You are on page 1of 16

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU REPRODUKSI REMAJA SMA N I JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2009

ILHAM MAZHURI 011016056

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Remaja merupakan populasi terbesar, satu di antara enam orang di bumi ini adalah remaja, dan 85% di antaranya hidup di negara berkembang. Masa remaja diwarnai oleh berbagai masalah seperti masalah pertumbuhan, perubaha n, dan seringkali menghadapi risiko-risiko kesehatan reproduksi. Kebutuhan akan peningkatan pelayanan kesehatan dan sosial terhadap remaja semakin menjadi perhatian di seluruh dunia. Berdasarkan hasil survei International Conference on Population and Development (ICPD) atau Konferensi Internasional mengenai kependudukan dan pembangunan tahun1994, banyak organisasi di berbagai negara telah menciptakan berbagai program agar dapat lebih memenuhi kebutuhan para remaja d i bidang kesehatan reproduksi (Permata, 2003).

B. Perumusan Masalah
1. Masalah Apakah ada hubungan antara faktor lingkungan sosial dengan perilaku seks bebas pada siswa SMA N I Jatisrono, Kabupaten Wonogiri? 2. Sub Masalah a. Apakah ada hubungan antara pendidikan orang tua (pengasuh) siswa dengan perilaku seks bebas pada siswa SMA N I Jatisrono, Kabupaten Wonogiri? b. Apakah ada hub ungan antara status pengasuh siswa dengan perilaku seks bebas pada siswa SMA N I Jatisrono, Kabupaten Wonogiri? c. Apakah ada hubungan antara sumber informasi siswa tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seks bebas pada siswa SMA N I Jatisrono, Kabupaten Wonogiri? d. Apakah ada hubungan antara asal sekolah pacar siswa dengan perilaku seks bebas pada siswa SMA N I Jatisrono, Kabupaten Wonogiri? e. Apakah ada hubungan antara teman akrab siswa dengan perilaku seks bebas pada siswa SMA N I Jatisrono, Kabupaten Wonogiri?

C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara faktor lingkungan sosial dengan perilaku seks bebas pada siswa SMA N I Jatisrono, Kabupaten Wonogiri. 2. Tujuan Khusus a. Menganalisis hubungan antara pendidikan orang tua (pengasuh) dengan perilaku seks bebas pada siswa SMA N I Jatisrono, Kabupaten Wonogiri. b. Menganalisis hubungan antara status pengasuh dengan perilaku seks bebas siswa SMA N I Jatisrono, Kabupaten Wonogir i. c. Menganalisis hubungan antara sumber informasi yang diperoleh siswa mengenai kesehatan reproduksi dengan perilaku seks bebas pada siswa SMA N I Jatisrono, Kabupaten Wonogiri. d. Menganalisis hubungan antara asal sekolah pacar dengan perilaku seks bebas pada siswa SMA N I Jatisrono, Kabupaten Wonogiri. e. Menganalisis hubungan antara teman akrab dengan perilaku seks bebas pada siswa SMA N I Jatisrono, Kabupaten Wonogiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja

Menurut Admin (2008b), kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat di sini tidak semata- mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural. Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya. Informasi yang benar diharapkan dapat menjadikan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.

1.

2.
3. 4. 5.

6.
7.

Menurut Admin (2008b), pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka mempunyai kesehatan reproduksi yang baik antara lain adalah : Mengenal tentang sistem, proses, dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang remaja). Mendewasakan usia kawin bagi remaja serta merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginnannya dan pasanga nnya. Mengenal penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi. Mengetahui bahaya narkoba dan miras terhadap kesehatan reproduksi. Mengetahui pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual. Mengetahui akibat kekerasan seksual dan cara menghindarinya, serta Menge mbangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan.

B. Perilaku 1. Pengertian perilaku

Perilaku adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon, serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004). Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi atau disebut rangsangan. Rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu : 1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintanance) 2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan (Health seeking behaviour) 3. Perilaku kesehatan lingkungan

1. 2. 3. 4.

Sikap adalah reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmodjo, 2003). Menurut Notoatmodjo (2003), sikap mempunyai empat tingkatan, yaitu: Menerima (Receiving) Merespon (Responding) Menghargai (Valuing) Bertanggung jawab (Responsible)

Menurut Notoatmodjo (2007) tindakan mempunyai beberapa tingkatan antara lain : a. Persepsi (Perception) b. Respons terpimpin (Guided response) c. Mekanisme (Mecanism) d. Adopsi (Adoption)

BAB III METODE PENELTIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini penelitian observasional, untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan sosial dengan perilaku reproduksi sehat dengan pendekatan cross sectional yaitu pengukuran variabel bebas dan variabel terikat dilakukan dalam waktu bersamaan (Murti, 1997).

Teori Penelitian

1. Kriteria inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek penelitian yang layak untuk dilakukan penelitian atau dijadikan responden. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: a. Remaja yang tercatat sebagai siswa-siswi SMAN I Jatisrono, Kabupaten Wonogiri pada tahun 2009. b. Siswa-siswi SMAN I Jatisrono, Kabupaten Wonogiri yang tidak sedang menjalani hukuman. c. Siswa-siswi SMAN I Jatisrono, Kabupaten Wonogiri yang tidak sedang sakit atau tidak berhalangan untuk menjadi responden. d. Siswa-siswi SMN I Jatisrono, Kabupaten Wonogiri yang bersedia menjadi responden.

2. Kriteria eksklusi
Kriteria ekslusi merupakan subjek penelitian yang tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel pene litian. Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah: a. Remaja yang tidak tercatat sebagai siswa-siswi SMA N I Jatisrono, Kabupaten Wonogiri. b. Siswa-siswi yang SMA N I Jatisrono, Kabupaten Wonogiri yang tidak dapat ditemui pada saat penelitian.

Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA N I Jatisrono, Kabupaten Wonogiri pada Bulan September 2009.

1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMA N I Jatisrono, Kabupaten Wonogiri dengan jumlah 615 siswa. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian siswa siswi SMA N I Jatisrono, Kabupaten Wonogiri yang diambil dari kelas X, XI, dan XII dengan jumlah sampel ditentukan sebagai berikut:

Variabel penelitian

TERIMA KASIH

You might also like