You are on page 1of 17

A.

JUDUL Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat di Sebagian DAS Code (Kasus di Kelurahan Prawirodirjan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta)

B. LATAR BELAKANG MASALAH Pertambahan jumlah sampah yang tidak diimbangi dengan pengelolaan yang ramah lingkungan akan menyebabkan terjadinya perusakan dan pencemaran lingkungan. Kemampuan Pemerintah untuk mengelola sampah hanya mencapai 40,09% di perkotaan dan 1.02% di perdesaan sehingga diperlukan kebijakan yang tepat agar sampah yang berada di perkotaan khususnya, tidak menjad bom waktu di masa mendatang. Saat ini hampir seluruh pengelolaan sampah berakhir di TPA sehingga menyebabkan beban TPA menjadi sangat berat, selain diperlukan lahan yang cukup luas, juga diperlukan fasilitas perlindungan lingkungan yang sangat mahal. Semakin banyaknya jumlah sampah yang dibuang ke TPA salah satunya disebabkan belum dilakukannya upaya pengurangan volume sampah secara sungguh-sunguh sejak dari sumber (Kustiah, 2005). Kelurahan Prawirodirjan merupakan salah satu keluarahan yang berada di Kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta sebagaimana kota besar lain di Indonesia, jumlah penduduknya juga semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data BPS, diketahui bahwa jumlah penduduk Kota Yogyakarta pada tahun 2001 sebanyak 505.949 jiwa dan meningkat menjadi 534.074 jiwa pada tahun 2007. Rata-rata pertumbuhan penduduknya sebesar 0,91 % pertahun (BPS Kota Yogyakarta, 2007). Meningkatnya jumlah penduduk akan menyebabkan

meningkatnya jumlah sampah yang dihasilkan. Pertumbuhan volume sampah di Kota Yogyakarta berdasarkan data tercatat 531 m3 per hari pada tahun 2001, kemudian meningkat menjadi 1.571 m3 per hari pada tahun 2007 dengan kata lain jumlah sampah di Kota Yogyakarta meningkat rata-rata 11,53% per tahun (DLH Kota Yogyakarta, 2008). Di Kota Yogyakarta, ternyata rata-rata pertumbuhan jumlah sampah jauh melebihi pertumbuhan jumlah penduduk. Hal ini menjadi alasan kuat bahwa masalah sampah merupakan masalah utama yang harus dipecahkan baik dalam jangka pendek, menengah maupun panjang. Masalah infrastruktur juga menjadi kendala dalam pengelolaan sampah Kota Yogyakarta.

Sebagai contoh, Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Piyungan sebagai tempat pembuangan sampah Kota Yogyakarta, akan segera berakhir masa pakainya pada tahun 2010. Sementara itu, sampai saat ini belum ditemukan lokasi TPA pengganti yang memenuhi syarat (Satker Pengembangan Pengelolaan Persampahan, 2005). Secara teoritik, untuk mengatasi persoalan sampah mengharuskan dilakukannya pergeseran pendekatan dari pendekatan ujung-pipa (end-pipe of solution) ke pendekatan sumber. Dengan pendekatan sumber, maka sampah ditangani pada hulu sebelum sampah itu sampai ke tempat pengolahan akhir (hilir). Pada prinsipnya, pendekatan sumber menghendaki dikuranginya produk sampah yang akan dikirim ke tempat pengolahan akhir. Cara yang dapat ditempuh untuk mengurangi sampah antara lain pemilahan sampah dan penerapan prinsip 3R(Reduce, Reuse, Recycle) atau pengurangan, penggunaan kembali dan mendaur ulang sampah (Syafruddin, 2004). Permukiman di perkotaan merupakan produsen sampah terbesar, kira-kira 60-70 % dari total timbulan sampah (Kustiah, 2005). Demikian juga halnya di Kota Yogyakarta, sumber sampah yang dominan berasal dari sampah rumah tangga (permukiman), yaitu mencapai 62% dari total jumlah sampah yang dihasilkan (DLH Kota Yogyakarta, 2005). Kelurahan Prawirodirjan merupakan salah satu kelurahan yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi. Pada tahun 2008 penduduk di kelurahan tersebut sejumlah 10.571 jiwa. Tingginya jumlah penduduk berbanding lurus dengan jumlah sampah yang dihasilkan. Pada tahun 2004, kelurahan ini dijadikan sebagai salah satu pilot project pengelolaan sampah mandiri kota Yogyakarta yang merupakan bantuan dari Pertamina Korporat (BID Kota Yogyakarta, 2009). Sebagai daerah percontohan pengelolaan sampah secara mandiri maka kelurahan ini dapat dijadikan sebagai contoh bagi daerah lain untuk ikut mengelola sampah secara mandiri. Selain itu perlu dilakukan evaluasi program tersebut agar dapat diketahui bagaimana mendapatkan hasil yang maksimal. Dengan hasil itu, maka daerah lain dapat mencontoh program tersebut dengan harapan yang lebih baik.

C. PERUMUSAN MASALAH Kelurahan Prawirodirjan yang berada di Kecamatan Gondomanan merupakan daerah yang padat penduduk dengan jumlah rumah tangga 2.840 dan jumlah penduduk 10.571 jiwa pada tahun 2008. Pertambahan penduduk akan berpengaruh terhadap pertambahan jumlah sampah yang dihasilkan, baik dalam rumah tangga maupun dalam masyarakat. Pertambahan jumlah sampah jika tidak diimbangi dengan pengelolaan sampah yang baik maka akan menimbulkan permasalahan dalam aspek kesehatan, budaya, dan lingkungan. Kelurahan Prawirodirjan telah ditetapkan oleh Walikota Yogyakarta sebagai daerah percontohan dalam pengelolaan sampah sejak tahun 2004 lalu sehingga perlu diketahui bagaimana pengelolaan sampah yang sudah berjalan di daerah tersebut. Dengan demikian, timbul pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang ada di Kelurahan Prawirodirjan ? 2. Apa problematika yang dihadapi pada pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang ada di Kelurahan Prawirodirjan? 3. Apa rekomendasi yang diberikan untuk menyempurnakan pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang ada di Kelurahan Prawirodirjan?

D. TUJUAN Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan penelitian (research question) yang muncul dengan latar belakang seperti yang diuraikan di atas. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh gambaran pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang ada di Kelurahan Prawirodirjan. 2. Menginventarisir problematika pada pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang ada di Kelurahan Prawirodirjan. 3. Memberikan rekomendasi untuk menyempurnakan pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang ada di Kelurahan Prawirodirjan.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN 1. Informasi mengenai pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang dilakukan di Kelurahan Prawirodirjan beserta problematikanya. 2. Evaluasi program pengelolaan sampah yang telah berjalan di Kelurahan Prawirodirjan sebagai salah satu daerah percontohan pengelolaan sampah di Kota Yogyakarta. 3. Rekomendasi tentang sistem pengelolaan sampah yang efektif berbasis masyarakat untuk Kelurahan Prawirodirjan dan daerah lain di Kota Yogyakarta.

F. KEGUNAAN 1. Sebagai bahan referensi untuk penyempurnaan sistem pengelolaan sampah di Kelurahan Prawirodirjan. 2. Sebagai sumbang saran dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan di Kelurahan Prawirodirjan, khususnya dalam hal kebersihan dan kesehatan lingkungan. 3. Sebagai bahan kajian penelitian dalam bidang pengelolaan sampah yang mengikutsertakan peran aktif masyarakat.

G. TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Kota dan Masalah Lingkungan Menurut Azwar (1993) kota adalah suatu wilayah geografis tempat bermukim sejumlah penduduk dengan tingkat kepadatan penduduk yang relatif tinggi, kegiatan utamanya di sektor non agraris serta mempunyai kelengkapan prasarana dan sarana yang relatif lebik baik dibandingkan dengan kawasan sekitarnya. Kota dengan daya tarik yang dimilikinya, agar mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya harus memiliki penghuni yang aktif, kreatif,

bertanggungjawab, juga memiliki sumber modal (Bintarto, 1997). Perkembangan kota yang cepat membawa dampak pada masalah lingkungan. Perilaku manusia terhadap lingkungan akan menentukan wajah kota, sebaliknya lingkungan juga akan mempengaruhi perilaku manusia. Lingkungan yang bersih akan meningkatkan kualitas hidup (Alkadri et al, 1999). Perkembangan

kota akan diikuti pertambahan jumlah penduduk, yang juga akan diikuti oleh masalahmasalah sosial dan lingkungan. Salah satu masalah lingkungan yang muncul adalah masalah persampahan. Permasalahan lingkungan yang terjadi akan menyebabkan penurunan kualitas lingkungan (Alkadri et al, 1999). Sampah akan menjadi beban bumi, artinya ada resiko-resiko yang akan ditimbulkannya (Hadi, 2000). Ketidakpedulian terhadap permasalahan pengelolaan sampah berakibat terjadinya degradasi kualitas lingkungan yang tidak memberikan kenyamanan untuk hidup, sehingga akan menurunkan kualitas kesehatan masyarakat. Degradasi tersebut lebih terpicu oleh pola perilaku masyarakat yang tidak ramah lingkungan, seperti membuang sampah di badan air (Alkadri et al., 1999) sehingga sampah akan menumpuk di saluran air yang ada dan menimbulkan berbagai masalah turunan lainnya. Kondisi ini sering terjadi di wilayah-wilayah padat penduduk di perkotaan. Kota akan terus tumbuh dan berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Pertumbuhan dan perkembangan ini akan diiringi oleh pertambahan jumlah penduduk yang cepat. Pertambahan jumlah penduduk merupakan faktor utama terjadinya permasalahan sampah karena manusia merupakan penghasil utama sampah. Pertambahan jumlah penduduk yang tidak imbangi dengan pengelolan sampah yang baik akan menyebabkan bertambahnya tumpukan sampah di berbagai tempat. Adanya kecenderungan jumlah penduduk yang semakin meningkat serta diikuti kegiatan kota yang makin berkembang akan menimbulkan dampak adanya buangan/ limbah yang meningkat dan bervariasi. Buangan tersebut bisa berupa sampah padat dan limbah cair yang merupakan hasil kegiatan pemukiman, perindustrian, perkantoran, perdagangan dan pasar, pertokoan serta kawasan umum lainnya (Suprihatin, 1996).

Sistem Pengelolaan Sampah Sistem pengelolaan sampah adalah proses pengelolaan sampah yang meliputi 5 (lima) aspek/komponen yang saling mendukung dimana antara satu dengan yang lainnya saling berinteraksi untuk mencapai tujuan (Dept. Pekerjaan Umum, 2002). Kelima aspek tersebut meliputi: aspek teknis operasional , aspek organisasi dan manajemen, aspek hukum dan peraturan, aspek bembiayaan, aspek peran serta masyarakat

Skema Manajemen Pengelolaan Sampah (Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, (SNI 19-2454-2002)

Peran Serta Masyarakat dalam Pembangunan Pranarka dan Moeljarto (dalam Syafrudin, 2004) menyatakan bahwa pemberdayaan pada dasarnya terbentuk oleh ide untuk menempatkan manusia lebih sebagai subyek dari dunianya sendiri. Pada proses pemberdayaan, salah satu penekanannya adalah pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat, agar individu di dalam masyarakat menjadi lebih berdaya. Dengan kata lain, proses pemberdayaan masyarakat sering disebut dengan istilah peran serta masyarakat atau populer dengan istilah Pembangunan Bertumpu Kepada Masyarakat (Community Based Development). Istilah peran serta sering juga disebut dengan partisipasi. Partisipasi tersebut secara umum mempunyai pengertian sebagai suatu usaha berkelanjutan, yang memungkinkan masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan, baik secara aktif maupun pasif (Hanabe dalam Syafrudin, 2004). Ada banyak alasan yang dapat diberikan untuk menyertakan masyarakat dalam kebijakan. Salah satunya adalah realita bahwa permasalahan yang ada di dalam masyarakat saat ini berkembang secara cepat, dinamis, dan semakin bervariasi serta rumit, sehingga tanpa keterlibatan masyarakat maupun pihakpihak di luar pemerintah, maka akan

menyulitkan pemerintah sendiri bila bersikeras untuk mengatasi berbagai persoalan yang ada di dalam masyarakat seorang diri. Paradigma penyelenggaraan pemerintahan yang benar menurut Keraf (dalam Suwarto, 2006) adalah pemerintah memerintah berdasarkan aspirasi dan kehendak masyarakat demi menjamin kepentingan bersama seluruh rakyat. Sedangkan Purba (dalam Suwarto, 2006) menyatakan untuk menciptakan clean environmental management dan good environmental governance, menuntut peryaratan adanya keterbukaan, kesetaraan, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat serta akuntabilitas. Lahirnya pemikiran pembangunan partisipasi dilatarbelakangi oleh program, proyek dan kegiatan pembangunan masyarakat yang datang dari atas atau dari luar komunitas. Kenyataan konsep pembangunan ini sering gagal dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal. Karena itu dilakukan reorientasi terhadap strategi pembangunan masyarakat yang lebih mengedepankan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Untuk itu diperlukan seperangkat teknik-teknik yang dapat menciptakan kondisi adanya pemberdayaan masyarakat melalui proses pembangunan masyarakat secara partisipatif (Hikmat dalam Suwarto, 2006) Tjokroamijoyo (dalam Suwarto, 2006) menguraikan kaitan partisipasi dengan pembangunan adalah sebagai berikut : a. Keterlibatan aktif atau partisipasi masyarakat tersebut dapat berarti keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Hal ini terutama berlangsung dalam proses politik tetapi juga dalam proses sosial hubungan antar kelompok-kelompok kepentingan dalam masyarakat. b. Keterlibatan dalam memikul beban dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan pembangunan. Hal ini dapat berupa sumbangan dalam memobilasi sumber-sumber pembiayaan dalam pembangunan, kegiatan produktif yang serasi, pengawasan sosial atas jalannya pembangunan, dll. c. Keterlibatan dalam memetik hasil dan manfaat pembanguna secara berkeadilan. Bagian - bagian daerah ataupun golongan-golongan masyarakat tertentu dapat ditinggalkan keterlibatannya dalam bentuk kegiatan produktif mereka melalui perluasan kesempatan-kesempatan dan pembinaan tertentu.

Menurut Suparjan dan Suyatno (dalam Suwarto, 2006) masyarakat hendaknya perlu dilibatkan dalam tiap proses pembangunan, yang meliputi: a. Identifikasi permasalahan, dimana masyarakat bersama perencana ataupun pemegang otoritas kebijakan tersebut mengidentifikasikan persoalan dalam diskusi kelompok, identifikasi peluang, potensi dan hambatan b. Proses perencanaan, dimana masyarakat dilibatkan dalam penyusunan rencana dan strategi dengan berdasar pada hasil identifikasi c. Pelaksanaan proyek pembangunan, dimana masyarakat merupakan pelaku dalam pembagunan d. Evaluasi, yaitu masyarakat dilibatkan untuk menilai hasil pembangunan yang telah dilakukan, apakah pembangunan memberikan hasil guna ataukah justru masyarakat dirugikan dengan proses yang dilakukan, merupakan inti dari proses evaluasi ini e. Mitigasi, yakni kelompok masyarakat dapat terlibat dalam mengukur sekaligus mengurangi dampak negatif pembangunan f. Monitoring, tahap yang dilakukan agar proses pembangunan yang dilakukan dapat berkelanjutan. Dalam tahap ini juga dimungkinkan adanya penyesuaian berkaitan dengan situasi dan informasi terakhir dari program pembangunan yang telah dilaksanakan.

H. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Penggunaan metode kualitatif ini memiliki keunggulan karena eksplorasi terhadap masalah yang dikaji tidak sekedar berdasarkan pada laporan suatu kejadian atau fenomena saja melainkan juga dicrosscheck dengan sumber-sumber lain yang relevan. Metode ini juga memungkinkan pendekatan yang lebih luwes, tidak terlalu rinci, tidak lazim mendefinisikan suatu konsep, serta memberi kemungkinan bagi perubahanperubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik, unik, dan bermakna di lapangan (Aziz dalam Bungin, 2003).

Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah Kelurahan Prawirodirjan, Kecamatan Gondoman, Yogyakarta. Daerah tersebut dipilih karena merupakan kelurahan yang ditetapkan oleh Walikota Yogyakarta Herry Zudianto sebagai kelurahan percontohan untuk program pengelolaan sampah.

Sumber Data Dalam penelitian ini, sebagai sumber data ada tiga sumber, (1) Personal, (2) Place, dan (3) Paper. Sumber data Personal, yaitu orang yang memiliki kompetensi untuk memberikan keterangan yang relevan dengan tema penelitian. Yang termasuk dalam hal ini adalah Pengurus RT/RW, pengelola sampah, masyarakat pelaku, pejabat kelurahan, pejabat kecamatan, dan Pejabat Dinas Lingkungan Hidup. Sumber data Place, yaitu meliputi tempat atau lokasi serta situasi dan kondisi tempat penelitian. Pengambilan data dilakukan melalui observasi, yaitu berupa pengamatan lapangan, pengambilan gambar, dan pencatatan fenomena. Sumber data Paper, yaitu berupa dokumen yang dapat berupa laporan, catatan, berkas, atau bahan-bahan tertulis lainnya yang merupakan dokumen resmi yang relevan dengan tema penelitian dan dapat dijadikan referensi.

Pengumpulan Data 1. Wawancara

Menurut Kerlinger dalam Sanapiah (1995:139), wawancara dapat digunakan untuk 3 maksud utama, yaitu: a. Dapat dijadikan sebagai alat eksplorasi untuk membantu identifikasi variabel dan relasi, mengajukan hipotesis, dan memandu tahap-tahap penelitian. b. Dapat menjadi instrumen utama penelitian. Dalam hal ini,

pertanyaanpertanyaan yang dirancang untuk mengukur variabel-variabel penelitian akan dimasukkan ke dalam skedul wawancara. c. Dapat digunakan sebagai penopang atau pelengkap metode lain. Wawancara dilakukan dengan kuesioner dan wawancara mendalam. Kuesioner disusun dengan memuat variabel-variabel dalam penelitian ini. Wawancara dengan

kuesioner dilakukan terhadap sampel sesuai dengan jumlah sampel yang dipilih dengan metode random sampling. Wawancara mendalam dilakukan kepada informan di daerah penelitian. Informan yang dimaksud adalah lurah, RW, RT, dan tokoh masyarakat yang berperan dalam pengelolaan sampah di daerah penelitian. 2. Observasi Observasi diarahkan untuk mendapatkan informasi mengenai fenomena pengelolaan sampah dari mulai tempat, sarana prasarana, kegiatan pengurus, proses pemiliahan sampai pengangkutan ke TPS, kegiatan pengelola sampah, situasi lingkungan dan rumah tangga warga, serta hal-hal lain yang relevan dengan ruang lingkup penelitian. Observasi selain berpedoman pada ruang lingkup penelitian, peneliti juga melengkapi diri dengan alat perekam gambar (foto) dan buku catatan. Sehingga semua situasi, kondisi, fenomena dan hal-hal lain yang menjadi obyek observasi dapat dicatat dan terekam dengan cermat. Peneliti dalam observasi melakukan pengamatan, pengukuran, pengambilan gambar, pencatatan, dan merasakan situasi dan kondisi serta fenomena di lokasi penelitian dengan berpedoman pada ruag lingkup penelitian. 3. Pengukuran Volume dan Pengukuran Sampah Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui komposisi masing-masing jenis sampah. Untuk menghitung besaran volume dan komposisi sampah di wilayah penelitian, digunakan metode seperti yang tertera dalam SK SNI M-36-1991-03 tentang metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan. Dalam pelaksanaannya di lapangan, peneliti bekerja lama dengan pengelola dan petugas penggerobak. Peralatan yang digunakan: 1) Alat pengambil contoh berupa kantong plastik 2) Alat pengukur volume contoh sampah, berupa kotak berukuran 40 cm x 40 cm x 100 cm. 3) Meteran 4) Timbangan 5) Alat penunjang: sarung tangan, sekop, masker, alat tulis

Pengolahan dan Analisis Data Kuesioner hasil wawancara diolah menggunakan software SPSS 16.0 untuk mempermudah dalam mengetahui hasil wawancara tersebut. Hasil wawancara mendalam ditulis dan disederhanakan agar lebih mudah untuk menyimpulkan jawaban. Data yang telah diolah disederhanakan dalam bentuk grafik, tabel, dan diagram. Dilakukan crossceck terhadap hasil kuesioner dengan wawancara mendalam. Crosscek dilakukan untuk menguji kebenarannya yang selanjutnya dapat digunakan sebagai pendukung dalam analisis.

I. JADWAL KEGIATAN Kegiatan penelitian dilakukan sejak pertengahan Bulan September sampai dengan Bulan November. Adapun jadwal yang lebih rinci sesuai tahapan penelitian terdapat pada tabel di bawah ini. Tahapan kegiatan Pembuatan kuesioner Pengumpulan data populasi Penentuan sampel Wawancara kuesioner Entri data Pengukuran volume dan komposisi sampah Wawancara mendalam dan observasi Olah data Analisis Data Pembuatan Laporan September Oktober November

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

J. RANCANGAN BIAYA Jenis Barang Alat tulis kertas tinta bolpoin kertas striker lem isolasi stopmap amplop gunting Jumlah kantong plastik 40 liter kantong plastik pilah timbangan digital sarung tangan latex masker fotokopi kuesioner sekop serok sampah kotak pengukur volume sampah sepatu boot batere kamera transportasi operasional sapu lidi Pembuatan laporan Jumlah Total Biaya Harga per satuan (Rp) 35.000 35.000 2.500 5.000 3.000 3.000 6.000 13.000 10.000 6.000 2.000 200.000 360.000 3.000 200 20.000 10.000 50.000 90.000 15.000 6.000 25.000 6.000 Jumlah 2 2 60 2 3 3 5 2 2 5x7hari 4x7harix100 responden 1 1 7 hari x 50 responden 10lembar x 100 responden 4 4 5 2 7 3x 20hari 7hari 2 Harga Total (Rp) 70.000 70.000 150.000 10.000 9.000 9.000 30.000 26.000 20.000 394.000 210.000 3.500.000 200.000 360.000 1.050.000 200.000 80.000 40.000 250.000 180.000 105.000 360.000 175.000 12.000 50.000 6.772.000 7.166.000

Alat Lapangan

K. DAFTAR PUSTAKA Alkadri, et al. 1999. Tiga Pilar Pengembangan Wilayah. Jakarta: Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah-BPPT. Azwar, Saifuddin, Drs., MA. 2003. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Badan Standarisasi Nasional (BSN). 1992. Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. Bappeda Kota Yogyakarta. 2006. Rencana Detail Tata Ruang Kota Yogyakarta 2000 2010. Yogyakarta. Bintarto.R. 1997. Geografi Kota. Yogyakarta: Spring. BPS. 2001. Kota Yogyakarta Dalam Angka Tahun 2001. Jakarta ____.2007. KotaYogyakarta Dalam Angka Tahun 2007. Jakarta Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakata. 2005. Laporan Akhir Studi Perencanaan Lokasi Tempat Pembuangan Sampah. Propinsi DIY: CV Air Mas. Hadi, Sudharto P. 2005. Demensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sanapiah, F.1995. Format-Format Penelitian Sosial: Dasar-Dasar dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Press. Satker Pengembangan Pengelolaan Persampahan DIY, Dept. PU, Dirjend. Cipta Karya. 2005. Studi Perencanaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Prop. DIY. Yogyakarta: CV. Air Mas. Suwarto. 2006. Model Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah: Studi Kasus di Kawasan Perumahan Tlogosari. Tesis. Semarang: Program Pasca Sarjana Magister Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro. Kustiah, Tuti. 2005. Kajian Kebijakan Pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum.

L. LAMPIRAN 1. Biodata Ketua Kelompok dan Anggota Kelompok

Ketua Kelompok Nama NIM : Iin Irmawati : 08 / 267141 / GE / 6420

Tempat, tanggal lahir: Kediri, 09 Januari 1990 Alamat Fakultas Jurusan No Telp : Jalan Kaliurang KM 4,5 Perum Swakarya 1A Yogyakarta : Geografi : Geografi Lingkungan : 085729328322

Anggota Kelompok 1) Nama NIM : Siti Puji Lestarimimgsih : 07/253950/ GE/ 6188

Tempat, tanggal lahir : Yogyakarta, 31 Maret 1989 Alamat Fakultas Jurusan No Telp : Pringgokusuman GT II/ 472 Yogyakarta 55272 : Geografi : Geografi Lingkungan : 087839175064

2) Nama NIM

: Panji Nur Rahmat : 07/ 257413/ GE/ 6351

Tempat, tanggal lahir : Yogyakarta, 03 Juni 1989 Alamat Fakultas Jurusan No Telp : Purwokinanti PA 1/ 127 Yogyakarta : Geografi : Geografi Lingkungan : 08574354721

3) Nama NIM

: Wisnu Ariyanto : 08 / 267731 / GE / 6514

Tempat, tanggal lahir : Purworejo, 27 November 1989 Alamat : Jalan Welang CT VIII No.77B Karanggayam Yogyakarta Fakultas Jurusan No Telp : Geografi : Geografi Lingkungan : 085729083954

2.

Biodata Dosen Pembimbing Nama Pendidikan : Dr.Sri Rum Giyarsih, S.Si,M.Si : 1. 2. 3. Pekerjaan Alamat Rumah Alamat Kantor Alamat Email S1 Program Studi Perencanaan Pengembangan S2 Program Studi Program Wilayah Fakultas Geografi UGM Pascasarjana S3 Program Studi Geografi Program Pascasarjana UGM Tempat, tanggal lahir : Bantul, 8 Mei 1969

: Dosen UGM Geografi UGM Fakultas : Mrisi RT 01 Tirtonirmolo Kasihan Bantul Yogyakarta, : Kode Pos 55181, Telp (0274) 7875422, Fakultas Geografi UGM, Sekip Utara Caturtunggal Depok : rum_ugm@yahoo.co.uk Pos 55281, Sleman Yogyakarta, Kode HP 08122721381 Telp (0274) 902337

PROPOSAL HIBAH PENELITIAN MAHASISWA BERPOTENSI PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA BERBASIS MASYARAKAT DI KELURAHAN PRAWIRODIRJAN, KECAMATAN GONDOMANAN, KOTA YOGYAKARTA

Diusulkan oleh: Iin Irmawati Wisnu Ariyanto (08/267141/GE/ 6420) (08/267731/GE/ 6514)

Siti Puji Lestariningsih (07/253950/GE/ 6188) Panji Nur Rahmat (07/257413/GE/ 6351)

FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011

You might also like