You are on page 1of 5

BioSMART ISSN: 1411-321X

Volume 7, Nomor 2 Oktober 2005


Halaman: 73-77

Aktivitas Antioksidatif Ekstrak Tempe terhadap Oksidasi Daging Ayam Giling


pada Suhu Dingin
Antioxydative activity of tempeh extract on oxidation of ground chicken in cold temperature

HESTI WINDANI, TJAHJADI PURWOKO♥, ARI SUSILOWATI


Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta 57126

Diterima: 11 Juni 2005. Disetujui: 1 Agustus 2005.

ABSTRACT

Tempeh was the soybeans fermented by Rhizopus oryzae. Tempeh contained isoflavone aglycones that had antioxsidative activity This
experiment aimed to know that tempeh extract was able to delay mioglobine oxidized and lipid oxidized and to know the influence of
tempeh extract from 2 and 4 days tempeh fermentation age. Tempeh was extracted with 80% methanol and defatted using hexana.
Tempeh extracts (0, 300, 600 and 900 ppm) from 2 and 4 days tempeh fermentatioan age were mixed with 4 hours post mortem ground
chicken and storaged at 4°C for 12 days. The metmioglobine and Thiobarbituric Acid Reactive Substances (TBARS) values of oxidized
ground chicken were measured every 3 days. The results were analized using Repeated Measure statistic method. Tempeh extract
decrease the metmioglobine values of ground chicken about 8,13-8,70% and TBARS values about 0,29-0,30 nmol/g. The 2 and 4 days
fermentation tempeh extract showed the minimum metmioglobine values. However the TBARS values of 4 days fermentation tempeh
extracts and 2 days fermentation tempeh extract were not differents.

Key words: antioxidative activity, tempeh, ground chicken, Rhizopus oryzae, TBARS values.

PENDAHULUAN menjadi coklat. Daging yang berwarna coklat, memiliki


kualitas rendah (Buckle et al., 1985).
Daging merupakan bahan makanan utama dan Oksidasi lemak dapat dihambat pada penyimpanan
dikonsumsi manusia sebagai sumber protein hewani, suhu dingin dan oleh adanya senyawa antioksidan. Suhu
karena daging mengandung asam-asam amino esensial dingin dapat menghambat pengangkutan hasil proses
relatif tinggi. Selain protein daging mengandung lemak oksidasi yang menyebabkan penurunan kualitas daging
yang tersusun atas asam-asam lemak yang dibutuhkan ayam. Antioksidan dapat diperoleh dari bahan alami.
sebagai sumber energi. Daging mudah rusak akibat Kedelai dan produk olahannya merupakan bahan alami
aktivitas mikroorganisme dan oksidasi lemak. yang mengandung isoflavon. Isoflavon dalam kedelai pada
Mikroorganisme dapat tumbuh pada daging, karena daging umumnya berupa isoflavon glikosidik. Dalam olahan
mempunyai nutrisi yang baik. Daging mengandung lemak, kedelai terfermentasi, isoflavon glikosidik mengalami
sehingga mudah mengalami oksidasi lemak. Lemak yang transformasi menjadi isoflavon bebas yang sering disebut
mudah mengalami oksidasi adalah lemak yang isoflavon aglikon. Aktivitas antioksidatif isoflavon aglikon
mengandung asam lemak tidak jenuh. Oksidasi lemak pada lebih kuat daripada isoflavon glikosidik.
daging dipicu oleh besi yang terlepas dari pigmen Pratt (1972) serta Wu dan Brewer (1994) melaporkan
mioglobin. Oksidasi lemak ditandai dengan timbulnya bahwa ekstrak tempe mampu menurunkan oksidasi lemak
aroma tengik pada daging tersebut. Tengik merupakan daging sapi. Aktivitas antioksidatif isoflavon aglikon tempe
aroma senyawa-senyawa hasil dekomposisi hidroksi telah diteliti. Dalam penelitian Purwoko (2001)
peroksida yang dihasilkan dari oksidasi lemak. Karena ditunjukkan bahwa aktivitas antioksidatif isoflavon aglikon
lemak pada daging mengalami kerusakan, maka nilai gizi tempe mampu menghambat oksidasi minyak kedelai.
daging menurun. (Syarief dan Halid, 1993). Faktor-II (6,7,4’ tri-hidroksi isoflavon) mempunyai
Perubahan warna merupakan salah satu karakteristik aktivitas antioksidatif. Dilaporkan juga faktot-II (6,7,4’ tri-
mutu dari daging. Warna daging sangat ditentukan oleh hidroksi isoflavon) tidak terdapat dalam kedelai, tetapi
kandungan mioglobin. Mioglobin dapat mengalami terdapat dalam tempe (Pawiroharsono, 1997). Nurkhayati
oksidasi menjadi metmioglobin, sehingga warna daging (2002) dalam penelitiannya melaporkan bahwa ekstrak
tempe gembus (400 ppm) mampu menghambat oksidasi
♥ Alamat
Alamat korespondensi:
korespondensi: minyak kedelai selama 15 menit sampai 95%. Arumsari
Jl. Ir. Sutami 36A,
Candikuning, Surakarta
Baturiti, 57126
Tabanan, Bali 82191. (2002) juga melaporkan oksidasi minyak kedelai selama 15
Tel. & Fax.: +62-271-663375.
+62-368-21273. menit mampu dihambat sampai 97,66% oleh 400 ppm
e-mail: direkbg@singaraja.wasantara.net.id,
biology@mipa.uns.ac.id igtirta59@yahoo.com ekstrak oncom. Sulasmi (2003) menyatakan bahwa ekstrak

 2005 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta


74 B i o S M A R T Vol. 7, No. 2, Oktober 2005, hal. 73-77

tempe hasil fermentasi Rhizopus oryzae mempunyai 4ºC. Pengukuran nilai pH,% metmioglobin dan penghi-
aktivitas antioksidatif tertinggi pada umur fermentasi 2 dan tungan nilai TBARS dilakukan setiap 3 hari selama 12 hari.
4 hari.
Dari beberapa penelitian diatas belum ada penelitian Tahap pengukuran nilai pH, metmioglobin dan nilai TBARS
tentang aktivitas antioksidatif ekstrak tempe terhadap Nilai pH. Pengukuran nilai pH dilakukan dengan pH-
oksidasi daging ayam giling. Penelitian ini dilakukan untuk meter [TPS 900-PJ].
mengetahui apakah ekstrak tempe mampu menghambat Metmioglobin. Berdasarkan metode Krzywicki (1982)
oksidasi mioglobin dan oksidasi lemak serta mengetahui dalam Lee et al., (1998). Daging ayam giling sebanyak 10
pengaruh ekstrak tempe umur fermentasi 2 dan 4 hari. g ditambah 30 mL buffer fosfat dingin (pH 6,8. 40 mM)
dan disentrifus [Hettich, D-78532] (13500 g, 10 detik).
Sampel didiamkan selama 1 jam pada suhu 4°C dan
BAHAN DAN METODE disentrifuse lagi (5000 g, 30 menit). Supernatan (5 mL)
disaring, dimasukkan dalam kuvet dan diukur nilai
Waktu dan tempat penelitian absorbansinya pada panjang gelombang 700, 572, dan 525
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pusat nm dengan spektrofotometer [Labomed 0298].
MIPA Sub Lab Biologi, Universitas Sebelas Maret Persentase metmioglobin dihitung dengan rumus :
Surakarta pada bulan Desember 2002 s.d. Mei 2003.
%Met Mb = {1,395-[(A572-A700)/(A525-A700) ]}x100
Alat dan bahan Nilai TBARS. Berdasarkan metode Lee et al., (1998).
Bahan yang digunakan meliputi: beras, aquades, Daging sampel 10 g ditambah 10 mL aquades diblender,
suspensi spora Rhizopus oryzae FNCC 6078, kedelai, disaring. Filtrat dijadikan 20 mL ditambah aquades,
metanol 80% dan 100%, heksana, daging ayam bagian disaring dan diambil 3 mL ditambah 2,5 mL reagen TBA
dada (musculus pectoralis) umur 8 minggu, reagen TBA dan campuran di panaskan 15 menit dengan penangas air di
[0,375% TBA (Thiobarbituric Acid), 15% TCA (Tri atas hotplate suhu 100°C, sehingga terbentuk warna merah,
Cloroacetic Acid), 0,25 N HCl], larutan 1,1,3,3 tetra etoksi didinginkan dengan air mengalir 5 menit dan disentrifuse
propana dan buffer fosfat (pH 6,8. 40 mM). (6000 g, 10 menit). Supernatan diambil, dimasukkan kuvet
dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 530
Cara kerja nm. Nilai absorbansi dikurangi dengan nilai absorbansi
Pembuatan inokulum. Beras (15 g) dan aquades (15 larutan blanko, dikonversikan ke persamaan senyawa
mL) dimasukkan dalam cawan petri, disterilisasi pada suhu standar (TEP) yang merupakan prekusor malonaldehid
121°C selama 15 menit. Suspensi spora Rhizopus oryzae 1 (MDA).
mL diinokulasikan dalam substrat nasi, kemudian
diinkubasi selama 5 hari. Inokulum dikeringkan pada suhu Teknik pengumpulan data
40°C selama 3 hari, kemudian diblender hingga dihasilkan Rancangan percobaan adalah Rancangan Acak Lengkap
inokulum bubuk. yang terdiri dari dua faktor dengan kombinasi perlakuan
Pembuatan tempe. Kedelai direndam air suhu 50°C 6 dan tiga ulangan. Lama penyimpanan dianggap sebagai
jam, kemudian dikuliti, diambil 30 g dan disterilisasi suhu faktor pengukur berulang.
121°C selama 15 menit, ditambah bubuk inokulum 9 mg
dan diinkubasi 2 & 4 hari pada suhu kamar. Analisis data
Ekstraksi tempe dilakukan menurut metode Siregar Nilai TBARS dan metmioglobin (%) dianalisis dengan
dan Pawiroharsono (1997). Tempe umur 2 dan 4 hari metode Repeated Measure (pengukuran berulang) dari
dikeringkan pada suhu 60°C selama 24 jam, diblender General Linear Model menggunakan software SPSS 10.0
menjadi bubuk. Diambil sebanyak 30 g, diekstrak 2 kali dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan
dengan 150 mL metanol 80% dan 30 mL metanol 80% pada suatu variabel yang diukur secara berulang-ulang.
hingga diperoleh ekstrak dan ampas. Ampas dibuang dan
ekstrak dikumpulkan, dievaporasi dengan rotary
evaporator [Bibby Sterilin ST 15 OSA] pada suhu 40-50°C HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam kondisi vakum sampai kering. Ekstrak kering
ditambah 5 mL metanol 50% dan 10 mL heksana untuk Nilai pH daging ayam giling
menghilangkan lemak, kemudian digojok 2 kali. Lapisan Selama penyimpanan sampai 12 hari pada suhu 40C,
atas dibuang dan lapisan bawah diambil, kemudian nilai pH daging ayam giling hampir semua perlakuan
dievaporasi hingga kering dan ditambah 5 mL metanol menurun (Tabel 1). Penurunan pH tersebut karena daging
100%, lalu dikeringkan dengan oven pada suhu 50°C. mengalami proses glikolisis. Glikolisis berlanjut ke
Ekstrak kering disimpan pada suhu 4°C. fermentasi asam laktat karena daging tidak mendapat suplai
Perlakuan. Daging ayam umur 8 minggu, 4 jam post oksigen. Lundberg (1986) dalam Lawrie (1995)
mortem diambil 700 g dan dibagi 7 kelompok perlakuan. menyatakan bahwa asam laktat bertanggung jawab
Masing-masing kelompok perlakuan ditambah 300, 600, terhadap penurunan pH pada daging. Meskipun daging
dan 900 ppm ekstrak tempe umur 2 dan 4 hari serta kontrol. disimpan pada suhu 4ºC, proses glikolisis tetap
Daging ayam giling dimasukkan plastik dan disimpan suhu berlangsung, tetapi lebih lambat daripada bila disimpan
pada suhu kamar (Aniesa, 2001). Dilaporkan juga
WINDANI dkk. – Aktivitas antioksidatif tempe pada daging ayam 75

temperatur dan lama penyimpanan berpengaruh terhadap yang ditambah ekstrak tempe umur fermentasi 2 dan 4 hari
nilai pH daging, meskipun pH daging ayam giling ((Tabel 3). Rerata kenaikan nilai metmioglobin tiga harian
mengalami penurunan, pH daging masih berada pada daging ayam giling yang ditambah ekstrak tempe umur
kisaran pH normal daging segar yaitu 5,1 sampai 7,2 fermentasi 4 hari paling rendah dibandingkan dengan yang
(Aniesa, 2001). Penelitian Lee et al., (1998) menyatakan ditambah ekstrak tempe umur fermentasi 2 hari dan kontrol
bahwa pH daging menurun seiring dengan lama
penyimpanan, meskipun disimpan pada suhu 40C. Tabel 3. Kenaikan nilai metmioglobin (%) tiga harian daging
ayam giling yang ditambah ekstrak tempe dan disimpan pada
Tabel 1. Nilai pH daging ayam giling yang ditambah ekstrak suhu 4ºC.
tempe dan disimpan pada suhu 4°C.
Umur fermentasi Kadar Lama penyimpanan (hari)
Umur fermentasi Kadar Lama penyimpanan (hari) tempe ekstrak 0-3 3-6 6-9 9-12 Rerata
tempe ekstrak 0 3 6 9 12 Kontrol 17,33 8,89 4,427 8,650 9,824
Kontrol 6,44 6,91 6,53 6,39 6,10 2 hari 300 ppm 4,897 17,627 6,017 5,730 8,568
2 hari 300 ppm 6,90 6,34 6,36 6,36 6,10 600 ppm 1,363 24,217 1,503 10,060 9,286
600 ppm 6,44 6,32 6,36 6,32 6,07 900 ppm 3,810 21,750 0,883 11,003 9,361
900 ppm 6,40 6,34 6,33 6,28 6,12 4 hari 300 ppm 2,630 15,613 5,253 7,273 7,692
4 hari 300 ppm 6,67 6,72 6,27 6,31 6,07 600 ppm 5,980 12,070 2,800 8,700 7,387
600 ppm 6,68 6,62 6,42 6,24 6,20 900 ppm 4,177 16,213 1,777 9,997 8,041
900 ppm 6,10 6,52 6,38 6,24 6,12

Berdasarkan analisis statistik diketahui bahwa nilai


Nilai metmioglobin daging ayam giling metmioglobin tiga harian daging ayam giling yang
Selama penyimpanan sampai 12 hari pada suhu 40C, ditambah ekstrak tempe umur fermentasi 2 hari berbeda
nilai metmioglobin daging ayam giling semua perlakuan dengan daging ayam giling yang ditambah ekstrak tempe
mengalami kenaikan (Tabel 2). Hal itu disebabkan karena umur fermentasi 4 hari (pada taraf signifikansi, α< 0,005).
pada dasarnya proses oksidasi mioglobin menjadi Penambahan ekstrak tempe dengan variasi kadar (300, 600,
metmioglobin tidak dapat dihentikan. Gray et al. (1996) dan 900 ppm) tidak menunjukkan hasil yang berbeda
mengungkapkan bahwa radikal bebas atau produk oksidasi terhadap nilai metmioglobin, tetapi berbeda dengan nilai
lemak dapat mengoksidasi mioglobin menjadi metmioglobin daging ayam giling kontrol (pada taraf
metmioglobin. signifikansi, α< 0,005).

Tabel 2. Nilai metmioglobin (%) daging ayam giling yang Nilai TBARS daging ayam giling
ditambah ekstrak tempe dan disimpan pada suhu 4°C. Berdasarkan tabel 4 nilai TBARS daging ayam giling,
baik yang ditambah ekstrak tempe maupun tidak (kontrol)
Umur fermentasi Kadar Lama penyimpanan (hari) semakin meningkat seiring dengan meningkatnya lama
tempe ekstrak 0 3 6 9 12 penyimpanan pada suhu 4°C. Hal itu menunjukkan bahwa
Kontrol 55,97 73,30 82,19 86,62 95,27
proses oksidasi tidak dapat dihentikan meskipun
2 hari 300 ppm 57,96 62,86 80,48 86,50 92,22 penyimpanan dilakukan pada suhu 4ºC, karena proses
600 ppm 54,84 56,06 80,42 81,92 91,98
900 ppm 54,40 58,21 79,96 80,84 92,03
oksidasi lemak merupakan proses alamiah terjadi selama
4 hari 300 ppm 62,69 65,33 80,94 86,19 93,47 makanan berlemak kontak dengan oksigen (Simic et al.,
600 ppm 63,41 69,39 81,46 84,26 92,96 1992). Kondisi dingin atau beku hanya dapat menghambat
900 ppm 60,52 64,75 80,97 82,74 92,74 pengangkutan radikal bebas dan memperlambat
pengangkutan hasil proses oksidasi yang menyebabkan
penurunan kualitas daging (Nam et al., 2001).
Peningkatan nilai metmioglobin daging ayam giling
yang ditambah ekstrak tempe umur fermentasi 2 hari lebih Tabel 4. Nilai TBARS (nmol MDA/g) daging ayam giling yang
besar daripada daging ayam giling yang ditambah ekstrak ditambah ekstrak tempe dan disimpan pada suhu 4°C.
tempe umur fermentasi 4 hari selama 12 hari penyimpanan
Umur fermentasi Kadar Lama penyimpanan (hari)
pada suhu 4ºC (Tabel 3). Hal itu menunjukkan bahwa
tempe ekstrak 0 3 6 9 12
ekstrak tempe umur fermentasi 4 hari mengandung
Kontrol 0,857 1,031 1,223 2,327 4,296
antioksidan yang mampu menghambat oksidasi mioglobin 2 hari 300 ppm 0,839 1,031 1,075 2,301 2,672
menjadi metmioglobin. Kedelai dan olahannya diketahui 600 ppm 0,816 1,013 1,031 2,189 2,607
mengandung senyawa isoflavon. Isoflavon diketahui 900 ppm 0,723 1,010 1,019 2,254 2,450
mampu menghambat oksidasi lemak, tetapi belum 4 hari 300 ppm 0,737 0,971 1,023 1,907 2,643
diketahui senyawa aktif yang mampu menghambat oksidasi 600 ppm 0,735 0,971 1,017 1,764 2,475
mioglobin menjadi metmioglobin dari kedelai dan 900 ppm 0,705 0,881 1,010 1,746 2,348
olahannya. Selama ini aktivitas antioksidatif ekstrak
kedelai lebih difokuskan pada nilai TBARS oksidasi lemak.
Rerata kenaikan nilai metmioglobin tiga harian daging Setelah 12 hari penyimpanan pada suhu 4ºC nilai
ayam giling kontrol paling tinggi dibandingkan dengan TBARS daging ayam giling kontrol lebih tinggi daripada
76 B i o S M A R T Vol. 7, No. 2, Oktober 2005, hal. 73-77

yang ditambah ekstrak tempe. Kehadiran antioksidan ayam giling yang ditambah ekstrak tempe umur fermentasi
memberikan satu atom hidrogen kepada radikal bebas 4 hari (pada taraf signifikansi, α< 0,005). Penambahan
lemak R•, RO•, dan ROO• menjadi molekul yang lebih ekstrak tempe dengan variasi kadar (300, 600, dan 900
stabil RH, ROH, dan ROOH sehingga proses oksidasi ppm) tidak menunjukkan hasil yang berbeda terhadap nilai
terhambat (Tjandrawati, 2003). Menurut Ketaren (1986) TBARS, tetapi berbeda dengan nilai TBARS daging ayam
persenyawaan kimia yang mempunyai aktivitas antioksidan giling kontrol (pada taraf signifikansi, α< 0,005). Hal ini
hanya dapat menghambat kerusakan bahan pangan menunjukkan bahwa penambahan ekstrak tempe
berlemak akibat proses oksidasi, tetapi antioksidan tidak menghambat proses oksidasi lemak dalam daging ayam.
dapat menghentikan oksidasi lemak secara permanen.
Besarnya nilai koefisien R2 menunjukkan makin Korelasi antara nilai metmioglobin, nilai antieksponensial
cocoknya hubungan antara nilai TBARS dan lama TBARS, dan lama penyimpanan
penyimpanan dijelaskan dengan persamaan regresi (Tabel Berdasarkan tabel 7, Renerre et al., (1992) menyatakan
5). Karena proses oksidasi lemak merupakan reaksi rantai, bahwa oksidasi lemak dan pigmen berkaitan erat, dan
maka persaman regresi yang cocok adalah persamaan oksidasi mioglobin merupakan penyebab dari oksidasi
eksponensial atau logaritmik. Pola nilai TBARS oksidasi lemak. Korelasi antara nilai antieksponensial TBARS dan
minyak kedelai terhadap lama oksidasi yang dilaporkan nilai metmioglobin adalah 0,848. Korelasi antara lama
oleh Kishida et al., (1993) juga seperti persamaan penyimpanan dengan nilai antieksponensial TBARS dan
logaritmik atau eksponensial. dengan nilai metmioglobin adalah 0,935 dan 0,946. Hal itu
menunjukkan bahwa lama penyimpanan daging ayam
Tabel 5. Nilai koefisien R2 persamaan regresi nilai TBARS giling pada suhu 4ºC mampu meningkatkan nilai
daging ayam giling yang ditambah ekstrak tempe dan disimpan metmioglobin dan nilai antieksponensial TBARS. Seperti
pada suhu 4ºC.
diketahui oksidasi lemak terus berlangsung, jika lemak
kontak dengan oksigen dan kerusakan mioglobin menjadi
Umur fermentasi Kadar Persamaan Persamaan
tempe ekstrak linear eksponensial metmioglobin juga tetap berlangsung meskipun daging
Kontrol 0,7929 0,8814 ayam disimpan pada suhu 4ºC.
2 hari 300 ppm 0,8568 0,8840
600 ppm 0,8710 0,9006 Tabel 7. Analisis korelasi nilai metmioglobin, nilai antiekspo-
900 ppm 0,8498 0,8868 nensial TBARS, dan lama penyimpanan daging ayam giling.
4 hari 300 ppm 0,8834 0,9382
600 ppm 0,8868 0,9427 Nilai Nilai Lama
900 ppm 0,9106 0,9612 antiexponen metmio- penyim-
TBARS globin panan
Nilai antiexponen - 0 ,848 ** 0 , 935 **
TBARS (nmol MDA /g)
Tabel 6. Kenaikan nilai antieksponensial TBARS tiga harian
Metmioglobin (%) 0 ,848 ** - 0 ,946 **
daging ayam giling yang ditambah ekstrak tempe dan disimpan
Waktu penyimpanan 0 ,935 ** 0,946 ** -
pada suhu 4ºC.
(hari)
Keterangan: * Signifikan pada α: 0,01
Umur fermentasi Kadar Lama Penyimpanan (hari)
tempe ekstrak 0-3 3-6 6-9 9-12 Rerata
Kontrol 0,206 0,171 0,642 0,614 0,408
2 hari 300 ppm 0,260 0,042 0,760 0,150 0,289 KESIMPULAN
600 ppm 0,216 0,018 0,751 0,177 0,290
900 ppm 0,335 0,009 0,793 0,083 0,305 Ekstrak tempe mampu menghambat oksidasi mioglobin
4 hari 300 ppm 0,279 0,052 0,622 0,328 0,320 menjadi metmioglobin pada daging ayam giling ber-
600 ppm 0,280 0,046 0,551 0,338 0,304 dasarkan penurunan nilai metmioglobin yaitu 8,13-8,70%.
900 ppm 0,224 0,136 0,548 0,296 0,301 Ekstrak tempe mampu menghambat oksidasi lemak pada
daging ayam giling berdasarkan penurunan nilai TBARS
yaitu 0,29-0,30 nmol/g. Nilai TBARS daging ayam giling
Rerata kenaikan nilai TBARS tiga harian daging ayam yang ditambah ekstrak tempe umur fermentasi 2 & 4 hari
giling yang ditambah ekstrak tempe umur fermentasi 2 relatif sama.
sedikit lebih rendah daripada yang ditambah ekstrak tempe
umur fermentasi 4 (Tabel 6). Hal itu disebabkan karena
antioksidan yang terkandung dalam ekstrak tempe umur DAFTAR PUSTAKA
fermentasi 2 dan 4 hari memiliki aktivitas relatif sama.
Sulasmi (2003) mengungkapkan bahwa aktivitas Aniesa, H.T.P. 2001. Pengaruh perbedaan temperatur lama penyimpanan
antioksidatif ekstrak tempe yang difermentasikan R. terhadap jumlah bakteri dan daya tahan daging ayam lokal. Buletin
oryzae, umur fermentasi 2 dan 4 hari relatif sama. Pertanian & Peternakan 2 (4): 82-91.
Arumsari, R. 2002. Aktivitas Antioksidatif Ekstrak Oncom terhadap
Analisis statistik nilai TBARS tiga harian menggunakan
Oksidasi Minyak Kedelai. [Skripsi]. Surakarta: Jurusan Biologi
Metode Pengukuran Berulang menunjukkan bahwa nilai FMIPA UNS.
TBARS tiga harian daging ayam giling yang ditambah Buckle, K.A., G.H. Fleet, and M. Wooton. 1985. Ilmu Pangan
ekstrak tempe umur fermentasi 2 hari sama dengan daging Penerjemah: Purnomo, H. dan Adiono. Jakarta: UI Press.
WINDANI dkk. – Aktivitas antioksidatif tempe pada daging ayam 77

Gray, J.I., E.A. Gomaa, and D.J. Buckley. 1996. Oxidative quality and in Autoxidations in Food and Biological Systems.Simic, M.G., and M.
shelf-life of meat. Meat Science 56: 1055-1058. Karel (ed). New York: Plenum Press.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Purwoko, T. 2001. Biotransformasi Isoflavon oleh Rhizopus oryzae UICC
Jakarta: UI. Press. 524 dan Rhizopus microsporous var chinensis UICC 521 pada
Kishida, E., S. Tokumaru, Y. Ishitani, M. Yamamoto, M. Oribe, H. fermentasi Tempe dan Aktivitas Antioksidan Aglikon terhadap
Iguchi, and S. Kojo. 1993. Comparison of formation of Oksidasi Minyak Kedelai. Depok. Ps Biologi PPs F. MIPA UI .Tesis.
malondialdehyde and thiobarbituric acid-reactive substances from Renerre, M., Anton, M., Gatellier, P. 1992. Autoxidation of purified
autoxidized fatty acid based on oxygen consumption. Journal of myoglobin from two bovine muscles. Meat Science 32 (3): 331-342.
Agriculture, Food and Chemistry 41: 1598-1600 Simic, M.G., S.V. Jovanic, and E. Niki. 1992. Mechanisms of lipid
Lawrie, R.A. 1995. Ilmu Daging. Penerjemah: Parakkasi, A. Jakarta: UI oxidative process and their inhibition. In: Angelo, A.J (ed). Lipid
Press. Oxidation in Food. Washington: American Chemical Society.
Lee, B., J. Hendriks dan D.P. Cornforth. 1998. Antioxidant effect of Siregar, E., and S. Pawiroharsono, 1997. Inocula formulation and its role
carnosine and phytic acid in a model beef system. Journal of Food for biotransformation of isoflavonoid compounds. Proceeding of the
Science 63: 394-398. International Tempeh Simposium, Denpasar 13-15 Juli 1997.
Nam, K.C., S.J. Hur, H. Ismail, and D.U. Ahn. 2001. Lipid oxidation, Sulasmi, M. 2003. Aktivitas Antioksidatif Ekstrak Tempe Hasil Fermentasi
volatiles, and color changes in irradiated raw Turkey breast during Rhizopus oryzae terhadap Oksidasi Minyak Kedelai. [Skripsi].
frozen storage. Journal of Food Science 67: 2061-2065. Surakarta: Jurusan Biologi FMIPA UNS.
Nurkhayati. 2002. Aktivitas Antioksidatif Ekstrak Tempe Gembus Syarief, R. dan H. Halid.1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Jakarta:
Terhadap Oksidasi Minyak Kedelai. [Skripsi]. Surakarta: Jurusan Arcan.
Biologi FMIPA UNS. Tjandrawati, M.M.Y. 2003. Analisis butil hidroksi anisol (BHA) dalam
Pawiroharsono, S. 1997. Prospek dan Manfaat Isoflavon untuk Kesehatan. minyak goreng. Journal of Science and Technology 6 (6): 1-4.
Direktorat Teknologi dan Bioindustri, Badan Pengkajian dan Penera- Wu, S.Y., and M.S. Brewer, 1994. Soy protein isolate antioksidan effect
pan Teknologi. www.Indomedia.com/intisari/1997/Juni/antioks.htm. on lipid peroxydation of groung beef and microsomal lipids. Journal
Pratt, D. E. 1980. Natural Antioksidants of Soybeans and Other Air Seeds of Food Science 59: 702-706.

You might also like