Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
BENY HARJADI
Peneliti Madya Bidang Pedologi dan Penginderaan Jauh
Balai Penelitian Kehutanan di Solo
DEPARTEMEN KEHUTANAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
BALAI PENELITIAN KEHUTANAN SOLO
Jl. Jend. A. Yani – Pabelan, Kartasura PO BOX 295 Surakarta 57102
Kantor : BPK SOLO, Telepon : (0271) 716709 dan Fax. (0271) 716959
Rsd : Jl.Gemak II, T.10, Telp:591268, HP:08122686657, E-m : adbsolo@yahoo.com
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
KATA PENGANTAR
Buku praktis SEL (Survai Evaluasi Lahan) diperuntukkan bagi para
peserta Pendidikan Menengah Kehutanan (PMK) Semester III Tahun 2008,
yang diadakan oleh Perum Perhutani Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Sumberdaya Manusia. Buku ini menjelaskan tentang kondisi lahan yang
dapat dikuak dari hasil survai dan identifikasi ISDL (Inventarisasi Sumber
Daya Lahan). Sehingga diharapkan buku pedoman ini dapat dipakai
sebagai pemandu bagi para surveyor untuk mengumpulkan data fisik
sebanyak-banyaknya pada setiap SPT (Satuan Pemetaan Tanah) atau Unit
lahan (Satuan Lahan).
Satuan Lahan dibuat berdasarkan dari batas kesamaan lereng yang
diturunkan dari setiap bentuk lahan (Landform) yang sama pada suatu
bentang lahan (Landscape). Satuan Peta Tanah sebagai wadah atau
mangkuk untuk mengumpulkan semua data fisik sebanyak-banyaknya dari
Landform (Bentuk Lahan), Rock (Tipe Batuan), Soil (Jenis Tanah), Slope
(Lereng), Erosion (Erosi), Terrace (Konservasi Tanah), Land Use
(Penggunaan/Penutupan Lahan) dan LUC (Land Use Capability/
Kemampuan Penggunaan Lahan).
Ketepatan lokasi dapat dilakukan dengan menggunakan alat GPS
(Global Positioning Systeme) atau dengan pemandu petugas lapangan
seperti Mandor atau Mantri Kehutanan jika survai di Kawasan Hutan.
Apabila lokasi yang kita lakukan pengumpulan data fisik ISDL tidak tepat
maka data tersebut tidak berguna atau sia-sia karena maksud kita mau
mendata lahan hutan ternyata yang dilihat lahan tegalan agroforestri.
Buku Pedoman survai ini jauh dari kesempurnaannya, untuk itu
saran dan kritik dari para pemakai atau pengguna sangat diharapkan untuk
perbaikan dalam proses penyempurnaannya.
PENULIS
BENY HARJADI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 6
V. LERENG (SLOPE)................................................................................. 55
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Alur untuk Survai ISDL (Inventarisasi Sumber Daya Lahan)....... 8
Gambar 5. Sistem Bentuk Lahan Vulkanik dan Karst (Batu Kapur) ............................ 23
Gambar 11. Pembentukan Batu Malihan oleh Pengaruh Temperatur, Tekanan dan
Waktu ....................................................................................................... 37
Gambar 12. Bentuk Struktur Tanah diikuti Perkembangan dan Ukuran Struktur ........ 49
Gambar 13. Penetapan Nama Ordo Tanah ditentukan dari Epipedon/Hiorozon .......... 50
Gambar 15. Penetapan Nama Tanah dengan Sidik Cepat di Lapangan ........................ 51
Gambar 16. Tambahan Unsur Penciri untuk Penetapan Nama Tanah Lebih Detil sampai
Tingkat Great Group atau Serie................................................................ 52
Gambar 17. Diagram Penetapan Tekstur dengan Rasa dan Dipilin .............................. 53
I. PENDAHULUAN
Survai Evaluasi Lahan (SEL) adalah merupakan istem pemetaan
sumberdaya hutan untuk para perisalah, yaitu perpaduan dari dua sistem
berupa pengumpulan data risalah kehutanan dan data fisik inventarisasi
sumberdaya lahan. Sistem tersebut menggunakan teknik pemetaan
multifaktor didalam satuan-satuan peta yang relatif homogen yaitu dapat
diketahui atas dasar pengelolaan lahan secara berkelanjutan. Penetapan
satuan peta homogen tersebut didasarkan atas kesamaan bentuk lahan,
lereng, dan penggunaan lahan pada masing-masing petak dan anak petak.
Informasi tentang sumberdaya lahan dan penilaian hasil interpretasi dapat
dipadukan dengan sumber informasi lain seperti data kesesuaian lahan,
daerah-daerah perlindungan, serta sosial ekonomi setempat.
Data fisik lahan yang diperlukan guna melengkapi survai risalah
pada kawasan hutan adalah penambahan parameter fisik baik yang tetap
maupun berubah. Parameter fisik tetap antara lain bentuk lahan, batuan,
tanah, dan lereng; sedangkan parameter fisik yang berubah meliputi erosi,
teras dan informasi penggunaan lahan. Beberapa parameter fisik yang
dikumpulkan mencakup :
Gambar 1. Diagram Alur untuk Survai ISDL (Inventarisasi Sumber Daya Lahan)
Bentuk Lahan adalah wajah permukaan bentang alam yang merupakan hasil
kegiatan dari perpaduan bermacam-macam gaya baik endogen maupun eksogen
yang terdiri dari berbagai macam bentuk permukaan bumi yang tercakup dalam
relief topografik atau raut muka bumi (Desaunettes, 1977 dan Kucera 1988).
Ada delapan sistem bentuk lahan yang ada di Indonesia, yaitu :
A. Alluvial
B. Marine
P. Plain
H. Hilly
M. Plateau and Mountain
X. Miscellaneous
V. Volcanic
K. Karst
A. Alluvial
Sistem Alluvial adalah daerah pengendapan bahan-bahan erosi yang diangkut oleh
sungai dan diendapkan di lembah dengan membentuk lapisan-lapisan endapan
akibat gaya grafitasi bumi (Colluvial) atau oleh agen penyebab air atau angin
(Alluvial).
A1.
Alluvio-marine sub system
A11. Swamp (tree vegetation)
A12. Marsh (low vegetation = hydrophytes and wet grass)
A13 Low lying lands (cultivated marshes)
A14. Undulating low lying lands
A15. Delta deposits (very recent soils = Fluvisols)
A16. Ancient sea shore and sand bars
A.17 Tidal swamp (inland)
A2.
Alluvial sub system
A21. Narrow river valley (<50 m), slope < 2%
A22. Broad river valley (> 50 m), slope < 2%
A23. Meander belt including menader scars
A24. Undulating to rolling river valley (slope 2 – 15%)
A25. Recent terrace (non floded river valley floor)
A26. Levee
A27. Alluvial fan
A28. Alluvial land
A3.
Alluvio-colluvial sub system
A31. Narrow, isolated interhill miniplain
A32. Broad, isolated
A33. Ramified
A34. Undulating to rolling interhill miniplain
A35. Alluvio-colluvial fan
A36. Colluvial fan
A37. Footslope colluvium in strips
PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 11
Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
A4.
Closed alluvial sub system
A41. Narrow depressed area (Swale, Mire, Slough, Vly etc.)
A42. Closed basin, depression and the lake
A43. Swamp or marsh (without marine influence)
A44. Lacustrine plain (recent)
A45. Ancient lake bottom
P. Plain
Sistem Dataran adalah suatu wilayah dengan lereng yang umumnya seragam, secara
komparatif datar dengan batas-batas tertentu dan tidak dipotong oleh elevasi-
elevasi dan depresi-depresi yang nyata, dapat berupa dasar lembah yang meluas
atau suatu puncak plato.
P0. Plain (synclinal plain included)
P01. Flat plain
P02. Undulating plain
P03. Rolling plain
P04. Flat with hummock, and hummocky
P05. Flat with hillock
P06. Undulating with hillocks
P07. Rolling with hillocks
P08. Hillocky
P09. Hilly with flat interhill miniplain
P1. Coastal plain (ss = same sub-categories)
P2. Marine terrace (ss)
P3. River and lake terrace (ss) ALLUVIAL TERRACES
P4. Erosion galcies =peneplain, pediment (ss)
P5. Accumulation glacis, basin, ancient lacustrine plain (ss)
P6. Piedmont plain (ss)
P7. Erosion remnants (Buttes temoins) : Residual hills and hillocks
P71. Hummock
P72. Hillock OUTLIER (Mesa, Table land, Meseta, Mound, Huerfano..)
P73. Hill
P74. Hummock
P75. Hillock INLIER (Cuesta, Hogback, Dome, Mendip,……..)
P76. Hill
P77. Inselberg
P78. Monadnock
P79. Rocks heaps
P8.
River cut vallons and valley, erosion surfaces
P80. River cut valley (flat)
P81. River cut and valley surfaces, undulating relief (general slope < 8%)
P82. River cut and valley surfaces, undulating rolling (general slope < 15%)
P83. River cut and valley surfaces, hummocky relief (general slope < 15%)
P84. River cut and valley surfaces, hummocky relief (general slope > 15%)
P85. River cut and valley surfaces, undulating relief (general slope > 15%)
Sistem Mountain adalah bidang lahan yang ber-elevasi tinggi, dengan amplitudo relief
lebih dari 300 m.
M1.
Plateau or high plain
M11 Flat plateau
M12 Undulating plateau
M13 Rolling plateau
M14 Plateau with hummocky relief
M15 Serrated plateau with parallel sharp ridges
M16 Plateau with hillocky relief
M17 Strongly dissected plateau area, sharp ridges (not parallel, hill size)
M18 Extremely dissected plateau area, hilly relief
M2. Non to slightly dissected mountain slope (relief amplitudo over 300 m)
M21 Gradient less than 30%
M22 Gradient 30 – 50%
M23 Gradient 50 – 75%
M24 Gradient over 75%
M25 Gradient up to 50%
M26 Gradient 30 – 75%
M27 Gradient above 50%
M28 Gradient above 20%
M29 Terraced
M3. Moderately dissected mountain slope, (ss = same sub categories)
M4. Dissected mountain slope (ss)
M5. Strongly dissected mountain slope (ss)
M6.
Slope of special characteristics
M61 Talus slope
M62 Rough broken and rocky slope
M7.
Special features
M71 Peak, Pinacho
M72 Serrated scarps, crags
M73 Horn
M74 Tower
M75 Arête
M76 Teton
M8.
Cirque and natural terrace
M80 Dissected vallon or valley head with dendritic d.p. (big unit)
M81 Cirque sloper
M82 Cirque with undulating floor
M83 Cirque with rolling floor
M84 Cat step
M85 Corrugated break on a slope (similar to epaulements)
M86 Natural terrace, flat to rolling relief
M87 Natural terrace, rolling to hilly relief
X. Micellaneous
Sistem Micellaneous adalah bentuk lahan yang lain terdiri dari batuan terbuka, lahan
bergaram, tempat tinggal, sungai jelek, danau, lembah sempit, dataran bukit,
lahan yang tidak produktif.
X1.
Outcrops
X11. Bluff (slope over 100%, rockiness over 50%)
X12. Rock outcrops
X2.
Salt pan or salt works
X3.
Settlement
X31. Kampong
X32. Town
X4.
River bed
X41. Straight
X42. Meandering
X43. Deeply incised
X5.
Lakes
X51. Saline and brackish water
X52. Fresh water
X53. Hot water ponds
X54. Reservoir
X6.
Miscellaneous land types
X61. Bad lands
X62. Rough, broken and rocky land (over 50% rockiness)
X63. Mountain scree (over 50% boulders on a steep slope)
X64. Scree fan, debris cone
X65. Land slide scar
X66. Landslide, earthslide, landslip
X67. Solifluxion stream, mudflow, slump
X7.
Narrow valley
X71. V – shaped valley
X72. Gully, ravine, flume
X73. Gorge
X74. Canyon
X75. Terraced valley sides and bottom
X76. Terraced valley head (vallon), gentle slopes
X77. Embayment, cove
X78. Dissected vallon with deep ravines (small unit)
X79. River cut valley (flat to undulating, small)
X8.
Summits
X81. Sharp summit and creat line
X82. Convex rounded summit
X83. Flat summit (very limited area)
X84. Mountain slope
X85. Saddle
V. Volcanic
Sistem Vulkanik atau gunung berapi adalah lubang di kulit bumi yang terjadi akibat
magma yang menerobos keluar ke permukaan bumi dengan erupsi lava secara
eksplosif atau effusif, dengan hasil klasmatis berupa bom (batu besar), lapelli
(batu kecil), slak (batu tak teratur), zand (pasir), dan as (abu) serta batu apung.
V1.
Craters
V11. Crater
V12. Caldera
V13. Volcanic vent.
V2.
Volcano upper slope
V21. Slightly dissected
V22. Moderately dissected
V23. Dissected
V24. Strongly dissected
V3.
Volcano middle slope
V31. Slightly dissected
V32. Moderately dissected
V33. Dissected
V34. Strongly dissected
V35. Flat and level part of mid slope
V36. Elongated spur, hill size (volcanic ridge)
V37. Benched
V38. -
V39. Terraced
V4.
Volcano lower slope
V41. Slightly dissected
V42. Moderately dissected
V43. Dissected
V44. Strongly dissected
V45. Flattish
V46. Volcanic ridge
V47. Terraced
V5.
Lava flows
V51. Recent lava flow
V52. Ancient lava flow
V53. Very ancient and dissected, broken down
V54. Scories, cinders cone
V55. Lava flow and lahar combined
V56. Toe of lava flow or volcanic ridge
V57. Lava plain
V58 Lava plateau
K. Karst
Sistem Karst adalah daerah yang terdiri dari batu-batuan kapur yang porous (berpori),
dimana air permukaan tanah selalu merembes dan menghilang kedalam tanah,
dan permukaan selalu gundul/kurang vegetasi (Gambar 5).
K1. Karstic plateau (terrace)
K11. Undulating to rolling, with hummocks (hums or karstic mounds)
K12. Same, hillock size
K13. Same, hill size
K14. Plateau with lapies relief, blocks and boulders are gouged and …………..
K15. Same, with knobs, big outcrops with grotesque relief, grottos
K16. Same, with cliffs and caves
K2.
Gentle karstic slope
K21. Hummocky relief (conical mounds = hums, uvalas, and doline)
K22. Same, hillocky relief
K23. Same, hilly relief
K24. Lapies relief
K25. Knobs and gottos
K26. Cliffs and caves
K3. Steep slope (ss = same sub categories)
K4. Versant (ss)
K5.
Outcrops
K51. Hum
K52. Cliff
K53. Pinnacle
K6.
Depression
K61. Doline
K62. Uvala
K63. Sinkhole
K64. Katavothre
K7.
Plains
K71. Polje with flat relief
K72. Polje with flat relief + hillocks
K8.
Erosion surface in bedded chalk
K80. Vallon with dendritic drainage pattern
K81. Undulating relief
K82. Rolling relief
K83. Hummocky relief
K84. Hillocky relief
K85. Sharp parallel ridges, hillock sized with deep carved dendritic gullies on
the flanks, strongly dissected
K86. Hillock in rolling pattern with dense dendritic d.p., extremely dissected
B. Marine
Sistem Marine adalah daerah yang selalu berhubungan dengan laut dan
sekitarnya baik ditengah maupun ditepian (Gambar 6).
B1. Beaches
B11. Sand beach
B12. Mud beach
B13. Shingle beach
B14. Cove
B15. Mud flat
B2. Dunes and lido
B21. Shifting sand
B22. Flat sandy deposits
B23. Lido
B24. Beach ridges
B25. Tombolo
B3. Rocky seaside and barriers
B31. Barrier, barrier flat
B32. Cliff
B33. Reef
B34. Wave cut terrace
B35. Rocky cape
B36. Reef flat
B4. Laguna and Lagoon
B41. Laguna
B42. Coral reef
B43. Coral flat
B44. Lagoon
B5. Atoll and coral
B51. Atoll
B52. Coral reef
B53. Coral flat
B6. Tidal flats
B61. Bared (or cultivated) tidal flat
B62. Marshy tidal flat
B63. Swampy tidal flat (mangrove)
B7. Delta outcrops
B71. Sandy
B72. Silty
B73. Clayey
B8. Sub-recent sea shore
B81. Swale deposits
B82 Sand ridges
Batuan terdiri dari empat jenis yang berbeda cara pembentukkannya, yaitu :
A. Batuan Beku adalah batuan yang terbentuk karena pengkristalan magma yang
berasal dari dapur magma yang dapat membeku didalam (batuan Plutonik), di
saluran (batuan Korok), dan diluar permukaan bumi (batuan Ekstrusif). Ciri
utama batuan beku adalah motif dan tekstur serta kekerasan seragam.
B. Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat terkikisnya batuan dari suatu
tempat dan selanjutnya diendapkan di tempat lain. Ciri utama batuan sedimen
adalah heterogen kandungan mineral maupun asal batuan penyusunnya.
C. Batuan Metamorfose atau Batuan Malihan adalah batuan yang berubah bentuk
karena proses metamorfose dengan asal batuan dapat berupa batuan beku atau
batuan sedimen. Ciri utama batuan metamorfose adalah terbentuknya lapisan-
lapisan batuan dengan tingkat kekerasan yang berbeda karena terbentuk pada
waktu yang berlainan (Tabel 1).
KODE BATUAN
1. Penulisan dengan huruf besar dan huruf kecil
2. maksimum hanya 2 jenis batuan
A. Tegangan (Pemecahan)
3. Kode Batuan
Aquents tekstur sangat kasar berpasir, tidak ada epipedon okrik, permeabilitas
baik sampai berlebihan
Arents ada bekas horison diagnostik yang rusak karena percampuran, dengan
permeabilitas baik
Fluvents ada tanda-tanda sedimentasi , lereng < 25%, tekstur lapisan bawah pasir
sangat halus berlempung atau lebih halus, dengan bahan organik rendah
Orthents tekstur sama dengan fluvent, dengan bahan organik rendah,
permeabilitas baik, serta suhu tanah dapat mencapai rata-rata setahun <
0o C (ada permafost)
2. VERTISOLS (ERT)
Torrerts biasanya dalam keadaan kering dan mempunyai retakan sepanjang tahun
Uderts biasanya dalam keadaan lembab, retakan tampak selama kurang dari 90
hari kumulatif, atau kurang dari 60 hari berturut-turut
Usterts retakan tampak selama 90 hari kumulatif atau lebih tetapi tidak
sepanjang tahun, dan iklim panas dengan rata-rata suhu tahunan 22 oC
atau lebih
Xererts retakan tampak selama 60 hari berturut-turut atau lebih, suhu rata-rata
tahunan kurang dari 22 oC
3. INCEPTISOLS (EPT)
Andepts terdiri dari mineral liat Allophane dimana struktur longgar (BJ < 0,85),
kadang mengandung zarah-zarah kaca volkan. Sebanyak 60% atau lebih
dalam fraksi debu atau fraksi diatas debu, memiliki permeabilitas baik
dan tidak memiliki epipedon plaggen
Aquepts permeabilitas buruk yang ditunjukkan adanya gleisasi, kadang terdapat
epipedon histik/okrik, berbecak-becak, atau bersifat alkalin
Ochrepts kadang terdapat padas, epipedon okrik terlalu merah cerah, dapat
memiliki epipedon umbrik/molik setebal < 25 cm
Plaggepts memiliki epipedon plaggen
Tropepts suhu sedang sampai panas sepanjang tahun, terdapat epipedon
umbrik/molik/okrik dengan endopedon kambik, nilai KB < 50%
dibawah molik
Umbrepts suhu dingin sampai panas kurang dari 8 oC, memiliki epipedon umbrik/
antropik/molik dengan endopedon kambik dengan nilai KB < 50%, dan
tebal epipedon dapat > 25 cm, beriklim lembab sampai basah serta
permeabilitas baik
5. MOLLISOLS (OLL)
Albolls terdapat horison Albik yaitu A2 pucat dibawah epipedon Molik atau
diapit dua horison Molik. Disamping itu terdapat endopedon
Argilik/Natrik, adanya tanda-tanda gleisasi dengan becak konkresi besi
dan mangan dengan ukuran diatas 2 mm, didalam horison endopedon
mencakup tanah Solonchak, Solonet, dan Planosol.
Aquolls permeabilitas buruk (ada gleisasi), hidromorf nyata (ada becak), dapat
mempunyai epipedon Histik, dapat juga Kalsik, termasuk pada tanah
glei humus
Burolls suhu rata-rata setahun dibawah 8 oC, dengan atau tanpa horison O,
memiliki horison Albik/Argilik/Natrik/Kalsik/Gypsik, banyak
mempunyai krotovinas dengan permeabilitas baik, meliputi Chernozem
Rendolls suara berisik bila tanah liat bergamping berwarna tua, epipedon Molik
sama atau lebih tipis dari 50 cm tanpa endopedon Argilik dan Kalsik.
Terdapat zarah-zarah gamping kasar (diameter < 7,5 cm) didalam atau
dibawah Molik, mengandung kapur, seperti Renzina
Udolls suhu rata-rata sama atau diatas 8 oC, mempunyai endopedon Albik/
Kambik/Argilik, nilai KB < 80%, memiliki horison Kalsik yang terletak
didalam, biasanya lembab, permeabilitas baik, meliputi Burnizem
Ustolls kadang-kadang kering selama 90 hari kumulatif atau lebih, nilai KB
sama atau diatas 80%, dapat mempunyai horison Kambik/Argilik, suhu
rata-rata terlalu tinggi atau kroma terlalu tinggi untuk Buroll
Xerolls kering selama 60 hari berturut-turut atau lebih, dapat mempunyai
duripan dangkal atau Natrik/Kalsik/Petrokalsik/Gipsik/Argilik, suhu
rata-rata sama atau diatas 8 oC
6. SPODOSOLS (OD)
Aquods permeabilitas buruk (ada gleisasi) dapat memiliki epipedon Histik, dapat
mempunyai duripan dalam Albic, berbecak
Ferrods permeabilitas baik, horison Spodik yang mempunyai nilai perbandingan
Fe/C diatas 6 (pengumpulan besi jauh lebih banyak dari humus)
Humods pengumpulan humus terdispersi, dengan pengumpulan Al lebih banyak
dari pada Fe, permeabilitas baik
Orthods horison Spodik dengan Fe/C sama atau kurang dari 6, permeabilitas
baik, pengumpulan Fe lebih banyak dari pada humus, dalam Spodik
terdapat butiran-butiran humus berukuran debu
8. ULTISOLS (ULT)
9. OXISOLS (OX)
Torrox biasanya kering, epipedon Okrik dengan value lembab sama atau lebih
tinggi dari 4
Ustox suhu rata-rata tahunan sama atau lebih tinggi 15 oC, biasanya lembab
dengan musim kering > 60 hari, serta warna value lembab kurang dari 4
Gambar 16. Tambahan Unsur Penciri untuk Penetapan Nama Tanah Lebih
Detil sampai Tingkat Great Group atau Serie.
V. LERENG (SLOPE)
A. KEMIRINGAN LERENG (Kucera, 1988)
B. RELIEF RELATIF
D. BATUAN DI PERMUKAAN
Erosi adalah salah satu gaya eksogen yang mengikis tanah atau batuan
yang telah melapuk dan dapat diakibatkan oleh antara lain air
mengalir, air laut, angin, es, air tanah, dan gravitasi.
Erosi Alur adalah suatu saluran kecil dengan kedalaman kurang dari 300
mm dan dapat diratakan dengan pengolahan tanah secara normal.
Erosi Jurang adalah erosi berupa saluran dengan kedalaman lebih dari 300
mm.
Erosi Jatuhan (Fall) adalah pemindahan bahan tanah dan batuan secara
cepat diatas permukaan tanah karena grafitasi tanpa adanya luncuran
sejajar permukaan bumi
Aliran Masa Tanah adalah bahan material yang bergerak dalam bentuk
cairan kental.
Slump adalah longsoran atau luncuran secara berputar dan sebagian besar
dari masa tanah tersebut dapat terangkat kearah mundur.
Erosi Tebing Sungai adalah pemindahan material oleh air dari tebing
aliran atau sungai.
Pengendapan adalah bahan tererosi yang telah diendapkan oleh air tetapi
tidak seluruhnya ditumbuhi tanaman.
B. Erosi Jurang
F. Depresi/Pengendapan
Tabel 17. Tingkat Pengendapan Material
Frekwensi Debu + Pasir Kerikil Kerikil + Batu
kali/tahun < 0,2 cm 0,2 - 25 cm > 25 cm
<2 0 0 1
2-4 0 1 2
4-8 1 2 3
8 - 15 2 3 3
> 15 3 3 3
Keterangan : (o) Diabaikan, (1) Ringan, (2) Sedang, (3) Berat
3. PROSENTASE EROSI
Tabel 18. Prosentase Luas Satuan Peta Tererosi
Simbol Persen Luasan (%) Deskripsi
0 <1 Diabaikan
1 1 - 10 Sedikit
2 10 - 20 Agak Luas
3 20 - 40 Luas
4 40 - 60 Sangat Luas
5 60 - 80 Sebagian Besar
6 > 80 Hampir Seluruhnya
1. JENIS TERAS
Bl. Terang bangku datar
Br. Teras bangku miring kedalam
Bo. Teras bangku miring keluar
Bm. Teras Campuran
Rt. Teras Gulud
Hd. Hillside Ditch
Ot. Orchard Terrace (Teras Kebun)
Ib. Individual Basin ( Teras Individu)
2. RISER/TAMPINGAN TERAS
3. PROSENTASE BERTERAS
Tabel 19. Prosentase Teras Per Satuan Peta
Simbol Persen Luasan (%) Deskripsi
0 <1 Diabaikan
1 1 - 10 Sedikit
2 10 - 20 Agak Luas
3 20 - 40 Luas
4 40 - 60 sangat Luas
5 60 - 80 Sebagian Besar
6 > 80 Hampir Seluruhnya
HUTAN (H)
Ha = hutan palem
Hb = hutan bambu
Hc = hutan pantai
Hd = hutan rontok dimusim kering
He = hutan savana campuran (Melaleuca sp.)
Hf = hutan submontane basah (ketinggian 1000-2000 m dpl)
Hg = hutan gambut
Hh = hutan dataran rendah primer basah (ketinggian < 1000 m dpl)
Hi = hutan kapur
Hj = hutan jati
Hk = hutan kerangas
Hl = hutan mahoni
Hm = hutan pegunungan basah (ketinggian > 2000 m dpl)
Hn = hutan nipah
Ho = hutan gelam (Melaleuca leucadendron)
Hp = hutan pinus
Hq = hutan lain-lain, kebun karet terbengkalai, dll.
Hr = hutan rawa
Hs = hutan kiri kanan sungai (meander)
Ht = hutan payau (pasang-surut), hutan bakau dll.
Hu = hutan pada bukit-bukit ultrabasik
Hv = hutan bakau
Hw = hutan lahan becek (wetland) dataran rendah
Hx = hutan log (primer yang diusahakan, termasuk kubah gambut)
Hy =
Hz = hutan sekunder
SEMAK (B)
Bl = semak pegunungan pada gambut, hutan moss (blang)
Bu = semak alami, semak-semak, belukar, sudah tidak ditanami 5-10
tahun
TEGAL (U)
Uc = kebun campuran
Us = kebun sayur-sayuran, pekarangan, hortikultura
Ut = tanaman tegalan
PERKEBUNAN (P)
Pa = nanas Pn =
Pb = tembakau Po = coklat
Pc = kelapa Pp = kelapa sawit
Pd = pinus (damar) Pq =
Pe = Pr =
Pf = Ps = panili
Pg = cengkeh Pt = teh
Ph = Pu = tebu
Pi = kopi Pv = singkong
Pj = Pw =
Pk = karet Px =
Pl = lain-lain Py =
Pm = pisang Pz =
AGROFORESTRY (A)
Aa = agro-silvikulture
PENGHIJAUAN (F)
Fm = peremajaan spesies khusus
Fp = penghijauan
Fr = reboisasi
PEMUKIMAN (K)
Kk = kota, desa, areal industri, areal rekreasi, bandar udara,
Km = markas militer, tempat latihan, lapangan tembak
Ks = timbunan sampah
Kt = tambang
DAFTAR PUSTAKA
Balsem, T. and Buurman, P., 1989. Guidelines for Land Unit Description. Land
Resource Evaluation and Planning Project. Technical Report No.13 Centre for
Soil Research, Bogor.
Eyles, G.O., 1985. The New Zealand Land Resources Inventory Erosion Classification.
Water and Soil Miscellaneous Publication No. 85. National Water and Soil
Conservation Authority, New Zealand.
Kucera, K.P., 1988. Guidelines for Soil and Terrain Field Description in Integrated
Watershed Management Studies for Indonesia using USDA System. Konto
River Project ATA 206 Phase III. Project Communication No. 6.
USDA, 1975. Soil Taxonomy a Basic System of Soil Classification for Making and
Interpretation Soil Surveys. Soil Survey Staff. Agriculture Handbook No. 436.
BAGAIMANA
1. Bagaimana cara melakukan interpretasi foto udara awal dan akhir ?
2. Bagaimana cara melaksanakan survai SEL dan perisalahan ?
3. Bagaimana cara memahami data biofisik yang akan dilakukan ?
4. Bagiamana cara menyimpulkan data lapangan dan menyimpulkan
tingkat KPL dan KKL ?
5. Bagiamana cara menetapkan sampel lokasi pada saat survai sampling
dan pada saat survai secara sensus ?
DIMANA
1. Dimana mendapatkan foto udara dan citra satelit ?
2. Dimana letak lokasi setiap unit lahan harus ditetapkan sebelum
menginventarisasi data SEL ?
3. Dimana saja koordinasi dan konsultasi harus dilakukan sebelum survai ?
4. Dimana bisa mendapatkan data sekunder dan diperlukan untuk apa saja ?
5. Diaman saja data perolehan SEL dan perisalahan hutan diarahkan ?
MENGAPA
1. Mengapa survai perlu dilakukan dan selalu harus diawali dengan
interpretasi foto udara ?
2. Mengapa setiap survai harus menetapkan titik sampel dengan tepat ?
3. Mengapa sebelum survai harus menguasai medan dan data biofisik ?
4. Mengapa perlu ada survai orientasi ?
5. Mengapa sampel data harus dilakukan menyebar ?
SIAPA
1. Siapa saja yang memiliki kapasitas untuk survai SEL ?
2. Siapa yang harus dilibatkan pada saat orientasi dan saat survai lapangan ?
3. Siapa yang harus dihubungi saat koordinasi dan konsultasi ?
4. Siapa yang berhak mengoreksi dari hasil survai dan data seluruhnya ?
5. Siapa yang perlu diajak untuk diskusi sebelum haisl ini disebarluaskan ?
PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 73
Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
APA
1. Apa yang dimaksud dengan survai SEL dan survai perisalahan
hutan ?
Survai SEL (Survai Evaluasi Lahan) atau ISDL (Inventarisasi Sumber
Daya Lahan) merupakan survai biofisik lahan dengan WADAH unit lahan
yang merupakan unit pengelolaan lahan atas dasar kesamaan lereng yang
dilakukan secara sensus atau sampling.
Jika survai SEL meliputi seluruh wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai)
baik diluar maupun didalam kawasan hutan, sedangkan survai perisalahan
hutan hanya meliputi kawasan hutan yang meliputi wilayah BH (Bagian
Hutan).
BAGAIMANA
1. Bagaimana cara melakukan interpretasi foto udara awal dan akhir
?
IFU awal : yaitu IFU sebelum berangkat ke lapangan untuk persiapan
pembuatan peta dasar (peta navigasi untuk memastikan letak lokasi di
lapangan) dan peta unit lahan (wadah yang akan diisi oleh data SEL dari
akses di lapangan maupun dari hasil IFU dan analisis laborat tanah).
IFU akhir : yaitu untuk melengkapi data SEL yang belum sempat
dikumpulkan di lapangan dengan dasar kunci interpretasi beberapa lokasi
berdekatan yang sudah didatangi
DIMANA
1. Dimana mendapatkan foto udara atau citra satelit ?
- Foto udara maupun citra satelit dapat diperoleh pada agen atau
instansi yang terkait dengan penginderaan jauh, dimana foto
udara biasanya diperbaharui setiap 5 – 10 tahun, sedangkan
citra satelit diperbaharui setiap bulannya.
- Agen atau instansi yang mengadakan atau memperjualbelikan
foto udara dan citra satelit antara lain : LAPAN, Bakosurtanal,
PT.Bhumi Prasaja, PPIK (Pusat Pelayanan Informasi
Kebumian).
2. Dimana saja letak lokasi setiap unit lahan yang harus ditetapkan
sebagai sampel sebelum menginventarisasi data SEL ?
- sampel unit lahan harus tersebar merata yang mewakili variasi
bentuk lahan, jenis tanah, dan kelas kemiringan lereng serta
kelas penutupan lahan.
- Sebelum mengisi data SEL pada setiap unit lahan pastikan
bahwa nomer unit lahan yang ada di Foto Udara
kenampakkannya sama dengan kondisi di lapangan.
- Kesalahan mengakses unit lahan yang tidak sesuai selain data
tidak berguna juga akan mempengaruhi kesalahan unit lahan
yang lain jika data tersebut dijadikan kunci interpretasi saat
reinterpretasi (IFU akhir).
MENGAPA
1. Mengapa survai perlu dilakukan dan selalu harus diawali dengan
interpretasi foto udara ?
- Walaupun sudah ada foto udara maupun citra satelit, tapi
survai lapangan mutlak dilakukan atau tidak dapat
ditinggalkan, karena setiap lahan memiliki spesifikasi
kenampakkan yang berbeda. Walaupun nampaknya di foto
udara sama, kondisinya bisa jadi di lapangan berbeda,
sehingga foto udara hanya salah satu alat bantu survai.
- Sebelum survai atau orientasi diawali dengan IFU, untuk
mengenal Landscape (bentang lahan) dan variasi Land Form
(bentuk lahan), sehingga dapat ditetapkan beberapa sampel
yang menyebar dan dapat mewakili keseluruhan.
- IFU awal dipersiapkan untuk membuat Peta Dasar (Peta
Navigasi) sebagai penunjuk arah lokasi di lapangan, dan Peta
Unit Lahan (Peta Anak Petak) yang dipakai sebagai wadah
untuk mengisi seluruh data SEL.
SIAPA
1. Siapa saja yang memiliki kapasitas untuk survai SEL ?
- Teknisi atau Surveyor yang berpindidikan Sarjana (S1) bidang
Pertanian atau Ilmu-ilmu Tanah, atau minimal STM Pertanian
atau SKMA yang pernah memperoleh Teknik Survai dan
Pengetahuan tentang parameter biofisik lahan.
- Surveyor yang berpengalaman dalam IFU dan survai lapangan
untuk evaluasi lahan maupun perisalahan hutan yang memiliki
dedikasi dan kemauan yang kuat untuk mendalami survai
SEL.
- Tidak cacat mata (berkacamata atau silindris), buta warna,
rabun dekat maupun jauh serta usia kurang dari 40 tahun.
2. Siapa yang harus dilibatkan pada saat orientasi dan saat survai
lapangan ?
- orientasi melibatkan para eksekutif, analis laborat GIS,
superviser dan sebagian surveyor untuk bersama-sama
mengenal medan dan manyamakan persepsi di lapangan.
- Survai lapangan dilakukan oleh para surveyor yang dipandu
oleh superviser sampai terjadi transfer teknologi dan
mendapatkan persepsi yang sama tentang pemahaman
parameter biofisik lahan.
4. Siapa yang berhak mengoreksi dari hasil survai dan data seluruhnya
?
- Para superviser dan para eksekutif struktural jika
dimungkinkan dari sejak data SEL sampai dengan
rekomendasi pengelolaan lahan.
- Para analisis laborat GIS yang akan mengakses data atribut
dan data grafis jika dirasa ada yang meragukan dan perlu
dipertanyakan.
Riwayat Pendidikan :
TK : TK Aisyiyah Premulung, Surakarta (1967)
SD : SD Negeri 94 Premulung, Surakarta (1973)
SMP : SMP Negeri IX Jegon Pajang, Surakarta (1976)
SMA : SMA Muhammadiyah I, Surakarta (1980)
S1 : IPB (Institut Pertanian Bogor), Jurusan Tanah/Fak.Pertanian,BOGOR (1987)
Kursus LRI (Land Resources Inventory) kerjasama dengan New Zealand selama 9 bulan
untuk Inventarisasi Sumber Daya Lahan (1992), INDONESIA-NEW
ZEALAND
S2 : ENGREF (École Nationale du Génie Rural, des Eaux et des Forêst), Jurusan
Penginderaan Jauh Satelit/ Fak.Kehutanan, Montpellier, PERANCIS (1996)
PGD : Post Graduate Diplome Penginderaan Jauh, di IIRS (Indian Institute of Remote
Sensing) di danai dari CSSTEAP (Centre for Space Science & Technology
Education in Asia and The Pasific) Affiliated to the United Nations (UN/PBB :
Perserikatan Bangsa-Bangsa), Dehradun – INDIA (2005).
Riwayat Pekerjaan :
1. Staf Balai Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), Surakarta (1989).
2. Ajun Peneliti Madya Bidang Konservasi Tanah dan Air pada BTPDAS-WIB (Balai
Teknologi Pengelolaan DAS–Wilayah Indonesia Bagian Barat) Surakarta, 1998.
3. Peneliti Muda Bidang Konservasi Tanah dan Air pada BTPDAS-IBB (Balai
Teknologi Pengelolaan DAS – Wilayah Indonesia Bagian Barat) Surakarta, 2001.
4. Peneliti Madya Bidang Konservasi Tanah dan Air pada BP2TPDAS-IBB (Balai
Litbang Teknologi Pengelolaan DAS - Indonesia Bagian Barat) Kartasura, 2005.
5. Peneliti Madya Bidang Pedologi dan Penginderaan Jauh pada BPK (Balai
Penelitian Kehutanan) Solo, 2006
Riwayat Organisasi :
1. Menwa Mahawarman, Jawa Barat (1980 – 1985)
2. HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), (1980 – 1983)
3. Ketua ROHIS BP2TPDAS-IBB, 2 periode (2000-2006)
Penghargaan :
1. Satya Lancana Karya Satya 10 tahun, No. 064/TK/Tahun 2004
Alamat Penulis :
1. Kantor : BPK Solo, d/a Jl.Ahmad Yani Pabelan, Po.Box.295, Surakarta. Jawa
Tengah, Telp/Fax : 0271–716709, 715969
2. Rumah : Perumahan Joho Baru, Jl.Gemak II, Blok T.10, Rt 04/ Rw VIII,
Kel.Joho, Sukoharjo, Jawa Tengah. Telp : 0271- 591268. HP : 081.22686657
PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 86
Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
KARTU LAPANGAN