Professional Documents
Culture Documents
[ Description ]
Banyak rumah sakit menggunakan sistem informasi untuk mengefisiensi dan mengefektifkan manajemen dan
pelayanannya. Pengembangan sistem informasi tersebut, biasanya dilakukan dengan manajemen proyek, tidak tekecuali
pembangunan Sistem Informasi Rumah Sakit Terpadu (SIRST) yang terdiri-dari: modul manajemen rumah sakit
(layanan konsumen, pengadaaan dan kasir), modul rawat jalan, modul rawat inap, dan modul apotek. Akan tetapi
berdasarkan survey Chaos report 1995, hanya 16,2 % proyek pengembangan aplikasi yang dinyatakan sukses. Proyek
pembangunan SIRST ini, menggunakan kerangka kerja proyek stepwise yang meliputi 5 tahapan pengelolaan proyek.
(1) Inisialisasi untuk mengadakan dokumen project charter. (2) Perencanaan untuk membangun pedoman eksekusi
proyek (project plan). (3) Eksekusi terhadap semua aktifitas proyek yang direncanakan. (4) Pengawasan dan
pengendalian untuk memastikan eksekusi berjalan sesuai dengan sasaran proyek. (5) Penutupan yang mengakhiri
proyek dengan menyampaikan semua deliverable proyek kepada klien. Tugas akhir ini, menghasilkan rencana proyek
berdurasi 63 hari dan berbiaya Rp. 43.705.600. Di pertengahan tahap analisa kebutuhan terjadi perubahan baseline
schedule sehingga durasi proyek menjadi 58 hari dan biayanya Rp. 43.405.600. Namun pada penutupan, proyek
mengalami keterlambatan selama 30 hari dan biayanya menjadi Rp.64.689.350. Menurut Standish group, pelaksanaan
proyek SIRST tersebut termasuk kategori challenged, artinya proyek berhasil selesai secara operasional, namun dengan
kelebihan waktu dan biaya.
Alt. Description
A lot of hospital use information system for the efficiency and streamline the management and its service. Information
system development is usually conducted using project management, including Integrated Hospital Information System
(IHIS) which consists of: hospital management module (cashier, customer service, procurement), IPD module, OPD
module, and pharmacy module. However, according to Chaos report survey, there is only 16, 2% project development
of information system that successful. This IHIS project development using stepwise framework that covering 5 steps
of project management.(1) Initialitation to perform project charter document. (2) Planning to develop the guidance for
execute the project (project plan) .(3)Execution to all planned project activity. (4) Monitoring and controlling to ensure
that execution process perform acivity to fulfill the project target. (5) Closing phase that terminating project by
submitting all project deliverable to the client. This final assesment, produces project plan with duration of 63 days and
costs Rp. 43.705.600. In the middle of requirement analysis phase there was a change of baseline schedule, so that
duration became 58 day and the expense became Rp 43.405.600. However, at closing phase, project experience excess
about 30 day, and its expense become Rp. 64.689.350. According to Standish group, the IHIS project execution is
categorized as ‘challenged’, which means that the project succeeded in finishing operationally, but with the over cost
and overtime condition.
Coverage :
ITS Community Only
Rights :
Copyright @2007 by ITS Library. This publication is protected by copyright and permission should be obtained from
the ITS Library prior to any prohibited reproduction, storage in a retrievel system, or transmission in any form or by
any means, electronic, mechanical, photocopying, recording, or likewise. For information regarding permission(s),
write to ITS Library
1. ITS-Undergraduate-2935-5203100005-judul.pdf - 111 KB
2. ITS-Undergraduate-2935-5203100005-bab1.pdf - 48 KB
3. ITS-Undergraduate-2935-5203100005-bab2.pdf - 404 KB
4. ITS-Undergraduate-2935-5203100005-bab3.pdf - 76 KB
5. ITS-Undergraduate-2935-5203100005-bab4.pdf - 324 KB
6. ITS-Undergraduate-2935-5203100005-bab5.pdf - 474 KB
7. ITS-Undergraduate-2935-5203100005-kesimpulan.pdf - 49 KB
8. ITS-Undergraduate-2935-5203100005-lampiran.pdf - 45 KB
10 Similar Document...
10 Related Document...
Proyek akhir ini merupakan studi kasus di PT X yang bergerak dibidang food ingredient
dengan produk inti seasoning yang diproduksi sendiri dan produk pelengkap flavour
ingredient dan functional ingredient. Customer utama PT X meliputi industri instant
noodle, industri snack dan industri processed meat. Masalah yang dihadapi PT X adalah
kurang terintegrasinya fokus antar departemen serta strategi yang tidak dikaitkan dengan
penilaian karyawan, sehingga pelaksanaan eksekusi dilapangan menjadi tidak optimal.
Manajemen pengukuran kinerja yang dipakai saat ini masih berfokus pada laporan
finansial dan budget, sehingga lebih menekankan pada pengendalian bukan sebagai alat
strategis. Proyek ini memfokuskan pada rancangan sistem pengukuran kinerja perusahaan
yang terintegrasi dengan fokus sasaran strategis perusahaan serta penilaian kinerja
karyawan ditingkat departemen head. Diharapkan dengan adanya integrasi antara sasaran
strategis perusahaan, rancangan kinerja perusahaan yang dilengkapi dengan penilaian
kinerja departemen head akan mendorong semua sumber daya perusahaan mencapai
sasaran perusahaan. Metodologi pemecahan masalah dibagi menjadi tahap 5 tahap, yaitu
tahap pemilihan masalah, tahap pemilihan framework, tahap pembuatan peta strategi,
tahap penentuan variabel pengukuran kinerja serta tahap penentuan Key Result Area
Departemen. Masalah yang dipilih adalah perbaikan sistem penilaian kinerja perusahaan
dengan menggunakan framework dasar Balanced Scorecard dilengkapi dengan Malcolm
Baldrige National Quality Award. Peta strategi diturunkan dari visi, misi dan sasaran
perusahaan yaitu untuk mencapai pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan. Peta
Strategi yang merupakan definisi dari fokus strategi perusahaan dibagi menjadi empat
perspektif, yaitu Perspektif Financial, Perspektif Customer, Perspektif Internal Business
Process dan Perspektif Learning & Leadership, masing-masing perspektif terdiri dari tiga
sampai empat fokus strategi. Perspektif Financial terdiri dari tiga fokus strategi, yaitu
meningkatkan kepuasan shareholder, meningkatkan direct profit contribution dan
meningkatkan penggunaan asset.Perspektif Customer terdiri dari tiga fokus strategi, yaitu
meningkatkan kepuasan customer, meningkatkan marketshare di customer inti dan
meningkatkan base customer. Perspektif Internal Business Process terdiri dari empat
fokus strategi, yaitu meningkatkan pengembangan produk baru, memperbaiki proses
supply chain management, meningkatkan produktifitas serta meningkatkan sistem mutu.
Perspektif Learning ^Leadership terdiri dari tiga fokus strategi, yaitu meningkatkan
kualitas leadership dan kompetensi karyawan, pengembangan organisasi dan retensi
karyawan serta meningkatkan sistem informasi dan teknologi. Penentuan variabel
pengukuran kinerja dan tingkat kepentingan dari keempat perspektif ditingkat perusahaan
dilakukan melalui validasi dengan survey kepada 10 orang manajer PT X. Hasil dari
proyek akhir merupakan Peta Srategi PT X dan Key Result Area untuk masing-masing
departemen yang dapat diaplikasikan di perusahaan. Peta strategi dilengkapi dengan
variabel pengukuran strategis perusahaan yang terdiri dari sebelas indikator hasil kinerja
dan delapan belas indikator pengendali kinerja. Key Result Area Department Head
dilengkapi dengan bobot untuk masing-masing Key Performance Indicator serta variabel
pengukuran untuk masing-masing Key Perforamnce Indicator. Untuk lebih dapat
diaplikasikan dan berguna sesuai dengan kebutuhan perusahaan disarankan untuk
mengembangkan Sistem Manajemen Informasi Perusahaan, agar pengukuran kinerja
dapat tepat waktu, obyektif dan fair.
PENGELOLAAN PROYEK SISTEM INFORMASI
PREREQUISITES :
MANAJEMEN KEUANGAN
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI
OBJECTIVES :
Memberikan pengertian konsep dasar dalam menyusun proyek sistem
informasi, spesifikasi proyek, tahapan aktivitas proyek, pembuatan proposa
proyek hingga pada penerapan dan pemeliharaan sistem informasi.
MATERIALS :
BIBLIOGRAPHIES :
PREREQUISITES :
KONSEP SISTEM INFORMASI
OBJECTIVES :
Mengajarkan konsep-konsep dasar pengembangan sistem, prinsip, pendekatan, kebutuhan, daur
hidup sistem dan metodologinya, serta tahapan dan penerapan pengembangan sistem secara
terstruktur melalui berbagai perangkat alat analisis sistem.
MATERIALS :
BIBLIOGRAPHIES :
Abstrak:
Lingkungan bisnis di sekitar organisasi selalu berubah. Hal ini adalah sifat alami dari
lingkungan bisnis. Organisasi harus selalu menyesuaikan strateginya untuk beradaptasi
dengan lingkungan bisnis tersebut untuk mempertahankan keunggulan kompetitif, atau
bahkan untuk mempertahankan hidupnya. Sistem informasi saat ini digunakan sebagai
driver atau enabler bagi strategi bisnis organisasi. Hal ini menyebabkan bila strategi
bisnis diubah, maka sistem informasi juga perlu diubah untuk mendukung strategi bisnis
tersebut. Fenomena ini menunjukkan perlunya sistem informasi memiliki sifat adaptif.
Untuk membangun sistem informasi yang adaptif tidak cukup hanya dengan
menggunakan teknologi modular atau fleksibel, atau perancangan portofolio aplikasi
yang tepat. Terdapat beberapa aspek dalam organisasi yang dapat mempengaruhi
kemampuan sistem informasi beradaptasi terhadap tuntutan dari strategi bisnis.
Penelitian ini memiliki dua tujuan. Tujuan pertama adalah untuk menemukan faktor-
faktor yang perlu diperhatikan yang mempengaruhi kemampuan sistem informasi
beradaptasi terhadap tuntutan perubahan dari strategi bisnis. Tujuan kedua adalah
membuat usulan daur hidup sistem informasi untuk menjawab faktor-faktor yang
ditemukan pada tujuan pertama.
Tujuan pertama akan dijawab melalui proses analisis yang menggunakan metodologi
penelitian kualitatif dengan filosofi post-positivism, dan interpretif. Tujuan kedua akan
dijawab melalui proses sintesis dengan menggunakan metodologi design science
research.
Studi ini menemukan bahwa faktor kunci yang menyebabkan ketidakmampuan sistem
informasi beradaptasi adalah kesalahan dalam pembentukan strategi bisnis. Faktor-faktor
lainnya adalah kurangnya jumlah staf yang terlibat dalam proyek-proyek pengembangan,
dokumen pengembangan yang tidak lengkap, manajemen proyek pengembangan yang
tidak memadai, interupsi eksternal dan internal pada proyek yang sedang berjalan, dan
masalah dalam penanganan bug.
Untuk menjawab masalah tersebut diusulkan sebuah solusi yang memperhatikan daur
hidup sistem informasi. Dengan menggunakan prinsip-prinsip manajemen proses yang
diusulkan oleh Roger T. Burlton, dan data-data empiris yang dikumpulkan selama fase
analisis, lima prinsip diusulkan untuk mendukung kemampuan adaptasi sistem informasi.
Lima prinsip tersebut adalah:
1. Baik proses pembentukan strategi bisnis, maupun proses perencanaan, dan proses
pengembangan sistem informasi harus dibagi ke dalam beberapa level tertentu.
2. Setiap level akan dilakukan pada iterasi terpisah, dan iterasi sebelumnya adalah proses
analisis atau pengembangan dari level yang lebih tinggi (proses dekomposisi).
4. Setiap iterasi dilakukan dalam waktu yang singkat (time-boxed) dan dilakukan evaluasi
di akhir setiap iterasi (periodic evaluation).
5. Setiap pengetahuan yang didapatkan dalam iterasi harus disimpan agar dapat
dimanfaatkan pada iterasi berikutnya (knowledge management).
Sebagai bagian dari hasil studi, daur hidup sistem informasi (DHSI) yang terdiri dari
sebelas fase, dan satu aktifitas khusus, dibentuk dengan menggunakan lima prinsip di
atas. DHSI dimulai dengan mengumpulkan informasi mengenai lingkungan bisnis dan
sistem informasi internal. Setelah pemahaman mengenai lingkungan bisnis internal
didapatkan pada fase pertama dan kedua, fase ketiga berusaha memahami lingkungan
bisnis eksternal, dan posisi organisasi terhadap lingkungan bisnis tersebut. Fase keempat
dan kelima dilaksanakan untuk mendapatkan pengetahuan mengenai peluang-peluang
bisnis melalui analisis pada sasaran-sasaran bisnis, dan aliran informasi dan aset
organisasi. Fase keempat dan kelima menghasilkan usulan informasi dan aplikasi-aplikasi
yang dapat diimplementasikan untuk mendapatkan peluang-peluang tersebut. Fase
keenam dan ketujuh bertujuan untuk membentuk strategi bisnis dan strategi sistem
informasi melalui proses identifikasi business scenario, dan pembentukan business
architecture. Pada akhir fase ketujuh beberapa architecture building block (data, dan
aplikasi) akan teridentifikasi dan terklasifikasi. Fase kedelapan memulai proses
pengembangan setiap architecture building block dengan menentukan peta migrasi.
Setiap building block akan dikembangkan pada fase kesembilan sesuai urutan yang telah
ditetapkan dalam peta migrasi. Setiap saat fase kesembilan selesai dilakukan, peta
migrasi akan direvisi untuk mengakomodasi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi
selama proses eksekusi fase kesembilan. Setelah beberapa building block diselesaikan
yang memungkinkan adanya implementasi, maka fase kesepuluh dilaksanakan. Fase
kesebelas adalah proses perawatan sistem informasi yang telah diimplementasi pada fase
kesepuluh. Satu aktifitas khusus yang dilaksanakan di setiap fase adalah knowledge
management. Knowledge management memiliki tujuan untuk mengumpulkan explicit
knowledge, mengubah tacit knowledge menjadi explicit knowledge, dan menyimpannya
ke dalam knowledge base. Seluruh tugas tersebut dilakukan oleh knowledge expert.