You are on page 1of 15

UNDANG UNDANG 35 TAHUN 2009

Tentang

Narkotika

Bab I : Ketentuan Umum (pasal 1) Bab II : Dasar, Asas dan Tujuan (pasal 2 s.d. pasal 4) Bab III : Ruang Lingkup (pasal 5 s.d. pasal 8) Bab IV : Pengadaan (pasal 9 s.d. pasal 14) Bab V : Impor dan Ekspor (pasal 15 s.d. pasal 34) Bab VI : Peredaran (pasal 35 s.d. pasal 44) Bab VII : Label dan Publikasi (pasal 45 s.d. pasal 47) Bab VIII : Prekursor Narkotika (pasal 48 s.d. pasal 52) Bab IX : Pengobatan dan Rehabilitasi (pasal 53 s.d. pasal 59) Bab X : Pembinaan dan Pengawasan (pasal 60 s.d. pasal 63) Bab XI : Pencegahan dan Pemberantasan (pasal 64 s.d. pasal 72) Bab XII : Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan (37 s.d 103) Bab XIII : eran Serta Masyarakat (pasal 104 s.d. pasal 108) Bab XIV : Penghargaan (pasal 109 s.d. pasal 110) Bab XV : Ketentuan Pidana (pasal 111 s.d. pasal 148) Bab XVI : Ketentuan Peralihan (pasal 149 s.d. pasal 151) Bab XVII : Ketentuan Penutup (pasal 152 s.d. pasal 155)

17 Bab, 155 pasal

Difinisi
Zat atau obat yang berasal dari

tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunann atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan
Pasal 1 angka 1

Tujuan UU Narkotika (pasal 4)


a. menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan yan kes dan/ pengembangan iptek b. mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan Narkotika; c. memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika; d. menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah Guna dan pecandu Narkotika

Penggolongan Narkotika
a.Narkotika Golongan I,
- hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan iptek dan - tidak digunakan dalam terapi, serta - mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. - Ada 65 jenis beserta garamnya

b.Narkotika Golongan II,


- berkhasiat pengobatan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau - untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta - potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. - ada 85 jenis beserta garam-garamnya

c.Narkotika Golongan III


- berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau - untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta - mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. - ada 14 jenis

Pemanfaatan
Narkotika hanya dapat digunakan untuk 1. kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau 2. pengembangan ilmu pengeth. dan teknologi (pasal 7)

Narkotika Gol I
dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan

kesehatan. Dalam jumlah terbatas, dapat digunakan


Untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi dan untuk reagensia diagnostik, serta reagensia laboratorium setelah mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi Ka Badan POM (pasal 8)

Produksi
oleh IF tertentu dg izinMenteri setelah diaudit oleh Badan POM Narkotika Gol I dilarang diproduksi dan/atau digunakan dalam proses produksi, kecuali dalam jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan iptek dg was tat oleh Badan POM {pasal 12 (1),(2)} Lembaga ilmu pengetahuan berupa lembaga pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan yang diselenggarakan oleh pemerintah ataupun swasta dapat memperoleh, menanam, menyimpan, dan menggunakan Narkotika untuk kepentingan iptek setelah dapat izin Menteri (pasal 13)

Penyimpangan
1) wajib disimpan secara khusus (pasal 11)

Misal di apotek dg persyaratan yaitu:


dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. ukuran -+ 40x80x100 cm3, dibuat pada tembok /lantai. punya kunci ganda yang berlainan. Anak kunci lemari dipegang oleh pegawai yang diberi kuasa Dibagi 2 masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian 1 digunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika. Bagian 2 digunakan untuk menyimpan narkotika yang digunakan sehari-hari. Tidak menyimpan bahan lain selain narkotika, diletakkan di tempat yang aman dan yang tidak diketahui oleh umum
(PMK 28/MenKes/Per/1987 pasal 5-6)

Pelaporan
2)wajib membuat,menyampaikan dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yg ada dalam penguasaannya

Lanjutan.. 4)Pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penyimpanan dan/atau ketentuan mengenai pelaporan dapat dikenakan sanksi administrasi oleh Menteri Kesehatan berupa:
Teguran Peringatan Denda administrasi penghentian sementara kegiatan, atau Pencabutan izin

Peredaran
Narkotika dlm bentuk obat jadi hanya dapat diedarkan setelah mendapatkan izin edar dari Menteri melalui pendaftaran di Badan POM (pasal 36) Setiap kegiatan peredaran Narkotika wajib dilengkapi dengan dokumen yang sah (psl 38) berupa SPI/SPE, faktur, surat angkut, surat penyerahan barang, resep dokter atau salinan resep dokter, yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Narkotika bersangkutan

Penyaluran
IF

1. pedagang besar farmasi tertentu; 2. apotek; 3. sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu; dan 4. rumah sakit.
1. pedagang besar farmasi tertentu lainnya; 2. apotek; 3. sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu; 4. rumah sakit; dan 5. lembaga ilmu pengetahuan.

PBF

Sarana simpan SF Pemerintah


Pasal 40

1. rumah sakit pemerintah; 2. pusat kesehatan masyarakat; 3. balai pengobatan

Penyerahan
hanya oleh

1. apotek; 2. rumah sakit; 3. puskesmas; 4. balai pengobatan; dan 5. dokter


1. 2. 3. 4. 5. 6. rumah sakit; pusat kesehatan masyarakat; apotek lainnya; balai pengobatan; dokter; dan pasien.

Apotek

Pasal 43

RS, apotek, puskesmas, dan BP hanya dapat serahkan Narkotika pada pasien berdasarkan resep dokter

lanjutan
4)Penyerahan narkotika oleh dokter hanya dapat dilaksanakan dlm hal: -Menjalankan praktik terapi dan diberikan melalui suntikan -Menolong orang sakit dlm keadaan keadaan darurat melalui suntikan;atau -Menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada Apotek

lanjutan
5)Narkotika dalam bentuk suntikan dalam jumlah tertentu yang diserahkan dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 hanya dapat diperoleh dari Apotek

You might also like