You are on page 1of 16

SPESIFIKASI TEKNIS

BAGIAN PERTAMA PERSYARATAN TEKNIS UMUM

A. LINGKUP 1. Persyaratan Teknis Umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang secara umum berlaku untuk seluruh bagian pekerjaan dimana persyaratan ini bisa diterapkan untuk Pelaksanaan Program Pembangunan jogging track dan Taman< Lokasi : Tepian Sungai Karang Mumus ( Perum Griya Mukti Bumi Sempaja ) yang meliputi : Pekerjaan Pendahuluan, Pekerjaan Landscape, Pekerjaan Struktur , Pekerjaan Tanaman Hias 2. Kecuali disebut secara khusus dalam dokumen-dokumen dimaksud berikut, lingkup pekerjaan yang ditugaskan termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut : a. b. c. d. Pengadaan tenaga kerja Pengadaan bahan/material Pengadaan peralatan dan alat bantu, sesuai dengan kebutuhan lingkup pekerjaan yang ditugaskan Koordinasi dengan Kontraktor/Pekerja lain yang berhubungan dengan pekerjaan pada bagian pekerjaan yang ditugaskan e. Penjagaan kebersihan, kerapian dan keamanan area kerja f. Pembuatan as built drawing (gambar terlaksana) 3. Persyaratan Teknis Umum ini menjadi satu kesatuan dengan persyaratan teknis pelaksanaan pekerjaan dan secara bersama-sama merupakan persyaratan dari segi teknis bagi seluruh pekerjaan sebagaimana diungkapkan dalam satu atau lebih dari dokumen-dokumen berikut ini : a. b. c. c. Gambar-gambar pelelangan/pelaksanaan Persyaratan teknis umum/pelaksanaan pekerjaan/bahan Rincian volume pekerjaan/rincian penawaran Dokumen-dokumen pelelangan/pelaksanaan yang lain.

4. Dalam hal adanya bagian dari persyaratan teknis umum ini, yang tidak dapat diterapkan pada bagian pekerjaan sebagaimana diungkapkan ayat 3 diatas, maka bagian dari Persyaratan Teknis Umum tersebut dengan sendirinya dianggap tidak berlaku.

B.

REFERENSI 1. Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan Surat keputusan Standar Nasional Indonesia (SK SNI), Standart Industri Indonesia (SII) dan Peraturan-peraturan Nasional Nasional Indonesia maupun peraturanperaturan setempat lainnya yang berlaku atau jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan antara lain : NI 2 (1971) PERATURAN BETON BERTULANG INDONESIA SK-SNI (1991) T-15-1991-03 TATA CARA PERHITUNGAN STRUKTUR BETON UNTUK BANGUNAN GEDUNG NI 3 (1970) PERATURAN UMUM UNTUK BAHAN BANGUNAN DI INDONESIA NI 5 PERATURAN KONSTRUKSI KAYU INDONESIA NI 8 PERATURAN SEMEN PORTLAND INDONESIA NI 10 BATA MERAH SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standart-standart yang disebut diatas, maupun standart-standart Nasional lainnya, maka diberlakukan standart-standart Internasional yang berlaku atau pekerjaan-pekerjaan tersebut atau setidak-tidaknya berlaku standart-standart Persyaratan Teknis dari Negara-negara asal bahan/pekerjaan yang bersangkutan dan dari produk yang ditentukan pabrik pembuatnya.

2. Dalam hal dimana ada bagian pekerjaan yang persyaratan teknisnya tidak diatur dalam Persyaratan Teknis Umum/khususnya maupun salah satu dari ketentuan yang disebutkan dalam ayat 1 diatas, maka atas bagian pekerjaan tersebut Kontraktor harus mengajukan salah satu dari persyaratanpersyaratan berikut ini guna disepakati oleh Direksi untuk dipakai sebagai patokan persyaratan teknis : a. Standart/norma/kode/pedoman yang bisa diterapkan pada bagian pekerjaan bersangkutan yang diterbitkan oleh Instansi/Institusi/Asosiasi Profesi/Asosiasi Produsen/Lembaga Pengujian atau Badan-badan lain yang berwenang/berkepentingan atau Badan-badan yang bersifat Internasional ataupun Nasional dari Negara lain, sejauh bahwa atau hal tersebut diperoleh persetujuan dari Direksi/Pengawas. b. Brosur teknis dari Produsen yang didukung oleh sertifikat dari Lembaga Pengujian yang diakui secara Nasional/Internasional.

C. BAHAN BANGUNAN 1. Baru/Bekas Kecuali ditetapkan lain secara khusus, maka semua bahan yang dipergunakan dalam/untuk pekerjaan ini harus merupakan bahan yang baru, penggunaan bahan bekas dalam komponen kecil maupun besar sama sekali tidak diperbolehkan/dilarang disamakan. 2. Tanda Pengenal Dalam hal dimana pabrik/produsen bahan mengeluarkan tanda pengenal untuk produk bahan yang dihasilkan, baik berupa cap/merk dagang pengenal pabrik/produsen ataupun sebagai pengenal kualitas/kelas/kapasitas, maka semua bahan dari pabrik/produsen bersangkutan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus mengandung tanda pengenal tersebut. 3. Merk Dagang a. Penyebutan sesuatu merk dagang bagi suatu bahan/produk didalam persyaratan teknis umum, secara umum harus diartikan sebagai persyaratan kesetaraan kualitas penampilan (Performance) dari bahan/produk tersebut, untuk itu dinyatakan dengan kata-kata atau yang setaraf. b. Kecuali secara khusus dipersyaratkan lain, maka penggunaan bahan/produk lain yang dapat dibuktikan mempunyai kualitas penampilan yang setaraf dengan bahan/produk yang memakai merk dagang yang disebutkan, dapat diterima sejauh bahwa untuk itu sebelumnya telah diperoleh persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas atau kesetarafan tersebut. c. Penggunaan bahan/produk yang disetujui sebagai setaraf tidak dianggap sebagai perubahan pekerjaan dan karenanya perbedaan harga dengan bahan produk yang disebutkan merk dagangnya akan diabaikan. d. Sejauh bisa memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan, penggunaan produksi dalam negeri lebih diutamakan. 4. Pengganti (Substitusi) a. Kontraktor/Supplier dalam keadaan terpaksa karena kelangkaan dipasaran, bisa mengajukan usulan untuk menggantikan sesuatu bahan produk dengan sesuatu bahan/produk lain dengan penampilan yang setaraf dengan yang dipersyaratkan. b. Dalam persetujuan atau sesuatu penggantian (substitusi), perbedaan harga yang ada dengan bahan/produk yang dipersyaratkan akan diperhitungkan sebagai perubahan pekerjaan dengan ketentuan sebagai berikut : 1.) Dalam hal dimana penggantian disebabkan karena kegagalan Kontraktor/Supplier untuk mendapatkan bahan/produk seperti yang dipersyaratkan, maka perubahan pekerjaan yang bersifat biaya tambah dianggap tidak ada. 2.) Dalam hal dimana penggantian dapat disepakati oleh Direksi/Pengawas dan Pemberi Tugas sebagai masukan (input) baru yang menyangkut nilai-nilai tambah, maka perubahan pekerjaan mengakibatkan biaya tambah dapat diperkenankan. 5. Persetujuan Bahan a. Untuk menghindarkan penolakan bahan di lapangan, dianjurkan dengan sangat agar sebelum sesuatu bahan/produk akan dibeli/dipesan/diprodusir, terlebih dahulu dimintakan persetujuan dari Direksi/Pengawas atau kesesuaian dari bahan/produk tersebut pada Persyaratan Teknis yang harus diberikan dalam bentuk tertulis yang dilampirkan pada contoh/brosur dari bahan/produk yang bersangkutan untuk diserahkan kepada Direksi/Pengawas Lapangan. b. Penolakan bahan di lapangan karena diabaikannya prosedur diatas sepenuhnya merupakan tanggung jawab Kontraktor/Supplier, untuk itu tidak dapat diberikan pertimbangan keringanan apapun.

c. Adanya persetujuan tertulis dengan disertai contoh/brosur seperti tersebut diatas tidak melepaskan tanggung jawab Kontraktor/Supplier dari kewajibannya dalam Perjanjian Kerja ini untuk mengadakan bahan/produk yang sesuai dengan persyaratannya, serta tidak merupakan jaminan akan diterima/disetujuinya seluruh bahan/produk tersebut di lapangan, sejauh dapat dibuktikan bahwa tidak seluruh bahan/produk yang digunakan sesuai dengan contoh brosur yang telah disetujui.

6. Contoh Pada waktu memintakan persetujuan atau bahan/produk kepada Direksi/Pengawas harus disertakan contoh dari bahan/produk tersebut dengan ketentuan sebagai berikut : a. Jumlah contoh 1.) Untuk bahan/produk bila tidak dapat diberikan sesuatu sertifikat pengujian yang dapat disetujui/diterima oleh Direksi/Pengawas sehingga oleh karenanya perlu diadakan pengujian kepada Direksi/Pengawas harus diserahkan sejumlah bahan produk sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam standart prosedur pengujian, untuk dijadikan benda uji guna diserahkan pada Badan/Lembaga Penguji yang ditunjuk oleh Direksi/Pengawas. 2.) Untuk bahan/produk atau mana dapat ditunjukkan sertifikat pengujian yang dapat disetujui/diterima oleh Direksi/Pengawas, kepada Direksi/Pengawas harus diserahkan 3 (tiga) buah contoh yang masing-masing disertai dengan salinan sertifikat pengujian yang bersangkutan. b. Contoh yang disetujui 1.) Dari contoh yang diserahkan kepada Direksi/Pengawas atau contoh yang telah memperoleh persetujuan dari Direksi/Pengawas harus dibuat surat keterangan tertulis mengenai persetujuannya dan disamping itu oleh Direksi/Pengawas harus dipasangkan tanda pengenal persetujuannya pada 3 (tiga) buah contoh yang semuanya akan dipegang oleh Direksi/Pengawas. Bila dikehendaki, Kontraktor/Supplier dapat meminta sejumlah set tambahan dari contoh berikut tanda pengenal persetujuan dan surat keterangan persetujuan untuk kepentingan dokumentasi sendiri. 2.) Pada waktu Direksi/Pengawas sudah tidak lagi membutuhkan contoh yang disetujui tersebut untuk pemeriksaan bahan produk bagi pekerjaan. Kontraktor berhak meminta kembali contoh tersebut untuk dipasangkan pada pekerjaan. c. Waktu persetujuan contoh 1.) Adalah tanggung jawab dari Kontraktor/Supplier untuk mengajukan contoh pada waktunya, sedemikian sehingga pemberian persetujuan atau contoh tersebut tidak akan menyebabkan keterlambatan pada jadwal pengadaan bahan. 2.) Untuk bahan/produk yang persyaratannya tidak dikaitkan dengan kesetarafan pada suatu merk dagang tertentu, keputusan atau contoh akan diberikan oleh Direksi/Pengawas dalam waktu tidak lebih dari 10 (sepuluh) hari kerja. Dalam hal dimana persetujuan tersebut akan melibatkan keputusan tambahan diluar persyaratan teknis (seperti penentuan model, warna dll.), maka keseluruhan keputusan akan diberikan dalam waktu tidak lebih dari 21 (dua puluh satu) hari kerja. 3.) Untuk bahan produk yang masih harus dibuktikan kesetarafannya dengan sesuatu merk dagang yang disebutkan, keputusan atau contoh akan diberikan oleh Direksi/Pengawas dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak dilengkapinya pembuktian kesetarafan. 4.) Untuk bahan/produk yang bersifat pengganti (substitusi), keputusan persetujuan akan diberikan oleh Direksi/Pengawas dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak diterimanya dengan lengkap seluruh bahan-bahan pertimbangan. 5.) Untuk bahan/produk yang bersifat peralatan/perlengkapan ataupun produk lain yang karena sifat/jumlah harga pengadaannya tidak memungkinkan untuk diberikan contoh dalam bentuk

6.)

bahan/produk jadi permintaan persetujuan bisa diajukan berdasarkan brosur dari produk tersebut, yang mana harus dilengkapi dengan : Spesifikasi teknis lengkap yang dikeluarkan oleh pabrik/produsen. Surat-surat seperlunya dari agen/importir, sesuai keagenan, surat jaminan suku cadang dan jasa purna penjualan (after sales services) dan lain-lain. Katalog untuk warna, pekerjaan penyelesaian (finishing) dan lain-lain. Sertifikat pengujian, penetapan kelas dan dokumen-dokumen lain sesuai petunjuk Direksi/Pengawas. Apabila setelah melewati waktu yang ditetapkan diatas, keputusan atau contoh dari bahan/produk yang diajukan belum diperoleh tanpa pemberitahuan tertulis apapun dari Direksi/Pengawas, maka dengan sendirinya dianggap bahwa contoh yang diajukan telah disetujui oleh Direksi/Pengawas.

7. Penyimpanan Bahan a. Persetujuan atau sesuatu bahan/produk harus diartikan sebagai perijinan untuk memasukkan bahan/produk tersebut dengan tetap berada dalam kondisi layak untuk dipakai. Apabila selama waktu itu ternyata bahwa bahan/produk menjadi tidak lagi layak untuk dipakai dalam pekerjaan, Direksi/Pengawas berhak untuk memerintahkan agar : 1.) 2.) Bahan/produk tersebut segera diperbaiki sehingga kembali menjadi layak untuk dipakai. Dalam hal dimana perbaikan tidak lagi mungkin supaya bahan/produk tersebut segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan selama 2 x 24 jam untuk diganti dengan yang memenuhi persyaratan.

b. Untuk bahan/produk yang mempunyai umur pemakaian yang tertentu penyimpanannya harus dikelompokkan menurut umur pemakaian tersebut yang mana harus dinyatakan dengan tanda pengenal dengan ketentuan sebagai berikut : 1.) Terbuat dari kaleng atau kertas karton yang tidak akan rusak selama penggunaan ini 2.) Berukuran minimal 40 x 60 cm 3.) Huruf berukuran minimum 10 cm dengan warna merah 4.) Diletakkan ditempat yang mudah terlihat. c. Penyusunan bahan sejenis selama penyimpanan harus diatur sedemikian rupa, sehingga bahan yang terlebih dulu masuk akan pula terlebih dulu dikeluarkan untuk dipakai dalam pekerjaan.

D.

PELAKSANAAN PEKERJAAN 1. Rencana Pelaksanaan a. Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak ditandatanganinya Kontrak oleh kedua belah pihak, Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi/Pengawas sebuah Network Planing mengenai seluruh kegiatan yang perlu dilakukan untuk melaksanakan pekerjaan ini dalam diagram yang dinyatakan pula urutan logis serta kaitan/hubungan antara seluruh kegiatan-kegiatan tersebut. b. Kegiatan-kegiatan Kontraktor untuk/selama masa pengadaan/pembelian serta waktu pengiriman/pengangkutan dari : 1.) Bahan, elemen, komponen dari pekerjaan maupun pekerjaan persiapan/pembantu. 2.) Peralatan dan perlengkapan untuk pekerjaan. c. Kegiatan-kegiatan Kontraktor untuk/selama waktu fabrikasi, pemasangan dan pembangunan. d. Pembuatan gambar-gambar kerja. e. Permintaan persetujuan atau bahan serta gambar kerja maupun rencana kerja. f. Harga borongan dari masing-masing kegiatan tersebut. g. Jadwal untuk seluruh kegiatan tersebut.

h. Direksi/Pengawas akan memeriksa rencana kerja Kontraktor dan memberikan tanggapan untuk itu dalam waktu 2 (dua) minggu. i. Kontraktor harus memasukkan kembali perbaikan atau rencana kerja kalau Direksi/Pengawas meminta diadakannya perbaikan/penyempurnaan atau rencana kerja tadi paling lambat 4 (empat) hari sebelum dimulainya waktu pelaksanaan. j. Kontraktor tidak dibenarkan memulai sesuatu pelaksanaan atau pekerjaan sebelum adanya persetujuan dari Direksi/Pengawas atau rencana kerja ini. Kecuali dapat dibuktikan bahwa Direksi/Pengawas telah melalaikan kewajibannya untuk memeriksa rencana kerja Kontraktor pada waktunya, maka kegagalan Kontraktor untuk memulai pekerjaan sehubungan dengan belum adanya rencana kerja yang disetujui Direksi, sepenuhnya merupakan tanggung jawab dari Kontraktor bersangkutan. 2. Gambar Kerja (Shop Drawing) a. Untuk bagian-bagian pekerjaan dimana gambar pelaksanaan (Constructions Drawings) belum cukup memberikan petunjuk mengenai cara untuk mencapai keadaan terlaksana, Kontraktor wajib untuk mempersiapkan gambar kerja yang secara terperinci akan memperlihatkan cara pelaksanaan tersebut. b. Format dari gambar kerja harus sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Direksi/Pengawas. c. Gambar kerja harus diajukan kepada Direksi/Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya, gambar-gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga). d. Pengajuan gambar kerja tersebut paling lambat 3 ( tiga ) hari sebelum pemesanan bahan atau pelaksanaan pekerjaan dimulai.

3. Ijin Pelaksanaan Ijin pelaksanaan paling lambat 1 (satu) hari sebelum memulai pekerjaan tersebut, Kontraktor diwajibkan untuk mengajukan ijin pelaksanaan secara tertulis kepada Direksi/Pengawas dengan dilampiri gambar kerja yang sudah disetujui. Ijin pelaksanaan yang sudah disetujui sebagai pegangan Kontraktor untuk melaksanakan pada bagian pekerjaan tersebut. 4. Contoh Pekerjaan (Mock Up) Bila pekerjaan atau dikehendaki Direksi/Pengawas, Kontraktor wajib menyediakan sebelum pekerjaan dimulai.

5. Rencana Mingguan dan Bulanan a. Selambat-lambatnya pada setiap hari Sabtu dalam masa dimana pelaksanaan pekerjaan berlangsung, Kontraktor wajib untuk menyerahkan kepada Direksi/Pengawas suatu rencana mingguan yang berisi rencana pelaksanaan dari berbagai bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam minggu berikutnya. b. Selambat-lambatnya pada minggu terakhir dari setiap bulan, Kontraktor wajib menyerahkan kepada Direksi/Pengawas suatu rencana bulanan yang menggambarkan dalam garis besarnya, berbagai rencana pelaksanaan dari berbagai bagian pekerjaan yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam bulan berikutnya. c. Kelalaian Kontraktor untuk menyusun dan menyerahkan rencana mingguan maupun bulanan dinilai sama dengan kelalaian dalam melaksanakan perintah Direksi/Pengawas dalam pelaksanaan pekerjaan. d. Untuk memulai suatu bagian pekerjaan yang baru, Kontraktor diwajibkan untuk memberitahu Direksi/Pengawas mengenai hal tersebut paling sedikit 2 x 24 jam sebelumnya.

6. Kualitas Pekerjaan Pekerjaan harus dikerjakan dengan kualitas pengerjaan yang terbaik untuk jenis pekerjaan bersangkutan. 7. Pengujian Hasil Pekerjaan a. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka semua pekerjaan akan diuji dengan cara tolok ukur pengujian yang dipersyaratkan dalam referensi yang ditetapkan dalam pasal B Referensi dari Persyaratan Teknis Umum ini. b. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka Badan/Lembaga yang akan melakukan pengujian dipilih atau persetujuan Direksi/Pengawas dari Lembaga/Badan Penguji milik Pemerintah atau yang diakui Pemerintah atau Badan lain yang oleh Direksi/Pengawas dianggap memiliki obyektivitas dan integritas yang meyakinkan. Atau hal yang terakhir ini Kontraktor/Supplier tidak berhak mengajukan sanggahan. c. Semua biaya pengujian dalam jumlah seperti yang dipersyaratkan menjadi beban Kontraktor. d. Dalam hal dimana Kontraktor tidak dapat menyetujui hasil pengujian dari Badan Penguji yang ditunjuk oleh Direksi, Kontraktor berhak mengadakan pengujian tambahan pada Lembaga/Badan lain yang memenuhi persyaratan Badan Penguji seperti tersebut diatas untuk mana seluruh pembiayaannya ditanggung sendiri oleh Kontraktor.

8. Penutupan Hasil Pelaksanaan Pekerjaan a. Sebelum menutup suatu bagian pekerjaan dengan bagian pekerjaan yang lain yang memungkinkan secara visual menghalangi Direksi/Pengawas untuk memeriksa bagian pekerjaan yang terdahulu, Kontraktor wajib melaporkan secara tertulis kepada Direksi/Pengawas mengenai rencananya untuk melaksanakan bagian pekerjaan yang akan menutupi bagian pekerjaan tersebut, sedemikian rupa sehingga Direksi/Pengawas berkesempatan secara wajib melakukan pemeriksaan pada bagian yang bersangkutan untuk dapat disetujui kelanjutan pengerjaannya. b. Kelalaian Kontraktor untuk menyampaikan laporan diatas, memberikan hak kepada Direksi/Pengawas untuk dibelakang hari menuntut pembongkaran kembali bagian pekerjaan yang menutupi tersebut, guna memeriksa hasil pekerjaan yang terdahulu dengan akibat yang ditimbulkan sepenuhnya akan ditanggung oleh Kontraktor. c. Dalam hal dimana laporan telah disampaikan dan Direksi tidak mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikan pemeriksaan yang dimaksud, maka setelah lewat dari 2 (dua) hari kerja sejak laporan disampaikan, Kontraktor berhak melanjutkan pelaksanaan pekerjaan dan menganggap bahwa Direksi telah menyetujui bagian pekerjaan yang ditutup tersebut. d. Pemeriksaan dan persetujuan oleh Direksi/Pengawas atau suatu pekerjaan tidak melepaskan Kontraktor dari kewajibannya untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Surat Perjanjian Pekerjaan (SPP). e. Walaupun telah diperiksa dan disetujui bila ada hal-hal yang dicurigai ada penyimpangan kepada Kontraktor masih dapat diperintahkan untuk membongkar bagian pekerjaan yang menutupi bagian pekerjaan lain guna pemeriksaan bagian pekerjaan yang tertutupi.

9. Kebersihan dan Keamanan a. Kontraktor bertanggung jawab untuk menjaga agar area kerja senantiasa berada dalam keadaan rapi dan bersih. b. Kontraktor bertanggung jawab atas keamanan di area kerja, termasuk apabila diperlukan tenaga, peralatan atau tanda-tanda khusus.

E.

PENYELESAIAN DAN PENYERAHAN 1. Dokumen Terlaksana (As Built Document) a. Pada penyelesaian dari setiap pekerjaan Kontraktor wajib menyusun Dokumen Terlaksana yang terdiri dari : 1.) Gambar-gambar terlaksana (as built drawings) 2.) Persyaratan teknis terlaksana dari pekerjaan, sebagaimana yang telah dilaksanakannya. b. Dikecualikan dari kewajiban diatas adalah Kontraktor untuk pekerjaan : 1.) Pekerjaan persiapan 2.) Supply bahan, perlengkapan/peralatan kerja c. Dokumen terlaksana bila disusun dari : 1.) Dokumen pelaksanaan 2.) Gambar-gambar perubahan 3.) Perubahan persyaratan teknis 4.) Brosur teknis yang diberi tanda pengenal khusus berupa cap sesuai petunjuk Direksi/Pengawas. d. Dokumen terlaksana ini harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi/Pengawas. e. Khusus untuk pekerjaan kunci, dokumen terlaksana ini harus dilengkapi dengan peralatan/perlengkapan yang mengidentifikasi lokasi dari masing-masing barang tersebut. f. Kecuali dengan ijin khusus dari Direksi/Pengawas dan Pemberi Tugas, Kontraktor harus membuat dokumen terlaksana hanya untuk diserahkan kepada Pemberi Tugas. Kontraktor tidak dibenarkan membuat/menyimpan salinan ataupun copy dari dokumen terlaksana tanpa ijin khusus tersebut.

2. Penyerahan a. 2 (dua) set dokumen terlaksana b. Untuk peralatan/perlengkapan 2 (dua) set pedoman operasi (operation manual).0 Suku cadang sesuai yang dipersyaratkan c. Untuk berbagai macam : Semua kunci orisinil disertai Construction Key (bila ada) Minimum 1 (satu) set kunci duplikat d. Dokumen-dokumen resmi (seperti surat ijin, tanda pembayaran cukai, surat fiskal pajak dan lainlain) e. Segala macam surat jaminan berupa Guarantee/Warranty sesuai yang dipersyaratkan f. Surat pernyataan pelunasan sesuai petunjuk Direksi/Pengawas g. Bahan finishing cat minimal 3 (tiga) gallon (masing-masing warna) h. Bahan finishing lantai/dinding masing-masing minimal 2 m F. KEAMANAN/PENJAGAAN 1. Untuk keamanan Kontraktor diwajibkan mengadakan penjagaan, bukan saja terhadap pekerjaannya, tetapi juga bertanggung jawab atas keamanan, kebersihan bangunan-bangunan, jalan-jalan, pagar, pohon-pohon dan taman-taman yang telah ada. 2. Kontraktor berkewajiban menyelamatkan bangunan yang telah ada, apabila bangunan yang telah ada terjadi kerusakan akibat pekerjaan ini, maka Kontraktor berkewajiban untuk memperbaiki/membetulkan sebagaimana mestinya.

3. Kontraktor harus menyediakan penerangan yang cukup di lapangan terutama pada waktu lembur, jika Kontraktor menggunakan aliran listrik dari bangunan/komplek, diwajibkan bagi Kontraktor untuk memasang meter sendiri untuk menetapkan sewa listrik yang dipakai. 4. Kontraktor harus berusaha menanggulangi kotoran-kotoran debu agar tidak mengurangi kebersihan dan keindahan bangunan-bangunan yang telah ada. 5. Segala operasi yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan untuk pembangunan pekerjaan sementara sesuai dengan ketentuan kontrak harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap ketentraman penduduk atau jalan-jalan yang harus digunakan jalan perorangan atau umum milik Pemberi Tugas ataupun milik pihak lain. Kontraktor harus membebaskan Pemberi Tugas dari segala tuntutan ganti rugi sehubungan dengan hal tersebut diatas. 6. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kerusakan-kerusakan pada jalan raya atau jembatan yang menghubungkan proyek sebagai akibat dari lalu lalang peralatan ataupun kendaraan yang dipergunakan untuk mengangkut bahan-bahan/material guna keperluan proyek. 7. Apabila Kontraktor memindahkan alat-alat pelaksanaan, mesin-mesin berat atau unit-unit alat berat lainnya dari bagian-bagian pekerjaan, melalui jalan raya atau jembatan yang mungkin akan mengakibatkan kerusakan dan seandainya Kontraktor akan membuat perkuatan-perkuatan diatasnya, maka hal tersebut harus terlebih dahulu diberitahukan kepada Pemberi Tugas dan Instansi yang berwenang. Biaya untuk perkuatan tersebut menjadi tanggungan Kontraktor.

PEKERJAAN STRUKTUR
1.1 PEKERJAAN GALIAN

Galian tanah untuk pondasi dan Galian-galian lainnya harus dilakukan menurut ukuran dalam, lebar dan sesuai dengan peil-peil tang tercantum pada gambar. Semua bekas-bekas pondasi bangunan lama dan akar-akar pohon yang terdapat pada bagian pondasi yang akan dilaksanakan harus dibongkar dan dibuang. Bekasbekas pipa saluran yang tidak dipakai harus disumbat.

Apabila pada lokasi tersebut terdapat pipa air, pipa gas, pipa-pipa pembuangan, kabel listrik, telepon dan sebagainya yang masih dipergunakan, maka secepatnya diberitahukan kepada KONSULTAN PENGAWAS atau instansi yang berwenang untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk seperlunya. KONTRAKTOR bertanggungjawab penuh atas segala kerusakan-kerusakan sebagai akibat pekerjaan galian tersebut.

Apabila ternyata penggalian melebihi kedalaman yang telah ditentukan, maka KONTRAKTOR harus mengisi/mengurangi daerah tersebut dengan bahan-bahan yang sesuai dengan syarat-syarat pengisian bahan pondasi yang sesuai dengan spesifikasi pondasi. KONTRAKTOR harus menjaga agar lubang-lubang galian pondasi tersebut bebas dari longsoran-longsoran tanah dikiri dan kanannya dan bebas dari genangan air, sehingga pekerjaan pondasi dapat dilakukan dngan baik ssuai dengan spesifikasi.

Pengisian kembali dengan tanah bekas galian, dilakukan selapis demi selapis, sambil disiram air secukupnya dan ditumbuk sampai padat. Pekerjaan pengisian kembali hanya boleh dilakukan setelah diadakannya pemeriksaan dan mendapat persetujuan KONSULTAN PENGAWAS, baik mengenai kedalaman, lapisan tanahnya maupun jenis tanah bekas galian tersebut.

1.2
1.

PEKERJAAN PASANGAN BATU

Semua pekerjaan pondasi baru boleh dikerjakan atau dimulai apabila galiannya telah diperiksa dan disetujui ukurannya/kedalamannya serta kedudukan as-asnya oleh Direksi.

2.

Pekerjaan pasangan dilaksanakan dengan campuran 1 PC : 3 PS dan Pekerjaan siaran 1

PC : 3 PS atau sesuai dengan spesifikasi yang ada. 3. Dalam melaksanakan pekerjaan pasangan batu dalam cuaca yang tidak selesai, pemborong harus memenuhi syarat-syarat yang sama seperti yang ditentukan untuk pekerjaan pasangan. Pekerjaan pasangan tidak boleh dilaksanakan pada hujan lebat atau hujan yang cukup lama sehingga membuat adukannya larut. Adukan yang telah dipasang dan larut karena hujan deras harus dibuang dan diganti sebelum pekerjaan pasangan selanjutnya dilanjutkan. Pekerja tidak boleh berdiri di atas pasangan batu atau pasangan batu kosong yang belum mantap. 4. Jika pemasangan pondasi batu belah terpaksa dihentikan maka ujung penghentian pondasi harus bergigi agar pada penyamb ungan berikutnya terjadi ikatan yang kokoh dan sempurna. 5. Pasangan batu harus terdiri batu yang dipecahkan dengan palu secara kasar dan berukuran sembarang, sehingga kalau dipasang bisa saling menutup. Setiap batu harus berukuran 6 kg sampai 25 kg, akan tetapi batu yang lebih kecil dapat dipakai atas persetujuan Direksi. Ukuran Maksimum harus memperhatikan tebal dinding, tetapi harus pula memperhatikan batasan berat seperti tercantum di atas.

1.3

Pemasangan Paving.

Sebelum pekerjaan pemasangan paving kita mulai, kita harus memperhatikan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai berikut:

1. Lapisan Subgrade Subgrade atau lapisan tanah paling dasar harus diratakan terlebih dahulu, sehingga mempunyai profil dengan kemiringan sama dengan yang kita perlukan untuk kemiringan Drainage (Water run off) yaitu minimal 1,5 %. Subgrade atau lapisan tanah dasar tersebut harus kita padatkan dengan kepadatan minimal 90 % MDD (Modified Max Dry Density) sebelum pekerjaan subbase dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi teknis yang kita butuhkan. Ini sangat penting untuk kekuatan landasan area paving nantinya.

2. Lapisan Subbase

Pekerjaan lapisan subbase harus disesuaikan dengan gambar dan spesifikasi teknis yang kita butuhkan. Profil lapisan permukaan dario subbase juga harus mempunyai minimal kemiringan 2 %, dua arah melintang kekiri dan kekanan. Kemiringan ini sangat penting untuk jangka panjang kestabilan paving kita.

3. Kanstin/Penguat Tepi

Kanstin atau Penguat tepi atau Kerb harus sudah kita pasang sebelum pemasangan paving dilakukan. Hal ini harus dilakukan untuk menahan paving pada tiap sisi agar paving tidak bergeser sehingga paving akan lebih rapi pada hasil akhirnya. 4. Drainage/Saluran Air Seperti halnya kanstin, Drainage atau Saluran air ini juga harus sudah kita pasang sebelum pemasangan paving dilakukan. Hal ini sangat wajib dilakukan untuk effisiensi waktu/kecepatan pekerjaan. Drainage yang dikerjaan setelah paving terpasang akan sangat mengganggu pekerjaan pemasangan paving itu sendiri karena harus membongkar paving yang sudah terpasang. 5. Kelengkapan Peralatan Kerja

Peralatan yang kita butuhkan harus sudah disiapkan sebelum pemasangan paving dimulai. Adapun alatalat yang kita butuhkan adalah sebagai berikut: 5.1. Mesin Plat Compactor (Stamper Kodok) dengan luas permukaan plat antara 0,35 s/d 0,50 m2 dan mempunyai gaya sentrifugal sebesar 16 s/d 20 kN dengan frekwensi getaran berkisar 75 s/d 00 Hz. 5.2. Alat Pemotong paving (Cutter). 5.3. Kayu yang diserut rata/jidar untuk Levelling Screeding abu batu/pasir. 5.4. Benang. 5.5. Alat handling berupa Lori/gerobak untuk pemindahan paving. 5.6. Pin stick/Linggis yang bagian bawahnya dibuat runcing melebar sebagai naating.

6. Cara Pemasangan Paving

6.1. Abu batu/pasir alas seperti yang dipersyaratkan segera digelar diatas lapisan base. Kemudian diratakan dengan jidar kayu sehingga mencapai kerataan yang seragam dan harus mengikuti kemiringan yang sudah dibentuk sebelumnya pada lapisan base. 6.2. Penggelaran abu batu/pasir alas tidak melebihi jarak 1 meter didepan paving terpasang dengan tebal screeding. 6.3. Pemasangan paving harus kita mulai dari satu titik/garis (starting point) diatas lapisan abu batu/pasir alas (laying course). 6.4. Tentukan kemiringan dengan menggunakan benang yang kita tarik tegang dan kita arahkan melintang sebagai pedoman garis A dan memanjang sebagai garis B, kemudian kita buat pasangan kepala masing-masing diujung benang tersebut. 6.5. Pemasangaan paving harus segera kita lakukan setelah penggelaran abu batu/pasir alas. Hindari terjadinya kontak langsung antar block dengan membuat jarak celah/naat dengaan spasi 2-3 mm untuk pengisian joint filler. 6.6. Memasang paving harus maju, dengan posisi sipekerja diatas block yang sudah terpasang.

6.7. Apabila tidak disebutkan dalam spesifikasi teknis, maka profil melintang permukaan paving minimal mencapai 2 % dan maksimal 4 % denga toleransi cross fall 10 mm untuk setiap jarak 3 meter dan 20 mm utnuk jarak 10 meter garis lurus. Pembedaan maksimum kerataaan antaar block tidak boleh melebihi 3 mm. 6.8. Pengisian joint filler harus segera kita lakukan setelah pamasangan paving dan seera dilanjutkan dengan pemadatan paving.

6.9. Pemadatan paving dilakukan dengan menggunakan alat plat compactor yang mempunyai plat area 0,35 s/d 0,50 m2 dengan gaya sentrifugal sebesar 16 s/d 20 kN dan getaran dengan frekwensi 75 s/d 100 MHz. Pemadatan hendaknya dilakukan secara simultan bersamaan dengan pemasangan paving dengan minimal akhir pemadatan meter dibelakang akhir pasangan. Jangan meninggalkan pasangan paving tanpa adanya pemadatan, karena hal tersebut dapat memudahkan terjadinya deformasi dan pergeseran garis joint akibat adanya sesuatu yang melintas melewati pasangan paving tersebut.

Pemadatan sebaiknya kita lakukan dua putaran, putaran yang pertama ditujukan untuk memadatkan abu batu/pasir alas dengan penurunan 5 - 15 mm (tergantung abu batu/pasir yang dipakai). Pemadatan putaran kedua, disertai dengan menyapu abu batu/pasir pengisi celah/naat block, dan masing-masing putaran dilakukan paling sedikit 2 lintasan.

TANAMAN HIAS
Syarat tanaman hias yang akan diterima adalah sebagai berikut : 1. Tanaman dalam keadaan segar,sehat ,tidak cacat (terkena hama) baik dalam batang, daun, bunga. 2. Tanaman sesuai ukuran minim tanam dengan rincian sebagai berikut : Tanaman keras antara lain a) Bambu Jakarta = Tinggi Pohon 3m b) Palem Jari = Tinggi Pohon 1,5 -2 m c) Vinisium = Tinggi Pohon 3 m d) Cemara Udang = Tinggi Pohon 1,5 2 m e) Kamboja Bali = Tinggi pohon 2 m f) Palem 10 ( jepang ) = Tinggi Pohon 2,5 m g) Kupu Kupu Merah = Tinggi Pohon 2 m
Tanaman Perdu Antara Lain :

a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) k) l) m) n) o) p) q) r) s) t) u) v)

Puring Z = Tinggi Pohon 25 30 cm Agave Putih = Tinggi Pohon 60 cm Alamanda = Tinggi Pohon 30 cm Alang Alang Putih = Tinggi Pohon 20 cm Akaliva = Tinggi Pohon 30 cm Bakung Putih = Tinggi Pohon 25 cm Bogenvil Varigata = Tinggi Pohon 125 150 cm Bawang Bawangan = Tinggi Pohon 20 cm Helikonia Kuning = Tinggi Pohon 40 - 50 cm Helikonia Merah Kuning = Tinggi Pohon 40 50 cm Kucai = Tinggi Pohon 20 cm Lidah Mertua = Tinggi Pohon 40 cm Melati Belanda = Tinggi Pohon 30 cm Nanas nanasan = Tinggi Pohon 25 cm Tri colour Merah = Tinggi Pohon 40 cm Pandan Belgi = Tinggi Pohon 20 cm Pandan Bali = Tinggi Pohon 2 m Stevanut = Tinggi Pohon 30 cm Varigata 3 Warna = Tinggi Pohon 1,5 m Nusa indah Merah = Tinggi Pohon 50 - 60 cm Puring Bali = Tinggi Pohon 20 30 cm Penanaman rumput gajah mini dilakukan dengan jarak 5-7 cm

PENANAMAN TANAMAN HIAS

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Pembersihan lokasi Penggalian tanah sesuai jenis tanaman dengan lubang menyesuaikan Tanah humus + kompos dicampur dengan perbandingan 1 : 1 Masukan tanah humus + kompos kedalam lubang Masukan tanaman hias urug dengan campuran kompos + humus Pemberian kayu penyangga kepada pohon yang batangnya lemah (belum bisa berdiri sendiri) 7. Tanah asal diratakan kemudian dilapis humus 5 cm dan pupuk kandang ditabur di atasnya kemudian rumput ditanam.

PERAWATAN TANAMAN HIAS 1. Pemberian pupuk Urea +NPk dilakukan setelah sebulan penanaman . Hal ini dilakukan pada tanaman yang putus akarnya. 2. Penyemprotan hama + perangsang bunga + perangsang daun dilakukan seminggu setelah penanaman. 3. Pemangkasan / perapihan tanaman dilakukan sebulan sekali. 4. Penyiraman harus dilakukan 1 hari 2 x sehari Selama 2 Bulan . 5. Apabila selama masa perawatan terdapat tumbuhan yang mati maka pihak pelaksana bertanggung jawab mengganti .

You might also like