You are on page 1of 35

KEBUDAYAAN BALI

KELOMPOK 2 Alfiyan Hidayat / 3 Ario Pekik Jalunalendro W. / 8 Jovianto Perdhana P. / 21 Nur Laily / 30 Wildan Darmawan / 35

LETAK GEOGRAFIS
Propinsi Bali terdiri atas beberapa pulau, yaitu Pulau Bali, Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Ceningan, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Serangan, dan Pulau Menjangan. Luas wilayah Pulau Bali secara keseluruhan 5808,8 km2 dan jumlah penduduknya 3.156.392 jiwa dengan kepadatan 517 jiwa/km2. Pulau Bali dibatasi oleh : Sebelah utara dengan Laut Jawa. Sebelah selatan dengan Samudera Indonesia. Sebelah barat dengan Selat Bali/Provinsi Jawa Timur. Sebelah timur dengan Selat Lombok/Pulau Lombok. Letak astronomi Pulau Bali adalah 80 3 40 80 50 48 Lintang Selatan dan 1140 2553 1150 42 40 Bujur Timur.

SEJARAH
Berakhirnya zaman Prasejarah Berakhirnya zaman prasejarah di Indonesia ditandai dengan datangnya bangsa dan pengaruh Hindu. Pada abad-abad pertama Masehi sampai dengan lebih kurang tahun 1500, yakni dengan lenyapnya kerajaan Majapahit merupakan masa-masa pengaruh Hindu. Berdasarkan keterangan-keterangan yang ditemukan pada prasasti abad ke-8 Masehi dapatlah dikatakan bahwa periode sejarah Bali Kuno meliputi kurun waktu antara abad ke-8 Masehi sampai dengan abad ke-14 Masehi dengan datangnya ekspedisi Mahapatih Gajah Mada dari Majapahit yang dapat mengalahkan Bali.

Di antara raja-raja Bali, yang banyak meninggalkan keterangan tertulis yang juga menyinggung gambaran tentang susunan pemerintahan pada masa itu adalah Udayana, Jayapangus , Jayasakti, dan Anak Wungsu. Dalam mengendalikan pemerintahan, raja dibantu oleh suatu Badan Penasihat Pusat. Dalam prasasti tertua 882--914 Masehi badan ini disebut dengan istilah "panglapuan". Sejak zaman Udayana, Badan Penasihat Pusat disebut dengan istilah "pakiran-kiran i jro makabaihan". Badan ini beranggotakan beberapa orang senapati dan pendeta Siwa dan Budha.

Di dalam prasasti-prasasti sebelum Raja Anak Wungsu disebut-sebut beberapa jenis seni yang ada pada waktu itu. Akan tetapi, baru pada zaman Raja Anak Wungsu, seni dibedakan menjadi dua kelompok yang besar, yaitu seni keraton dan seni rakyat. Dalam bidang agama, pengaruh zaman prasejarah, terutama dari zaman megalitikum masih terasa kuat. Kepercayaan pada zaman itu dititikberatkan kepada pemujaan roh nenek moyang yang disimboliskan dalam wujud bangunan pemujaan yang disebut teras piramid atau bangunan berundakundak. Kadang-kadang di atas bangunan ditempatkan menhir, yaitu tiang batu monolit sebagai simbol roh nenek moyang mereka.

Masa 13431846 Masa ini dimulai dengan kedatangan ekspedisi Gajah Mada pada tahun 1343. Kedatangan Ekspedisi Gajah Mada ke Bali dilakukan pada saat Bali diperintah oleh kerajaan Bedahulu dengan Raja Astasura Ratna Bumi Banten dan Patih Kebo Iwo. Dengan terlebih dahulu membunuh Kebo Iwa, Gajah Mada memimpin ekspedisi bersama Panglima Arya Damar dengan dibantu oleh beberapa orang Arya. Penyerangan ini mengakibatkan terjadinya pertempuran antara pasukan Gajah Mada dengan kerajaan Bedahulu. Pertempuran ini mengakibatkan raja Bedahulu dan putranya wafat. Setelah Pasunggrigis menyerah terjadi kekosongan pemerintahan di Bali. Untuk itu, Majapahit menunjuk Sri Kresna Kepakisan untuk memimpin pemerintahan di Bali dengan pertimbangan bahwa Sri Kresna Kepakisan memiliki hubungan darah dengan penduduk Bali Aga.

Zaman Gelgel Karena ketidakcakapan Raden Agra Samprangan menjadi raja, Raden Samprangan digantikan oleh Dalem Ketut Ngulesir. Oleh Dalem Ketut Ngulesir, pusat pemerintahan dipindahkan ke Gelgel. Pada saat inilah dimulai zaman Gelgel dan Raja Dalem Ketut Ngulesir merupakan raja pertama. Zaman Kerajaan Klungkung Pemberontakan I Gusti Agung Maruti ternyata telah mengakhiri periode Gelgel. Hal itu terjadi karena setelah putra Dalem Di Made dewasa dan dapat mengalahkan I Gusti Agung Maruti, istana Gelgel tidak dipulihkan kembali. Gusti Agung Jambe sebagai putra yang berhak atas takhta kerajaan, ternyata tidak mau bertakhta di Gelgel, tetapi memilih tempat baru sebagai pusat pemerintahan, yaitu bekas tempat persembunyiannya, yaitu Semarapura. Dengan demikian, Dewa Agung Jambe (1710--1775) merupakan raja pertama zaman Klungkung.

Masa 18461949 1. Perlawanan Terhadap Orang-Orang Belanda Masa ini merupakan masa perlawanan terhadap kedatangan bangsa Belanda di Bali. Perlawanan-perlawanan ini ditandai dengan meletusnya berbagai perang di wilayah Bali. Perlawanan-perlawanan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : Perang Buleleng (1846) Perang Jagaraga (1848--1849) Perang Kusamba (1849) Perang Banjar (1868) Puputan Badung (1906) Puputan Klungkung (1908) Dengan kemenangan Belanda dalam seluruh perang dan jatuhnya kerajaan Klungkung ke tangan Belanda, berarti secara keseluruhan Bali telah jatuh ke tangan Belanda.

2. Zaman Penjajahan Belanda Sejak kerajaan Buleleng jatuh ke tangan Belanda mulailah pemerintah Belanda ikut campur mengurus soal pemerintahan di Bali. Hal ini dilaksanakan dengan mengubah nama raja sebagai penguasa daerah dengan nama regent untuk daerah Buleleng dan Jembrana serta menempatkan P.L. Van Bloemen Waanders sebagai controleur yang pertama di Bali. Struktur pemerintahan di Bali masih berakar pada struktur pemerintahan tradisional, yaitu tetap mengaktifkan kepemimpinan tradisional dalam melaksanakan pemerintahan di daerah-daerah. Untuk di daerah Bali, kedudukan raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, yang pada waktu pemerintahan kolonial didampingi oleh seorang controleur. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga administrasi, pemerintah Belanda telah membuka sebuah sekolah rendah yang pertama di Bali, yakni di Singaraja (1875) yang dikenal dengan nama Tweede Klasse School. Pada tahun 1913 dibuka sebuah sekolah dengan nama Erste Inlandsche School dan kemudian disusul dengan sebuah sekolah Belanda dengan nama Hollands Inlandshe School (HIS) yang muridnya kebanyakan berasal dari anak-anak bangsawan dan golongan kaya.

3. Lahirnya Organisasi Pergerakan Akibat pengaruh pendidikan yang didapat, para pemuda pelajar dan beberapa orang yang telah mendapatkan pekerjaan di kota Singaraja berinisiatif untuk mendirikan sebuah perkumpulan dengan nama "Suita Gama Tirta" yang bertujuan untuk memajukan masyarakat Bali dalam dunia ilmu pengetahuan melalui ajaran agama. Sayang perkumpulan ini tidak berumur panjang. Kemudian beberapa guru yang masih haus dengan pendidikan agama mendirikan sebuah perkumpulan yang diberi nama "Shanti" pada tahun 1923. Perkumpulan ini memiliki sebuah majalah yang bernama "Shanti Adnyana" yang kemudian berubah menjadi "Bali Adnyana". Pada tahun 1925 di Singaraja juga didirikan sebuah perkumpulan yang diberi nama "Suryakanta" dan memiliki sebuah majalah yang diberi nama "Suryakanta". Seperti perkumpulan Shanti, Suryakanta menginginkan agar masyarakat Bali mengalami kemajuan dalam bidang pengetahuan dan menghapuskan adat istiadat yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Sementara itu, di Karangasem lahir suatu perhimpunan yang bernama "Satya Samudaya Baudanda Bali Lombok" yang anggotanya terdiri atas pegawai negeri dan masyarakat umum dengan tujuan menyimpan dan mengumpulkan uang untuk kepentingan studie fons.

4. Zaman Pendudukan Jepang Setelah melalui beberapa pertempuran, tentara Jepang mendarat di Pantai Sanur pada 18 dan 19 Februari 1942. Dari arah Sanur ini tentara Jepang memasuki kota Denpasar dengan tidak mengalami perlawanan apa-apa. Kemudian, dari Denpasar inilah Jepang menguasai seluruh Bali. Mula-mula yang meletakkan dasar kekuasaan Jepang di Bali adalah pasukan Angkatan Darat Jepang (Rikugun). Kemudian, ketika suasana sudah stabil penguasaan pemerintahan diserahkan kepada pemerintahan sipil. Karena selama pendudukan Jepang suasana berada dalam keadaan perang, seluruh kegiatan diarahkan pada kebutuhan perang. Para pemuda dididik untuk menjadi tentara Pembela Tanah Air (PETA). Untuk daerah Bali, PETA dibentuk pada Januari 1944 yang program dan syarat-syarat pendidikannya disesuaikan dengan PETA di Jawa.

5. Zaman Kemerdekaan Menyusul Proklamasi Kemerdekaan, pada 23 Agustus 1945 Mr. I Gusti Ketut Puja tiba di Bali dengan membawa mandat pengangkatannya sebagai Gubernur Sunda Kecil. Sejak kedatangan beliau inilah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Bali mulai disebarluaskan sampai ke desa-desa. Pada saat itulah mulai diadakan persiapan-persiapan untuk mewujudkan susunan pemerintahan di Bali sebagai daerah Sunda Kecil dengan ibu kotanya Singaraja.

6. Puputan Margarana Pada waktu staf MBO berada di Marga, Ngurah Rai memerintahkan pasukannya untuk merebut senjata polisi Nica yang ada di kota Tabanan. Perintah itu dilaksanakan pada 18 November 1946 (malam hari) dan berhasil baik. Beberapa pucuk senjata beserta pelurunya dapat direbut dan seorang komandan polisi Nica ikut menggabungkan diri kepada pasukan Ngurah Rai. Setelah itu pasukan segera kembali ke Desa Marga. Pada 20 November 1946 sejak pagi-pagi buta tentara Belanda mulai nengadakan pengurungan terhadap Desa Marga. Kurang lebih pukul 10.00 pagi mulailah terjadi tembak-menembak antara pasukan Nica dengan pasukan Ngurah Rai. Pada pertempuran yang seru itu pasukan bagian depan Belanda banyak yang mati tertembak. Oleh karena itu, Belanda segera mendatangkan bantuan dari semua tentaranya yang berada di Bali ditambah pesawat pengebom yang didatangkan dari Makasar. Di dalam pertempuran yang sengit itu semua anggota pasukan Ngurah Rai bertekad tidak akan mundur sampai titik darah penghabisan. Di sinilah pasukan Ngurah Rai mengadakan "Puputan" sehingga pasukan yang berjumlah 96 orang itu semuanya gugur, termasuk Rai sendiri sebagai kusuma bangsa. Sebaliknya, di pihak Belanda ada lebih kurang 400 orang yang tewas. Untuk mengenang peristiwa tersebut kini pada bekas arena pertempuran itu didirikan Tugu Pahlawan Taman Pujaan Bangsa.

7. Konferensi Denpasar Pada 18--24 Desember 1946 bertempat di pendopo Bali Hotel, Denpasar berlangsung konferensi Denpasar. Konferensi itu dibuka oleh Van Mook yang bertujuan untuk membentuk Negara Indonesia Timur (NIT) dengan ibu kota Makasar (Ujung Pandang). Dengan terbentuknya Negara Indonesia Timur itu susunan pemerintahan di Bali dihidupkan kembali seperti pada zaman raja-raja dulu, yaitu pemerintahan dipegang oleh raja yang dibantu oleh patih, punggawa, perbekel, dan pemerintahan yang paling bawah adalah kelian. Di samping itu, masih ada lagi suatu dewan yang berkedudukan di atas raja, yaitu dewan raja-raja.

SISTEM BUDAYA
Masyarakat Bali dibagi menjadi dua, yaitu Bali-Aga dan Bali-Majapahit. Pembagian ini dikarenakan oleh perbedaan pengaruh dari kebudayaan Jawa-Hindu di berbagai daerah di Bali pada jaman Majapahit. Masyarakat Bali-Aga kurang sekali mendapat pengaruh dari kebudayaan Jawa-Hindu dari Majapahit dan mempunyai struktur tersendiri. Orang Bali-Aga pada umumnya mendiami desa-desa di wilayah pegunungan seperti Sembiran, Cempaga Sidatapa, Pedawa, Tigawasa, di kabupaten Buleleng, dan desa Tenganan Pegringsingan di kabupaten Karangasem. Orang Bali-Majapahit yang pada umumnya tinggal di daerah dataran merupakan bagian yang paling besar dari penduduk pulau Bali. Pulau Bali dibelah dua oleh pegunungan yang membujur dari barat ke timur, sehingga membentuk dataran yang agak sempit di sebelah utara dan yang lebih besar di bagian selatan. Pegunungan tersebut mempunyai arti penting dalam pandangan hidup dan kepercayaan penduduk. Di pegunungan tersebut terletak puri-puri (pura) yang dianggap suci oleh orang Bali seperti Pura Pulaki, Pura Batukau, dan terutama Pura Besakih yang terletak di kaki Gunung Agung. Arah membujur dari pegunungan tersebut menyebabkan penunjukan arah yang berbeda untuk orang di Bali Utara dan Bali Selatan.

Dalam bahasa Bali kaja berarti ke gunung dan kelod berarti ke laut. Berarti untuk orang Bali Utara kaja berarti selatan dan kelod berarti utara. Hal ini berlaku sebaliknya untuk orang di daerah selatan. Perbedaan ini tidak hanya tampak pada penunjukan arah dalam bahasa Bali, tetapi juga dalam beberapa aspek kesenian dan sedikit bahasa. Orang Bali menyebut daerah di bagian utara itu daerah Den Bukit dan daerah-daerah di bagian selatan Bali Tengah (kabupaten Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung). Besarnya arti dari konsep kaja-kelod dalam masyarakat Bali tampak pula dalam kehidupan sehari-hari, dalam upacara agama, letak susunan rumah kuil, dsb. Adapun mengenai arah timur (kangin) sifatnya disamakan dengan arah kaja dan barat (kauh) disamakan dengan kelod. Kedua arah tersebut sama baik di Bali Utara maupun Bali Selatan.

SISTEM SOSIAL
Sistem pelapisan masyarakat didasarkan menurut garis patrilineal. Pelapisan/kasta terbagi atas empat tingkatan berdasarkan kitab suci agama Hindu: 1. Bhrahmana (di Bali menjadi Brahmana) 2. Ksatrya (di Bali menjadi Satria) 3. Vaisya (di Bali menjadi Waisya) 4. Sudhra (di Bali menjadi Sudra) Tiga kasta teratas yaitu Brahmana, Satria, Waisya disebut Tri Wangsa. Sedangkan kasta terbawah yang disebut Jaba. Dalam masyarakat Bali mengenal 4 sistem kemasyarakatan, yaitu Banjar, Subak, Sekaha dan Gotong Royong.

Nama orang Bali umumnya diawali dengan sebutan yang mencirikan kasta dan urutan kelahiran. Jadi, nama orang Bali menjadi panjang karena di depannya ada embel-embel kasta atau nama keluarga (semacam marga) dan urutan kelahiran. Pada umumnya orang Bali bisa diketahui dia anak ke berapa dari nama depannya. Cara pemberian nama bagi orang Bali adalah sebagai berikut : Anak pertama : Putu, Wayan (biasanya untuk laki-laki), Luh (khusus perempuan), Gede. Anak kedua : Made, Nengah, Kadek. Ketiga : Nyoman, Komang. Keempat : Ketut (kadang digunakan untuk anak ketiga).

Untuk anak selanjutnya biasanya diulang lagi dari awal.

KEBUDAYAAN FISIK
Bahasa Bahasa Bali adalah Bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan lebih spesifik dari anak cabang Bali Sasak. Di Bali sendiri, Bahasa Bali memiliki tingkatan penggunannya, misalnya: Bali Alus, Bali Madya dan Bali Kasar. Bahasa Bali banyak terpengaruh oleh bahasa Jawa. Bahasa Bali Alus yang disebut Basa Bali Alus Mider mirip dengan Bahasa Jawa Krama.

Sistem Kekerabatan Klen (Clan) yang sering pula disebut kerabat luas atau keluarga besar. Klen merupakan suatu kesatuan keturunan (genealogis), kesatuan kepercayaan (religiomagis) dan kesatuan adat (tradisi), merupakan sistem sosial yang berdasarkan ikatan darah atau keturunan yang sama baik melalui garis ayah (patrileneal) maupun garis ibu (matrilineal).

Sistem Perkawinan Dalam adat lama perkawinan dipengaruhi sistem klen (dadia) dan sitem kasta (wangsa). Perkawinan sedapat mungkin dilakukan di antara warga se-klen atau setidak-tidaknya antara orang-orang yang dianggap sederajat dalam kasta. Hal ini disebut indogami. Beberapa pantangan dalam perkawinan masyarakat Bali: 1) Perkawinan yang dicita-citakan adalah perkawinan antara anak-anak dari dua orang saudara laki-laki. 2) Dahulu anak wanita dari kasta tinggi jangan sampai kawin dengan pria yang lebih rendah derajat kastanya. Yang melanggar akan buang (maselong) untuk beberapa lama. 3) Perkawinan bertukar: antara saudara perempuan suami kawin dengan saudara laki-laki dari isteri (makedengan ngad) adalah pantang, karena perkawinan demikian itu dianggap mendatangkan bencana (panes). 4) Perkawinan yang pantang adalah: i) Perkawinan seorang ayah dengan anak kandungnya ii) Perkawinan dengan saudara sekandungnya atau saudara tirinya iii) Perkawinan dengan keponakannya Seseorang dapat memperoleh seorang isteri dengan dua cara, dengan cara meminang (memadik, ngidih) atau dengan cara melarikan seorang gadis (mrangkat, ngrorod). Kedua cara itu dapat dilakukan karena berdasarkan adat.

Rangkaian tahapan upacara pernikahan dalam adat Bali adalah sebagai berikut : Upacara Ngekeb Mungkah Lawang ( Buka Pintu ) Upacara Mesegehagung Madengendengen Mewidhi Widana Mejauman Ngabe Tipat Bantal

Di Bali umumnya pernikahan bersifat patrilineal. Jadi seorang perempuan setelah menikah dan menjadi istri akan bergabung dengan keluarga suaminya. Dalam pernikahan beda kasta, seorang perempuan dari kasta yang lebih rendah sudah biasa jika dijadikan istri oleh lelaki dari kasta yang lebih tinggi. Bahkan pihak keluarga perempuan kadang ada rasa bangga. Lalu bagaimana jika seorang perempuan berkasta menikah dengan lelaki tidak berkasta atau dengan lelaki yang kastanya lebih rendah? Istilah untuk hal tersebut yaitu nyerod atau turun kasta. Pernikahan seperti itu sangat dihindari dan kalaupun terjadi biasanya dengan sistem ngemaling yaitu menikah dengan sembunyi-sembunyi karena pernikahan nyerod seperti ini biasanya tidak akan diijinkan oleh keluarga besar pihak perempuan. Kasus nyerod sangat jarang, jadi jarang ada lelaki biasa (tidak berkasta) memiliki istri yang berkasta. Ada juga sistem pernikahan matrilineal. Yaitu pihak lelaki yang akan bergabung dengan keluarga perempuan. Istilahnya nyentana atau nyeburin. Pernikahan ini terjadi dalam satu tingkatan kasta yang sama.

Penentuan garis keturunan dan hak waris ditentukan oleh tempat di mana suami-isteri itu menetap setelah menikah, ada tiga cara: 1) virilokal: komit ditempat tinggal di kompleks perumahan (uma) orang tua si suami; keturunan laki-laki, mereka akan diperhitungkan secara patrilineal (purusa), menjadi warga dari dadia (si suami) dan mewarisi harta pusaka 2) neolokal; Mencari atau membangun rumah baru 3) uxorilokal: Berdiam di kompleks perumahan dari si isteri (ngeburia); garis keturunan akan diperhitungkan secara matrilineal. Keturunannya akan menjadi warga dadia si isteri. Dalam hal ini kedudukan si isteri sebagai sentana (pelanjut keturunan).

Sistem Pengetahuan a. Dewi Saraswati merupakan pelindung/pelimpah pengetahuan, kesadaran (widya) dan sastra. Pada hari Raya Saraswati, semua pustaka, lontar, dan alat-alat tulis untuk ajaran agama dibersihkan, dan diatur pada suatu tempat di pura, di pamerajaan atau di bilik untuk di upacarai. Perayaan Saraswati juga dilakukan dengan Mesambang Semadhi, yaitu semadhi di tempat yang suci di malam hari, atau melakukan pembacaan lontar dengan tujuan menemukan pencerahan. b. Makrokosmos (alam semesta) terdiri atas pancamahabhuta, yaitu tanah, air, api, angin, dan udara (eter, ruang hampa), demikian pula mikrokosmos. Ketika manusia meninggal, dia diaben, yaitu untuk mempercepat pancamahabhuta yang ada di tubuh manusia kembali ke alam semesta. c. Kalender Bali (Pawukon) berdasar legenda Raja Watugunung. Satu tahun terjadi selama 210 hari. Sistem Ekonomi Ekonominya berdasar pertanian, peternakan, perikanan, dan pariwisata. Pertanian merupakan sektor kehidupan ekonomi yang berkembang di Bali. Jenis-jenis pertanian yang dilakukan masyarakat Bali antara lain : sawah, parlak (sawah kering), gaga (ladang), kebwan (kebun), dan kaswakas (pengairan sawah).

Rumah Adat Rumah Bali harus sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali yang terdapat pada kitab suci Weda yang mengatur soal tata letak sebuah bangunan. Rumah Bali merupakan penerapan dari pada filosofi yang ada pada masyarakat Bali itu sendiri. Ada tiga aspek yang harus di terapkan di dalamnya atau biasa disebut Tri Hita Karana yaitu, aspek pawongan (manusia / penghuni rumah), pelemahan ( lokasi /lingkungan) dan yang terahir parahyangan. Kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis antara ke 3 aspek tadi. Pada umumnya bangunan atau arsitektur tradisional Bali selalu dipenuhi pernik yang berfungsi untuk hiasan, seperti ukiran dengan warna-warna yang kontras tapi alami. Selain sebagai hiasan mereka juga mengandung arti dan makna tertentu sebagai ungkapan terimakasih kepada sang pencipta, serta simbol-simbol ritual seperti patung. Bali memiliki ciri khas arsitektur yang timbul dari suatu tradisi, kepercayaan dan aktifitas spiritual masyarakat Bali itu sendiri yang diwujudkan dalam berbagai bentuk fisik bangunan yang ada. Seperti rumah, pura (tempat suci umat Hindu), Banjar (balai pertemuan) dan lainlain. Umumnya Bangunan Rumah Adat Bali terpisah-pisah manjadi banyak bangunan-bangunan kecil-kecil dalam satu area yang disatukan oleh pagar yang mengelilinginya. Seiring perkembangan jaman mulai ada perubahan bangunan tidak lagi terpisah-pisah.

Arsitektur tradisional Bali yang kita kenal, mempunyai konsep-konsep dasar yang mempengaruhi tata nilai ruangnya. Konsep dasar tersebut adalah: * Konsep hirarki ruang, Tri Loka atau Tri Angga * Konsep orientasi kosmologi, Nawa Sanga atau Sanga Mandala * Konsep keseimbangan kosmologi, Manik Ring Cucupu * Konsep proporsi dan skala manusia * Konsep court, Open air * Konsep kejujuran bahan bangunan Arsitektur tradisional Bali memiliki konsep-konsep dasar dalam menyusun dan memengaruhi tata ruangnya, diantaranya adalah: * Orientasi Kosmologi atau dikenal dengan Sanga Mandala * Keseimbangan Kosmologi, Manik Ring Cucupu * Hierarki ruang, terdiri atas Tri Loka dan Tri Angga * Dimensi tradisional Bali yang didasarkan pada proporsi dan skala manusia

Sistem Religi Hindu Dharma adalah agama yang dianut 95% dari jumlah penduduk Bali, sedangkan yang 5% adalah penganut agama Islam, Kristen, Katholik, Budha dan Kong Hu Cu. Tujuan hidup ajaran Hindu adalah untuk mencapai keseimbangan dan kedamaian lahir dan batin. Dalam upaya untuk mencapai tujuan itu, masyarakat Hindu mewujudkannya melalui Tattwa, Susila dan Upacara. a. Tattwa (filosofi) dibagi menjadi 5 kepercayaan utama, disebut Panca Graha adalah lima kepercayaan yang mendasar, ialah: Brahman, yaitu percaya kepada adanya Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa Atman, percaya akan keberadaan atman (roh) Samsara, percaya akan adanya kelahiran kembali atau re-inkarnasi Karma Phala, yaitu percaya kepada adanya hukum sebab akibat Moksa, yaitu percaya kepada kemungkinan menyatunya atman dengan Tuhan.

b. Susila (Etika), Ajaran ini menekankan kepada tiga cara berperilaku yang baik, yang disebuat Tri Kara Parisudha: Manacika Parisudha (berfikir yang baik dan positif) Wacika Parisudha (berkata yang baik dan jujur) Kayika Parisudha (berbuat yang baik) Di samping itu, ajaran Hindu juga mengharapkan penerapan Tat Wan Asi dalam hidup sehari-hari, yaitu Engkau adalah aku juga dengan kata lain Kita harus merasakan apa yang dirasakan orang lain.

c. Upacara (yadnya, korban suci). Upacara ini ditujukan kepada lima aspek: Dewa Yadnya, yaitu kepada Ida Sang Hyang Widi Waca, beserta para Dewa (Bathara). Pitra Yadnya, yaitu yang ditujukan kepada roh leluhur (Yadnya setelah kematian). Rsi Yadnya, yaitu bagi para Rsi atau orang yang disucikan. Manusia Yadnya, yaitu bagi umat manusia sejak lahir (bayi dalam kandungan) hingga perkawinan. Bhuta Yadnya, yaitu untuk menetralisir pengaruh-pengaruh alam yang negatif termasuk dunia supranatural.

Hari Raya dan Upacara Adat Piodalan itu dirayakan setiap 210 hari menurut Kalender Bali. Karena demikian banyaknya pura di Bali, sehingga hampir setiap hari ada upacara piodalan. Hari Raya Galungan dan Kuningan dirayakan pada Hari Budha Rabu Kliwon Dungulan, kemudian disusul oleh Hari Raya Kuningan setelah sepuluh hari. Galungan secara etimologis berarti peperangan. Sedangkan Parisadha Hindu Dharma menyimpulkan, bahwa Upacara Galungan mempunyai arti Pawedalan Jagad atau Oton Gumi. Namun tidak berarti dunia ini lahir pada hari Budha Kliwon Dungulan. Melainkan hari itulah yang ditetapkan agar umat Hindu di Bali menghaturkan rasa syukur kepada Sang Hyang Widhi Wasa yang telah menciptakan segala-galanya. Hari Raya Nyepi dirayakan pada setiap Tahun Baru Saka. Nyepi jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (bulan mati ke-sembilan) yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera, yang membawa Amerta ( air kehidupan). Hari Saraswati adalah hari Ilmu Pengetahuan. Ngaben adalah Upacara Pembakaran Mayat, meskipun secara etimologis kurang tepat, sebab ada tradisi Ngaben yang tidak melalui pembakaran mayat. Ngaben, sesungguhnya berasal dari kata beya artinya biaya atau bekal. Kata Beya ini dalam kalimat aktif (melakukan pekerjaan) menjadi meyanin. Kata meyanin, sudah menjadi bahasa baku untuk menyebutkan upacara sawa wadhana. Boleh juga disebut Ngabeyain, yang kemudian diucapkan dengan pendek, menjadi Ngaben.

Busana Ciri-ciri busana tradisional masyarakat Bali untuk pria dan wanita antara lain adalah : Busana Tradisional Pria terdiri atas: Udeng (ikat kepala), Kampuh, Umpal (selendang pengikat), Wastra (Kemben), Sabuk, Keris, beragam ornamen perhiasan. Busana Tradisional Wanita, terdiri atas: Gelung (sanggul), Sesenteng (kemben songket), Wastra, Sabuk Prada (stagen), tapih atau sinjang, sering pula dikenakan kebaya, kain penutup dada dan alas kaki sebagai pelengkap.

KESENIAN
Kesenian Bali terdiri dari beberapa jenis seperti seni tembang, karawitan, tari dan drama. Seni tembang dan karawitan memiliki jumlah yang lebih banyak jika dibandingkan dengan kesenian lainnya. Seni Tembang Terdapat berbagai jenis tembang yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda-beda. Masyarakat Bali membedakan Seni Tembang menjadi 4 (empat) kelompok: a) Gegendingan b) Sekar Agung atau Tembang c) Sekar d) Sekar Alit Seni Karawitan Disebut gamelan atau gambelan. Dalam gamelan ada alat musik tabuh, gesek, tiup, petik dan sebagainya.

Seni Drama dan Tari

Arja, semacam drama tari yang dialognya ditembangkan. Barong, lengkapnya Tari Barong, merupakan kebudayaan peninggalan Pra- Hindu, menggunakan boneka berwujud binatang berkaki empat atau manusia purba yang memiliki kekuatan magis. Barong merupakan benda sakral yang sangat disucikan oleh masyarakat Hindu di Bali. Dramatari Cak, jumlah penarinya antara 50 sampai 150 orang pria. Menari dan mengalunkan paduan suara cak, cak, cak, yang ramanya ditata sehingga menjadi harmonis. Busana babuletan (kain yang dipakai secara dicawatkan), warnanya kampuh poleng. Calonranang, adalah dramatari ritual magis, yang melakonkan kisah yang berkaitan ilmu sihir, ilmu hitam maupun ilmu putih. Dikenal dengan Pangiwa/Pangleyakan dan Panengen. Janger, merupakan jenis tarian pergaulan muda-mudi. Dilakukan sekitar 10 pasang muda-mudi. Selama tarian berlangsung, kelompok penari wanita (Janger) dan kelompok penari pria (Kecak), menari dan menyanyi bersahut-sahutan, lagulagunya bersifat gembira. Legong, merupakan tarian klasik dengan penggunaan kipas. Pendet, masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan dan perlengkapan sesajen lainnya. Dari fungsinya, seni tari dapat dipilah dalam 3 kelompok, yaitu: Tari Wali (Religius) Seni Bebali (Ceremonial) Tari Balih-balihan (Performance)

Makanan Khas Berikut adalah beberapa contoh dari makanan tradisional khas Bali : Ayam Betutu Ayam Pelalah atau Pelalah Manuk Bandeng Bumbu Bali Bawal Bumbu Bali Bebek Goreng Bali Bubur Mengguh Khas Bali Daging Bumbu Bali Lawar Ayam Lawar Klungah Nasi Kuning Bali Sambal Goreng Bali Sate Lilit Bali Sayur Pare Isi Tuna

You might also like