You are on page 1of 13

Khutbah Jumat

. . . : . : . .
1

. . .
Hadirin jamaah jumat yang berbahagia !
Membaca tanda-tanda zaman yang terlihat sekarang hampir setiap hari dikagetkan dengan peristiwa-peristiwa yang tidak biasa dilakukan oleh generasi pendahulu kita dan generasi sebelumnya yang dirasakan hampir mustahil bisa terjadi. Dalam contoh kehidupan keluarga, ada anak yang tega membunuh ayahnya, ayah atau ibu menyiksa anaknya sampai mengalami kematian atau sakit yang

berkepanjangan, ada yang melakukan bunuh diri karena masalah kecil, ada perbuatan asusila antar keluarga, dan tidak terhitung lagi perbuatan sejenis itu antar sesama manusia lainnya, baik secara terbuka maupun tertutup. Mahkan saat ini pemutaran film yang sangat menghina dan melemahkan ajaran agama Islam. Tayangan pornografi dan perilaku pornoaksi, hampir dianggap biasa, ditambah dengan minuman keras dan zat-zat berbahaya lainnya dilakukan tidak secara sembunyisembunyi lagi, tapi secara terbuka dan berkelompok, yang pada puncaknya ditemukan pabrik atau produsen pembuatnya yang terbesar se-Asia, bahkan berkategori termasuk bagian terbesar ukuran sejagat. Perampokan dan pencurian dalam segala bentuk penjarahan hutan dan tambang, pembunuhan dan perampokan hampir menghiasi berita sehari-hari, di samping media-media cetak tanpa risih menghiasi halaman-halamannya dengan gambar-gambar aurat terbuka, yang dikerubungi sehari-hari oleh anak-anak muda tanpa terhalang oleh

rasa malu atau segan dengan sesamanya, bahkan dianggap sebagai suatu mode baru. Bagi kita umat beragama, sangat sensitive dengan hal-hal tersebut, dengan tekanan batin yang berkepanjangan, karena begitu keluar rumah, suka atau tidak suka, fenomena itu hadir di depan mata kita. Dengan hati sabar, keluarlah ucapan istighfar (astaghfirullahal adzim) dan tasbih (subhanallah) serta hauqola (lahaula wala quwwata illa billah). Ucapan-ucapan sakral ini bermaksud; Pertama, berlindung kepada Allah dihadapkan dengan kejadian demikian, Kedua, rasa kaget untuk tidak bisa menerima apa yang dilihat atau didengar itu, Ketiga, masih ada benih iman yang tertanam dalam diri kita untuk menolak kejadian seperti itu, kendati belum mampu mengubahnya dengan tangan besi berupa undang-undang atau peraturan yang mengikat, mampunya baru sekedar watawa shaubil haqqi / saling mengingatkan sesama agar terhindar dari halhal seperti itu. Dalam bahasa sehari-hari disebut tandatanda zaman, yang berkali-kali Nabi kita memperingatkannya untuk mewaspadainya.
4

Hanya kepatuhan kepada agama yang bisa mengatasinya atau memagarinya, tanda-tanda zaman seperti ini, Nabi kita pernah mengingatkannya, artinya : Akan terjadi suatu masa yang menghadapi manusia, yaitu orang yang teguh dan tabah melaksanakan ajaran agamanya, seperti orang memegang batu yang panas. Maksudnya, menghadapi contoh-contoh kehidupan sekarang dengan berbagai fenomena yang terlihat oleh kita, rasanya sudah terdesain sedemikian rupa, mulai tingkat atas hingga tingkat bawah, maka bagi siapa yang berpegang teguh pada ajaran agamanya, harus memperbanyak sabar, laksana sabar memegang batu yang panas. Menghadapi hal-hal seperti ini bagi orangorang tertentu, atau bagi orang khawas (yang mendalam agamanya) selalu mengucapkan doa pilihan yang diajarkan Al-Quran:

,
artinya : Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup
5

kami memikulnya. Beri ma`aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir (QS. 2 AlBaqarah 286). Jadi, segelintir apapun masalah kehidupan yang dihadapi manusia, seperti yang kita hadapi sekarang, adalah bermaksud menguji keimanan kita, apakah bisa bertahan atau luntur. Jika misalnya, semua insan mempertahankan imannya dengan baik yang diwujudkan dengan contoh akhlak teruji, maka karunia Allah senantiasa mengalir membahagiakan kita semua, dan jika sebaliknya nilai-nilai keimanan itu tidak bisa dipertahankan lagi, yang diwujudkan dengan perilaku-perilaku tercela, maka berbagai bencana yang menyengsarakan bisa terjadi, disebabkan dosa-dosa manusia yang tidak disadari akan berakibat malapetaka sambung-menyambung. Hanya orang yang istiqomah yang bisa selamat, dan jumlahnya, alhamdulillah, barangkali masih lebih banyak daripada orang yang tergusur imannya. Bagi kita, masih ada

sisa harapan berupa doa yang diajarkan kepada kita dalam Al-Quran :

,
artinya : Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah (Q S. 2 Al-Baqarah 286). Kekuatan doa dan taubat dapat menciptakan sesuatu yang sangat menakjubkan, dan ini pula yang menjadi keberuntungan lebih banyak bagi orang yang menempati jumlah orang-orang Istiqamah. Paling tidak, ada empat hal yang menjadi kriteria dari profil kita untuk dibangun yaitu: Pertama, Pemuda yang memiliki aqidah yang benar. Akidah Islam tegak berdasarkan peng-Esaan kepada Allah, mengakui-Nya sebagai Tuhan, penguasa, pencipta, pemberi rizki, pemilik langit, bumi dan seisinya serta satu-satunya Zat yang akan menghidupkan kembali yang akan memberikan balasan kepada hamba-hamba-Nya, dan inti dari akidah adalah Tauhid.

Tauhid menjadi misi utama para nabi dan rasul serta para shalih terdahulu yang tidak boleh dilupakan. Apa yang dilakukan oleh Yaqub as ketika hampir wafat,


133. Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia Berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" mereka menjawab: "Kami akan menyembah

Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan kami Hanya tunduk patuh kepada-Nya". (QS. 2 Al Baqarah : 133).
Demikian pula pengajaran Lukman kepada anaknya yang diabadikan dalam Al-Quran :


Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar (QS. 31 Lukman : 13). Dasar pendidikan akhlak bagi seorang pemuda adalah akidah yang benar, karena akhlak tersarikan dari akidah dan pancaran darinya. Oleh karena itu jika seorang pemuda berakidah dengan benar, niscaya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika akidahnya salah dan
9

melenceng, maka akhlaknya pun akan tidak benar.Dalam satu hadits Rasulullah SAW bersabda

Mukmin

yang sempurna imannya, adalah yang paling baik akhlaknya (HR. Turmudzi dari Abi Hurairah). Ciri Kedua, menempa diri dengan memiliki ilmu dan tsaqafah Islam. Kita semua terutama pemuda hendaklah senantiasa menempa diri dan secara terus-menerus mencari ilmu dan mengamalkannya. Tanpa ilmu pemuda akan tertinggal. Islam mengajak manusia untuk menguasai ilmu, dalam ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang artinya : Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (QS. 96 Al-Alaq : 1-4). Betapa pentingnya ilmu bagi seorang pemuda, Rasul yang mulia senantiasa memotivasi umatnya untuk belajar dan membaca. Ada baiknya kita menelaah kembali kisah seorang pemuda yang usianya belum genap tiga belas tahun berjalan mendekati barisan pasukan muslim dengan membawa sebilah pedang ia mendatangi Rasulullah dan berkata, Ya Rasulullah, aku membaktikan hidupku kepadamu. Izinkan aku untuk pergi bersamamu dan memerangi musuh-musuh Allah di bawah panji-panjimu.
10

Ketiga, Sikap umat yang diharapkan di dalam Islam adalah memiliki keterampilan dalam berbagai hal untuk dimanfaatkan dalam kebaikan dan kebenaran dalam upaya mencapai kemajuan diri, keluarga, masyarakat, agama, bangsa dan negara. Pada masa Rasulullah SAW para sahabat telah menunjukkan kemampuan yang terampil dalam berbagai hal, ada yang terampil dalam berdagang, berperang dan sebagainya yang semua ini tentu saja amat berguna. Ciri keempat, memiliki tanggung jawab, Di antara bukti kebenaran dan kemuliaan nilai-nilai Islam adalah adanya tuntutan tanggung jawab dari setiap individu atas semua perbuatannya. Diferensiasi yang hakiki antara manusia adalah dengan mengukur rasa tanggung jawab serta kemauan untuk menanggung akibat dari perbuatan yang dilakukan. Prinsip tanggung jawab ini merupakan salah satu prinsip yang ditetapkan dalam Al Quran dalam sejumlah ayatnya

: . Tiap

tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya (QS. 74 Al Mudatsir : 38).

11

Khutbah Kedua

. . . .
21

31

You might also like