah Bahasa Indonesia yang kita pergunakan sekarang ini sama dengan Bahasa Melayu pada masa yang lalu? Bahasa Indonesia yang kita pergunakan sekarang ini tidak sama lagi dengan Bahasa Melayu pada masa Kerajaan Sriwijaya, masa Kerajaan Malaka, masa Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi, masa Balai Pustaka, bahkan dengan Bahasa Melayu di Malaysia kini. Bahasa Indonesia kini jauh berbeda dari bahasa asalnya, Bahasa Melayu. Bahasa Melayu tumbuh dan berkembang menjadi Bahasa Indonesia, yang dikarenakan berbagai hal waktu, politik, sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi ia pun berkembang hingga dalam wujudnya kini. Meskipun Bahasa Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat, namun perjuangan belum berakhir. Masih banyak anggota masyarakat yang belum menguasai Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, masih banyak yang harus kita usahakan, dan masih banyak pula yang harus kita perjuangkan dalam rangka pengembangan Bahasa Indonesia.

Alasan Bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia : 1) Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan 2) Bahasa Melayu sederhana karena tidak mengenal tingkatan bahasa, 3) Keikhlasan suku daerah lain ,dan 4) Bahasa Melayu berfungsi sebagai kebudayaan

2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus). 4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas. Seperti halnya dalam kegiatan perdagangan, bahasa Melayu pun sanggup menjembatani antar kebudayaan Alasan mengapa bahasa melayu diangkat menjadi bahasa melayu dikarenakan berdasarkan dari waktu penggunaannya. Ragam bahasa Indonesia lama dipakai sejak zaman Kerajaan Sriwijaya sampai dengan saat dicetuskannya Sumpah Pemuda. Ciri ragam bahasa Indonesia lama masih dipengaruhi oleh bahasa Melayu . Bahasa Melayu inilah yang akhirnya menjadi bahasa Indonesia.

Karena bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat nusantara, sehingga keberadaannya semakin kokoh sebagai bahasa penghubung antar pulau. Dan keberadaan bahasa Melayu ini, mendorong timbulnya rasa persatuan dan kesatuan di wilayah Nusantara, sehingga pada 28 Oktober 1928, para pemuda - pemudi berkumpul, merumuskan sebuah sumpah, yang biasa dikenal dengan "Sumpah Pemuda" ,yang berisikan : 1. Kami, pemuda - pemudi Indonesia mengaku, bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. 2. Kami, pemuda - pemudi Indonesia mengaku, berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. 3. Kami, pemuda - pemudi indonesia mengaku, berbahasa yang satu, bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Bahasa melayu sangat bervariasi, penyebab utama adalah tidak adanya instruksi yang memiliki kekuatan untuk mengatur pembakuannya. Sebagaimana beberapa bahasa dinusantara tidak ada batas tegas antara satu varian dengan varian lain yang penuturnya bersebelahan secara geografis, perubahan dialek seringkali bersifat bertahap untuk kemudian biasanya dilakukan pengelompokan varian tersebut: Bahasa Melayu Tempatan (lokal) Bahasa melayu tempatan/lokal merupakan bahasa yang berasal dari daerah orang melayu sendiri seperti disemenanjung malaka, kepulauan Riau Lingga, sebagian pesisir timur Sumatra dan pesisir barat Kalimantan. Bahasa Melayu Kerabat (paramelayu, Paramalay=melayu tidak penuh) Bahasa Melayu Kerabat adalah bahasa lain yang serupa dengan bahasa melayu, namun terdapat perbedaan diantaranya: a. b. c. Bahasa minangkabau Bahasa Banjar Bahasa Jambi

d. Bahasa Kerinci. Bahasa Melayu Kreol (bukan suku/penduduk Melayu) Bahasa melayu sudah lama dikenal sebagai bahasa antar suku bangsa khususnya diindonesia. Dalam perkembangannya terutama kawasan berpenduduk bukan Melayu dan mempunyai bahasa masing-masing, bahasa melayu mengalami proses kreoliasi. Dipulau Jawa, terutama diJakarta, bahasa melayu mengalami proses kreolisasi yang unsur dasar bahasa Melayu pasar dicampur dengan berbagai bahasa disekelilingnya

You might also like