Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kegiatan pemerintahan adalah kegiatan yang berkesinambungan
(suistanable governmental activity). Sejak terjadinya kesepakatan antara
anggota kelompok masyarakat, untuk menciptakan suatu suasana yang
tertib, sebagai jawaban suasana tidak tertib (inorder society) pada masa
sebelumnya, maka pada saat itulah kegiatan pemerintahan telah
berlangsung.
Kegiatan pemerintahan dimaksud, berlangsung secara evaluatif,
sesuai dengan tuntutan dan perkembangan keadaan. Pemangku jabatan
pemerintahan yang pada dasarnya memiliki priodisasi masa jabatan.
Namun, esensi kegiatan pemerintahan untuk menjaga ketertiban dan
memberikan pelayanan kepada masyarakat (public service) terus-
menerus terlaksana.
Adanya priodisasi kegiatan pemerintahan pada intinya
dimaksudkan untuk memberikan batasan jangka waktu pelaksanaan
kegiatan pemerintahan. Priodisasi kegiatan pemerintahan masa kini
adalah lanjutan masa sebelumnya, dan dasar bagi kegiatan
pemerintahan pada masa mendatang.
Dengan berdasar pada kerangka fikir tersebut di atas, masa
jabatan Bupati Bone 2003-2008, yang akan berakhir pada 16 April 2008,
kembali memasuki fase/proses pencalonan Bupati Bone untuk masa
jabatan 2008-2013.
Sesuai dengan Rencana Strategis Pemerintah Kabupaten Bone
2003-2008, yang menetapkan 11 (sebelas) bidang prioritas menjadi
dasar untuk menentukan prioritas pemerintahan lima tahun ke depan.
Dengan tetap menyikapi lingkungan strategis dan kecenderungan
1
fenomena ke depan, serta upaya eliminasi persoalan substansional yang
mengambat pelaksanaan program periode 2003-2008.
Pada lima tahun ke depan, isu-isu strategis masih pada aspek
demokratisasi, perlindungan hak-hak asasi manusia, pengentasan
kemiskinan, pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan,
peningkatan derajat kesehatan, serta kelestarian lingkungan hidup dan
perwujudan pemerintahan yang bersih.
Pada lima tahun ke depan, penanganan isu-isu strategis
dimaksud sangat relevan dengan isu-isu aktual di daerah yang sejalan
dengan tujuan pembangunan millennium (millennium development
goals-MDGs) yang harus diwujudkan hingga 2015 yaitu :
1. Memberantas kemiskinan dan kelaparan
2. Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua
3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
4. Menurunkan angka kematian anak
5. Meningkatkan kesehatan ibu
6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lain,
7. Menjamin kelestarian lingkungan hidup dan
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
Tujuan dan harapan dimaksud pada dasarnya relevan dengan
hakekat pembangunan itu sendiri, termasuk pembangunan daerah.
Hakekat atau tujuan dasar pembangunan suatu daerah adalah menjaga
keberlangsungan dan keberadaan tatanan yaitu interkoneksitas antar
berbagai komponen yang saling berhubungan dalam suatu batas
(daerah) yang jelas. Pembangunan seyogyanya dilihat sebagai upaya
untuk meningkatkan kualitas tatanan dalam arti peningkatan kapasitas
diri agar senantiasa mampu beradaptasi secara kreatif terhadap
perubahan lingkungan, sehingga dapat menciptakan peluang dari
proses perubahan itu. Dengan kata lain pembangunan adalah upaya
untuk mempertahankan keberadaan (eksistensi) atau keberlangsungan
2
tatanan yang dilakukan dengan reorganisasi diri secara kontinyu agar
senantiasa dapat menjaga interkoneksitas dengan lingkungannya.
Kualitas tatanan dapat dilihat berdasarkan 3 (tiga) kriteria;
Pertama, adalah tatanan yang mampu memberikan keadilan kepada
semua komponen pembentuknya. Keadilan diwujudkan dalam bentuk
penyediaan berbagai pilihan kepada masyarakat di bidang sosial,
ekonomi dan budaya. Selain itu, masyarakat memiliki kemandirian untuk
melakukan pilihan termasuk penyaluran aspirasinya. Dalam tatanan
kehidupan yang demikian semua kelompok masyarakat berperan serta
dalam pembangunan, sehingga dapat menikmati keberadaannya dalam
tatanan tersebut.
Kedua, adalah tatanan yang mampu meningkatkan
interkoneksitas baru yang dapat menciptakan sumber daya baru. Ketiga,
tatanan memiliki self-organizing capacity yang besar sehingga mampu
menyesuaikan diri, beradaptasi secara kreatif dengan tuntutan baru
akibat adanya perubahan lingkungan. Namun perubahan yang terjadi
harus tetap mengacu pada identitas tatanan itu sendiri.
Dalam paradigma pembangunan yang demikian, pelaku
pembangunan adalah tatanan itu sendiri dalam hal ini masyarakatnya.
Masyarakatlah yang membangun tatanannya atau membangun dirinya
sendiri.
Demikian pula esensi yang terkandung dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menegaskan
perlunya demokratisasi, pemberdayaan masyarakat (empowering
people), pelayanan prima dan hubungan eksekutif-legislatif yang
didasarkan sinergisme. Hal ini tentu sangat berpengaruh kepada proses
manajemen pembangunan di daerah, mulai dari aspek perencanaan,
pelaksanaan, sampai kepada pengendalian dan pengawasannya yang
kesemuanya bermuara kepada terwujudnya Tata Pemerintahan yang
Baik (good governance). Perwujudan tersebut tentunya memerlukan
3
harmonisasi tiga domain yakni unsur pemerintah, swasta, dan
masyarakat (civil society) dalam suatu komitmen yang kuat atas dasar
transparansi, akuntabilitas dan partisipasi dari semua stakeholder dalam
setiap proses manajemen pemerintahan dan pembangunan.
Penyelenggaraan kewenangan daerah yang implementasinya
secara nyata telah memasuki tahun kelima, berbagai aktivitas
penyelenggaraan pemerintahan maupun pengelolaan pembangunan di
Kabupaten Bone, telah cukup banyak hasil dapat diperoleh dalam
berbagai skala yang cukup variatif. Keberadaan berbagai aktivitas
tersebut, pada hakekatnya untuk makin meningkatkan manfaat otonomi
daerah bagi kesejahteraan masyarakat, sebagai komponen terpenting
bagi keberadaan pemerintah daerah.
Walaupun disadari bahwa meningkatkan kesejahteraan
masyarakat merupakan aktivitas yang multidimensional serta
memerlukan kurun waktu yang harus berkesinambungan, karena
di dalamnya terkait dengan akumulasi yang saling berkepentingan antara
kebijakan pada tataran struktural, kondisi kultur masyarakat terhadap
konsep dan prasyarat perubahan itu sendiri. Serta faktor eksternal
pemerintahan dan kemasyarakatan yang tumbuh dari pengaruh dan
interaksi dengan masyarakat global dengan penuh persaingan dan
makin terbukanya peluang dalam berbagai aspek.
Salah satu perubahan yang akan berpengaruh terhadap
manajemen pemerintahan dalam mengelola pembangunan di daerah,
khususnya dalam perspektif teknik akselerasi fungsi manajemen dan
pemanfaatan kapasitas sumberdaya di daerah. Yaitu adanya design
sistem perencanaan strategis daerah secara tepat dari Pemerintah
Kabupaten Bone yang dikenal dengan Rencana Strategis (RENSTRA)
Daerah.
Pada dasarnya penyusunan Renstra Pemerintah Kabupaten
Bone, tidak saja akan menjadi pedoman kerja Pemerintah Kabupaten
4
Bone selama kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan. Melainkan juga
menjadi kerangka acuan bagi masyarakat Kabupaten Bone untuk
mengetahui arah pembangunan yang ingin diwujudkan Pemerintah
Daerah bersama seluruh komponen masyarakat melalui pemanfaatan
sumberdaya daerah selama kurun waktu yang sama.
Agar rencana strategis dimaksud dapat menjadi pedoman kerja
dan kerangka acuan bagi biduk pemerintahan, maka pemahaman
tentang aspek kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman
yang timbul dari lingkungan internal dan eksternal pemerintahan,
dideskripsikan dalam Renstra ini. Melalui deskripsi yang akurat disertai
asumsi serta nilai-nilai yang melekat dalam budaya Pemerintah Daerah
Kabupaten Bone, maka Visi Daerah akan dapat terurai daya capaiannya
secara optimal.
Dalam kaitan itu, dalam penyusunan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bone 2008-2013
dibutuhkan integrasi muatan kondisi yang ada pada saat ini serta
prediksi peluang dan tantangan yang ingin dikelola secara efektip oleh
Pemerintah Daerah beserta stakeholdernya. Sehingga diharapkan dapat
berimplikasi kepada capaian kesejahteraan masyarakat yang semakin
membaik.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
2005-2025 dan Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 7 Tahun 2008
tentang RPJP Daerah. Untuk rencana pembangunan jangka menengah
dimuat dalam Dokumen Perencanaan Pembangunan Menengah Daerah
(RPJMD), sebagai penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah
ke dalam strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program
prioritas kepala daerah dan arah kebijakan keuangan daerah.
5
Sesuai Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 pasal 19 ayat (3)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ditetapkan paling
lambat setelah Kepala Daerah dilantik. Pelantikan Bupati dan Wakil
Bupati Bone H. A. Muh Idris Galigo, SH. Dan H. A. Muh. Said Pabokori,
pada 16 april 2008.
Selain itu, sebagai bagian dari elemen pemerintah yang bertautan
dalam fungsi pemerintahan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia, capaian tujuan dan sasaran pembangunan yang dilakukan
Pemerintah Kabupaten Bone, tidak hanya mempertimbangkan Visi dan
Misi Daerah. Melainkan koneksitasnya dengan tujuan dan sasaran yang
ingin dicapai pada lingkup pemerintahan Propinsi Sulawesi Selatan dan
Nasional.
Demikian pula pada tatanan yang sedang berkembang,
pemerintah daerah memiliki tanggung jawab formal yang lebih besar
dibandingkan masyarakat. Pemerintah harus mampu menjadi dirigen
pembangunan tatanannya, antara lain dengan merumuskan visi dan misi
daerah sebagai acuan pembangunan, di samping itu pemerintah daerah
juga harus berupaya mengembangkan aspirasi masyarakat disemua
bidang kehidupan.
Dalam hal ini, pembangunan harus dilihat sebagai proses alamiah
dan bukan kegiatan mekanis yang didisain dan dilaksanakan
sekelompok orang secara elitis, pembangunan harus dilihat sebagai
upaya untuk menciptakan dan memanfatkan peluang-peluang yang
ditimbulkan proses yang berlangsung secara alamiah. Sebagai suatu
proses pembangunan senantiasa dapat dinikmati setiap saat masyarakat
itu sendiri.
Pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Bone dalam
kurun waktu lima tahun terakhir 2003-2008 telah menunjukkan adanya
perubahan dan peningkatan kualitas tatanan secara signifikan dalam
seluruh aspek pembangunan. Kondisi tatanan yang telah dicapai
6
tersebut harus dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan dalam rangka
mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Perubahan paradigma pembangunan sebagaimana yang telah
dikemukakan di atas, di satu sisi mengisyaratkan semakin besarnya
peran masyarakat dalam proses pembangunan, namun di sisi lain
menuntut adanya kapasitas dan keseriusan aparatur dalam menjalankan
roda pemerintahan di daerah.
Tugas dan tanggung jawab utama yang diemban Pemerintah
Kabupaten Bone lima tahun ke depan adalah bagaimana mengantarkan
Daerah Bone dan masyarakatnya kedalam suatu tatanan yang lebih baik
dari apa yang telah dicapai selama ini. Untuk itu diperlukan perencanaan
yang komprehensif dan strategis yang berisi Visi, Misi, Tujuan dan
Sasaran serta kebijakan dan program yang berfungsi sebagai pedoman
pelaksanaan pembangunan dalam mewujudkan tatanan yang sesuai
dengan apa yang diharapkan seluruh masyarakat Kabupaten Bone.
B. PENGERTIAN
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten
Bone 2008-2013 adalah dokumen Perencanaan Pembangunan daerah
untuk periode 5 (lima) tahunan yang merupakan penjabaran dari visi,
misi dan program kepala daerah yang berpedoman pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah
7
2. Tujuan
Menjadi pedoman dalam upaya pencapaian kondisi masa depan
Kabupaten Bone, juga untuk memahami arah dan tujuan yang
akan dicapai dalam rangka mewujudkan visi dan misi Kabupaten
Bone.
Upaya memusatkan perhatian pada penanganan permasalahan
pembangunan yang sifatnya strategis, sehingga akan
meningkatkan efektivitas dan efesiensi penggunaan sumber daya
terbatas.
Upaya pembangunan pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan melalui peningkatan partisipasi yang tinggi,
sehingga hasil pembangunan dan budaya membangun
berdasarkan keberdayaan masyarakat.
Upaya untuk mewujudkan penyelenggaraan kepemerintahan yang
baik dan upaya menerapkan sendi-sendi pelayanan.
8
BAB II
KONDISI UMUM DAERAH
2. Sosial Budaya
Perkembangan penduduk Kabupaten Bone selama kurun
waktu 2003-2007 memperlihatkan kecenderungan semakin
meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata mencapai 1,4%
pertahun, yaitu dari 685.590 jiwa pada Tahun 2003 menjadi 699.910
jiwa pada Tahun 2007, serta tingkat kepadatan penduduk 2 jiwa per
hektar.
Penduduk Kabupaten Bone yang termasuk kategori penduduk
usia kerja (usia 10 tahun ke atas) tercatat sebanyak 560.526orang
pada Tahun 2007, mengalami peningkatan dibandingkan dengan
Tahun 2003 sebanyak 548.397 orang atau bertumbuh sebesar
9
2.16%. Dari sebanyak 560.526 penduduk usia kerja pada Tahun
2007, sekitar 319.620 jiwa diantaranya merupakan angkatan kerja
atau Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 58,37%.
Dari TPAK 303.664 jiwa, yang bekerja mencapai 263.646 jiwa
(82,49%) dan sisanya 40.018 jiwa (13,19%) adalah pengangguran.
Pengangguran yang terjadi, tidak hanya disebabkan faktor dari
sisi permintaan tenaga kerja yang menurun, tetapi pada sisi
penawaran tenaga kerja yang tersedia belum sepadan dengan
permintaan tenaga kerja.
Menurut lapangan usaha, penduduk Kabupaten Bone
menggantungkan mata pencahariannya pada sektor pertanian yang
tercatat sekitar 168.030 orang dari 263.646 penduduk yang bekerja.
Dengan demikian, sektor pertanian menyerap tenaga kerja sekitar
63,73 % pada Tahun 2007. Namun mata pencarian tersebut dalam
5 tahun terakhir ke sektor perdagangan, jasa dan industri.
Masih tingginya penduduk yang berusaha di sektor pertanian
secara langsung dapat digambarkan bahwa pengembangan ekonomi
Kabupaten Bone masih berorientasi kuat pada sektor pertanian.
Di samping itu, tuntutan keterampilan yang tidak begitu tinggi di
sektor ini, menjadikan sektor pertanian merupakan tempat berusaha
bagi tenaga kerja yang tidak tertampung pada sektor lainnya. Hal ini
dapat mendorong produktivitas pekerja di sektor pertanian lebih
rendah dibandingkan dengan sektor lainnya. Dengan demikian, ke
depan diperlukan program pertanian berbasis industri (agro industri)
dan kualitas pekerja.
Dari aspek kesehatan memperlihatkan tingkat kesehatan
masyarakat yang makin baik. Tercermin dari indikator kesehatan
seperti Usia Harapan Hidup Tahun 2003 mencapai 67,1 tahun. Pada
tahun 2004, meningkat menjadi 67,2 tahun. Angka Kematian Ibu dan
Angkatan kematian Bayi dapat ditekan secara signifikan. Tahun 2005
10
angka kematian ibu 13/100.000 kelahiran hidup, tahun 2006
10/100.000 kelahiran hidup.
Dengan demikian agar lebih optimal tersedianya sarana dan
prasarana kesehatan yang lebih memadai sangat diperlukan.
Pada aspek pendidikan, pada Tahun 2007 indeks melek huruf
baru mencapai 95,63%. Angka Partisipasi Murni Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah menengah Atas masing-
masing 99,70%, 61,12%, dan 45,60% dan Angka Partipasi Kasar
pada jenjang pendidikan yang sama diperoleh angka masing-masing
115,11%, 84,60% dan 52,21%. Keadaan ini lebih diperparah lagi
oleh kondisi ruang kelas SD/MI yang berjumlah 4.437 buah, pada
umumnya mengalami kerusakan (62,15%).
Pemberdayaan perempuan dan anak, pelaksanaannya cukup
memadai sejalan dengan meningkatnya aksesibilitas dan kontrol
untuk mencegah terjadinya diskriminasi terhadap perempuan.
Sehingga mampu berperan sejajar dengan laki-laki dalam
pembangunan sesuai dengan kodrat dan martabatnya tanpa
mengabaikan tugas keluarga.
Kerukunan dan peran serta ummat beragama dalam
pembangunan semakin memperlihatkan kecenderungan peningkatan
yang cukup membaik. Terlihat pembangunan sarana dan prasarana
kehidupan beragama telah mendapat perhatian yang cukup dengan
bertambahnya jumlah mesjid, gereja dan tempat peribadatan lainnya
secara proporsional.
Pembangunan di bidang pemuda dan olahraga mengalami
kemajuan melalui berbagai pembinaan mental spiritual,
menanamkan minat belajar, berlatih dan semangat untuk menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi dan kemampuan manajemen serta
etos kerja yang tinggi, tersedianya sarana dan prasarana olahraga
yang refresentatif, seperti stadion, GOR dan kolam renang.
11
Pembangunan sosial-budaya senatiasa dikembangkan dengan
mengacu pada nilai-nilai budaya lokal (indigenous knowledge) dan
kesenian sesuai dengan revitalisasi nilai budaya lokal yang dianut.
Dan dikembangkan oleh masyarakat dalam bertingkah laku untuk
membentuk jati diri dalam menunjang keberhasilan pembangunan
daerah.
3. Ekonomi
Kondisi perekonomian Kabupaten Bone terlihat dari
gambaran PDRB (Harga Konstan) Tahun 2005 sebesar
Rp. 2.305.158.940.000,- menjadi Rp. 2.442.413.220.000,- pada
Tahun 2006 atau terjadi pertumbuhan sebesar 5,95%. Walaupun
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bone agak lamban dibanding
Propinsi Sulawesi Selatan yakni 6,72%, akan tetapi pertumbuhan
tersebut memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan
pendapatan perkapita selama kurun waktu yang sama, yaitu dari
Rp. 4.792.832,- pada tahun 2005 menjadi Rp. 5.541.502,2.- pada
tahun 2006
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bone tersebut, disamping
memberikan implikasi positif terhadap pembukaan lapangan kerja,
juga masih menyisahkan pengangguran. Dalam Tahun 2004, jumlah
angkatan kerja sebanyak 258.926 orang dan yang mampu diserap
berjumlah 249.121 orang. Demikian halnya pada Tahun 2005,
angkatan kerja tersedia sejumlah 291.633 orang yang terserap
sekitar 274.758 orang, sehingga pada tahun yang sama masih
terdapat pengangguran sekitar 16.875 orang.
a. Pertumbuhan Ekonomi
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir yakni tahun 2002-
2006 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bone sangat positif
dan signifikan dengan rata-rata pertumbuhan 4,40 %. Laju
12
pertumbuhan relatif stabil yaitu pada tahun 2002 tumbuh 5,07 % ,
2003 tumbuh 4,56 %, 2004 tumbuh 2,11, 2005 tumbuh 4,31%,
2006 tumbuh 5,59 %.
Pada periode yang sama terjadi peningkatan PDRB
perkapita yaitu pada tahun 2002 pendapatan perkapita
Rp. 3.800.803, meningkat menjadi Rp. 5.541.502, tahun 2006
atau rata-rata tumbuh sebesar 9,88% per tahun.
Tingkat inflasi di Kabupaten Bone cenderung fluktuatif
yang dipengaruhi faktor ekonomi dan non ekonomi. Pada tahun
2002 inflasi mencapai 10,04 % , kemudian menurun drastis
menjadi 5,78 % pada tahun 2003 dan 5,80 pada tahun 2004
karena pengaruh membaiknya kondisi perekonomian, akan tetapi
tahun 2005 meningkat lagi menjadi 7,11%. Peningkatan ini terjadi,
lebih dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah pusat dalam
menaikkan harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik yang
menyebabkan terjadinya kenaikan harga barang. Tahun 2006
inflasi di Kabupaten Bone menurun menjadi 6,92 %, yang
menunjukkan adanya perbaikan kondisi perekonomian.
Sisi pemerataan pendapatan yg ditunjukkan dengan Rasio
Gini menunjukkan kecenderungan positif yaitu sebesar 0,25,
indikator ini menunjukkan bahwa, rata-rata distribusi pendapatan
masyarakat cukup merata.
Dari sisi investasi juga menunjukkan peningkatan yang
cukup signifikan dari tahun ke tahun, meskipun masih didominasi
oleh investasi domestik.
Kinerja perbankan swasta dan pemerintah mengalami
peningkatan yang cukup pesat sehingga dapat mendukung
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bone.
13
b. Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan, Perikanan dan
Kelautan
1) Pertanian
Bila dilihat dari kontribusinya terhadap PDRB, bidang
pertanian menyumbang sebesar 56,17 % , hingga saat ini
pertanian memang masih paling besar andilnya terhadap
pendapatan daerah.
Data lima tahun terakhir menunjukkan bahwa luas
panen tanaman pangan dan hortikultura tetap didominasi oleh
padi, pada tahun 2007 seluas 117.787 ha dengan produksi
sebesar 697.299 Ton, sedangkan yang lainnya antara lain
jagung 38.872 ha dengan produksi sebesar 149.657 ton,
kedelai 4.484 ha dengan produksi mencapai 8.026 ton , ubi
kayu 663 ha produksinya 7.704 ton,ubi jalar 321 ha dengan
produksi 2.716 ton, kacang tanah 12.846 ha dengan produksi
24.022 ton.
Produktivitas perkomoditasnya masih belum mencapai
hasil yang optimal, oleh sebab itu,masih perlu didukung
adanya pembinaan dan penyuluhan di tingkat petani serta
usaha perkuatan kelembagaan dalam menghasilkan benih
bermutu, institusi pengendali hama/penyakit, dukungan alat
mesin pertanian dan distribusi pupuk memadai.
2) Peternakan
Pembangunan peternakan merupakan bagian dari
pembangunan pertanian, yang peranannya dalam penyediaan
pangan khususnya protein hewani terus ditingkatkan untuk
mewujudkan swasembada ternak dan peningkatan
pendapatan masyarakat.
Dalam kurun waktu 2002 -2005 populasi ternak
mengalami peningkatan yang cukup besar terutama Sapi
14
Bali, kemudian kambing, kuda dan kerbau. Sedangkan yang
mengalami penurunan populasi adalah ayam terutama ayam
ras petelur. Hal ini disebabkan karena menurunnya minat
masyarakat untuk beternak ayam karena wabah flu burung.
Untuk mendukung kesehatan produk peternakan
terutama agar kesehatan masyarakat menjadi semakin baik
sehingga penyediaan produk aman, sehat, utuh dan halal
maka didukung adanya fasilitas lokasi pemotongan berupa
Rumah Potong Hewan (RPH), pembinaan terhadap peternak,
pemberian vaksin ternak dan unggas.
3) Kehutanan dan Perkebunan
Jenis tanaman perkebunan di Kabupaten Bone
antara lain : kelapa seluas 14.760 ha dengan produksi 11.675
ton, coklat seluas 37.178 ha dengan produksi 12.870 ton,
cengkeh 3.106 ha dengan produksi 2.087 ton, jambu mente
6.242 ha dengan produksi 2.863, kopi 934 ha dengan
produksi 247 to, tembakau 941 ha dengan produksi 863 ton.
Secara kuantitas produksi perkebunan memang telah
mengalami peningkatan tapi belum mencapai hasil yang
optimal, demikian pula halnya dengan kualitas produksi
masih perlu terus ditingkatkan agar dapat mencapai standar
kualitas ekspor.
Sejalan pelaksanaan otonomi daerah dengan azas
desentralisasi, paradigma pembangunan kehutanan di
Kabupaten Bone adalah domestic resources based
(community and resource based development), yaitu (1)
menetapkan sumber daya hutan dalam tiga sisi manfaat yang
seimbang yakni ekonomi, ekologi dan sosial; dan (2)
memfasilitasi dan mendorong terciptanya pemberdayaan
ekonomi kerakyatan dengan memberi peluang yang luas
15
kepada lembaga usaha masyarakat kecil dan menengah yang
berbasis hutan dalam menuju pengelolaan hutan yang lestari,
demokratis dan berkeadilan. Pembangunan usaha
perkebunan rakyat dilakukan dengan cara memfasilitasi dan
mendorong berkembangnya agribisnis perkebunan yang
berdayasaing melalui pemberdayaan masyarakat.
4) Perikanan dan Kelautan
Sumber daya perikanan di Kabupaten Bone cukup
besar karena wilayah pesisir yang membentang dari utara ke
selatan sepanjang 127 km, sangat potensial untuk
pengembangan tambak dan rumput laut. Potensi luas areal
pemeliharaan 17.214 ha dan 11.001 ha diantaranya telah
dikelola yaitu tambak seluas 10.790 ha dan kolam 211 ha.
Komoditi ekspor perikanan yang menjadi unggulan
adalah kepiting dan udang, namun beberapa tahun terakhir
mengalami penurunan produksi yang cukup signifikan hingga
mencapai 42 %, penyebab menurunnya produksi yaitu
pemanfaatan sumber daya ikan tidak rasional, penerapan
teknik produksi belum maksimal, kegiatan produksi dilakukan
dalam skala kecil dan sifatnya perorangan, selain itu
pembinaan dari petugas kurang.
Produksi perikanan laut mengalami peningkatan rata-
rata sebesar 16,8 %, jenis komoditi seperti rumput laut, ikan
tuna, ikan kerapu, lobster, kepiting rajungan, merupakan
komoditi ekspor yang sangat menjanjikan karena pangsa
pasarnya masih cukup bagus.
c. Industri dan Perdagangan
Perkembangan nilai investasi sektor industri selama
5 tahun menunjukkan perkembangan yang positif dari
Rp. 25.695.098.000,- pada tahun 2002 menjadi
16
Rp.80.491.682.000,- di tahun 2006 atau rata-rata tumbeh sebesar
12,35% per tahun.
Peningkatan nilai investasi terbesar pada industri kecil dan
menengah, sedangkan investasi industri besar masih belum
menunjukkan peningkatan yang cukup berarti.
Jumlah tenaga kerja yang terserap pada industri pada
tahun 2002 sebesar 15.906 orang dan tahun 2006 meningkat
menjadi 17.157 orang.
Aktivitas perdagangan di Kabupaten Bone menunjukkan
peningkatan terlihat dari jumlah perusahaan yang terdaftar, pada
tahun 2002 sebanyak 235 dan tahun 2006 meningkat menjadi
490 perusahaan. Dengan bertambahnya fasilitas perdagangan
dan meningkatnya aksesibilitas maka Kabupaten Bone sangat
berpotensi menjadi pusat perdagangan di kawasan timur
Sulawesi Selatan.
d. Pariwisata
Keindahan alam dan kekayaan budaya Kabupaten Bone
merupakan potensi pariwisata yang pengembangannya
diarahkan pada upaya menyiapkan Kab.Bone sebagai daerah
tujuan wisata. Salah satu Objek wisata yang telah
dikembangkan yaitu Tanjung Palette, dengan adanya objek
wisata tersebut diharapkan arus kunjungan wisatawan ke
Kabupaten Bone mengalami pertumbuhan yang cukup bagus
dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung.
Langkah-langkah untuk memperbaiki kondisi yang ada terus
dilakukan melalui pembinaan usaha jasa pariwisata,
peningkatan SDM pelaku pariwisata dan promosi pariwisata
dengan harapan Kabupaten Bone akan lebih siap sebagai
daerah tujuan wisata.
17
B. SOSIAL
1. Kondisi Sosial Secara Umum
Masyarakat Bone mempuyai beberapa karakteristik,
di antaranya yang paling menonjol adalah sikap toleransi yang tinggi,
menjunjung nilai-nilai budaya dan tradisi kerakyatan, kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan sosial tanpa harus
terpengaruh terhadap intervensi eksternal dan sebagainya. Dengan
sikap toleran yang tinggi, keberagaman penduduk tidak menjadi
permasalahan, namun justru memperkuat ketahanan sosial.
Keberadaan penduduk di dalam suatu daerah merupakan
sumber daya pembangunan karena penduduk berperan sebagai
penggerak aktivitas pembangunan yang menentukan keberhasilan
pembangunan daerah dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Selain itu pertumbuhan ekonomi daerah juga dipengaruhi
oleh penduduk sebagai potensi pasar ( konsumen ) dan modal dasar
pembangunan yang menjalankan roda perekonomian.
Oleh karena upaya-upaya perbaikan kondisi kependudukan
terus dilakukan di Kabupaten Bone, terutama yang berkaitan dengan
peningkatan kualitas SDM agar memiliki kemampuan untuk
meningkatkan produktivitas dan kompetensinya.
Pertumbuhan penduduk Kabupaten Bone setiap tahunnya
berkisar 1,4%, sehingga dalam kurun waktu tahun 2002- 2006
jumlah penduduk bertambah dari 659.820 jiwa menjadi
696.712 jiwa.
Salah satu indikator yang menunjukkan masih rendahnya
kualitas sumberdaya manusia di Kabupaten Bone dapat dilihat dari
aspek pendidikan yaitu masih adanya angka buta aksara. Sementara
itu permasalahan lainnya yang terus mendapat perhatian adalah
angka partisipasi pendidikan serta kualitas dan relevansi
pendidikan.
18
Permasalahan lain yang tidak kalah penting adalah
manajemen pendidikan. Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan
desentralisasi pembangunan pendidikan dan otonomi di bidang
pendidikan sampai unit pendidikan terendah yang masih belum
optimal. Standar pelayanan minimal yang ditetapkan sebagai acuan
masing-masing kabupaten/kota untuk mengelola pembangunan
pendidikan dan menjaga kualitas pelayanan pendidikan belum dapat
diterapkan secara baik.
2. Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) telah menunjukkan
adanya peningkatan walaupun belum mencapai angka IPM Nasional.
Belum optimalnya IPM dimaksud diakibatkan karena adanya krisis
ekonomi yang menyebabkan menurunnya tingkat daya beli
masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa krisis ekonomi yang
melanda negeri ini tidak sampai merusak kapasitas fisik (kesehatan)
dan kapasitas intelektual penduduk di Kabupaten Bone, tetapi telah
menurunkan daya beli penduduk.
3. Pendidikan
a. Kebijakan Pendidikan
Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas SDM
didasarkan kepada pemikiran bahwa pendidikan tidak sekedar
menyiapkan peserta didik agar mampu masuk dalam pasaran
kerja, namun lebih daripada itu, pendidikan merupakan salah satu
upaya pembangunan watak bangsa (national character building)
seperti kejujuran, keadilan, keikhlasan, kesederhanaan dan
keteladanan.
Arah kebijakan peningkatan, perluasan dan pemerataan
pendidikan dilaksanakan melalui antara lain; penyediaan fasilitas
layanan pendidikan berupa pembangunan unit sekolah baru,
penambahan ruang kelas dan penyediaan fasilitas
19
pendukungnya, serta penyediaan berbagai beasiswa dan
bantuan dana operasional sekolah yang dalam pelaksanaannya
dilakukan dengan melibatkan peran aktif masyarakat.
Kebijakan strategi pembangunan pendidikan di Kabupaten
Bone difokuskan pada dua hal lain yaitu peningkatan mutu dan
relevansi pendidikan dan pemerataan dan perluasan jangkauan
pendidikan.
Pertama, Peningkatan Mutu dan Relevansi Pendidikan;
adalah tantangan terpenting dalam pembangunan pendidikan baik
skala naional maupun daerah. Pencapaian beberapa indikator
mutu dan relevansi pendidikan di Kabupaten Bone kurun waktu
2003-2007 dapat dilihat pada uraian tabel di bawah ini.
20
3 Kelayakan guru
mengajar
- SD/MI 3.105 org 3.369 org 4.356 org 4.883 org 92,25%
(71,00%) (72,73%) (75,21%) (80,01%)
- SMP/MTs 1.208 org 1.279 org 1.793 org 1.915 org 87,70%
(57,70%) (63,29%) (77,78%) (82,13%)
- SM/MA/SMK 930 org 965 org 1046 org 1.099 org 98,91%
(89,51%) (90,95%) (94,30%) (96,72%)
4 Angka Lulusan
- SD/MI 98,45% 95,14% 95,55% 98,02% 97,03%
- SMP/MTs 91,14% 93,16% 97,55% 98,99% 97,63%
- SM/MA/SMK 98,30% 97,58% 98,28% 99,04% 89,83%
21
Tabel 2. Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi
Minum (APM), Angka Penyerapan Kasar (ASK) dan
Angka Melanjutkan SD, SMP dan SMA
Tahun 2003-2007.
Tahun
No Indikator
20003 2004 2005 2006 2007
1. Angka Partisipasi
Kasar (APK)
- SD/MI 108,67% 114,26% 114,90% 115,01% 115.11%
- SMP/MTs 61,92% 67,53% 78,67% 79,11% 84,60%
- SM/MA/SMK 39,50% 40,43% 47,65% 50,02% 52,21%
2 Angka Partisipasi
Murni (APM)
- SD/MI 93,84% 98,65% 99,36% 99,67% 99,70%
- SMP/MTs 49,47% 49,96% 57,29% 59,88% 61,12%
- SM/MA/SMK 33,37% 40,92% 41,60% 45,46% 45,60%
3 Angka Penyerapan
Kasar (ASK)
- SD/MI 40,65% 41,73% 55,99% 58,33% 58,58%
- SMP/MTs 51,73% 51,83% 53,21% 55,17% 56,23%
- SM/MA/SMK 4,32% 4,45% 5,09% 6,23% 7,83%
4 Angka melanjutkan
- Ketingkat SMP 70,52% 70,74% 71,44% 74,03% 81,44%
- Ketingkat SM 62,84% 73,65% 77,05% 79,24% 79,84%
22
partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan di masing-masing
sekolah, sehingga masyarakat menyadari bahwa pendidikan
bukan hanya tanggung jawab pemerintah tetapi merupakan
tanggung jawab kita bersama termasuk masyarakat dan
pemerintah.
Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada tahun
2006, Kabupaten Bone merintis program tersebut di 2 (dua)
kecamatan yaitu kecamatan Dua Boccoe dan Kecamatan Ponre
kerjasama UNICEF dengan Pemda Bone. Program ini di kenal
dengan taman pendidikan Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
(TAMAN PADITUNGKA). Program ini sifatnya holistik yaitu
terintegrasi antara Posyandu, Bina Keluarga Balita dan
Pendidikan, serta program ini berbasis masyarakat (dari, oleh dan
untuk masyarakat).
b. Partisipasi Sekolah
Partisipasi penduduk Kab.Bone dalam bidang pendidikan
pada setiap jenjang pendidikan mulai dari SD,SMP hingga SMA
dan SMK, diharapkan dapat memberikan gambaran kualitas
sumber daya manusia yang potensial dimasa yang akan datang.
Angka partisipasi SD lebih tinggi dibandingkan angka partisipasi
SMP dan SMA. Besarnya partisipasi SD menunjukkan
keberhasilan pemerintah dalam mengimplementasikan program
wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang dimulai sejak tahun
1994 dan telah memberikan hasil yang cukup baik.
c. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang diraih penduduk akan berdampak
pada tinggi rendahnya SDM yang ada dan pada akhirnya akan
mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat dan
pertumbuhan perekonomian daerah.
23
Tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Bone relatif
bervariasi mulai dari yang tidak memiliki ijasah 37,20 % dari
jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas, tingkat pendidikan SD/
MI sebesar 32, 89 %, SMU/MA sebesar 11,09 %, Diploma
1,69%, S1 sebesar 1,95 % dan S2/S3 0,12 %.
Kondisi di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
yang diraih oleh sebagian besar penduduk Kabupaten Bone
masih rendah dan tidak memiliki kemampuan untuk bersaing
dalam meraih pekerjaan yang lebih baik. Oleh sebab itu, bidang
pendidikan menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan
di Kabupaten Bone.
4. Kesehatan
Derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Bone
mengalami peningkatan yang berarti dalam periode waktu 4 tahun
terakhir, hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya kualitas
pelayanan kesehatan, bertambahnya tenaga medis dan fasilitas
kesehatan sehingga berbagai permasalahan kesehatan masyarakat
seperti wabah penyakit menular, kekurangan gizi pada balita dan ibu
hamil dapat ditekan seminimal mungkin.
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan
berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat khususnya kurun
waktu 2003-2006.
24
masalah kesehatan masyarakat. Salah satu indikator
kesehatan adalah pelayanan antenatal K.1 dan K4. pelayanan
K1 dan K4 merupakan pelayanan ibu hamil yang telah
melakukan kunjungan pertama untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan. Sedangkan cakupan K4 adalah gambaran besar
ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai
dengan standar yang paling sedikit 4 kali kunjungan. Adapun
presentase kunjungan ibu hamil K1 adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan Ibu Hamil pertama (K1) masih di bawah
target (90%) bila dilihat dari cakupan tahun 2003 sebesar
82,27%, tahun 2004 sebesar 79,99%, tahun 2005 sebesar
79,46%. Pada tahun 2006 sebanyak 11.748 orang (63,24%).
Penurunan cakupan K1 pada tahun 2006 ini karena kunjungan
sasaran baru dilaporkan sampai bulan oktober 2006 dan 2007
K1 = 84,53%
Untuk pemeriksaan ibu hamil lengkap (K4) terlihat dari
tahun ketahun belum mengalami peningkatan secara
signifikan, dimana tahun 2003 sebesar 60,99%, tahun 2004
sebesar 61,22% tahun 2005 sebesar 79,5%. Pada tahun 2006
cakupan masih 67,54% sampai dengan bulan oktober 2006
dan 2007 = 78,88%
Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat
khususnya yang terdapat di Kabupaten Bone telah memahami
pentingnya memeriksakan kandungan pada saat hamil.
2. Pertolongan persalinan Tenaga Kesehatan
Kamatian bagi ibu hamil dan bayi baru lahir sebagian
besar terjadi pada masa persalinan. Hal ini disebabkan karena
pertolongan tidak dilakukan tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi. Adapun presentase cakupan persalinan dengan
25
pertolongan oleh dan melalui tenaga persalinan atau bidan
dapat di lihat pada tabel di bawah ini :
26
intervensi ke sasaran dengan melibatkan berbagai stake
holders antara lain, Pers, LSM, PKK Toma dan Toga.
Pada tahun 2003 sebesar 11 orang, tahun 2004
sebanyak 66 orang, dan pada tahun 2005 sebanyak 118
orang, sedangkan pada tahun 2006 sampai dengan bulan
september sebesar 119 orang.
Gambaran kondisi KLB gizi/gizi buruk di Kabupaten
Bone tahun 2003 s/d 2007 dapat di lihat pada tabel di bawah
ini :
Tabel 4. Kondisi KLB Gizi/gizi Buruk
di Kabupaten Bone 2003-2007
2003 2004 2005 2006 2007
Kabupaten
0,15% 0,17% 0,19 0,18 0,24
27
garam beryodium pada masyarakat. Selain itu pemerintah
daerah khususnya dinas kesehatan aktif melakukan sosialisasi
tentang pentingnya mengkonsumsi garam beryodium dan
melakukan sweeping pada daerah yang endemik garam non
yodium.
Gambaran cakupan konsumsi garam beryodium di
Kabupaten Bone tahun 2003 s/d 2007 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
3. Pemberian Vitamin A
Upaya penanggulangan Kurang Vitamin A dilakukan
dengan pendistribusian Kapsul Vitamin A kepada anak balita
pada bulan Februari dan Agustus. Cakupan distribusi dari
tahun 2003 sampai dengan 2006 mengalami peningkatan dan
telah mencapai target (96%), di mana pada tahun 2003
sebesar 90 %, tahun 2004 sebesar 98,5% tahun 2005
sebesar 90,1%, tahun 2006 sebesar 96% dan tahun 2007
sebesar 95,09%.
Untuk cakupan tingkat partisipasi masyarakat (D/S)
terhadap pemanfaatan posyandu belum memadai, di mana
cakupan D/S untuk tahun 2003 sebesar 44,71%, tahun 2004
sebear 49,03%, tahun 2005 sebesar 69,94% dan tahun 2006
sebesar 69,98%.
28
c. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat di Kabupaten Bone.
1. Memberikan pelayanan kesehatan sebaik mungkin dengan
biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat serta pemberian
pengobatan gratis
2. Terbentuknya desa sehat dan kecamatan sehat
3. Meningkatkan mutu kesehatan dan gizi masyarakat yang
ditandai dengan peningkatan harapan hidup, menurunkan
tingkat kesakitan dan kematian khususnya bayi dan ibu
melahirkan
4. meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan
5. meningkatkan cakupan pelayanan puskesmas
6. mewujudkan perilaku sehat bersih bagi masyarakat
7. mengembangkan sistem informasi dan pelayanan kesehatan
5. Ketenagakerjaan
Besarnya jumlah pengangguran di Kabupaten Bone yang
mencapai 40,18 % merupakan permasalahan yang cukup krusial
dan perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius dari
pemerintah.
Berbagai upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
dan produktivitas tenaga kerja telah dilakukan dalam rangka
mewujudkan tenaga kerja yang profesional dan berdaya saing tinggi,
yang mampu membuka dan memberikan peluang kerja yang luas
baik ditingkat lokal maupun regional.
Pembinaan hubungan industri, kewirausahaan para pekerja
formal/informal diupayakan secara maksimal. Pembinaan pemasaran
kepada para kelompok usaha mandiri juga dilaksanakan, disamping
tetap memperhatikan norma keselamatan kerja berdasarkan
Undang-undang Ketenagakerjaan. Peningkatan sumberdaya
29
manusia dilaksanakan melalui DIKLAT serta menjalin kerjasama
dengan semua pihak dan daerah dalam rangka pengerahan
mobilitas penduduk.
6. Kesejahteraan Sosial
Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang
dapat berimplikasi terhadap perkembangan masalah lainnya. Upaya
penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bone dilakukan melalui
kegiatan pemberdayaan keluarga miskin antara lain : P2MMP, P2KP,
dan sebagainya.
Selain itu, melalui pembentukan Tim Penanggulangan
Kemiskinan Daerah dan Penyusunan Strategi Penanggulangan
Kemiskinan Daerah, diharapkan jumlah penduduk miskin angka
semakin berkurang di Kabupaten Bone.
C. BUDAYA
D. PEMERINTAHAN
30
antara latar belakang pendidikan pejabat dengan Tugas Pokok dan
Fungsi (TUPOKSI) yang harus diemban. Namun demikian kondisi ini
diharapkan akan diantisipasi pada evalusi struktur organisasi yang
disesuaikan dengan kebutuhan daerah.
Untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, perlu optimalisasi
fungsi pengawasan dan perangkat hukum yang sesuai dengan tata
pemerintahan yang baru. Fungsi pengawasan dilakukan dalam upaya
menjadi pendorong menuju pengawasan penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah yang profesional, transparan dan akuntabel.
Fungsi pengawasan ini selain dilakukan oleh lembaga pemerintahan
(termasuk DPRD) juga dilakukan oleh lembaga-lembaga non-
pemerintahan sebagai salah satu bentuk kontrol sosial (social controll)
melalui media yang tersedia.
31
beberapa tahun terakhir, Pemerintah Kabupaten Bone berupaya
seoptimal mungkin menanggapi permasalahan prasarana jalan dan
jembatan sesuai sumberdaya yang tersedia.
Pada tahun 2007, panjang jaringan ruas-ruas jalan Kabupaten
dalam mendukung pengembangan wilayah berjumlah 2.483,200 Km.
Berdasarkan jenis permukaan, jalan aspal 923,400 Km, jalan kerikil
782,840 Km, dan jalan tanah 776,870 Km. Keseluruhan permukaan jalan
tersebut berkondisi baik, baru mencapai 31,01%, kondisi sedang
16,23%, kondisi rusak 20,50% dan kondisi rusak berat 32,25%.
Pembangunan pengairan di Kabupaten Bone diperuntukkan
sebagai penunjang pembangunan pertanian. Pada Tahun 2007, jumlah
pengairan yang ada dicakup ke dalam 108 Daerah Irigasi yang terdiri
dengan luas sawah beririgasi 41.883 Ha. yang terdiri dari 29.907 Ha
irigasi teknis/semi teknis dan 11.976 Ha merupakan irigasi desa.
Berdasarkan UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
(pasal 41 ayat 2 c), maka tanggungjawab pengelolaan irigasi di
Kabupaten Bone ditinjau dari strata luasannya, dikelompokkan menjadi
3 (tiga) kewenangan yaitu :
1. Kewenangan pusat (>3000 Ha) meliputi DI Palakka 4.633 Ha, DI
Pattiro 4.970 Ha, Di sanrego 6,618 Ha.
2. Kewenangan Propinsi (1000 – 3000 Ha) meliputi DI Unyi 1.310 Ha,
DI Jaling 1.274 Ha, DI Salomekko 1.723 Ha, dan DI Selli Coppo Bulu
1.000 Ha.
3. Kewenangan Kabupaten (<1000 Ha) meliputi : 101 Daeah Irigasi
dengan Luas 20.355 Ha, Saluran 149,032 m dengan kondisi baik
rata-rata 56,7%, kondisi sedang 16,7%, kondisi rusak 23% dan rusak
berat 3,6%. Kewenangan Propinsi dengan panjang saluran
8.008,82 m, kondisi baik 65%, sedang 23%, rusak 10% dan rusak
berat 2%. Dan daerah irigasi yang menjadi kewenangan Kabupaten
32
memiliki panjang saluran 95,441 m dengan kondisi baik rata-rata
56%, sedang 20%, rusak 15%, dan rusak berat 9%.
Pemenuhan air bersih bagi masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, relatif masih rendah. Pada Tahun 2005, cakupan
air bersih bagi masyarakat perdesaan baru mencapai 58,69% atau
masih rendah bila dibandingkan target nasional pada tahun yang sama
sebesar 60%. Demikian halnya bagi masyarakat perkotaan, cakupan air
bersih baru mencapai 60,64% relatif masih rendah dibandingkan target
nasional sebesar 80% pada tahun yang sama.
Ketersediaan sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
sehari-hari penduduk Kabupaten Bone bersumber dari air tanah dangkal
dan dalam. Air tanah dangkal/permukaan berupa air sumur, air sungai,
rawa-rawa, waduk bendungan, mata air. Sedangkan pemanfaatan air
dalam, menggunakan air sumur bor dalam.
G. POLITIK
33
H. KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT
34
masyarakat terhadap pentingnya pembangunan yang diprakarsai oleh
pemerintah daerah, menjadi sangat penting dan prioritas.
35
Pembangunan infrastruktur lainnya juga dilaksanakan secara bertahap
dalam rangka memenuhi tuntutan masyarakat Kota Watampone.
Pembangunan perdesaan juga semakin diintensifkan
pengembangannya. Penyediaan infranstruktur jalan desa terus
diupayakan oleh pemerintah daerah dalam membuka akses bagi
masyarakat. Namun demikian, kondisi sosial ekonomi masyarakat relatif
masih rendah dibandingkan dengan masyakat perkotaan. Hal ini
merupakan konsekuensi perubahan struktur ekonomi, dimana investasi
ekonomi oleh swasta maupun pemerintah (infrastruktur dan
kelembagaan) cenderung terkonsentrasi di perkotaan. Selain itu, masih
terdapat kegiatan ekonomi perkotaan yang kurang sinergis dengan
kegiatan ekonomi yang dikembangkan di perdesaan.
Rencana Tata Ruang sebagai pedoman dalam perencanaan
pembangunan pemanfaatannya belum terlaksana optimal. Hal ini terlihat
kurang dijadikannya Rencana Tata Ruang tersebut sebagai acuan
dalam pengambilan keputusan, disebabkan antara lain kurangnya
informasi bagi masyarakat dan belum adanya mekanisme yang efektif
dalam memberikan sanksi terhadap pelanggaran yang terjadi.
36
jangka pendek, sehingga mengakibatkan terjadinya pengrusakan
sumberdaya alam yang tak terkendali. Ekosistem laut dan terumbu
karang mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaharui seketika,
tetapi memerlukan waktu yang cukup lama. Hal ini disebabkan oleh
rendahnya pemanfaatan teknologi pengelolaan dan aturan
pengendaliannya.
Selain itu, terjadinya penurunan kualitas lingkungan dapat di lihat
dari kerusakan beberapa ekosistem seperti mangrove (hutan bakau) di
beberapa wilayah Kecamatan (pesisir) dan pemanfaatan sumberdaya
lahan yang melebihi kapasitas dan daya dukungnya yang telah
menyebabkan jumlah lahan kritis sekitar 24.419 Ha pada tahun 2007,
diantaranya 13.400 Ha dalam kawasan, 10.279 Ha yang berada di luar
kawasan, dan 745 Ha Mangrove.
37
BAB III
ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
38
Rp.362,5 M dan Rp 575,5 M atau masing-masing mencapai 96,39% dan
98,73%. Sedangkan tahun 2007 pendapatan ditargetkan Rp.731,1 M
dan realisasinya sebesar Rp. 665,5 M atau sekitar 91,03%. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 6 berikut :
39
Tahun 2005 sebesar Rp 20,6 M atau 5.63% dan tahun 2006
memberikan kontribusi sebesar Rp 25,9 M (4,45%). Sedangkan
tahun 2007 meberikan kontribusi sebesar Rp. 78,2 M (10,70%).
Perkembangan target dan realisasi PAD Kabupaten Bone
Tahun Anggaran 2003 sampai dengan 2007 dapat dilihat pada Tabel
7 berikut ini:
40
dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, serta lain-
lain pendapatan asli daerah yang sah.
a. Pajak Daerah
Pajak daerah memberikan kontribusi ketiga yaitu pada tahun
2003 ditargetkan sebesar Rp 3,6 M dan terealisasi sebesar
Rp.3,7 M atau 102,7%, tahun 2004 ditargetkan sebesar Rp 4,5 M
dan terealisasi sebesar Rp 3,7 M atau 82,2%. Selanjutnya, tahun
2005 pajak daerah ditargetkan sebesar Rp 4,6 M dan terealisasi
sebesar Rp 4,6 M atau 100 %. Sedangkan tahun 2006 ditargetkan
sebesar Rp 5,1 M terealisasi sebesar Rp 4,2 M atau 82,3%. Pajak
daerah tahun 2007 ditargetkan sebesar Rp 5,3 M dan terealisasi
sebesar Rp. 5,1 M atau 96,2%. Obyek-obyek pajak daerah adalah
pajak hotel, restoran, hiburan, reklame, penerangan jalan,
pengambilan bahan galian golongan C.
b. Retribusi Daerah
Retribusi daerah memberikan kontribusi terbesar dalam PAD
Kabupaten Bone. Sedangkan obyek-obyek retribusi adalah
pelayanan kesehatan, persampahan, pergantian biaya cetak KTP
dan akta catatan sipil, pelayanan parkir/pasar, pengujian
kendaraan bermotor, jasa ketatausahaan, pemakaian kekayaan,
jasa usaha tempat pelelangan ikan, terminal, jasa khusus parkir,
rumah potong hewan, pelayanan pelabuhan kapal, tempat
rekreasi, IMB, izin gangguan, izin trayek, hasil bumi dan laut, jasa
konstruksi, jasa ketenagakerjaan, izin usaha perindustrian,
perdagangan, pertambangan, izin pemeriksaan alat pemadam
kebakaran, hasil pengadaan kekayaan daerah dari bagian laba
Perusahaan Milik Daerah dan Bank Pembangunan Daerah (BPD).
Pada tahun 2003 terealisasi Rp. 6,0 M, tahun 2004
terealisasi Rp. 11,0 M, pada tahun 2005 terealisasi Rp. 8,7 M,
41
tahun 2006 sebesar Rp. 11,7 M sedangkan tahun 2007 terealisasi
Rp. 15,4 M.
42
sedangkan bagi hasil bukan pajak terdiri dari; Bagi hasil dari iuran
hak pengusaha hutan, land-ret, iuran eksploitasi dan iuran eksplotasi
(Royalti), dan Bagi Hasil dari Pungutan Hasil Perikanan.
Dana perimbangan tahun 2003 ditargetkan sebesar Rp 281,1
M dan terealisasi sebesar Rp 285,8 M (101,6%). tahun 2004
ditargetkan sebesar Rp 301,7 M dan terealisasi sebesar Rp.310,0 M
(102,7%). Selanjutnya, tahun 2005 ditargetkan perolehan dana
perimbangan adalah sebesar Rp 325,9 M dan terealisasi sebesar
Rp.320,1 M (98,2%). Dana perimbangan tahun 2006 ditargetkan
sebesar Rp 516,9 M dan terealisasi sebesar Rp 514,4 M (99,5%) dan
dana perimbangan tahun 2007 ditargetkan sebesar Rp. 595,6 M dan
terealisasi Rp. 596,6 (100,1%).
Perkembangan anggaran dan realisasi dana perimbangan
Kabupaten Bone Tahun Anggaran 2003 sampai dengan 2007 dapat
digambarkan pada Tabel 9 berikut ini :
43
2004 atau mengalami kenaikan sebesar 8,4%. Pada tahun 2005
sebesar Rp 320,1 M. Jika dibandingkan dengan tahun 2004 terjadi
kenaikan sebesar 3,2%. Pada tahun 2006, realisasi dana
perimbangan Kabupaten Bone sebesar Rp 514,4 M. Jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi kenaikan sebesar
60,7%, sedangkan pada tahun 2007 sebesar Rp. 596,6 M, jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi peningkatan sebesar
15,9%. Realisasi dana perimbangan dari tahun ke tahun relatif tidak
tetap atau bervariasi.
Selanjutnya kontribusi uraian dana perimbangan Kabupaten
Bone dapat dilihat pada tabel 10 berikut:
44
kontribusi sebesar Rp. 446,4 M (86,7%), sedangkan pada tahun
2007, memberikan kontribusi sebesar Rp. 494,2 M (82,84%).
45
sedangkan pada tahun 2007 mengalami perubahan dengan
berlakunya Permendagri No. 13 Tahun 2006 tidak dialokasikan
pada dana perimbangan dan dialokasikan pada lain-lain
pendapatan daerah yang sah.
46
kenaikan. Jumlah setiap tahunnya antara target dan realisasi, namun
pada tahun 2007 terjadi perbedaan tetapi tidak terlalu signifikan.
Selain dari empat sumber pendapatan yang telah diuraikan di
atas, pendapatan daerah juga didorong oleh kontribusi sektor produk
domestik regional bruto dalam perekonomian dan keuangan daerah.
Peran sektor tersebut dikelompokkan menjadi 3 sektor pokok, yaitu
kelompok sektor primer, sekunder dan tersier.
Sektor primer yang mencakup sektor pertanian, sektor
pertambangan dan Galian. Peranan kelompok sektor primer sangat
memberikan kontribusi didaerah, peran kelompok sektor ini
didominasi sektor pertanian yang memberikan kontribusi.
Sektor Sekunder mencakup sektor industri pengolahan, sektor
Listrik dan Air Bersih, dan sektor Bangunan. Kelompok sektor ini
memberikan kontribusi terendah terhadap PDRB Kabupaten Bone.
Peran kelompok sektor ini didominasi sektor industri pengolahan
yang memberikan kontribusi daerah.
Sektor tersier yang terdiri dari dari sektor Perdagangan, Hotel,
dan Restoran; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor
Keuangan, Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan, dan Sektor
Jasa-Jasa. Kelompok sektor ini memberikan kontribusi terbesar
terhadap PDRB Kabupaten Bone yaitu. Peran sektor ini didominasi
sektor Perdagangan, Hotel & Restoran yang memberikan kontribusi
daerah.
47
juga berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan sumber-sumber
pendapatan baru. Secara umum, upaya peningkatan pendapatan
daerah, lebih khusus diupayakan pada sumber PAD, mengingat
controllability-nya yang tinggi dibanding sumber-sumber pendapatan
yang lain. Upaya yang akan dilakukan meliputi sebagai berikut :
48
pengelolaan pajak daerah melalui penyelenggaraan pelatihan
yang relevan.
Unsur belanja daerah terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja
langsung. Pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 masih
menggunakan istilah belanja aparatur dan belanja pelayanan publik,
pada tahun 2007 sampai sekarang menggunakan istilah belanja
langsung dan belanja tidak langsung. Kontribusi realisasi belanja daerah
untuk belanja aparatur/ belanja tidak langsung dan belanja pelayanan
publik/ belanja langsung dapat digambarkan Tabel 12 sebagai berikut :
49
langsung sebesar Rp 154,6 M (38,2%). Pada tahun 2006, memberikan
kontribusi sebesar Rp 206,3 M (32,2%). Sedangkan tahun 2007
memberikan kontribusi sebesar Rp. 371,2 M (45,92%).
Sedangkan belanja pelayanan publik/ belanja langsung dari tahun
2003 sampai dengan tahun 2004 mendapat kontribusi yang menurun
dari belanja daerah 138,2 M (38,0%) dan 104,2 M (27,2%). Pada tahun
2005, belanja pelayanan publik/belanja langsung mendapat kontribusi
sebesar Rp 249,7 M atau 61,7% dari belanja daerah (67,7%). Pada
tahun 2006 mendapat kontribusi sebesar Rp. 432,9 M. Selanjutnya pada
tahun 2007, belanja daerah memberikan kontribusi kepada belanja
publik sebesar Rp 437,1 M (54,07%).
50
pemeliharaan (membiayai peningkatan masa manfaat sarana dan
prasarana dalam rangka pelayanan kepada masyarakat).
Belanja tidak langsung/belanja aparatur daerah tahun 2003
ditargetkan sebesar Rp. 225,4 M dan terealisasi Rp. 219,3 M (97,3),
tahun 2004 ditargetkan Rp 277,8 M dan terealisasi sebesar Rp 258,9
M (93,2%). Selanjutnya, tahun 2005 ditargetkan belanja
aparatur/belanja langsung adalah Rp. 154,6 M dan terealisasi
sebesar Rp. 147,4 M (95,3%). Belanja aparatur/belanja tidak
langsung tahun 2006 ditargetkan sebesar Rp. 206,3 M dan terealisasi
sebesar Rp 191,4 M (92,7%). Belanja aparatur/belanja tidak
langsung daerah tahun 2007 ditargetkan Rp 371,2 M dan terealisasi
sebesar Rp. 353,4 M (95,2%). Perkembangan realisasi Belanja
Aparatur/ Belanja Tidak Langsung Kabupaten Bone Tahun 2003-
2007 dapat digambarkan pada Tabel 13 berikut ini :
51
a. Belanja Administrasi Umum
Belanja administrasi umum, pada tahun 2003
dikontribusikan sebesar Rp. 204,3 M (93,16%) tahun 2004
dikontribusikan sebesar Rp. 240,2 M (92,78%), tahun 2005
dikontribusikan sebesar Rp. 123,6 M (83,86%), tahun 2006
sebesar Rp. 140,3 M (73,31%) sedangkan tahun 2007
dikontribusikan sebesar Rp. 353,4 M dirubah istilah belanja tidak
langsung yaitu penggabungan belanja administrasi umum, belanja
operasi dan pemeliharaan serta belanja modal.
52
perawatan dan pengobatan, pengembangan SDM), belanja barang
dan jasa (pembayaran rekening listrik, air, telepon dan ongkos kantor
lainnya), belanja perjalanan dinas (biaya dalam rangka
melaksanakan tugas dalam daerah ke luar daerah), belanja
pemeliharaan (membiayai pemeliharaan sarana dan prasarana
gedung dan kantor serta inventaris kantor).
Pos-pos belanja operasi dan pemeliharaan sama dengan
belanja administrasi umum, yaitu meliputi: belanja
pegawai/personalia (pembayaran honorarium/upah, uang lembur dan
insentif), belanja barang dan jasa (belanja bahan/material, biaya jasa
pihak III, biaya cetak dan penggandaan, biaya sewa, biaya makan
dan minum, dan biaya pakaian kerja), belanja perjalanan dinas (biaya
perjalanan dalam rangka pelaksanaan program), belanja
pemeliharaan (membiayai peningkatan masa manfaat sarana dan
prasarana dalam rangka pelayanan kepada masyarakat). Belanja
bagi hasil berupa bagi hasil retribusi kepada pemerintah desa.
Sedangkan bantuan keuangan digunakan untuk bantuan keuangan
kepada pemerintah desa, organisasi kemasyarakatan dan organisasi
profesi. Belanja tidak tersangka digunakan untuk penanganan
bencana alam, bencana sosial dan pengeluaran lainnya yang sangat
diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah
daerah, yaitu penyediaan sarana prasarana yang berhubungan
langsung dengan pelayanan masyarakat yang anggarannya tidak
tersedia dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
Belanja pelayanan publik/belanja tidak langsung tahun 2003
ditargetkan sebesar Rp. 138,2 M dan terealisasi sebesar Rp 107,7 M
(77,9%). Tahun 2004 ditargetkan sebesar Rp 104,2 M dan terealisasi
sebesar Rp 89,1 M (85,5%). Selanjutnya, tahun 2005 ditargetkan
pengeluaran belanja publik daerah adalah sebesar Rp 249,7 M dan
terealisasi sebesar Rp. 221,1 M (88,5%). Belanja publik daerah tahun
53
2006 ditargetkan sebesar Rp 432,9 M dan terealisasi sebesar
Rp.357,5 M (82,5%). Belanja publik tahun 2007 ditargetkan sebesar
Rp 437,1 M dan terealisir sebesar Rp 355,3 M (81,2%) yang
sebutannya dirubah menjadi belanja langsung.
Sedangkan perkembangan realisasi belanja pelayanan publik
pada tahun 2003 sampai dengan 2006 diuraikan belanja administrasi,
belanja operasi dan pemeliharaan, serta belanja modal, sedangkan
pada tahun 2007 diganti istilah belanja langsung, dan kontribusi
realisasi belanja pelayanan publik dapat diuraikan pada tabel 14
berikut ini :
54
Sedangkan pada tahun 2004 tidak dialokasikan, pada tahun 2005
dikontribusikan Rp. 120,9 M (54,6%) dari belanja publik. Di tahun
2006 dikontribusikan sebesar Rp.158,6 M (44,3%), sedangkan
tahun 2007 dikontribusikan sebesar Rp. 355,3 M yang sekaligus
dirubah menjadi belanja langsung.
b. Belanja Modal
Belanja modal pada tahun 2003 mendapat kontribusi dari
belanja publik sebesar Rp 71,9 M (66,7%) dari belanja publik,
pada tahun 2004, mendapat kontribusi sebesar Rp 60,4 M
(67,7%). Di tahun 2005, belanja modal ini mendapat kontribusi
sebesar Rp 62,4 M (28,2%). Pada tahun 2006 mendapat
kontribusi sebesar Rp. 105,1 M (29,4%) sedangkan tahun 2007
mendapat kontribusi sebesar Rp.355,3 M dirubah istilah belanja
langsung.
C. ARAH PEMBIAYAAN
55
surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal
dari pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan
antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman,
pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh
pemerintah dan sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu termasuk
dalam struktur pembiayaan.
56
Tabel 15 : Proyeksi Pendapatan Kabupaten Bone
Tahun 2009-2013 (Milyar)
57
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata
pertumbuhan PAD per tahun sebesar 24%. Perkiraan pertumbuhan
PAD setiap tahun tersebut diperoleh dari perkiraan pertumbuhan
masing-masing bagian dari PAD, yaitu: Pajak daerah, Retribusi
daerah, Hasil BUMD dan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan
Lain-lain PAD.
Dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
seringkali menimbulkan permasalahan dengan masyarakat
khususnya para pengusaha. Kebijakan ekstensifikasi pajak dan
retribusi atau penetapan tarif yang terlalu tinggi seringkali dikeluhkan
menghambat pertumbuhan sektor rill. Untuk itu perlu dikembangkan
terobosan baru untuk meningkatkan PAD, yaitu dengan :
a. Perbaikan Manajemen
Dengan perbaikan manajemen diharapkan mampu
merealisasikan setiap potensi menjadi pendapatan daerah.
Manajemen yang profesional dapat dicapai dengan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dan perbaikan serta penyederhaan
system dan prosedur.
b. Peningkatan Investasi
Peningkatan investasi dapat didorong dengan membangun iklim
usaha kondusif. Hal ini dapat dicapai dengan menjaga stabilitas
ekonomi daerah, menyederhanakan prosedur perijinan,
mempertegas peraturan-kebijakan agar tidak tumpang tindih baik
antara pemerintah pusat, provinsi, dan kota maupun antar sektor,
meningkatkan kepastian hukum terhadap usaha, menyehatkan
iklim ketenagakerjaan sekaligus meningkatkan kualitas tenaga
kerja, meningkatkan keamanan dan ketertiban, meniadakan
tumpang tindih pemungutan dan menyederhanakan prosedurnya.
58
c. Optimalisasi Aset Daerah
Peningkatan PAD juga dapat diraih dengan meningkatkan
penggunaan aset daerah. Optimalisasi aset dapat dicapai dengan
perbaikan administrasi aset. Optimalisasi aset juga dapat
dilaksanakan bekerjasama dengan swasta. Selain itu hal
diperlukan juga perbaikan manajemen BUMD, selain itu upaya
tersebut perlu didukung rencana untuk membentuk badan usaha
baru.
Dana Perimbangan
Realisasi dana perimbangan dari tahun 2003 sampai dengan
tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 18 berikut:
59
Berdasarkan tabel 19 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata
pertumbuhan dana pembangunan setiap tahun tersebut diperoleh
dari perkiraan pertumbuhan masing-masing bagian dari dana
perimbangan yaitu: Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana
Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
Dana Perimbangan dan Bagi Hasil yang berasal dari DAU
perlu dikelola dengan sebaik-baiknya, meskipun relatif sulit untuk
memperkirakan jumlah realisasinya karena tergantung pada
pemerintah pusat. Sumber dana dari Dana Alokasi Khusus (DAK)
juga dapat diupayakan peningkatannya melalui penyusunan
program-program unggulan yang dapat diajukan untuk dibiayai
dengan dana DAK. Bagi hasil pajak propinsi dan pusat dapat
diupayakan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Pendapatan bagi
hasil sangat terkait dengan aktifitas perekonomian daerah. Dengan
semakin meningkatnya aktifitas ekonomi akan berkorelasi dengan
naiknya pendapatan yang berasal dari bagi hasil. Pemerintah Daerah
harus mendorong meningkatnya aktifitas perekonomian.
60
Atas dasar realisasi di atas, maka proyeksi Lain-lain
Pendapatan Daerah Yang Sah tahun 2009 sampai dengan 2013
terlihat pada tabel 21 berikut :
2. Belanja Daerah
61
tahun ke depan pemerintah akan menaikkan gaji pegawai negeri
sipil, sehingga selama lima tahun mendatang diperkirakan Belanja
Tidak Langsung akan mengalami kenaikan yang cukup signifikan
terutama untuk biaya gaji tetap. Kenaikan gaji pegawai negeri sipil
tersebut dibiayai oleh sumber pendapatan DAU. Dengan demikian
kenaikan gaji pegawai diharapkan dapat diikuti oleh kenaikan
DAU. Belanja yang signifikan pada kelompok belanja tidak
langsung adalah belanja bantuan sosial. Alokasi bantuan sosial
diarahkan kepada masyarakat dan berbagai organisasi baik
profesi maupun kemasyarakatan. Tujuan alokasi belanja bantuan
sosial adalah sebagai manifestasi pemerintah dalam
memberdayakan masyarakat. Mekanisme anggaran yang
dilaksanakan adalah bersifat block grant, artinya masyarakat
dapat merencanakan sendiri sesuai dengan kebutuhan, dengan
tidak keluar dari koridor peraturan yang belaku. Selain itu,
komitmen Pemerintah Kabupaten Bone untuk memperbaiki
kualitas pendidikan dan kesehatan juga berimplikasi pada
meningkatnya belanja subsidi pendidikan dan kesehatan yang
juga akan berpengaruh pada peningkatan Belanja Tidak
Langsung dalam lima tahun ke depan.
b. Belanja Langsung
Belanja Lansung adalah belanja pemerintah daerah yang
berhubungan langsung dengan program dan kegiatan. Program
dan kegiatan yang diusulkan pada belanja lansung disesuaikan
dengan Kebijkaan Umum APBD, Prioritas dan Plafon Anggaran,
dan Rencana Strategis Satuan Perangkat Kerja Daerah. Belanja
Langsung terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa,
serta Belanja Modal. Belanja Pegawai dalam Belanja Langsung
ini berbeda dengan Belanja Pegawai pada Belanja Tidak
62
Langsung, Belanja Pegawai pada Belanja Langsung antara lain
untuk Honorarium, Uang Lembur, Belanja Beasiswa Pendidikan,
dan Belanja Kursus. Smentara itu, Belanja Langsung untuk
jangka waktu lima tahun ke depan diarahkan pada pencapaian
visi dan misi Kabupaten Bone, antara lain untuk peningkatan
kualitas SDM melalui pendidikan, kesehatan, pengurangan
kemiskinan, eksplorasi potensi pariwisata serta perbaikan
infrastruktur untuk peningkatan pelayanan jasa. Besarnya dana
yang dikelarkan untuk masing-masing kegiatan juga diperkirakan
akan meningkat. Sementara itu, khusus untuk Belanja Modal,
pengeluaran belanja modal pada lima tahun mendatang
diprioritaskan untuk membangun sarana dan prasarana yang
mendukung tercapainya visi Kabupaten Bone, yaitu
pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan, sarana dan
prasarana pariwisata serta perbaikan infrastruktur yang
mendorong pertumbuhan pelayanan jasa.
Kebijakan belanja daerah sampai dengan 2013
diperkirakan akan didominasi oleh Belanja Tidak Langsung sekitar
57%, sedangkan untuk Belanja Langsung diperkirakan berkisar
43%. Dilihat dari sisi pertumbuhannya, komponen belanja daerah
tahun 2009-2013 (Belanja Tidak Langsung dan Belanja
Langsung) diperkirakan akan mengalami pertumbuhan rata-rata
sebesar 14,3 %.
Secara lengkap gambaran tentang proyeksi belanja daerah
Kabupaten Bone tahun 2009-2013 sebagaimana ditunjukkan
pada diagram berikut:
63
PROYEKSI BELANJA DAERAH
KABUPATEN BONE TAHUN 2009-2013
(Milyar Rupiah)
3. Pembiayaan Daerah
Dengan diberlakukannya anggaran kinerja, maka dalam
penyusunan APBD dimung kinkan adanya defisit maupun surplus.
Defisit terjadi ketika pendapatan lebih kecil dibandingkan dengan
belanja, sedangkan surplus terjadi ketika pendapatan lebih besar
dibandingkan belanja. Untuk menutup defisit dan surplus diperlukan
pembiayaan daerah. Berdasarkan proyeksi APBD Tahun 2009-2013.
Pembiayaan defisit anggaran antara lain bersumber dari
pinjaman daerah, Sisa Lebih Perhitungan Anggaran, dana cadangan
dan penjualan aset.
Kemampuan pinjaman daerah dapat diperoleh dengan
menghitung nilai DSCR dengan cara membandingkan antara jumlah
pendapatan daerah terhadap seluruh besaran kewajiban pinjaman
dan pendapatan daerah terhadap seluruh besaran kewajiban
pinjaman dan biaya lainnya setiap tahun anggaran.
64
Untuk meningkatkan efektifitas pinjaman daerah, pinjaman
harus direncanakan secara hati-hati. Selain disesuaikan dengan
kemampuan keuangan daerah pinjaman yang dibuat harus tetap
sasaran. Alokasi pinjaman daerah selain memberikan pemasukan
kepada PAD juga diharapkan mampu meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi dengan berkembangnya sektor perdagangan
dan jasa.
Selanjutnya untuk pengeluaran pembiayaan diprioritaskan
pada pengeluaran yang bersifat wajib, antara lain untuk pembayaran
hutang pokok yang telah jatuh tempo. Setelah pengeluaran wajib
terpenuhi, maka pengeluaran pembiayaan diarahkan untuk
penyataan modal kepada BUMD yang berorientasi keuntungan dan
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Dengan penyertaan modal yang dilakukan diharapkan dapat
mengasilkan bagi hasil laba yang dapat meningkatkan pendapatan
daerah sekaligus kinerja lembaga yang mendapat tambahan modal
dalam melayani masyarakat dapat meningkat.
Untuk lebih memperjelas proyeksi APBD tahun 2009-2013
dapat dilihat pada tabel berikut :
65
Tabel 22.
Proyeksi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Pemerintah Kabupaten Bone Tahun 2009-2013
( Milyar Rupiah )
U R A I A N 2009 2010 2011 2012 2013
PENDAPATAN DAERAH 889,8 1.048,7 1.207,6 1.366,5 1.525,4
PENDAPATAN ASLI DAERAH 67,0 79,8 92,6 105,4 118,2
DANA PERIMBANGAN 786,6 929,0 1.071,4 1.213,8 1.356,2
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 36,2 39,9 43,6 47,3 51,0
BELANJA DAERAH 933,6 1.097,7 1.261,8 1.425,9 1.590,0
BELANJA TIDAK LANGSUNG 522,9 618,5 714,1 809,7 905,3
BELANJA LANGSUNG 410,7 479,2 547,7 616,2 684,7
SURPLUS / (DEFISIT) (43,8) (49,0) (54,2) (59,4) (64,6)
PEMBIAYAAN DAERAH - - - - -
PENERIMAAN PEMBIAYAAN - - - - -
PENGELUARAN PEMBIAYAAN - - - - -
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan (SILPA) (43,8) (49,0) (54,2) (59,4) (64,6)
66
BAB IV
ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS
67
ketidakmampuan internal yang mengakibatkan kegagalan dalam
pencapaian tujuan dan sasaran.
1. Kekuatan
a. Letak geografis Kabupaten Bone yang strategis sebagai jalur
penghubung Propinsi Sulsel dengan Sultra
b. Potensi perangkat daerah Kabupaten Bone yang dapat
mendukung kelancaran penyelenggaraan pemerintahan
c. Hubungan baik antar Pemerintah (Pusat, Propinsi, kabupaten
dan kota) yang memungkinkan terciptanya jejaring (network)
yang kuat.
d. Tersedianya pranata (hukum dan peraturan) yang menjamin dan
mengatur berbagai aktivitas pembangunan.
e. Tersedianya Potensi sumberdaya (manusia, metode, alam dan
buatan) yang memadai
f. Tersedianya infrastruktur yang relatif memadai
g. Potensi lembaga kemasyarakatan yang solid dan partisipatif
h. Tersedia beberapa potensi komoditas unggulan
i. Tersedianya prasarana, sarana sosial, budaya dan ekonomi
yang memadai
j. Transparansi dan akuntabilitas publik mulai terimplementasi
dengan baik
2. Kelemahan
a. Terbatasnya kemampuan daerah untuk mendanai
pembangunan.
b. Pranata hukum dan peraturan yang ada belum terimplentasi
dengan baik.
c. Belum optimalnya koordinasi lintas sektoral
d. Rendahnya kemampuan masyarakat dalam berwirausaha dan
melihat peluang yang tersedia.
e. Belum optimalnya pendayagunaan potensi ekonomi lokal
68
f. Lemahnya penguasaan pasar lokal, regional dan internasional
g. Kurangnya kesempatan dan peluang kerja
h. Kurangnya profesionalisme dan proporsi aparatur Pemerintah
Daerah
i. Belum diterapkannya e-government
j. Kurangnya penelitian tentang pengembangan potensi daerah.
k. Masih kurangnya data dan informasi tentang potensi investasi.
69
4. Tantangan
a. Potensi dan daya saing daerah tetangga.
b. Perubahan geopolitik
c. Krisis ekonomi yang berkelanjutan dan menyebabkan
rendahnya daya beli masyarakat dan meningkatnya
pengangguran
d. Rendahnya supremasi hukum
e. Semakin tingginya biaya pendidikan dan kesehatan
f. Merebaknya NAPZA dan penyakit masyarakat lainnya.
70
KEKUATAN KELEMAHAN
1. Letak geografis Kabupaten Bone yang strategis 1. Terbatasnya kemampuan daerah untuk
sebagai jalur penghubung Propinsi Sulsel mendanai pembangunan.
dengan Sultra 2. Pranata hukum yang ada belum terimplentasi
2. Potensi aparatur pemerintah Kabupaten Bone dan tersosialisai dengan baik.
yang dapat mendukung kelancaran 3. Belum optimalnya koordinasi lintas sektoral
penyelenggaraan pemerintahan 4. Rendahnya kemampuan masyarakat dalam
3. Hubungan baik antar Pemerintah (Pusat, berwirausaha dan melihat peluang yang
Propinsi, kabupaten dan kota) yang tersedia.
memungkinkan terciptanya jejaring (network) 5. Belum optimalnya pendayagunaan potensi
yang kuat. ekonomi lokal
4. Tersedianya pranata (hukum) yang menjamin 6. Lemahnya penguasaan pasar lokal, regional
dan mengatur berbagai aktivitas pembangunan. dan internasional
ANALISIS 5. Tersedianya Potensi sumberdaya (manusia, 7. Kurangnya kesempatan dan peluang kerja bagi
metode, alam dan buatan) yang memadai masyarakat.
FAKTOR
6. Tersedianya infrastruktur yang relatif memadai 8. Kurangnya profesionalisme dan proporsi
EKSTERNAL
7. Potensi lembaga kemasyarakatan yang solid aparatur Pemerintah Daerah
dan partisipatif 9. Belum diterapkannya e-government
8. Tersedia beberapa potensi komoditas unggulan 10.Kurangnya penelitian tentang pengembangan
9. Tersedianya prasarana, saran sosial, budaya dan potensi daerah.
ekonomi yang memadai 11. Masih kurangnya data dan informasi tentang
10. Transparansi dan akuntabilitas publik mulai potensi investasi
terimplementasi dengan baik
11.
71
PELUANG Strategi Peluang +Kekuatan Strategi Peluang +Kelemahan
1. Peluang Kabupaten Bone untuk 1. Tingkatkan sarana dan prasarana yang ada serta 1. Tingkatkan jejaring(network) antar lembaga
menjadi Pusat Pelayanan Jasa ciptakan iklim yang kondusif agar Kabupaten Bone pemerintah, lembaga masyarakat dan swasta melalui
dapat menjadi Pusat Pelayanan Jasa dan perdagangan peningkatan koordinasi lintas sektoral secara
dan Perdagangan di kawasan
di Kawasan Timur Sulsel. optimal.
Timur Sulsel .
2. Tingkatkan kerjasama yang harmonis antara legislatif 2. Optimalkan koordinasi lintas sektoral guna
2. Meningkatnya peran aktif
dan eksekutif dengan dukungan hubungan baik antara mendukung kerjasama regional, nasional dan
masyarakat. pemerintah ( pusat dan propinsi ). internasional.
3. Jejaring ( network) yang cukup 3. Ciptakan kerjasama regional dengan dukungan 3. Manfaatkan etika moral yang baik dalam
solid antara lembaga pemerintah, hubungan baik pemerintah ( pusat, propinsi , meningkatkan kemampuan dan kemandirian
dan stakeholder. kabupaten dan kota ). masyarakat.
4. Terjalinnya Hubungan kerjasama 4. Fasilitasi peran aktif masyarakat dan swasta dalam 4. Tingkatkan kemampuan dan daya saing masyarakat
pembangunan melalui peran aparatur pemerintah yang melalui jalinan kerjasama regional dan nasional.
antara legislatif dan eksekutif .
profesional. 5. Kembangkan ekonomi lokal secara optimal melalui
5. Terbukanya peran aktif swasta
5. Wujudkan aparatur pemerintah yang profesional peningkatan peran serta masyarakat, swasta dan
(dunia usaha)
dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat dan lembaga pendidikan.
6. Terbukanya peran aktif lembaga menjalin kerjasama regional, nasional dan 6. Tingkatkan penguasaan pasar lokal, regional dan
pendidikan internasional. internasional melalui peran aktf masyarakat dan
7. Meningkatnya kerjasama regional 6. Tingkatkan peran aparatur pemerintah pemerintah swasta .
dan nasional dalam mewujudkan etika dan moralitas baru. 7. Tingkatkan jejaring bisnis melalui peran aktif
8. Terwujudnya etika dan moralitas 7. Manfaatkan sumber daya ( manusia, alam, metode dan masyarakat dan swasta guna mendukung kerjasama
buatan) yang tersedia dalam meningkatkan peran aktif regional maupun internasional.
baru yang positif
masyarakat dan swasta . 8. Tingkatkan profesionalisme dan proporsi aparatur
9. Kemajuan teknologi dan
8. Manfaatkan dukungan pihak swasta dalam rangka pemerintah daerah dalam mendukung kerjasama
komunikasi.
pemberdayaan masyarakat. regional dan internasional
10.Kondisi politik, keamanan, 9. Tingkatkan sarana dan prasarana sosial ,budaya, dan 9. Manfaatkan teknologi dan informasi dalam
ketertiban daerah yang relatif ekonomi yang ada guna meningkatkan kesejahteraan mendukung penerapan e- government guna
stabil hidup masyarakat. mewujudkan manajemen pemerintahan daerah yang
10. Manfaatkan kelembagaan masyarakat yang ada guna solid dan profesional.
mendukung peningkatan daya saing, kemandirian dan 10. Tingkatkan penelitian tentang potensi daerah dalam
kesejahteraan . rangka mengoptimalkan pemanfaatan potensi yang
11. Kembangkan komoditas unggulan melalui peran aktif ada untuk peningkatan kemajuan daerah dan
masyarakat dan swasta agar dapat menjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
komoditas ekspor yang berkualitas. 11. Tingkatkan ketersediaan dan akurasi data dan
72
12. Wujudkan akuntabilitas dan transparansi pemerintah informasi tentang potensi investasi untuk menarik
daerah menuju tata kepemerintahan yang baik dalam minat investor melakukan investasi di Kabupaten
rangka menumbuhkan kepercayaan dan mendapatkan Bone agar dapat meningkatkan perekonomian
dukungan dari masyarakat dan swasta. daerah dan membuka peluang kerja bagi
13. Tingkatkan dan pelihara stabilitas politik, keamanan masyarakat.
dan ketertiban dalam daerah guna mendukung
terlaksananya aktivitas pemerintahan, pembangunan
dan kemasyarakatan.
14. Manfaatkan kemajuan teknologi dan informasi guna
mendukung pemberdayaan masyarakat dan upaya
peningkatan pendapatan masyarakat.
1. Terjadinya Persaingan regional. 1. Manfaatkan hubungan yang baik antar pemerintah 1. Optimalkan potensi sumber pendapatan daerah
2. Perubahan geopolitik dan kondisi dalam rangka menghadapi persaingan regional. dalam rangka meningkatkan dana pembangunan
2. Manfaatkan hubungan baik antar pemerintah dalam daerah.
dinamika sosial politik yang
mengahadapi perubahan geopolitik. 2. Tingkatkan kemampuan apratur pemerintah dalam
berpengaruh terhadap stabilitas
3. Tingkatkan peran dan kemampuan aparatur pemerintah melakukan koordinasi lintas sektoral untuk
keamanan daerah.
dalam menghadapi persaingan regional dan perubahan menhadapi persaingan regional.
3. Krisis ekonomi yang berkelanjutan kondisi dinamika politik. 3. Tingkatkan profesionalisme baparatur pemerintah
dan menyebabkan rendahnya daya 4. Tingkatkan kemampuan SDM masyarakat agar dapat untuk menghadapi perubahan geopolitik dan
beli masyarakat dan meningkatnya menghadapi krisis ekonomi yang berkelanjutan dan dinamika sosial politik.
pengangguran dapat meningkatkan daya beli. 4. Tingkatkan keberdayaan masyarakat dalam
4. Rendahnya supremasi hukum 5. Tingkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat menghadapi persaingan regional dan perubahan
agar memiliki kemampuan untuk berwirausaha dalam geopolitik.
5. Semakin tingginya biaya
rangka mengurangi pengangguran. 5. Tingkatkan sosialisasi hukum untuk mewujudkan
pendidikan dan kesehatan
6. Tingkatkan kinerja lembaga masyarakat melalui supremasi hukum.
6. Merebaknya NAPZA dan penyakit
pembinaan oleh aparatur pemerintah dalam rangka 6. Sosialisasikan dan tegakkan aturan tentang hukum
73
masyarakat lainnya. penguatan dan pengembangan ekonomi lokal. dan penyakit masyarakat lainnya.
7. Manfaatkan sumberdaya yang ada guna menghadapi 7. Manfaatkan potensi ekonomi lokal secara optimal
persaingan regional dan perubahan geopolitik. untuk menghadapi persaingan regional.
8. Tingkatkan peran aparatur pemerintah dalam 8. Tingkatkan kemampuan penguasaan pasar dalam
mengatasi tingginya biaya pendidikan dan kesehatan. menghadapi persaingan global.
9. Manfaatkan dukungan pihak swasta dan lembaga 9. Tingkatkan peran pemerintah dan swasta dalam
masyarakat dalam mengatasi tingginya biaya menciptakan jejaring bisnis yang kuat dan luas.
pendidikan dan kesehatan. 10. Tingkatkan kemampuan manajerial aparatur
10. Manfaatkan dukungan pihak swasta untuk menghadapi pemerintah dalam menghadapi transformasi
persaingan regional. birokrasi.
11. Manfaatkan sumberdaya yang ada dalam menciptakan 11. Aplikasikan e- government dalam menghadapi
supremasi hukum. persaingan regional.
12. Tingkatkan peran aparatur pemerintah daerah dalam
rangka perwujudan supremasi hukum.
13. Manfaatkan pranata hukum yang ada dalam
menanggulangi NAPZA dan penyakit masyarakat
lainnya.
14. Manfaatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam
rangka penegakan supremasi hukum.
15. Manfaatkan kelembagaan masyarakat dalam
mendukung terwujudnya supremasi hukum.
16. Tingkatkan akuntabilitas dan transparansi dalam
menghadapi persaingan regional dan menanggulangi
berbagai macam penyakit masyarakat.
74
C. ASUMSI ANALISIS DAN PILIHAN STRATEGI
75
8. Tingkatkan peran aparatur pemerintah daerah dan peran serta
masyarakat dan swasta dalam rangka perwujudan supremasi hukum.
9. Manfaatkan pranata hukum yang ada dalam menanggulangi NAPZA
dan penyakit masyarakat lainnya.
10. Optimalkan potensi penggalian sumber pendapatan daerah dalam
rangka meningkatkan dana pembangunan daerah.
11. Tingkatkan profesionalisme aparatur pemerintah untuk menghadapi
perubahan geopolitik dan dinamika sosial politik serat transformasi
birokrasi.
76
2.305.158.940.000,- pada tahun 2005 atau terjadi
peningkatan rata-rata 4,01% per tahun.
Pendapatan percapita dalam kurun waktu yang sama juga
mengalami perkembangan yaitu Rp. 3.306.369,- pada
tahun 2001 menjadi Rp. 4.792.832,- pada tahun 2005 atau
terjadi peningkatan rata-rata 9,73 % per tahun.
2. Tersedianya berbagai komoditi unggulan yang siap untuk
dikelola dan dikembangkan.
77
Tabel 25 : Komoditi Unggulan Peternakan Tahun 2005 – 2006
78
Tabel 28 : Potensi Tambang di Kabupaten Bone Tahun 2006
Penyebar
No Bahan/ Lokasi/ a [Ha] Cadangan [M3]
9 Emas Patimpeng. - -
79
3. Infrastruktur yang cukup memadai bagi perkembangan
perekonomian.
2 KONDISI JALAN
80
Beberapa Bank dan Lembaga Keuangan lainnya yang dapat
dimanfaatkan untuk mengadakan transaksi jual beli. Bank
yang ada di Kabupaten Bone terdiri dari 6 (enam) buah bank
konvensional dan 3 (tiga) buah lainnya dengan fungsi tertentu
serta 2 (dua) buah Asuransi Besar dan 1 (satu) buah
pegadaian.
4. Secara geografis luas Kabupaten Bone sangat menunjang
untuk perkembangan ekonomi baik dilihat dari luasnya
maupun jumlah penduduk.
5. Adanya otonomi daerah yang memberi kewenangan kepada
pemerintah daerah untuk mengatur urusan rumah tangganya.
b. Kelemahan
1. Pendapatan percapita belum merata dalam masyarakat
sehingga terjadi ketimpangan antara yang berpendapatan
rendah dan yang berpendapatan tinggi.
2. Potensi yang dimiliki belum terkelola dengan baik dan
memadai.
3. Masih banyaknya tenaga kerja produktif yang tidak
mendapatkan lapangan pekerjaan.
4. Keahlian Sumber Daya Manusia sektor-sektor lapangan
usaha belum memadai.
6. Sarana dan teknologi industri untuk mengelola hasil
pertanian maupun industri itu sendiri masih kurang sehingga
untuk mendapatkan nilai tambah hasil pertanian maupun
industri itu sendiri masih kurang.
7. Luas dan besarnya jumlah penduduk di Kabupaten Bone
mengakibatkan pemerintah daerah tidak dapat memenuhi
semua keinginan wilayah sehingga sering terjadi
ketimpangan pembangunan antar wilayah.
81
8. Kemampuan dan usaha pemerintah daerah untuk
peningkatan pendapatan daerah masih minim.
2. Sosial Budaya
a. Kekuatan
1. Tersedianya gedung sekolah yang cukup memadai untuk
perkembangan pendidikan kedepan.
2. Tersedianya tenaga pengajar terdidik disegala tingkatan
sekolah.
3. Jumlah penduduk yang mengenyam pendidikan cukup banyak
terutama usia sekolah dasar yang ditunjukkan dengan Angka
Partisipasi Sekolah (APS)nya sebesar 115,4% pada tahun
2006 menjadi 115,63% pada tahun 2007.
4. Tersedianya Rumah Sakit Umum, Puskesmas dan Pustu yang
menyebar di setiap wilayah Kabupaten Bone.
5. Tersedianya tenaga dokter dan paramedis.
6. Seni budaya yang ada di dalam masyarakat cukup beragam
dan unik.
b. Kelemahan
1. Penyebaran gedung yang tidak disesuaikan dengan jumlah
penduduk yang bersekolah di masing-masing kecamatan.
2. Kuantitas jumlah gedung sekolah khususnya Sekolah Dasar
tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas fisik gedung
sekolah tersebut.
3. Tenaga pengajar terdidik yang ada hanya yang berfungsi
sebagai guru umum, guru spesialisasi dan wali kelas masih
kurang.
4. Jumlah anak usia sekolah yang tidak bersekolah bertambah
akibat terpuruknya perekonomian negara yang beimbas pada
82
tingkat pendapatan masyarakat yang kurang sehingga tidak
mampu menyekolahkan anaknya.
5. Ketersediaan tenaga dokter dan paramedis tidak dibarengi
dengan pemenuhan standar kualifikasi pelayanan kesehatan
sehingga tenaga dokter dan paramedis yang ada belum
mampu memberikan andil yang besar bagi perkembangan
kesehatan di Kabupaten Bone.
6. Ketersediaan peralatan kesehatan yang dimiliki belum
memadai untuk melakukan tindakan-tindakan pengobatan
pada pasien tertentu.
7. Kekayaan seni budaya yang ada belum dikemas dalam bentuk
yang dapat menarik minat wisatawan domestik maupun
mancanegara untuk berkunjung ke Kabupaten Bone.
83
5. Kualitas aparatur cukup memadai baik dari segi pendidikan
formal maupun pendidikan non formal seperti pendidikan
struktural, teknis dan fungsional.
b. Kelemahan
1. Tenaga Kerja yang ada tidak semua terakomodasi dalam
lapangan pekerjaan, masih banyak yang menganggur baik
terbuka maupun terselubung.
2. Tenaga Kerja yang bekerja belum sesuai dengan keahlian
masing-masing dan masih terkonsentrasi pada lapangan
usaha primer.
3. Aparatur yang ada dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya
tidak sesuai dengan pendidikan formal yang dimilikinya
sehingga tidak tercipta aparatur yang spesialis dibidangnya.
84
5. Berkembangnya teknologi industri yang dapat
dimanfaatkan guna nilai tambah bagi produk komoditi yang
dihasilkan.
b. Tantangan
1. Globalisasi ekonomi akan membuat setiap negara maupun
daerah untuk melakukan kegiatan yang dapat membuatnya
bertahan dengan meningkatkan perekonomiannya.
2. Teknologi yang berkembang pesat saat ini juga diikuti
dengan harga yang masih mahal bagi negara berkembang.
3. Pelaku pembangunan yaitu pemerintah daerah, swasta
dan masyarakat belum bersinergi untuk pengembangan
perekonomian kedepan.
4. Peluang usaha yang ada kalau tidak dicermati akan
menjadi bumerang bagi daerah itu sendiri.
2. Sosial Budaya
a. Peluang
1. Komitmen pemerintah untuk meningkatkan pendidikan dan
kesehatan masyarakat.
2. Terbukanya peluang untuk mendapatkan beasiswa baik di
luar negeri maupun di dalam negeri yang disediakan oleh
lembaga dalam negeri maupun luar negeri.
3. Kemajuan tehnologi komunikasi dapat dimanfaatkan untuk
menyebarkan informasi-informasi kebudayaan sehingga
memudahkan untuk pertukaran kebudayaan antar negara
yang pada akhirnya akan mengembangkan sektor
pariwisata di Kabupaten Bone.
b. Tantangan
1. Pemanfaatan tehnologi yang mudah diakses tapi tidak
merusak genarasi muda maupun adat budaya yang ada
di Kabupaten Bone.
85
2. Peningkatan pendidikan dan derajat kesehatan harus
dibarengi dengan peningkatan anggaran di sektor tersebut.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk meningkatkan
pendidikan dan derajat kesehatannya terutama
perempuan.
86
C. FAKTOR-FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN
D. ASUMSI
87
f. Sarana dan informasi yang tersedia memang dimanfaatkan untuk
hal-hal yang menuju kepada pencapaian visi dan misi guna
peningkatan pembangunan di Kabupaten Bone.
88
BAB V
TANTANGAN
A. SOSIAL BUDAYA
89
pemuda dalam pembangunan juga masih perlu ditingkatkan seiring
dengan upaya memaksimalkan pembinaan prestasi olahraga.
Arus globalisasi dan industrialisasi akan menjadi tantangan utama
pemerintah dan masyarakat Kabupaten Bone dua puluh tahun
mendatang. Dampak pada munculnya permasalahan sosial seperti :
menipisnya nilai budaya, kemiskinan, perubahan sikap dan perilaku,
kenakalan remaja, kriminalitas, kekerasan dan penyalagunaan
NARKOBA, HIV/AIDS, perlu menjadi perhatian secara intensif melalui
pembangunan mental dan spiritual.
90
Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan sangat
dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajaran disekolah. Selain
dari pada itu, faktor kualitas tenaga pengajar sangatlah mendukung.
Tingkat kelayakan guru yang mengajar disesuiakan dengan
kualifikasi pendidikan formalnya.
Distribusi guru yang tidak merata serta pendayagunaan yang
belum efisien belum menghasilkan kinerja guru yang optimal. Mutu
profesi (kualifikasi dan kompetensi) guru masih dirasakan rendah,
terutama disebabkan oleh penyiapan guru dan pengelolaannya
belum profesional. Evaluasi kinerja guru belum ditata di dalam suatu
sistem akuntabilitas publik, sehingga output pendidikan belum
akuntabel dan bermutu. Sistem pembinaan karier guru perlu
dibangun.
Sentralisasi dalam manajemen pendidikan menyebabkan
kurang berkembangnya kemampuan daerah untuk mengatur dan
mengelola berbagai urusan pendidikan daerah masing-masing.
Berbagai tahap pembinaan bahkan kebijaksanaan operasional
pendidikan dilaksanakan dan dikelola oleh pusat, sementara fungsi
aparat daerah hanyalah sebagai pelaksana. Sistem pengelolaan
seperti ini mungkin ampuh untuk menjawab persoalan makro tetapi
kurang peka terhadap persoalan mikro pada masing-maing daerah
yang bervariasi satu dengan yang lainnya.
Tantangan lain yang dihadapi Pemerintah Daerah
Kabupaten Bone dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia
adalah tingginya angka buta huruf usia 10-45 tahun.
91
- Perubahan mekanisme rekrutmen kepala sekolah. Ke depan
rekrutmen calon kepala sekolah semua jenjang lebih profesional.
- Pembangunan sekolah unggulan yang refresentatif (tenaga
pengajar, siswa dan sarana/prasarana sekolah)
- Pemberian beasiswa bagi anak yang keluarganya kurang
mampu bagi semua jenjang pendidikan, dengan harapan agar
mereka dapat bersekolah dan melanjutkan jenjang
pendidikannya
- Peningkatan profesionalisme guru dan penempatan guru yang
merata.
- Perluasan jangkauan pendidikan luar sekolah, terutama
pelaksanaan Keaksaraan Fungsional (KF) untuk menuntaskan
atau menurunkan angka buta huruf di daerah ini.
- Peningkatan kesejahteraan tenaga kependidikan
- Peningkatan angka partisipasi anak usia dini dengan program
PAUD terintegrasi yang berbasis masyarakat.
B. EKONOMI
92
pendidikan/pelatihan yang berkualitas dan mampu bersaing di sekolah
unggulan dalam dan luar negeri serta di pasar kerja. Selain itu,
kurangnya minat riset dan pengembangan teknologi perlu ditunjang
dengan perangkat teknologi dan informasi yang lebih memadai.
E. POLITIK
93
jumlah aparat penegak hukum dengan jumlah penduduk, belum
berimbang secara proporsional serta belum ditunjang sarana dan
prasarana pengamanan yang lebih memadai, serta euphoria reformasi
yang menyebabkan sebagian masyarakat cenderung melawan hukum.
94
I. PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
95
BAB VI
NILAI, VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
96
kepentingan masyarakat karena nilai tersebut yang menjadi dasar
pembentukan daerah ini.
Masalah pemimpin dan kepemimpinan mempunyai tempat utama
dalam tradisi masyarakat Bugis Bone, karena seorang pemimpin
adalah tempat berlindungnya orang lemah dan tempat lemahnya orang
kuat. Konsep kepemimpinan berlandaskan demokrasi yang
menempatkan posisi manusia sebagai makhluk sosial pada tempat
terhormat yang diusahakan selalu untuk dilindungi oleh penguasa atau
pemimpin. Sebaliknya juga, rakyat harus senantiasa memberi kepada
pemimpin kewenangan bertindak sepanjang sesuai dengan ketentuan
pangadereng. Ketentuan pangadereng yang dipegang teguh oleh
rakyat dan pemimpin, maka tercipta tertib sosial.
Pada hakekatnya, rakyatlah yang menunjukkan adanya negara
sebagaimana yang dinyatakan dalam ungkapan :
• Rusa’ taro arung, tenrusa’ taro ade’
• Rusa’ taro ade’, tenrusa’ taro anang
• Rusa, taro anang, tenrusa’ taro to maega.
Artinya :
• Batal ketetapan raja, tidak batal ketetapan adat
• Batal ketetapan adat, tidak batal ketetapan umum
• Batal ketetapan kaum, tidak batal ketetapan rakyat.
97
Selain itu, masyarakat juga memahami adanya keseimbangan
hubungan dalam kehidupan ini, yang dikenal sebagai sistem hubungan
“ Sulapa Eppa” atau 4 dimensi hubungan yaitu:
a. Hubungan manusia dengan sesama warga masyarakat
b. Hubungan manusia dengan alam sekitarnya
c. Hubungan manusia dengan Pemerintah
d. Hubungan manusia dengan Tuhan (dewata)
Empat hubungan ini merupakan komponen-komponen yang
diatur oleh pangadereng . Dalam sistem hubungan sulapa’ eppa’ (segi
empat) tak ada satu diantaranya yang menempati posisi dominan
(menentukan), tetapi hubungannya serba possibility (kemungkinan)
dan yang menjadi kunci utama adalah asseddingengnge (persatuan),
yakni yang mengarah pada kesatuan. Hal tersebut yang menciptakan
kemakmuran, mengangkat martabat manusia dan menciptakan
kekukuhan dan ketangguhan. Ketangguhan dan kekuatan antara empat
komponen hubungan tersebut, merupakan kondisi dinamis untuk
menahan segala tantangan, baik dari dalam maupun dari luar negeri.
Assedingengnge harus dilengkapi dengan sistem pelayanan
dan sikap-sikap seperti:
a. Pemerintah harus senantiasa memikirkan kepentingan masyarakat
secara keseluruhan dan bersikap adil.
b. Pemimpin harus pandai menjawab dan merumuskan solusi
terhadap persoalan dan permasalahan yang berkembang dan
dihadapi oleh masyarakat.
c. Pemimpin dan rakyat harus berada dalam koridor pangadereng
(peraturan dan hukum) yang ada, dan berupaya untuk menegakkan
hukum dan aturan baik dalam kalangan masyarakat maupun
pemerintahan.
Individu adalah elemen-elemen yang membentuk masyarakat
dan negara, oleh karena itu individu harus memiliki sikap hidup
98
kepribadian. Pembinaan sikap hidup yang diharapkan menjadi
kepribadian setiap Orang Bugis , terutama para penyelenggara negara
(pakkatenni’ Ade’) adalah sikap dan kepribadian utama yaitu: lempu,
acca na warani (kejujuran, kepandaian dan keberanian).
Kejujuran ( lempu’ ) adalah nilai universal yang sangat strategis
bagi pemerintah Kabupaten Bone. Dengan menjunjung tinggi nilai
kejujuran maka akan terwujud kepercayaan masyarakat terhadap
aparat pemerintah, sehingga dalam pelaksanaan pembangunan
dan pemerintahan selalu mendapat respon positif dari masyarakat.
Kepandaian dan keberanian ( acca na warani ), dalam
menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan kehidupan
masyarakat, diperlukan aparat pemerintah dan pemimpin yang
visioner yaitu yang memiliki kecerdasan dan keberanian untuk
membawa daerah ini ke arah yang lebih maju.
Keadilan ( Temmappasilaingeng ) adalah nilai yang harus
diaplikasikan oleh seluruh aparat pemerintah dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat, tanpa membedakan satu dengan
yang lainnya, dengan demikian masyarakat akan bersimpati dan
secara tulus memberi dukungannya kepada pemimpin dan aparat
pemerintah, sehingga tujuan pembangunan dan penyelenggaraan
pemerintahan akan tercapai dengan mudah.
Etos kerja masyarakat, nilai ini terungkap dalam ungkapan
tradisional “ resopanamatinulu naletei pammase dewata “ yang
bermakna hanya dengan usaha dan bekerja keras serta
ketekunan akan medapat rahmat dari yang maha kuasa, hal ini
mencerminkan tingginya etos kerja masyarakat, meskipun
demikian mereka tetap bersandar kepada Tuhan YME sebagai
penentu segalanya. Dalam kehidupan masyarakat yang sangat
kompetitif, nilai etos kerja diperlukan sebagai motivasi dan spirit
dalam masyarakat untuk meningkatkan daya saingnya.
99
Berlandaskan nilai-nilai kearifan budaya tersebut, yang
dipadukan dengan nilai-nilai penyelenggaraan pemerintahan modern
akan dapat mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan tata
kehidupan masyarakat yang modern dan berbudaya.
100
kepentingan masyarakat; (d) meningkatnya budaya dan penegakan
hukum.
6. Berdayasaing, diukur dengan : (a) meningkatnya perekonomian
berbasis keunggulan kompetitif; (b) terbangunnya keterkaitan sistem
produksi, distribusi, dan pelayanan; (c) mengedepankan
pembangunan SDM berkualitas dan berdayasaing; (d) meningkatnya
penguasaan, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (e)
semakin majunya pembangunan infrastruktur.
7. Berbudaya dan Agamais, diukur dengan : (a) semakin kuatnya jatidiri
dan karakter kedaerahan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa; (b) semakin terpeliharanya kerukunan internal dan antar umat
beragama; (c) berkembangnya modal sosial; dan (d) diterapkannya
nilai-nilai luhur budaya daerah.
C. MISI
101
4. Meningkatkan tatanan demokrasi dalam segala aspek kehidupan
dan menjamin tegaknya supremasi hukum.
5. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
kualitas hidup yang layak, bermartabat, serta memenuhi
tercukupinya kebutuhan dasar yaitu pangan, sandang, papan,
kesehatan, pendidikan, dan lapangan pekerjaan.
6. Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi daerah
terutama pengusaha kecil, menengah, dan koperasi dengan
mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada
mekanisme pasar yang berkeadilan, berbasis sumberdaya alam dan
sumberdaya manusia yang produktif, mandiri, maju, dan
berwawasan lingkungan.
7. Meningkatkan kualitas kerukunan beragama, pengembangan seni
budaya dan pariwisata, peran perempuan, pemuda dan olah raga.
8. Meningkatkan dan mengembangkan pembangunan yang lebih
merata ke seluruh wilayah secara proporsional, termasuk
perbatasan, pedalaman, dan terisolir.
9. Mengembangkan sistem informasi dan telekomunikasi secara
terpadu yang senantiasa dimutakhirkan sesuai dengan
perkembangan keadaan dalam upaya mempromosikan daerah.
10. Memantapkan dan meningkatkan ketentraman, keamanan dan
ketertiban masyarakat.
D. TUJUAN
102
peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan mampu
mewujudkan kinerja pemerintah yang memenuhi syarat-syarat
penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance)
3. Mewujudkan masyarakat yang berkemampuan (empowered) dan
berdaya saing tinggi guna mencapai kemandirian dan kesejahteraan
melalui peran aktif pemerintah, swasta dan masyarakat itu sendiri.
4. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat, namun tetap berdasar pada upaya
pemanfaatan yang berkelanjutan.
5. Menumbuh kembangkan potensi ekonomi lokal dalam rangka
mendukung pengembangan ekonomi daerah dan meningkatkan
minat investasi.
6. Mewujudkan keseimbangan pembangunan infrastruktur dengan
tuntutan pertumbuhan ekonomi dan sosial daerah secara bertahap
terutama pembangunan prasarana dasar di seluruh wilayah.
7. Meningkatkan pendapatan daerah untuk memenuhi pembiayaan
pembangunan dan pelayanan publik.
8. Menciptakan kondisi daerah yang kondusif, tentram, aman dengan
meningkat persatuan dan kebersamaan masyarakat dalam
memajukan kabupaten Bone.
E. SASARAN
103
a. Terwujudnya peningkatan kualitas keimanan dan ketakwaan
masyarakat yang tercermin pada penerapan akhlak yang baik
dan peningkatan aktivitas keagamaan.
b. Tingkat pendidikan yang dimiliki masyarakat semakin tinggi
sehingga memiliki kecerdasan, kemampuan dan daya saing
dalam memperoleh pekerjaan dan melakukan kegiatan usaha.
c. Terwujudnya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan
kualitas pelayanan kesehatan sehingga masyarakat memiliki
fisik dan raga yang sehat dan memungkinkan untuk
berpartisipasi dalam pembangunan.
d. Terciptanya masyarakat modern yang berwawasan luas dan
global tapi tetap menjunjung nilai-nilai budaya lokal, sehingga
dapat mempertahankan jati diri sebagai masyarakat Bugis dan
tidak goyah dalam menghadapi pengaruh budaya asing yang
bertentangan dengan sikap dan kepribadian masyarakat
2. Misi : Meningkatkan kinerja pemerintah daerah untuk mewujudkan
3. pemerintah yang profesional, efektif, efisien, akuntabel dan
transparan, melalui pembenahan birokrasi, penguatan kelembagaan
pemerintah daerah dan peningkatan SDM aparatur, serta penegakan
hukum, dengan sasaran :
a. Terwujudnya kelembagaan pemerintah daerah yang sesuai
dengan kebutuhan daerah.
b. Terciptanya instrumen penilaian kinerja dan kompetensi jabatan
yang implementatif
c. Terciptanya sistem kepegawaian yang ideal dan teruji sehingga
menjamin pelaksanaan penjenjangan karir pegawai secara sehat.
d. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai bagi aparatur
pemerintah agar dapat melaksanakan tugas-tugas pemerintahan
dan pembangunan secara optimal.
104
4. Misi : Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
pengembangan perekonomian lokal berdasarkan konsep
pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada
mekanisme pasar dan pemanfataan sumberdaya alam secara
berkelanjutan, dengan sasaran :
a. Kemudahan dalam pelayanan dan pemberian rekomendasi dan
periizinan bagi pelaku ekonomi sehingga meningkatkan minat
masyarakat untuk menggeluti dunia usaha.
b. Semakin menguatnya kelembagaan masyarakat pelaku ekonomi
seperti koperasi, PKM dan jenis usaha lainnya sehingga
mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.
c. Semakin terbuka dan meluasnya pangsa pasar komoditi-
komoditi unggulan dan berdampak terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat.
d. Meningkatnya manajemen kewirausahaan masyarakat
sehingga mendukung pengembangan ekonomi lokal.
e. Pemanfaatan sumber daya alam secara optimal dalam
pengembangan berbagai peluang usaha yang potensial namun
mengutamakan unsur keberlanjutan SDA yang tersedia.
5. Misi : Membangun kesadaran dan komitmen masyarakat untuk
berpartisipasi aktif dalam mendukung pelaksanaan pembangunan
dan penyelenggaraan pemerintahan dengan sasaran
a. Tercipta kesadaran dan komitmen masyarakat untuk pro aktif
dan tanggap terhadap peluang berpartisipasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
b. Aparatur pemerintah mendorong dan membuka peluang bagi
masyarakat untuk berpartisipasi secara langsung dalam
pembangunan.
c. Tersedia produk peraturan yang mendukung pemberdayaan
masyarakat.
105
d. Pemberian peluang partisipasi harus sesuai dengan kemampuan
dan dapat dijangkau oleh masyarakat.
6. Misi : Meningkatkan pelayanan, konsultasi dan asistensi dalam
rangka mengembangkan kemampuan dan daya saing masyarakat,
dengan sasaran :
a. Pembinaan dan asistensi terhadap masyarakat terlaksana
dengan baik sehingga kemampuan dan daya saing masyarakat
meningkat.
b. Masyarakat yang responsif terhadap pemberian pelayanan
prima.
c. Aparatur pemerintah yang mampu memberikan pelayan prima
kepada masyarakat.
d. Tersedia Pedoman pelayanan prima dan standar pelayanan
minimal
e. yang implementatif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
7. Misi :Membangun jejaring (network) antara lembaga, stakeholder
dan dengan daerah lain dalam upaya meningkatkan kerjasama
pengembangan daerah, peningkatan daya saing masyarakat dan
daerah, dengan sasaran :
a. Jejaring/network antara lembaga pemerintah,lembaga
masyarakat, dan lembaga swasta terjalin dengan baik dalam
hal penciptaan peluang bagi masyarakat untuk bersaing dalam
skala regional bahkan global.
b. Jejaring /network dengan daerah lain semakin baik dalam
mendukung terciptanya persaingan regional yang sehat dan
peningkatan kerjasama antar daerah yang saling
menguntungkan dan menguatkan.
c. Terciptanya standar prosedur operasional dalam pemanfaatan
jejaring/network yang dapat dilakukan oleh masyarakat.
d. Tersedianya sarana dan prasarana pelaksanaan jejaring/network
106
8. Misi : Menciptakan iklim yang kondusif untuk mendorong investasi
dan pemanfaatan sumberdaya alam dengan sasaran :
a. Meningkatnya investasi baik dosmestik maupun dari luar yang
berdampak positif terhadap peningkatan kesempatan kerja dan
pendapatan masyarakat .
b. Tersedia data dan informasi yang komperehensif dan akurat
tentang potensi investasi, yang berguna bagi investor dalam
memutuskan bidang investasi yang akan dipilih
c. Pemberian kemudahan bagi investor dalam hal perizinan dan
penyediaan lahan investasi sehingga menjadi suatu nilai
tambah bagi Kabupaten Bone dibandingkan daerah lainnya.
9. Misi : Meningkatan pembangunan sarana dan prasarana secara
merata, sebagai upaya untuk memacu percepatan pertumbuhan
sentra-sentra ekonomi produktif di seluruh wilayah, dengan sasaran:
a. Tersedianya sarana dan prasarana perhubungan yang
memadai dan merata di seluruh wilayah guna mendukung
mobilitas penduduk dan kelancaran distribusi barang dan jasa
sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
b. Meningkatnya kapasitas ekonomi di wilayah perbatasan antar
kabupaten, wilayah terpencil dan tertinggal sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.
c. Meningkatnya produktivitas dan daya saing usaha masyarakat
pada sentra-sentra produksi ekonomi produktif di seluruh
wilayah.
10. Misi : Membina dan mengembangkan budaya lokal sebagai alat
pemersatu dan peningkatan jati diri sebagai Masyarakat Bone
yang berbudaya,dengan sasaran :
a. Meningkatnya pemahaman dan aktualisasi nilai-nilai budaya
lokal yang sesuai dengan kekinian dalam tata kehidupan
masyarakat, terutama generasi muda.
107
b. Terjalinnya persatuan dan rasa kebersamaan dalam
masyarakat untuk bertekad memajukan daerah dan
meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat Bone.
c. Eksistensi budaya lokal senantiasa mewarnai dan menjadi
spirit dalam berbagai aktivitas pemerintahan, pembangunan
dan kemasyarakatan.
108
BAB VII
STRATEGI, PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN
109
c. Sosialisasi, evaluasi dan pengembangan peraturan-peraturan
daerah yang sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan saat ini.
d. Restrukturisasi organisasi dan penataan kembali mekanisme
kerja pemerintah daerah sesuai dengan kebutuhan pelayanan
terhadap masyarakat.
e. Peningkatan koordinasi antara legislatif dan eksekutif dalam hal
kerjasama dengan pihak ke tiga.
f. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat melalui peningkatan
profesionalisme aparatur pemerintah.
g. Penyelenggaraan pembinaan karir aparatur berdasarkan
kesetaraan gender, profesionalisme, prestasi dan pendidikan.
h. Peningkatan kesejahteraan pegawai melalui penciptaan suasana
yang kondusif dan pemberian imbalan ( reward ) yang memadai
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kemampuan
daerah.
i. Menumbuhkembangkan budaya politik yang demokratis dan
meningkatkan pendidikan politik dalam masyarakat.
j. Penciptaan pemerintahan yang baik melalui pengawasan
internal, fungsional dan masyarakat terhadap setiap kebijakan
pemerintah daerah.
k. Peningkatan peran serta masyarakat dalam perencanaan
pembangunan Peningkatan kesadaran masyarakat dalm
menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan secara konsisten
dan bertanggung jawab.
l. Peningkatan pengendalian terhadap potensi dan kondisi
lingkungan.
110
keseluruhan sebgai upaya untuk mewujudkan profesionalisme aparatur
pemerintah dan mewujudan kemandirian serta daya saing masyarakat.
Kebijakan Pembangunan Sumber Daya Manusia, dengan
program sebagai berikut :
a. Perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan
baik formal maupun informal bagi seluruh masyarakat dan
penyelenggaraan pendidikan dasar 9 tahun secara sistematis
dan komprehensif.
b. Peningkatan kualitas tenaga pendidik pada seluruh tingkatan
pendidikan dan peningkatan kesejahteraan.
c. Pembaharuan sistem pendidikan melalui diversifikasi pendidikan
kejuruan, serta memasukkan muatan lokal pada kurikulum yang
tersedia sesuai dengan kepentingan daerah dan kebutuhan
pasar kerja.
d. Pemberdayaan lembaga-lembaga pendidikan sebagai tempat
penyiapan tenaga-tenaga terampil yang berbudaya dan berbudi
pekerti luhur.
e. Pengawasan mutu pendidikan baik yang diselenggarakan oleh
pemerintah maupun swasta dalam rangka mewujudkan sistem
pendidikan yang efektif dan efisien dalam menghadapi
perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus
berkembang.
f. Peningkatan kualitas pendidikan agama yang didukung
ketersediaan sarana dan prasarana pada setiap jenjang
pendidikan.
g. Peningkatan peran dan kedudukan agama sebagai landasan
moral, spiritual dan etika dalam kehidupan masyarakat.
111
C. Kebijakan Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi diorientasikan pada pengembangan
ekonomi lokal yang berbasis kerakyatan, peningkatan daya saing dan
kualitas produk komoditi unggulan daerah, perluasan jaringan bisnis dan
pasar regional maupun global dalam rangka peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Kebijakan Pembangunan Ekonomi, dengan program sbb :
a. Pengembangan sistem ekonomi yang bertumpu pada mekanisme
pasar serta jaminan adanya prinsip persaingan usaha yang sehat
dan perlindungan konsumen sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
b. Penciptaan peluang usaha yang seluas-luasnya melalui regulasi
perisinan yang bersifat transparan.
c. Pemberdayaan pengusaha kecil, menengah dan koperasi agar
efisien, produktif dan berdaya saing.
d. Pengembangan dan penelitian potensi ekonomi daerah yang
mengarah pada kemandirian ekonomi lokal.
e. Pelaksanaan pendataan ulang, verifikasi dan pengembangan
aset pemerintah daerah agar dapat dikelola dan dimanfaatkan
secara optimal bagi kepentingan masyarakat.
f. Pembinaan dan pengembangan semangat dan jiwa
kewirausahaan dalam masyarakat agar terwujud masyarakat
yang mandiri dan kompetitif.
g. Penataan kinerja Badan Usaha Milik Daerah agar menjadi
Badan Usaha yang profesional, efisien dan transparan.
112
membangun kekuatan dan kemandirian lokal menuju kehidupan
masyarakat madani.
Kebijakan Pembangunan Sosial Budaya, dengan sasaran
sebagai berikut:
a. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan kebersihan
lingkungan secara optimal melalui penyediaan tenaga terdidik
dan terampil dalam menangani kesehatan, penyediaan obat-obat
yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat.
b. Peningkatan mutu pelayanan lembaga - lembaga kesehatan
melalui peningkatan sumberdaya manusia, penyediaan sarana
dan prasarana.
c. Pembinaan dan peningkatan kerjasama dengan pihak terkait
dalam hal penanganan pengawasan makanan dan minuman
berbahaya bagi kesehatan, penyalahgunaan narkotika,
psikotropika dan zat aditif lainnya.
d. Pembinaan dan pengembangan kemampuan lembaga tripartit
dalam hal keamanan, keselamatan kerja dan jaminan sosial
pekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku.
e. Peningkatan administrasi kependudukan dan manajemen
pengelolaan kependudukan.
f. Pengembangan dan pembinaan nilai-nilai seni dan budaya
daerah warisan masa lalu sebagai wahana apresiasi kehidupan
masyarakat, yang disesuaikan dengan moral etika dan estetika
masa kini.
g. Pengembangan dan pemeliharaan seni budaya daerah sebagai
daya tarik wisata melalui pembinaan yang komperehensif dan
berkesinambungan terhadap lembaga dan organisasi seni
budaya.
113
h. Pengembangan pariwisata melalui pendekatan sistem yang utuh
dan terpadu secara lintas sektoral, bersifat partisipatoris dan
berkelanjutan.
i. Pemberdayaan dan peningkatan peran perempuan dalam
semua bidang kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan
pemerintahan.
j. Penciptaan kualitas generasi muda yang mandiri, berdaya saing
dan memiliki keunggulan kompetitif.
k. Menumbuhkembangkan budaya olahraga sejak dini melalui
pendidikan olahraga baik di sekolah maupun dalam masyarakat.
l. Pembinaan secara sistematis, komperehensif dan
berkesinambungan terhadap organisasi - organisasi olahraga.
114
d. Peningkatan serta pemeliharaan sarana dan prasarana umum
yang ada.
e. Peningkataan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan
hidup yang sesuai dengan teknologi yang ramah lingkungan.
f. Pengawasan terhadap pemanfaatan potensi dan kerusakan
kondisi lingkungan .
6. Kebijakan Keuangan Daerah dengan program sebagai berikut :
a. Peningkatan prakarsa dan partisipasi masyarakat dalam
pembiayaan pembangunan.
b. Penciptaan iklim usaha yang kondusif untuk meningkatkan
pembiayaan pembangunan oleh swasta.
Peningkataan PAD melalui optimalisasi sumber pendapatan daerah
secara rasional dan memperhatikan kemampuan masyarakat, serta tidak
menimbulkan dampak ekonomi biaya tinggi dan kerusakan lingkungan.
115
BAB VIII
ARAH DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
116
memperluas kesempatan belajar bagi anak usia 7-15 tahun di SD
dan SMP; mengurangi secara bertahap jumlah anak yang putus
sekolah dan menuntaskan masalah pendidikan bagi anak usia 10-14
tahun yang terpaksa bekerja; serta meningkatkan kepedulian
masyarakat akan hak anak.
2. Peningkatan Kesehatan Jasmani dan Mental. Meningkatkan
cakupan dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat terutama
penduduk miskin; mengembangkan cara pelayanan kesehatan yang
efektip dan efisien sehingga sesuai dengan keadaan setempat;
mengembangkan cara penyelenggaraan pendidikan dan penyuluhan
kesehatan yang sesuai dengan perkembangan teknologi dan
informasi yang edukatif; menanamkan kebiasaan pola hidup bersih
dan sehat, pola makan dengan gizi seimbang di lingkungan keluarga;
serta meningkatkan upaya terpadu untuk makin menjamin kecukupan
pangan dan perbaikan gizi masyarakat antara lain dengan
mengarahkan pembangunan pertanian dan diversifikasi makanan.
Kegiatan olahraga ditingkatkan dan dimasyarakatkan sejak dini,
melalui pendidikan di sekolah dan di luar sekolah guna meningkatkan
kesegaran jasmani. Sejalan dengan itu, ditingkatkan pula fasilitas
olahraga yang terjangkau oleh kemampuan ekonomi masyarakat.
3. Peningkatan Pendapatan. Bagi penduduk miskin, penanganannya
dilakukan melalui pemberian keterampilan praktis; menumbuhkan
sikap produktif dan mandiri melalui pendidikan dan latihan;
memberikan kesempatan kerja dan berusaha; serta meningkatkan
pelayanan sosial dengan mutu yang memadai.
117
untuk mewujudkan keluarga sejahtera bagi masyarakat; memupuk
kesadaran keluarga berencana sejak dini; meningkatkan
keseimbangan persebaran penduduk melalui penyediaan industri
pertanian perdesaan; meningkatkan keterampilan dan pemberian
kesempatan kerja; serta memasyarakatkan norma keluarga kecil,
bahagia, dan sejahtera.
2. Pembangunan Ketenagakerjaan. Kebijakan pembangunan
ketenagakerjaan terdiri dari upaya-upaya yang terpadu dan saling
menunjang antar berbagai aspek pembangunan untuk membina iklim
perluasan lapangan kerja; meningkatkan efisiensi dan produktivitas;
meningkatkan kualitas tenaga kerja; mendayagunakan tenaga kerja
produktif, dan mengembangkan kesejahteraan tenaga kerja.
3. Peningkatan Peranan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Diupayakan melalui peningkatan kemampuannya, baik pengetahuan
maupun keterampilan melalui pendidikan dan latihan; meningkatkan
aksesibilitas dan kontrol yang memungkinkan perempuan sebagai
mitra sejajar dengan laki-laki untuk bersama-sama berperan serta
dalam pembangunan sesuai dengan kodrat dan martabatnya tanpa
melupakan peran bersama dalam mewujudkan keluarga sejahtera
yang beriman, sehat, dan bahagia.
4. Peningkatan kualitas Aparatur. Meningkatkan kualitas aparatur
pemerintah secara kontinu dengan melaksanakan pendidikan dan
pelatihan, memantapkan peran struktural dan fungsionalnya secara
berimbang, melaksanakan penempatan aparat pemerintah secara
tepat melalui analisis jabatan untuk mengoptimalkan perannya
sebagai pelayan masyarakat.
5. Peningkatan perhatian kepada penduduk Usia Lanjut dan
Penyandang Cacat. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
kesejahteraan penduduk usia lanjut dan penyandang cacat melalui
pelatihan; memberikan penyuluhan kepada masyarakat umum
118
terutama kepada anak-anak untuk memiliki jiwa sosial yang tinggi
seperti sikap menghargai penderita cacat dan memperlakukannya
seperti warga masyarakat lainnya yang tidak cacat; dan
menggerakkan peranserta masyarakat dalam upaya sosial.
Di samping itu, perhatian khusus diberikan dengan menyediakan
sarana khusus di tempat umum; memberikan kemudahan dan
keringanan pelayanan sosial lainnya; serta memberikan kesempatan
untuk berperanserta dalam kegiatan pembangunan bagi yang mampu
bekerja sesuai dengan kondisi dan kemampuannya.
6. Peningkatan pemahaman nilai Agama dan Budaya. Menanamkan
sejak dini nilai-nilai agama, moral, dan nilai budaya daerah, baik
melalui jalur pendidikan formal maupun non formal guna mewujudkan
masyarakat dengan kualitas yang utuh. Hal tersebut dilakukan
melalui pendekatan komprehensif, yaitu memasukkan unsur
keimanan dan ketaqwaan pada metode pengajaran, membekali guru
dan tenaga kependidikan lainnya dengan nilai-nilai agama dan nilai-
nilai luhur budaya sehingga mempunyai rasa, jiwa, prilaku, budi
pekerti yang baik, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, serta mendorong penyediaan sarana ibadah antara lain di
lingkungan keluarga, lembaga pendidikan, tempat bekerja, dan
tempat umum. Di samping itu, ditingkatkan pula peran orang tua,
pendidikan dalam keluarga dan masyarakat, pendidikan pesantren
dan pendidikan keagamaan lainnya.
119
usaha, serta meningkatkan pendapatan dan taraf kesejahteraan
masyarakat pada umumnya serta dukungan dari masyarakat.
Kebijaksanaan ekonomi dalam bidang perdagangan, keuangan dan
investasi, ketenagakerjaan, industri, pertanian, pengembangan
usaha, dan jasa-jasa, diarahkan untuk mewujudkan peningkatan
pemerataan dan penanggulangan kemiskinan.
2. Pengembangan sarana dan prasarana baik fisik seperti jalan, jaringan
transportasi, listrik, pengairan, air bersih, kesehatan, dan pendidikan,
maupun non-fisik seperti kelembagaan ekonomi dan sosial
masyarakat ditingkatkan secara lebih merata. Pengembangan sarana
dan prasarana tersebut diutamakan yang langsung menyentuh
kepentingan golongan masyarakat berpendapatan rendah seperti
jalan desa, transportasi perintis, pengairan desa, dan pelabuhan
rakyat, yang diupayakan untuk dapat dimanfaatkan secara optimal,
berkelanjutan dan merata oleh semua golongan masyarakat.
1. Ketahanan pangan dan gizi dimantapkan dalam arti luas, yaitu tidak
hanya terbatas pada peningkatan produksi dan kualitas beras, tetapi
juga mencakup pemenuhan kebutuhan bahan pangan lainnya,
termasuk hasil hortikultura dan bahan makanan lain yang merupakan
sumber karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi mikro. Untuk itu,
produksi pangan terus ditingkatkan melalui upaya pemanfaatan
sumber daya pertanian dengan pola pengusahaan yang berorientasi
agrobisnis, keterpaduan, dan dikembangkan sesuai dengan sumber
daya setempat, termasuk pemanfaatan lahan pekarangan.
2. Sejalan dengan itu diupayakan adanya peningkatan investasi
swasta, Perusda, dan koperasi di bidang pertanian pangan.
Peningkatan investasi tersebut diarahkan untuk perluasan areal
pertanian pangan, yang disesuaikan dengan kondisi tanah, pola tata
120
ruang, dan upaya pelestarian lingkungan hidup. Pengembangan
usaha pertanian pangan tersebut dilaksanakan dengan
memperhatikan dan mendapat dukungan sepenuhnya dari peran
serta aktif petani sehingga menciptakan kemitraan dan kebersamaan
antara perusahaan dan petani. Peningkatan produksi pangan
memerlukan perluasan areal pertanian pangan, yang didukung oleh
pengembangan prasarana irigasi, perhubungan dan kelembagaan
petani, serta peningkatan penyediaan teknologi dan dana investasi.
3. Perhatian lebih besar diberikan pada penyuluhan gizi masyarakat
yang merupakan kegiatan pokok dalam upaya meningkatkan
keadaan gizi penduduk. Pada penyuluhan gizi masyarakat perhatian
utama diberikan pada upaya pencegahan dan penanggulangan
masalah gizi-salah yang meliputi masalah gizi-kurang dan gizi-lebih
antara lain melalui penganekaragaman pola konsumsi pangan.
Khusus untuk tujuan penganekaragaman pola konsumsi pangan,
kegiatan penyuluhan gizi antara lain ditekankan pada upaya
melestarikan dan mengembangkan keanekaragaman makanan
trasidional. Selain itu perlu diperhatikan pula upaya guna menajamin
agar penyediaan dan konsumsi pangan penduduk aman dari
berbagai pencemaran bahan berbahaya yang merugikan kesehatan.
Selanjutnya perkembangan komunikasi, informasi, dan edukasi,
dimanfaatkan secara optimal guna meningkatkan jangkauan dan
efektifitas kegiatan penyuluhan gizi. Pesan gizi disesuaikan dengan
nilai-nilai agama, kepercayaan, dan keyakinan serta kebiasaan
setempat. Oleh karena itu, pemanfaatan media massa dimanfaatkan
sebesar-besarnya, baik media cetak, elektronik maupun media massa
tradisional berupa kesenian-kesenian daerah.
4. Upaya penanggulangan masalah gizi-kurang ditingkatkan, yaitu (a)
gangguan akibat kurang iodium; (b) anemia gizi besi dan kurang
vitamin A; dan (c) kurang energi dan protein. Oleh karena masalah
121
gizi tersebut umumnya erat kaitannya dengan masalah kemiskinan.
Penanggulangannya sejauh mungkin dipadukan dengan upaya
penanggulangan kemiskinan di daerah perdesaan.
5. Produktivitas dan efisiensi pengelolaan upaya perbaikan gizi
ditingkatkan, antara lain melalui peningkatan jumlah dan mutu tenaga
gizi yang professional untuk berbagai jenjang dan tingkatan;
peningkatan kegiatan penelitian unggulan di bidang pangan dan gizi;
pengembangan penerapan teknologi pangan pascapanen untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi pangan yang beraneka ragam dan
bergizi; pengefektifan koordinasi berbagai kegiatan upaya perbaikan
gizi dalam sektor-sektor pertanian, industri, perdagangan, kesehatan,
kependudukan dan keluarga sejahtera, pendidikan, agama dan
lainnya. Selain itu, dalam pengelolaan upaya perbaikan gizi
ditingkatkan kemitraan antara pemerintah dan swasta.
122
pengusaha menengah dan kecil dalam pembangunan diupayakan
perluasan akses terhadap faktor produksi termasuk pemanfaatan
sumber daya alam secara optimal, teknologi, dan pasar;
penyempurnaan kebijaksanaan yang mendukung; dan penyediaan
sarana dan prasarana yang memadai.
3. Khusus untuk mengembangkan peran pengusaha kecil khususnya
pengusaha tradisional, dilakukan upaya dengan menata dan
mengembangkan kelembagaan usaha; meningkatkan kemampuan
pemupukan dan pemanfaatan modal; mengembangkan sarana dan
prasarana pemasaran; meningkatkan akses terhadap sumber
permodalan; memberikan kemudahan dan perlindungan usaha; serta
meningkatkan kerja sama, keterkaitan, kemitraan usaha dengan
koperasi, pengusaha menengah, dan perusda.
F. PENGEMBANGAN PERDAGANGAN
123
3. Meningkatkan daya saing dan diversifikasi komoditas ekspor dengan
cara : meningkatkan produktivitas di sektor produksi;
menyederhanakan prosedur pengumpulan, pengadaan; dan
penyaluran barang.
4. Memperluas pasar barang-barang produksi; menyelenggarakan dan
mengikuti kegiatan pameran dagang secara kontinyu; membina serta
mengembangkan sistem informasi pasar secara terpadu; dan
meningkatkan kontak-kontak dagang.
5. Meningkatkan kegiatan pengumpulan dan penyebaran informasi
untuk pengembangan ekspor.
G. PEMBANGUNAN KOPERASI
124
3. Meningkatkan kemampuan organisasi dan manajemen, antara lain
dengan meningkatkan kemampuan kewirausahaan dan
profesionalisme anggota, pengurus, pengawas, dan karyawan
koperasi; mendorong koperasi agar benar-benar menerapkan prinsip
koperasi dan kaidah usaha ekonomi; mendorong proses
pengembangan karir karyawan koperasi; mendorong terwujudnya
tertib organisasi dan tata hubungan kerja yang efektif; mendorong
berfungsinya perangkat organisasi koperasi; meningkatkan partisipasi
anggota; mendorong terwujudnya keterkaitan antarkoperasi, baik
secara vertical maupun horizontal dalam bidang informasi, usaha dan
manajemen; meningkatkan kemampuan lembaga gerakan koperasi
agar mampu berfungsi dan berperan dalam memperjuangkan
kepentingan dan membawa asipirasi koperasi; dan meningkatkan
pemahaman terhadap nilai-nilai dan semangat koperasi melalui
peningkatan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan perkoperasian,
baik bagi anggota koperasi, pengelola koperasi maupun masyarakat.
125
produksi daerah dalam melaksanakan transformasi kemampuan pada
berbagai industri yang dalam jangka panjang akan menghadapi
persaingan global dan daya saing sektor produksi secara luas.
126
dan nipah sehingga fungsinya sebagai penghalang gelombang,
habitat dan pembiakan ikan sekaligus sebagai potensi wisata, dapat
terjamin; serta menyusun dan menetapkan tata ruang laut yang
berwawasan lingkungan untuk dijadikan pedoman bagi perencanaan
pembangunan agar penataan lingkungan hidup dan pemanfaatan
sumber daya laut dapat dilakukan secara aman, tertib, efisien, dan
efektif.
Pembangunan Perkotaan
127
bagi pembangunan, memberikan kepastian hukum, dan menunjang
terwujudnya kelestarian lingkungan hidup.
Pembangunan Perdesaan
128
dengan penetapan kawasan lindung dan pemanfaatan kawasan budi
daya serta penempatan lokasi pembangunan yang tepat dalam pola
tata ruang daerah.
2. Pengembangan sumberdaya air akan dilaksanakan dengan
memusatkan perhatian pada sungai yang mempunyai fungsi strategis
dan atau yang telah mengalami degradasi fungsi. Selain itu, akan
ditingkatkan pula pencegahan intrusi air laut ke dalam air bawah
tanah, terutama pada kawasan padat pembangunan. Hal itu
dilakukan melalui penataan ruang, pengembangan teknologi,
penetapan baku mutu lingkungan dan baku mutu limbah.
3. Rehabilitasi lahan kritis dengan pendekatan pengelolaan DAS akan
ditingkatkan dan dilakukan secara lebih terpadu demikian pula halnya
dengan penanganan lahan pasca tambang.
4. Pengamanan sumber daya laut dan pesisir yang berupa terumbu
karang, rumput laut dan hutan bakau dari perusakan dan
pemanfaatan yang berlebihan akan ditingkatkan untuk mencegah
kerusakan sumber daya alam tersebut dan memelihara
kelestariannya.
L. PENATAAN RUANG
129
mampu dan terlatih. Dalam pengembangan dan pemanfaatan
kemampuan kelembagaan diperjelas batas wewenang dan kewajiban
masing-masing untuk menghindari tumpang tindih wewenang dan
kewajiban antarlembaga dalam penataan ruang.
3. Peran serta masyarakat sangat penting dalam penataan ruang.
Dalam rangka mengikutsertakan masyarakat dan dunia usaha dalam
penataan ruang dikembangkan mekanisme yang melibatkan
masyarakat pada tahap tertentu dalam proses perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Peran serta masyarakat dikembangkan untuk menegakkan dan
memasyarakatkan ketentuan yang telah diatur di dalam rencana tata
ruang sehingga dapat berjalan dengan baik karena mendapat
dukungan masyarakat yang seluas-luasnya.
4. Untuk mendukung pengelolaan tata ruang dalam mengatur
keterpaduan serta keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
penggunaan sumber daya yang ada, baik di daratan maupun di
lautan, perangkat peraturan perundang-undangan dikembangkan dan
disempurnakan sehingga memberi arah yang jelas dan memberi
kepastian. Upaya ini meliputi pula penyerasian berbagai peraturan
perundang-undangan yang ada serta penegakan hukum untuk
menjamin bahwa pembangunan berjalan dalam kerangka tata ruang
yang telah disepakati dan ditetapkan.
Politik
130
2. Meningkatkan pendidikan politik dan partisifasi politik masyarakat
dengan mengembangkan komunikasi politik yang lebih sehat menuju
terwujudnya budaya politik yang kondusif terhadap kehidupan
masyarakat dan pembangunan.
3. Meningkatkan kemandirian partai-partai politik agar dapat
melaksanakan fungsinya dalam meningkatkan kesadaran dan
partisipasi politik masyarakat.
4. Meningkatkan dan memantapkan pemahaman warga negara RI
mengenai wawasan kebangsaan, jati diri bangsa, pembaharuan
bangsa dengan mengaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara dilandasi ketahanan bangsa yang kuat, bermuara dan
fokus kepada kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa serta
utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
131
N. HUKUM
132
khususnya masyarakat berpendapatan rendah dan meningkatkan
sistem permukiman yang teratur, layak huni, berbudaya, ramah
lingkungan dan efisien, melalui :
1. Pengembangan sistem penyediaan, pembangunan dan perbaikan
huni layak, murah dan terjangkau oleh masyarakat, khususnya
masyarakat berpendapatan rendah;
2. Mengembangkan sistem subsidi hunian bagi masyarakat miskin;
3. Meningkatkan kemampuan pengelolaan pelayanan prasarana dan
sarana permukiman di kawasan perkotaan dan perdesaan;
4. Pengendalian pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan
perdesaan yang berlebihan;
5. Meningkatkan kerjasama investasi dan pengelolaan pelayanan
sarana dan prasarana pemukiman antar pemerintah swasta dan
masyarakat.
133
penanggulangan terjadinya bencana alam dan kerusuhan massa
dengan tetap berpedoman pada perlindungan hak asasi manusia.
134
BAB IX
PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
135
3. Program Kewilayahan dan Lintas Wilayah
Dalam program kewilayahan ini dilakukan pada program-progam
yang bukan hanya berbasis satuan kerja yang ada, tetapi bisa lintas
satuan kerja dan wilayah. Penanganan air bersih, sampah, transportasi,
penanggulangan banjir merupakan isu yang harus ditangani secara
wilayah. Jika hal itu hanya ditangani dengan pendekatan sektoral maka,
problematika yang ada tidak bisa diselesaikan secara efektif dan efisien.
Program kewilayahan menggambarkan bagaimana daerah harus
terus melakukan kerjasama dengan daerah lain (inter-regional network).
Dengan memiliki jaringan dengan daerah lain yang baik, maka
diharapkan pelayanan publik (sampah, air bersih, jalan, energi, dsb)
semakin baik.
Dibawah ini diuraikan program berupa kebijakan yang ada pada
dokumen RPJMD ini. Beberapa kebijakan merupakan kewenangan suatu
SKPD, sedangkan yang lain merupakan kebijakan lintas SKPD. Untuk
aspek perwilayahan, program-program lintas sektoral (lintas SKPD) akan
lebih bermanfaat dari pada program-program SKPD. Untuk itu, kerjasama
antar daerah merupakan faktor kunci keberhasilan program ini.
A. Peningkatan Kualitas Hidup
1. Peningkatan Kualitas Pendidikan
1. Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
2. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun
3. Program Pendidikan Menengah
4. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan.
5. Program Pendidikan Luar Sekolah (PLS).
6. Program Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Pendidik.
7. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan.
8. Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan
Perpustakaan.
9. Program Pendidikan Non Formal
136
2. Peningkatan Kesehatan Masyarakat
1. Program Upaya Kesehatan Masyarakat.
2. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan.
3. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular.
4. Program Lingkungan Sehat dan Promosi Kesehatan.
5. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin
6. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kesehatan.
7. Program Pengawasan Obat dan Makanan.
8. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita dan
Lansia.
9. Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak.
137
3. Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender
dan Anak.
4. Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender dalam
Pembangunan.
5. Program Peningkatan Peran Perempuan di Pedesaan.
4. Peningkatan kualitas aparatur
1. Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan.
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Pemerintahan
3. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah
Daerah.
4. Program Peningkatan Kapasitas Keuangan Pemerintah Daerah.
5. Program Peningkatan Pelayanan Administrasi.
6. Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur.
7. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur.
5. Peningkatan perhatian kepada penduduk usia lanjut dan
penyandang cacat
1. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial.
2. Program Pembinaan Para Penyandang Cacat dan Trauma.
3. Program Pembinaan Panti Asuhan/ Panti Jompo
6. Peningkatan pemahaman nilai agama dan budaya
1. Program Pengembangan Nilai-nilai Agama dan Budaya.
2. Program Pengelolaan Kekayaan Budaya dan Keragaman
Budaya.
3. Program Pengembangan Kerjasama Pengelolaan Kekayaan
Budaya.
4. Program Peningkatan Pelayanan dan Kualitas Kehidupan
Beragama.
5. Program Bantuan Sarana dan Prasarana Keagamaan.
6. Program Peningkatan Kerukunan Umat Beragama.
138
C. Pemerataan Pembangunan dan Penanggulangan Kemiskinan
1. Penanggulangan kemiskinan dalam bidang ekonomi
1. Program Pemenuhan Pelayanan Dasar Bagi Masyarakat Miskin.
2. Program Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Bagi
Masyarakat Miskin.
3. Program Pengembangan Infrastruktur Perdesaan bagi
Masyarakat Miskin.
4. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Desa.
5. Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan
7. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
2. Pengembangan sarana dan prasarana
Prasarana Jalan dan Jembatan
1. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan
2. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan.
3. Program Pembangunan Saluran Drainase.
4. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan
Transportasi Darat
- Lalu Lintas Angkutan Jalan
1. Program Pengelolaan Sarana dan Prasarana Tranportasi
Darat.
2. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan
Fasilitas LLAJ.
3. Program Kelaikan Pengoperasian Kendaraan Bermotor.
4. Program Pengendalian dan Pengamanan Lalu Lintas
5. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas
Perhubungan.
Transportasi Laut
1. Pembangunan dan Rehabilitasi Fasilitas Penunjang
Dermaga/Pelabuhan.
139
Transportasi Udara
1. Program Pembangunan, Rehabilitasi, Pemeliharaan
Prasarana dan Fasilitas Transportasi Udara.
Sumberdaya Air
1. Pembangunan dan Rehabilitasi Fasilitas Penunjang
Dermaga/Pelabuhan
2. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi.
3. Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku
4. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan
Air Limbah.
3. Perencanaan pembangunan
1. Program Perencanaan Pembangunan Daerah.
2. Program Perencanaan Ekonomi, Sosial Budaya, Prasarana
Wilayah dan Sumberdaya Alam.
3. Program Kerjasama Pembangunan.
140
5. Program Peningkatan Daya Saing Produksi Daerah.
6. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
F. Pengembangan Perdagangan
1. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri.
2. Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor.
3. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan
4. Program Pembinaan Pedagang Kaki Lima dan Asongan.
G. Pembangunan Koperasi
1. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan
Kompetitif UKM.
2. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha
Mikro Kecil Menengah.
3. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi.
141
J. Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan
1. Program Penataan Lingkungan Permukiman Perkotaan dan
Perdesaan.
2. Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih Perkotaan
dan Perdesaan.
3. Program Pembangunan Pasar Perdesaan.
4. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan.
5. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan.
6. Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Membangun
Desa
7. Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa
8. Program Perencanaan Pengembangan Perkotaan.
9. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan.
10. Program Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat
Tumbuh.
142
2. Program Pemanfaatan Ruang
3. Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
N. Pembinaan Hukum
1. Program Pembentukan Produk Hukum dan Legislasi Daerah
2. Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan
3. Program Peningkatan Kesadaran dan Penegakan Hukum
4. Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat.
5. Program Penyelesaian Konflik-Konflik Pertanahan.
143
3. Program Pemberdayaan Masyarakat Untuk Menjaga Ketertiban dan
Keamanan.
4. Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana
Alam.
144
BAB X
PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH
145
B. Aspek Pelayanan Umum
146
147
148
149
C. Aspek daya Saing Daerah
150
151
152
BAB XI
PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN
ii
Sebagaimana dijelaskan di atas, RPJMD ini juga akan menjadi acuan
bagi penyusunan RKPD yang merupakan kegiatan pokok tahunan. Dengan
demikian, Bupati nantinya akan mampu melihat tingkat keberhasilan yang
dicapai dari indikator kinerja tahunan maupun 5 (lima) tahunan yang sudah
ada dalam RPJMD.
BUPATI BONE
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................ i
DAFTAR ISI ................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ..................................................... 1
B. PENGERTIAN .............................................................. 7
C. MAKSUD DAN TUJUAN .............................................. 7
iv
ii
D. KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ................................. 56
v
iii
D. TUJUAN ....................................................................... 102
E. SASARAN ..................................................................... 103
vi
iv
BAB IX PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH ......................... 135
1. PROGRAM SKPD ......................................................... 135
2. PROGRAM LINTAS SKPD ............................................ 135
3. PROGRAM KEWILAYAHAN DAN LINTAS WILAYAH... 136
vii
v
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH DAERAH (RPJMD) 2008-2013
KABUPATEN BONE
viii