Professional Documents
Culture Documents
Abstract. Ellagitannin is one of the bioactive groups produced by some of medicinal plants. Ellagitannin is a hydrolysable
tannin compound biosynthesized via shikimic acid – gallic acid – pentagalloilglucose pathway. Ellagitannin can be isolated
by cascade extraction procedures followed by column chromatography method and preparative HPLC method. The
biological activities of ellagitannin are caused by molecular bond between ellagitannin and some other compound,
especially protein that makes complex compound and changes physiological processes in cells or tissues of the living-
thinks. Biological activities of ellagitannin included anti-diabetic, anti-microbes, anti-viruses, anti-hypertension, anti-
oxidative, and anti-cancer or anti-tumor.
(Hagerman et al., 1992; Harbone, 1996). Bruyne et al., 1999). HHDP (2) merupakan contoh
Tanin-terhidrolisiskan merupakan derivat dari dari molekul ellagitanin yang paling sederhana
asam galat (1) yang teresterkan (Xu, 1991). (Gross, 1992). Sedangkan bebera-pa contoh ellagi-
Berdasarkan strukturnya, tanin ini dibedakan tanin yang strukturnya lebih kom-pleks misalnya,
menjadi dua kelas yaitu, gallotanin dan ellagitanin. lagerstroemin (5) dari bungur (Lagerstroemia
Perbedaan struktur keduanya adalah adanya ester speciosa; Lynthraceae), dan casuarinin (6) dari
asam galat (1) pada gallotanin dan ester asam Casuarina spinosa. Terkadang suatu jenis ellagitanin
heksahidroksidifenat (HHDP) (2) pada ellagitanin. hanya dapat ditemukan pada satu jenis tumbuhan
Kedua ester asam tersebut berikatan dengan saja, misalnya lagerstroemin, namun ada juga yang
glukosa. Ellagitanin yang dihidrolisis akan ditemukan pada lebih dari satu jenis tumbuhan,
menghasilkan asam elagat (3) (Harbone, 1996). misalnya geraniin (7) yang dapat ditemukan pada
Oksidasi perangkaian (oxidative coupling) pada Euphorbiaceaea, Aceraceaea, dan Cercidiphyllaceae
gugus galoil (4) dari gallotanin akan menghasilkan (Xu et al., 1991, Okuda et al., 1992).
ellagitanin (Gross, 1992). Seperti halnya dengan metabolit sekunder lain-
nya, sejauh ini ellagitanin diketahui tidak memiliki
OH fungsi yang penting bagi metabolisme tumbuhan.
HO
Justru dalam hal fungsi morfologi dan ekologi,
OH ellagitanin menunjukkan perannya (Gottlieb dan
OH
Borin 2000). Lepas dari fungsi tersebut, ellagitanin
HO OH diketahui memiliki nilai tersendiri bagi manusia,
OH C
H O khususnya dalam dunia kesehatan. Aktivitas biologis
HO C dan farmakologi yang telah diketahui antara lain,
O H O OH
O penghambatan karsinogenensis, anti-tumor, anti-
C O H
HO virus, anti-oksidasi (peroksidasi lipida, lipoksigena-
OH
HO
H O se, oksidasi xanthin, dan oksidasi monoamin), anti
C H O C hipertensi (Okuda et al., 1992; Taylor, 2003), anti-
OH
OO O
bakteri dan jamur, anti-diabetes, dan anti-
HO CH2 nematoda (Cowan, 1999; Hayashi et al., 2002; Mori
O OH
OH et al., 2000).
HO
O HO OHHO OH
O
O HO OH
O
OH
OH O C C O
O
OH H2CO O C OH
(5) lagerstroemin
O
O OH
OH
HO O O
OH
O C C O
OH
H
HO OH HO OH
OH C HO
H O
HO
O H O C OH OH
OH
O O
C O H
HO OH
H O (7) geraniin
HO
C H O C OH
O
O
HO CH2 O
OH BIOSINTESIS ELLAGITANIN
OH
(6) casuarinin
Biosintesis ellagitanin secara mendetail ke setiap
Ellagitanin tersebar secara tidak merata pada senyawa-senyawanya masih belum jelas. Gross
dunia tumbuhan. Berbeda dengan tanin-terkonden- (1992) menjelaskan secara garis besar pemben-
sasi yang tersebar luas di paku-pakuan, gymnos- tukan ellagitanin dari hasil-hasil penelitian sebelum-
permae, dan angiospermae, ellagitanin hanya terda- nya. Umumnya penelitian tentang biosintesis
pat pada angiospermae, khususnya pada tumbuhan ellagitanin dilakukan pada tumbuhan Oak (Quercus
dikotil, terutama Hammamelidae, Dilleniidae, rubra), Rhus sp., dan beberapa tumbuhan tertentu
Rosidae, serta beberapa lainnya (Harbone, 1996, lainnya. Reaksi spesifik yang menuju ke senyawa
ellagitanin tertentu berbeda-beda tergantung jenis
HERNAWAN dan SETYAWAN – Ellagitanin 27
HO
HO
O
H2N OH HO O O- HO O O-
OH
(10) L-fenilalanin (11) kafeat
(13) 3,4,5 trihidroksisinnamat
COO -
HO O OH HO
-
O O
H2N OH OH HO
-
O O
HO
(9) arogenate (14) protokatekuat
(1) asam galat
O
HO
O O
HO HO
OH O-
HO HO
HO
OH
O
HO OH
O
OH HO O
HO
HO C OH
OH O
(1) asam galat
(16) β-glukogallin OH
OH
+ 4 molekul galloil
O
HO OH
O
P N
O
O OH
HO
O N O
P
O
H HO
HO OH
HO
(15) uridine 5-difosfat
HO HO OH
-n [H] atau OO O
dehidrogenasi HO OOH
ELLAGITANIN O
HOHO
O
O OH
HO OH
-n [H] atau HO OH
dehidrogenasi
HO OH
OH
senyawa dan tumbuhannya. Oleh karena itu, pene- Tanin dapat diekstraksi dari seluruh bagian
litian biosintesis ellagitanin sekarang mengalami tumbuhan, meliputi daun, cabang, batang, akar,
perkembangan, tidak hanya difokuskan pada bebe- dan buah (Scalbert, 1991). Bagian yang kaya akan
rapa jenis tumbuhan di atas, namun sudah semakin tanin, berbeda-beda tergantung jenis tumbuhannya,
meluas. misalnya pada Caesalpinia spinosa organ buah
Jalur biosintesis ellagitanin, terdiri atas tiga ta- memiliki kandungan tanin paling tinggi (Galvez et
hapan reaksi. Tahap pertama adalah pembentukan al. 1997), sedangkan pada pohon oak (Quercus)
asam galat (1), sebagai penyusun struktur primer kandungan tanin banyak terdapat di batang (Helm,
ellagitanin (Gambar 1). Tahap ini diawali dari jalur 2000). Umumnya ekstraksi tanin dilakukan dari
shikimat (8) yang membentuk dua arah reaksi daun dan batang tumbuhan. Jaringan yang
sintesis asam galat. Arah pertama melalui diekstrak dapat berupa jaringan segar maupun yang
pembentukan L-fenilalanin (10) dengan perantara sudah kering. Untuk analisis, sebaiknya digunakan
arogenate (9). Pembentukan asam sinamat dari L- jaringan segar (Scalbert, 1992). Namun,
fenilalanin (10) dihalangi oleh enzim L-AOPP (L-2- kadangkala hal itu tidak memungkinkan karena
aminooxy-3-phenylpropionic acid), dan reaksi jauhnya jarak pengambilan sampel dengan
diarahkan pada senyawa kafeat (11). Arah reaksi laboratorium. Untuk itu sampel tumbuhan dapat
kedua melalui pembentukan 3-dehidroshikimat (12) dibekukan, dikeringbekukan, atau dikeringanginkan.
yang mengalami hidrogenasi pada atom C ke-3 Metode kering-beku merupakan cara yang paling
sehingga terbentuk asam galat (Gross, 1992). aman untuk mencegah perubahan jaringan, yang
Tahap kedua adalah pembentukan penta- berakibat pada perubahan kadar tanin. Metode ini
galloilglukosa yang diawali oleh reaksi asam galat dilakukan dengan menggunakan nitrogen cair.
(1) dengan uridin 5-difosfat glukosa (15) untuk Jika nitrogen cair tidak tersedia, maka alternatif
membentuk β-glukogallin (16) (Gambar 2). Dengan yang mudah adalah dikeringanginkan. Titik uap
penambahan 4 molekul galloil, β-glukogallin diubah senyawa ellagitanin sangat tinggi, misalnya pada
menjadi 1,2,3,4,6-pentagalloilglukosa (17). Empat lagerstroemin (5) di atas 2500C, namun proses
molekul galloil menggantikan atom H pada empat pengeringan sebaiknya dilakukan pada suhu kamar
gugus hidroksil. Proses penggantian atom H atau kurang dari 400C. Pada suhu lebih dari 400C
tersebut dinamakan reaksi galloilasi. Reaksi ini dapat terjadi penurunan kadar dan ekstrakbilitas
berurutan mulai dari gugus hidroksil ke-1, lalu ke-6, tanin secara drastis. Jika pengeringan dilakukan
ke-2, ke-3, dan yang terakhir ke-4. Reaksi ini mem- dalam ruang yang kelembabannya tinggi, maka
butuhkan enzim galloiltransferase (Gross, 1992). penggunaan kipas angin sangat disarankan. Hal ini
Tahap terakhir merupakan tahap yang secara akan mempercepat proses pengeringan dan
langsung menuju ke pembentukan senyawa- mencegah molekul air bereaksi dengan molekul
senyawa golongan ellagitanin (Gambar 2). Seperti tanin melalui lukaluka pada jaringan.
telah disebutkan sebelumnya, biosintesis senyawa
ellagitanin berbeda-beda tergantung jenis senyawa Ekstraksi dan Isolasi
dan jenis tumbuhan penghasilnya. Senyawa Senyawa tanin umumnya dapat larut dengan
ellagitanin dihasilkan dari oksidasi (atau lebih pelarut dari polar sampai semipolar. Ekstraksi tanin
tepatnya dehidrogenasi/pelepasan atom H dari dari jaringan tumbuhan dilakukan dengan
gugus OH) pentagalloilglukosa. Residu sederhana menggunakan pelarut aseton 70% atau metanol
yang dihasilkan dari proses dehidrogenasi dua grup 50% dalam air (FAO/IAEA, 2000). Lin et al. (2001)
galloil dari pentagalloilglukosa adalah HHDP (2). melakukan ekstraksi ellagitanin dari daun kering
Dehidrogenasi yang terjadi diikuti dengan reaksi Euphorbia tirucalli dengan menggunakan pelarut
perangkaian (coupling) antar atom C dua gugus aseton 60%. Sedangkan Machado et al. (2002)
galloil. Gallotanin yang mengalami oksidasi berhasil melakukan ekstraksi ellagitanin dari kulit
perangkaian C-C dan C-O pada gugus galloil yang buah delima segar (Punica granatum; Punicaceae)
berdekatan menghasilkan ellagitanin (Gross, 1992). dengan etanol. Seperti yang dilakukan oleh Liu et
al. (2001), jika menggunakan air sebagai pelarut,
proses ekstraksi harus berlangsung pada kondisi air
EKSTRAKSI DAN ISOLASI mendidih. Suhu panas dapat membantu
ELLAGITANIN ekstrabilitas tanin terhadap pelarut air.
Prosedur ekstraksi biasa tidak cukup untuk
Bahan tumbuhan mengisolasi ellagitanin. Proses ekstraksi umumnya
Pada prinsipnya, semua bagian jaringan dilakukan secara berulang dan bertahap. Sering
tumbuhan penghasil ellagitanin dapat digunakan kali, ekstraksi dengan aseton 70% dilakukan ber-
sebagai sumber ekstrak ellagitanin, namun jenis ulang sampai tiga kali dan dilanjutkan ke tahapan
dan kadar pada setiap jaringan cenderung berbeda- isolasi. Banyak pekerjaan isolasi ellagitanin
beda. Dalam menentukan bagian tumbuhan yang mengharuskan penggunaan kromatografi kolom
akan diekstraksi, perbandingan kadar senyawa pada sebagai salah satu tahapan isolasi. Ellagitanin dapat
setiap jaringan perlu dipertimbangkan. Selain itu, terpisah dengan baik menggunakan kolom pemisah
umur jaringan juga perlu diperhatikan. Umumnya, Sephadex LH-20, MCI-gel CHP 20P, atau ODS-AQ.
jaringan tua memiliki kandungan metabolit Metanol dengan konsentrasi bertingkat merupakan
sekunder lebih banyak daripada jaringan muda. eluen yang baik untuk memperoleh ellagitanin.
HERNAWAN dan SETYAWAN – Ellagitanin 29
OH OH
HO HO
OH OH
OH OH
H H OH
OH C OH OH C
OH O OH O
HO HO
C O H O C
O H O OH OH
O O
C C O H
O H HO
HO OH OH
H O H O
HO
HO C
C H O C OH
H O C OH O
O O
O HO CH2 O
HO CH2 O
O OH
O OH OH
OH
HO
HO O
O H2C
O HO C
O O
HO C
O O
O OH
O
O
HO O
OH
OH O C C O
OH
(18) flosin B
HO OH
HO OH HO OH
(19) reginin A
Isolasi lagerstroemin (5), flosin B (18), dan digunakan untuk deteksi ellagitanin yang dipisahkan
reginin A (19) dari bungur (L. speciosa) pertama dengan menggunakan prosedur kromatografi kertas
kali menggunakan aseton 70% berulang tiga kali. atau kromatografi lapis tipis (Harbone, 1996). Untuk
Ekstrak yang diperoleh kemudian disuspensikan analisis secara detail disarankan untuk tidak
dalam air dan dipartisikan dengan etil asetat, eter, mengandalkan prosedur ini karena hanya cocok
dan butanol. Fraksi air yang terbentuk dipisahkan untuk deteksi pendahuluan.
dengan menggunakan kolom pemisah Diaion HP-20 Teknik kromatografi lapis tipis (KLT) dua arah
dengan eluen metanol. Proses isolasi berakhir de- biasa digunakan untuk deteksi pendahuluan
ngan penggunaan instrumen HPLC-preparatif (high ellagitanin, jika hanya menggunakan KLT satu arah,
performance liquid chromatography). Kolom ODS-A, hasil pemisahan kurang maksimal akibat adanya
2 x 15 cm, dengan eluen metanol 25%, CH3CN 10 bercak-bercak yang masih menyatu. Lempeng yang
mM dan buffer fosfat pH 2 dapat memisahkan digunakan dalam KLT adalah selulosa, misalnya
ellagitanin dengan baik (Hayashi et al., 2002). MN300, dengan pengembang I dari asam asetat 2%
Pemisahan ellagitanin dari P. granatum dilakukan v/v dan pengembang II dari campuran butanol:
dengan kolom berurutan yaitu XAD-16 dan asam asetat: air (12:3:5). Penyemprot yang
Sephadex LH-20 (eluen yang dipakai adalah digunakan untuk ellagitanin adalah reagen
metanol dengan konsentrasi bertingkat), setelah vanillin/HCL dan reagen NaNO2 (Harbone, 1996;
sebelumnya ekstrak etanol dipartisikan dengan FAO/IAEA, 2000).
heksana, butanol, dan etilasetat dan kloroform. Reagen vanillin/HCL dibuat dengan melarutkan 1
Fraksi yang diperoleh dielusikan ke instrumen HPLC- gram vanillin ke dalam 10 ml HCL 12 M. Setelah
preparatif fase balik, kolom RP-18, 2x25 cm dibuat, hendaknya reagen ini langsung digunakan
menghasilkan α-punicalagin 20, β-punicalagin (21), karena sifatnya yang tidak dapat bertahan lama.
α-punicalin 22 dan β-punicalin (23), dan asam Jika disemprotkan ke spot ellagitanin, akan muncul
elagat (3) (Machado et al., 2001). warna merah. Reagen NaNO2 dibuat dengan
melarutkan 20 mg NaNO2 dan beberapa tetes asam
asetat glasial dalam 10 ml akuades yang telah
ANALISIS BIOKIMIA didinginkan sampai mendekati titik beku. Untuk
mengkondisikan lingkungan yang mendekati 00C
Ellagitanin memberikan reaksi warna yang khas dapat digunakan nitrogen cair. Spot ellagitanin akan
dengan asam nitrit (larutan NaNO2 10% dengan memberikan warna merah kecoklatan jika disemprot
suhu rendah yang ditambahi asam asetat). Warna dengan reagen NaNO2 (FAO/IAEA, 2000).
yang terbentuk merah yang kian lama berubah Analisis kuantitatif, sebagai lanjutan dari
menjadi biru indigo. Prosedur sederhana ini biasa prosedur di atas, pun memanfaatkan prinsip yang
30 Biofarmasi 1 (1): 25-38, Pebruari 2003
sama dengan reagen NaNO2. Sebanyak 0,5 ml semua senyawa fenol dan turunannya (Salminen et
ekstrak dicampur dengan 2,0 ml reagen NaNO2 atau al., 1999). Asam elagat (3) dapat dideteksi pada
HNO2 0,1 M pada suhu lingkungan rendah. panjang gelombang 260 nm (Rauha, 2001), α-
Absorbansi diukur pada panjang gelombang 600 punicalagin (20), β-punicalagin (21), α-punicalin
nm. Larutan standar yang digunakan adalah asam (22), dan β-punicalin (23) dideteksi pada panjang
elagat (Harbone, 1996). Galvez (1997) menentukan gelombang 350 nm (Machado et al., 2002).
kandungan asam elagat (3) dalam buah Caesalpinia Penentuan struktur ellagitanin hasil pemisahan
spinosa dengan metode Hagerman dan Wilson didasarkan pada data spektrum MS (mass
(1990). Sebanyak 10 mg ekstrak dilarutkan dalam 1 spectrometric) dan spektrum NMR (nuclear
ml H2SO4 2 N. Larutan dipanaskan 1000C selama 24 magnetic resonance). Dua instrumen tersebut
jam, kemudian didinginkan. Sebanyak 1 ml larutan menjadi standar dalam analisis struktur senyawa
tersebut ditambahkan dalam larutan piridin 1,1 ml ellagitanin. Namun untuk pemula, membuat analisis
dan 0,1 ml HCL. Pada suhu 300C larutan ditambah spektrum MS dan NMR adalah pekerjaan yang relatif
0,1 ml NaNO2 1%. Absorbansi diukur pada 538 nm. sulit. Teknik yang dapat digunakan untuk MS,
Setelah 36 menit inkubasi pada suhu 300C, di- misalnya FAB-MS (fast atom bombardement-MS)
lakukan pengukuran absorbansi lagi. Selisih absor- (Hatano et al., 1992). Sedangkan untuk NMR baik
bansi sebanding dengan kandungan asam elagat H-NMR maupun C-NMR, antara lain COSY, NOESY,
dalam sampel. Kadar asam elagat dihitung dengan HMQC, dan HMBC (Lin et al., 2001).
rumus A538 = (0,3x mg kadar asam elagat)–0,04). Perkembangan teknologi kromatografi saat ini
Metode analisis dengan HPLC (high performance telah memungkinkan kombinasi instrumen HPLC
liquid chromatography) merupakan prosedur yang dengan MS. Dengan kombinasi HPLC-MS pekerjaan
biasa ditempuh untuk menganalisis kandungan analisis struktur menjadi lebih mudah. Senyawa
ellagitanin suatu tumbuhan obat. Prosedur ini cocok hasil pemisahan dari HPLC dapat secara langsung
dilakukan karena kinerja HPLC yang baik untuk dianalisis spektrum massanya di instrumen MS.
pemisahan senyawa-senyawa yang sulit menguap, Terdapat beberapa pilihan teknik MS yang dapat
termasuk di antaranya ellagitanin. Dengan waktu dikombinasikan dengan HPLC, baik fase normal (NP)
yang singkat dan persiapan yang tidak rumit, hasil maupun fase balik (RP), antara lain API
pemisahan dapat segera diperoleh, untuk kemudian (atmospheric pressure ionization), APCI
dianalisis baik kuantitatif maupun kualitatif. (atmospheric pressure chemical ionisation) (Rauha,
Meskipun membutuhkan biaya yang relatif mahal, 2001), dan ESI (electrospray ionization) (Salminen
setidaknya prosedur HPLC merupakan prosedur et al., 2002) Teknik MS yang relatif sensitif adalah
yang mutakhir dalam bidang fitokimia. dengan MALDI-TOF-MS (matrix-assisted laser
desorption/ionization time-off-flight–MS), namun
sampai sekarang teknik ini belum memungkinkan
untuk dikombinasikan dengan HPLC (Rauha, 2001).
AKTIVITAS BIOLOGI
(Onagraceae) (Ivancheva et al., 1992). Galloilasi diperkirakan berkaitan dengan pengaruh ellagitanin
(penambahan gugus galloil), perbedaan ikatan terhadap kesetimbangan ion Ca2+ sel. Ellagitanin
interflavan, dan sifat tereokimia dari gugus hidroksil mempengaruhi ketersediaan ion Ca2+ untuk
berpengaruh secara kuat terhadap aktifitas peng- kontraksi otot jantung dan polos. Konsentrasi ion
hambatan pertumbuhan virus. Efek penghambatan Ca2+ intraseluler yang tinggi dapat menyebabkan
ini berkaitan dengan pencegahan terbentuknya naiknya tekanan darah atau hipertensi. Rauha
komplek enzim-asam nukleat (Bruyne et al., 1999). (2001) menyebutkan bahwa beberapa senyawa
ellagitanin dapat menghambat masuknya ion Ca2+
Anti-hipertensi ke dalam sel, sehingga konsentrasi ion Ca2+
Hipertensi merupakan salah satu bentuk intraseluler dapat turun dan secara fisologis diikuti
penyakit kardiovaskuler. Penyakit ini dicirikan dengan turunnya tekanan darah penderita
dengan tekanan darah penderita yang mengalami hipertensi. Namun ada juga yang justru me-
kenaikan di atas normal (Koya dan King, 1998). ningkatkan absorpsi ion Ca2+ ke dalam sel, seperti
Geraniin (7), yang dapat ditemukan dalam familia rugosin E (30) dari Rosa rugosa (Rosaceae),
Euphorbiaceae, dapat memberikan efek hipotensif vescalagin (31), dan pedunculagin (32) yang
(penurunan tekanan darah) secara signifikan. mempengaruhi kesetimbangan Ca2+ intraseluler
Tekanan sistolik penderita hipertensi dapat turun dalam sel platelet kelinci (Teng et al., 1997).
kembali normal setelah diberi ekstrak daun kemloko
yang mengandung geraniin (7) (Taylor, 2003). Efek Anti-oksidan
anti-hipertensi melalui vasodilatasi (pelebaran Anti-oksidan merupakan senyawa yang jika
pembuluh darah) juga ditunjukkan oleh ellagitanin, berada pada konsentrasi yang relatif lebih rendah
lambertianin C dan sanguiin H-6 (29) dalam ekstrak dibandingkan konsentrasi suatu subtrat, maka akan
Rubus idaeus (Mullen et al., 2002). teroksidasi lebih hulu, sehingga dapat mencegah
Mekanisme penurunan tekanan darah terjadinya oksidasi subtrat tersebut. Tanin dapat
menghambat pembentukan
HO
O oksigen aktif yang dapat
menyebabkan oksidasi. Baik
OCH2 OH
HO C
O O
gallotanin mau pun
HO C O ellagitanin, merupakan
HO O C OH senyawa anti-oksidan yang
O O
O
OCH2 HO O cukup berpotensi (Rauha,
HO C OH
O O OH O C C O 2001; Okuda et al., 1992).
HO C O Aktifitas anti-oksidatif
OCO
O O ellagitanin tersebut
HO O HO OH
OH berkaitan dengan strukutur
OH O C C O
OH HO OHHO OH
kimianya. Naiknya jumlah
gugus galloil, berat molekul,
HO OH dan struktur ortohidroksil
meningkatkan aktifitas anti-
HO OHHO OH oksidatif tanin (Yokozawa et
(29) sanguiin H-6 al., 1998).
OH
Dalam reviewnya, Okuda
et al. (1992) menyebutkan
HO
O aktifitas anti-oksidatif tanin,
C termasuk ellagitanin, antara
HO OCH2
OH lain penghambatan
HO O autooksidasi asam askorbat
C O
O C OH yang dikatalissi oleh ion
O
HO
O
O Cu2+, penghambatan
HO O OH
OH O OH autooksidasi metillinoleat
HO C
dan perosksidasi lipida di
C OH O
O mitokondria dan mikrosom
O HO
HO O hepar tikus, reduksi
OH
C
kandungan lipid peroksida
HO
OCH2 dalam serum dan hepar
HO O tikus, efek proteksi
C O
kerusakan oksidatif lensa
O OH
HO
O okuler, aktifitas
HO O OH antihepatotoksik pada kultur
OH
primer hepatosit tikus,
HO C C OH
penghambatan peroksidasi
O O
HO
lipida–tergantung
OH
(30) rugosin E
lipoksigenase (lipoxygenase-
dependent lipid
34 Biofarmasi 1 (1): 25-38, Pebruari 2003
peroksidation) efek penghambatan lipoksigenase mikrosom hepar tikus. Ekstrak yang sama juga
pada metabolisme arachidonat dalam leukosit, menghambat kerusakan enzim antioksidan
aktifitas anti-oksidatif pada monoamine oksidase superoksida dismutase yang diakibatkan oleh radiasi
dan xanthine oksidase, penghambatan anion radikal pada mitokondria hepar tikus. Perlakukuan secara
superoksida dan radikal 1,1-diphenyl-2- intraperitoneal pada tikus selama 7 hari
picrylhydrazyl, dan penghambatan mutagen yang menunjukkan peningkatan aktifitas enzim
bekerja secara langsung (direct-acting mutagens). antioksidan superoksida dismutase, katalase dan
Emblicanin A dan B, punigluconin, dan glutation peroksidase dalam otak tikus. Peroksidasi
pedunculagin (32) dalam buah Phyllantus emblica lipida dalam otak tikus juga dapat terhambat
mampu menghambat peroksidasi lipida yang aktifitasnya. Pada penelitian khusus untuk
diinduksi dengan radiasi sinar gamma pada emblicanin A dan B, ditunjukkan adanya
perlindungan hemolisis eritrosit yang diinduksi oleh
HO
OH oksigen radikal (Wohlmuth, 2003).
Lambertianin C dan sanguiin H-6 (29) selain
OH
mempengaruhi kesetimbangan ion Ca2+, juga
OH
memiliki aktifitas anti-oksidatif. Aktifitas tersebut
O
C OH akan semakin meningkat jika dua ellagitanin di atas
OH
OH O bersama dengan asam askorbat (vitamin C) (Mullen
HO
O H O C et al., 2002). Metil (S)-flavolgallonat, bersama
OH
O dengan asam gallat (1), asam elagat (3),
C O H
HO OH punicalagin (20–21), dan sebelas senyawa fenol
HO
H O lainnya dalam ekstrak Terminalia myriocarpa
C H O C mampu menghambat peroksidasi lipid dan
OH
O
O pembentukan nitrogen oksida pada hepar tikus
CH2 O
HO (Marzouk et al., 2002).
OH
OH
Anti-kanker/tumor
(31) vescalagin Kanker adalah sekumpulan sel yang mengalami
pertumbuhan tak terkendali dan tak terorganisir. Di
HO dalam tubuh sel kanker membentuk suatu badan
O yang disebut tumor. Kanker dapat timbul karena
OCH2 terjadinya kerusakan (lebih tepatnya mutasi) gen
HO C
O O dalam sel (Snustad dan Simmon, 2000). Aktifitas
HO C anti-kanker suatu tanin terjadi melalui mekanisme
O
OH penghambatan kerja enzim sel, pencegahan proses
O mutagenesis yang dapat menimbulkan kanker, dan
HO O
pengaktifan makrofag sel kanker.
OH O C C O Ekstrak air buah Phyllantus emblica dapat
mencegah kerusakan kromosom akibat oksigen
radikal yang dapat menimbulkan kanker pada tikus.
HO OH
Efek pencegahan ini berkaitan dengan aktifitas anti-
oksidatif embli-canin A dan B dan pyrogallol dalam
HO OH HO OH
buah Phyllantus (Wohlmuth, 2003). Agrimoniin (33)
dari ekstrak Agrimonia pilosa diketahui memiliki
(32) pedunculagin
aktifitas anti-tumor yang kuat. Dalam laboratorium,
OH
O
HO H2CO
C OH
O O
HO C OH
O HO C O
O O O
OCH2 O OH
HO C O
O O HO O
HO C O C C O OH
O C OH
O O
HO O
HO OH
OH O C C O OH
HO OHHO OH
HO OH
HO OHHO OH
(33) agrimoniin
HERNAWAN dan SETYAWAN – Ellagitanin 35
HO OH
HO CH2O R3
O HO
O
C O O
O R2
HO O C
CO HO OCH2
O
HO O
HO C O
O OH OH
OH O O
C HO
HO
HO OCH2 OH HO O C OH
O
HO O O
C O HO C
OH OH O OH
O O O
HO HO OH
HO O C OH HO
CO OC
O R
O
HO C O OH HO O CH2O OH
O O O
OH O
HO HO OH OH
CO OC O OC
R1
CO
HO O CH2O OH OH
O O
OH O OH
OH
O OC OH
HO
CO
OH
OH
(35) oenothein B, R=OH
OH (36) woodfordin C, R=(a)-O-galloil
OH
HO
OH OH
HO
(34) oenothein A, R1=OH, R2=(s)-HHDP, O
R3=(s)-HHDP C
(37) woodfordin D, R2=(a)-O-galloil, R2=(s)- HO OCH2
HHDP, R3=(s)-HHDP HO O
C O
OH OH
O O
setelah perlakuan agrimoniin (33) HO
O C OH
(sebelum atau sesudah inokulasi OH
OC
O
intraperitoneal sel tumor) dapat
O OH
menghambat pertumbuhan tumor secara
OH
signifikan. Ellagitanin lainnya, oenothein A HO O OH
C
(34) dan B (35), woofoordin C (36), D OH
HO
(37), dan F (38), coriariin (39) dan HO O
CH2O OH
cornusin (40) juga memiliki aktifitas yang O
O O
sama (Okuda et al., 1992). Alienanin B dan HO
C
O
O OH
C
stenophyllanin A dari Coleogyne CO
O
O
ramosisima dan Cowania mexicana mampu OH
HO
menghambat aktivasi EBV-EA (Epstein- O
OH
Barr virus–early antigen) yang dapat C HO
menginduksi kanker. Aktiftas dua HO OCH2 OH
OH
OH
O
OH HO
O C
HO O OH
O HO C O C
O H2 OH
C HC
HO OCH2 HO O
O O
HO O OH
C O
O C OH O
O O O C
HO HO O O
O OH
OH C
OH
HO C C OH HO OH
O O
HO OH OH
HO OH
OH
(39) coriariin A
OH
HO
OH O
HO C O
O HO
CH2
C HO
HO OCH2 CO O
OH
HO O O OH
C O HO O
O OC OH
O O
HO O C O
HO O O
O
OH OH C
HO C C OH
O O OH
HO
HO OH
OH OH
HO
OH
(40) cornusiin
transcriptase Inhibitors from Phyllantus niruri. AIDS Smith PM. 1976. The Chemotaxonomy of Plants. London:
Research and Human Retroviruses 8 (11): 1937–1944. Edward Arnold.
Okuda, T., T. Yoshida, and T. Hatano. 1992. Snustad, D.P., and M.J. Simmons. 2000. Principles of
Pharmacologically Active Tannins Isolated from Genetics. 2nd edition. New York: John Wiley and Sons,
Medicinal Plants. In Hemingway, R.W. and P.E. Laks Inc.
(ed.). Plant Polyphenols: Synthesis, Properties, and Standaert, M.L., A. Avignon, K.Yamada, G.
Significance. New York: Plenum Press. Bandyopadhyay, and R.V. Farese. 1996. The
Raskin, I., D.M. Ribnicky, S. Komamytsky, N. Ilic, A. phosphatidylinositol 3-kinase inhibitor, wortmannin,
Poulev, N. Borisjuk, A. Brinker, D.A. Moreno, C. Ripoll, inhibits insulin induced activation of
N. Yakoby, J.M. O’Neal, T. Cornwell, I. Pastor, and B. phosphatidylcholine hydrolysis and associated protein
Fridlender. 2002. Plants and human health in the kinase C translocation in rat adipocytes. Biochemistry
twenty-first century. Trends in Biotechnology 20 (12): Journal 313: 1039-1046.
522-531. Stepp, J.R. and D.E. Moerman. 2001. The importance of
Rauha, J.P. 2001. The Search for Biological Activity in weeds in ethno-pharmacology. Journal of
Finnish Plant Extracts Containing Phenolic Compounds. Ethnopharmacology 75: 19-23.
[Dissertation]. Helsinki: Faculty of Science, University Taylor, L. 2003. Herbal Secrets of The Rainforest. 2nd
of Helsinki. edition. Austin: Sage Press, Inc.
Sakagumi, H., Y. Jiang, K. Kusama, T. Atsumi, T. Ueha, M. Teng, C.M., Y.F. Kang, Y.L. Chang, F.N. Ko, S.C. Yang, F.L.
Toguchi, I Iwakura, K. Satoh, H. Ito, T. Hatano, and T. Hsu. 1997. ADP-mimicking platelet platelet aggregation
Yoshida. 2000. Cytotoxic activity of hydrolysable caused by rugosin E, an ellagitannin isolated from
tannins against human oral tumor cell lines–a possible Rosa rugosa Thunb. Thrombocyte Haemost 77 (3):
mechanism. Phytomedicine 7 (1): 39–47. 556–561.
Salminen, J.P., V. Ossipov, J. Loponen, E. Haukioja, and K. Trueblood, N. and R. Ramasamy. 1998. Aldose reductase
Pihlaja. 1999. Characterization of hydrolysable tannins inhibition improves altered glucose metabolism of
from leaves of Betula pubescens by high-perfor- isolated diabetic rat hearts. American Physiological
mance liquid chromatography mass spectrometry. Society 1: 175–183.
Journal of Chromatography A 864 (2): 283-291. Virag, L and C Szabo. 2002. The terapeutic potential of
Salminen, J.P., V. Ossipov, and K.Pihlaja. 2002. poly(ADP-ribose)polymerase inhibitors.
Distribution of hydrolysable tannins in the foliage of Pharmacological Review 54 (3): 375–429.
Finnish birch species. Z. Naturfosch 57c: 248-256. Wohlmuth, H. 2003. Triphala–a short review. Botanical
Scalbert, A. 1991. Anti-microbial properties of tannins. Pathways 16: 1 –7.
Phytochemistry 30: 3875–3883. Xu, Y.M, T. Sakai, T. Tanaka, G. Nonaka, I. Nishioka.
Scalber, A. 1992. Quantitatif methods for the estimaytion 1991a. Tanin and related compounds CVI: Preparation
of tannins in plant tissues. In Hemingway, R.W. and of aminoalditol derivatives of hydrolysable tannins
P.E. Laks (ed.). Plant Polyphenols: Synthesis, having α and β-glucopyranose cores, and its application
Properties, and Significance. New York: Plenum Press. to the structure elucidation of new tanins, reginin A
Serkedjieva, J. and N. Manolova. 1992. Plant polyphenolic and B, flosin A isolated from Lagerstroemia flos-
complex inhibits the reproduction of influenza and reginae Retz. Chemical and Pharmaceutical Bulletin 39
herpes simplex viruses. In Hemingway, R.W. and P.E. (3): 639-646.
Laks (ed.). Plant Polyphenols: Synthesis, Properties, Yokozawa, T., C.P. Chen, E. Dong, T. Tanaka, G.I. Nonaka,
and Significance. New York: Plenum Press. and I. Nishioka. 1998. Study of inhibitory effect of
Shimizu, M., S. Horie, S. Terashima, H. Ueno, T. Hayashi, tannins and flavonoid against the 1,1-diphenyl-2-
S. Suzuki, M. Yoshizaki, N. Morita. 1989. Studies on picrylhydrazyl radical (chemotherapy and metabolic
aldose reductase inhibitors from natural products. II. inhibitors). Biochemistry and Pharmacology 56 (2):
active components of a Paraguayan crude drug “parai- 213–222.
parai, Phyllantus niruri”. Chemistry and
Pharmacology Bulletin 37 (9): 2531–2532.