You are on page 1of 6

1.

Pengantar Pembahasan mengenai evaluasi kurikulum tidak terlepas dari beberapa istilah yang senada bahkan sering dipertukarkan maknanya, yaitu evaluasi, penilaian, pengukuran, dan tes. Dilihat dari padanan kata, evaluasi berasal dari bahasa Inggris yakni evaluation sedangkan penilaian disebut juga assessment, pengukuran adalah measurement sedangkan tes dalam bahasa Inggris disebut test. Tes adalah suatu alat pengumpulan data yang dirancang secara khusus, terlihat dari konstruksi butir soal yang digunakan, jenis pertanyaan yang diberikan, serta penyelenggaraannya yang diatur secara khusus. Aspek yang dinilai pun terbatas mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, hasil dari tes tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, artinya kualitas sesuatu yang dites dilambangkan dengan angka. Angka yang diperoleh kemudian diolah lebih lanjut untuk keperluan pengukuran dan evaluasi. Tes dibangun atas dasar teori pengukuran, bagaimana tes dibuat harus memenuhi standar validitas (kesahihan) dan reliabilitas (keterandalan). Pengukuran merupakan istilah lain yang digunakan orang secara tidak tepat untuk menggantikan istilah evaluasi. Ahmann dan Glock menyatakan bahwa pengukuran adalah bagian dari evaluasi yang memberikan informasi lebih jelas, pengukuran adalah proses yang bertujuan untuk menetapkan kualifikasi yang sesuai dengan tingkatan ynag telah dicapai oleh peserta didik. Dari beberapa pengertian yang ada sangatlah jelas bahwa pengukuran merupakan suatu set aturan mengenai pemberian angka terhadap hasil suatu kegiatan pengukuran yang biasanya dilakuan dengan menggunakan tes. Beberapa ahli memberikan batasan mengenai pengertian evaluasi H.S.Hamid Hasan (1988:13) Evaluasi adalah suatu proses pemberian pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan. Sesuatu yang dipertimbangkan tersebut dapat berupa orang, benda, kegiatan, keadaan, atau suatu kesatuan tertentu dengan berdasarkan kepada kriteriakriteria tertentu agar tidak dilakukan asal saja. Tanpa kriteria yang jelas apa yang dilakukan bukanlah suatu proses yang dapat diklasifikasikan sebagai evaluasi. Evaluasi merupakan suatu proses yang bersifat interaktif bertalian dengan deskripsi dan penyesuaian sehingga menentukan sesuatu yang berharga daripada benda, orang pekerjaan, dan karakteristik tertentu. Evaluasi adalah proses penentuan nilai sesuatu berdasarkan kriteria tertentu yang dalam proses tersebut tercakup usaha untuk mencari dan mengumpulkan data/informasi yang diperlukan sebagai dasar dalam menentukan nilai sesuatu yang menjadi objek evaluasi, seperti program, prosedur, usul, cara, pendekatan, model kerja, hasil program, dan lain sebagainya.

Mulyani Sumantri (1988:164)

Nana Sudjana (1988:127)

Doll (Achasius Kaber) (1988:168)

Nana Syaodih (1994:172)

Ada tiga hal yang tercakup dalam proses evaluasi : (1) Menetapkan suatu nilai atau judgment, (2) Adanya suatu kriteria. (3) Adanya deskripsi program sebagai objek penilaian Dalam pengembangan kurikulum, evaluasi sebagai usaha yang terus-menerus dan menyeluruh untuk menyelidiki efek daripada program pendidikan yang dilaksanakan baik isi maupun prosesnya, dilihat dari sudut tujuan yang telah dirumuskan dengan jelas. Evaluasi merupakan kegiatan yang luas, kompleks, dan terus menerus untuk mengetahui proses dan hasil pelaksanaan sistem pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Keterkaitan antara evaluasi dan pengukuran adalah terdapat beberapa ukuran yang terstandar seperti meter, kilogram, dan takaran. Terdapat juga ukuran yang tidak terstandar, seperti depa, jengkal, dan langkah. Ada juga ukuran perkiraan, yaitu berdasarkan pengalaman misalnya dapat diilustrasikan sebagai berikut : ciri-ciri jeruk manis itu kuning. Mengukur dan menilai ini merupakan kegiatan evaluasi. 2. Pengertian Evaluasi Kurikulum Evaluasi kurikulum merupakan bagian dari evaluasi pendidikan yang memusatkan perhatiannya pada program-program untuk peserta didik. Evaluasi merupakan bagian penting dari proses pengembangan kurikulum, baik dalam pembuatan kurikulum baru, memperbaiki kurikulum yang ada atau menyempurnakannya. Menurut Oliva (1983) evaluasi adalah alat untuk menentukan keputusan apa yang perlu dikembangan dan untuk memberikan dasar efek-efek yang berkembang.

Menurut Hamid Hasan sama Nana Sudjana udah ada di tabel yaa, Zal Kurikulum memiliki dimensi yang luas karena mencakup banyak hal. Aspek-aspek kegiatan kurikulum dimulai dari perencanaan, pengembangan komponen, implementasi serta hasil belajar dianggap sebagai ruang lingkup kajian evaluasi kurikulum. Evaluasi kurikulum mencakup semua aspek tersebut, evaluasi kurikulum merupakan suatu proses evaluasi terhadap kurikulum secara keseluruhan baik yang bersifat makro maupun mikro dalam bentuk pembelajaran. Evaluasi untuk program pelaksanaan pengembangan kurikulum di tingkat sekolah memerlukan indikator keberhasilan sebagai tolak ukur pencapaian pelaksanaan kurikulum. Indikator pencapaian kurikulum mencakup : (1) Sosialisasi kurikulum (2) Penyusunan silabus

(3) (4) (5) (6)

Penyusunan program tahunan dan semester Penyusunan rencana pembelajaran Penyusunan bahan ajar Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

Evaluasi pelaksanaan kurikulum tidak hanya mengevaluasi hasil belajar peserta didik dan proses pembelajarannya tetapi juga rancangan dan pelaksanaan kurikulum, kemampuan dan kemajuan siswa, sarana dan prasarana, serta sumber belajarnya. Hasil evaluasi pelaksanaan kurikulum dapat digunakan oleh pengambil keputusan untuk menentukan kebijakan pendidikan pada tingkat pusat, daerah, dan sekolah untuk memperbaiki kekurangan yang ada dan meningkatkan hasil yang lebih optimal. Hasil tersebut dapat juga digunakan oleh kepala sekolah, guru, dan pelaksana pendidikan di daerah dalam memahami dan membantu meningkatkan kemampuan siswa, memilih bahan pelajaran, memilih metode, dan perangkat pembelajaran yang sesuai. 3. Tujuan Evaluasi Kurikulum Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Indikator yang akan dievaluasi adalah efektivitas program. Dalam arti luas evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi adalah efektivitas, relevansi, efisiensi, dan kelayakan program. a. Untuk Perbaikan Program Peranan evaluasi lebih bersifat konstruktif karena informasi hasil evaluasi dijadikan input bagi perbaikan yang diperlukan didalam program kurikulum yang sedang dikembangkan. Di sini evaluasi lebih merupakan kebutuhan yang datang dari dalam sistem itu sendiri karena dipandang sebagai faktor yang memungkinkan dicapainya hasil pengembangan yang optimal dari sistem yang bersangkutan. b. Pertanggungjawaban kepada Berbagai Pihak Selama dan terutama pada akhir fase pengembangan kurikulum perlu adanya semacam pertanggungjawaban dari pihak yang berkepentingan, baik pihak yang mensponsori kegiatan pengembangan kurikulum tersebut maupun pihak yang akan menjadi konsumen dari kurikulum yang telah dikembangkan. c. Penentuan Tindak Lanjut Hasil Pengembangan Tindak lanjut hasil pengembangan kurikulum dapat berbentuk jawaban atas dua kemungkinan pertanyaan : Pertama, apakah kurikulum baru tersebut akan atau tidak akan disebarluaskan kedalam sistem yang ada? Kedua : dalam kondisi yang bagaimana dan dengan cara yang bagaimana pula kurikulum baru tersebut akan disebarluaskan kedalam sistem yang ada? Ditinjau dari proses pengembangan kurikulum yang sudah berjalan, pertanyaan pertama dipandang tidak tepat untuk diajukan pada akhir fase pengembangan. Sedangkan pertanyaan kedua dipandang lebih tepat untuk diajukan pada akhir fase pengembangan kurikulum. 4. Beberapa Model Evaluasi Kurikulum a. Measurement

Evaluasi pada dasarnya adalah pengukuran perilaku siswa untuk mengungkapkan perbedaan individual maupun kelompok. Hasil evaluasi terutama digunakan untuk keperluan seleksi siswa, bimbingan pendidikan, dan perbandingan efektifitas antara dua atau lebih program/metode pendidikan. Objek evaluasi dititikberatkan pada hasil belajar terutama dalam aspek kognitif dan khususnya yang dapat diukur dengan alat evaluasi yang objektif dan dapat dibakukan. Jenis data yang dikumpulkan dalam evaluasi adalah data objektif khususnya skor hasil tes. b. Congruence Evaluasi pada dasarnya merupakan pemeriksaan kesesuaian atau congruence antara tujuan pendidikan dan hasil belajar yang dicapai, untuk melihat sejauh mana perubahan hasil pendidikan telah terjadi. Hasil evaluasi diperlukan dalam rangka rangka penyempurnaan program, bimbingan pendidikan, dan pemberian informasi kepada pihak-pihak di luar pendidikan. Objek evaluasi dititikberatkan pada hasil belajar dalam bentuk kognitif, psikomotorik maupun nilai dan sikap. Jenis data yang dikumpulkan adalah data objektif khususnya skor hasil tes. c. Illumination Evaluasi pada dasarnya merupakan studi mengenai pelaksanaan program, pengaruh faktor lingkungan, kebaikan-kebaikan dan kelemahan program, serta pengaruh program terhadap perkembangan hasil belajar. Evaluasi lebih didasarkan pada judgment (pertimbangan) yang hasilnya diperlukan untuk penyempurnaan program. Objek evaluasi mencakup latar belakang dan perkembangan program, proses pelaksanaan, hasil belajar, dan kesulitan-kesulitan yang dialami. Jenis data yang dikumpulkan pada umumnya data subjektif (judgment data). d. Educational System Evaluation Evaluasi pada dasarnya adalah perbandingan antara performance setiap dimensi program dan kriteria yang akan berakhir dengan suatu deskripsi dan judgment. Hasil evaluasi diperlukan untuk penyempurnaan program dan penyimpulan hasil program secara keseluruhan. Objek evaluasi mencakup input (bahan, rencana, peralatan), proses, dan hasil yang dicapai dalam arti yang lebih luas. Jenis data yang dikumpulkan meliputi data objektif dan data subjektif (judgment data). e. Model CIPP Model ini menitikberatkan pada pandangan bahwa keberhasilan program pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya karakteristik peserta didik dan lingkungan, tujuan program dan peralatan yang digunakan, serta prosedur dan mekanisme palaksanaan program itu sendiri. Evaluasi kurikulum pada model ini dimaksudkan untuk membandingkan performance atau kinerja dari berbagai dimensi program dengan sejuamlah kriteria tertentu untuk menghasilkan judgment atau pertimbanganpertimbangan mengenai kekuatan dan kelemahan dari kurikulum tersebut. CIPP merupakan model evaluasi dengan fokus pada contect, input, process, serta product. 5. Tinjauan Masing-Masing Model a. Measurement

Konsep measurement telah memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam hal penekanannya terhadap pentingnya objektivitas dalam proses evaluasi. Kelemahan dari konesp ini terletak pada penekanannya yang berlebihan pada aspek pengukuran dalam kegiatan evaluasi pendidikan. Aspek pengukuarn itu sendiri memang diperlukan dalam proses evaluasi tetapi tidak dimaksudkan untuk menggantikan proses evaluasi it sendiri : Measurement is not evaluation, but it can provide useful data for evaluation. b. Congruence Konsep ini telah menghubungkan kegiatan evaluasi dengan tujuan untuk mengkaji efektivitas kurikulum yang sedang dikembangkan. Dengan kata lain, konsep congruence telah memperlihatkan adanya high degree of integration with the intructional process. Hasil evaluasi yang diperoleh tidak bersifat relatif karena selalu dihubungkan dengan tujuan yang hendak dicapai sebagai kriteria perbandingan. Pelaksanaan evaluasi dari konsep ini terjadi pada saat kurikulum sudah selesai dilaksanakan dengan jalan membandingkan antara hasil pretest dan posttest. Kelemahan dari konsep ini terletak pada ruang lingkup evaluasinya. Konsep ini tidak menjadikan input dan proses pelaksanaan sebagai objek langsung evaluasi. Yang dijadikan perhatian oleh konsep ini adalah hubungan antara tujuan dan hasil belajar. Faktor-faktor penting yang terdapat diantara tujuan dan hasil yang dicapai kurang mendapat perhatian. Padahal dimensi yang akan disempurnakan justru adalah faktor-faktor tersebut, yaitu input dan proses belajar-mengajar yang secara keseluruhannya akan menciptakan suatu tipe pengalaman belajar tertentu. Pendekatan yang digunakan oleh konsep ini menghasilkan suatu teknik evaluasi yang sifatnya terminal/postfacto. Konsep ini telah memberikan sumbangan yang sangat besar bagi perkembangan konsep evaluasi kurikulum, khususnya dalam usaha menghubungkan hasil belajar dengan tujuan-tujuan pendidikan sebagai kriteria perbandingan dan memperkenalkan sistem pengolahan hasil evaluasi secara bagian demi bagian yang ternyata lebih relevan dengan kebutuhan pengembangan kurikulum. c. Illumination Konsep Illumination menekankan pentingnya dilakukan evaluasi yang berkelanjutan selama proses pelaksanaan kurikulum sedang berlangsung. Kelemahan dari konsep ini terutama terletak pada teknis pelaksanaanya. Pertama, kegiatan evaluasi tidak didahului oleh adanya perumusan kriteria yang jelas sebagai dasar bagi pelaksanaan dan penyimpulan hasil evaluasi. Kedua, objektivitas dari evaluasi yang dilakuakn perlu dipersoalkan. Persoalan objektivitas evaluasi inilah yang justru dipandang sebagai salah satu kelemahan yan penting dari konsep ini. Konsep ini lebih menitikberatkan penggunaaan judgment dalam proses evaluasi, juga terdapat adanya kecenderungan untuk menggunakan alat evaluasi yang terbuka. Konsep ini juga lebih menekankan pentingnya evaluasi terhadap bahan-bahan kurikulum selama bahan-bahan tersebut disusun dalam tahap perencanaan. Dengan kata lain, evaluasi yang diajukan oleh konsep ini lebih berorientasi pada proses dan hasil yang dicapai oleh kurikulum yang bersangkutan.

d. Educational System Evaluation Ditinjau dari hakikat dan ruang lingkup evaluasi, konsep ini memperlihatkan banyak segi yan positif untuk kepentingan proses pengembangan kurikulum. Kelemahan dari konsep ini adalah mengenai pandangannya tentang evaluasi untuk menyimpulkan kebaikan program secara menyeluruh. Ada dua persoalan yang perlu mendapatkan penegasan dari konsep ini, yang pertama menyangkut segi teknis dan yang kedua menyangkut segi strategis. Persoalan teknis berkenaan dengan prosedur yang ditempuh dalam membandingkan hasil antara kurikulum yang baru dan kurikulum yang ada. Sedangkan persoalan strategis menyangkut persoalan nasib dari kurikulum yang baru tersebut bila hasil perbandingan yang dilakukan menunjukkan perbedaan yang tidak berarti. Secara keseluruhan konsep educational system evaluation ini relevan dengan peran evaluasi didalam proses pengembangan kurikulum dan dapat mengatasi kelemahan-kelemahan yang terkandung didalam konsep-konsep yang terdahulu. e. Model CIPP Model evaluasi ini menggambarkan cakupan evaluasi kurikulum ynag cukup luas, tidak hanya mencakup aspek pembelajaran saja sebagai implementasi kurikulum, namun keseluruhan aspek, mulai dari konteks, masukan (input), proses, dan produk atau hasil. 6. Model yang Disarankan Setiap model memiliki kekuatan dan kelemahan ditinjau dari berbagai segi. Sehubungan dengan itu, berkenaan dengan model mana yang disarankan, dikemukakan hal-hal sebgai berikut : Untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang kurikulum yang sedang dikembangkan, model educational system evaluation tampaknya merupakan model yang paling tepat. Kelemahan dari masing-masing model yang lain dapat ditanggulangi oleh model yang ke empat ini. Measurement memberikan sumbangan untuk keperluan seleksi dan klasifikasi siswa serta membandingkan efektivitas kurikulum yang baru dengan kurikulum yang ada. Congruence mengkaji efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan dan untuk menetapkan tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan pembelajaran. Illumination memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang proses pelaksanaan kurikulum beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

You might also like