You are on page 1of 5

Isma Resti Pratiwi I11111029 Agama Islam

HUKUM ISLAM
DEFINISI HUKUM ISLAM Syariat menurut bahasa berarti jalan. Sedangkan menurut istilah berarti hukum hukum yang diadakan oleh Allah untuk umatNya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik hukum yang berhubungan dengan aqidah maupun amaliah. Hukum Islam berarti keseluruhan ketentuan-ketentuan perintah Allah yang wajib diturut (ditaati) oleh seorang muslim. Dari definisi tersebut syariat meliputi: 1. Ilmu Aqoid (keimanan) 2. Ilmu Fiqih (pemahan manusia terhadap ketentuan-ketentuan Allah) 3. Ilmu Akhlaq (kesusilaan) Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hukum Islam adalah syariat yang berarti hukum-hukum yang diadakan oleh Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah (perbuatan). TUJUAN HUKUM ISLAM Asy Syatibi berpendapat bahwa tujuan Hukum Islam ialah agar kita dapat mencapai kemaslahatan baik di dunia maupun di akhirat. Adapun kemaslahatan yang dimaksud ialah: 1. Memelihara agama (Q.S. 2:256) Berdasarkan kepentingannya terbagi menjadi tiga, yakni: a. Dharuriyyah (kebutuhan esensial) Memelihara dan melaksanakan kewajiban agama yang utama. Contohnya: shalat lima waktu. b. Hijiyyat (kebutuhan yang non esensial) : Melaksanakan ketentuan agama. Contohnya: shalat jamak dan qashar bagi yang sedang bepergian. c. Tahsiniyyat (kebutuhan penunjang): Mengikuti petunjuk agama. Contohnya: menutup aurat, membersihkan badan, pakaian dan tempat. 2. Memelihara jiwa a. Dharuhiyyat: Memenuhi kebutuhan pokok berupa makanan untuk mempertahankan hidup. b. Hijiyyat: Sepertinya diperbolehkan berburu binatang untuk menikmati makanan yang halal dan lezat. c. Tahsiniyyat : Sepertinya ditetapkannya tatacara makan dan minum. 3. Memelihara akal (Q.S. 5:90) a. Dharuhiyyat: Diharamkan meminum minuman keras. b. Hijiyyat : Sepertinya menuntut ilmu pengetahuan. c. Tahsiniyyat : Menghindarkan diri dari menghayal atau mendengarkan sesuatu yang tidak berfaedah.

4. Memelihara keturunan (Q.S. 17: 32) a. Dharuriyyat: Sepertinya disyariatkan nikah dan dilarang berzina. b. Hijiyyat : Sepertinya ditetapkan menyebut mahar bagi suami pada waktu akad nikah dan diberi hak talaq padanya. c. Tahsiniyyat : Disyariatkan Khitbah atau Walimat dalam perkawinan. 5. Memelihara kekayaan a. Dharuriyyat : Tata cara pemilikan dan larangan mengambil harta orang lain. b. Hijiyyat : Sepertinya tentang jual beli dengan salam. c. Tahsiniyyat: Menghindarkan diri dari pengecohan atau penipuan. PRINSIP PRINSIP HUKUM ISLAM Menurut Juhaya S. Praja, prinsip prinsip hukum Islam terbagi menjadi tujuh, yakni sebagai berikut: 1. Prinsip Tauhid , menyatakan bahwa semua manusia ada dibawah satu ketetapan yang sama, yaitu ketetapan tauhid yang dinyatakan dalam kalimat Lailaha Illa Allah (Tidak ada tuhan selain Allah). 2. Prinsip Keadilan, menyatakan bahwa perintah Allah ditujukan bukan karena esensinya, sebab Allah tidak mendapat keuntungan dari ketaatan dan tidak pula mendapatkan kemudharatan dari perbuatan maksiat manusia. Namun ketaatan tersebut hanyalah sebagai jalan untuk memperluas prilaku dan cara pendidikan yang dapat membawa kebaikan bagi individu dan masyarakat 3. Prinsip Amar Maruf Nahi Munkar, menyatakan bahwa hukum Islam digerakkan untuk merekayasa umat manusia untuk menuju tujuan yang baik dan benar yang dikehendaki dan diridhoi Allah. 4. Prinsip Kebebasan / Kemerdekaan, menyatakan bahwa dalam hukum Islam menghendaki agar agama/hukum Islam disiarkan tidak berdasarkan paksaan, tetapi berdasarkan penjelasan, demontrasi, argumentasi. 5. Prinsip Persamaan / Egalite, yakni prinsip Islam menentang perbudakan dan penggantian nyawa manusia atas manusia. 6. Prinsip At Taawun , yakni saling membantu antar sesama manusia yang diarahkan sesuai prinsip tauhid, terutama dalam peningkatan kebaikan dan ketakwaan. 7. Prinsip Toleransi, yakni toleransi yang dikehendaki Islam adalah toleransi yang menjamin tidak terlanggarnya hak-hak Islam dan ummatnya AZAS AZAS HUKUM ISLAM Adapun secara terminologinya Hasbi Ash-Shiddiqie mengungkapkan bahwa hukum Islam sebagai hukum yang lain mempunyai azas dan tiang pokok sebagai berikut: 1. Azas Nayful Haraji, artinya hukum Islam dibuat dan diciptakan itu berada dalam batas-batas kemampuan para mukallaf. 2. Azas Qilatu Taklif artinya hukum Islam itu tidak memberatkan pundak mukallaf dan tidak menyukarkan.

3. Azas Tadarruj, artinya pembinaan hukum Islam berjalan setahap demi setahap disesuaikan dengan tahapan perkembangan manusia. 4. Azas Kemuslihatan Manusia, artinya hukum Islam seiring dengan dan mereduksi sesuatu yang ada dilingkungannya. 5. Azas Keadilan Merata, artinya hukum Islam sama keadaannya tidak lebih melebihi bagi yang satu terhadap yang lainnya. 6. Azas Estetika, artinya hukum Islam memperbolehkan bagi kita untuk mempergunakan/memperhatiakn segala sesuatu yang indah. 7. Azas Menetapkan Hukum Berdasarkan Adat yang Berkembang dalam Masyarakat, artinya hukum Islam dalam penerapannya senantiasa memperhatikan adat / kebiasaan suatu masyarakat. 8. Azas Syara Menjadi Dzatiyah Islam, artinya hukum yang diturunkan memberikan lapangan yang luas kepada para filusuf untuk berijtihad guna memberikan bahan penyelidikan dan pemikiran dengan bebas dan supaya hukum Islam menjadi elastis sesuai dengan perkembangan peradaban manusia. SUMBER SUMBER HUKUM ISLAM 1. AlQuran Menurut istilah Quran berarti kumpulan wahyu Allah yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW selama menjalankan kenabiannya memalui malaikat Jibril untuk disebarluaskan kepada umat manusia. Ciri-ciri khas pembentukan hukum dalam Al-Quran antara lain sebagai berikut: - Cenderung untuk memberi patokan-patokan umum atas sebuah persoalan secara rinci. - Menunjukkan adanya kewajiban bagi manuia namun sifatnya tidak memberatkan. - Menjadi patokan dasar dalam penetapan aturan baru, dugaan atau perkiraan tidak boleh dijadikan dasar penetapan hukum. - Ayat ayat yang berhubungan dengan penetapan hukum tidak pernah meninggalkan masyarakat sebagai bahan pertimbangan - Hukum hukum di dalamnya selalu relevan dengan perubahan zaman (tidak mempunyai masa kadaluarsa) 2. As Sunnah / Hadits Menurut bahasa, hadits berarti: kabar, berita atau hal yang diberikan turuntemurun. Sedangkan menurut istilah dalam agama berarti: berita turun-temurun tentang perkataan, perbuatan Nabi atau kebiasaan nabi ataupun hal-hal yang diketahuinya terjadi diantara sahabat tetapi dibiarkannya. Sunnah menurut bahasa berarti jalan atau tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut istilah ialah jalan yang ditempuh atau kebiasaan yang dipakai atau diperintahkan oleh Nabi.

Kedudukan Hadits dalam pembentukkan hukum Islam yaitu: - Mentafsirkan ayat-ayat Quran dan menerangkan makna/artinya. Contohnya: Surat Al Anam ayat 82:orangorang yang beriman dan tidak mencampuri mereka dengan kedzaliman. Arti kedzaliman disini ialah sifat syirik. - Menjelaskan dan memberikan keterangan pada ayat-ayat yang MUJMAL atau yang belum terang. Contohnya: Surat Al Kausar ayat 2: Maka dirikanlah sembahyang sholat karena Tuhannmu - Mengkhususkan ayat-ayat bersifat umum. Misalnya ayat mengenai warisan. Hal ini kemudian dijelaskan dalam hadist bahwa warisan itu hanyalah dijalankan dengan syarat persesuaian agama, tidak terjadi pembunuhan dan perbudakan. - Mentaqyidkan atau memberi pembatasan bagi ayat-ayat yang mutlak. Misalnya ayat mengenai pemotongan tangan bagi pencuri laki-laki dan perempuan. Kemudian Nabi memberikan nisab atau minimal pencurian dan syarat-syarat pemotongan. - Menerangkan makna yang dimaksud dari suatu nas yang muktamil (menurut lahirnya boleh ditafsirkan dengan berbagai tafsiran) - Sunnah/hadist membuat berbagai macam hukum baru yang tidak disinggung Al-Quran. Contohnya: Nabi mewajibkan saksi-saksi dalam suatu pernikahan. 3. Royu, terbagi atas: a. Qiyas, menyamakan hukum suatu hal yang tidak terdapat ketentuannya di dalam al-Quran dan Sunnah dengan hal (lain) yang hukumnya disebut dalam Quran dan Sunnah karena persamaan illat (penyebabnya). Contohnya: khamr dinyatakan haram karena di dalam Al Quran dijelaskan bahwa segala yang memabukkan itu haram. b. Ijma, adalah persetujuan atau kesesuaian pendapat antara para ahli mengenai suatu masalah pada suatu tempat di suatu masa. c. Marsalih Al Mursalah , adalah cara menentukan hukum sesuatu hal yang tidak terdapat ketetuannya baik dalam Quran maupun Hadist, berdasarkan pertimbangan kemaslahatan masyarakat atau kepentingan umum. Misalnya pemungutan pajak penghasilan untuk dalam rangka untuk pemerataan pendapatan dan pemeliharaan fasilitas umum. d. Istishan, ialah cara menetukan hukum dengan jalan menyimpang dari ketentuan yang ada demi keadilan dan kepentingan sosial. Contohnya ialah pencabutan hak milik seseorang atas tanah untuk pelebaran jalan, pembuatan irigasi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial. e. Urf (adat istiadat), ialah yang berkenaan dengan soal muammalat. Sepanjang adat istiadat itu tidak bertentang dengan ketentuan dalam Quran dan Hadist serta tidak melanggar asas-asas hukum Islam di bidang muammalat, maka menurut kaidah hukum islam yang menyatakan adat dapat dikukuhkan menjadi hukum (al-adatu muhakkamah).

You might also like