You are on page 1of 33

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Sejak Indonesia memberlakukan otonomi daerah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Diimbangi dengan pembangunan ekonomi yang semakin pesat, maka kebutuhan akan pengelolaan keuangan daerah yang lebih komplit juga semakin besar. Saat ini, pengelolaan keuangan daerah lebih ditekankan pada masalah penyusunan dan pelaksanaan kegiatan transaksi keuangan, penatausahaan, pelaporan, pengawasan, dan pentanggungjawaban keuangannya. Penatausahaan keuangan daerah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses pengelolaan keuangan daerah, yang merupakan satu faktor penting yang menjadi tolak ukur dalam keberhasilan pembangunan suatu daerah. Pelaksanaan penatausahaan keuangan yang baik akan menghasilkan proses pengelolaan keuangan yang lancar dan sistematis. Untuk mencapai penatausahaan keuangan daerah yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, gubernur dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintah. Hal ini bertujuan untuk memberikan keyakinan bagi tercapainya efektifitas dan efisiensi bagi penyelenggaraan pemerintahan negara. 1.2 Tujuan 1. Mengetahui tentang dasar hukum dan asas umum penatausahaan keuangan daerah 2. Mengetahui tentang pelaksanaan, penerimaan dan pengeluaran keuangan daerah 3. Mengetahui tentang peranan penatausahaan bagi APBD 1.3 Manfaat 1.Agar dapat memahami tentang dasar hukum, asas, pelaksanaan, penerimaan serta pengeluaran dan peranan penatausahaan keuangan daerah 2. agar lebih memahami tentang keefektifan peranan penatausahaan keuangan daerah bagi APBD.

BAB 13 Penatausahaan APBD

Page 1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Penatausahaan Keuangan Daerah Kegiatan penatausahaan keuangan mempunyai kepentingan pengendalian terhadap pelaksanaan Anggaran dan Belanja Daerah, mengingat adanya otorisasi yang telah diberikan melalui penetapan ke dalam peraturan daerah dan pengesahannya oleh pejabat yang berwenang. Anggaran, sepanjang yang berkenaan dengan pelaksanaan. Pada prinsipnya kegiatan tata usaha keuangan daerah dapat dibagi atas dua jenis, yaitu : Tata Usaha Umum dan Tata Usaha Keuangan. 1) Tata Usaha Umum adalah menyangkut kegiatan surat menyurat, mengagenda, mengekspedisi, menyimpan surat-surat penting atau mengarsipkan kegiatan dokumentasi lainnya. 2) Tata Usaha Keuangan adalah tata buku yang merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis di bidang keuangan berdasarkan prinsip-prinsip, standarstandar tertentu serta prosedur-prosedur tertentu sehingga dapat memberikan informasi aktual di bidang keuangan. 2.2 Dasar Hukum Penatausahaan APBD
1.

Pasal 31 UU 17/2003 tentang Keuangan Negara; pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. - Pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan diselesaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah menerima laporan keuangan dari Pemerintah Pusat

1) Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban

2) Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya.

BAB 13 Penatausahaan APBD

Page 2

- Laporan Realisasi Anggaran selain menyajikan realisasi pendapatan dan belanja, juga menjelaskan prestasi kerja setiap kementerian negara/lembaga Pasal 32 UU 17/2003 1) Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 31 disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. 2) Standar akuntansi pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun oleh suatu komite standar yang independen dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan. - Apabila dalam waktu 2 (dua) bulan tidak memberikan pertimbangan yang diminta, Badan Pemeriksa Keuangan dianggap menyetujui sepenuhnya standar akuntansi pemerintahan yang diajukan oleh Pemerintah.
2.

UU I/2004 tentang Perbendaharaan Negara; rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan akuntansi pemerintahan dibentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintahan.

1) Dalam

2) Komite Standar Akuntansi Pemerintahan bertugas menyusun standar akuntansi pemerintahan yang berlaku baik untuk Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah sesuai dengan kaidah-kaidah akuntansi yang berlaku umum. Penjelasan: Dalam penyusunan standar akuntansi pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat ini, Komite Standar Akuntansi Pemerintahan menetapkan proses penyiapan standar dan meminta pertimbangan mengenai substansi standar kepada Badan Pemeriksa Keuangan. Proses penyiapan standar dimaksud mencakup langkah-langkah yang perlu ditempuh secara cermat (due process) agar dihasilkan standar yang objektif dan bermutu. Terhadap pertimbangan yang diterima dari Badan Pemeriksa Keuangan, Komite Standar Akuntansi Pemerintahan memberikan tanggapan, penjelasan, dan/atau melakukan penyesuaian sebelum standar akuntansi pemerintahan ditetapkan menjadi peraturan pemerintah.

BAB 13 Penatausahaan APBD

Page 3

3) Pembentukan, susunan, kedudukan, keanggotaan, dan masa kerja Komite Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan Presiden. - Penjelasan: Keanggotaan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat ini berasal dari profesional di bidang akuntansi dan berjumlah sebanyak-banyaknya 9 (sembilan) orang yang ketua dan wakil ketuanya dipilih dari dan oleh anggota.
3.

UU 32/ 2004 tentang Pemerintah Daerah; Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi lagi atas daerah kabupaten dan kota, yang masing-masing sebagai daerah otonom. Sebagai daerah otonom, daerah provinsi dan kabupatenjkota memiliki pemerintahan daerah yang melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan daerah, yakni Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Kepala Daerah adalah Kepala Pemerintah Daerah baik di daerah provinsi maupun kabupatenjkota, yang merupakan eksekutif di daerah, sedangkan DPRD baik di daerah provinsi maupun daerah kabupatenjkota merupakan lembaga legislatif daerah. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah diterapkan prinsip demokrasi. Sesuai dengan Pasal 18 ayat (4) UUD 1945, kepala daerah dipilih secara demokratis. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, diatur mengenai pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dipilih secara langsung oleh rakyat yang diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Berdasarkan perkembangan hukum dan politik untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih efektif dan akuntabel sesuai dengan aspirasi masyarakat, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah perlu dilakukan secara lebih terbuka dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Oleh karena itu penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, perlu

BAB 13 Penatausahaan APBD

Page 4

dilakukan perubahan dengan memberikan kesempatan bagi calon perseorangan untuk ikut serta dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.
4.

UU 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Menurut Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Daerah; Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang dimaksud dengan PAD adalah pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi. Sesuai dengan prinsip otonomi daerah yang memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab, penyelenggaraan pemerataan dan pembangunan daerah secara bertahap akan semakin banyak diserahkan kepada daerah. Berbagai kebijaksanaan keuangan daerah yang diambil diarahkan untuk semakin meningkatkan kemampuan dalam membiayai urusan penyelenggaraan pemerataan dan pembangunan daerahnya. Secara garis besar kebijaksanaan mencakup beberapa komponen utama yaitu: a. Kebijaksanaan di bidang penerimaan Yaitu untuk mendorong kemampuan daerah yang semaksimal mungkin dalam membiayai urusan rumah tangganya sendiri. b. Kebijaksanaan di bidang pengeluaran Berorientasi pada prinsip desentralisasi dalam perencanaan, penyusunan program, serta pengambilan keputusan dalam memilih Negara dan proyek daerah serta pelaksanaannya. c. Peningkatan kemampuan organisasi pemerintah daerah termasuk kemampuan personil dan struktur organisasinya. PAD sebagai bagian dari pendapatan daerah termuat dalam Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, terdiri dari: a. Hasil pajak daerah
BAB 13 Penatausahaan APBD Page 5

Menurut Undang-Undang No.34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemda dan pengembangan daerah. b. Hasil retribusi daerah Menurut Undang-Undang No.34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oeh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi daerah merupakan salah satu sumber penerimaan yang dapat dipungut terus menerus mengingat pengeluaran pemerintah daerah adalah untuk anggaran rutin dan anggaran pembangunan selalu meningkat. c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Yang dimaksud hasil perusahaan daerah adalah bagian keuntungan atau laba bersih perusahaan daerah yang berupa pembangunan daerah dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah, baik bagi perusahaan daerah yang modalnya untuk seluruhnya terdiri dari kekayaan daerah yang dipisahkan maupun bagi perusahaan daerah yang modalnya sebagian terdiri dari kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis penerimaan yang termasuk hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, antara lain bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik daerah. d. Lain-lain PAD yang sah Menurut Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, lain-lain PAD yang sah bersumber dari: 1) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; 2) Jasa giro; 3) Pendapatan bunga; 4) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;

BAB 13 Penatausahaan APBD

Page 6

5) Komisi, potongan, maupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau jasa oleh daerah.
5.

PP 71/ 2010 tentang standar Akuntansi Pemerintah; Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP), Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan berbasis akrual terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan laporan finansial, yang jika diuraikan adalah sebagai berikut: Laporan Realisasi Anggaran; Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih; Laporan Operasional; Laporan Perubahan Ekuitas; Neraca; Laporan Arus Kas; Catatan atas Laporan Keuangan.

Laporan pelaksanaan anggaran adalah Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, sedangkan yang termasuk laporan finansial adalah Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca dan Laporan Arus Kas. Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas pelaporan, kecuali Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum, dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan konsolidasinya.
6.

PP 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; Bab I ketentuan umum Bab II tentang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah Bab III tentang asas umu dan struktur APBD Bab IV tentang penyusunan rancangan APBD
Page 7

BAB 13 Penatausahaan APBD

Bab V mengatur tentang penetapan APBD Bab VI mengatur tentang pelaksanaa APBD Bab VII mengatur tentang laporan realisasi semester pertama APBD dan perubahan APBD Bab VIII mengatur tentang Penatausahaan keuangan Daerah Bab IX mengatur tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Bab X mengatur tentang pengendalian defisit dan penggunaan surplus APBD Bab XI mengatur tentang kekayaaan dan kewajiban Bab XII mengatur tentang pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah Bab XIII mengatufr penelesaian Kerugian daerah Bab XIV mengatur pengelolaan badan layanan umum daerah Bab XV mengatur aturan pengelolaan keuangan daerah Bab XVI ketentuan peralihan Bab XVII ketentuan penutup

7.

PP No. 56/2005; Sistem Informasi Keuangan Daerah Menetapkan semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah dan

system yang meregulasi keuangan daerah.


8.

PP No. 41/2007; Tentang organisasi perangkat daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 untuk mengatur dan mempolakan

yang berbeda antara Perangkat Provinsi dengan Perangkat Kabupaten/Kota, baik dari segi jenis, jumlah dan tupoksi masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah. Dimana pembentukan organisasi berdasarkan urusan pemerintahan, yaitu Urusan wajib yang terdiri dari urusan yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan bukan pelayanan dasar, dan urusan pilihan yang terdiri dari urusan yang berkaitan dengan pengembangan sektor unggulan di daerah.

BAB 13 Penatausahaan APBD

Page 8

9.

PP No. 38/2007; tentang Pembagian urusan Pemerintahan antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Peraturan pemerintah tentang pembagian Urusan pemerintahan antara pemerintah, Pemerintahan daerah provinsi, dan Pemerintahan daerah kabupaten/kota.
10.

Permendagri No. 13/2006; tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; Bagian 1 pengertian. Bagian II Ruang Lingkup Keuangan Daerah Bagian III Asas Umum Pengelolaan Daerah

Peraturan menteri dalam negeri tentang pedoman pengelolaan Keuangan daerah

Bagian II Bagian I Pemegang Kekuasaan Keuangan Pengelolaan Daerah Bagian II Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah Bagian III Pejabat Pengelolaan Daerah Bagian IV Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang Bagian V Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang Dll.

2.3 Asas Umum Penatausahaan Keuangan Daerah Asas-asas umum Penatausahaan Keuangan Daerah menurut kedua peraturan perundangundangan tersebut di atas menyebutkan bahwa: 1. Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, bendahara penerimaan/ pengeluaran dan orang atau badan yang menerima atau menguasai uang/ barang/kekayaan daerah, wajib menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 2. Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBD bertanggung jawab atas kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti tersebut; 3. Semua penerimaan dan pengeluaran dana pemerintahan daerah harus dianggarkan dalam APBD dan dilakukan melalui rekening kas daerah yang dikelola oleh Bendahara Umum Daerah;

BAB 13 Penatausahaan APBD

Page 9

4. Untuk setiap pengeluaran dana atas beban APBD, harus diterbitkan Surat Keputusan Otorisasi (SKO) oleh Kepala Daerah atau surat keputusan lain yang berlaku sebagai surat keputusan otorisasi; 5. Kepala Daerah, wakil kepala daerah, pimpinan DPRD, dan pejabat lainnya dilarang melakukan pengeluaran dana atas beban anggaran daerah untuk tujuan lain dari yang telah ditetapkan. 2.4 Peranan Penatausahaan Keuangan Daerah Dalam Meningkatkan Efektivitas Pelaksanaan APBD Pelaksanaan APBD yang diwujudkan dalam pengurusan administrasi dan pengurusan bendaharawan akan mengakibatkan adanya arus dokumen, arus barang dan arus uang. Dengan adanya arus dokumen, arus barang dan arus uang inilah perlu adanya penatausahaan keuangan. Tata usaha memegang peranan yang sangat penting karena melalui tata usaha segala keterangan yang menyangkut kegiatan organisasi secara teratur dicatat dan dihimpun. Kumpulan keterangan yang berupa angka-angka dan kata-kata merupakan unsur data yang kemudian data tersebut diolah sedemikian rupa sehingga menjadi informasi yang dapat dipergunakan oleh orang yang membutuhkannya. Pada prinsipnya penyusunan anggaran merupakan suatu bagian proses perencanaan laba dan pengendalian yang menyeluruh. Anggaran yang telah disusun menurut prosedur yang telah ditetapkan tentu akan direalisasikan. Pelaksanaan realisasi anggaran akan melibatkan berbagai sumber dari organisasi pemerintahan. Setelah anggaran direalisasikan kemudian dibuat laporannya sehingga dapat digunakan untuk melihat dan menilai efektivitas pelaksanaan anggaran. Efektivitas menurut Anthony, Deardean, Benford (1976:183) dalam buku Management Control System yang diterjemahkan oleh Agus Maulana adalah ssebagai berikut : Efektivitas adalah hubungan antara keluaran suatu pusat pertanggungjawaban dengan sasaran yang harus dicapai. Efektivitas pelaksanaan anggaran merupakan kesesuaian antara keluaran (output) dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk dapat melihat efektivitas pelaksanaan anggaran dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara anggaran yang telah ditetapkan dengan realisasi dari pelaksanaan anggaran tersebut. Semakin kecil penyimpangan-penyimpangan yang
BAB 13 Penatausahaan APBD Page 10

terjadi antara anggaran dengan realisasinya maka semakin efektif pula pelaksanaan anggaran. Untuk mencapai efektivitas pelaksanaan anggaran diperlukan suatu pengelolaan yang memadai. Pengelolaan meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dimana ketiga hal tersebut saling berkaitan satu sama lain. Tata cara atau prosedur pelaksanaan sistem penatausahaan keuangan daerah sangat penting dalam penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah mengingat perkembangan volume kegiatan dari tahun ke tahun terus meningkat, yaitu dengan melakukan : 1) Mempersiapkan buku-buku untuk pencatatan kegiatan pelaksanaan anggaran belanja 2) Pencatatan dalam Buku Kas Umum dan Buku Kepala/Buku Pembantu 3) Pengolahan tanda-tanda bukti untuk menyusun Surat Pertanggungjawaban 4) Penyimpanan uang dan dokumen-dokumen. Jadi peranan penatausahaan keuangan daerah dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan APBD adalah untuk melihat perkembangan volume kegiatan baik beban Anggaran Rutin maupun Anggaran Pembangunan dari tahun ke tahun dalam penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah. 2.5 Pelaksanaan Penatausahaan APBD Pada prinsipnya kegiatan tata usaha keuangan daerah dapat dibagi atas dua jenis, yaitu : Tata Usaha Umum dan Tata Usaha Keuangan:
1. Tata Usaha Umum adalah menyangkut kegiatan surat menyurat, mengagenda,

mengekspedisi, menyimpan surat-surat penting atau mengarsipkan kegiatan dokumentasi lainnya.


2. Tata Usaha Keuangan adalah tata buku yang merupakan rangkaian kegiatan yang

dilakukan secara sistematis di bidang keuangan berdasarkan prinsip-prinsip, standarstandar tertentu serta prosedur-prosedur tertentu sehingga dapat memberikan informasi aktual di bidang keuangan. Untuk kepentingan pelaksanaan APBD, maka sebelum dimulainya suatu tahun anggaran Kepala Daerah sudah harus menetapkan pejabat-pejabat berikut ini:
1. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat Penyediaan Dana (SPD);

BAB 13 Penatausahaan APBD

Page 11

2. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat Permintaan Pembayaran

(SPP);
3. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM); 4. Pejabat yang diberi wewenang mengesahkan Surat Pertanggungjawaban (SPJ); 5. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat Perintah Pencairan Dana

(SP2D);
6. Pejabat fungsional untuk tugas bendahara penerimaan/pengeluaran; 7.

Bendahara pengeluaran yang mengelola belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, belanja tak terduga, dan pengeluaran pembiayaan pada SKPD;

8. Bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran pembantu; 9. Pejabat-pejabat lainnya yang perlu ditetapkan dalam rangka pelaksanaan APBD.

Pejabat pelaksana APBD lainnya mencakup : 1. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD} yang diberi wewenang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD 2. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) SKPD yang diberi wewenang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program yang sesuai dengan bidang tugasnya 3. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani surat bukti pemungutan pendapatan daerah 4. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani bukti penerimaan kas dan bukti penerimaan lainnya yang sah 5. Pembantu bendahara penerimaan dan/atau pembantu bendahara pengeluaran

BAB 13 Penatausahaan APBD

Page 12

Suatu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa penetapan pejabat oleh kepala daerah tersebut dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan penetapan pejabat lainnya dalam rangka pelaksanaan APBD dapat didelegasikan oleh kepala daerah kepada kepala SKPD. 2.6 Penatausahaan Penerimaan Penatausahaan peneriman merupakan serangkaian proses kegiatan menerima, menyimpan, menyetor, membayar, menyerahkan dan mempertanggung jawabkan penerimaan uang yang berada pada pengelolaan SKPD dan/atau SKPKD. 2.6.1 Pejabat Pelaksana Melakukan Penatausahaan Penerimaan Penatausahaan penerimaan daerah pada tingkat SKPD dilaksanakan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA), Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Peneriman, serta Bendahara Penerimaan Pembantu jika diperlukan. Penatausahaan penerimaan daerah pada tingkat selaku Bendahara Umum daerah (PPKD selaku BUD) dan Kuasa Bendahara Umum Daerah (Kuasa BUD). 2.6.2 Dokumen yang Digunakan Dalam Penatausahaan Penerimaan Dokumen yang digunakan dalam melakukan penatausahaan penerimaan, terdiri atas : 1. Anggaran Kas; 2. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD); 3. Buku Kas Umum; 4. Rekapitulasi Penerimaan Harian (RPH); 5. Surat Ketapan Pajak daerah (SKP-Daerah); 6. Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD); 7. Surat Tanda Setoran; 8. Bukti penerimaan lainnya yang sah; 9. Nota kredit bukti setoran; 10. Buku Simpanan/Bank;
BAB 13 Penatausahaan APBD Page 13

11. Perincian Penerimaan per Rincian Obyek; 12. Register Penerimaan Kas.

2.6.3 Proses Penatausahaan Penerimaan Proses penatausahaan penerimaan dapat dilihat atas :
1. Penatausahaan Peneriman melalui Bendahara penerimaan, 2. Penatausahaan Penerimaan melalui Bendahara Penerimaan Pembantu dan,

3. Penatausahaan Penerimaan melalui Badan, Lembaga Keuangan atau Kantor Pos.

2.6.3.1 Proses Penatausahan Penerimaan melalui Bendahara Penerimaan Proses penatausahaan penerimaan melalui bendahara penerimaan secara rinci diuraikan sebagai berikut : 1. Pihak ketiga mengisi surat tanda bukti pembayaran berdasarkan Surat

Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah), Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) dan tanda bukti lainnya yang sah sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. 2. Bendahara penerimaan mengisi surat tanda setoran (STS) sebagai tanda

bukti penyetoran penerimaan. 3. Bendahara penerimaan menerima uang dan mencockkan antara surat tanda

bukti pembayaran, STS, dan SKP-Daerah/SKRD/tanda bukti penerimaan lainnya yang sah. 4. Dokumen-dokumen yang digunakan oleh Bendahara Penerimaan :

a. Buku Kas Umum, b. Rekapitulasi Penerimaan Harian (RPH),

BAB 13 Penatausahaan APBD

Page 14

c. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah), d. Surat Ketetapan retribusi Daerah (SKRP), e. Surat Tanda Bukti Pembayaran, f. Surat Tanda Setoran (STR),

g. Bukti penerimaan lainnya yang sah.


5.

Bendahara penerimaan mencatat penerimaan kedalam Buku Kas Umum. Bendahara penerimaan melakukan rekapitulasi penerimaan secara harian

6.

kedalam Rekapitulasi Penerimaan Harian (RPH). 7. Bendahara penerimaan harus seluruh menyetor penerimaan kas ke

rekening kas umum daerah pada bank pemerintah yang ditunjuk oleh pemerintah daerah paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah penerimaan uang kas. 8. Setoran ke rekening kas umum dianggap sah, bila mana Kuasa BUD sudah

menerima bukti nota kredit. 9. Bendahara penerimaan secara administratif harus

mempertanggungjawabkan penerimaan yang menjadi tanggungjawabnya kepada Pengguna Anggaran disertai dengan bukti-bukti penerimaan/setoran. 10. Bendahara penerimaan secara fungsional harus mempertanggungjawabkan

penerimaan yang menjadi yang menjadi tanggungjawabnya kepada PPKD selaku BUD disertai dengan bukti-bukti penerimaan/setoran paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. 1. PPKD selaku BUD akan melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas pertanggungjawaban bendahara penerimaan. 2. Berdasarkan hasil verifikasi, evaluasi dan analisis, PPKD akan menerbitkan surat pengesahan terhadap pertanggungjawaban bendahara penerimaan.
BAB 13 Penatausahaan APBD Page 15

3. Bendahara penerimaan dilarang melakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung, kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/penjualan. 4. Bendahara penerimaan dilarang membuka rekening dengan atas nama pribadi pada bank atau giro pos dengan tujuan pelaksanaan APBD. 5. Bendahara penerimaan dilarang menyimpan uang, cek atau surat berharga lebih dari 1 (satu) hari kerja.

2.6.3.2 Proses Penatausaaan Penerimaan melalui Pembantu

Bendahara Penerimaan

Proses penatausahaan penerimaan melalui bendahara penerimaan pembantu secara rinci diuraikan sebagai berikut : 1. Bendahara penerimaan pembantu dapat dibentuk oleh Kepala SKPD dengan Keputusan Kepala Daerah sesuai dengan kebutuhan atau bilamana disebabkan oleh : a. Pendapatan daerah yang tersebar; b. Jumlah pungutan setoran dinilai terlalu kecil; c. Kondisi geografis wajib pajak dan atau wajib retribusi yang tidak memungkinkan. 2. Penyelenggaraan penatausahaan terhadap seluruh penerimaan dan

penyetoran atas penerimaan waib dilakukan oleh bendahara penerimaan pembantu. 3. Pihak ketiga mengisi surat tanda bukti pembayaran berdasarkan Surat

Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah), Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) dan tanda bukti lainnya yang sah sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.

BAB 13 Penatausahaan APBD

Page 16

4.

Bendahara penerimaan pembantu mengisi surat tanda setoran (STS)

sebagai tanda bukti penyetoran penerimaan. 5. Bendahara penerimaan pembantu menerima uang dan mencockkan antara

surat tanda bukti pembayaran, STS, dan SKP-Daerah/SKRD/tanda bukti penerimaan lainnya yang sah. 6. Dokumen-dokumen yang digunakan oleh Bendahara Penerimaan

pebantu : a. Buku Kas Umum b. Rekapitulasi Penerimaan Harian (RPH) c. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-Daerah) d. Surat Ketetapan retribusi Daerah (SKRP) e. Surat Tanda Bukti Pembayaran f. Surat Tanda Setoran (STR) g. Bukti penerimaan lainnya yang sah. 7. Bendahara penerimaan pembantu mencatat penerimaan kedalam Buku

Kas Penerimaan Pembantu. 8. Bendahara penerimaan pembantu melakukan rekapitulasi penerimaan

secara harian kedalam Rekapitulasi Penerimaan Harian Pembantu. 9. Bendahara penerimaan pembantu harus seluruh menyetor penerimaan kas

ke rekening kas umum daerah, maksimal 1 (satu) hari kerja setelah penerimaan uang kas. 10. Bendahara penerimaan pembantu harus membuat laporan

pertanggungjawaban atas pengelolaan penerimaan uang kepada bendahara penerimaan disertai bukti-bukti penerimaan/setoran.

BAB 13 Penatausahaan APBD

Page 17

11.

Bendahara penerimaan akan melakukan verivikasi, evaluasi dan analisis

atas laporan pertanggungjawaban yang diterima bendahara penerimaan pembantu. 12. Penyampaian laporan pertanggungjawaban oleh bendahara penerimaan

pembantu kepada bendahara penerimaan paling lambat tanggal 5 (lima) bulan berikutnya.

2.6.3.3 Proses Penatausahaan Penerimaan atau Kantor Pos

melalui Badan, Lembaga Keuangan

Proses penatausahaan melalui badan, lembaga keuangan atau kantor pos secara rinci diuraikan sebagai berikut : 1. Badan, Lembaga Keuangan atau Kantor Pos yang melaksanakan sebagian

tugas dan fungsiBendahara Penerimaan ditunjuk oleh Kepala Daerah. 2. Pihak ketiga mengisi slip/formulir setoran berdasarkan Surat Ketetapan

Pajak Daerah (SKP-Daerah), Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) dan tanda bukti lainnya yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Badan, lembaga Keuangan atau Kantor Pos yang ditunjuk menerima uang

dan mencockkan antaraslip/formulir setoran dengan SKP-Daerah /SKRD/tanda bukti penerimaan lainnya yang sah. 4. Seluruh uang kas yan diterima oleh Badan, Lembaga Keuangan atau

Kantor Pos harus disetorkan ke rekening kas umum daerah paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah penerimaan uang dari pihak ketiga. 5. Bilamana terdapat kendala dalam hal komunikasi dan transportasi, maka

ketentuan batas waktu penyetoran ditetapkan dalam Peraturan Kepala Daerah. 6. Badan, Lembaga Keuangan atau Kantor Pos harus membuat laporan

pertanggungjawaban atas pengelolaan penerimaan uang disampakan kepada kepala daerah melalui BUD.

BAB 13 Penatausahaan APBD

Page 18

2.7 Penatausahaan Pengeluaran Penatausahaan pengeluaran merupakan serangkaian proses kegiatan menerima, menyimpan, menyetor, membayar, menyerahkan dan mempertanggungjawabkan pengeluaran uang yang berada pada pengelolaan SKPD dan/atau SKPKD. 2.7.1 Pejabat Pelaksana Penatausahaan Pengeluaran Penatausahaan pengeluaran daerah pada tingkat SKPD dilaksanakan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA), Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Penrangkat Daerah (PPK-SKPD), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dan Bendahara Pengeluaran, serta Bendahara Pengeluaran pembantu jika diperlukan. Penatausahaan pengeluaran daerah pada tingkat SKPKD dilakukan oelh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah (PPKD selaku BUD) dan Kuasa Bendahara Umum Daerah (Kuasa BUD). 2.7.2 Dokumen Penatausahaan Pengeluaran Dokumen yang digunakan dalam melakukan penatausahaan pengeluaran, terdiri atas 1. 2. 3. 4. 5. a. b. c. 6. 7. 8. 9. 10. Anggaran Kas; Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD); Surat penyediaan Dana (SPD); Register SPD; Surat Permintaan pembayaran (SPP), terdiri atas : SPP-Uang Persediaan (SPP-UP) SPP-Ganti Uang Persediann (SPP-GU) SPP-Tambahan Uang (SPP-TU) Register SPP; Surat Perintah Membayar (SPM); Register SPM; Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D); Register SP2D;
Page 19

d. Spp-Langsung (SPP-LS)

BAB 13 Penatausahaan APBD

11. 12. 13. 14. 15. 16.

Buku Kas Umum; Buku Simpanan/Bank; Buku Panjar; Buku Pajak PPN/PPh; Register Penutupan Kas; Rincian Pengeluaran per Rincian Obyek.;

2.7.3 Proses Penatausahaan Pengeluaran Proses penatausahaan pengeluaran terdiri atas 2 yaitu : 1. 2. Penatausahaan pengeluaran pembebanan Langsung (LS); Penatausahaan pengeluaran pembebanan Uang Pesediaan (UP), Ganti Uang Persediann (GU) dan Tambahan Uang Persediaan (TU). Proses penatausahaan pembebanan Langsung (LS) terdiri atas : 1. 2. 3. 4. Penerbitan Surat Penyediaan Dana (SPD); Pengajuan Surat permintaan Pembayaran (SPP); Penertbitan Surat Perintah Membayar (SPM)l; Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D);

Proses penatausahaan pembebanan UP/GU/TU terdiri atas : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Penerbitan Surat Penyediaan Dana (SPD); Pengajuan Surat permintaan Pembayaran (SPP); Penertbitan Surat Perintah Membayar (SPM); Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D); penggunaan Dana; Pertanggungjawaban Penggunaan Dana (SPJ): 1. PPKD selaku BUD dalam rangka manajemen kas menerbitkan SPD dengan mempertimbangkan penjadwalan pembayaran pelaksanaan program dan kegiatan yang dimuat dalam DPA- SKPD dan anggaran kas. 2. Penyiapan daft SPD dilaksanakan oleh Kuasa BUD untuk ditandatangani oleh PPKD selaku BUD.
BAB 13 Penatausahaan APBD Page 20

3.

SPD yang diterbitkan terdiri atas 3 lembar, yaitu ; a. Lembar 1 diterima oleh SKPD; b. Lembar 2 diterima oleh Pengawas Daerah; c. Lembar 3 sebagai arsip PPKD selaku BUD. 4. PPKD selaku BUD mencatat SPD yang diterbitkan kedalam register SPD.

2.7.4 Pengajuan SPP-UP 1. Bendahara pengeluaran berdasarkan SPD, mengajukan SPP-UP kepada PA/KPA mlalui PPA-SKPD. 2. SPP-UP diajukan untuk pengisian uang persediaan (revolving) yang ditujukan bukan pembayaran langsung. 3. Kelengkapan dokumen SPP-UP terdiri dari : a. Surat Pengantar SPP-UP; b. Ringkasan SPP-UP; c. Rician SPP-UP; d. Salinan SPP-UP; e. Draft surat pernyataan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain uang persedian; dan f. Lampiran lain yang diperlukan. 4. SPP-UP yang diajukan dibuat rangkap 3 (lembar pertama dan kedua untuk PPK-SKPD, dan lembar ketiga untuk arsip bendahara pengeluaran). 5. Bendahara pengeluaran mencatat SPP-UP yang diajukan ke dalam register SPP-UP/SPPGU/SPP-TU. 2.7.5 Pengajuan SPP-GU 1. Bendahara pengeluaran berdasarkan SPD, mengajukan SPP-GU kepada PA/KPA mlalui PPA-SKPD. 2. 3. SPP-GU diajukan untuk mengganti uang persediaan (revolving) yang telah digunakan. Kelengkapan dokumen SPP-GU terdiri dari : a. Surat Pengantar SPP-GU;
Page 21

BAB 13 Penatausahaan APBD

b. c.

Ringkasan SPP-GU; Rincian SPP-GU; UP/Gu periode sebelumnya;

d. Surat pengesahan laporan pertanggungjawaban (SPJ) atas penggunaan dana SPPe. Salinan SPD; menyatakan bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain uang persedian; dan f. Lampiran lain yang diperlukan. g. Lampiran lain yang diperlukan. 4. SPP-GU yang diajukan dibuat rangkap 3 (lembar pertama dan kedua untuk PPK-SKPD, dan lembar ketiga untuk arsip bendahara pengeluaran). 5. Bendahara pengeluaran mencatat SPP-GU yang diajukan ke dalam register SPP-UP/SPPGU/SPP-TU. 2.7.6 Pengajuan SPP-TU 1. Bendahara pengeluaran berdasarkan SPD, mengajukan SPP-TU kepada PA/KPA mlalui PPA-SKPD. 2. SPP-TU diajukan untuk menambah uang persediaan yang akan digunakan untuk melaksanakan kegiatan yang bersifat mendesak. 3. Karakteristik SPP-TU antara lain : a. Digunakan untuk melaksanakan kegiatan yang bersifat mendesak b. Besaran nilai rupiah Tambahan Uang berdasarkan persetujuan PPKD c. Tambahan Uang harus habis digunakan dan dipertanggungjawabkan pada periode yang sama dengan permintaan Tambahan Uang d. Jika Tambahan Uang persediaan tidak habis digunakan maka sisa uang harus disetor kembali pada akhir periode permintaan uang persediaan. 4. Kelengkapan dokumen SPP-TU terdiri dari : a. Surat Pengantar SPP-TU; b. Ringkasan SPP-TU; c. Rician SPP-TU;
BAB 13 Penatausahaan APBD Page 22

g. Draft surat pernyataan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran yang

d. Salinan SPP-TU; e. Surat pengesahan laporan pertanggungjawaban (SPJ); f. Draft surat pernyataan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain uang persedian; dan g. Surat keterangan yang memuat penjelasan keperluan pengisian tambahan uang persediaan; h. Lampiran lain yang diperlukan. 5. SPP-TU yang diajukan dibuat rangkap 3 (lembar pertama dan kedua untuk PPK-SKPD, dan lembar ketiga untuk arsip bendahara pengeluaran). 6. Bendahara pengeluaran mencatat SPP-TU yang diajukan ke dalam register SPP-UP/SPPGU/SPP-TU. 2.7.7 Pengajuan SPP-LS 1. SPP-LS terdiri atas dua jenis, yaitu : a.SPP-LS Pembayaran Gaji dan Tunjangan b.SPP-LS Pengadaan Barang dan Jasa 2. Berdasarkan SPD atau yang dipersamakan dengan SPD, Bendahara Pengeluaran mengajukan SPP-LS Pembayaran Gaji & Tunjangan kepada PA/KPA melalui PPKSKPD. 3. Berdasarkan SPD atau yang dipersamakan dengan SPD, Bendahara Pengeluaran mengajukan SPP-LS Pengadaan Barang & Jasa kepada PA/KPA melalui PPK-SKPD. 4. Kelengkapan dokumen SPP-LS Pembayaran Gaji & Tunjangan terdiri dari : a.Surat Pengantar SPP-LS; b.Ringkasa SPP-LS; c.Rincian SPP-LS; dan d.Lampiran SPP-LS Pembayaran Gaji & Tunjangan yang mencakup : (1) (2) (3) (4) pembayaran gaji induk; gaji susulan; kekurangan gaji; gaji terusan;
Page 23

BAB 13 Penatausahaan APBD

(5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) 5. a. b. c. d.

uang duka wafat/tewas yang dilengkapi dengan daftar gaji induk/gaji SK CPNS; SK PNS; SK kenaikan pangkat; SK jabatan; Kenaikan gaji berkala; Surat pernyataan pelantikan; Surat pernyataan masih menduduki jabatan; Surat pernyataan melaksanakan tugas; Daftar keluarga (KP4); Fotokopi surat nikah; Fotokopi akte kelahiran; SKPP; Daftar potongan surat rumah dinas; Surat keterangan masih sekolah/kuliah; Surat pindah; Surat kematian; SSP PPh Pasal 21; dan Kelengkapan tersebut digunakan sesuai peruntukannya.

susulan/kekurangan gaji/uang duka /wafat;

Kelengkapan dokumen SPP-LS untuk Pengadaan Barang & Jasa mencakup : Surat pengantar SPP-LS; Ringkasan SPP-LS; Rincian SPP-LS; Lampiran SPP-LS Pengadaan Barang & Jasa mencakup : (1) Salinan SPD; (2) Salinan surat rekomendasi dari SKPD teknis terkait (3) SPP disertai faktur pajak (PPN dan PPh) yang telah ditandatangani wajib pajak; (4) Surat pernyataan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran mengenai penetapan rekanan;

BAB 13 Penatausahaan APBD

Page 24

(5) Surat perjanjian kerjasama/kontrak antara pihak ketiga dengan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran yang mencantumkan nomor rekening bpihak ketiga; (6) Berita acara penyelesaian pekerjaan; (7) Berita acara serah terima barang & jasa; (8) Berita acara pembayaran; (9) Kwitansi bermaterai, nota/faktur yang ditandatangani pihak ketiga dan PPK serta disetujui oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran; (10)Surat jaminan Bank atau yang dipersamakan yang dikeluarkan oleh Bank atau Lembaga Keuangan Bukan Bank; (11)Dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak-kontrak yang dananyan sebagian atau seluruhnya bersumber dari penerusan pinjaman/hibah luar negeri; (12)Berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh pihak ketiga/rekanan serta unsur panitia pemeriksaan barang berikut lampiran daftar barang yang diperiksa; (13)Surat angkutan atau konosemen apabila pengadaan barang dilaksanakan diluar wilayah kerja; (14)Surat pemberitahuan potongan denda keterlambatan pekerjaan dari PPTK apabila pekerjaan mengalami keterlambatan; (15)Poto/buku/dokumentasi tingkat kemajuan/penyelesaian pekerjaan; (16)Potongan jamsostek (potongan sesuai dengan ketentuan yang berlaku/surat pemberitahuan jamsostek); (17)Khusus untuk pekerjaan konsultan yang perhitungan harganya menggunakan biaya personil (billing rate), berita acara prestasi kemajuan pekerjaan dilampiri dengan bukti kehadiran dari tenaga konsultan sesuai pengtahapan waktu pekerjaan dan bukti penyewaan/pembelian alat penunjang serta bukti pengeluaran lainnya berdasarkan rincian dalam surat penawaran. (18)Kelengkapan tersebut digunakan sesuai peruntukannya. 2.7.8 Penerbitan Surat Perintah Membayar (Spm) 2.7.8.1 Penerbitan SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU

BAB 13 Penatausahaan APBD

Page 25

1. PPK-SPKD mewakili PA/KPA menerima SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran. 2. PPK-SPKD atas nama PA/KPA meneliti kelengkapan dokumen UP/SPP-GU/SPP-TU. 3. PPK-SKPD mencatat SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU yang diterima ke dalam register SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU. 4. Jika kelengkapan dokumen SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU dinyatakan lengkap dan sah, PPK-SKPD menyiapkan SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU untuk ditandatangani oleh PA/KPA. 5. Jika kelengkapan dokumen SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU dinyatakan tdak lengkap dan sah, maka PPK-SKPD menolak untuk menerbitkan SPM-UP/SPM-GU/SPMTU dan selanjutnya mengembalikan SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU kepada Bendahara Pengeluaran untuk dilengkapi dan diperbaiki. 6. PA/KPA menerbitkan SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU paling lambat 2 (dua) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU yang bersangkutan. 7. PA-KPA melalui PPK-SKPD mengembalikan SPP-UP/SPP-GU/SPP-TU paling lambat 1 (satu) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPP-UP/SPPGU/SPP-TU yang bersangkutan. 8. PPK-SKPD mencatat penerbitan SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU yang diterima ke dalam register Penerbitan SPM. 9. PPK-SKPD mencatat penolakan penerbitan SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU yang diterima ke dalam Register Penolakan SPP. 10. Penerbitan SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU terdiri atas 3 lembar, yang terdiri atas : a. Lembar 1 dan 2 dikirim ke Kuasa BUD; b. Lembar 2 akan dikembalikan ke PPK-SKPD setelah dibubuhi Telah diterima oleh Kuasa BUD Tanggaldan c. Lembar 3 sebagai arsip PPK-SKPD. 2.7.8.2 Penerbitan SPM-LS cap Nomor SPP-

BAB 13 Penatausahaan APBD

Page 26

1. PPK-SPKD atas nama PA/KPA menerima SPP-LS baik SPP-LS Pembayaran Gaji & Tunjangan maupun SPP-LS Pengadan Barang & Jasa yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran. 2. PPK=SKPD mencatat SPP-LS yang diterima ke dalam Register SPP-LS. 3. PPK-SKPD atas nama PA/KPA menliti kelengkapan dokumen SPP-LS. 4. Jika kelengkapan dokumen SPP-LS dinyatakan lengkap dan sah, PPK-SKPD menyiapkan SPM-LS untuk ditandatangani oleh PA/KPA. 5. Jika kelengkapan dokumen SPP-LS dinyatakan tidak lengkap dan sah, PPKSKPD menolak untuk menerbitkan SPM-LS dan selanjutnya mengembalikan SPP-LS kepada Bendahara Pengeluaran untuk dilengkapi dan dipebaiki. 6. PA/KPA menerbitkan SPM-LS paling lambat 2 (dua) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPP yang bersangkutan. 7. PA-KPA melalui PPK-SKPD mengembalikan SPP-LS paling lambat 1 (satu) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPP yang bersangkutan. 8. PPK-SKPD mencatat penerbitan SPM-LS yang diterima ke dalam register Penerbitan SPM. 9. PPK-SKPD mencatat penolakan penerbitan SPM-LS yang diterima ke dalam Register Penolakan SPP. 10. Penerbitan SPM-LS terdiri atas 3 lembar, yang terdiri atas : a. Lembar 1 dan 2 dikirim ke Kuasa BUD b. Lembar 3 sebagai arsip PPK-SKPD. c. Lembar 2 akan dikembalikan ke PPK-SKPD setelah dibubuhi Telah diterima oleh Kuasa BUD Tanggaldan 2.7.8.3 Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana 1. Kuasa BUD menerima SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS yang diajukan oleh PA/KPA. 2. Kuasa BUD mencatat SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS yang diterima ke dalam register SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS. 3. Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPMLS.
BAB 13 Penatausahaan APBD Page 27

cap

Nomor

4. Jika kelengkapan dokumen SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS dinyatakan lengkap dan sah, Kuasa BUD menyiapkan SP2D untuk diterbitkan Surat Perintah Pencaiaran Dana. 5. Jika kelengkapan dokumen SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS dinyatakan tidak lengkap dan tidak sah, maka Kuasa BUD menolak menerbitkan SP2D dan selanjutnya mengembalikan SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS kepada PA/KPA untuk dilengkapi dan diperbaiki. 6. Kuasa BUD menerbitkan SP2D paling lambat 2 (dua) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS yang dinyatakan lengkap dan sah. 7. Kuasa BUD mengembalikan SP2D paling lambat 1 (satu) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU/SPM-LS yang bersangkutan. 8. Kuasa BUD mencatat penerbitan SP2D yang diterima ke dalam register penerbitan SP2D 9. Kuasa BUD mencatat penolakan penerbitan SP2D yang diterima ke dalam Register Penolakan SPM. 10. Penerbitan SP2D terdiri atas 3 lembar, yang terdiri atas : a. Lembar 1 diterima/dikirim ke Kuasa Bank b. Lembar 2 diterima/dikirim ke SKPD setelah dibubuhi cap " Telah diterbitkan SP2D Tanggaldan Nomor . c. Lembar 3 sebagai arsip BUD/Kuasa BUD dilengkapi lembaran ke 1 SPM dan bukti pengeluaran asli. 2.7.8.4 Penggunaan Dana 1. PPK-SKPD atas nama PA/KPA menerima SP2D Lembar 2 (SP2D lembar 2 yang dibubuhi cap Telah diterbitkan SP2D Tanggaldan Nomor . 2. PPK-SKPD mencatat SP2D yang diterima ke dalam register SP2D. 3. PPK-SKPD menyerahkan SP2D ke Bendahara Pengeluaran. 4. Bendahara pengeluaran mencatat SP2D yang diterima ke dalam register SP2D.

BAB 13 Penatausahaan APBD

Page 28

5. Bendahara Pengeluaran (atau pihak ketiga) menerima transfer uang ke rekeningnya dari Bank yang telah ditunjuk. 6. Bendahara Pengeluaran mencatat transfer/penerimaan kas ke dalam Buku Kas Umum diisi Penerimaan. 7. Bendahara Pengeluaran mencatat ke dalam Buku Simpanan/Bank (jika pembebanan Uang Persediaan/Ganti Uang dan Tambahan Uang Persediaan). 8. Bendahara Pengeluaran mencatat pengeluaran kas ke dalam Buku Kas Umum diisi Pengeluaran. 9. Bendahara Pengeluaran mencatat pengeluaran kas ke dalam Buku Kas Umum dan Buku Panjar, jika uang yang dikeluarkan belum disertai buti transaksi. 10. Bendahara Pengeluaran mencatat pemotongan dan penyetoran pajak ke dalam Buku Pajak PPN/PPh.

Jika Anda Bendahara Pengeluaran Pembantu : 1. Bendahara pengeluaran menyerahkan uang muka kerja/panjar ke Bendahara pengeluaran pembantu. 2. Bendahara pengeluaran pembantu menerima uang dan mencatat ke dalam Buku Kas Pengeluaran Pembantu diisi Penerimaan. 3. Bendahara pengeluaran pembantu mencatat pengeluaran kas ke dalam Buku Kas Pengeluaran Pembantu diisi Pengeluaran. 2.6.8.5 Pertanggungjawaban Penggunaan Dana 1. Secara Administratif, Bendahara Pengeluaran harus mempertanggungjawabkan penggunaan Uang Persediaan (UP). Ganti Uang (GU), Tambahan Uang (TU) kepada Pengguna Anggaran berupa pembuatan dan penyampaian laporan pertanggungjawaban. 2. Dokumen laporan pertanggungjawaan penggunaan Uang Persediaan/Ganti Uang/Tambahan Uang (UP/GU/TU) harus disertai dengan lampiran: a. Ringkasan pengeluaran per rincian obyek beserta bukti pengeluaran yang sah.
BAB 13 Penatausahaan APBD Page 29

b. c.

Bukti atas setoran PPN/PPh ke kas Negara. Register Penutupan Kas.

3. Bendahara Pengeluaran harus menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban beserta lampirannya kepada Pengguna Anggaran melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya. 4. Khusus bulan Desember, Bendahara pengeluaran harus menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban kepada Pengguna Anggaran melalui PPK-SKPD sebelum tanggal 31 (tigapuluh satu) Desember. 5. PPK-SKPD melakukan verifikasi atas laporan pertanggungjawaban pengeluaran yang dibuat oleh Bendahara Pengeluaran. Verifikasi dilakukan dengan : a. b. c. d. e. 6. Selain Penelitian kelengkapan dokumen; Keabsahanbukti-bukti pengeluaran yang dilampirkan; Pengujian perhitungan atas pengeluaran per rincia objek; Perhitungan pengenaan PPN/PPh atas beban pengeluaran; Pengujian kebenaran sesuai SPM dan SP2D periode sebelumnya. melakukan pertanggungjawaban secara administratif, Bendahara

Pengeluaran secara fungsional, Bendahara SKPD harus membuat laporan pertanggungjawaban kepada PPKD selaku BUD.

BAB 13 Penatausahaan APBD

Page 30

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Penatausahaan keuangan daerah merupakan bagian yang tidak bisa terlepas dari proses keuangan daerah. Penatausahaan keuangan daerah juga memiliki kendali penting bagi proses pelaksanaan APBD. Karena dapat menjadi indikator untuk melihat perkembangan volume kegiatan baik beban Anggaran Rutin maupun Anggaran Pembangunan dari tahun ke tahun dalam penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah. Oleh sebab itu penatausahaan keuangan daerah diatur dalam UU 32 th 2004. Hal ini bertujuan sebagai pedoman dalam mennyusun APBD. Penatausahaan penerimaan serangkaian proses kegiatan menerima, menyimpan, menyetor, membayar, menyerahkan dan mempertanggung jawabkan penerimaan uang yang berada pada pengelolaan SKPD dan/atau SKPKD. Sedangkan, penatausahaan pengeluaran merupakan serangkaian proses kegiatan menerima, menyimpan, menyetor, membayar, menyerahkan dan mempertanggungjawabkan pengeluaran uang yang berada pada pengelolaan SKPD dan/atau SKPKD.

BAB 13 Penatausahaan APBD

Page 31

DAFTAR PUSTAKA Abdul Halim. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat. HAW. Widjaja. 2002. Otonomi Daerah dan Daerah Otonomi. Jakarta: PT RajaGrapindo Persada. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 1997. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia. Jakarta: Toko Gunung Agung. Kuncoro Munajad. 1997. Otonomi Daerah dalam Transisi. Temu Alumni dan Seminar Nasional Manajemen Keuangan Daerah dalam Era Global, KKD-FE UGM, 12 April, Yogyakarta. Kustadi Arinta. 1993. Pengantar Akuntansi Pemerintahan. Bandung: Citra Aditya Bakti. Web Site : http://www.batan.go.id/prod_hukum/extern/uu_17_2003.htm
http://saifulrahman.lecture.ub.ac.id/files/2010/03/Pertemuan-7.pdf

http://cintaimabar.blogspot.com/2011/11/penata-usahaan-keuangandaerah.html/diakses/27/11/2012

BAB 13 Penatausahaan APBD

Page 32

BAB 13 Penatausahaan APBD

Page 33

You might also like