You are on page 1of 67

HUKUM LINGKUNGAN HIDUP

LINGKUNGAN HIDUP
Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP


Upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksa naan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.

WEWENANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP


1) Pemerintah menetapkan kebijaksanaan nasional tentang pengelolaan LH dan penataan ruang dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama, adat istiadat, dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Pengelolaan LH, dilaksanakan secara terpadu oleh instansi pemerintah sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing, masyarakat, serta pelaku pembangunan lain dengan memperhatikan keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan LH wajib dilakukan secara terpadu dengan penataan ruang, perlindungan sumber daya alam non hayati, perlindungan sumber daya buatan, konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, cagar budaya, keanekaragaman hayati dan perubahan iklim. Keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kebijaksanaan nasional pengelolaan LH, sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikoordinasikan oleh Menteri.

2)

3)

4)

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BERKAITAN DENGAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UMUM UU No 5 Tahun 1984 Ttg Perindustrian UU No. 5 Tahun 1990 Ttg Konserfasi SDA Hayati dan Ekosistemnya
UU No 5 Tahun 1992 Ttg Benda Cagar Budaya UU No 14 Tahun 1992 Ttg Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

PP No 13 Tahun 1995 Ttg Izin usaha Industri PP No 68 Tahun 1998 Ttg Kawasan Suaka Alam Dan Kawasan Pelestarian Alam PP No 69 Tahun 1996 Ttg Pelak. Hak dan Kew. Serta Bentuk dan Tata Cara Peraan serta Masyarakat dlm Penaataan Ruang PP No 42 Tahun 1993 Ttg Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan

UU No 41 Tahun 1999 Ttg Kehutanan UU No.26Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP


KHUSUS

UU No. 23 Tahun 1997 Ttg Pengelolaan Lingkungan Hidup


PP No 27 Tahun 1999 Ttg AMDAL PP No 85 Tahun 1999 jo PP No 18 Tahun 1999 Ttg Limbah B3 PP No 19 Tahun 1999 Ttg Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut PP No 41 Tahun 1999 Ttg Pengendalian Pencemaran Udara PP No 150 Tahun 1999 Ttg Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Bio Masa

PP No 4 Tahun 2001 Ttg Pengendalian Kerusakan dan/atau Pencemaran Lh yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan/atau Lahan
PP No 74 Tahun 2001 Ttg Bahan Berbahaya dan Beracun PP No 82 Tahun 2001 Ttg Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

HAK DAN KEWAJIBAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP


HAK : Setiap orang mempunyai hak yang sama atas LH yang baik dan sehat; Setiap orang mempunyai hak atas informasi LH yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan LH; Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan LH sesuai dengan peraturan perUU yang berlaku; KEWAJIBAN : Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi L.H serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan LH Setiap orang yang melakukan usaha/kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup

PELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN HIDUP


Setiap usaha/kegiatan dilarang melanggar baku mutu dan kriteria baku kerusakan LH Setiap rencana usaha/kegiatan yang mungkin dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap LH wajib memiliki AMDAL Setiap penanggungjawab usaha/kegiatan wajib melakukan pengelolaan limbah hasil usaha/ kegiatan Setiap penanggungjawab usaha/kegiatan wajib melakukan pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan

Apa Itu Baku Mutu Lingkungan ?


BML adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaan nya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.

BAKU MUTU LIMBAH CAIR


UUPLH No 23 Tahun 1997
PP No. 82 Tahun 2001 Ttg Pengel. Kualitas Air dan Peng. Pencemaran Air

Kep.Men LH :
1. 2. 3. 4. No. 51/MenLH/10/95 Ttg Baku Mutu Libah air Bagi Kegiatan Industri No. 52/MenLH/10/95 Ttg Baku Mutu Libah air Bagi Kegiatan Hotel No. 58/MenLH/10/95 Ttg Baku Mutu Libah air Bagi Kegiatan Rumah Sakit No. 42/MenLH/10/96 Ttg Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas Bumi No. 09/MenLH/4/97 Ttg Perubahan KepMenLH No. 42/MenLH/10/96 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas Bumi No. 03/MenLH/1/98 Ttg Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri No. 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik No. 113 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Batu Bara

5.

6. 7. 8.

PERSYARATAN PEBUANGAN AIR LIBAH


1. 2. 3. Setiap penanggung jawab usaha/kegiatan yg membuang air limbah ke air atau badan air wajib mencegah dan menanggulangi terjadinya pencemran (ps 37 UUPLH) Setiap penanggung jawab usaha/kegiatan yg membuang air limbah ke air atau badan air wajib mentaati persyaratan yg ditetapkan dalam izin (ps 38 UUPLH) Persyaratan izin pembuangan air limbah (ps 38 UUPLH), wajib mencantumkan : Kewajiban untuk mengolah limbah Persyaratan mutu dan kualitas air limbah yg boleh dibuang ke media lingkungan Persyaratan cara pembuangan air limbah Persyaratan untuk mengadakan sarana dan prosedur penanggulangan keadaan darurat Persyaratan untuk melakukan pemantauan mutu dan debit air limbah Persyaratan lain yg ditentukan dalam AMDAL Larangan membuang secara sekaligus dalam satu saat atau pelepasan dadakan Larangan untuk melakukan pengenceran air limbah dalam upaya penaatan batas kadar yang dipersyaratkan Kewaajiban melakukan swapantau dan melaporkan hasilnya

BAKU MUTU UDARA


UUPLH No 23 Tahun 1997
PP No. 41 Tahun 1999 Ttg Pengendalian Pencemaran Udara

Kep.MenLH: No.35/MenLH/10/93 Ttg Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor No.13/MenLH/10/95 Ttg Baku Mutu Emisi Sumber tidak bergerak No.48/MenLH/10/96 Ttg Baku Tingkat Kebisingan No.49/MenLH/10/96 Ttg Baku Tingkat Getaran No.50/MenLH/10/96 Ttg Baku Tingkat Kebauan No.129/MenLH/2003 Ttg Baku Mutu Emisi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas Bumi No. 141/MenLH/2003 Ttg Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru dan Kendaraan Bermotor yang sedang diproduksi

PERSYARATAN PEMBUANGAN EMISI KE UDARA BAGI SUMBER TIDAK BERGERAK 1. Mentaati baku mutu udara ambien, emisi dan baku tingkat gangguan yang telah ditetapkan Melakukan pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran sebagai akibat usaha dan/atau kegiatan yang dilakukan Membuat cerobong emisi yg dilengkapi dengan sarana pendukung dan alat pengaman Memasang alat ukur pemantauan yg meliputi kadar dan laju alir volume untuk setiap cerobong emisi Melakukan pencatatan hasil uji emisi yg dikeluarkan dari setiap cerobong emisi Melaporkan hasil pemeriksaan dan laporan kondisi tdk normal yg mengakibatkan baku mutu emisi dilampoi Penanggung jawab usaha/kegiatan yang menyebab kan terjadinya pencemaran udara/gangguan wajib melakukan penanggulangan dan pemulihan

2.
3.

4.
5.

6.
7.

KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN

UUPLH No 23 Tahun 1997

PP No.150 Tahun 2000 Ttg Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomasa PP No. 4 Tahun 2001 Ttg Kerusakan dan/atau Pencemaran LH yang berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan/atau Lahan

1. KepenLH No 04 Tahun 2001 Ttg Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang 2. Kep.Men LH No.43/MenLH/10/96 Ttg Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi saha dan/atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas di Daratan

PERSYARATAN PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA


Setiap penanggung jawab usaha/kegiatan yang dapat menimbulkan kerusakan tanah untuk produksi biomasa wajib melakukan upaya pencegahan kerusakan tanah (ps 11 PP 150/2000) Kriteria baku kerusakan tanah meliputi: a. Kriteria baku kerusakan tanah akibat erosi b. Kriteria baku kerusakan tanah dilahan kering c. Kriteria baku kerusakan tanah dilahan basah Setiap penanggung jawab usaha/kegiatan yang mengakibatkan kerusakan tanah untuk produksi biomassa wajib melakukan upaya pencegahan kerusakan tanah (ps 12 PP 150/2000) Setiap penanggung jawab usaha/kegiatan yang mengakibatkan kerusakan tanah untuk produksi biomassa wajib melakukan pemulihan kondisi tanah (ps 13 PP 150/2000)

PERSYARATAN PENGENDALIAN KERUSAKAN/PENCEMARAN BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN/LAHAN


Setiap orang dilarang melakukan pembakaran hutan dan atau lahan Setiap penanggung jawab usaha/kegiatan wajib memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan/lahan di lokasi usahanya, meliputi :
a. Sistem deteksi dini untuk mengetahui terjadinya kebakaran hutan/lahan b. Alat pencegahan kebakaran hutan/lahan c. Prosedur operasi standar untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya kebakaran hutan/lahan d. Perangkat organisasi yang bertanggung jawab dalam mencegah dan menanggulangi terjadinya kebakaran hutan/lahan e. Pelatihan penanggulangan kebakaran hutan/lahan secara berkala

Setiap orang yang melakukan pembakaran hutan/lahan wajib melakukan pemulihan dampak lingkungan hidup.

PERSYARATAN PENGENDALIAN KERUSAKAN AKIBAT PENAMBANGAN GALIAN GOL. C JENIS LEPAS DI DATARAN Setiap penanggung jawab usaha dan/ atau kegiatan penambangan bahan galian gol. C jenis lepas di dataran wajib melaksanakan persyaratan-persyaratan yang ditetapkan baginya (ps 2 KepMenLH No. 43/96) Gub/Bupati/Walikota dalam proses pemberian SIPD wajib mencantumkan kriteria kerusakan lingkungan yang tidak boleh dilanggar oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan (ps 7 KepMenLH No. 43/96) Bagi kegiatan penambangan galian gol. C yang sedang berlangsung atau masa penambangannya telah berakhir, wajib dilakukan evaluasi oleh Gub/Bupati/ Walikota berdasarkan kriteria kerusakan lingkungan (ps
12 KepMenLH No. 43/96)

Bagi kegiatan yang sedang dalam proses permohonan dan perpanjangan SIPD wajib disesuaikan dengan kriteria kerusakan lingkungan yang berlaku

AMDAL

Apa Itu AMDAL ?


AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungaan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (ps 1 (21) UUPLH)

UU No. 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuanketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup PP No. 29 Tahun 1986 Tentang AMDAL
Rencana kegiatan

AMDAL

SEMDAL
Ada Dampak penting

Kegiatan Sdh jalan

PIL
Tidak Ada dampak penting

PEL
KA-SEL SEL RKL-RPL
Tidak Ada dampak penting

KA-ANDAL ANDAL RKL-RPL

UU No. 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuanketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup PP No. 51 Tahun 1993 Tentang AMDAL
Dampak Penting Dampak tdk Penting
Keg. Berjalan Blm Memiliki AMDAL/SEMDAL

AMDAL KA-ANDAL ANDAL RKL-RPL

UKL-UPL
KepMen LH No. 12/MENLH/3/1994 Ttg Pedoman Umum UKL-UPL

DPL

KepMen LH No. 30/MENLH/3/1999 Ttg Dokuen Pengelolaan lingkungan hidup

KepMen LH No. 11/MENLH/3/1994 Ttg Jenis Kegiatan Wajib AMDAL

UU No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup PP No. 27 Tahun 1999 Tentang AMDAL
Dampak Penting Dampak tdk Penting
Keg. Berjalan Blm Memiliki AMDAL/SEMDAL

AMDAL KA-ANDAL ANDAL RKL-RPL


KepMen LH No. 3 Tahun 2000 KepMen LH No. 17 Tahun 2001 PerMen LH No. 11 Tahun 2006 Ttg Jenis Kegiatan Wajib AMDAL

UKL-UPL
Diganti dengan

DPPL

KepMen LH No. 86 Tahun 2002 Ttg Pedoman Pelaksanan UKL-UPL

Permen LH No. 12 Tahun 2007

Prinsip-prinsip AMDAL
1
AMDAL bagian integral dari Studi Kelayakan Kegiatan Pembangunan
AMDAL bertujuan menjaga keserasian hubungan antara berbagai kegiatan agar dampak dapat diperkirakan sejak awal perencanaan AMDAL berfokus pada analisis: Potensi masalah, Potensi konflik, Kendala SDA, Pengaruh kegiatan sekitar terhadap proyek Dengan AMDAL, pemrakarsa dapat menjamin bahwa proyeknya bermanfaat bagi masyarakat, aman terhadap lingkungan

Jenis Kegiatan Wajib Amdal


Lampiran dalam Permen LH No.11 Tahun 2006

Bupati/Walikota/Gubernur DKI untuk menetapkan skala/besaran lebih kecil atas pertimbangan daya dukung dan daya tampung lingkungan
Lokasi berbatasan langsung dengan kawasan lindung Bupati/Walikota/Gubernur DKI /masyarakat mengusulkan kepada MenLH suatu kegiatan baru menjadi wajib AMDAL karena kegiatan tersebut dianggap berdampak penting terhadap lingkungan

Bagaimana Dengan AMDAL ?


Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki AMDAL (ps 15 UUPLH) Setiap usaha dan atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terahadap lingkungan hidup wajib memiliki AMDAL untuk memperoleh izin melakukan usaha dan/atau kegiatan (ps 18 UUPLH).

IZIN APA ? dipersyaratkan AMDAL


Izin Prinsip Izin Lokasi Izin IMB/IMBB Izin HO Izin Kelayakan Bangunan Izin Usaha Tetap Atau Izin yang mana ?

AMDAL dalam Sistem Perizinan


Pasal 7 PP No. 27 Tahun 1999 tentang AMDAL menyebutkan bahwa :
1) Analisis Dampak Lingkungan hidup merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang. 2) Permohonan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh pemrakarsa kepada pejabat yang berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku dan wajib melampirkan keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha dan/atau kegiatan yang diberikan instansi yang bertanggung jawab. 3) Pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencantumkan syarat dan kewajiban sebagaimana ditentukan dalam rencana pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup sebagai ketentuan dalam izin melakukan usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan. 4) Ketentuan dalam izin melakukan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh pemrakarsa, dalam menjalankan usaha dan/atau kegiatan.

Kapan AMDAL disusun ?


Studi kelayakan bagi rencana usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak penting terhadap LH meliputi analisis teknis, ekonomisfinansial, dan AMDAL Oleh karena itu AMDAL sudah harus disusun dan mendapatkan keputusan dari instansi yang bertanggung jawab sebelum kegiatan konstruksi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan dilaksanakan (penjelasan ps 2 PP 27/99) Kalau dikaitkan dengan izin AMDAL disusun setelah izin lokasi sebelum Prakonstruksi

PENGGALIAN SUMBER DAMPAK PEMBEBASAN TANAH LAND CLEARING TRANSPORTASI BAHAN BANGUNAN PEMBANGUNAN GEDUNG, DLL

PASCA OPERASI OPERASI

PRA KONSTRUKSI
SET AMDAL/UKL-UPL

KONSTRUKSI

SUN AMDAL/UKL-UPL

PELAKSANAAN AMDAL, UKL-UPL

6 BLN IP SP PMA SP PMDN

IL

BT

IMB
DEBU

I UUG/HO
AIR UDARA BISING GETAR, DLL

IUT

DAMPAK

SOSIAL
(GANTI RUGI)

BISING LALU LINTAS

AMDAL DAN TATA RUANG


Instansi yang bertanggungjawab wajib menolak KA-ANDAL yang diajukan apabila rencana lokasi dilaksanakan nya usaha dan/atau kegiatan terletak dalam kawasan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan
(ps 16 (4))

KADALUWARSA DAN BATALNYA KEPUTUSAN AMDAL


Keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha dan/atau kegiatan dinyatakan kadaluwarsa apabila rencana usaha dan/atau kegiatan tidak dilaksanakan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkan keputusan. Apabila keputusan kelayakan lingkungan dinyatakan kadaluwarsa, maka untuk melaksanakan rencana usaha dan/atau kegiatan pemrakarsa wajib mengajukan kembali permohonan persetujuan AMDAL kepada instansi yang bertanggung jawab Atas permohonan tersebut instansi yang bertanggung jawab memutuskan; a. AMDAL yang pernah disetujui dapat sepenuhnya dipergunakan kembali, atau b. Pemrakarsa wajib membuat AMDAL baru (ps 24 PP 27/99)

BATALNYA KEPUTUSAN KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL)


Pemrakarsa memindahkan rencana lokasi usaha dan/atau kegiatan Pemrakarsa mengubah desain dan/atau proses dan/atau kapasitas dan/atau bahan baku dan/atau bahan penolong Terjadi perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar akibat peristiwa alam atau akibat lain sebelum dan pada waktu kegiatan tersebut dilaksanakan (ps 25 PP 27/99)

PENYUSUNAN AMDAL
Siapa menyusun AMDAL ?
AMDAL disusun oleh Pemrakarsa usaha/kegiatan

Bagaimana menyusun AMDAL ?


Pemrakarsa dapat bekerja sama dengan konsultan atau PSLH Perguruan Tinggi selama lembaga tersebut tidak melaksanakan tugas sebagai evaluator/Tim penilai studi AMDAL, dengan syarat yaitu : a. Koordinator Tim Penyusun memiliki sertifikat kursus Peyusun AMDAL (AMDAL B) dengan pengalaman menyusun dokumen sekurang-kurangnya 3 kali b. Koordinator Bidang memiliki sertifikat kursus Peyusun AMDAL (AMDAL B) dan Pakar dibidangnya c. Anggota Tim Penyusun sekurang-kurangnya memiliki sertifikat kursus Dasar-asar AMDAL (AMDAL A)

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN DOKUMEN AMDAL

PerMenLH Nomor 8 Tahun 2006 sebagai pengganti Kepka Bapedal No. 9 Tahun 2000 Tentang Pedoman Penyusunan AMDAL Kepka Bapedal No. 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL

PENULISAN DASAR HUKUM DALAM PENYUSUNAN AMDAL


(Permen LH No. 8 Tahun 2006)

Peraturan terkait dengan rencana usaha/ kegiatan sebagai dasar penyusunan AMDAL ada relevensinya Penulisan peraturan dilengkapi alasan singkat mengapa digunakan sebagai acuan atau dasar penyusunan AMDAL

Keterlibatan Masyarakat dalam Proses AMDAL (Kepka Bapedal No. 08 Tahun 2000)
Pengumuman
Surat Kabar Majalah Papan Pengumuman di lokasi rencana kegiatan dan kantor pemerintah setempat Berkaitan dengan rencana kegiatan dan dampaknya Konsultasi Masyrakat Dilakukan dengan cara diskusi atau wawancara Mengarah pada dampak yang akan muncul Dijadikan issue dalam KA-ANDAL Wakil Masyarakat Libatkan masyarakat melalui perwakilan (pemuda, wanita, agama, dsb) Siapkan surat pernyataan bersama atau berita acara tentang wakil masyarakat yang akan duduk dalam anggota komisi penilai AMDAL

PERATURAN AMDAL
Undang-undang No. 23 tahun 1997 PP No. 27 tahun 1999 Peraturan/Keputusan Menteri LH:
KepMen No. 2 tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL KepMen No. 40 tahun 2000 tentang Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup KepMen No. 41 tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota KepMen No. 42 tahun 2000 tentang Susunan Keanggotaan Komisi Penilai dan Tim Teknis Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Pusat PerMen LH No.11 tahun 2006 sbg pengganti KepMen No.11 tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL KepMen No.45 tahun 2005 tentang Pedoman Penyussunan Laporan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) PerMen LH No. 8 tahun 2006 sebagai pengganti KepKa Bapedal No.09 tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

Keputusan Kepala Bapedal:


KepKa No.8 tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup KepKa No.56 tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting

Peraturan yang terkait dengan AMDAL


Undang-Undang UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penaataan Ruang UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah Peraturan Pemerintah
PP 85 TAHUN 1999 jo PP 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan libah Bahan Berbahaya dan Beracun PP 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Penearan Udara PP 74 Tahun 2001 Tentang Bahan Berbahaya dan Beraun PP 82 Tahun 2001 Tentang Pengendalian Penearan Air

Keputusan Menteri
1. KepMenLH No.51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

KepMenLH No.52/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel KepMenLH No.58/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Runah Sakit KepMenLH No.03/MENLH/1/1998 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri KepMenLH No.13 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak KepMenLH No.48 Tahun 1995 Tentang Baku Tingkat Kebisingan KepMenLH No.49 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Getaran KepMenLH No.50 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebauan KepenLH No.01/Bapedal/09/1995 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan danPengumpulan Limbah B3 10.KepenLH No.02/Bapedal/09/1995 Tentang Dokumen Limbah B3 11.KepenLH No.03/Bapedal/09/1995 Tentang Persyaratan Teknis Peengelolaan Limbah B3

PELAPORAN RKL-RPL
Dasar Hukum

KepMenLH Nomor 45 Tahun 2005

Pasal 32 Ayat (1) PP 27 Tahun 1999


Pemrakarsa usaha/kegiatan wajib menyampaikan laporan pelaksanaan RKL dan RPL pada instansi yang membidangi usaha dan atau kegiatan yang bersangkutan dan instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan hidup dan gubernur

AMDAL dan Sanksi Administrasi


AMDAL bukan izin tetapi merupakan salah satu syarat dalam izin Agar saksi administrasi dapat dilaksanakan maka Peraturan Daerah yang berkaitan dengan izin mensyaratkan kewajiban AMDAL Dengan dipersyaratkannya AMDAL dalam izin, maka tidak dilaksanakannya AMDAL dapat dikenai sanksi administrasi

Bahan Berbahaya Beracun

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


UUPLH No 23 Tahun 1997
PP No 85 Tahun 1999 jo PP No 18 Tahun 1999 Ttg Limbah B3
1. 2. 3.

PP No 74 Tahun 2001 Ttg Bahan Berbahaya dan Beracun

KepKa Bapedal No.68/BAPEDAL/05/1994 Ttg Tata Cara Memperoleh Izin Penyimpanan, Pengumpulan, Pengoperassian alat Pengolahan, Pengolahan dan Penimbunan Akhir Limbah B3 KepKa Bapedal No.01/BAPEDAL/09/1995 Ttg Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3 KepKa Bapedal No.02/BAPEDAL/09/1995 Ttg Dokumen Limbah B3

4.
5. 6. 7.

KepKa Bapedal No.03/BAPEDAL/09/1995 Ttg Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3


KepKa Bapedal No.04/BAPEDAL/09/1995 Ttg Tata Cara Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi bekas Pengolahan, dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah B3 KepKa Bapedal No.05/BAPEDAL/09/1995 Ttg Simbul dan Label Limbah B3 KepKa Bapedal No.255/BAPEDAL/08/1996 Ttg Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan pengumpulan Minyak Pelumas Bekas

PERSYARATAN PENGELOLAAN LIMBAH B3


1. 2. Setiap orang yang melakukan usaha/kegiatan yang menghasilkan libah B3 dilarang membuang limbah B3 yang dihasilkannya itu secara langsung ke dalam media lingkungan hidup, tanpa pengolahan terlebih dahulu Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun meliputi, penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah, penimbun; a. Penghasil limbah B3 wajib mengolah limbahnya sesuai teknologi yang ada, jika tidak mampu dapat bekerja sama dengan pihak ke tiga yang meemenuhi syarat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku b. Pengumpul limbah B3 wajib membuat catatan tentang jenis, karakteristik, jumlah dan waktu diterimanya limbah B3 dari penghasil limbah B3, dan membuat catatan penyerahan limbah B3 kepada pemanfaat, pengolah dan/atau penimbun c. Pengangkutan limbah B3 wajib dilengkapi dokumen limbah B3 d. Pemanfaat, pengolah dan penimbun limbah B3 wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai, sumber limbah, jenis, karakteristik dan jumlah limbah yang dikumpulkan dan dimanfaatkan serta nama pengangkut yang melakukan pengangkutan dari penghasil atau pengumpul limbah B3 Ketentuan mengenai pengelolaan bahan berbahaya dan beracun di atur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

3.

PENGAWASAN
Kegiatan yang dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung oleh Pejabat Pengawas LH untuk mengetahui tingkat ketaatan penanggung jawab usaha/kegiatan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan pengendalian pencemaran/perusakan LH

Penanggung jawab usaha/kegiatan

Pengawasan

Pemerintah Langsung Tidak Langsung

Masyarakat

Langsung

Dilakukan langsung kelokasi kegiatan Dengan melihat bagaimana penang gung jawab usaha/kegiatan dalam melaksnakan pengelolaan lingkungan Hidup

Pengawasan Pemerintah

Tidak Langsung

Pegawasan atas laporan masyarakat Pengawasan berdasarkan hasil pelaporan penanggung jawab usaha/ kegiatan

Kenapa Dilakukan Pengawasan ?


Penaatan Hukum Mengetahui tingkat ketaatan dalam pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku

Apa yang ditaati ? Oleh siapa ?

AUDIT LINGKUNGAN
Sesuai dengan UU No 23 Tahun 1997 audit lingkungan ada dua jenis : Audit yang dilakukan secara suka reka, (ps 28), yaitu dalam rangka meningkatkan kenerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup (penyusunannya berpedoman pada KepMenLH No. 42 Tahun 1994 tentang Pedoman Umum Audit Lingkungan Hidup) Audit yang dipaksakan, (ps 29), yaitu audit yang diperintahkan oleh Menteri atas ketidak patuhan dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup, (penyusunannya didasarkan pada KepMenLH No. 30 Tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup Yang diwajibkan)

Apa itu Pencemaran LH ?


Pencemaran LH adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain kedalam LH oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan LH tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya

Apa itu Perusakan LH ?


Perusakan LH adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang mengakibatkan LH tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan

PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP

Di Luar Pengadilan

PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP

Dampak akibat perbuatannya bersifat keperdataan Mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau tindakan pemulihan fungsi LH yang telah tercemar/ rusak Tindakan tertentu guna menjamin tidak akan terjadi atau terulangnya dampak negatif terhadap LH Merupakan keinginan para pihak Diselenggarakan oleh STP2LH Dampak akibat perbuatannya mengandung unsur pidana Penyelesaian diluar pengadilan tidak memperoleh kata sepakat Dilakukan dengan mengajukan gugatan ganti rugi dan/atau tuntutan melakukan tindakan tertentu atas kerugian yang diderita manusia dan lingkungan yang tercemar/rusak Merupakan keinginan para pihak Dilakukan oleh Pemerintah yang dikuasa kan kepada kejaksaan Agung/Tinggi

Pengadilan

DISELENGGARAKAN UNTUK MENCAPAI KESEPAKATAN MENGENAI : 1. Bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau tindakan pemulihan fungsi LH yang telah tercemar/ rusak 2. Tindakan tertentu guna menjamin tidak akan terjadi/terulangnya dampak negatif terhadap LH

PIHAK YANG TIDAK MEMPUNYAI KEWENANAGAN MENGAMBIL KEPUTUSAN : 1. NEGOSIASI Penyelesaian sengketa LH dilakukan langsung antar pihak yang bersengketa 2. MEDIASI Penyelesaian sengketa LH diselenggarakan lewat jasa pihak ke Tiga 3. KONSILIASI Penyelesaian sengketa LH diselenggarakan melalui jasa KONSILIATOR

PENYELESAIAN SENGKATA LH DI LUAR PENGADILAN

Jasa Pihak ke 3

Pemerintah dan atau masyarakat dapat membentuk lembaga penyedia jasa pelayanan penyelesaian sengketa LH yang bersifat bebas dan tidak berpihak

Diatur dalam PP 54 Tahun 2000

PIHAK YANG MEMPUNYAI KEWENANGAN MENGAMBIL KEPUTUSAN ARBITRASI Penyelesaian sengketa LH melalui jasa ABITRATOR

Penyelesaian Melalui Pengadilan

1. Setiap perbuatan melanggar hk berupa pencemaran dan/atau perusakan LH yang menimbulakan kerugian pada orang lain atau LH, mewajibkan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu (ps 34 (1) UUPLH) 2. Selain pembebenan untuk melakukan tindakan tertentu sebagaimana dimaksud diatas, hakim dapat menetapkan pembayaran uang paksa atas setiap hari keterlambatan penyelesaian tindakan tertentu tersebut(Ps 34 (2) UUPLH) 3. Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang usaha dan/atau kegiatannya menimbulkan dampak besar dan penting terhadap LH, yang menggunakan B3, dan atau menghasilkan limbah B3, bertanggung jawab secara mutlak atas kerugian yang ditimbulkan, dengan kewajiban membayar ganti rugi secara langsung dan seketika pada saat terjadinya pencemaran dan/atau perusakan LH (ps 35 (1) UUPLH) 4. Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dapat dibebaskan dari kewajiban membayar ganti rugi jika yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa pencemaran dan/atau perusakan LH disebabkan salah satu alasan: a. Adanya bencana alam atau peperangan; atau b. Adanya keadaan terpaksa diluar kemampuan manusia; atau c. Adanya tindakan pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya pencemaran dan/atau perusakan LH 5. Dalam hal terjadi kerugian yang disebabkan oleh pihak ketiga, pihak ketiga bertanggung jawab membayar ganti rugi (ps 35 (3) UUPLH).

PENEGAKAN HUKUM PIDANA


(Penyidikan)

Penyidikan dilakukan apabila telah adanya bukti permulaan yang cukup Dilakukan oleh Penyidik POLRI dan/atau PPNS-LH Sebelum berkas perkara tahap pertama diserahkan kepada penuntut umum penyidik wajib melakukan gelar perkara

PENEGAKAN HUKUM PIDANA (Penuntutan)


Penuntutan tindak pidana LH dilakukan terhadap perkara hasil penyidikan yang telah dinyatakan memenuhi syarat formil dan materiil oleh penuntut umum dan telah diikuti dengan penyerahan tersangka serta barang bukti kepada penuntut umum Penuntutan dapat dilakukan oleh jaksa penuntut umum Sebelum melimpahkan perkara ke pengadilan, wajib menyiapkan segala sesuatunya yang berkaitan dengan pelimpahan perkara ke pengadilan

TINDAKAN ADM PREVENTIF

Pencabutan izin
Tertulis Limbah Buangan/ Gangguan tidak sesuai BML Tidak memiliki dokumen Peng. LH Tidak memiliki izin pembuangan limbah cair Tidak melakukan uji kualitas lingk. Tidak memasang alat ukur debit Tidak melakukan pencatat debit/laju alir Tidak melakukan pelaporan Lisan 1 Mencegah dan mengakhiri terjadinya pelanggaran 2 Menanggulangi akibat yang ditimbul kan oleh suatu pelanggaran 3 Melakukan tindakan penyelamatan dan/ atau pemulihan atas beban biaya penanggungjawab usaha/kegiatan (dapat diganti sejumlah uang tertentu) PAKSAAN PEMERINTAH

SANKSI ADMINISTRASI

Keresahan Penutupan saluran limbah Pencabutan izin TINDAKAN ADM. REPRESIF

SK Gub No. 5 Tahun 2003 Ttg Tindakan Adm Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yg melakukan Pelanggaran LH

TERIMA KASIH
Mohon maaf apa bila ada kesalahan

You might also like