You are on page 1of 14

Biofarmasi 1 (1): 25-38, Pebruari 2003, ISSN: 1693-2242

 2003 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta.

REVIEW: Ellagitanin; Biosintesis, Isolasi, dan Aktivitas Biologi

REVIEW: Ellagitannin; biosynthesis, isolation, and biological activities

UDHI EKO HERNAWAN♥, AHMAD DWI SETYAWAN♥♥


Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta 57126.
Korespondensi: ♥udhi_z@myquran.com, ♥♥biodiv@uns.ac.id. Tel./Faks. +6271-663375.

Diterima: 14 Januari 2003. Disetujui: 28 Pebruari 2003.

Abstract. Ellagitannin is one of the bioactive groups produced by some of medicinal plants. Ellagitannin is a hydrolysable
tannin compound biosynthesized via shikimic acid – gallic acid – pentagalloilglucose pathway. Ellagitannin can be isolated
by cascade extraction procedures followed by column chromatography method and preparative HPLC method. The
biological activities of ellagitannin are caused by molecular bond between ellagitannin and some other compound,
especially protein that makes complex compound and changes physiological processes in cells or tissues of the living-
thinks. Biological activities of ellagitannin included anti-diabetic, anti-microbes, anti-viruses, anti-hypertension, anti-
oxidative, and anti-cancer or anti-tumor.

Key words: ellagitannin, biosynthesis, isolation, extraction, biological activities.

PENDAHULUAN didasarkan atas prekursor, struktur dasar dan jalur


biosintesisnya (Edwards dan Gatehouse, 1999;
Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan utama Smith, 1976). Senyawa-senyawa tersebut memiliki
dalam pengobatan telah menjadi bagian dari variasi yang luas dalam diversitas kimia, distribusi
kebudayaan hampir setiap bangsa di dunia (Lee et dan fungsinya (Smith, 1976). Golongan fenol
al., 2000). Sekitar 60% penduduk dunia hampir dicirikan oleh adanya cincin aromatik dengan satu
sepenuhnya menggantungkan diri pada tumbuhan atau dua gugus hidroksil. Kelompok fenol terdiri dari
untuk menjaga kesehatan (Farnsworth, 1994). Se- ribuan senyawa, meliputi flavonoid, fenilpropanoid,
dangkan menurut perkiraan WHO, lebih dari 80% asam fenolat, antosianin, pigmen kuinon, melanin,
penduduk negara–negara berkembang tergantung lignin, dan tanin, yang tersebar luas di berbagai
pada ramuan tradisional untuk mengatasi masalah jenis tumbuhan (Harbone, 1996).
kesehatan (Khan et al., 2002). Peran tumbuhan Tanin secara umum didefinisikan sebagai
sebagai bahan obat sama pentingnya dengan senyawa polifenol yang memiliki berat molekul
perannya sebagai makanan (Raskin et al., 2002). cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat
Tumbuhan menghasilkan berbagai macam membentuk kompleks dengan protein. Berdasarkan
senyawa aktif yang memberikan efek farmakologi. strukturnya, tanin dibedakan menjadi dua kelas
Umumnya, senyawa aktif tersebut tidak berperan yaitu taninterkondensasi (condensed tannins) dan
penting dalam metabolisme tumbuhan, sehingga tanin-terhidrolisiskan (hydrolysable tannins)
sering disebut sebagai metabolit sekunder
HO
(Stepp dan Moerman, 2001; Liu et al.,
1998). Metabolit sekunder telah lama O HO OH
diketahui sebagai sumber terapi medis yang HO

efektif dan penting, misalnya sebagai obat O HO OH


anti-bakteri dan anti-kangker (Cragg, 1997). HO
Senyawa ini secara terus menerus menjadi OH HO OH O
sumber utama berbagai obat berkhasiat
HO OH
penting (Harvey, 2000). Dalam praktek
pengobatan tradisional, masyarakat telah (1) asam galat (2) asam heksahidroksidifenat
memanfaatkan senyawa aktif dari berbagai O
tumbuhan dalam bentuk ramuan obat, untuk HO
menyembuhkan penyakit. Senyawa aktif da- O
lam tumbuhan telah menjadi sumber inspi- HO
OH
rasi untuk terapi penyakit yang sulit atau HO O
mahal pengobatannya (Raskin et al., 2002). HO
O
Senyawa aktif tumbuhan dapat OH O
-

dikelompokkan dalam empat golongan,


O HO
yaitu: fenol, alkaloid, terpenoid, dan asam
amino non protein. Penggolongan tersebut (3) asam elagat (4) galoil
26 Biofarmasi 1 (1): 25-38, Pebruari 2003

(Hagerman et al., 1992; Harbone, 1996). Bruyne et al., 1999). HHDP (2) merupakan contoh
Tanin-terhidrolisiskan merupakan derivat dari dari molekul ellagitanin yang paling sederhana
asam galat (1) yang teresterkan (Xu, 1991). (Gross, 1992). Sedangkan bebera-pa contoh ellagi-
Berdasarkan strukturnya, tanin ini dibedakan tanin yang strukturnya lebih kom-pleks misalnya,
menjadi dua kelas yaitu, gallotanin dan ellagitanin. lagerstroemin (5) dari bungur (Lagerstroemia
Perbedaan struktur keduanya adalah adanya ester speciosa; Lynthraceae), dan casuarinin (6) dari
asam galat (1) pada gallotanin dan ester asam Casuarina spinosa. Terkadang suatu jenis ellagitanin
heksahidroksidifenat (HHDP) (2) pada ellagitanin. hanya dapat ditemukan pada satu jenis tumbuhan
Kedua ester asam tersebut berikatan dengan saja, misalnya lagerstroemin, namun ada juga yang
glukosa. Ellagitanin yang dihidrolisis akan ditemukan pada lebih dari satu jenis tumbuhan,
menghasilkan asam elagat (3) (Harbone, 1996). misalnya geraniin (7) yang dapat ditemukan pada
Oksidasi perangkaian (oxidative coupling) pada Euphorbiaceaea, Aceraceaea, dan Cercidiphyllaceae
gugus galoil (4) dari gallotanin akan menghasilkan (Xu et al., 1991, Okuda et al., 1992).
ellagitanin (Gross, 1992). Seperti halnya dengan metabolit sekunder lain-
nya, sejauh ini ellagitanin diketahui tidak memiliki
OH fungsi yang penting bagi metabolisme tumbuhan.
HO
Justru dalam hal fungsi morfologi dan ekologi,
OH ellagitanin menunjukkan perannya (Gottlieb dan
OH
Borin 2000). Lepas dari fungsi tersebut, ellagitanin
HO OH diketahui memiliki nilai tersendiri bagi manusia,
OH C
H O khususnya dalam dunia kesehatan. Aktivitas biologis
HO C dan farmakologi yang telah diketahui antara lain,
O H O OH
O penghambatan karsinogenensis, anti-tumor, anti-
C O H
HO virus, anti-oksidasi (peroksidasi lipida, lipoksigena-
OH
HO
H O se, oksidasi xanthin, dan oksidasi monoamin), anti
C H O C hipertensi (Okuda et al., 1992; Taylor, 2003), anti-
OH
OO O
bakteri dan jamur, anti-diabetes, dan anti-
HO CH2 nematoda (Cowan, 1999; Hayashi et al., 2002; Mori
O OH
OH et al., 2000).
HO

O HO OHHO OH
O
O HO OH
O
OH
OH O C C O
O
OH H2CO O C OH
(5) lagerstroemin
O
O OH

OH
HO O O
OH
O C C O
OH
H
HO OH HO OH
OH C HO
H O
HO
O H O C OH OH
OH
O O
C O H
HO OH
H O (7) geraniin
HO
C H O C OH
O
O
HO CH2 O
OH BIOSINTESIS ELLAGITANIN
OH
(6) casuarinin
Biosintesis ellagitanin secara mendetail ke setiap
Ellagitanin tersebar secara tidak merata pada senyawa-senyawanya masih belum jelas. Gross
dunia tumbuhan. Berbeda dengan tanin-terkonden- (1992) menjelaskan secara garis besar pemben-
sasi yang tersebar luas di paku-pakuan, gymnos- tukan ellagitanin dari hasil-hasil penelitian sebelum-
permae, dan angiospermae, ellagitanin hanya terda- nya. Umumnya penelitian tentang biosintesis
pat pada angiospermae, khususnya pada tumbuhan ellagitanin dilakukan pada tumbuhan Oak (Quercus
dikotil, terutama Hammamelidae, Dilleniidae, rubra), Rhus sp., dan beberapa tumbuhan tertentu
Rosidae, serta beberapa lainnya (Harbone, 1996, lainnya. Reaksi spesifik yang menuju ke senyawa
ellagitanin tertentu berbeda-beda tergantung jenis
HERNAWAN dan SETYAWAN – Ellagitanin 27

HO
HO
O

H2N OH HO O O- HO O O-

OH
(10) L-fenilalanin (11) kafeat
(13) 3,4,5 trihidroksisinnamat

COO -

HO O OH HO
-
O O
H2N OH OH HO
-
O O
HO
(9) arogenate (14) protokatekuat
(1) asam galat

O
HO
O O

HO HO

OH O-

HO HO

(8) shikimat (12) 3-dehidroshikimat

Gambar 1. Jalur pembentukan asam galat (Gross, 1992).

HO
OH
O
HO OH
O
OH HO O
HO
HO C OH
OH O
(1) asam galat
(16) β-glukogallin OH

OH
+ 4 molekul galloil
O
HO OH
O
P N
O
O OH
HO
O N O
P
O
H HO
HO OH
HO
(15) uridine 5-difosfat

HO HO OH
-n [H] atau OO O
dehidrogenasi HO OOH
ELLAGITANIN O
HOHO
O
O OH
HO OH
-n [H] atau HO OH
dehidrogenasi
HO OH
OH

dimmer, oligomer (17) 1,2,3,4,6-pentagalloilglukosa

Gambar 2. Biosintesis ellagitanin (Gross, 1992).


28 Biofarmasi 1 (1): 25-38, Pebruari 2003

senyawa dan tumbuhannya. Oleh karena itu, pene- Tanin dapat diekstraksi dari seluruh bagian
litian biosintesis ellagitanin sekarang mengalami tumbuhan, meliputi daun, cabang, batang, akar,
perkembangan, tidak hanya difokuskan pada bebe- dan buah (Scalbert, 1991). Bagian yang kaya akan
rapa jenis tumbuhan di atas, namun sudah semakin tanin, berbeda-beda tergantung jenis tumbuhannya,
meluas. misalnya pada Caesalpinia spinosa organ buah
Jalur biosintesis ellagitanin, terdiri atas tiga ta- memiliki kandungan tanin paling tinggi (Galvez et
hapan reaksi. Tahap pertama adalah pembentukan al. 1997), sedangkan pada pohon oak (Quercus)
asam galat (1), sebagai penyusun struktur primer kandungan tanin banyak terdapat di batang (Helm,
ellagitanin (Gambar 1). Tahap ini diawali dari jalur 2000). Umumnya ekstraksi tanin dilakukan dari
shikimat (8) yang membentuk dua arah reaksi daun dan batang tumbuhan. Jaringan yang
sintesis asam galat. Arah pertama melalui diekstrak dapat berupa jaringan segar maupun yang
pembentukan L-fenilalanin (10) dengan perantara sudah kering. Untuk analisis, sebaiknya digunakan
arogenate (9). Pembentukan asam sinamat dari L- jaringan segar (Scalbert, 1992). Namun,
fenilalanin (10) dihalangi oleh enzim L-AOPP (L-2- kadangkala hal itu tidak memungkinkan karena
aminooxy-3-phenylpropionic acid), dan reaksi jauhnya jarak pengambilan sampel dengan
diarahkan pada senyawa kafeat (11). Arah reaksi laboratorium. Untuk itu sampel tumbuhan dapat
kedua melalui pembentukan 3-dehidroshikimat (12) dibekukan, dikeringbekukan, atau dikeringanginkan.
yang mengalami hidrogenasi pada atom C ke-3 Metode kering-beku merupakan cara yang paling
sehingga terbentuk asam galat (Gross, 1992). aman untuk mencegah perubahan jaringan, yang
Tahap kedua adalah pembentukan penta- berakibat pada perubahan kadar tanin. Metode ini
galloilglukosa yang diawali oleh reaksi asam galat dilakukan dengan menggunakan nitrogen cair.
(1) dengan uridin 5-difosfat glukosa (15) untuk Jika nitrogen cair tidak tersedia, maka alternatif
membentuk β-glukogallin (16) (Gambar 2). Dengan yang mudah adalah dikeringanginkan. Titik uap
penambahan 4 molekul galloil, β-glukogallin diubah senyawa ellagitanin sangat tinggi, misalnya pada
menjadi 1,2,3,4,6-pentagalloilglukosa (17). Empat lagerstroemin (5) di atas 2500C, namun proses
molekul galloil menggantikan atom H pada empat pengeringan sebaiknya dilakukan pada suhu kamar
gugus hidroksil. Proses penggantian atom H atau kurang dari 400C. Pada suhu lebih dari 400C
tersebut dinamakan reaksi galloilasi. Reaksi ini dapat terjadi penurunan kadar dan ekstrakbilitas
berurutan mulai dari gugus hidroksil ke-1, lalu ke-6, tanin secara drastis. Jika pengeringan dilakukan
ke-2, ke-3, dan yang terakhir ke-4. Reaksi ini mem- dalam ruang yang kelembabannya tinggi, maka
butuhkan enzim galloiltransferase (Gross, 1992). penggunaan kipas angin sangat disarankan. Hal ini
Tahap terakhir merupakan tahap yang secara akan mempercepat proses pengeringan dan
langsung menuju ke pembentukan senyawa- mencegah molekul air bereaksi dengan molekul
senyawa golongan ellagitanin (Gambar 2). Seperti tanin melalui lukaluka pada jaringan.
telah disebutkan sebelumnya, biosintesis senyawa
ellagitanin berbeda-beda tergantung jenis senyawa Ekstraksi dan Isolasi
dan jenis tumbuhan penghasilnya. Senyawa Senyawa tanin umumnya dapat larut dengan
ellagitanin dihasilkan dari oksidasi (atau lebih pelarut dari polar sampai semipolar. Ekstraksi tanin
tepatnya dehidrogenasi/pelepasan atom H dari dari jaringan tumbuhan dilakukan dengan
gugus OH) pentagalloilglukosa. Residu sederhana menggunakan pelarut aseton 70% atau metanol
yang dihasilkan dari proses dehidrogenasi dua grup 50% dalam air (FAO/IAEA, 2000). Lin et al. (2001)
galloil dari pentagalloilglukosa adalah HHDP (2). melakukan ekstraksi ellagitanin dari daun kering
Dehidrogenasi yang terjadi diikuti dengan reaksi Euphorbia tirucalli dengan menggunakan pelarut
perangkaian (coupling) antar atom C dua gugus aseton 60%. Sedangkan Machado et al. (2002)
galloil. Gallotanin yang mengalami oksidasi berhasil melakukan ekstraksi ellagitanin dari kulit
perangkaian C-C dan C-O pada gugus galloil yang buah delima segar (Punica granatum; Punicaceae)
berdekatan menghasilkan ellagitanin (Gross, 1992). dengan etanol. Seperti yang dilakukan oleh Liu et
al. (2001), jika menggunakan air sebagai pelarut,
proses ekstraksi harus berlangsung pada kondisi air
EKSTRAKSI DAN ISOLASI mendidih. Suhu panas dapat membantu
ELLAGITANIN ekstrabilitas tanin terhadap pelarut air.
Prosedur ekstraksi biasa tidak cukup untuk
Bahan tumbuhan mengisolasi ellagitanin. Proses ekstraksi umumnya
Pada prinsipnya, semua bagian jaringan dilakukan secara berulang dan bertahap. Sering
tumbuhan penghasil ellagitanin dapat digunakan kali, ekstraksi dengan aseton 70% dilakukan ber-
sebagai sumber ekstrak ellagitanin, namun jenis ulang sampai tiga kali dan dilanjutkan ke tahapan
dan kadar pada setiap jaringan cenderung berbeda- isolasi. Banyak pekerjaan isolasi ellagitanin
beda. Dalam menentukan bagian tumbuhan yang mengharuskan penggunaan kromatografi kolom
akan diekstraksi, perbandingan kadar senyawa pada sebagai salah satu tahapan isolasi. Ellagitanin dapat
setiap jaringan perlu dipertimbangkan. Selain itu, terpisah dengan baik menggunakan kolom pemisah
umur jaringan juga perlu diperhatikan. Umumnya, Sephadex LH-20, MCI-gel CHP 20P, atau ODS-AQ.
jaringan tua memiliki kandungan metabolit Metanol dengan konsentrasi bertingkat merupakan
sekunder lebih banyak daripada jaringan muda. eluen yang baik untuk memperoleh ellagitanin.
HERNAWAN dan SETYAWAN – Ellagitanin 29

OH OH
HO HO
OH OH
OH OH

H H OH
OH C OH OH C
OH O OH O
HO HO
C O H O C
O H O OH OH
O O
C C O H
O H HO
HO OH OH
H O H O
HO
HO C
C H O C OH
H O C OH O
O O
O HO CH2 O
HO CH2 O
O OH
O OH OH
OH
HO
HO O

O H2C
O HO C
O O
HO C
O O
O OH
O
O
HO O
OH
OH O C C O
OH

(18) flosin B
HO OH

HO OH HO OH
(19) reginin A

Isolasi lagerstroemin (5), flosin B (18), dan digunakan untuk deteksi ellagitanin yang dipisahkan
reginin A (19) dari bungur (L. speciosa) pertama dengan menggunakan prosedur kromatografi kertas
kali menggunakan aseton 70% berulang tiga kali. atau kromatografi lapis tipis (Harbone, 1996). Untuk
Ekstrak yang diperoleh kemudian disuspensikan analisis secara detail disarankan untuk tidak
dalam air dan dipartisikan dengan etil asetat, eter, mengandalkan prosedur ini karena hanya cocok
dan butanol. Fraksi air yang terbentuk dipisahkan untuk deteksi pendahuluan.
dengan menggunakan kolom pemisah Diaion HP-20 Teknik kromatografi lapis tipis (KLT) dua arah
dengan eluen metanol. Proses isolasi berakhir de- biasa digunakan untuk deteksi pendahuluan
ngan penggunaan instrumen HPLC-preparatif (high ellagitanin, jika hanya menggunakan KLT satu arah,
performance liquid chromatography). Kolom ODS-A, hasil pemisahan kurang maksimal akibat adanya
2 x 15 cm, dengan eluen metanol 25%, CH3CN 10 bercak-bercak yang masih menyatu. Lempeng yang
mM dan buffer fosfat pH 2 dapat memisahkan digunakan dalam KLT adalah selulosa, misalnya
ellagitanin dengan baik (Hayashi et al., 2002). MN300, dengan pengembang I dari asam asetat 2%
Pemisahan ellagitanin dari P. granatum dilakukan v/v dan pengembang II dari campuran butanol:
dengan kolom berurutan yaitu XAD-16 dan asam asetat: air (12:3:5). Penyemprot yang
Sephadex LH-20 (eluen yang dipakai adalah digunakan untuk ellagitanin adalah reagen
metanol dengan konsentrasi bertingkat), setelah vanillin/HCL dan reagen NaNO2 (Harbone, 1996;
sebelumnya ekstrak etanol dipartisikan dengan FAO/IAEA, 2000).
heksana, butanol, dan etilasetat dan kloroform. Reagen vanillin/HCL dibuat dengan melarutkan 1
Fraksi yang diperoleh dielusikan ke instrumen HPLC- gram vanillin ke dalam 10 ml HCL 12 M. Setelah
preparatif fase balik, kolom RP-18, 2x25 cm dibuat, hendaknya reagen ini langsung digunakan
menghasilkan α-punicalagin 20, β-punicalagin (21), karena sifatnya yang tidak dapat bertahan lama.
α-punicalin 22 dan β-punicalin (23), dan asam Jika disemprotkan ke spot ellagitanin, akan muncul
elagat (3) (Machado et al., 2001). warna merah. Reagen NaNO2 dibuat dengan
melarutkan 20 mg NaNO2 dan beberapa tetes asam
asetat glasial dalam 10 ml akuades yang telah
ANALISIS BIOKIMIA didinginkan sampai mendekati titik beku. Untuk
mengkondisikan lingkungan yang mendekati 00C
Ellagitanin memberikan reaksi warna yang khas dapat digunakan nitrogen cair. Spot ellagitanin akan
dengan asam nitrit (larutan NaNO2 10% dengan memberikan warna merah kecoklatan jika disemprot
suhu rendah yang ditambahi asam asetat). Warna dengan reagen NaNO2 (FAO/IAEA, 2000).
yang terbentuk merah yang kian lama berubah Analisis kuantitatif, sebagai lanjutan dari
menjadi biru indigo. Prosedur sederhana ini biasa prosedur di atas, pun memanfaatkan prinsip yang
30 Biofarmasi 1 (1): 25-38, Pebruari 2003

sama dengan reagen NaNO2. Sebanyak 0,5 ml semua senyawa fenol dan turunannya (Salminen et
ekstrak dicampur dengan 2,0 ml reagen NaNO2 atau al., 1999). Asam elagat (3) dapat dideteksi pada
HNO2 0,1 M pada suhu lingkungan rendah. panjang gelombang 260 nm (Rauha, 2001), α-
Absorbansi diukur pada panjang gelombang 600 punicalagin (20), β-punicalagin (21), α-punicalin
nm. Larutan standar yang digunakan adalah asam (22), dan β-punicalin (23) dideteksi pada panjang
elagat (Harbone, 1996). Galvez (1997) menentukan gelombang 350 nm (Machado et al., 2002).
kandungan asam elagat (3) dalam buah Caesalpinia Penentuan struktur ellagitanin hasil pemisahan
spinosa dengan metode Hagerman dan Wilson didasarkan pada data spektrum MS (mass
(1990). Sebanyak 10 mg ekstrak dilarutkan dalam 1 spectrometric) dan spektrum NMR (nuclear
ml H2SO4 2 N. Larutan dipanaskan 1000C selama 24 magnetic resonance). Dua instrumen tersebut
jam, kemudian didinginkan. Sebanyak 1 ml larutan menjadi standar dalam analisis struktur senyawa
tersebut ditambahkan dalam larutan piridin 1,1 ml ellagitanin. Namun untuk pemula, membuat analisis
dan 0,1 ml HCL. Pada suhu 300C larutan ditambah spektrum MS dan NMR adalah pekerjaan yang relatif
0,1 ml NaNO2 1%. Absorbansi diukur pada 538 nm. sulit. Teknik yang dapat digunakan untuk MS,
Setelah 36 menit inkubasi pada suhu 300C, di- misalnya FAB-MS (fast atom bombardement-MS)
lakukan pengukuran absorbansi lagi. Selisih absor- (Hatano et al., 1992). Sedangkan untuk NMR baik
bansi sebanding dengan kandungan asam elagat H-NMR maupun C-NMR, antara lain COSY, NOESY,
dalam sampel. Kadar asam elagat dihitung dengan HMQC, dan HMBC (Lin et al., 2001).
rumus A538 = (0,3x mg kadar asam elagat)–0,04). Perkembangan teknologi kromatografi saat ini
Metode analisis dengan HPLC (high performance telah memungkinkan kombinasi instrumen HPLC
liquid chromatography) merupakan prosedur yang dengan MS. Dengan kombinasi HPLC-MS pekerjaan
biasa ditempuh untuk menganalisis kandungan analisis struktur menjadi lebih mudah. Senyawa
ellagitanin suatu tumbuhan obat. Prosedur ini cocok hasil pemisahan dari HPLC dapat secara langsung
dilakukan karena kinerja HPLC yang baik untuk dianalisis spektrum massanya di instrumen MS.
pemisahan senyawa-senyawa yang sulit menguap, Terdapat beberapa pilihan teknik MS yang dapat
termasuk di antaranya ellagitanin. Dengan waktu dikombinasikan dengan HPLC, baik fase normal (NP)
yang singkat dan persiapan yang tidak rumit, hasil maupun fase balik (RP), antara lain API
pemisahan dapat segera diperoleh, untuk kemudian (atmospheric pressure ionization), APCI
dianalisis baik kuantitatif maupun kualitatif. (atmospheric pressure chemical ionisation) (Rauha,
Meskipun membutuhkan biaya yang relatif mahal, 2001), dan ESI (electrospray ionization) (Salminen
setidaknya prosedur HPLC merupakan prosedur et al., 2002) Teknik MS yang relatif sensitif adalah
yang mutakhir dalam bidang fitokimia. dengan MALDI-TOF-MS (matrix-assisted laser
desorption/ionization time-off-flight–MS), namun
sampai sekarang teknik ini belum memungkinkan
untuk dikombinasikan dengan HPLC (Rauha, 2001).

AKTIVITAS BIOLOGI

Aktivitas biologi ellagitanin merupakan implikasi


dari ikatan antara ellagitanin dengan protein,
senyawa dengan berat molekul tinggi, senyawa
sederhana, dan ion logam berat (Okuda et al.,
1992). Ikatan tersebut membentuk kompleks
senyawa yang dapat menyebabkan perubahan
fisiologis dalam sel atau jaringan mahluk hidup.
Berbagai penelitian telah dikembangkan untuk
mengeksplorasi ellagitanin dan aktivitas biologinya.
Pada tahun 1992, baru sekitar 90 senyawa
ellagitanin yang diketahui memiliki aktivitas biologi
(Okuda et al. 1992) dan diperkirakan masih banyak
yang belum terungkap. Aktivitas biologi ellagitanin
yang telah diketahui antara lain sebagai anti-
(20) α-punicalagin R1=H, R2=OH, R3=R4=H
diabetes, anti-mikrobia, anti-virus, anti-hipertensi,
(21) β-punicalagin R1=OH, R2=H, R3=R4=H
(22) α-punicalin R1=H, R2=OH, R3=R4=HHDP
anti-oksidan, dan anti-kanker/tumor. Dari sekian
(23) β-punicalin R1=OH, R2=H, R3=R4=HHDP banyak penelitian yang telah dilakukan, belum ada
yang menunjukkan efek toksik ellagitanin.
Metode standar yang biasa digunakan adalah
kombinasi instrumen RP-HPLC (Reverse Phase- Anti-diabetes
HPLC) atau HPLC-fase balik dengan detektor UV/Vis Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit
(ultra violet/visible) atau DAD (diode array fisiologis berupa perubahan homeostasis glukosa
detector). Panjang gelombang 280 nm merupakan sehingga kadar glukosa dalam plasma darah
panjang gelombang yang umum untuk deteksi mengalami kenaikan di atas normal. Kondisi ini
sering disebut hiperglikemik (Maher, 2000).
HERNAWAN dan SETYAWAN – Ellagitanin 31

Berbagai jenis tumbuhan obat telah HO


O
dimanfaatkan untuk terapi penyakit O OH
tersebut. Banyak penelitian telah O HO C
sampai pada isolasi senyawa aktif
HO C
tumbuhan yang mampu memberikan HO O-rhamnose
efek hipoglikemik atau anti-diabetes. HO
O
Hayashi et al. (2002) berhasil O
O OH HO
mengisolasi lagerstroemin (5), flosin B H3CO
O OH HO
(18), dan reginin A (19) dari daun O
kering bungur (L. speciosa) untuk uji (24) 3-O-metilelagat-4-O-
HO
anti-diabetes secara in vitro. rhamnose
O
HO
Sebelumnya telah diketahui bahwa
(25) corilagin
ekstrak daun bungur memiliki aktifitas
hipoglikemik (Mishra et al.1990;
Kakuda et al.,1996; Liu et al., 2001), yang mana tumbuhan tersebut diperkirakan berkaitan dengan
ketiga senyawa ellagitanin tersebut diketahui efek hipoglikemik yang diberikan oleh tumbuhan
berkaitan dengan efek hipoglikemik ekstrak daun tersebut pada penderita diabetes. Kondisi
bungur. hiperglikemia ini dapat menyebabkan aktivasi PKC
Efek hipoglikemik yang diberikan oleh ellagitanin (protein kinase C). Aktifnya PKC akan menginduksi
daun bungur berupa peningkatan aktifitas transpor berbagai penyakit kardiovaskuler dan komplikasi
glukosa pada jaringan adiposa. Kemampuan turunan diabetes lainnya (Koya dan King, 1998).
lagerstroemin (5) dan flosin B (18) hampir setengah Ellagitanin merupakan inhibitor PKC yang lebih kuat
kali kemampuan insulin dalam meningkatkan dibandingkan dengan gallotanin (Bruyne et al.,
kecepatan transpor glukosa. Bahkan reginin A (19) 1999). Oleh karena itu, ellagitanin juga dapat
menunjukkan aktifitas yang hampir sama dengan menurunkan resiko komplikasi yang diakibatkan
insulin. Pada konsentrasi 0,04 mM, kecepatan oleh DM. Tanin merupakan senyawa yang
transpor glukosa meningkat menjadi hampir 0,5 berpotensi besar sebagai agen anti-mikrobia
nmol/5 menit, padahal pada kontrol hanya 0,1 (Scalbert, 1991). Mekanisme anti-mikrobia tanin
nmol/5 menit. Insulin sendiri meningkatkan antara lain terjadi melalui inaktivasi adhesin
transpor glukosa sampai 0,48 nmol/5 menit. Ini mikrobia, penghambatan kinerja enzim, dan
menunjukkan bahwa ellagitanin khususnya reginin penghambatan transpor protein (Cowan, 1999).
A, dalam daun bungur cukup berpotensi untuk Anti-mikrobia dan virus
mengantikan peran hormon insulin (Hayashi, 2002). Pengujian aktifitas anti-mikrobia terhadap
Mekanisme peningkatan kecepatan transpor Epidermophyton floccosum, Microsporum canis,
glukosa oleh ellagitanin tersebut diperkirakan Tricophyton mentagrophytes, T. rubrum, T.
melalui jalur yang sama dengan jalur kerja insulin. tonsurans, T. terreste, Penicillium italicum,
Perkiraan ini didasarkan pada fakta bahwa kerja Aspergillus fumigatus, Mucor racemosus, Rhizopus
ellagitanin dihambat oleh wortmanin (Hayashi et al., nigricans, Candida albicans, C. glabrata, Candidata
2002). Sedangkan wortmanin itu sendiri merupakan krussei, dan Cryptococcus neofarmans,
senyawa yang dapat menghambat (atau lebih menunjukkan bahwa senyawa-senyawa tanin-
tepatnya menutup jalur) kerja insulin (Standaert et terhidrolisiskan dan flavonoid memiliki variasi
al., 1996). aktifitas yang berbeda-beda tergantung jenis
Asam elagat (3) dalam daun meniran (Phyllantus senyawa dan jenis mikrobia sasaran. Ellagitanin,
niruri; Euphorbiaceae) juga diketahui memiliki corilagin (25), memiliki aktifitas yang sama dengan
aktifitas hipoglikemik, baik pada hewan percobaan amfotericin B dan conazole terhadap C. glabrata
maupun penderita diabetes. Kandungan asam (Latte dan Kolodziej, 2000).
elagat (3) dalam tumbuhan tersebut menghambat Punicalagin (20–21) dari delima mampu
kerja enzim aldose reduktase. Enzim ini bekerja menghambat pertumbuhan beberapa strain
pada jalur poliol (pembentukan sorbitol dan fruktosa Staphylaococcus aureus yang telah resisten
dari glukosa). Pada penderita DM, proses terhadap antibiotik. MIC (minimum inhibitory
pengubahan glukosa menjadi fruktosa terganggu. concentration) yang dibutuhkan untuk menghambat
Untuk mengembalikan keseimbangan metabolisme semua strain S. aureus adalah 61,5 µg ml. Hal yang
glukosa harus ada penghambatan kerja enzim berbeda diperoleh pada punicalagin yang diekstrak
aldose redukstase (Trueblood dan Ramasamy, dari Terminalia citrina. MIC yang dibutuhkan relatif
1998). Karena kerja enzim aldose reduktase lebih besar yaitu, 768 µg ml (Machado et al., 2002).
dihambat oleh asam elagat (3) maka proses Punicalagin (20–21) yang diekstrak dari Combretum
peningkatan kadar glukosa darah dapat menurun molle (Combretaceae) mampu menghambat
dan metabolisme glukosa menuju ke arah pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis (typus
keseimbangan (Taylor, 2003; Shimizu et al., 1989). humanus ATCC 27294). Punicalagin diketahui lebih
Rubus imperialis (Rosaceae) merupakan efektif dalam menghambat pertumbuhan M.
tumbuhan obat yang biasa digunakan sebagai tubercolosis dibandingkan saponin yang diekstrak
bahan untuk terapi DM oleh penduduk Brazil dari tumbuhan yang sama (Asres, et al., 2001).
(Kanegusuku et al., 2002). Kandungan ellagitanin, Aktifitas anti-virus dari ekstrak tumbuhan
3-O-metilelagat-4-O-rhamnose (24), dalam diketahui berkaitan dengan kelompok senyawa
32 Biofarmasi 1 (1): 25-38, Pebruari 2003

polifenol, terutama flavonoid dan tanin, HO


O
yang terkandung di dalamnya (Cowan, HO
1999). Senyawa ellagitanin baru, OCH2 OH
HO C
O O
arjunin, dan empat senyawa lainnya, HO C O
OH
yakni asam elagat (3), O
O C OH
pentagalloilglukosa (17), asam galat O O O
HO
(1), dan HHDP (4) dari ekstrak daun C OH
OH O C C O OCH2
Terminalia arjuna (Combretaceae) OC
mampu menghambat pertumbuhan OH OH
O O
virus HIV-1. Arjunin memberikan efek HO OH O
penghambatan yang paling tinggi, O C OH
HO O
OHHO OH
lebih dari 70% pada konsentrasi 0,2 O
mg/ml (Kandil dan Nassar, 1998). O C C O OH
Ellagitanin lainnya yang telah lebih
dulu diketahui mempunyai aktifitas
OH
anti-HIV adalah nobotanin B (26) dan
C (27), oenothein B (35), agrimoniin
HO OHHO OH
(33), coriariin A (39) dan trapanin B (26) nobotanin B
(28) (Okuda et al., 1992).
Ekstrak kemloko (Phyllantus OH
emblica; Euphorbiaceae) juga O
berpotensi sebagai anti-HIV (Ogata et C OH
OH
al., 1992) Buah kemloko merupakan OCH2
HO
salah satu bahan ramuan obat OH
O O
tradisional “triphala” dari India, C
mengandung beberapa ellagitanin yang HO
O
O
OH
berpotensi sebagai anti-HIV/AIDS. O O
Putranjivain A memberikan efek O C C O
penghambatan HIV yang paling tinggi.
Putranjivain A mampu menghambat
OH
kerja enzim riverse-transcriptase yang
HO
berperan penting dalam proses O
HO OHHO HO OH
replikasi HIV (Wohlmuth, 2003). OCH2 OH
HO C
Ellagitanin yang terkandung dalam O O O
HO C
tumbuhan kemloko diperkirakan O C OH OH
mampu menghambat pertumbuhan HO
O O
O O
virus hepatitis B (Taylor, 2003). OH
C OH
O C C O
Aktifitas anti-virus juga didapatkan OC OCH2
pada tumbuhan Geranium sanguineum OH OH
O O
L. (Geraniaceae). Ekstrak daun HO OH O
Geranium yang mengandung kompleks O
O C OH
HO OHHO OH
polifenol, meliputi ellagitanin, O
gallotanin, flavonoid, dan asam fenolat O C C O OH
dapat menghambat aktifitas reproduksi
virus influenza dan herpes
OH
(Serkedjieva dan Manolova, 1992). Hal
yang sama juga juga ditunjukan oleh HO OHHO OH
tumbuhan Epilobium hirsutum L. (27) nobotanin C
OH
HO
O
CO
HO CH2
OH
HO
OH HO CO O
O O OH
HO O
O CO HO O O
OH HO C OH H
CO CH2 O O
HO HO HO O C
O CH2 CO O OH
C HO OH OH
HO OCH2 CO O O C
OH HO O O OH
HO O O OC OH HO
C O HO O O OH OH
OC O O C
O O OH O O
O O OH
HO HO O O O C
OH OH C OH
HO C C OH O HO OH
O OH
HO OH OH
HO O OH OH
(28) trapanin B
HERNAWAN dan SETYAWAN – Ellagitanin 33

(Onagraceae) (Ivancheva et al., 1992). Galloilasi diperkirakan berkaitan dengan pengaruh ellagitanin
(penambahan gugus galloil), perbedaan ikatan terhadap kesetimbangan ion Ca2+ sel. Ellagitanin
interflavan, dan sifat tereokimia dari gugus hidroksil mempengaruhi ketersediaan ion Ca2+ untuk
berpengaruh secara kuat terhadap aktifitas peng- kontraksi otot jantung dan polos. Konsentrasi ion
hambatan pertumbuhan virus. Efek penghambatan Ca2+ intraseluler yang tinggi dapat menyebabkan
ini berkaitan dengan pencegahan terbentuknya naiknya tekanan darah atau hipertensi. Rauha
komplek enzim-asam nukleat (Bruyne et al., 1999). (2001) menyebutkan bahwa beberapa senyawa
ellagitanin dapat menghambat masuknya ion Ca2+
Anti-hipertensi ke dalam sel, sehingga konsentrasi ion Ca2+
Hipertensi merupakan salah satu bentuk intraseluler dapat turun dan secara fisologis diikuti
penyakit kardiovaskuler. Penyakit ini dicirikan dengan turunnya tekanan darah penderita
dengan tekanan darah penderita yang mengalami hipertensi. Namun ada juga yang justru me-
kenaikan di atas normal (Koya dan King, 1998). ningkatkan absorpsi ion Ca2+ ke dalam sel, seperti
Geraniin (7), yang dapat ditemukan dalam familia rugosin E (30) dari Rosa rugosa (Rosaceae),
Euphorbiaceae, dapat memberikan efek hipotensif vescalagin (31), dan pedunculagin (32) yang
(penurunan tekanan darah) secara signifikan. mempengaruhi kesetimbangan Ca2+ intraseluler
Tekanan sistolik penderita hipertensi dapat turun dalam sel platelet kelinci (Teng et al., 1997).
kembali normal setelah diberi ekstrak daun kemloko
yang mengandung geraniin (7) (Taylor, 2003). Efek Anti-oksidan
anti-hipertensi melalui vasodilatasi (pelebaran Anti-oksidan merupakan senyawa yang jika
pembuluh darah) juga ditunjukkan oleh ellagitanin, berada pada konsentrasi yang relatif lebih rendah
lambertianin C dan sanguiin H-6 (29) dalam ekstrak dibandingkan konsentrasi suatu subtrat, maka akan
Rubus idaeus (Mullen et al., 2002). teroksidasi lebih hulu, sehingga dapat mencegah
Mekanisme penurunan tekanan darah terjadinya oksidasi subtrat tersebut. Tanin dapat
menghambat pembentukan
HO
O oksigen aktif yang dapat
menyebabkan oksidasi. Baik
OCH2 OH
HO C
O O
gallotanin mau pun
HO C O ellagitanin, merupakan
HO O C OH senyawa anti-oksidan yang
O O
O
OCH2 HO O cukup berpotensi (Rauha,
HO C OH
O O OH O C C O 2001; Okuda et al., 1992).
HO C O Aktifitas anti-oksidatif
OCO
O O ellagitanin tersebut
HO O HO OH
OH berkaitan dengan strukutur
OH O C C O
OH HO OHHO OH
kimianya. Naiknya jumlah
gugus galloil, berat molekul,
HO OH dan struktur ortohidroksil
meningkatkan aktifitas anti-
HO OHHO OH oksidatif tanin (Yokozawa et
(29) sanguiin H-6 al., 1998).
OH
Dalam reviewnya, Okuda
et al. (1992) menyebutkan
HO
O aktifitas anti-oksidatif tanin,
C termasuk ellagitanin, antara
HO OCH2
OH lain penghambatan
HO O autooksidasi asam askorbat
C O
O C OH yang dikatalissi oleh ion
O
HO
O
O Cu2+, penghambatan
HO O OH
OH O OH autooksidasi metillinoleat
HO C
dan perosksidasi lipida di
C OH O
O mitokondria dan mikrosom
O HO
HO O hepar tikus, reduksi
OH
C
kandungan lipid peroksida
HO
OCH2 dalam serum dan hepar
HO O tikus, efek proteksi
C O
kerusakan oksidatif lensa
O OH
HO
O okuler, aktifitas
HO O OH antihepatotoksik pada kultur
OH
primer hepatosit tikus,
HO C C OH
penghambatan peroksidasi
O O
HO
lipida–tergantung
OH
(30) rugosin E
lipoksigenase (lipoxygenase-
dependent lipid
34 Biofarmasi 1 (1): 25-38, Pebruari 2003

peroksidation) efek penghambatan lipoksigenase mikrosom hepar tikus. Ekstrak yang sama juga
pada metabolisme arachidonat dalam leukosit, menghambat kerusakan enzim antioksidan
aktifitas anti-oksidatif pada monoamine oksidase superoksida dismutase yang diakibatkan oleh radiasi
dan xanthine oksidase, penghambatan anion radikal pada mitokondria hepar tikus. Perlakukuan secara
superoksida dan radikal 1,1-diphenyl-2- intraperitoneal pada tikus selama 7 hari
picrylhydrazyl, dan penghambatan mutagen yang menunjukkan peningkatan aktifitas enzim
bekerja secara langsung (direct-acting mutagens). antioksidan superoksida dismutase, katalase dan
Emblicanin A dan B, punigluconin, dan glutation peroksidase dalam otak tikus. Peroksidasi
pedunculagin (32) dalam buah Phyllantus emblica lipida dalam otak tikus juga dapat terhambat
mampu menghambat peroksidasi lipida yang aktifitasnya. Pada penelitian khusus untuk
diinduksi dengan radiasi sinar gamma pada emblicanin A dan B, ditunjukkan adanya
perlindungan hemolisis eritrosit yang diinduksi oleh
HO
OH oksigen radikal (Wohlmuth, 2003).
Lambertianin C dan sanguiin H-6 (29) selain
OH
mempengaruhi kesetimbangan ion Ca2+, juga
OH
memiliki aktifitas anti-oksidatif. Aktifitas tersebut
O
C OH akan semakin meningkat jika dua ellagitanin di atas
OH
OH O bersama dengan asam askorbat (vitamin C) (Mullen
HO
O H O C et al., 2002). Metil (S)-flavolgallonat, bersama
OH
O dengan asam gallat (1), asam elagat (3),
C O H
HO OH punicalagin (20–21), dan sebelas senyawa fenol
HO
H O lainnya dalam ekstrak Terminalia myriocarpa
C H O C mampu menghambat peroksidasi lipid dan
OH
O
O pembentukan nitrogen oksida pada hepar tikus
CH2 O
HO (Marzouk et al., 2002).
OH
OH
Anti-kanker/tumor
(31) vescalagin Kanker adalah sekumpulan sel yang mengalami
pertumbuhan tak terkendali dan tak terorganisir. Di
HO dalam tubuh sel kanker membentuk suatu badan
O yang disebut tumor. Kanker dapat timbul karena
OCH2 terjadinya kerusakan (lebih tepatnya mutasi) gen
HO C
O O dalam sel (Snustad dan Simmon, 2000). Aktifitas
HO C anti-kanker suatu tanin terjadi melalui mekanisme
O
OH penghambatan kerja enzim sel, pencegahan proses
O mutagenesis yang dapat menimbulkan kanker, dan
HO O
pengaktifan makrofag sel kanker.
OH O C C O Ekstrak air buah Phyllantus emblica dapat
mencegah kerusakan kromosom akibat oksigen
radikal yang dapat menimbulkan kanker pada tikus.
HO OH
Efek pencegahan ini berkaitan dengan aktifitas anti-
oksidatif embli-canin A dan B dan pyrogallol dalam
HO OH HO OH
buah Phyllantus (Wohlmuth, 2003). Agrimoniin (33)
dari ekstrak Agrimonia pilosa diketahui memiliki
(32) pedunculagin
aktifitas anti-tumor yang kuat. Dalam laboratorium,

OH
O

HO H2CO
C OH
O O
HO C OH
O HO C O
O O O
OCH2 O OH
HO C O
O O HO O
HO C O C C O OH
O C OH
O O
HO O
HO OH
OH O C C O OH
HO OHHO OH

HO OH

HO OHHO OH
(33) agrimoniin
HERNAWAN dan SETYAWAN – Ellagitanin 35

HO OH
HO CH2O R3
O HO
O
C O O
O R2
HO O C
CO HO OCH2
O
HO O
HO C O
O OH OH
OH O O
C HO
HO
HO OCH2 OH HO O C OH
O
HO O O
C O HO C
OH OH O OH
O O O
HO HO OH
HO O C OH HO
CO OC
O R
O
HO C O OH HO O CH2O OH
O O O
OH O
HO HO OH OH
CO OC O OC
R1
CO
HO O CH2O OH OH
O O
OH O OH
OH
O OC OH
HO
CO
OH
OH
(35) oenothein B, R=OH
OH (36) woodfordin C, R=(a)-O-galloil
OH
HO
OH OH
HO
(34) oenothein A, R1=OH, R2=(s)-HHDP, O
R3=(s)-HHDP C
(37) woodfordin D, R2=(a)-O-galloil, R2=(s)- HO OCH2
HHDP, R3=(s)-HHDP HO O
C O
OH OH
O O
setelah perlakuan agrimoniin (33) HO
O C OH
(sebelum atau sesudah inokulasi OH
OC
O
intraperitoneal sel tumor) dapat
O OH
menghambat pertumbuhan tumor secara
OH
signifikan. Ellagitanin lainnya, oenothein A HO O OH
C
(34) dan B (35), woofoordin C (36), D OH
HO
(37), dan F (38), coriariin (39) dan HO O
CH2O OH
cornusin (40) juga memiliki aktifitas yang O
O O
sama (Okuda et al., 1992). Alienanin B dan HO
C
O
O OH
C
stenophyllanin A dari Coleogyne CO
O
O
ramosisima dan Cowania mexicana mampu OH
HO
menghambat aktivasi EBV-EA (Epstein- O
OH
Barr virus–early antigen) yang dapat C HO
menginduksi kanker. Aktiftas dua HO OCH2 OH

ellagitanin tersebut lebih kuat jika HO


O
O
C
dibandingkan dengan (-)-epigallocatechin OH OH
O O
gallat (41). Aktifitas pembentukan tumor HO
HO O C
pada kulit mencit juga dihambat oleh O
OH
O
ellagitanin tersebut (Ito et al., 1999).
HO C O OH
O
OH OH
HO HO
OH CO OC
R1
HO O CH2O OH
HO O O
OH OH O
OH
O OC
OC OH
CO
OH
OH O
OH
OH
OH
OH HO
OH
(41) (-)-epigallotechin gallat (38) woodfardin F
36 Biofarmasi 1 (1): 25-38, Pebruari 2003

OH
OH
O
OH HO
O C
HO O OH
O HO C O C
O H2 OH
C HC
HO OCH2 HO O
O O
HO O OH
C O
O C OH O
O O O C
HO HO O O
O OH
OH C
OH
HO C C OH HO OH
O O
HO OH OH
HO OH
OH

(39) coriariin A

OH
HO
OH O

HO C O
O HO
CH2
C HO
HO OCH2 CO O
OH
HO O O OH
C O HO O
O OC OH
O O
HO O C O
HO O O
O
OH OH C
HO C C OH
O O OH
HO
HO OH
OH OH
HO
OH

(40) cornusiin

Ellagitanin oligomer makrosiklis, antara lain KESIMPULAN


oenothein B (35), woodfordin C (36) dan D (37)
menunjukkan aktifitas sitotoksik terhadap sel Ellagitanin termasuk dalam golongan senyawa
kanker epithelium dan sel kelenjar saliva relatif tanin-terhidrolisiskan dengan jalur biosintesis asam
lebih kuat daripada asam gallat (1) dan (-)- shikimat – asam gallat – pentagalloilglukosa. Bio-
epigallocatechin gallat (41). Ellagitanin tersebut sintesis elagitanin secara spesifik masih belum jelas,
menginduksi kematian sel karena apoptosis melalui sehingga perlu penelitian lanjut yang mengarah pa-
fragmentasi DNA dan pembelahan sitokeratin 18 da jalur-jalur biosintesis secara spesifik. Isolasi ella-
(Sakagumi, 2000). Studi yang mendalam tentang gitanin dapat dilakukan dengan ekstraksi bertahap
ellagitanin dimer makrosirkuler, menunjukkan dilanjutkan dengan kromatografi kolom dan HPLC-
bahwa oenothein B (33) berpotensi dalam preparatif. Aktivitas biologi ellagitanin merupakan
menghambat kinerja poly(ADP-ribosa) implikasi dari terbentuknya ikatan molekuler antara
glycohydrolase (PARG). Penghambatan tersebut ellagitanin dengan senyawa lain terutama protein.
dapat menyebabkan ekspresi gen MMTV (mouse Adanya ikatan tersebut membentuk kompleks
mammary tumor virus) pada kultur sel 34I senyawa yang menyebabkan perubahan fisiologis
mengalami gangguan (Aoki et al., 1995). dalam sel atau jaringan mahluk hidup. Beragam
Penghambatan PARG akan diikuti dengan penelitian telah dilakukan untuk mempelajari
penghambatan aktivitas poly(ADP-ribose)polimerase aktivitas biologi ellagitanin, namun diperkirakan
(PARP) dimana telah diketahui aktifitas PARP dapat masih banyak hal yang belum terungkap. Aktiftas
menyebabkan kematian sel karena nekrosis. biologis ellagitanin yang telah diketahui antara lain
Penghambatan PARP dapat melindungi sel dari sebagai anti-diabetes, anti-mikrobia dan virus, anti-
hidrogen peroksida (Virag dan Szabo, 2002). hipertensi, anti-oksidan, dan anti-kanker/tumor.
HERNAWAN dan SETYAWAN – Ellagitanin 37

DAFTAR PUSTAKA medicinal plants with anti-infectious activity. In


Hemingway, R.W. and P.E. Laks (ed.). Plant
Asres, K., F. Bucar, S. Edelsbrunner, T. Kartnig, G. Hoger, Polyphenols: Synthesis, Properties, and Significance.
and W. Thiel. 2001. Investigation on antimycobacterial New York: Plenum Press.
activity of some Ethiopian medicinal plants. Kakuda, T., I. Sakane, T. Takihara, Y. Ozaki, H. Takeuchi,
Phytoterapy Research 15 (4): 323–326. and M. Kuroyanagi. 1996. Hypoglycemic effect of
Bruyne, T.D., L. Pieters, H. Deelstra, and A. Vlietinck. extracts from Lagerstromeia speciosa L. leaves in
1999. Condensed vegetable tannins: biodiversity genetically diabetic KK-Ay mice. Bioscience,
structure and biological activities. Biochemical Biotechnology and Biochemistry 60 (2): 204–208
Systematics and Ecology 27: 445-459. Kandil, F.E. and M.I. Nassar. 1998. A tannin anti-cancer
Cowan, MM. 1999. Plant products as anti-microbial agents. promoter from Terminalia arjuna. Phytochemistry 47
Clinical Microbiology Review 12 (4): 564-582. (8): 1567–1568.
Cragg, G.M. 1997. Natural products in drug discovery and Kanegusuku, M., J.C. Benassi, R.C. Pedrosa, S.A. Yunes,
development. Journal of Natural Product 60: 52-60. V.C. Filho, A.A. Maia, M.M. de Souza, F.D. Monache,
Edwards, R and J.A. Gatehouse. 1999. Secondary and R. Niero. 2002. Cytotoxic, hypoglycemic activity,
metabolism. In Lea, P.J. and R.C. Leegood (ed.). Plant and phytochemical analysis of Rubus imperialis
Biochemistry and Molecular Biology.). 2nd edition. New (Rosaceae). Z. Naturforsch 57c: 272–276.
York: John Wiley and Sons Ltd. Khan, M.T.H., L. Lampronti, D. Martello, N. Bianchi, S.
FAO/IAEA. 2000. Quantification of Tannin in Tree Foliage: Jabbar, M.S.K. Choudhuri, B.K. Datta, and R. Gambari.
A Laboratory Manual for the FAO/IAEA Coordinated 2002. Identification of pyrogallol as an anti-prolifertive
Research Project ‘Use of Nuclear and Related compound present in extracts from the medicinal plant
Techniques to Develop simple Tannin Assays for Emblica medicinalis: effect on in-vitro cell growth of
Predicting and Improving the Safety and Efficiency of human tumor cell lines. International Journal of
Feeding Ruminants on Tanninferous Tree Foliage’. USA: Oncology 20: 187–192.
Joint FAO/IAEA Division of Nuclear Techniques in Food Koya, D. and G.L. King. 1998. Perspectives in diabetes:
and Agriculture. protein kinase activation and the development of
Farnsworth, N.R. 1994. Ethno-botany and the Search for diabetic complications. Diabetes 49: 859–866.
New Drugs. New York: John Wiley and Sons. Latte, K.P. and H. Kolodziej. 2000. Antifungal effects of
Gottlieb, O.R and M.R.M.B. Borin. 2000. Medicinal hydrolysable tannins and related compounds on
Products: Regulation of Biosynthesis in Space and dermatophytes, mould fungi, and yeasts. Z. Naturfosch
Time. Mimeo Instituto de Oswaldo Cruz, Rio de Janeiro 55c: 467–472.
95 (1): 115-120. Lee, K.H., H.K. Wang, H. Itokawa, and S.L. Morris-
Gross, G.G. 1992. Enzimes in the biosynthesis of Natschke. 2000. Current perspectives on Chinese
hydrolyzable tannins. In Hemingway, R.W. and P.E. medicines and dietary supplements in China, Japan and
Laks (ed.). Plant Polyphenols: Synthesis, Properties, the United States. Journal of Food and Drug Analysis 8
and Significance. New York: Plenum Press. (4): 219–228.
Hagerman, A.E and T.H. Wilson. 1990. Quantitatif Liu, Z., S.B. Carpenter, W.J. Bourgeois, Y. Yu, R.J.
Determinatoin of Ellagic Acid. Journal of Agricultural Constantin, M.J. Falcon, and J.C. Adam. 1998.
Food Chemistry 38 (8): 1678–1683. Variation in the secondary metabolite camptothecin in
Hagerman, A.E., C.T. Robbins, Y. Weerasuriya, T.C. relation to tissue age and season in Camptotheca
Wilson, and C. McArthur. 1992. Tannin chemistry in acuminata. Tree Physiology 18: 265-270.
relation to digestion. Journal of Range Management 45 Liu, F, J.K. Kim, Y. Li, X. Liu, J. Li, and X. Chen. 2001. An
(1): 57–62. extract of Lagerstroemia speciosa L. has insulin-like
Harbone, J.B. 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara glucose uptake–stimulatory and adipocyte
Modern Menganalisis Tumbuhan (Phytochemical differentiation–inhibitory activities in 3T3-L1 cells.
Methods). Penerjemah:. Padmawinata, K. dan I. Journal of Nutrition 131: 2242-2247.
Soedino. Edisi ke-2. Bandung: Penerbit ITB. Machado T.B., I.C.R. Leal, A.C.F. Amaral, K.R.N. dos
Harvey A. 2000. Strategies for discovering drugs from Santos, M.G. da Silva, and R.M. Kuster. 2002. Anti-
previously unexplored natural products. Drugs microbial ellagitannin from Punica granatum. Journal
Discovery Trends 5 (7): 294-300. of Brazilian Chemical Society 13 (5): 606-610.
Hatano, T., A. Okonogi, and T. Okuda. 1992. Olygomeric Maher, J. Timothy. 2000. Alpha-lipoic acid and Co-Q10 in
hydrolyzable tannins from Liquidambar formosa and diabetes mellitus. Natural Healing Track [July]: 2–7.
spectral analysis of the orientation of valeonyl groups Marzouk, M.S., S.A. El-Tommy, F.A. Moharram, N.M.
in their molecules. In Hemingway, R.W. and P.E. Laks Shalaby, A.A. Ahmad. 2002. Pharmacologically active
(ed.). Plant Polyphenols: Synthesis, Properties, and ellagitannins from Terminalia myriocarpa. Planta
Significance. New York: Plenum Press. Medica 68 (6): 523–527.
Hayashi, T., H. Maruyama, R. Kasai. K. Hattori, S. Mishra, Y., M.S.Y. Khan, R. Zafar, and S.S. Agarwal. 1990.
Takasuga, O. Hazeki, K. Yamasaki, and T. Tanaka. Hypoglycemic activity of leaves of Lagerstroemia
2002. Ellagitannins from Lagerstroemia speciosa as speciosa (L) Pers. Indian Journal of Pharmacology 22:
activators of glucose transport in fat cells. Planta 174–176
Medica 68: 173–175 Mori, T., A.S.A. Mohamed, M. Sato, and T. Yamasaki.
Helm, R.F. 2000. Heartwood formation in woody plants. 2000. Ellagitannin toxicity in the free-living soil-
Biotech Times 7 (2): 1-3. inhabiting nematode, Caenorhabditis elegans.
Ito, H., M. Miyake, E. Nitishitani, K. Mori, T. Hatano, T. Journal of Pesticide Science 25: 405-409.
Okuda, T. Konoshima, M. Takasaki, M. Kozuka, T. Mullen, W., J. McGinn, M.E. Lean, M.R. MacLean, P.
Mukainaka, H. Tokuda, H. Nishino, and T. Yoshida. Gardner, G.G. Duthie, T. Yokota, A. Crozier. 2002.
1999. Anti-tumor activity of poyphenols from Cowania Ellagitannins, flavonoids, and other phenolics in red
mexicana and Coleogyne ramisissima. Cancer raspberries and their contribution to antioxidant
Letters 143 (1): 5–13. capacity and vasorelaxation properties. Agricultural
Ivancheva, S., N. Manolova, J. Serkedjieva, V. Dimov, and Food Chemistry 50 (18): 5191–5206.
N. Ivanovska. 1992. Poluphenols from Bulgarian Ogata, T., H. Higuchi, S. Mochida, H. Matsumoto, A. Kato,
T. Endo, A. Kaji, and H. Kaji. 1992. HIV-1 reverse
38 Biofarmasi 1 (1): 25-38, Pebruari 2003

transcriptase Inhibitors from Phyllantus niruri. AIDS Smith PM. 1976. The Chemotaxonomy of Plants. London:
Research and Human Retroviruses 8 (11): 1937–1944. Edward Arnold.
Okuda, T., T. Yoshida, and T. Hatano. 1992. Snustad, D.P., and M.J. Simmons. 2000. Principles of
Pharmacologically Active Tannins Isolated from Genetics. 2nd edition. New York: John Wiley and Sons,
Medicinal Plants. In Hemingway, R.W. and P.E. Laks Inc.
(ed.). Plant Polyphenols: Synthesis, Properties, and Standaert, M.L., A. Avignon, K.Yamada, G.
Significance. New York: Plenum Press. Bandyopadhyay, and R.V. Farese. 1996. The
Raskin, I., D.M. Ribnicky, S. Komamytsky, N. Ilic, A. phosphatidylinositol 3-kinase inhibitor, wortmannin,
Poulev, N. Borisjuk, A. Brinker, D.A. Moreno, C. Ripoll, inhibits insulin induced activation of
N. Yakoby, J.M. O’Neal, T. Cornwell, I. Pastor, and B. phosphatidylcholine hydrolysis and associated protein
Fridlender. 2002. Plants and human health in the kinase C translocation in rat adipocytes. Biochemistry
twenty-first century. Trends in Biotechnology 20 (12): Journal 313: 1039-1046.
522-531. Stepp, J.R. and D.E. Moerman. 2001. The importance of
Rauha, J.P. 2001. The Search for Biological Activity in weeds in ethno-pharmacology. Journal of
Finnish Plant Extracts Containing Phenolic Compounds. Ethnopharmacology 75: 19-23.
[Dissertation]. Helsinki: Faculty of Science, University Taylor, L. 2003. Herbal Secrets of The Rainforest. 2nd
of Helsinki. edition. Austin: Sage Press, Inc.
Sakagumi, H., Y. Jiang, K. Kusama, T. Atsumi, T. Ueha, M. Teng, C.M., Y.F. Kang, Y.L. Chang, F.N. Ko, S.C. Yang, F.L.
Toguchi, I Iwakura, K. Satoh, H. Ito, T. Hatano, and T. Hsu. 1997. ADP-mimicking platelet platelet aggregation
Yoshida. 2000. Cytotoxic activity of hydrolysable caused by rugosin E, an ellagitannin isolated from
tannins against human oral tumor cell lines–a possible Rosa rugosa Thunb. Thrombocyte Haemost 77 (3):
mechanism. Phytomedicine 7 (1): 39–47. 556–561.
Salminen, J.P., V. Ossipov, J. Loponen, E. Haukioja, and K. Trueblood, N. and R. Ramasamy. 1998. Aldose reductase
Pihlaja. 1999. Characterization of hydrolysable tannins inhibition improves altered glucose metabolism of
from leaves of Betula pubescens by high-perfor- isolated diabetic rat hearts. American Physiological
mance liquid chromatography mass spectrometry. Society 1: 175–183.
Journal of Chromatography A 864 (2): 283-291. Virag, L and C Szabo. 2002. The terapeutic potential of
Salminen, J.P., V. Ossipov, and K.Pihlaja. 2002. poly(ADP-ribose)polymerase inhibitors.
Distribution of hydrolysable tannins in the foliage of Pharmacological Review 54 (3): 375–429.
Finnish birch species. Z. Naturfosch 57c: 248-256. Wohlmuth, H. 2003. Triphala–a short review. Botanical
Scalbert, A. 1991. Anti-microbial properties of tannins. Pathways 16: 1 –7.
Phytochemistry 30: 3875–3883. Xu, Y.M, T. Sakai, T. Tanaka, G. Nonaka, I. Nishioka.
Scalber, A. 1992. Quantitatif methods for the estimaytion 1991a. Tanin and related compounds CVI: Preparation
of tannins in plant tissues. In Hemingway, R.W. and of aminoalditol derivatives of hydrolysable tannins
P.E. Laks (ed.). Plant Polyphenols: Synthesis, having α and β-glucopyranose cores, and its application
Properties, and Significance. New York: Plenum Press. to the structure elucidation of new tanins, reginin A
Serkedjieva, J. and N. Manolova. 1992. Plant polyphenolic and B, flosin A isolated from Lagerstroemia flos-
complex inhibits the reproduction of influenza and reginae Retz. Chemical and Pharmaceutical Bulletin 39
herpes simplex viruses. In Hemingway, R.W. and P.E. (3): 639-646.
Laks (ed.). Plant Polyphenols: Synthesis, Properties, Yokozawa, T., C.P. Chen, E. Dong, T. Tanaka, G.I. Nonaka,
and Significance. New York: Plenum Press. and I. Nishioka. 1998. Study of inhibitory effect of
Shimizu, M., S. Horie, S. Terashima, H. Ueno, T. Hayashi, tannins and flavonoid against the 1,1-diphenyl-2-
S. Suzuki, M. Yoshizaki, N. Morita. 1989. Studies on picrylhydrazyl radical (chemotherapy and metabolic
aldose reductase inhibitors from natural products. II. inhibitors). Biochemistry and Pharmacology 56 (2):
active components of a Paraguayan crude drug “parai- 213–222.
parai, Phyllantus niruri”. Chemistry and
Pharmacology Bulletin 37 (9): 2531–2532.

You might also like