You are on page 1of 6

Patogenesis DKI

Bahan Iritan (toksin)

Merusak Membran Lemak

Mengaktifkan fosfolipasi

Melepaskan

AA (Asam Arakidonat)

DAG (Diasilgliserol)

Prostaglandin

Leukotrien

Stimulasi IL-1

Mengaktifkan Sel T Penolong Induksi Vasodilatasi Pem. Darah Turnover Epidermis Permeabilitas Pemb. Darah Meningkat Merangsang Saraf Eritem Perifer Sel diatasnya terdorong ke Permukaan lebih cepat Lanjut ke saraf Sensorik Sel yang belum matur menumpuk di kulit Melepaskan histamine Laju mitosis dan jumlah Sel germinativum meningkat Aktivasi Sel Mast Mengeluarkan IL-2

Gatal

Pengelupasan kulit lbh cpt

PATOFISIOLOGI GATAL o Jaras Sensoris Kulit Pada kulit, terdapat ujung saraf bebas yang merupakan reseptor nyeri (nosiseptor). Ujung saraf bebasnya bisa mencapai bagian bawah epidermis. Ujung saraf bebas terbagi menjadi dua jenis serabut saraf. Serabut saraf A bermielin yang merupakan nosiseptor dan serabut saraf C tidak bermielin. Serabut saraf C terdiri dari 80% mekanosensitif yang merupakan polimodal nosiseptor dan 20% mekanoinsensitif. Polimodal nosiseptor merupakan serabut saraf yang merespon terhadap semua jenis stimulus mekanik dan kimiawi. Sedangkan mekanoinsensitif tidak merespon terhadap stimulus mekanik, namun memberi respon terhadap stimulus kimiawi. Sekitar 5% dari mekanoinsensitif ini merupakan pruritoseptor yaitu reseptor yang menimbulkan rasa gatal, terutama dipengaruhi oleh histamine. Serabut saraf A merupakan penghantar sinyal saraf yang cepat. Kecepatan hantarannya mencapai 30m/detik. Sedangkan serabut saraf C merupakan penghantar sinyal saraf yang lambat. Kecepatan hantarannya hanya 12m/detik, terlebih lagi pada serabut saraf C mekanoinsensitif yang hanya 0,5m/detik. Hal ini menjelaskan mengapa seseorang dapat merasakan rasa gatal beberapa saat setelah stimulus terjadi. Bandingkan saat tangan kita terkena benda panas. Gatal dapat timbul apabila pruritoseptor terangsang dan reseptor lainnya tidak terangsang. Tidak mungkin pada penghantaran sinyal, terdapat dua reseptor sekalgus yang terangsang oleh satu stimulus. Saat pruriseptor terangsang, seseorang akan mulai merasakan sensasi gatal sehingga timbul hasrat untuk menggaruk. Saat menggaruk, polimodal nosiseptor akan terangsang sehingga pruritoseptor akan berhenti terangsang. Hal ini memberikan penjelasan mengapa ketika seseorang menggaruk tubuhnya yang gatal, maka rasa gatal akan menghilang. Setelah garukan dihentikan, yang artinya polimodal nosiseptor berhenti terangsang, pruritoseptor sangat mungkin untuk kembali terangsang sehingga gatal akan timbul kembali. Polimodal nosiseptor juga dapat menimbulkan gatal, misalnya pada baju baru yang labelnya kasar akan menimbulkan sensasi gatal.Stimulus pada serabu saraf C melalui ganglion dorsal dan menyilang pada saraf tulang belakang ke sisi kontralateral dan

masuk ke jalur spinotalamikus lateral menuju thalamus dan akhirnya mencapai korteks serebri sensori. o Mediator Penyebab Gatal pada Kulit Histamin Konsentrasi histamin yang rendah pada lapisan dermo-epidermal menyebabkan sensasi gatal, namun injeksi yang lebih dalam (deeper intracutaneus) menyebabkan nyeri. Histamin disintesis di dalam sel mast dan tersimpan pada granula sel mast. Ketika terjadi reaksi radang, sel mast terdegranulasi dan keluarlah histamin tersebut. Histamin terdiri dari dua macam, H1 dan H2. Histamin yang menyebabkan gatal adalah H1. Serotonin Amina jenis ini ditemukan pada platelet tapi tidak terdapat pada sel mast manusia. Serotonin dapat menyebabkan gatal melalui pelepasan histamine dari sel mast dermal. Endopeptidase Endopeptidase seperti tripsin atau papain dapat menyebabkan gatal. Tripsin adalah komponen penting dari sel mast dermal dan dilepaskan akibat aktivasi sel mast. Sel mast memperoleh triptase, dari kerja proteinase-activated receptor-2 (PAR-2) pada terminal saraf C yang berdekatan sehingga membangkitkan neuropeptida pruritogenik dari terminal yang sama. Hal ini memperlihatkan interaksi sistem imun dan sistem saraf dalam menyebabkan sensasi gatal. Selain tripsin, reaksi inflamasi juga menghasilkan interleukin-2 (IL-2) yang ikut berperan dalam timbulnya gatal. Neuropeptida Substansi P yang terdapat pada terminal neuron C dilepaskan sebagai akibat dari kerja triptase sel mast pada PAR-2 dan menyebabkan gatal dengan baik dengan aksi langsung maupun memicu pelepasan histamin oleh sel mast melalui reseptor NK-1. Dosis rendah dari morphin menyebabkan gatal dan efeknya adalah pelepasan prostaglandin dan degranulasi sel mast. Reseptor agonis opioid adalah pada saraf tulang belakang atau ganglia dorsal karena dosis rendah dari morphine dapat menyebakan gatal segmental. Eicosanoid Transformasi asam arakidonat (prostaglandin, leukotrin) memliki peran yang kuat dalam mediator inflamasi tapi tidak secara langsung menyebabkan gatal. Prostaglandin E (PGE)

menyebabkan gatal melalui mediator lain. Konsentrasi rendah PGE pada satu area kulit menurunkan ambang batas timbulnya sensasi gatal akibat kerja histamin pada area tersebut. o Patofisiologi Pruritus Pruritogen menyebabkan ujung serabut saraf C pruritoseptif teraktivasi Serabut saraf C menghantarkan impuls sepanjang serabut saraf sensoris Terjadi input eksitasi di Lamina-1 kornu dorsalis susunan saraf tulang belakang Akson refleks mengeluarkan transmiter yang menghasilkan inflamasi neurogenik (substansi P, CGRP, NKA) Setelah impuls melalui pemrosesan di korteks serebri, maka akan timbul suatu perasaan gatal dan tidak enak yang menyebabkan hasrat untuk menggaruk bagian tertentu tubuh KERATINISASI

Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 sel utama yaitu keratinosit, Sel Langerhans dan Melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basale mengadakan pembelahan Sel basal yang lain berpindah ke atas menjadi sel spinosum Semakin keatas sel menjadi gepeng dan dan bergranula menjadi sel granulosum Inti menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf

Proses ini berlangsung terus menerus seumur hidup selama 14-21 hari SALEP 88 Komposisi Acidum salicylicum 60 mg Acidum benzoicum 65 mg Sulfur precipitatum 60 mg Camphora 30 mg Mentholum 25 mg Vaselin album ad 1000 mg

Indikasi

Untuk mengobati penyakit kulit karena jamur seperti panu,kadas,kurap,kudis dan kutu air

Aturan Pakai

Oleskan 3x sehari secukupnya pada bagian yang luka dan gatal sebelumnya dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu

Kontraindikasi

Penderita yang hipersensitif terhadap komponen obat Efek Samping Bila digunakan terus menerus dapat menimbulkan iritasi,dermatitis dan urtikaria Pada kaki pasien terdapat efloresensi fisura (retak-retak) yang diakibatkan oleh pemberian salep 88. Dimana salep tersebut mengandung asam salisilat yang dapat mengakibatkan keratolisis pada kulit. Kadar asam salisilat pada salep 88 cukup tinggi sehingga dapat menimbulkan gejala tersebut

DAFTAR PUSTAKA 1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi kelima. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, 2007; hal: 8

2. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi kelima. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, 2007; hal: 321-323

3. Freddberg IM, Elsen AZ, Wolff K, et al: Fitzpatricks Dermatology General Medicine, 6th edition.
New York: McGraw-Hill, 2003.

You might also like