You are on page 1of 1

Tanaman Pangan Permintaan beras meningkat sebesar 2.

9 persen per tahun yang berasal dari pertumbuhan penduduk sebesar 1.8 persen per tahun dan pertumbuhan konsumsi per kapita beras sebesar 1.2 persen per tahun. Dengan pertumbuhan permintaan sebesar 2.9 persen per tahun, maka tambahan permintaan setiap tahun sebesar sebesar 651 ribu ton. Sementara produksi beras meningkat sebesar 3,17 persen per tahun yang berasal dari pertumbuhan luas areal sebesar 2,09 persen dan pertumbuhan produktivitas sebesar 1,06 persen. Pada tahun 2003 defisit beras sebesar 1,6 juta ton, tetapi pada tahun 2004 surplus 350000 ton dan pada tahun 2005 diperkirakan defisit lagi sekitar 50.000 ton (BPS, 2005). Dengan demikian, melihat kinerja permintaan dan penawaran beras selama ini, nampaknya produksi dalam negeri diperkirakan masih mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Permintaan jagung meningkat sebesar 5.2 persen per tahun yang berasal dari pertumbuhan penduduk sebesar 1.8 persen per tahun dan pertumbuhan konsumsi per kapita 3.3 persen. Sementara produksi jagung meningkat sebesar 4.69 persen per tahun yang berasal dari pertumbuhan luas areal sebesar 0.95 persen dan pertumbuhan produktivitas sebesar 3.70 persen. Pada tahun 2003 Indonesia masih mengimpor jagung sebanyak 1,3 juta ton. Dengan demikian, ke depan produksi jagung dalam negeri perlu terus dipacu agar mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Permintaan kedele meningkat sebesar 5.8 persen per tahun yang berasal dari pertumbuhan penduduk sebesar 1.8 persen per tahun dan pertumbuhan RE-4 konsumsi per kapita 4.5 persen. Sementara produksi kedele hanya meningkat sebesar 1.62 persen per tahun yang hanya disumbang dari pertumbuhan produktivitas sebesar 1.77 persen, sedangkan pertumbuhan luas areal negatif 0.14 persen per tahun. Pada tahun 2003 Indonesia masih mengimpor kedele sebanyak 1,2 juta ton. Dengan demikian, ke depan produksi kedele dalam negeri perlu terus dipacu agar mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Permintaan Ubi Kayu meningkat sebesar 0.9 persen per tahun.Pertumbuhan permintaan tersebut berasal dari pertumbuhan penduduk sebesar 1.8 persen per tahun, sementara pertumbuhan konsumsi per kapita menurun sebesar -1,1 persen. Sementara produksi ubi kayu meningkat sebesar 1.57 persen per tahun yang hanya disumbang dari pertumbuhan produktivitas sebesar 2.06 persen, sedangkan pertumbuhan luas areal negatif 0.48 persen per tahun. Dalam bentuk tepung ubikayu, Indonesia mengalami defisit sejak tahun 1991. Sebaliknya, dalam bentuk tapioka, Indonesia mengalami surplus perdagangan dalam tahun 1973 sampai 1980 dan tahun 1988. Selanjutnya, sejak tahun 1989, Indonesia mengalami surplus perdagangan atau net ekspor, kecuali tahun 2003. Dengan demikian, ke depan produksi ubikayu dalam negeri perlu terus dipacu agar mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor.

You might also like