Professional Documents
Culture Documents
LINGKUNGAN HIDUP
Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
2)
3)
4)
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BERKAITAN DENGAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UMUM UU No 5 Tahun 1984 Ttg Perindustrian UU No. 5 Tahun 1990 Ttg Konserfasi SDA Hayati dan Ekosistemnya
UU No 5 Tahun 1992 Ttg Benda Cagar Budaya UU No 14 Tahun 1992 Ttg Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
PP No 13 Tahun 1995 Ttg Izin usaha Industri PP No 68 Tahun 1998 Ttg Kawasan Suaka Alam Dan Kawasan Pelestarian Alam PP No 69 Tahun 1996 Ttg Pelak. Hak dan Kew. Serta Bentuk dan Tata Cara Peraan serta Masyarakat dlm Penaataan Ruang PP No 42 Tahun 1993 Ttg Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan
PP No 4 Tahun 2001 Ttg Pengendalian Kerusakan dan/atau Pencemaran Lh yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan/atau Lahan
PP No 74 Tahun 2001 Ttg Bahan Berbahaya dan Beracun PP No 82 Tahun 2001 Ttg Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Kep.Men LH :
1. 2. 3. 4. No. 51/MenLH/10/95 Ttg Baku Mutu Libah air Bagi Kegiatan Industri No. 52/MenLH/10/95 Ttg Baku Mutu Libah air Bagi Kegiatan Hotel No. 58/MenLH/10/95 Ttg Baku Mutu Libah air Bagi Kegiatan Rumah Sakit No. 42/MenLH/10/96 Ttg Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas Bumi No. 09/MenLH/4/97 Ttg Perubahan KepMenLH No. 42/MenLH/10/96 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas Bumi No. 03/MenLH/1/98 Ttg Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri No. 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik No. 113 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Batu Bara
5.
6. 7. 8.
Kep.MenLH: No.35/MenLH/10/93 Ttg Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor No.13/MenLH/10/95 Ttg Baku Mutu Emisi Sumber tidak bergerak No.48/MenLH/10/96 Ttg Baku Tingkat Kebisingan No.49/MenLH/10/96 Ttg Baku Tingkat Getaran No.50/MenLH/10/96 Ttg Baku Tingkat Kebauan No.129/MenLH/2003 Ttg Baku Mutu Emisi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas Bumi No. 141/MenLH/2003 Ttg Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru dan Kendaraan Bermotor yang sedang diproduksi
PERSYARATAN PEMBUANGAN EMISI KE UDARA BAGI SUMBER TIDAK BERGERAK 1. Mentaati baku mutu udara ambien, emisi dan baku tingkat gangguan yang telah ditetapkan Melakukan pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran sebagai akibat usaha dan/atau kegiatan yang dilakukan Membuat cerobong emisi yg dilengkapi dengan sarana pendukung dan alat pengaman Memasang alat ukur pemantauan yg meliputi kadar dan laju alir volume untuk setiap cerobong emisi Melakukan pencatatan hasil uji emisi yg dikeluarkan dari setiap cerobong emisi Melaporkan hasil pemeriksaan dan laporan kondisi tdk normal yg mengakibatkan baku mutu emisi dilampoi Penanggung jawab usaha/kegiatan yang menyebab kan terjadinya pencemaran udara/gangguan wajib melakukan penanggulangan dan pemulihan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
PP No.150 Tahun 2000 Ttg Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomasa PP No. 4 Tahun 2001 Ttg Kerusakan dan/atau Pencemaran LH yang berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan/atau Lahan
1. KepenLH No 04 Tahun 2001 Ttg Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang 2. Kep.Men LH No.43/MenLH/10/96 Ttg Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi saha dan/atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas di Daratan
Setiap orang yang melakukan pembakaran hutan/lahan wajib melakukan pemulihan dampak lingkungan hidup.
PERSYARATAN PENGENDALIAN KERUSAKAN AKIBAT PENAMBANGAN GALIAN GOL. C JENIS LEPAS DI DATARAN Setiap penanggung jawab usaha dan/ atau kegiatan penambangan bahan galian gol. C jenis lepas di dataran wajib melaksanakan persyaratan-persyaratan yang ditetapkan baginya (ps 2 KepMenLH No. 43/96) Gub/Bupati/Walikota dalam proses pemberian SIPD wajib mencantumkan kriteria kerusakan lingkungan yang tidak boleh dilanggar oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan (ps 7 KepMenLH No. 43/96) Bagi kegiatan penambangan galian gol. C yang sedang berlangsung atau masa penambangannya telah berakhir, wajib dilakukan evaluasi oleh Gub/Bupati/ Walikota berdasarkan kriteria kerusakan lingkungan (ps
12 KepMenLH No. 43/96)
Bagi kegiatan yang sedang dalam proses permohonan dan perpanjangan SIPD wajib disesuaikan dengan kriteria kerusakan lingkungan yang berlaku
AMDAL
UU No. 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuanketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup PP No. 29 Tahun 1986 Tentang AMDAL
Rencana kegiatan
AMDAL
SEMDAL
Ada Dampak penting
PIL
Tidak Ada dampak penting
PEL
KA-SEL SEL RKL-RPL
Tidak Ada dampak penting
UU No. 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuanketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup PP No. 51 Tahun 1993 Tentang AMDAL
Dampak Penting Dampak tdk Penting
Keg. Berjalan Blm Memiliki AMDAL/SEMDAL
UKL-UPL
KepMen LH No. 12/MENLH/3/1994 Ttg Pedoman Umum UKL-UPL
DPL
UU No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup PP No. 27 Tahun 1999 Tentang AMDAL
Dampak Penting Dampak tdk Penting
Keg. Berjalan Blm Memiliki AMDAL/SEMDAL
UKL-UPL
Diganti dengan
DPPL
Prinsip-prinsip AMDAL
1
AMDAL bagian integral dari Studi Kelayakan Kegiatan Pembangunan
AMDAL bertujuan menjaga keserasian hubungan antara berbagai kegiatan agar dampak dapat diperkirakan sejak awal perencanaan AMDAL berfokus pada analisis: Potensi masalah, Potensi konflik, Kendala SDA, Pengaruh kegiatan sekitar terhadap proyek Dengan AMDAL, pemrakarsa dapat menjamin bahwa proyeknya bermanfaat bagi masyarakat, aman terhadap lingkungan
Bupati/Walikota/Gubernur DKI untuk menetapkan skala/besaran lebih kecil atas pertimbangan daya dukung dan daya tampung lingkungan
Lokasi berbatasan langsung dengan kawasan lindung Bupati/Walikota/Gubernur DKI /masyarakat mengusulkan kepada MenLH suatu kegiatan baru menjadi wajib AMDAL karena kegiatan tersebut dianggap berdampak penting terhadap lingkungan
PENGGALIAN SUMBER DAMPAK PEMBEBASAN TANAH LAND CLEARING TRANSPORTASI BAHAN BANGUNAN PEMBANGUNAN GEDUNG, DLL
PRA KONSTRUKSI
SET AMDAL/UKL-UPL
KONSTRUKSI
SUN AMDAL/UKL-UPL
IL
BT
IMB
DEBU
I UUG/HO
AIR UDARA BISING GETAR, DLL
IUT
DAMPAK
SOSIAL
(GANTI RUGI)
PENYUSUNAN AMDAL
Siapa menyusun AMDAL ?
AMDAL disusun oleh Pemrakarsa usaha/kegiatan
PerMenLH Nomor 8 Tahun 2006 sebagai pengganti Kepka Bapedal No. 9 Tahun 2000 Tentang Pedoman Penyusunan AMDAL Kepka Bapedal No. 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL
Peraturan terkait dengan rencana usaha/ kegiatan sebagai dasar penyusunan AMDAL ada relevensinya Penulisan peraturan dilengkapi alasan singkat mengapa digunakan sebagai acuan atau dasar penyusunan AMDAL
Keterlibatan Masyarakat dalam Proses AMDAL (Kepka Bapedal No. 08 Tahun 2000)
Pengumuman
Surat Kabar Majalah Papan Pengumuman di lokasi rencana kegiatan dan kantor pemerintah setempat Berkaitan dengan rencana kegiatan dan dampaknya Konsultasi Masyrakat Dilakukan dengan cara diskusi atau wawancara Mengarah pada dampak yang akan muncul Dijadikan issue dalam KA-ANDAL Wakil Masyarakat Libatkan masyarakat melalui perwakilan (pemuda, wanita, agama, dsb) Siapkan surat pernyataan bersama atau berita acara tentang wakil masyarakat yang akan duduk dalam anggota komisi penilai AMDAL
PERATURAN AMDAL
Undang-undang No. 23 tahun 1997 PP No. 27 tahun 1999 Peraturan/Keputusan Menteri LH:
KepMen No. 2 tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL KepMen No. 40 tahun 2000 tentang Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup KepMen No. 41 tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota KepMen No. 42 tahun 2000 tentang Susunan Keanggotaan Komisi Penilai dan Tim Teknis Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Pusat PerMen LH No.11 tahun 2006 sbg pengganti KepMen No.11 tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL KepMen No.45 tahun 2005 tentang Pedoman Penyussunan Laporan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) PerMen LH No. 8 tahun 2006 sebagai pengganti KepKa Bapedal No.09 tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Keputusan Menteri
1. KepMenLH No.51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
KepMenLH No.52/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel KepMenLH No.58/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Runah Sakit KepMenLH No.03/MENLH/1/1998 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri KepMenLH No.13 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak KepMenLH No.48 Tahun 1995 Tentang Baku Tingkat Kebisingan KepMenLH No.49 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Getaran KepMenLH No.50 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebauan KepenLH No.01/Bapedal/09/1995 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan danPengumpulan Limbah B3 10.KepenLH No.02/Bapedal/09/1995 Tentang Dokumen Limbah B3 11.KepenLH No.03/Bapedal/09/1995 Tentang Persyaratan Teknis Peengelolaan Limbah B3
PELAPORAN RKL-RPL
Dasar Hukum
KepKa Bapedal No.68/BAPEDAL/05/1994 Ttg Tata Cara Memperoleh Izin Penyimpanan, Pengumpulan, Pengoperassian alat Pengolahan, Pengolahan dan Penimbunan Akhir Limbah B3 KepKa Bapedal No.01/BAPEDAL/09/1995 Ttg Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3 KepKa Bapedal No.02/BAPEDAL/09/1995 Ttg Dokumen Limbah B3
4.
5. 6. 7.
3.
PENGAWASAN
Kegiatan yang dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung oleh Pejabat Pengawas LH untuk mengetahui tingkat ketaatan penanggung jawab usaha/kegiatan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan pengendalian pencemaran/perusakan LH
Pengawasan
Masyarakat
Langsung
Dilakukan langsung kelokasi kegiatan Dengan melihat bagaimana penang gung jawab usaha/kegiatan dalam melaksnakan pengelolaan lingkungan Hidup
Pengawasan Pemerintah
Tidak Langsung
Pegawasan atas laporan masyarakat Pengawasan berdasarkan hasil pelaporan penanggung jawab usaha/ kegiatan
AUDIT LINGKUNGAN
Sesuai dengan UU No 23 Tahun 1997 audit lingkungan ada dua jenis : Audit yang dilakukan secara suka reka, (ps 28), yaitu dalam rangka meningkatkan kenerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup (penyusunannya berpedoman pada KepMenLH No. 42 Tahun 1994 tentang Pedoman Umum Audit Lingkungan Hidup) Audit yang dipaksakan, (ps 29), yaitu audit yang diperintahkan oleh Menteri atas ketidak patuhan dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup, (penyusunannya didasarkan pada KepMenLH No. 30 Tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup Yang diwajibkan)
Di Luar Pengadilan
Dampak akibat perbuatannya bersifat keperdataan Mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau tindakan pemulihan fungsi LH yang telah tercemar/ rusak Tindakan tertentu guna menjamin tidak akan terjadi atau terulangnya dampak negatif terhadap LH Merupakan keinginan para pihak Diselenggarakan oleh STP2LH Dampak akibat perbuatannya mengandung unsur pidana Penyelesaian diluar pengadilan tidak memperoleh kata sepakat Dilakukan dengan mengajukan gugatan ganti rugi dan/atau tuntutan melakukan tindakan tertentu atas kerugian yang diderita manusia dan lingkungan yang tercemar/rusak Merupakan keinginan para pihak Dilakukan oleh Pemerintah yang dikuasa kan kepada kejaksaan Agung/Tinggi
Pengadilan
DISELENGGARAKAN UNTUK MENCAPAI KESEPAKATAN MENGENAI : 1. Bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau tindakan pemulihan fungsi LH yang telah tercemar/ rusak 2. Tindakan tertentu guna menjamin tidak akan terjadi/terulangnya dampak negatif terhadap LH
PIHAK YANG TIDAK MEMPUNYAI KEWENANAGAN MENGAMBIL KEPUTUSAN : 1. NEGOSIASI Penyelesaian sengketa LH dilakukan langsung antar pihak yang bersengketa 2. MEDIASI Penyelesaian sengketa LH diselenggarakan lewat jasa pihak ke Tiga 3. KONSILIASI Penyelesaian sengketa LH diselenggarakan melalui jasa KONSILIATOR
Jasa Pihak ke 3
Pemerintah dan atau masyarakat dapat membentuk lembaga penyedia jasa pelayanan penyelesaian sengketa LH yang bersifat bebas dan tidak berpihak
PIHAK YANG MEMPUNYAI KEWENANGAN MENGAMBIL KEPUTUSAN ARBITRASI Penyelesaian sengketa LH melalui jasa ABITRATOR
1. Setiap perbuatan melanggar hk berupa pencemaran dan/atau perusakan LH yang menimbulakan kerugian pada orang lain atau LH, mewajibkan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu (ps 34 (1) UUPLH) 2. Selain pembebenan untuk melakukan tindakan tertentu sebagaimana dimaksud diatas, hakim dapat menetapkan pembayaran uang paksa atas setiap hari keterlambatan penyelesaian tindakan tertentu tersebut(Ps 34 (2) UUPLH) 3. Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang usaha dan/atau kegiatannya menimbulkan dampak besar dan penting terhadap LH, yang menggunakan B3, dan atau menghasilkan limbah B3, bertanggung jawab secara mutlak atas kerugian yang ditimbulkan, dengan kewajiban membayar ganti rugi secara langsung dan seketika pada saat terjadinya pencemaran dan/atau perusakan LH (ps 35 (1) UUPLH) 4. Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dapat dibebaskan dari kewajiban membayar ganti rugi jika yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa pencemaran dan/atau perusakan LH disebabkan salah satu alasan: a. Adanya bencana alam atau peperangan; atau b. Adanya keadaan terpaksa diluar kemampuan manusia; atau c. Adanya tindakan pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya pencemaran dan/atau perusakan LH 5. Dalam hal terjadi kerugian yang disebabkan oleh pihak ketiga, pihak ketiga bertanggung jawab membayar ganti rugi (ps 35 (3) UUPLH).
Penyidikan dilakukan apabila telah adanya bukti permulaan yang cukup Dilakukan oleh Penyidik POLRI dan/atau PPNS-LH Sebelum berkas perkara tahap pertama diserahkan kepada penuntut umum penyidik wajib melakukan gelar perkara
Pencabutan izin
Tertulis Limbah Buangan/ Gangguan tidak sesuai BML Tidak memiliki dokumen Peng. LH Tidak memiliki izin pembuangan limbah cair Tidak melakukan uji kualitas lingk. Tidak memasang alat ukur debit Tidak melakukan pencatat debit/laju alir Tidak melakukan pelaporan Lisan 1 Mencegah dan mengakhiri terjadinya pelanggaran 2 Menanggulangi akibat yang ditimbul kan oleh suatu pelanggaran 3 Melakukan tindakan penyelamatan dan/ atau pemulihan atas beban biaya penanggungjawab usaha/kegiatan (dapat diganti sejumlah uang tertentu) PAKSAAN PEMERINTAH
SANKSI ADMINISTRASI
SK Gub No. 5 Tahun 2003 Ttg Tindakan Adm Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yg melakukan Pelanggaran LH
TERIMA KASIH
Mohon maaf apa bila ada kesalahan