You are on page 1of 3

Luka sebagai Alat Bukti Erwin Wahid MD

Dalam proses peradilan yang menyangkut luka pada tubuh manusia, seorang dokter diminta oleh polisi untuk memberikan keterangan tertulis atas hasil pemeriksaannya yang sering disebut sebagai laporan medikolegal, dan untuk selanjutnya dijadikan sebagai alat bukti di pengadilan. Luka yang terjadi pada seorang, baik karena kecelakaan atau penganiayaan, sering mempunyai implikasi hukum yang dilanjutkan dalam suatu proses peradilan. Pembuatan laporan medikolegal merupakan suatu bentuk komunikasi antara dokter dengan sistem hukum yang berlaku disuatu tempat. Di Indonesia keterangan tertulis semacam ini disebut Visum et Repertum. Kualitas visum ini terdapat rendah, karena kemungkinan faktor dokter pembuat visum, faktor dukungan majemen dan faktor lingkungan. Definisi luka dari segi klinis menyatakan bahwa luka adalah hilangnya kontinuitas dari jaringan yang disebabkan karena adanya kekuatan dari luar. Trauma adalah keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera. Definisi ini memberikan gambaran superfisial dari respon fisik terhadap cedera, kurang tepat dari segi medikolegal. Menurut pengertian medikolegal, luka adalah kelainan yang dapat disebabkan oleh suatu tindak kriminal, baik yang bersifat sengaja, ceroboh ataupun kurang hati-hati. Aplikasinya dalam pelayanan kedokteran kehakiman adalah untuk membuat terang suatu tindak kekerasan yang terjadi pada seseorang. Orientasi dan paradigma yang digunakan dalam merinci luka dan cedera dari segi medikolegal adalah ditujukan untuk dapat membantu merekontruksi peristiwa penyebab terjadinya luka dan memperkirakan derajat cedera berat. Secara klinis menilai cedera berat salah satu parameter adanya ditemukan patah tulang, misal pada cedera dada ditemukan patah tulang iga atau scapula, patah daerah tulang panggul. Hal ini ditentukan kekuatan, arah dan tubuh yang kena. Karena tubuh manusia secara konstan menjadi gaya mekanik dalam kehidupan normal sehari-hari. Jaringan tubuh biasanya menyerap gaya tersebut baik melalui kekenyalan dan elastisitas dari jaringan lunaknya ataupun dari daya tahan dari tulang rangka. Jika intensitas dari gaya yang diterima tubuh lebih besar dari kemampuan jaringan tubuh untuk beradaptasi maka luka akan terjadi. Namun menurut medikolegal luka akan terjadi luka berat harus memenuhi keadaan dibawah ini: -Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberikan harapan akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut
1

-Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau jabatan atau pekerjaan -Kehilangan salah satu panca indera -Mendapat cacat berat -Menderita sakit lumpuh -Terganggunya daya pikir selama empat minggu -Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan. Begitu pemikiran medikolegal harus jelas luka berat dampaknya kepada tubuh manusia. Orang-orang klinis sama mempunyai pemikiran dampak terhadap luka, mereka mengklasifikasikan klas luka dibawah ini untuk tindakan, penyembuhan dan prognosa bila berhadapan dengan luka sebagai berikut: 1. Luka Bersih : Luka operasi tanpa terinfeksi dimana tidak ada inflamasi yang terjadi dan sistem respirasi, pencernaan, kelamin, dan saluran kemih tidak terinfeksi. Selain itu, luka bersih bersifat tertutup dan, jika dibutuhkan, dapat didrainase dengan drainase tertutup. Luka insisi operasi yang disebabkan trauma tumpul harus disertakan dalam luka jenis ini jika memenuhi kriteria. Rentang infeksi yang dapat diterima yakni :1%-5% 2. Luka bersih terkontaminasi : Sebuah luka operasi dimana sistem pernapasan, pencernaan, kelamin, dan saluran kemih terinfeksi dibawah kondisi terkontrol dan tanpa kontaminasi yang tidak biasa. Secara spesifik, operasi meliputi kelenjar empedu, appendik, vagina, dan orofaring. Rentang infeksi yang dapat diterima yakni : 3%-11% 3. Luka terkontaminasi : Luka tidak sengaja, segar, dan terbuka. Operasi dengan luka mayor dengan teknik steril dari traktus gastrointestinal dan insisi yang bersifat akut serta inflamasi yang nonpurulen termasuk dalam kategori ini. Rentang infeksi yang dapat diterima yakni : 10%-17% 4. Luka kotor terinfeksi : luka traumatik lama dengan jaringan devitalisasi yang masih tersisa dan luka-luka yang meliputi infeksi klinis atau perforasi alat dalam. Definisi ini menambahkan bahwa organisme-organisme yang menyebabkan infeksi paska operasi muncul di daearah operasi sebelum operasi dimulai. Rentang infeksi yang dapat diterima yakni : >27%. Dalam medikolegal suatu luka dapat menimbulkan dampak pada korban dari segi fisik, psikis, sosial, pekerjaan, yang dapat timbul segera, jangka pendek, ataupun jangka panjang. Dampak luka ini memegang peranan penting bagi hakim dalam menentukan beratnya sanksi kriminal di

dalam penentuan berat ringannya luka tersebut didasarkan atas pengaruhnya terhadap kesehatan jasmani, pekerjaan jabatan atau mata pencaharian dan fungsi alat indera. Disamping klasifikasi klas luka, klinikus lebih berarti menemukan luka tembus yang menentukan luka tersebut mencapai organ berongga seperti rongga dada, rongga perut atau termasuk rongga panggul memperhitungkan alat-alat dalam yang terkena. Seperti patah tulang karena cedera tumpul lebih banyak berarti, selain adanya jejas tubuh dan hematoma di kulit, juga dapat memperkirakan alat-alat dalam yang terkena. Tetapi kaum medikolegal memandang luka berdasarkan klasifikasi klas penyebab sebagai kerusakan pada suatu bagian tubuh yang diakibatkan oleh karena kekerasan mekanik, kekerasan fisik dan kekerasan kimiawi. Begitupun cedera tumpul, benda-benda yang dapat mengakibat luka dengan sifat luka seperti ini, benda yang memiliki permukaan tumpul dan kekerasan sedemikian hebatnya dapat pula menyebabkan patah tulang. Kesimpulan ahkir medikolegal sampai penulisan kualifikasi luka adalah sebagai berikut: 1. Luka yang tidak mengakibatkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan atau jabatan. 2. Luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan atau jabatan untuk sementara waktu. 3. Luka yang termasuk dalam pengertian hukum luka berat.

You might also like