You are on page 1of 7

RANGKUMAN SKABIES

I. Definisi Skabies dikenal juga dengan nama itch, gudik, budukan, gatal agogo, kudis Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes Scabiei variation Hominis dan produknya yang menyerang manusia.

II. Anatomi dan Histologi Kulit Kulit dibagi menjadi 3 lapisan utama, yaitu : Lapisan epidermis (kutikel), terdiri atas o Stratum korneum (lap. tanduk) lapisan paling luar, terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin atau lapisan tanduk. Stratum lusidum lapisan yang terdiri dari sel-sel gepeng tanpa inti, protoplasmanya berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Tampak jelas di telapak tangan dan kaki. Stratum granulosum (stratum keratohyalin) 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng, dengan sitoplasma berbutir kasar yang terdiri atas keratohyalin dan terdapat inti diantaranya. Stratum granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki. Stratum spinosum (stratum malphigi) terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk polygonal, yang besarnya berbedabeda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, inti terletak di tengah makin ke permukaan makin gepeng. Diantara sel-sel stratum spinosum terdapat jembatan antar sel (intercellular bridges) yang terdiri atas protoplasma dan keratin. Perlengketan antar jembatan membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus bizzozero. Stratum basale terdiri atas sel-sel kubus dengan protoplasma basofilik, berinti lonjong dan besar, dihubungkan dengan jembatan antar sel. Inti selnya mengandung butir pigmen (melanosom).

Lapisan dermis (korium/kutis vera/true skin), terdiri dari 2 bagian, yaitu : o Pars papillare bagian yg berisi ujung serabut syaraf dan pembuluh darah yang menonjol ke epidermis. Pars retikulare menonjol kea rah subkutan yang terdiri atas kolagen, elastin dan retikulin.

Lapisan subkutis (hipodermis) jaringan ikat longgar yang berisi sel lemak didalamnya dan dipisahkan oleh trabekula fibrosa. Terdapat ujung syaraf tepi, pembuluh darah dan kelenjar getah bening.

III. Epidemiologi Di Indonesia penyakit ini dapat menyerang semua usia dan jenis kelamin. Tetapi pada umunya paling sering mengenai kelompok usia 5-14 tahun. IV. Etiologi Skabies pada manusia disebabkan oleh Sarcoptes Scabiei var Hominis. Terdiri atas 2 golongan, yaitu : Yang menyerang manusia Sarcoptes Scabiei var Hominis dan Sarcoptes Norwegian. Sarcoptes Norwegian tidak terdapat di indonesi dan tidak menimbulkan gejala scabies pada umumnya. Yang menyerang hewan Sarcoptes Scabie var Animalis. Tipe ini tidak berkembang biak pada manusia dan hanya menyebabkan dermatitis sementara.

Sarcoptes Scabei var Hominis Sarcoptes Scabiei var Hominis berbentuk lonjong, punggungnya cembung dan perutnya rata. Besar tungau ini pada betina sekitar 0,4 X 0,3 mm, sedangkan yang jantan lebih kecil, berukuran sekitar 0,2 X 0,15 mm. Tungau ini translucent, berwarna putih kotor pada bagian dorsal terdapat bulu dan duri serta memiliki 4 pasang kaki. Pada tungau betina, 2 pasang kaki depan terdapat alat penghisap sedangkan 2 pasang kaki belakang terdapat rambut atau bulu. Tungau betina juga memiliki ovoid (sel telur) dan mati stelah 1 bulan meletakan telurnya di dalam terowongan. Pada tungau jantan, 2 pasang kaki belakang terdapat rambut pada kaki ke-3 dan alat penghisap pada kaki ke-4. Tungau jantan akan mati setelah kopulasi.

V. Faktor Resiko a. Social ekonomi yang rendah b. Hygine yang buruk c. Hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan, sehingga scabies dapat digolongkan sebagai PMS. d. Orang-orang yang tinggal bersama dalam lingkungan yang padat. e. Factor perkembangan kulit serta iklim di suatu Negara.

VI. Cara Penularan a. Kontak langsung kulit dengan kulit, misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. b. Kontak tidak langsung melalui pakaian, handuk, seprei, bantal yang terdapat tungau betina dewasa. VII. Patoghenesis a. Daur hidup i. Tungau jantan dan betina dewasa kopulasi di permukaan kulit, perkawinan hanya terjadi sekali dalam daur hidup betina.Tungau jantan akan mati setelah kopulasi.Setelah dibuahi, betina akan menghasilkan telur dalam tubuhnya. Tungau betina menggali terowongan di stratum korneum dengan kecepatan 2-3 mm sehari dan meletakkan 2-3 butir telur setiap hari. Seekor tungau betina dapat bertelur sebanyak 40-50 butir selama siklus hidupnya yang berlangsung selama satu bulan. Setelah 3-4 hari, telur akan menetas menjadi larva yang mempunyai tiga pasang kaki, yang akan keluar di terowongan lalu ke permukaan kulit atau menggali terowongan lain. Larva akan berganti kulit dalam dua sampai tiga hari menjadi nimfa yang memiliki empat pasang kaki. Nimfa memiliki dua tahapan yaitu protonimf dan deutonimf untuk menjadi tungau betina dewasa. Sedangkan untuk menjadi tungau jantan dewasa, hanya mengalami satu siklus nimfa. Skabies jantan atau betina dewasa akan keluar ke permukaan kulit dan akhirnya bertemu dengan scabies jantan atau betina dewasa lain. Bentuk betina dewasa dapat hidup dua sampai tiga hari tanpa hospes atau menempel di pakaian, sprei, dll dalam suhu kamar.

ii. Imunologi Telur, feses tungau, air liur tungau serta tungau betina dewasa akan menimbulkan reaksi delayed hypersensitivity, yaitu reaksi gatal yang muncul satu bulan setelah tungau berada dalam kulit. Biasanya menyerang orang yang belum pernah terinfeksi oleh tungau sebelumnya. Reaksi ini terjadi karena rangsangan IgE yang menyebabkan degranulasi sel mast, sehingga tejadi pengeluaran histamine yang menyebabkan timbulnya rasa gatal, papul maupun vesikel. VIII. Manifestasi Klinis Ada empat tanda cardinal penyakit scabies, yaitu: 1. Pruritus nokturna: yaitu gatal yang muncul pada malam hari disebabkan oleh aktivitas tungau yang lebih tinggi di malam hari pada suhu yang lebih lembab. Gatal juga biasanya muncul setelah mandi air hangat pada malam hari akibat tungau lebih aktif pada suhu yang tinggi. 2. Menyerang manusia secara kelompok Misalnya dalam sebuah keluarga ada satu yang terkena scabies, maka seluruh anggota keluarga akan mengalami gejala serupa. Namun ada keadaan hiposensitisasi yaitu, ada anggota keluarga yang terkena infeksi scabies namun tidak memberikan gejala gatal atau adanya papul atau vesikel. Penderita ini disebut karier dan harus tetap diterapi. 3. Adanya terowongan atau kunikulus pada tempat-tempat predileksi, yang warnanya keabu-abuan atau gelap berbentuk lurus atau berkelok yang diujungnya ditemukan papul atau vesikel. Tempat predileksi terowongan biasanya di tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, tangan bagian fleksi, siku luar, aksila, skrotum, dan aerola mammae. 4. Menemukan tungau. Dengan menusuk ujung vesikel menggunakan jarum atau scrapping kulit.

IX. Diagnosis Diagnosis scabies dapat ditegakkan dengan cara:

1. Menemukan dua dari empat tanda kardinal 2. Pada pemeriksaan mikroskopis kerokan kulit dan pengambilan dengan jarum, ditemukan tungau 3. Ditemukan terowongan dengan pemeriksaan tes tinta burrow atau dengan tetrasiklin topical di lesi pada kulit

X. Diagnosis Banding 1. Prurigo, karena adanya papul yang sangat gatal dan letaknya di badan, eskremitas bagian ekstensor, perut, dan muka. 2. Pedikulosis korporis, gatal biasanya menyerang dewasa akibat kutu yang biasanya masuk melalui pakaian atau orang yang dadanya berambut. Dengan gejala klinik sangat gatal di seluruh tubuh. 3. Dermatitis kontak, alergi, seboroik. Dengan gejala klinis papul, vesikel, dan rasa gatal. 4. Digigit serangga. Dengan gejala klinis papul, vesikel, dan rasa gatal pada kulit.

XI. Komplikasi Infeksi sekunder dapat terjadi akibat garukan pada lesi scabies. Dapat juga terjadi glomerulonefritis akut (GNA) apabila disebabkan oleh Strep. Pyogenus. Hal lain yang mungkin timbul adalah penyakit menjadi kronis karena kesalahan diagnosis dan penanganan.

XII.

Penatalaksanaan Umum Menjaga kebersihan dengan mandi secara teratur setiap hari. Semua pakaian, sprei, handuk yang telah digunakan oleh pasien harus dicuci secara teratur, direndam dengan air panas, dan dijemur dibawah sinar matahari. Anggota keluarga yang beresiko tinggi untuk tertular, terutama bayi dan anak, untuk sementara waktu, menghindari kontak langsung dengan pasien scabies dan harus dijaga higienenya.

Khusus Obat untuk skabies yaitu: Lindane (Gammexan) merupakan obat pilihan untuk scabies karena bersifat skabisid dan dapat mencegah menetasnya telur, sehingga efektif untuk semua stadium. Tersedia dalam bentuk krim, lotion, dan gel yang tdk berbau dan tidak berwarna dengan konsentrasi 1%. Pemakaian dengan cara mengoleskan keseluruh tubuh, diamkan selama 12-24 jam, lalu dicuci bersih. Apabila gejala tidak hilang, pemakain diulang seminggu kemudian. Kontra indikasi untuk anak dibawah 6 tahun dan wanita hamil, karena neurotoksik. Pemetrin merupakan obat anti scabies dengan sifat skabisidnya yang sangat baik serta aman karena efek toksisitasnya sangat rendah dan kemungkinan keracunan karena salah penggunaan sangat kecil. Tersedia dalam bentuk krim 5%. Pemakaian dengan cara dioleskan seluruh tubuh, didiamkan 8-12 jam, kemudian dicuci bersih dan diulangi satu minggu kemudian apabila belum sembuh. Efek samping yang dapat terjadi berupa rasa terbakar, perih. Kontra indikasi untuk bayi dibawah dua bulan. Sulfur merupakan anti gatal dan anti bakteri. Efektivitas dalam membunuh larva, nimfa, dan tungau dewasa. Tersedia dalam bentuk paraffin padat, lunak, dan berwarna dengan konsentrasi 10%. Digunakan konsentrasi 2% asam salisilat + 4% sulfur untuk anak-anak dan 6% asam salisilat + 8% sulfur untuk wanita. Efek samping iritasi karena kulit kering. Obat ini berbau dan mengotori pakaian. Baik untuk bayi dibawah 2 tahun.

XIII.

Pencegahan Menjaga hygiene dengan mandi secara teratur Mencuci pakaian, sprei, dan handuk dengan air panas Mencegah kontak langsung dengan pasien scabies

XIV. Prognosis

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan, dan menghilangkan faktor resiko, penyakit ini memberikan prognosis yang baik.

You might also like