You are on page 1of 21

PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS Disusun untuk memenuhi tugas PBL trigger 2 Matakuliah CHN (comunity health nursing )

Oleh : Anang Budi Noorasani Manda Mufarika Chika Juni Putu Ari Sadhu Dudela Desnani Mustika Wida M Akhiyan Hadi Ayu Lady Endriana Laksitoningrum Anugerah Eka Diena Fithriana Winda Agustina

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2011

Trigger 2
Seorang perawat memiliki satu daerah binaan. Secara rutin perawat tersebut melakukan survey pada daerah tersebut untuk mendapatkan data status kesehatan. Selanjutnya perawat menganalisis data yang telah terkumpul untuk mengetahui diagnosis komunitas. Berdasarkan diagnosis tersebut perawat menyusun rencana kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kesehatan masih menjadi tantangan para tenaga kesehatan, baik di tingkat regional maupun internasional. Peran perawat sendiri dalam mengatasi masalah kesehatan tersebut bermacam-macam. Perawat

komunitas mempunyai andil yang besar dalam mengatasi maaslah kesehatan khususnya yang berada di wilayah masyarakat luas atau komunitas tertentu. Salah satu bentuk peranan perawat komunitas adalah dengann membina suatu daerah guna mengatasi masalah kesehatan baik yang menjadi risiko maupun rentan di daerah tersebut.

B. Batasan Topik

1. Apa saja syarat desa binaan 2. Apa definisi dan klasifikasi data status kesehatan 3. Langkah-langkah survey 4. Langkah-langkah dalam menentukan diagnosa keperawatan komunitas 5. Cara prioritas

6. Cara menganalisa data 7. Bagaimana menyusun rencana kerja 8. Bagaimana mengukur keberhasilan rencana kerja 9. Bagaimana mengimplementasikan rencana kerja

1. Daerah binaan Daerah binaan adalah segala usaha dan kegiatan yang dilakukan disuatu daerah mengena pengembangan yang mencakup urutanurutan pengertian, diawali dengan mendirikan, menumbuhkan, memelihara pertumbuhan tersebut yang disertai usahausaha perbaikan, menyempurnakan, dan

mengembangkannya. Kegiatan nyang dilakukan perawat komunitas pada daerah binaan adalah upaya pengembangan kesehatan masyarakat melalui desa siaga yang merupakan program Depkes RI yang bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kemandirian dibidang kesehatan, yaitu meggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat. Sedangkan desa siaga adalah desa yang

memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan (bencana, kegawatdarurtan kesehatan) secara mandiri (effendi, 2009). Kriteria Masyarakat binaan Beberapa kriteria untuk menentukan keluarga binaan terutama keluargakeluarga yang termasuk resiko tinggi dalam bidang kesehatan antara lain : 1. Mudah dijangkau 2. Komunikasi dengan keluarga baik 3. Minat dan tanggapan keluarga postif terhadap pelayanan kesehatan dan keperawatan yang diberikan 4. Termasuk dalam kategori sosial ekonomi daerah

5. Ada wadah peran serta masyarakat misalnya posyandu, KPKIA, Dasa wisma 6. Daerah tersebut tidak terlalu rawan Bentuk-bentuk pelayanan A. Di Tingkat Individu - Dapat dilaksanakan di rumah (home nursing) dan di puskesmas dengan tidur atau dengan rawat jalan yang meliputi : Penderita yang memerlukan pelayanan tidak lanjut karena berbagai sebab tidak mungkin dilakukan asuhan keperawatan di rumah dan perlu penanganan puskesmas atau rumah sakit. Demikian pula sebaliknya penderita yang baru pulang dari rumah sakit atau puskesmas yang masih memerlukan pelayanan keperawatan lanjutan Penderita yang tergolong resiko tinggi, seperti DHF, Muntah berak dan bila tidak segera ditangani akan dapat mengancam kehiduoan penderita Seseorang memerlukan karena kebutuhan dan kesehatan perawatan dan yangb keperawatan berkelanjutan

pengawasan

misalnya ibu hamil, bayi, usia lanjut dan penerita-penderita penyakit kronis. B. Di tingkat keluarga Diarahkan kepada keluarga sebagia unit terkecil dari masyarakat, diutamakan keluarga-keluarga dengan resiko tinggi dalam bidang kesehatan yang benar-benar membutuhkan pelayanan kesehatan, diantaranya adalah : Keluarga-keluarga dengan social ekonomi rendah yang nenpunyai resiko untuk menderita gangguan gizi, menderita penyakit, anggota keluarga yang terlalu besar, mempunyai penyakit keturunan C. Di tingkat Kelompok Pelayanan terhadap kelompok khusus bertujuan untuk membantu kelompok khususu yang mempunyai masalah kesehatan tertentu, yyang penekanannya pada saat ini ditujukan terhadap: kelompok ibu dan anak, kelompok usai lanjut. D. Di tingkat Masyarakat

Perawatan kesehatan masyarakat di tingkat masyarakat dilakukan dalam lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas di dalam suatu wilayah kerja puskesmas. Pelayanan di tingkat masyarakat dibatasi oleh batas-batas wilayah atau masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu, misalnya kebudayaan, kepercayaan, pekerjaan, pendidikan dan

sebagainya. 2. Definisi dan klasifikasi data status kesehatan Pengertian data menurut Webster New World Dictionary, data adalah things known or assumed, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap. Diketahui artinya yang sudah terjadi merupakan fakta (bukti). Data dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan. Data bisa juga didefenisikan sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari pengamatan (observasi) suatu obyek, data dapat berupa angka dan dapat pula merupakan lambang atau sifat. Beberapa macam data antara lain ; data populasi dan data sampel, data observasi, data primer, dan data sekunder. Pada dasarnya kegunaan data (setelah diolah dan dianalisis) ialah sebagai dasar yang objektif di dalam proses pembuatan keputusan-keputusan/ kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam rangka untuk memecahkan persoalan oleh pengambil keputusan. Keputusan yang baik hanya bisa diperoleh dari pengambil keputusan yang objektif, dan didasarkan atas data yang baik. Data yang baik adalah data yang bisa dipercaya kebenarannya (reliable), tepat waktu dan mencakup ruang lingkup yang luas atau bisa memberikan gambaran tentang suatu masalah secara menyeluruh merupakan data relevan. Riset akan menghasilkan data. Ada tiga peringkat data yaitu data mentah, hasil pengumpulan, data hasil pengolahan berupa jumlah, rata rata, persentase, dan data hasil analisis berupa kesimpulan. Yang terakhir inii mempunyai peringkat tertinggi sebab langsung dapat dipergunakan untuk menyusun saran atau usul untuk dasar membuat keputusan. KLASIFIKASI DATA KESEHATAN Dalam melakukan pengkajian kesehatan keperawatan komunitas, terdapat 3 (tiga) dimensi, yaitu (Setyoadi, 2007):

a. Dimensi lokal Batasan komunitas: batas, karakteristik, dan peta wilayah Lokasi pelayanan kesehatan: tempat atau lokasi pelayanan kesehatan, jarak capai, dan cara mencapai pelayanan kesehatan tersebut Gambaran geografi: kesuburan, peta geografi, kemiringan dan ketinggian tanah Iklim di daerah tersebut meliputi curah hujan, prakiraan musim dan kelembaban udara Flora dan fauna yang terdapat di daerah termasuk jenis-jenisnya Lingkungan buatan mencakup lapangan, sarana olahraga, area rekreasi, dan lingkungan pemukiman b. Dimensi populasi Ukuran: jumlah penduduk, jumlah kepala keluarga, jumlah PUS Kepadatan: perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah,

perbandingan jumlah penduduk dengan luas pemukiman Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin dan status perkawinan Pertumbuhan penduduk meliputi angka kelahiran dan kematian Budaya: latar belakang budaya/ etnis dan sejarah budaya penduduk Kelas sosial penduduk: tingkat kesejahteraan, kemampuan baca tulis, tingkat pendidikan, dan pekerjaan Mobilitas penduduk: jenis kependudukan dan pemanfaatan waktu

c. Dimensi sistem sosial Sistem kesehatan: jenis dan jumlah pelayanan kesehatan, jenis penyakit 10 besar yang menjangkiti penduduk setempat, jumlah kader kesehatan, jenis pembiayaan kesehatan dan kondisi kesehatan penduduk Sistem pendidikan: jenis pendidikan formal dan informal dan program pemberantasan buta huruf Sistem keluarga: tipe keluarga dan pola hidup sehat keluarga Sistem kesejahteraan: program pengentasan kemiskinan dan kegiatan gotong royong Sistem ekonomi: pekerjaa, sumber daya alam dan industri rakyat Sistem politik: cara pemilihan pemimpin, cara penetapan peraturan, dan struktur pemerintahan

Sistem rekreasi: kebiasaan rekreasi penduduk dan sarana rekreasi Sistem komunikasi: hierarki komunikasi penduduk dan alat komunikasi Sistem keagamaan: kegiatan dan organisasi keagamaan Sistem legal: peraturan atau ketentuan sanksi

Klasifikasi data adalah proses pengelompokan data untuk memberikan informasi yang bermanfaat tentang gambaran yang ada di komunitas. Pengklasifikasian data dapat mengacu pada: a. Masalah lingkungan fisik (sanitasi dan pemukiman) b. Masalah psikososial (komunikasi, interaksi, dll.) c. Masalah fisiologis, kejadian penyakit (gangguan sistem tubuh dan kejadian penyakit) d. Masalah perilaku yang berhubungan dengan masalah kesehatan (pola kebutuhan nutrisi, cairan, istirahat tidur, dan aktivitas fisik, kebersihan diri, pola eliminasi, dll) (Setyoadi, 2007). Status kesehatan dalam populasi menurut WHO (2001): a. Data mortalitas Informasi dikumpulkan secara nasional. Regional, dan kadang-kadang level lokal, biasanya dari sertifikat kematian. Hal ini mengindikasikan kematian dari penyakit, kecelakaan, bunuh diri, dan pembunuhan, serta kematian secara general. b. Data morbiditas Informasi tentang data morbiditas mencakup kesakitan dan kecacatan, insidensinya dan prevalensi. Data-data tersebut didapatkan dari rekam medis rumah sakit, laporan penyakit infeksius dan kecacatam, laporan kesakitan, praktik mandiri, laporan kesehatan anak, sensus material dan survei lainnya c. Pengukuran perilaku Pengukuran perilaku ini sebagai indikator kesehatan. Merokok adalah contoh terbaik. d. Pengukuran kualitas hidup Hal ini berarti tentang kajian kesehatan fisik, kemampuan fungsional dan kesehatan psikologis. e. Penggunaan layanan informasi f. Ketidaksamaan kesehatan g. Pekerjaan dan pengangguran

h. Kemiskinan dan pendapatan i. j. Lingkungan Kohesi sosial

k. Faktor destabilisasi l. Sumber daya, formal, dan informal

Berikut ini akan dijelaskan mengenai klasifikasi data kesehatan: Data inti. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas. Uraikan mengenai lokasi, luas wilayah, iklim, tipe komunitas, keadaan demografi, struktur politik, distribusi kekuatan komunitas dan pola perubahan komunitas. Data Demografi Kaji jumlah komunitas berdasarkan : usia, jenis kelamin, status perkawinan, ras/suku, bahasa, tingkat pendapatan, pendidikan, pekerjaan, agama, dan komposisi keluarga. Vital statistik Jabaran atau uraian data tentang : angka kematian kasar atau CDR, penyebab kematian, angka pertambahan anggota, angka kelahiran. Status kesehatan komunitas Dapat dilihat dari : angka mortalitas, morbiditas, IMR, MMR, cakupan imunisasi, status kesehatan kelompok berdasarkan kelompok umur: Bayi, Balita, Usia Sekolah, Remaja, dan Lansia, kelompok khusus di masyarakat: Ibu Hamil, Pekerja Industri, Kelompok Penyakit Kronis, Penyakit Menular. Adapun pengkajian selanjutnya dijabarkan sebagaimana di bawah ini: Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas. Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, Respirasi Rate, dan suhu tubuh. Kejadian penyakit (dalam satu tahun terakhir) misalnya, ISPA, asma, TBC Paru, penyakit kulit, penyakit mata, penyakit reumatik, penyakit jantung, penyakit gangguan jiwa, kelumpuhan, dan penyakit menahun lainnya. Riwayat penyakit keluarga.

Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari misalnya, pola pemenuhan nutrisi, pola pemenuhan cairan elektrolit, pola istirahat tidur, pola eliminasi, pola aktivitas gerak, dan pola pemenuhan kebersihan diri. Status Psikososial misalnya komunikasi dengan sumber-sumber kesehatan, hubungan dengan orang lain, peran di masyarakat, kesedihan yang dirasakan, stabilitas emosi, penelantaran anak atau lansia dll. Status pertumbuhan dan perkembangan. Pola permanfaatan fasilitas kesehatan. Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan. Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum kopi yang berlebihan, mengkonsumsi alkohol, penggunaan obat tanpa resep, penyalahgunaan obat terlarang, pola konsumsi tinggi garam, lemak dan purin. Data Lingkungan Fisik Pemukiman misalnya luas bangunan, bentuk bangunan (rumah, petak, asrama, pavilyun), jenis bangunan (permanen, semi permanen, non permanen), atap rumah (genting, seng, welit, ijuk, kayu, asbes), dinding (tembok, kayu, bamboo, atau lainnya), lantai (semen, tegel, keramik, tanah, kayu atau lainnya). Selain itu juga faktor ventilasi (kurang atau lebih dari 15-20% dari luas lantai), pencahayaan, penerangan, kebersihan dll). Sanitasi misalnya penyediaan air bersih (MCK), penyediaan air minum, pengelolaan jamban (jenis, jumlah, dan jaraknya dengan sumber air bersih), sarana pembuangan air limbah (SPAL), pengelolaan sampah (sarana untuk tempat pembuangan sampah, pengelolaan sampah misalnya dibakar, ditimbun, atau yang lain), dan polusi udara, air, tanah, atau suara/kebisingan, serta sumber polusi (pabrik, rumah tangga, dan industri). Fasillitas. Batas-batas wilayah. Kondisi geografis.

Pelayanan kesehatan dan sosial pelayanan kesehatan misalnya lokasi sarana kesehatan, sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dan kader), jumlah kunjungan, dan sistem rujukan.

Fasilitas Sosial (pasar, toko, swalayan) misalnya lokasi, kepemilikan, dan kecukupan. Ekonomi misalnya jenis pekerjaan, jumlah penghasilan dan jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan. Keamanan dan Tranportasi. Untuk keamanan misalnya sistem keamanan lingkungan, penanggulangan bencana, dll. Sedangkan transportasi misalnya kondisi jalan, jenis transportasi yang dimiliki, dan sarana transportasi yang ada.

Politik dan Keamanan misalnya sistem pengorganisasian, struktur organisasi, kelompok organisasi dalam komunitas, dan peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan.

Sistem Komunikasi misalnya sarana untuk komunikasi, jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas, dan cara penyebaran informasi.

Pendidikan misalnya tingkat pendidikan komunitas dan fasilitas pendidikan yang tersedia (formal atau non formal) yang tercakup jenis pendidikan yang diadakan di komunitas, sumber daya manusia, tenaga yang tersedia, dan jenis bahasa yang digunakan.

Rekreasi misalnya kebiasaan rekreasi dan fasilitas tempat rekreasi. (Emay, 2010)

3. Langkah-langkah survey 4. Definisi survey kesehatan: adalah kegiatan mengumpulkan data kesehatan dengan lingkup tertentu yang diintregasikan satu sama lain dalam berbagai aspek untuk mendapatkan informasi kesehatan secara optimal. 5. Tujuan: -. Tersedianya informasi kesehatan berbasis survet dalam mendukung tujuan pemangunan kesehatan nasional

-. Untuk memantau pencapaian tujuan sistem kesehatan, penyasuaian kebijakan dan strategi -. Pengumpulan berbagai indikator kesehatan secara terpadu C. Langkah-langkah: Beberapa langkah yang perlu diperhatikan adalah: 1. Menentukan masalah dan tujuan survai secara jelas dan ringkas. Tujuan survai meskipun ringkas tetapi harus bisa dirinci dengan baik karena hal ini berkaitan dengan variabel atau pertanyaan dalam kuesioner dan analisis data yang akan dilakukan. 2. Menentukan besar dan metode pengambilan sampel. 3. Mengembangkan instrumen survai. Instrumen survai yang dibutuhkan relatif sederhana, bisa berupa kuesioner atau alat pengukur tertentu yang sederhana. Sebaiknya sebelum pelaksanaan suvai perlu dilakukuan uji coba dulu agar dapat diketahui kekurangan baik instrumen survai maupun pelaksana di lapangan. 4. Pengorganisasian dan pelaksanaan survai Bagian ini cukup penting, termasuk melihat apakah pengumpul data sudah paham tentang tata cara pemilihan responden di lapangan (lihat mengenai metode pengambilan sampel) serta menguasai pertanyaan pada kuesioner. 5. Analisis, interpretasi dan laporan. Data yang telah ada sebaiknya segera diolah dan dianalisis yang dilakukan dengan cara sederhana. Cukup dengan Epi Info dan survey saja karena program ini dibuat secara sederhana. Tidak dianjurkan untuk analisis yang rumit misalnya multivariate, karena hal ini akan mempersulit analisis, waktu menjadi lama dan diperlukan program komputer yang canggih. Maka laporan yang dibuat dari survai cepat ini cukup ditampilkan yang penting-penting saja.

6. Langkah-langkah dalam menentukan diagnosa keperawatan komunitas Diagnosis keperawatan merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau

kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, membatasi, mencegah, atau mengubahya (Carpenito, 2000 dalam Efendi et al., 2009). Gordon (1982) mendefiniskan bahwa diagnosis keperawatan adalah masalah kesehatan aktual dan potensial di mana berdasarkan pendidikan dan

pengalamannya, dia mampu dan mempunyai kewenangan untuk memberikan tindakan keperawatan. Kewenangan tersebut didasarkan pada standar praktik keperawatan dan etik keperawatan yang berlaku di Indonesia (Nursalam, 2001 dalam Efendi et al., 2009). Anderson dan McFarlane (1996) menggunakan teori Neuman dari komunitas dan mengembangkan diagnosis keperawatan berdasarkan sistem penggabungan penarikan kesimpulan. Pada sistem ini mereka menggunakan logika berpikir atau penarikan kesimpulan untuk menggambarkan masalah, menjelaskan faktor etiologi, serta identifikasi tanda dan gejala yang menjadi karakteristik masalah. Tanda dan gejala dari diagnosis keperawatan kesehatan komunitas adalah pernyataan kesimpulan yang menjelaskan durasi atau besarnya masalah. Contoh dari diagnosis keperawatan kesehatan komunitas adalah sebagai berikut (Efendi et al., 2009):
Tingginya angka mortalitas bayi berhubungan dengan a) ketidakmampuan sumber di departemen kesehatan setempat dalam memenuhi kebutuhan antepartum; b) pelayanan antepartum yang tidak dapat diakses; c) kurangnya tenaga kesehatan terlatih yang ditunjukkan dengan: - Angka mortalitas bayi sebesar 17,3 tiap 1000 kelahiran hidup - Data klinik yang menyatakan kurangnya tenaga - Tidak ada bus yang melewati depan klinik - Jam kerja mulai pukul 08.00 sampai 17.00, senin sampai jumat, yang tidak bisa diakses oleh komunitas bekerja - Tidak ada perawat atau bidan yang berlisensi di komunitas

Sedangkan Carl O. Helvie pada tahun 1998 berfokus pada konsep energi atau memasukkan teori energi di dalam diagnosis keperawatan kesehatan komunitas. Salah satu contoh dari diagnosis menurut Helvie ini sebagai berikut (Efendi et al., 2009):
Defisit energi komunitas berhubungan dengan ketidakmampuan dan ketidaksesuaian layanan kesehatan bagi masyarakat miskin yang ditunjukkan dengan: a) kurangnya fasilitas layanan kesehatan; b) kurangnya pengetahuan terhadap pencegahan, data yang mendukung 3000 masyarakat miskin tidak mendapatkan layanan kesehatan: 90% (2700 orang) dari populasi ini berobat ke unit gawat darurat untuk kasus yang bukan gawat darurat dan 90% populasi miskin tidak dapat mendiskusikan perilaku pencegahan yang bisa dilakukan.

Logan dan Dawkins (1986) menjelaskan formulasi diagnosa keperawatan komunitas, yakni:
Diagnosa resiko Di antara Berhubungan dengan Yang dimanifestasikan (Anonim, 2008) : .................. (masalah) : .................. (komunitas) : .................. (karakteristik komunitas dan lingkungan) : ................... (indikator kesehatan atau analisa data)

Formulasi dalam kalimat :


Resiko ..(masalah) diantara .(menggambarkan komunitas yg beresiko), berhubungan dengan .. (karakteristik komunitas dan lingkungan), yang dimenifestasikan dengan . (indikator kesehatan/hasil analisa data). (Anonim, 2008). Contoh: resiko terjadinya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi pada anak di desa Muktiharjo Kidul Semarang berhubungan dengan belum diterimanya program imunisasi secara baik oleh masyarakat yang dimanifestasikan dengan: - Cakupan imunisasi DPT II baru 20%, angka DO imunisasi 20%. - Lebih dari 50% anak belum terimunisasi lengkap. - Hanya ada 1 posyandu di desa yang jadwalnya selalu berubah-ubah. - Jumlah balita 500 orang - Kurangnya tenaga kader, hanya 2 orang yang aktif - 75% dari orang tua yang anaknya tidak diimunisasi mengatakan tidak tahu manfaat imunisasi dan tidak mau membawa anaknya ke posyandu - 20% orang tua yang mempunyai anak yang tidak diimunisasi mempunyai pengalaman jelek saat diimunisasi (panas) (Anonim, 2008)

7. Cara prioritas Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosa keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan mengandung komponen yaitu : 1) Problem (masalah) merupakan kesenjagan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya terjadi 2) Etiologi (penyebab) menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat memberikan arah terhadap intervensi

keperawatan yang meliputi : Perilaku individu keluarga, kelompok dan masyarakat Lingkungan fisik, biologis, sosial Interaksi perilaku dengan lingkungan

3) Sign/ symptom (tanda/gejala) Informasi yang perlu untuk merumuskan diagnose Serangkaian petunjuk timbulnya masalah

Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk menentukan tindakan yang lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan mempertimbangkan : 1) Masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat 2) Kebijaksanaan nasional dan wilayah setempat 3) Kemampuan, partisipasi dan peran serta masyarakatketerlibatan,

partisipasi dan peran serta masyarakat. Kriteria skala prioritas : Perhatian masyarakat, meliputi : pengetahuan, sikap, keterlibatan emosi masyarakat terhadap maslaha kesehatan yang dihadapi dan urgensinya untuk segera ditanggulangi. Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada suati kurun waktu tertentu Besarnya masalah adalah seberapa jauh maslaah tersebut dapat menimbulkan gangguan trhadap kesehatan masyarakat Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola

denganmempertimbangkan

berbagai alternative

dalam cara-cara

pengelolaan masalah yang menyangkut biaya, sumber daya, sarana yang tersedia dan kesulitan yang mungkin timbul (Effendi, 1998) Selain kriteria tersebut, prioritas masalah dapat menggunakan hirarki maslow antara lain : 1) Keadaan yang mengancam jiwa 2) Keadaan yang megancam kesehatan 3) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan Kriteria penetapan prioritas masalah dapat dikembangkan sesuia kondisi, namun pada umumnya menggunakan kriteria sebagai berikut : 1) Emergency (kegawatan masalah yang timbul) 2) Severity (akibat yang ditimbulkan) 3) Magnitude/ greatest member/prevalence (anggota masyarakat

terbanyak terkena) 4) Rate of increase (kecepatan peningkatan) 5) Expanding scope (luasnya perkembangan) 6) Public concern (perhatian masyarakat) 7) Degree of unmeet need (derajat kebutuhan)

8) Technological feasibility (kelayakan teknis) 9) Resources availability (ketersediaan sumberdaya) 10) Keterpaduan 11) Pertimbangan politik dan special mandat

8. Cara menganalisa data

Analisa data adalah suatu studi dan pemeriksaan data. Analisis diperlukan untuk menentukan kebutuhan kesehatatan komunitas dan kekuatan komunitas serta untuk mengidentifikasi pola respons kesehatan dan kecenderungan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Selama analisis, hal-hal yang dibutuhkan dalam pengumpulan data lebih lanjut mengungkapkan kesenjangan dan ketidaksesuaian pada data pengkajian komunitas. Titik akhir analisis adalah diagnosis keperawatan komunitas. Analisis komunitas Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data. Menganalisis data menggunakan tehnik pemecahan masalah dan model

keperawatan (Effendi, 2010). Fase- fase yang akan digunakan dalam membantu proses analisis adalah kategorisasi, ringkasan, pembandingan, dan penarikan kesimpulan (Anderson, 2006). a) Kategorisasi Untuk menganalisis data pengkajian komunitas, sangat membantu jika pertamatama mengkategorikan data. Data dapat dikategorikan dalam berbagai cara. Kategorisasi data pengkajian komunitas meliputi : Karateristik demografi (ukuran keluarga, usia, jenis kelamin, kelompok etnik, dan ras) Karateristik geografik (batas wilayah : jumlah dan ukuran lahan tempat tinggal, ruang public, dan jalan) Karateristik sosialekonomi(kategoripekerjaandan penghasilan, pendidikan yang dicapai, dan pola penyewaan atau kepemilikan rumah)

Sumber dan pelayanan kesehatan(rumah sakit, klinik, pusat pelayanan kesehatan mental, dan sebagainya)

b) Ringkasan Setelah menentukan metode kategorisasi, tugas berikutnya adalah membuat ringkasan data dalam setiap kategori. Dibutuhkan pernyataan ringkas maupun ukuran ringkasan seperti rates, diagram, dan grafik. c) Pembandingan Mengidentifikasi kesenjangan, kejanggalan, dan kehilangan data. Perlu

membandingkan data untuk menetapkan pola atau kecenderungan yang ada serta jika data dirasakan tidak benar dan diperlukan validasi ulang data asli. Data komunitas yang diperoleh perlu dibandingkan dengan data lain yan serupa. Misalnya, jika menghitun atau menemukan angn jika kematian bayi 17 per kelahiran hidup , bagaimana jika dibandingkan dengan keadaan dikota? daerah? Nasional? Apakah angka tersebut mewakili seluruh populasi bayi dikomunitas?. Sumber lain sebagai bahan pembanding dapat diperoleh dari berbagai dokumen terkait dengan sasaan baik untuk skala nasional maupun daerah. d) Penarikan kesimpulan Setelah mengkategorikan, meringkas, dan membandingkan data yang telah dikumpulkan, langkah terakhir adalah menarik simpulan logis dari bukti yang ada untuk mengarah perumusan diagnosis keperawatan komunitas. Simpulan ini merupakan sintesis dari apa yang diketahui tentang komunitas, yaitu apa makna data tersebut (Anderson, 2006)

9. Menyusun rencana kerja Perencanaan disebut juga sebagai community-focused plan (CFP) bertujuan untuk meningkatkan kesehatan komunitas. CFP didasarkan pada

diagnosa/masalah keperawatan komunitas berisi tentang tujuan khusus dan rencana tindakan untuk mencapai keluaran yang ditetapkan (desired outcome). Perencanaan juga merupakan proses yang sistematik dalam melakukan kerjasama (partnership) dengan komunitas. Langkah perencanaan: Langkah 1: Memvalidasi diagnosa keperawatan komunitas.

Validasi sangat penting untuk menetapkan diagnosa secara tepat. Perhatikan hak para pemimpin/tokoh di komunitas, organisasi, dan penduduk untuk dijaga kerahasiaannya. Perhatikan juga hak untuk tidak ikut serta dalam menyusun perencanaan (walaupun NCP sebaiknya disusun bersama masyarakat). Masyarakat punya hak untuk mengidentifikasi kebutuhan kesehatan mereka sendiri & negosiasi dengan perawat untuk membuat intervensi. Sebaliknya perawat memiliki tanggungjawab untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan selama proses intervensi. Dalam membentuk kerjasama dengan masyarakat perawat harus memperhatikan aspek sosial, ekonomi, ekologi, dan isu politik. Perlu juga diperhatikan kebutuhan kesehatan pada kelompok beresiko (ibu hamil, infan, anak, lansia). Perhatikan juga tentang aplikasi perubahan yang direncanakan (planned change). Langkah 2: Membuat prioritas. Goeppinger & Shuster III dalam Stanhope & Lancaster (1992) menyebutkan prioritas masalah didasarkan pada 6 hal, yaitu: kesadaran masyarakat akan masalah (community awareness of the problem), motivasi masyarakat untuk memecahkan masalah (community motivation to resolve or better manage the problem), kemampuan perawat untuk membantu memecahkan masalah (nurses ability to influence problem solution), adanya ahli/pakar yang relevan untuk memecahkan masalah (availability of expertise relevant to problem solution), beratnya konsekuensi yang muncul ketika masalah tidak dapat dipecahkan (severity of consequences if the problem is unsolved), dan kecepatan pencapaian resolusi masalah (speed with which resolution can be achieved). Pembobotan (criteria weights) = 1 10. Pembobotan (1 5): sangat rendah, rendah, cukup, tinggi, dan sangat tinggi. Berdasarkan 11 kriteria: Kesesuaian dengan peran CHN. Resiko terjadi. Resiko parah. Potensi untuk pendidikan kesehatan. Minat masyarakat. Kemungkinan diatasi.

Tersedianya sumber: tempat, waktu, dana, fasilitas kesehatan, dan sumberdaya manusia (petugas / masyarakat).

Langkah 3: Menyusun tujuan. Terdiri atas Goal & Objective (s). Goal is generally a broad statement of desired outcome (keluaran yang ditetapkan). Objective (s) are the precise statements of the desired outcome. Objective merupakan pernyataan perilaku dan dapat diukur (lebih rinci).

Langkah 4: Membuat rencana tindakan. Rencana tindakan didasarkan atas goal/objectives yang telah dibuat: apa yang akan dilakukan, kapan akan dilakukan, bagaimana akan dilakukan, siapa yang melakukan, dan berapa banyak akan dilakukan (menetapkan aktifitas untuk setiap tujuan berupa tindakan mandiri, promosi kesehatan, observasi, kolaborasi, memperhatikan : program, situasi, sumber daya, dan program yang lalu).

10. Mengukur keberhasilan rencana kerja Praktik keperawatan adalah siklus yang dinamis. Agar intervensi berfokus komunitas dapat diukur secara relevan dan tepat waktu, maka database komunitas, diagnose keperawtan, dan rencana keperawatan harus dievaluasi secara rutin. Efektivitas intervensi keperawatan komunitas bergantung pada pengkajian

pengkajian yang berkesinambungan terhadap kesehatan komunitas dan juga bergantung pada perbaikan yang tepat terhadap intervensi. Perawat mengevaluasi respons dari komunitas terhadap program kesehatan dalam upaya mengukur kemajuan terhadap tujuan dan objektif program. Prinsip evaluasi Memperkuat program Menggunakan pendekatan multipel Merancang evaluasi untuk memenuhi isu nyata Menciptakan proses partisipasi Memungkinkan fleksibelitas Membangun kapasitas

Proses evaluasi

Pada proses evaluasi berfokus pada promosi kesehatan dan program promosi kesehatan dan program promosi kesehata yang dirancang untuk mempengaruhi populasi target melalui aktivitas terencana (proses) yang mungkin menimbulkan efek yang cepat (dampak) dan efek yang lebih lama. Evaluasi proses atau somatif menjawab apakah perawat menjalankan program, menyediakan tempat pertemuan, menyertakan bahan pengajaran, dan sebagainya. Evaluasi dampak (sumatif) berhubungan dengan dampak segera program terhadap kelompok target. Dalam evaluasi hasil jangka panjang, perawat akan menemukan bahwa perubahan tersebut memiliki pengaruh nyata dan lama.

11. Mengimplementasikan rencana kerja Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (Iyer et al., 1996 dalam Efendi et al., 2009). Tahap implementasi dimulai setelah rencana tindakan yang disusun dan ditujukan pada rencana strategi untuk membantu komunitas mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan komunitas (Efendi et al., 2009). Tujuan dari implementasi adalah membantu komunitas dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping. Perencanaan tindakan keperawatan yang akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika komunitas mempunnyai keinginan untuk berpartisipasi dalam implementasi tindakan keperawatan. Selama tahap pelaksanaan, perawat terus melakukan

pengumpulan data dan memilih tindakan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan komunitas (Efendi et al., 2009). Hal-hal yang perlu dikerjakan pada tahap implementasi adalah a. Merencanakan: apa yang dikerjakan, kapan, bagaimana caranya, siapa yang mengerjakan, sumber daya b. Memperhatikan: program dan organisasi yang ada, sumberdaya internal dan eksternal, program yang lalu c. Menetapkan: aktivitas untuk tiap tujuan dan menetapkan jawaban pertanyaan di atas

d. Pengembangan rencana keperawatan bisa menggunakan: pendekatan model Neuman berdasarkan tingkat pencegahan masalah primer, sekunder, dan tersier; rencana keperawatan NANDA (Setyoadi, 2007). Prinsip umum dalam implementasi pada keperawatan komunitas (Anonim, 2008): a. Inovatif b. Intergrated: mampu bekerja sama dengan sesama profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan azas kemitraan c. Rasional d. Mampu dan mandiri e. Ugem : harus yakin dan percaya atas kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis f. Berdasarkan respons masyarakat g. Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia pada masyarakat h. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan diri sendiri serta lingkungannya i. j. Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit Mempertimbangkan kebutuhan kesehatan dan perawatan masyarakat secara esensial

DAFTAR PUSTAKA

You might also like