Professional Documents
Culture Documents
E 050109 Djukrikangkungxxxba
E 050109 Djukrikangkungxxxba
Pertumbuhan dan Produksi Kangkung pada Berbagai Dosis Hara Makro dan Mikro
The growth and crop production of water spinach in varied dosage of macro- and
micro-nutrient
DJUKRI♥
Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Yogyakarta 55281.
heme Fe-phorphyrin sebagai grup prostetik. Defisiensi Fe serta batang yang lebih besar. Perlakuan N0 dan N4
terutama mempengaruhi perkembangan dan fungsi menunjukkan pertumbuhan tanaman yang kurus dan kerdil,
kloroplas, sehungga akan menurunkan kadar klorofil, daun sempit dan terlihat sebagai tanaman yang kekurangan
karoten dan xanthofil (Marschner, 1995). Mangan (Mn) hara. Penelitian dengan berbagai formula larutan hara
memegang peranan penting dalam proses redoks, seperti terhadap tanaman kangkung ini menunjukkan pengaruh
transport elektron dalam fotosintesis. Mn berperan dalam nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot kering
evolusi O2 (reaksi Hill) dalam pemecahan molekul air dalam tanaman serta kandungan klorofil a dan b daun.
kloroplas. Defisiensi Mn terutama mempengaruhi laju
fotosintesis dan evolusi O2, sehingga menurunkan Tinggi tanaman
karbohidrat yang terlarut terutama pada akar. Gejala Hasil pengamatan tinggi tanaman disajikan pada
defisiensi Mn lebih sering terlihat pada daun dewasa Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan bahwa tanaman
dibanding daun muda (Marschner, 1995). kangkung pada perlakuan N4 tinggi tanaman tidak berbeda
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variasi nyata dengan kontrol (N0) untuk seluruh waktu
nutrisi hara makro dan mikro terhadap pertumbuhan dan pengamatan, namun lebih pendek secara nyata dibanding
produksi kangkung. dengan perlakuan N1, N2, N3, dan N5 untuk seluruh waktu
pengamatan. Hasil ini menunjukkan bahwa hara makro
merupakan faktor yang paling mempengaruhi tinggi
BAHAN DAN METODE tanaman, dan selang konsentrasi hara makro 37,5; 75; dan
150 mL dan hara mikro 2,5; 5; dan 10 mL hampir tidak
Bahan dan Alat berbeda pengaruhnya. Hal ini menunjukkan bahwa
Bahan yang digunakan pada percobaan in adalah benih pertumbuhan tanaman kangkung sudah optimum pada
kangkung darat sebanyak 150 butir, media tanam berupa tingkat dosis hara makro dan mikro yang tidak terlalu tinggi
arang sekam steril. Pupuk yang digunakan untuk perlakuan yaitu perlakuan N1 (makro A 37,5 mL, B 37,5 mL dan mikro
terdiri atas pupuk N, P, K, dan pupuk mikro. Bahan kimia 2,5 mL). Perlakuan N1 menghasilkan tanaman yang vigor,
yang dibutuhkan ialah aseton, dan bahan kimia komponen rimbun dengan ukuran daun yang lebih lebar. Kualitas
pupuk mikro, dan larutan hara makro. Alat yang digunakan tanaman kangkung untuk dikonsumsi sebagai sayuran
ialah polibag berdiameter 25 cm, “gembor” untuk menyiram sangat ditentukan oleh biomassa tajuk yang dihasilkan.
tanaman, timbangan kasar dan timbangan halus Penambahan hara makro dan mikro seperti pada
(Sartorius), oven, peralatan gelas, sentrifus, dan perlakuan N2 dan N3 tidak nyata meningkatkan tinggi
spektrofotometer (untuk menguji kandungan klorofil). tanaman, karena kemungkinan keseimbangan hara makro
dan mikro yang tidak optimal. Menurut Soepardi (1983),
Cara kerja respon tanaman yang optimal akan tercapai apabila
Rumah plastik transparan digunakan untuk menempat- pemberian unsur-unsur dalam tanah dalam keadaan
kan polibag tempat media tanam dari arang sekam. seimbang. setiap jenis tanaman menyerap unsur dalam
Rancangan yang digunakan ialah Rancangan Acak jumlah yang berbeda-beda, terutama bila tumbuh di tanah
Lengkap (Gomez dan Gomez, 1995) dengan empat yang berbeda. Khusus untuk budidaya tanaman tanpa
ulangan dan setiap polibag ditanami tiga tanaman. tanah dimana media yang digunakan bukan sumber utama
Perlakuannya terdiri atas lima macam pupuk cair dengan untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman, formula larutan
formula N0 = kontrol, tanaman hanya disiram dengan air, N1 hara yang baik dihasilkan dari kajian komposisi tumbuhan
= dalam setiap 15 L air ditambahkan 37,5 mL larutan A dan dari pemberian berbagai konsentrasi unsur hara pada
- +
(NO3 dan NH4 ) + 37,5 mL larutan B (K, P, Mg, Ca) + 2,5 tanaman (Salisbury dan Ross, 1992).
mL larutan mikro (Zn, Mn, B, Fe, Co), N2 = dalam 15 L air
ditambahkan 75 mL larutan A + 75 mL larutan B + 5 mL Jumlah daun
larutan mikro, N3 dalam setiap 15 L air ditambahkan 150 mL Hasil analisis terhadap data jumlah daun tanaman
larutan A + 150 mL larutan B + 10 mL larutan mikro, N4 = kangkung disajikan pada Gambar 2. Gambar ini
dalam setiap 15 L air ditambahkan 5 mL larutan mikro, N5 = menunjukkan bahwa pada perlakuan dengan hara mikro
dalam setiap 15 L air ditambahkan 75 mL larutan A + 75 mL yaitu N4 tidak berbeda nyata dengan N0 untuk seluruh
larutan B (formula ini didasarkan pada penelitian Indrayanti, waktu pengamatan, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan
1995). Pada pemupukan, setiap perlakuan disiram dengan hara makro, kecuali pada N1, N2, dan N3 pada 1 MST; N3
500 mL larutan pupuk per polibag sesuai dengan formula. pada 2 MST; N2, N3, dan N5 pada 3 MST. Pada perlakuan
Penyiraman dilakukan sehari dua kali, pengendalian hama dengan hara makro yaitu N1, N2, N3, dan N5 secara umum
dan penyakit serta penyiangan gulma dilakukan setiap saat. berbeda nyata dengan kontrol (N0), kecuali semua
Pengamatan dilakukan per minggu setelah tanam (MST). perlakuan pada 1 MST; N3 pada 2 MST; dan N2, N3, dan N5
Pengamatan terhadap tinggi dan jumlah daun (non de- pada 3 MST. Jumlah daun terbanyak akhir pengamatan
gradasi) dilakukan seminggu sekali. Pengamatan terhadap terjadi pada perlakuan N1 kemudian diikuti oleh N5, N2, N3,
bobot kering dilakukan dua minggu sekali (degradasi). Data N0, dan N4.
hasil pengamatan dilakukan uji ragam untuk mengetahui Berdasarkan hasil analisis ragam, jumlah daun yang
adanya pengaruh perlakuan, dilanjutkan dengan uji DMRT terbanyak secara nyata terjadi pada perlakuan N1.
dengan taraf kepercayaan 1%. Peningkatan dosis hara makro pada N2, N3, dan N5 mampu
meningkatkan jumlah daun tetapi masih lebih rendah
disbanding dengan N1, dengan demikian perlakuan N1
HASIL DAN PEMBAHASAN cukup optimal untuk pertumbuhan tanaman kangkung.
Menurut Salisbury dan Ross (1992) pada rentang
Penampakan visual secara umum pertumbuhan konsentrasi rendah yang disebut daerah kahat,
tanaman kangkung pada perlakuan N1 memberikan hasil pertumbuhan naik sangat tajam bila unsur diberikan lebih
terbaik. Hal ini terlihat dari penampakan tanaman yang banyak dan konsentrasinya sehingga konsentrasinya dalam
lebih subur, tinggi, dengan daun-daun yang lebih lebar tumbuhan meningkat dan pertumbuhan meningkat.
36 ENVIRO 5 (1): 34-37, Maret 2005
Gambar 1. Rata-rata tinggi (cm) tanaman kangkung. Gambar 2. Rata-rata jumlah daun (helai) tanaman kangkung.
Kandungan klorofil a
Kandungan klorofil b
0.2 0.08
N0
0.15 0.06 N0
N1 N1
0.1 0.04
N2 N2
0.05 0.02
N3 N3
0 0
N4 N4
II IV VI II IV VI
N5 N5
Pengam atan m inggu ke Pengamatan minggu ke
Gambar 3. Kandungan klorofil a daun kangkung. Gambar 4. Kandungan klorofil b daun kangkung.
Bobot kering kangkung
0.6 2.5
Nisbah klorofil b/a
0.5 N0 2 N0
0.4 1.5
N1 N1
(g)
0.3
N2 1 N2
0.2
0.1 N3 0.5 N3
0 N4 0 N4
II IV VI N5 II IV VI N5
Pengamatan minggu ke Pengamatan minggu ke
Gambar 5. Nisbah klorofil b/a daun kangkung. Gambar 6. Rata-rata bobot kering (g) tanaman kangkung.
Unsur hara makro berperan dalam pembentukan organ- pertimbangan, meskipun kedua macam hara tersebut
organ tanaman. Hal ini didukung oleh hasil penelitian diberikan dalam suatu perlakuan, faktor keseimbangan dan
dimana pada perlakuan N0 dan N4 keduanya tidak diberi dosis kebutuhan hara antara kedua macam hara tersebut
hara makro, sampai akhir pengamatan jumlah daun lebih sangat penting. Misalnya pada penambahan hara makro
sedikit dibanding dengan perlakuan N1, N2, N3, dan N5 yang 150 mL dan ditambah 10 mL hara mikro (N3), pertumbuhan
semuanya ditambah hara makro). Kekurangan hara makro kangkung tidak lebih baik dibanding dengan perlakuan yang
terutama nitrogen menyebabkan pertumbuhan kerdil, daun mempunyai komposisi larutan 37,5 mL hara makro
kecil, dan warna hijau muda kekuningan terutama pada ditambah 2,5 mL hara mikro (N1). Mikronutrien dibutuhkan
daun bagian bawah (Salibury dan Ross, 1992). Nitrogen oleh tanaman dalam jumlah sedikit dan berperan sebagai
dan fosfor dalam tanaman merupakan penyusun berbagai bagian utama pada gugus prostetik pada metaloprotein dan
senyawa penting seperti asam amino, asam nukleat, sebagai aktivator dalam reaksi enzimatik (Marschner, 1995).
protein, dan nukleotida (Noggle dan Fritz, 1986). Nitrogen
juga berperan mengatur penggunaan kalium, fosfor dan Kandungan klorofil
unsur-unsur lainnya (Soepardi, 1983). Kandungan klorofil a, klorofil b, dan nisbah klorofil b/a
Keseimbangan antara kebutuhan hara makro dan mikro pada pengamatan 2, 4, dan 6 MST disajikan pada Gambar
bagi tanaman tampaknya merupakan faktor penting dalam 3, 4, dan 5. Kandungan klorofil a untuk seluruh perlakuan
pertumbuhan kangkung. Hal tersebut terbukti dengan dan seluruh waktu pengamatan lebih besar dibanding
ditambahnya hara mikro tetapi tanpa hara makro (N4), dengan klorofil b (Gambar 3 dan 4). Pada pengamatan 4
pertumbuhan tidak sebaik dengan perlakuan yang diberi MST, kandungan klorofil a dan b pada seluruh perlakuan
kedua macam hara tersebut. Hal lain yang menjadi terjadi peningkatan sedikit, kemudian terjadi peningkatan
DJUKRI – Pertumbuhan dan produksi Ipomoea aquatica 37