You are on page 1of 4

ENVIRO 5 (1): 34-37, Maret 2005, ISSN: 1411-4402

 2005 PPLH-LPPM UNS Surakarta.

Pertumbuhan dan Produksi Kangkung pada Berbagai Dosis Hara Makro dan Mikro

The growth and crop production of water spinach in varied dosage of macro- and
micro-nutrient

DJUKRI♥
Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Yogyakarta 55281.

Diterima: 13 Mei 2004. Disetujui: 20 Januari 2005.

ABSTRACT Respon tanaman yang optimal akan dicapai bila unsur-


unsur hara tersebut dalam keadaan seimbang (Soepardi,
The objective of the research is to study the effect of mixing 1983). Hasil penelitian Indrayanti (1995) menunjukkan tidak
variation of macro- and micronutrient fertilizer to the growth adanya interaksi antara perlakuan pupuk hara makro
and the production of water spinach (Ipomoea aquatica Forsk). dengan frekuensi pemberian pupuk hara mikro terhadap
This research carried out by means of Completely Random-
pertumbuhan dan produksi kangkung darat.
ized Design with replication was used. A six composition of
macro- and micronutrient fertilizer (N0, N1, N2, N3, N4, and N5) Pengelompokan nutrisi makro dan mikro didasarkan
was used as independent variable, whereas the growth and atas sifat fisikokimianya, nutrisi dibagi dalam kelompok
the production of water spinach were as dependent variables metal (K, Ca, Mg, Fe, Mn, Zn, Cu, dan Ni), dan kelompok
The parameters was investigated that are the height, the sum non metal (N, S, P, Bo, dan Cl). Nutrisi mineral dapat
of leaves, the weight of dry plants, the chlorophyll a and b berfungsi sebagai penyusun struktur organik, sebagai
contents, the chlorophyll a/b ratio, and the organoleptic test. aktivator reaksi enzim atau sebagai “carrier” dan
The research result showed that the mixing variations of osmoregulator (Marschner, 1995).
nutrient were significantly correlated to the height of plant, the
Nitrogen merupakan unsur makro bagi tanaman dan
sum of leaves, the weight of dry plants, and the chlorophyll a
and b contents of water spinach (P<0.01). On harvest periods dapat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman
(six weeks after planting) the highest of the height, the sum of kangkung. Nitrogen merupakan unsur esensial dan elemen
leaves, the weight of dry plants, the chlorophyll a and b kunci pada pertumbuhan tanaman. Nitrogen merupakan
contents were observed from N1 treatment. The result of water unsur penyusun berbagai senyawa di dalam sel tanaman
spinach organoleptic test that is pleasant on N5 treatment. antara lain asam nukleat yang berupa asam ribonukleat
(RNA) dan asam deoksiribonukleat (DNA), asam amino
Key words: Water spinach, macro- and micro-nutrient, growth serta adenosin trifosfat (ATP) dan nikotiamid dinukleotid
and production.
(NADP) yang berperan dalam konversi energi (Heldt, 1996).
Semua proses dalam tanah yang melibatkan mikrobia,
seperti mineralisasi (perubahan senyawa organik menjadi
PENDAHULUAN
anorganik), nitrifikasi (oksidasi NH4+ menjadi NO3-) dan
denitrifikasi (reduksi nitrit menjadi nitrat) banyak terjadi
Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.) termasuk tanaman
pada lingkungan pertanian (Rengel, 1999). Amonium
yang sanggup melakukan adaptasi dengan baik pada
umumnya berikatan dengan senyawa organik di akar,
kondisi tanah atau lingkungan dengan kisaran toleransi
sementara nitrat bergerak dalam xylem dan dapat disimpan
yang luas. Pada kondisi dengan sumber nitrogen sangat
dalam vakuola akar, tunas dan organ penyimpan lainnya.
terbatas, tanaman kangkung masih mampu mendapatkan
Akumulasi nitrat di vakuola penting untuk kesetimbangan
nitrogen, meskipun dalam jumlah yang sangat kecil.
kation-anion dan osmoregulasi (Marschner, 1995).
Tanaman kangkung banyak mengandung vitamin A dan C
Fosfor sering menjadi unsur pembatas, terutama
serta mineral terutama zat besi yang berguna untuk
diserap dalam bentuk H2PO4- dan diserap lebih lambat
pertumbuhan dan kesehatan tubuh manusia (Dibiyantoro,
dalam bentuk HPO4-. Perimbangan kedua jenis ion tersebut
1996). Tanaman kangkung masih menunjukkan sifat-sifat -
dikendalikan oleh pH; H2PO4 tersedia pada pH di bawah 7
aslinya sebagai tumbuhan darat. Sebagaimana ditunjukkan -
dan HPO4 di atas pH 7. Fosfor tidak pernah direduksi
dari perkecambahan benihnya yang hanya mungkin
dalam tumbuhan, dan tetap sebagai fosfat baik dalam
berlangsung di tanah-tanah yang tidak digenangi air.
bentuk bebas maupun terikat pada senyawa organik
Predikat kangkung darat dan kangkung air sesungguhnya
(Salisbury dan Ross, 1992). Setelah nitrogen dan fosfor,
hanya menunjukkan tempat penanamannya, yaitu ditanam
umumnya tanah kekurangan kalium. Oleh karena itu
di tempat kering atau di tempat berair/berlumpur
biasanya pupuk yang dijual mencantumkan persentase N,
(Sumaryono dan Rismunandar, 1981; Hambali, 1981).
P, dan K dalam komposisinya. Seperti nitrogen dan fosfor,
Pemupukan adalah usaha untuk pemberikan nutrisi
K mudah diserap dan disalurkan dari organ dewasa ke
mineral yang mempunyai fungsi esensial dan spesifik
organ muda, sehingga gejala defisiensi pertama kali terlihat
dalam metabolisme tanaman. Macam dan dosis pupuk erat
pada daun tua. Gejala defisiensi pada dikotil mula-mula
hubungannya dengan sumber hara dan kesuburan tanah.
ditunjukkan oleh daun yang klorosis, kemudian menjadi
bercak nekrosis (bercak mati) yang semakin meluas
(Salisbury dan Ross, 1992).
♥ Alamat korespondensi:
Jl. Colombo, Karangmalang, Yogyakarta 55281 Fungsi Fe adalah dalam pembentukan protein yang
Tel./Fax.: +62-274-540713 disebut heme dan protein Fe-S. Protein heme termasuk
e-mail: djukri_djukri@yahoo.com berbagai sitokrom yang dicirikan oleh adanya kompleks
DJUKRI – Pertumbuhan dan produksi Ipomoea aquatica 35

heme Fe-phorphyrin sebagai grup prostetik. Defisiensi Fe serta batang yang lebih besar. Perlakuan N0 dan N4
terutama mempengaruhi perkembangan dan fungsi menunjukkan pertumbuhan tanaman yang kurus dan kerdil,
kloroplas, sehungga akan menurunkan kadar klorofil, daun sempit dan terlihat sebagai tanaman yang kekurangan
karoten dan xanthofil (Marschner, 1995). Mangan (Mn) hara. Penelitian dengan berbagai formula larutan hara
memegang peranan penting dalam proses redoks, seperti terhadap tanaman kangkung ini menunjukkan pengaruh
transport elektron dalam fotosintesis. Mn berperan dalam nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot kering
evolusi O2 (reaksi Hill) dalam pemecahan molekul air dalam tanaman serta kandungan klorofil a dan b daun.
kloroplas. Defisiensi Mn terutama mempengaruhi laju
fotosintesis dan evolusi O2, sehingga menurunkan Tinggi tanaman
karbohidrat yang terlarut terutama pada akar. Gejala Hasil pengamatan tinggi tanaman disajikan pada
defisiensi Mn lebih sering terlihat pada daun dewasa Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan bahwa tanaman
dibanding daun muda (Marschner, 1995). kangkung pada perlakuan N4 tinggi tanaman tidak berbeda
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variasi nyata dengan kontrol (N0) untuk seluruh waktu
nutrisi hara makro dan mikro terhadap pertumbuhan dan pengamatan, namun lebih pendek secara nyata dibanding
produksi kangkung. dengan perlakuan N1, N2, N3, dan N5 untuk seluruh waktu
pengamatan. Hasil ini menunjukkan bahwa hara makro
merupakan faktor yang paling mempengaruhi tinggi
BAHAN DAN METODE tanaman, dan selang konsentrasi hara makro 37,5; 75; dan
150 mL dan hara mikro 2,5; 5; dan 10 mL hampir tidak
Bahan dan Alat berbeda pengaruhnya. Hal ini menunjukkan bahwa
Bahan yang digunakan pada percobaan in adalah benih pertumbuhan tanaman kangkung sudah optimum pada
kangkung darat sebanyak 150 butir, media tanam berupa tingkat dosis hara makro dan mikro yang tidak terlalu tinggi
arang sekam steril. Pupuk yang digunakan untuk perlakuan yaitu perlakuan N1 (makro A 37,5 mL, B 37,5 mL dan mikro
terdiri atas pupuk N, P, K, dan pupuk mikro. Bahan kimia 2,5 mL). Perlakuan N1 menghasilkan tanaman yang vigor,
yang dibutuhkan ialah aseton, dan bahan kimia komponen rimbun dengan ukuran daun yang lebih lebar. Kualitas
pupuk mikro, dan larutan hara makro. Alat yang digunakan tanaman kangkung untuk dikonsumsi sebagai sayuran
ialah polibag berdiameter 25 cm, “gembor” untuk menyiram sangat ditentukan oleh biomassa tajuk yang dihasilkan.
tanaman, timbangan kasar dan timbangan halus Penambahan hara makro dan mikro seperti pada
(Sartorius), oven, peralatan gelas, sentrifus, dan perlakuan N2 dan N3 tidak nyata meningkatkan tinggi
spektrofotometer (untuk menguji kandungan klorofil). tanaman, karena kemungkinan keseimbangan hara makro
dan mikro yang tidak optimal. Menurut Soepardi (1983),
Cara kerja respon tanaman yang optimal akan tercapai apabila
Rumah plastik transparan digunakan untuk menempat- pemberian unsur-unsur dalam tanah dalam keadaan
kan polibag tempat media tanam dari arang sekam. seimbang. setiap jenis tanaman menyerap unsur dalam
Rancangan yang digunakan ialah Rancangan Acak jumlah yang berbeda-beda, terutama bila tumbuh di tanah
Lengkap (Gomez dan Gomez, 1995) dengan empat yang berbeda. Khusus untuk budidaya tanaman tanpa
ulangan dan setiap polibag ditanami tiga tanaman. tanah dimana media yang digunakan bukan sumber utama
Perlakuannya terdiri atas lima macam pupuk cair dengan untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman, formula larutan
formula N0 = kontrol, tanaman hanya disiram dengan air, N1 hara yang baik dihasilkan dari kajian komposisi tumbuhan
= dalam setiap 15 L air ditambahkan 37,5 mL larutan A dan dari pemberian berbagai konsentrasi unsur hara pada
- +
(NO3 dan NH4 ) + 37,5 mL larutan B (K, P, Mg, Ca) + 2,5 tanaman (Salisbury dan Ross, 1992).
mL larutan mikro (Zn, Mn, B, Fe, Co), N2 = dalam 15 L air
ditambahkan 75 mL larutan A + 75 mL larutan B + 5 mL Jumlah daun
larutan mikro, N3 dalam setiap 15 L air ditambahkan 150 mL Hasil analisis terhadap data jumlah daun tanaman
larutan A + 150 mL larutan B + 10 mL larutan mikro, N4 = kangkung disajikan pada Gambar 2. Gambar ini
dalam setiap 15 L air ditambahkan 5 mL larutan mikro, N5 = menunjukkan bahwa pada perlakuan dengan hara mikro
dalam setiap 15 L air ditambahkan 75 mL larutan A + 75 mL yaitu N4 tidak berbeda nyata dengan N0 untuk seluruh
larutan B (formula ini didasarkan pada penelitian Indrayanti, waktu pengamatan, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan
1995). Pada pemupukan, setiap perlakuan disiram dengan hara makro, kecuali pada N1, N2, dan N3 pada 1 MST; N3
500 mL larutan pupuk per polibag sesuai dengan formula. pada 2 MST; N2, N3, dan N5 pada 3 MST. Pada perlakuan
Penyiraman dilakukan sehari dua kali, pengendalian hama dengan hara makro yaitu N1, N2, N3, dan N5 secara umum
dan penyakit serta penyiangan gulma dilakukan setiap saat. berbeda nyata dengan kontrol (N0), kecuali semua
Pengamatan dilakukan per minggu setelah tanam (MST). perlakuan pada 1 MST; N3 pada 2 MST; dan N2, N3, dan N5
Pengamatan terhadap tinggi dan jumlah daun (non de- pada 3 MST. Jumlah daun terbanyak akhir pengamatan
gradasi) dilakukan seminggu sekali. Pengamatan terhadap terjadi pada perlakuan N1 kemudian diikuti oleh N5, N2, N3,
bobot kering dilakukan dua minggu sekali (degradasi). Data N0, dan N4.
hasil pengamatan dilakukan uji ragam untuk mengetahui Berdasarkan hasil analisis ragam, jumlah daun yang
adanya pengaruh perlakuan, dilanjutkan dengan uji DMRT terbanyak secara nyata terjadi pada perlakuan N1.
dengan taraf kepercayaan 1%. Peningkatan dosis hara makro pada N2, N3, dan N5 mampu
meningkatkan jumlah daun tetapi masih lebih rendah
disbanding dengan N1, dengan demikian perlakuan N1
HASIL DAN PEMBAHASAN cukup optimal untuk pertumbuhan tanaman kangkung.
Menurut Salisbury dan Ross (1992) pada rentang
Penampakan visual secara umum pertumbuhan konsentrasi rendah yang disebut daerah kahat,
tanaman kangkung pada perlakuan N1 memberikan hasil pertumbuhan naik sangat tajam bila unsur diberikan lebih
terbaik. Hal ini terlihat dari penampakan tanaman yang banyak dan konsentrasinya sehingga konsentrasinya dalam
lebih subur, tinggi, dengan daun-daun yang lebih lebar tumbuhan meningkat dan pertumbuhan meningkat.
36 ENVIRO 5 (1): 34-37, Maret 2005

Tinggi tanaman (cm)

Jumlah daun (helai)


50 30
40 N0 25 N0
30 N1 20
N1
15
20 N2 N2
10
10 N3 N3
5
0 0 N4
N4
I II III IV V I II III IV V
N5 N5
Pengam atan m inggu ke Pengamatan minggu ke

Gambar 1. Rata-rata tinggi (cm) tanaman kangkung. Gambar 2. Rata-rata jumlah daun (helai) tanaman kangkung.
Kandungan klorofil a

Kandungan klorofil b
0.2 0.08
N0
0.15 0.06 N0
N1 N1
0.1 0.04
N2 N2
0.05 0.02
N3 N3
0 0
N4 N4
II IV VI II IV VI
N5 N5
Pengam atan m inggu ke Pengamatan minggu ke

Gambar 3. Kandungan klorofil a daun kangkung. Gambar 4. Kandungan klorofil b daun kangkung.
Bobot kering kangkung

0.6 2.5
Nisbah klorofil b/a

0.5 N0 2 N0
0.4 1.5
N1 N1
(g)

0.3
N2 1 N2
0.2
0.1 N3 0.5 N3
0 N4 0 N4
II IV VI N5 II IV VI N5
Pengamatan minggu ke Pengamatan minggu ke

Gambar 5. Nisbah klorofil b/a daun kangkung. Gambar 6. Rata-rata bobot kering (g) tanaman kangkung.

Unsur hara makro berperan dalam pembentukan organ- pertimbangan, meskipun kedua macam hara tersebut
organ tanaman. Hal ini didukung oleh hasil penelitian diberikan dalam suatu perlakuan, faktor keseimbangan dan
dimana pada perlakuan N0 dan N4 keduanya tidak diberi dosis kebutuhan hara antara kedua macam hara tersebut
hara makro, sampai akhir pengamatan jumlah daun lebih sangat penting. Misalnya pada penambahan hara makro
sedikit dibanding dengan perlakuan N1, N2, N3, dan N5 yang 150 mL dan ditambah 10 mL hara mikro (N3), pertumbuhan
semuanya ditambah hara makro). Kekurangan hara makro kangkung tidak lebih baik dibanding dengan perlakuan yang
terutama nitrogen menyebabkan pertumbuhan kerdil, daun mempunyai komposisi larutan 37,5 mL hara makro
kecil, dan warna hijau muda kekuningan terutama pada ditambah 2,5 mL hara mikro (N1). Mikronutrien dibutuhkan
daun bagian bawah (Salibury dan Ross, 1992). Nitrogen oleh tanaman dalam jumlah sedikit dan berperan sebagai
dan fosfor dalam tanaman merupakan penyusun berbagai bagian utama pada gugus prostetik pada metaloprotein dan
senyawa penting seperti asam amino, asam nukleat, sebagai aktivator dalam reaksi enzimatik (Marschner, 1995).
protein, dan nukleotida (Noggle dan Fritz, 1986). Nitrogen
juga berperan mengatur penggunaan kalium, fosfor dan Kandungan klorofil
unsur-unsur lainnya (Soepardi, 1983). Kandungan klorofil a, klorofil b, dan nisbah klorofil b/a
Keseimbangan antara kebutuhan hara makro dan mikro pada pengamatan 2, 4, dan 6 MST disajikan pada Gambar
bagi tanaman tampaknya merupakan faktor penting dalam 3, 4, dan 5. Kandungan klorofil a untuk seluruh perlakuan
pertumbuhan kangkung. Hal tersebut terbukti dengan dan seluruh waktu pengamatan lebih besar dibanding
ditambahnya hara mikro tetapi tanpa hara makro (N4), dengan klorofil b (Gambar 3 dan 4). Pada pengamatan 4
pertumbuhan tidak sebaik dengan perlakuan yang diberi MST, kandungan klorofil a dan b pada seluruh perlakuan
kedua macam hara tersebut. Hal lain yang menjadi terjadi peningkatan sedikit, kemudian terjadi peningkatan
DJUKRI – Pertumbuhan dan produksi Ipomoea aquatica 37

lagi pada pengamatan 6 MST. Pada pengamatan 6 MST, Uji organoleptik


kandungan klorofil a perlakuan N1 lebih tinggi secara nyata Hasil uji organoleptik kerenyahan kangkung disajikan
dibanding dengan N0, N4, dan N5, namun tidak berbeda pada Tabel 2. Tabel ini menunjukkan bahwa pada setiap
nyata dengan N2 dan N3 (Gambar3). Pada pengamatan 6 perlakuan tingkat kerenyahannya berbeda. Tekstur sayuran
MST, kandungan klorofil b perlakuan N1 paling tinggi yang paling renyah adalah pada perlakuan N5 (dalam setiap
dibanding dengan ke lima perlakuan yang lain (Gambar 4.). L air ditembahkan 75 mL larutan A + 75 mL larutan B).
Besar kecilnya nisbah klorofil b/a tergantung besar kecilnya Keadaan seperti ini kemungkinan karena tanaman
kandungan klorofil a dan b. Nisbah klorofil b/a menjadi lebih kangkung hanya diberi pupuk hara makro saja dan dengan
besar bila kandungan klorofil b bertambah besar secara dosis yang relatif tinggi (75 mL). Hasil uji organoleptik ini
proporsional terhadap klorofil a. Pada pengamatan 6 MST, cukup sulit untuk dinyatakan secara konsisten, karena
nisbah kalorofil b/a tertinggi pada perlakuan N5, dan standar kerenyahan masih sangat subyektif (tergantung
terendah pada N2. Kandungan klorofil a dan b perlakuan N1 pada penguji tekstur).
pada pengamatan 2, 4, dan 6 MST juga paling tinggi
dibanding dengan ke lima perlakuan lainnya. Hasil Tabel 2. Hasil uji organoleptik kerenyahan kangkung.
penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kandungan
klorofil a dan b akan meningkatkan pertumbuhan kangkung, Perlakuan
Sampel
sehingga bobot kering kangkung meningkat. N0 N1 N2 N3 N4 N5
1 +++ ++ + ++ ++ +++
Tanaman yang banyak mendapatkan nutrisi nitrogen
2 ++ ++++ + ++ + ++
secara umum mempunyai daun hijau tua, yang 3 + +++ ++ +++ +++ ++++
kemungkinan berhubungan dengan meningkatnya 4 + + ++ ++++ + ++++
kandungan klorofil. Nitrogen erat kaitannya dengan sintesis 5 ++ ++ + ++ ++++ ++++
klorofil (Salisbury dan Ross, 1992) dan sintesis protein Keterangan: + = tidak renyah; ++ = cukup renyah; +++ = renyah;
maupun enzim (Schaffer, 1996). Kekurangan nitrogen pada ++++ = renyah sekali.
tanaman akan menyebabkan daun mengalami klorosis
mulai dari daun bawah bergeser ke daun atas (Salisbury
dan Ross, 1992). Walaupun pemupukan hara makro KESIMPULAN
nitrogen berlebihan tetapi tidak meningkatkan kadar klorofil,
kemungkinan hal ini terjadi karena penyerapan hara Pengamatan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan
nitrogen oleh tanaman dosisnya terbatas, atau bobot kering menunjukkan bahwa dosis hara yang optimal
kemungkinan tergantung dari penyerapan unsur mikro. untuk tanaman kangkung ialah pada perlakuan N1, yakni:
Marschner (1995) dan Taiz dan Zeiger (1991) menyatakan dalam setiap 15 L air ditambahkan 37,5 mL larutan A (NO3-
+
bahwa biosintesis klorofil tidak hanya tergantung pada dan NH4 ) + 37,5 mL larutan B (K, P, Mg, Ca) + 2,5 mL
unsur nitrogen tetapi juga melibatkan unsur mikro Fe, Cu larutan mikro (Zn, Mn, B, Fe, Co). Pertumbuhan optimal
dan cahaya. kangkung erat kaitannya dengan keseimbangan antara
hara makro dan mikro yang tersedia.
Bobot kering
Hasil analisis data bobot kering tanaman disajikan pada
Gambar 6. Gambar ini menunjukkan bahwa rata-rata bobot DAFTAR PUSTAKA
kering tanaman tertinggi ialah perlakuan N1 untuk
pengamatan 2 MST, 4 MST, dan 6 MST dan menunjukkan Dibiyantoro, A.L.H. 1996. Rampai-rampai tentang Kangkung (Ipomoea
aquatica Forsk). Lembang-Bandung: Balai Penelitian Tanaman
perbedaan yang nyata. Pada pengamatan 2 MST dan 6 Sayuran, Puslitbang Hortikultura, Balitbang Pertanian.
MST, bobot kering N1 berbeda nyata dengan N0 dan N4, Gomez, K.A. dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian
namun tidak berbeda nyata dengan N2, N3, dan N5. Pada Pertanian. Edisi Kedua. Penerjemeah: Sjamsuddin, E. dan Y.S.
pengamatan 4 MST bobot kering N1 juga berbeda nyata Baharsjah. Jakarta. Universitas Indonesia Press.
Hambali, G.G. 1981. Segi-segi Biologi Kangkung. Konggres Hortikultura
dengan N0, N4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Nasional I, Malang 28-30 Desember 1981. LBN LIPI Bogor.
pada perlakuan N0 (kontrol) dan N4 (hanya mengandung Heldt, H.W. 1996. Plant Biochemistry and Moleculer Biology. New York:
hara mikro), pertumbuhan tanaman kangkung lebih kerdil Oxford University Press.
Hidema, J., A. Makino, Y. Kurita, T. Mae, and K. Ohjima. 1992. Changes in
dibanding dengan perlakuan yang lain. Hal ini menunjukkan the level of chlorophyll and light-harvesting chlorophyll a/b protein PS II
bahwa perlu adanya keseimbangan antara hara makro dan in rice leaves agent under different irradiances from full expansion
mikro. Bobot kering tanaman kangkung pada perlakuan N1 through senescense. Plant Cell Physiology 33 (8): 1209-1214.
untuk pengamatan 2, 4, dan 6 MST paling tinggi dibanding Indrayanti, E. 1995. Analisis Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kangkung
Darat Hidroponik pada Beberapa Dosis Pupuk Makro dan Frekuensi
dengan ke lima perlakuan lainnya. Pemberian Pupuk Mikro. [Skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Pertanian UGM.
Klorofil a dan b berperan dalam proses fotosintesis Marschner, H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants. Second Edition. New
tanaman. Klorofil b berfungsi sebagai antena fotosintetik York: Academic Press.
Noggle, G.R and G.J. Fritz. 1986. Introduction Plant Physiology. New York:
yang mengumpulkan cahaya. Peningkatan kadar klorofil b Macmillan Publishing Co. Inc.
berkaitan dengan peningkatan protein klorofil sehingga Rengel, Z. 1999. Mineral Nutrition of Crops. Fundamental Mechanisms and
akan meningkatkan efisiensi fungsi antena fotosintetik pada Implications. Oxford: An Imprint of The Haworth Press, Inc.
Light Harvesting Complex II (Hidema, et al, 1992). Energi Salisbury, F.B and C.W. Ross. 1992. Plant Physiology. 4th edition. California.
Wadsworth Publ. Co.
cahaya yang diserap oleh pigmen antena disalurkan ke Schaffer A.A. 1996. Photoassimilate Distribution in Plant and Crops. New
pusat reaksi yang tersusun dari klorofil a. Peningkatan York: Marcel Dekker, Inc.
klorofil b sangat bermanfaat bagi tanaman untuk Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: IPB.
Sumaryono, H dan Rismunandar. 1981. Kunci Bercocok Tanam Sayur-
memperoleh energi cahaya lebih banyak (Taiz dan Zeiger, sayuran Penting di Indonesia. Bandung: Sinar Baru.
1991), yang akan meningkatkan pertumbuhan sehingga Taiz, L and E. Zeiger. 1991. Plant Physiology. Tokyo: The Benyamin/
bobot kering tanaman meningkat. Cumming Publishing Company Inc.

You might also like