You are on page 1of 160

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kegiatan pemerintahan adalah kegiatan yang berkesinambungan
(suistanable governmental activity). Sejak terjadinya kesepakatan antara
anggota kelompok masyarakat, untuk menciptakan suatu suasana yang
tertib, sebagai jawaban suasana tidak tertib (inorder society) pada masa
sebelumnya, maka pada saat itulah kegiatan pemerintahan telah
berlangsung.
Kegiatan pemerintahan dimaksud, berlangsung secara evaluatif,
sesuai dengan tuntutan dan perkembangan keadaan. Pemangku jabatan
pemerintahan yang pada dasarnya memiliki priodisasi masa jabatan.
Namun, esensi kegiatan pemerintahan untuk menjaga ketertiban dan
memberikan pelayanan kepada masyarakat (public service) terus-
menerus terlaksana.
Adanya priodisasi kegiatan pemerintahan pada intinya
dimaksudkan untuk memberikan batasan jangka waktu pelaksanaan
kegiatan pemerintahan. Priodisasi kegiatan pemerintahan masa kini
adalah lanjutan masa sebelumnya, dan dasar bagi kegiatan
pemerintahan pada masa mendatang.
Dengan berdasar pada kerangka fikir tersebut di atas, masa
jabatan Bupati Bone 2003-2008, yang akan berakhir pada 16 April 2008,
kembali memasuki fase/proses pencalonan Bupati Bone untuk masa
jabatan 2008-2013.
Sesuai dengan Rencana Strategis Pemerintah Kabupaten Bone
2003-2008, yang menetapkan 11 (sebelas) bidang prioritas menjadi
dasar untuk menentukan prioritas pemerintahan lima tahun ke depan.
Dengan tetap menyikapi lingkungan strategis dan kecenderungan

1
fenomena ke depan, serta upaya eliminasi persoalan substansional yang
mengambat pelaksanaan program periode 2003-2008.
Pada lima tahun ke depan, isu-isu strategis masih pada aspek
demokratisasi, perlindungan hak-hak asasi manusia, pengentasan
kemiskinan, pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan,
peningkatan derajat kesehatan, serta kelestarian lingkungan hidup dan
perwujudan pemerintahan yang bersih.
Pada lima tahun ke depan, penanganan isu-isu strategis
dimaksud sangat relevan dengan isu-isu aktual di daerah yang sejalan
dengan tujuan pembangunan millennium (millennium development
goals-MDGs) yang harus diwujudkan hingga 2015 yaitu :
1. Memberantas kemiskinan dan kelaparan
2. Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua
3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
4. Menurunkan angka kematian anak
5. Meningkatkan kesehatan ibu
6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lain,
7. Menjamin kelestarian lingkungan hidup dan
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
Tujuan dan harapan dimaksud pada dasarnya relevan dengan
hakekat pembangunan itu sendiri, termasuk pembangunan daerah.
Hakekat atau tujuan dasar pembangunan suatu daerah adalah menjaga
keberlangsungan dan keberadaan tatanan yaitu interkoneksitas antar
berbagai komponen yang saling berhubungan dalam suatu batas
(daerah) yang jelas. Pembangunan seyogyanya dilihat sebagai upaya
untuk meningkatkan kualitas tatanan dalam arti peningkatan kapasitas
diri agar senantiasa mampu beradaptasi secara kreatif terhadap
perubahan lingkungan, sehingga dapat menciptakan peluang dari
proses perubahan itu. Dengan kata lain pembangunan adalah upaya
untuk mempertahankan keberadaan (eksistensi) atau keberlangsungan

2
tatanan yang dilakukan dengan reorganisasi diri secara kontinyu agar
senantiasa dapat menjaga interkoneksitas dengan lingkungannya.
Kualitas tatanan dapat dilihat berdasarkan 3 (tiga) kriteria;
Pertama, adalah tatanan yang mampu memberikan keadilan kepada
semua komponen pembentuknya. Keadilan diwujudkan dalam bentuk
penyediaan berbagai pilihan kepada masyarakat di bidang sosial,
ekonomi dan budaya. Selain itu, masyarakat memiliki kemandirian untuk
melakukan pilihan termasuk penyaluran aspirasinya. Dalam tatanan
kehidupan yang demikian semua kelompok masyarakat berperan serta
dalam pembangunan, sehingga dapat menikmati keberadaannya dalam
tatanan tersebut.
Kedua, adalah tatanan yang mampu meningkatkan
interkoneksitas baru yang dapat menciptakan sumber daya baru. Ketiga,
tatanan memiliki self-organizing capacity yang besar sehingga mampu
menyesuaikan diri, beradaptasi secara kreatif dengan tuntutan baru
akibat adanya perubahan lingkungan. Namun perubahan yang terjadi
harus tetap mengacu pada identitas tatanan itu sendiri.
Dalam paradigma pembangunan yang demikian, pelaku
pembangunan adalah tatanan itu sendiri dalam hal ini masyarakatnya.
Masyarakatlah yang membangun tatanannya atau membangun dirinya
sendiri.
Demikian pula esensi yang terkandung dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menegaskan
perlunya demokratisasi, pemberdayaan masyarakat (empowering
people), pelayanan prima dan hubungan eksekutif-legislatif yang
didasarkan sinergisme. Hal ini tentu sangat berpengaruh kepada proses
manajemen pembangunan di daerah, mulai dari aspek perencanaan,
pelaksanaan, sampai kepada pengendalian dan pengawasannya yang
kesemuanya bermuara kepada terwujudnya Tata Pemerintahan yang
Baik (good governance). Perwujudan tersebut tentunya memerlukan

3
harmonisasi tiga domain yakni unsur pemerintah, swasta, dan
masyarakat (civil society) dalam suatu komitmen yang kuat atas dasar
transparansi, akuntabilitas dan partisipasi dari semua stakeholder dalam
setiap proses manajemen pemerintahan dan pembangunan.
Penyelenggaraan kewenangan daerah yang implementasinya
secara nyata telah memasuki tahun kelima, berbagai aktivitas
penyelenggaraan pemerintahan maupun pengelolaan pembangunan di
Kabupaten Bone, telah cukup banyak hasil dapat diperoleh dalam
berbagai skala yang cukup variatif. Keberadaan berbagai aktivitas
tersebut, pada hakekatnya untuk makin meningkatkan manfaat otonomi
daerah bagi kesejahteraan masyarakat, sebagai komponen terpenting
bagi keberadaan pemerintah daerah.
Walaupun disadari bahwa meningkatkan kesejahteraan
masyarakat merupakan aktivitas yang multidimensional serta
memerlukan kurun waktu yang harus berkesinambungan, karena
di dalamnya terkait dengan akumulasi yang saling berkepentingan antara
kebijakan pada tataran struktural, kondisi kultur masyarakat terhadap
konsep dan prasyarat perubahan itu sendiri. Serta faktor eksternal
pemerintahan dan kemasyarakatan yang tumbuh dari pengaruh dan
interaksi dengan masyarakat global dengan penuh persaingan dan
makin terbukanya peluang dalam berbagai aspek.
Salah satu perubahan yang akan berpengaruh terhadap
manajemen pemerintahan dalam mengelola pembangunan di daerah,
khususnya dalam perspektif teknik akselerasi fungsi manajemen dan
pemanfaatan kapasitas sumberdaya di daerah. Yaitu adanya design
sistem perencanaan strategis daerah secara tepat dari Pemerintah
Kabupaten Bone yang dikenal dengan Rencana Strategis (RENSTRA)
Daerah.
Pada dasarnya penyusunan Renstra Pemerintah Kabupaten
Bone, tidak saja akan menjadi pedoman kerja Pemerintah Kabupaten

4
Bone selama kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan. Melainkan juga
menjadi kerangka acuan bagi masyarakat Kabupaten Bone untuk
mengetahui arah pembangunan yang ingin diwujudkan Pemerintah
Daerah bersama seluruh komponen masyarakat melalui pemanfaatan
sumberdaya daerah selama kurun waktu yang sama.
Agar rencana strategis dimaksud dapat menjadi pedoman kerja
dan kerangka acuan bagi biduk pemerintahan, maka pemahaman
tentang aspek kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman
yang timbul dari lingkungan internal dan eksternal pemerintahan,
dideskripsikan dalam Renstra ini. Melalui deskripsi yang akurat disertai
asumsi serta nilai-nilai yang melekat dalam budaya Pemerintah Daerah
Kabupaten Bone, maka Visi Daerah akan dapat terurai daya capaiannya
secara optimal.
Dalam kaitan itu, dalam penyusunan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bone 2008-2013
dibutuhkan integrasi muatan kondisi yang ada pada saat ini serta
prediksi peluang dan tantangan yang ingin dikelola secara efektip oleh
Pemerintah Daerah beserta stakeholdernya. Sehingga diharapkan dapat
berimplikasi kepada capaian kesejahteraan masyarakat yang semakin
membaik.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
2005-2025 dan Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 7 Tahun 2008
tentang RPJP Daerah. Untuk rencana pembangunan jangka menengah
dimuat dalam Dokumen Perencanaan Pembangunan Menengah Daerah
(RPJMD), sebagai penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah
ke dalam strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program
prioritas kepala daerah dan arah kebijakan keuangan daerah.

5
Sesuai Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 pasal 19 ayat (3)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ditetapkan paling
lambat setelah Kepala Daerah dilantik. Pelantikan Bupati dan Wakil
Bupati Bone H. A. Muh Idris Galigo, SH. Dan H. A. Muh. Said Pabokori,
pada 16 april 2008.
Selain itu, sebagai bagian dari elemen pemerintah yang bertautan
dalam fungsi pemerintahan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia, capaian tujuan dan sasaran pembangunan yang dilakukan
Pemerintah Kabupaten Bone, tidak hanya mempertimbangkan Visi dan
Misi Daerah. Melainkan koneksitasnya dengan tujuan dan sasaran yang
ingin dicapai pada lingkup pemerintahan Propinsi Sulawesi Selatan dan
Nasional.
Demikian pula pada tatanan yang sedang berkembang,
pemerintah daerah memiliki tanggung jawab formal yang lebih besar
dibandingkan masyarakat. Pemerintah harus mampu menjadi dirigen
pembangunan tatanannya, antara lain dengan merumuskan visi dan misi
daerah sebagai acuan pembangunan, di samping itu pemerintah daerah
juga harus berupaya mengembangkan aspirasi masyarakat disemua
bidang kehidupan.
Dalam hal ini, pembangunan harus dilihat sebagai proses alamiah
dan bukan kegiatan mekanis yang didisain dan dilaksanakan
sekelompok orang secara elitis, pembangunan harus dilihat sebagai
upaya untuk menciptakan dan memanfatkan peluang-peluang yang
ditimbulkan proses yang berlangsung secara alamiah. Sebagai suatu
proses pembangunan senantiasa dapat dinikmati setiap saat masyarakat
itu sendiri.
Pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Bone dalam
kurun waktu lima tahun terakhir 2003-2008 telah menunjukkan adanya
perubahan dan peningkatan kualitas tatanan secara signifikan dalam
seluruh aspek pembangunan. Kondisi tatanan yang telah dicapai

6
tersebut harus dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan dalam rangka
mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Perubahan paradigma pembangunan sebagaimana yang telah
dikemukakan di atas, di satu sisi mengisyaratkan semakin besarnya
peran masyarakat dalam proses pembangunan, namun di sisi lain
menuntut adanya kapasitas dan keseriusan aparatur dalam menjalankan
roda pemerintahan di daerah.
Tugas dan tanggung jawab utama yang diemban Pemerintah
Kabupaten Bone lima tahun ke depan adalah bagaimana mengantarkan
Daerah Bone dan masyarakatnya kedalam suatu tatanan yang lebih baik
dari apa yang telah dicapai selama ini. Untuk itu diperlukan perencanaan
yang komprehensif dan strategis yang berisi Visi, Misi, Tujuan dan
Sasaran serta kebijakan dan program yang berfungsi sebagai pedoman
pelaksanaan pembangunan dalam mewujudkan tatanan yang sesuai
dengan apa yang diharapkan seluruh masyarakat Kabupaten Bone.

B. PENGERTIAN
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten
Bone 2008-2013 adalah dokumen Perencanaan Pembangunan daerah
untuk periode 5 (lima) tahunan yang merupakan penjabaran dari visi,
misi dan program kepala daerah yang berpedoman pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah

C. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Maksud
Menyediakan dokumen perencanaan yang dapat menjadi acuan
dalam pelaksanaan pembangunan dan menjadi tolok ukur
keberhasilan serta acuan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja
Pemerintah Daerah.

7
2. Tujuan
 Menjadi pedoman dalam upaya pencapaian kondisi masa depan
Kabupaten Bone, juga untuk memahami arah dan tujuan yang
akan dicapai dalam rangka mewujudkan visi dan misi Kabupaten
Bone.
 Upaya memusatkan perhatian pada penanganan permasalahan
pembangunan yang sifatnya strategis, sehingga akan
meningkatkan efektivitas dan efesiensi penggunaan sumber daya
terbatas.
 Upaya pembangunan pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan melalui peningkatan partisipasi yang tinggi,
sehingga hasil pembangunan dan budaya membangun
berdasarkan keberdayaan masyarakat.
 Upaya untuk mewujudkan penyelenggaraan kepemerintahan yang
baik dan upaya menerapkan sendi-sendi pelayanan.

8
BAB II
KONDISI UMUM DAERAH

A. KONDISI SAAT INI


1. Kondisi Geografis
Secara geografis, Kabupaten Bone terletak dalam posisi
koordinat 4o13’-3o06’ LS dan antara 119o42’-120o30’ BT, berbatasan
dengan : sebelah Utara, Kabupaten Wajo dan Soppeng; Teluk Bone;
dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Maros, Pangkep
dan Barru.
Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten di pesisir
Timur Propinsi Sulawesi Selatan dengan jarak tempuh 174 Km dari
Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan (Makassar) yang dapat dilalui
dengan menggunakan angkutan darat.
Luas wilayah pada Kabupaten Bone adalah 4.559 Km2 atau
7,30% dari wilayah Propinsi Sulawesi Selatan. Secara administratif,
Kabupaten Bone terbagi dalam 27 Kecamatan dengan jumlah
Desa/Kelurahan sebanyak 372 buah.

2. Sosial Budaya
Perkembangan penduduk Kabupaten Bone selama kurun
waktu 2003-2007 memperlihatkan kecenderungan semakin
meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata mencapai 1,4%
pertahun, yaitu dari 685.590 jiwa pada Tahun 2003 menjadi 699.910
jiwa pada Tahun 2007, serta tingkat kepadatan penduduk 2 jiwa per
hektar.
Penduduk Kabupaten Bone yang termasuk kategori penduduk
usia kerja (usia 10 tahun ke atas) tercatat sebanyak 560.526orang
pada Tahun 2007, mengalami peningkatan dibandingkan dengan
Tahun 2003 sebanyak 548.397 orang atau bertumbuh sebesar

9
2.16%. Dari sebanyak 560.526 penduduk usia kerja pada Tahun
2007, sekitar 319.620 jiwa diantaranya merupakan angkatan kerja
atau Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 58,37%.
Dari TPAK 303.664 jiwa, yang bekerja mencapai 263.646 jiwa
(82,49%) dan sisanya 40.018 jiwa (13,19%) adalah pengangguran.
Pengangguran yang terjadi, tidak hanya disebabkan faktor dari
sisi permintaan tenaga kerja yang menurun, tetapi pada sisi
penawaran tenaga kerja yang tersedia belum sepadan dengan
permintaan tenaga kerja.
Menurut lapangan usaha, penduduk Kabupaten Bone
menggantungkan mata pencahariannya pada sektor pertanian yang
tercatat sekitar 168.030 orang dari 263.646 penduduk yang bekerja.
Dengan demikian, sektor pertanian menyerap tenaga kerja sekitar
63,73 % pada Tahun 2007. Namun mata pencarian tersebut dalam
5 tahun terakhir ke sektor perdagangan, jasa dan industri.
Masih tingginya penduduk yang berusaha di sektor pertanian
secara langsung dapat digambarkan bahwa pengembangan ekonomi
Kabupaten Bone masih berorientasi kuat pada sektor pertanian.
Di samping itu, tuntutan keterampilan yang tidak begitu tinggi di
sektor ini, menjadikan sektor pertanian merupakan tempat berusaha
bagi tenaga kerja yang tidak tertampung pada sektor lainnya. Hal ini
dapat mendorong produktivitas pekerja di sektor pertanian lebih
rendah dibandingkan dengan sektor lainnya. Dengan demikian, ke
depan diperlukan program pertanian berbasis industri (agro industri)
dan kualitas pekerja.
Dari aspek kesehatan memperlihatkan tingkat kesehatan
masyarakat yang makin baik. Tercermin dari indikator kesehatan
seperti Usia Harapan Hidup Tahun 2003 mencapai 67,1 tahun. Pada
tahun 2004, meningkat menjadi 67,2 tahun. Angka Kematian Ibu dan
Angkatan kematian Bayi dapat ditekan secara signifikan. Tahun 2005

10
angka kematian ibu 13/100.000 kelahiran hidup, tahun 2006
10/100.000 kelahiran hidup.
Dengan demikian agar lebih optimal tersedianya sarana dan
prasarana kesehatan yang lebih memadai sangat diperlukan.
Pada aspek pendidikan, pada Tahun 2007 indeks melek huruf
baru mencapai 95,63%. Angka Partisipasi Murni Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah menengah Atas masing-
masing 99,70%, 61,12%, dan 45,60% dan Angka Partipasi Kasar
pada jenjang pendidikan yang sama diperoleh angka masing-masing
115,11%, 84,60% dan 52,21%. Keadaan ini lebih diperparah lagi
oleh kondisi ruang kelas SD/MI yang berjumlah 4.437 buah, pada
umumnya mengalami kerusakan (62,15%).
Pemberdayaan perempuan dan anak, pelaksanaannya cukup
memadai sejalan dengan meningkatnya aksesibilitas dan kontrol
untuk mencegah terjadinya diskriminasi terhadap perempuan.
Sehingga mampu berperan sejajar dengan laki-laki dalam
pembangunan sesuai dengan kodrat dan martabatnya tanpa
mengabaikan tugas keluarga.
Kerukunan dan peran serta ummat beragama dalam
pembangunan semakin memperlihatkan kecenderungan peningkatan
yang cukup membaik. Terlihat pembangunan sarana dan prasarana
kehidupan beragama telah mendapat perhatian yang cukup dengan
bertambahnya jumlah mesjid, gereja dan tempat peribadatan lainnya
secara proporsional.
Pembangunan di bidang pemuda dan olahraga mengalami
kemajuan melalui berbagai pembinaan mental spiritual,
menanamkan minat belajar, berlatih dan semangat untuk menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi dan kemampuan manajemen serta
etos kerja yang tinggi, tersedianya sarana dan prasarana olahraga
yang refresentatif, seperti stadion, GOR dan kolam renang.

11
Pembangunan sosial-budaya senatiasa dikembangkan dengan
mengacu pada nilai-nilai budaya lokal (indigenous knowledge) dan
kesenian sesuai dengan revitalisasi nilai budaya lokal yang dianut.
Dan dikembangkan oleh masyarakat dalam bertingkah laku untuk
membentuk jati diri dalam menunjang keberhasilan pembangunan
daerah.

3. Ekonomi
Kondisi perekonomian Kabupaten Bone terlihat dari
gambaran PDRB (Harga Konstan) Tahun 2005 sebesar
Rp. 2.305.158.940.000,- menjadi Rp. 2.442.413.220.000,- pada
Tahun 2006 atau terjadi pertumbuhan sebesar 5,95%. Walaupun
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bone agak lamban dibanding
Propinsi Sulawesi Selatan yakni 6,72%, akan tetapi pertumbuhan
tersebut memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan
pendapatan perkapita selama kurun waktu yang sama, yaitu dari
Rp. 4.792.832,- pada tahun 2005 menjadi Rp. 5.541.502,2.- pada
tahun 2006
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bone tersebut, disamping
memberikan implikasi positif terhadap pembukaan lapangan kerja,
juga masih menyisahkan pengangguran. Dalam Tahun 2004, jumlah
angkatan kerja sebanyak 258.926 orang dan yang mampu diserap
berjumlah 249.121 orang. Demikian halnya pada Tahun 2005,
angkatan kerja tersedia sejumlah 291.633 orang yang terserap
sekitar 274.758 orang, sehingga pada tahun yang sama masih
terdapat pengangguran sekitar 16.875 orang.
a. Pertumbuhan Ekonomi
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir yakni tahun 2002-
2006 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bone sangat positif
dan signifikan dengan rata-rata pertumbuhan 4,40 %. Laju

12
pertumbuhan relatif stabil yaitu pada tahun 2002 tumbuh 5,07 % ,
2003 tumbuh 4,56 %, 2004 tumbuh 2,11, 2005 tumbuh 4,31%,
2006 tumbuh 5,59 %.
Pada periode yang sama terjadi peningkatan PDRB
perkapita yaitu pada tahun 2002 pendapatan perkapita
Rp. 3.800.803, meningkat menjadi Rp. 5.541.502, tahun 2006
atau rata-rata tumbuh sebesar 9,88% per tahun.
Tingkat inflasi di Kabupaten Bone cenderung fluktuatif
yang dipengaruhi faktor ekonomi dan non ekonomi. Pada tahun
2002 inflasi mencapai 10,04 % , kemudian menurun drastis
menjadi 5,78 % pada tahun 2003 dan 5,80 pada tahun 2004
karena pengaruh membaiknya kondisi perekonomian, akan tetapi
tahun 2005 meningkat lagi menjadi 7,11%. Peningkatan ini terjadi,
lebih dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah pusat dalam
menaikkan harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik yang
menyebabkan terjadinya kenaikan harga barang. Tahun 2006
inflasi di Kabupaten Bone menurun menjadi 6,92 %, yang
menunjukkan adanya perbaikan kondisi perekonomian.
Sisi pemerataan pendapatan yg ditunjukkan dengan Rasio
Gini menunjukkan kecenderungan positif yaitu sebesar 0,25,
indikator ini menunjukkan bahwa, rata-rata distribusi pendapatan
masyarakat cukup merata.
Dari sisi investasi juga menunjukkan peningkatan yang
cukup signifikan dari tahun ke tahun, meskipun masih didominasi
oleh investasi domestik.
Kinerja perbankan swasta dan pemerintah mengalami
peningkatan yang cukup pesat sehingga dapat mendukung
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bone.

13
b. Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan, Perikanan dan
Kelautan
1) Pertanian
Bila dilihat dari kontribusinya terhadap PDRB, bidang
pertanian menyumbang sebesar 56,17 % , hingga saat ini
pertanian memang masih paling besar andilnya terhadap
pendapatan daerah.
Data lima tahun terakhir menunjukkan bahwa luas
panen tanaman pangan dan hortikultura tetap didominasi oleh
padi, pada tahun 2007 seluas 117.787 ha dengan produksi
sebesar 697.299 Ton, sedangkan yang lainnya antara lain
jagung 38.872 ha dengan produksi sebesar 149.657 ton,
kedelai 4.484 ha dengan produksi mencapai 8.026 ton , ubi
kayu 663 ha produksinya 7.704 ton,ubi jalar 321 ha dengan
produksi 2.716 ton, kacang tanah 12.846 ha dengan produksi
24.022 ton.
Produktivitas perkomoditasnya masih belum mencapai
hasil yang optimal, oleh sebab itu,masih perlu didukung
adanya pembinaan dan penyuluhan di tingkat petani serta
usaha perkuatan kelembagaan dalam menghasilkan benih
bermutu, institusi pengendali hama/penyakit, dukungan alat
mesin pertanian dan distribusi pupuk memadai.
2) Peternakan
Pembangunan peternakan merupakan bagian dari
pembangunan pertanian, yang peranannya dalam penyediaan
pangan khususnya protein hewani terus ditingkatkan untuk
mewujudkan swasembada ternak dan peningkatan
pendapatan masyarakat.
Dalam kurun waktu 2002 -2005 populasi ternak
mengalami peningkatan yang cukup besar terutama Sapi

14
Bali, kemudian kambing, kuda dan kerbau. Sedangkan yang
mengalami penurunan populasi adalah ayam terutama ayam
ras petelur. Hal ini disebabkan karena menurunnya minat
masyarakat untuk beternak ayam karena wabah flu burung.
Untuk mendukung kesehatan produk peternakan
terutama agar kesehatan masyarakat menjadi semakin baik
sehingga penyediaan produk aman, sehat, utuh dan halal
maka didukung adanya fasilitas lokasi pemotongan berupa
Rumah Potong Hewan (RPH), pembinaan terhadap peternak,
pemberian vaksin ternak dan unggas.
3) Kehutanan dan Perkebunan
Jenis tanaman perkebunan di Kabupaten Bone
antara lain : kelapa seluas 14.760 ha dengan produksi 11.675
ton, coklat seluas 37.178 ha dengan produksi 12.870 ton,
cengkeh 3.106 ha dengan produksi 2.087 ton, jambu mente
6.242 ha dengan produksi 2.863, kopi 934 ha dengan
produksi 247 to, tembakau 941 ha dengan produksi 863 ton.
Secara kuantitas produksi perkebunan memang telah
mengalami peningkatan tapi belum mencapai hasil yang
optimal, demikian pula halnya dengan kualitas produksi
masih perlu terus ditingkatkan agar dapat mencapai standar
kualitas ekspor.
Sejalan pelaksanaan otonomi daerah dengan azas
desentralisasi, paradigma pembangunan kehutanan di
Kabupaten Bone adalah domestic resources based
(community and resource based development), yaitu (1)
menetapkan sumber daya hutan dalam tiga sisi manfaat yang
seimbang yakni ekonomi, ekologi dan sosial; dan (2)
memfasilitasi dan mendorong terciptanya pemberdayaan
ekonomi kerakyatan dengan memberi peluang yang luas

15
kepada lembaga usaha masyarakat kecil dan menengah yang
berbasis hutan dalam menuju pengelolaan hutan yang lestari,
demokratis dan berkeadilan. Pembangunan usaha
perkebunan rakyat dilakukan dengan cara memfasilitasi dan
mendorong berkembangnya agribisnis perkebunan yang
berdayasaing melalui pemberdayaan masyarakat.
4) Perikanan dan Kelautan
Sumber daya perikanan di Kabupaten Bone cukup
besar karena wilayah pesisir yang membentang dari utara ke
selatan sepanjang 127 km, sangat potensial untuk
pengembangan tambak dan rumput laut. Potensi luas areal
pemeliharaan 17.214 ha dan 11.001 ha diantaranya telah
dikelola yaitu tambak seluas 10.790 ha dan kolam 211 ha.
Komoditi ekspor perikanan yang menjadi unggulan
adalah kepiting dan udang, namun beberapa tahun terakhir
mengalami penurunan produksi yang cukup signifikan hingga
mencapai 42 %, penyebab menurunnya produksi yaitu
pemanfaatan sumber daya ikan tidak rasional, penerapan
teknik produksi belum maksimal, kegiatan produksi dilakukan
dalam skala kecil dan sifatnya perorangan, selain itu
pembinaan dari petugas kurang.
Produksi perikanan laut mengalami peningkatan rata-
rata sebesar 16,8 %, jenis komoditi seperti rumput laut, ikan
tuna, ikan kerapu, lobster, kepiting rajungan, merupakan
komoditi ekspor yang sangat menjanjikan karena pangsa
pasarnya masih cukup bagus.
c. Industri dan Perdagangan
Perkembangan nilai investasi sektor industri selama
5 tahun menunjukkan perkembangan yang positif dari
Rp. 25.695.098.000,- pada tahun 2002 menjadi

16
Rp.80.491.682.000,- di tahun 2006 atau rata-rata tumbeh sebesar
12,35% per tahun.
Peningkatan nilai investasi terbesar pada industri kecil dan
menengah, sedangkan investasi industri besar masih belum
menunjukkan peningkatan yang cukup berarti.
Jumlah tenaga kerja yang terserap pada industri pada
tahun 2002 sebesar 15.906 orang dan tahun 2006 meningkat
menjadi 17.157 orang.
Aktivitas perdagangan di Kabupaten Bone menunjukkan
peningkatan terlihat dari jumlah perusahaan yang terdaftar, pada
tahun 2002 sebanyak 235 dan tahun 2006 meningkat menjadi
490 perusahaan. Dengan bertambahnya fasilitas perdagangan
dan meningkatnya aksesibilitas maka Kabupaten Bone sangat
berpotensi menjadi pusat perdagangan di kawasan timur
Sulawesi Selatan.
d. Pariwisata
Keindahan alam dan kekayaan budaya Kabupaten Bone
merupakan potensi pariwisata yang pengembangannya
diarahkan pada upaya menyiapkan Kab.Bone sebagai daerah
tujuan wisata. Salah satu Objek wisata yang telah
dikembangkan yaitu Tanjung Palette, dengan adanya objek
wisata tersebut diharapkan arus kunjungan wisatawan ke
Kabupaten Bone mengalami pertumbuhan yang cukup bagus
dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung.
Langkah-langkah untuk memperbaiki kondisi yang ada terus
dilakukan melalui pembinaan usaha jasa pariwisata,
peningkatan SDM pelaku pariwisata dan promosi pariwisata
dengan harapan Kabupaten Bone akan lebih siap sebagai
daerah tujuan wisata.

17
B. SOSIAL
1. Kondisi Sosial Secara Umum
Masyarakat Bone mempuyai beberapa karakteristik,
di antaranya yang paling menonjol adalah sikap toleransi yang tinggi,
menjunjung nilai-nilai budaya dan tradisi kerakyatan, kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan sosial tanpa harus
terpengaruh terhadap intervensi eksternal dan sebagainya. Dengan
sikap toleran yang tinggi, keberagaman penduduk tidak menjadi
permasalahan, namun justru memperkuat ketahanan sosial.
Keberadaan penduduk di dalam suatu daerah merupakan
sumber daya pembangunan karena penduduk berperan sebagai
penggerak aktivitas pembangunan yang menentukan keberhasilan
pembangunan daerah dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Selain itu pertumbuhan ekonomi daerah juga dipengaruhi
oleh penduduk sebagai potensi pasar ( konsumen ) dan modal dasar
pembangunan yang menjalankan roda perekonomian.
Oleh karena upaya-upaya perbaikan kondisi kependudukan
terus dilakukan di Kabupaten Bone, terutama yang berkaitan dengan
peningkatan kualitas SDM agar memiliki kemampuan untuk
meningkatkan produktivitas dan kompetensinya.
Pertumbuhan penduduk Kabupaten Bone setiap tahunnya
berkisar 1,4%, sehingga dalam kurun waktu tahun 2002- 2006
jumlah penduduk bertambah dari 659.820 jiwa menjadi
696.712 jiwa.
Salah satu indikator yang menunjukkan masih rendahnya
kualitas sumberdaya manusia di Kabupaten Bone dapat dilihat dari
aspek pendidikan yaitu masih adanya angka buta aksara. Sementara
itu permasalahan lainnya yang terus mendapat perhatian adalah
angka partisipasi pendidikan serta kualitas dan relevansi
pendidikan.

18
Permasalahan lain yang tidak kalah penting adalah
manajemen pendidikan. Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan
desentralisasi pembangunan pendidikan dan otonomi di bidang
pendidikan sampai unit pendidikan terendah yang masih belum
optimal. Standar pelayanan minimal yang ditetapkan sebagai acuan
masing-masing kabupaten/kota untuk mengelola pembangunan
pendidikan dan menjaga kualitas pelayanan pendidikan belum dapat
diterapkan secara baik.
2. Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) telah menunjukkan
adanya peningkatan walaupun belum mencapai angka IPM Nasional.
Belum optimalnya IPM dimaksud diakibatkan karena adanya krisis
ekonomi yang menyebabkan menurunnya tingkat daya beli
masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa krisis ekonomi yang
melanda negeri ini tidak sampai merusak kapasitas fisik (kesehatan)
dan kapasitas intelektual penduduk di Kabupaten Bone, tetapi telah
menurunkan daya beli penduduk.
3. Pendidikan
a. Kebijakan Pendidikan
Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas SDM
didasarkan kepada pemikiran bahwa pendidikan tidak sekedar
menyiapkan peserta didik agar mampu masuk dalam pasaran
kerja, namun lebih daripada itu, pendidikan merupakan salah satu
upaya pembangunan watak bangsa (national character building)
seperti kejujuran, keadilan, keikhlasan, kesederhanaan dan
keteladanan.
Arah kebijakan peningkatan, perluasan dan pemerataan
pendidikan dilaksanakan melalui antara lain; penyediaan fasilitas
layanan pendidikan berupa pembangunan unit sekolah baru,
penambahan ruang kelas dan penyediaan fasilitas

19
pendukungnya, serta penyediaan berbagai beasiswa dan
bantuan dana operasional sekolah yang dalam pelaksanaannya
dilakukan dengan melibatkan peran aktif masyarakat.
Kebijakan strategi pembangunan pendidikan di Kabupaten
Bone difokuskan pada dua hal lain yaitu peningkatan mutu dan
relevansi pendidikan dan pemerataan dan perluasan jangkauan
pendidikan.
Pertama, Peningkatan Mutu dan Relevansi Pendidikan;
adalah tantangan terpenting dalam pembangunan pendidikan baik
skala naional maupun daerah. Pencapaian beberapa indikator
mutu dan relevansi pendidikan di Kabupaten Bone kurun waktu
2003-2007 dapat dilihat pada uraian tabel di bawah ini.

Tabel 1. Angka Mengulang, Angka Putus Sekolah,


Kelayakan Guru Mengajar dan Angka Lulusan SD,
SMP dan SMA Tahun 2003-2007.
Tahun
No Indikator
2003 2004 2005 2006 2007
1. Angka Mengulang
- SD/MI 6.013 org 5.987 org 4.771 org 3.995 org 4.104 org
(5,95%) (5,89%) (4,77%) (4.21%) (4,21%)
- SMP/MTs 94 org 90 org 51 org 42 org 49 org
(0,36%) (0,65%) (0,33%) (0,19%) (0,20%)
- SM/MA/SMK 55 org 51 org 42 org 35 org 43 org
(0,42%) (0,37%) (0,27%) (0,17%) (0,14%)
2 Angka Putus Sekolah
- SD/MI 1.419 org 1.155 org 796 org 678 org 357 org
(1,41%) (1,13%) (0,79%) (0,38%) (0,36%)
- SMP/MTs 493 org 537 org 296 org 189 org 203 org
(2,38%) (6,88%) (1,08%) (0,99%) (0,65%)
- SM/MA/SMK 184 org 102 org 94 org 71 org
(1,39%) (0,74%) (0,60%) (0,43%) (0,41%)

20
3 Kelayakan guru
mengajar
- SD/MI 3.105 org 3.369 org 4.356 org 4.883 org 92,25%
(71,00%) (72,73%) (75,21%) (80,01%)
- SMP/MTs 1.208 org 1.279 org 1.793 org 1.915 org 87,70%
(57,70%) (63,29%) (77,78%) (82,13%)
- SM/MA/SMK 930 org 965 org 1046 org 1.099 org 98,91%
(89,51%) (90,95%) (94,30%) (96,72%)

4 Angka Lulusan
- SD/MI 98,45% 95,14% 95,55% 98,02% 97,03%
- SMP/MTs 91,14% 93,16% 97,55% 98,99% 97,63%
- SM/MA/SMK 98,30% 97,58% 98,28% 99,04% 89,83%

Kedua, Pemerataan dan perluasan jangkauan


pendidikan atau biasa disebut perluasan kesempatan besar
merupakan salah satu sasaran dalam pembangunan pendidikan.
Pemerataan dan perluasan pendidikan dimaksudkan agar setiap
orang mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh
pendidikan tidak dibedakan menurut jenis kelamin, status sosial,
agama dan lokasi geografis
Kebijakan ini menekankan bahwa setiap orang tanpa
memandang asal-usulnya mempunyai kesempatan yang sama
untuk memperoleh pendidikan pada semua jenis, jenjang,
maupun jalur pendidikan. Pemerataan ini dimaksudkan untuk
mencapai keadilan dan kesejahteraan yang merata
Indikator pemerataan dan perluasan jangkauan pendidikan
yang telah tercapai di Kabupaten Bone tahun 2003-2007 sebagai
berikut :

21
Tabel 2. Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi
Minum (APM), Angka Penyerapan Kasar (ASK) dan
Angka Melanjutkan SD, SMP dan SMA
Tahun 2003-2007.
Tahun
No Indikator
20003 2004 2005 2006 2007
1. Angka Partisipasi
Kasar (APK)
- SD/MI 108,67% 114,26% 114,90% 115,01% 115.11%
- SMP/MTs 61,92% 67,53% 78,67% 79,11% 84,60%
- SM/MA/SMK 39,50% 40,43% 47,65% 50,02% 52,21%
2 Angka Partisipasi
Murni (APM)
- SD/MI 93,84% 98,65% 99,36% 99,67% 99,70%
- SMP/MTs 49,47% 49,96% 57,29% 59,88% 61,12%
- SM/MA/SMK 33,37% 40,92% 41,60% 45,46% 45,60%
3 Angka Penyerapan
Kasar (ASK)
- SD/MI 40,65% 41,73% 55,99% 58,33% 58,58%
- SMP/MTs 51,73% 51,83% 53,21% 55,17% 56,23%
- SM/MA/SMK 4,32% 4,45% 5,09% 6,23% 7,83%
4 Angka melanjutkan
- Ketingkat SMP 70,52% 70,74% 71,44% 74,03% 81,44%
- Ketingkat SM 62,84% 73,65% 77,05% 79,24% 79,84%

Keberhasilan lain yang dicapai di daerah ini pada tahun


2006 adalah mampu mereplikasi program manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) di 25 Kecamatan, dengan harapan agar semua
sekolah (751 SD/MI) yang ada di Kabupaten Bone menerapkan
prinsip-prinsip MBS dalam mengelola masing-masing sekolahnya.
Partisipasi masyarakat akan lebih nyata masing-masng sekolah,
karena program tersebut mendorong dan menumbuhkan

22
partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan di masing-masing
sekolah, sehingga masyarakat menyadari bahwa pendidikan
bukan hanya tanggung jawab pemerintah tetapi merupakan
tanggung jawab kita bersama termasuk masyarakat dan
pemerintah.
Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada tahun
2006, Kabupaten Bone merintis program tersebut di 2 (dua)
kecamatan yaitu kecamatan Dua Boccoe dan Kecamatan Ponre
kerjasama UNICEF dengan Pemda Bone. Program ini di kenal
dengan taman pendidikan Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
(TAMAN PADITUNGKA). Program ini sifatnya holistik yaitu
terintegrasi antara Posyandu, Bina Keluarga Balita dan
Pendidikan, serta program ini berbasis masyarakat (dari, oleh dan
untuk masyarakat).

b. Partisipasi Sekolah
Partisipasi penduduk Kab.Bone dalam bidang pendidikan
pada setiap jenjang pendidikan mulai dari SD,SMP hingga SMA
dan SMK, diharapkan dapat memberikan gambaran kualitas
sumber daya manusia yang potensial dimasa yang akan datang.
Angka partisipasi SD lebih tinggi dibandingkan angka partisipasi
SMP dan SMA. Besarnya partisipasi SD menunjukkan
keberhasilan pemerintah dalam mengimplementasikan program
wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang dimulai sejak tahun
1994 dan telah memberikan hasil yang cukup baik.

c. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang diraih penduduk akan berdampak
pada tinggi rendahnya SDM yang ada dan pada akhirnya akan
mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat dan
pertumbuhan perekonomian daerah.

23
Tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Bone relatif
bervariasi mulai dari yang tidak memiliki ijasah 37,20 % dari
jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas, tingkat pendidikan SD/
MI sebesar 32, 89 %, SMU/MA sebesar 11,09 %, Diploma
1,69%, S1 sebesar 1,95 % dan S2/S3 0,12 %.
Kondisi di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
yang diraih oleh sebagian besar penduduk Kabupaten Bone
masih rendah dan tidak memiliki kemampuan untuk bersaing
dalam meraih pekerjaan yang lebih baik. Oleh sebab itu, bidang
pendidikan menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan
di Kabupaten Bone.

4. Kesehatan
Derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Bone
mengalami peningkatan yang berarti dalam periode waktu 4 tahun
terakhir, hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya kualitas
pelayanan kesehatan, bertambahnya tenaga medis dan fasilitas
kesehatan sehingga berbagai permasalahan kesehatan masyarakat
seperti wabah penyakit menular, kekurangan gizi pada balita dan ibu
hamil dapat ditekan seminimal mungkin.
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan
berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat khususnya kurun
waktu 2003-2006.

a. Pelayanan Kesehatan Dasar


1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah
awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian kesehatan
dasar secara tepat dan cepat. Diharapkan sebagian besar

24
masalah kesehatan masyarakat. Salah satu indikator
kesehatan adalah pelayanan antenatal K.1 dan K4. pelayanan
K1 dan K4 merupakan pelayanan ibu hamil yang telah
melakukan kunjungan pertama untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan. Sedangkan cakupan K4 adalah gambaran besar
ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai
dengan standar yang paling sedikit 4 kali kunjungan. Adapun
presentase kunjungan ibu hamil K1 adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan Ibu Hamil pertama (K1) masih di bawah
target (90%) bila dilihat dari cakupan tahun 2003 sebesar
82,27%, tahun 2004 sebesar 79,99%, tahun 2005 sebesar
79,46%. Pada tahun 2006 sebanyak 11.748 orang (63,24%).
Penurunan cakupan K1 pada tahun 2006 ini karena kunjungan
sasaran baru dilaporkan sampai bulan oktober 2006 dan 2007
K1 = 84,53%
Untuk pemeriksaan ibu hamil lengkap (K4) terlihat dari
tahun ketahun belum mengalami peningkatan secara
signifikan, dimana tahun 2003 sebesar 60,99%, tahun 2004
sebesar 61,22% tahun 2005 sebesar 79,5%. Pada tahun 2006
cakupan masih 67,54% sampai dengan bulan oktober 2006
dan 2007 = 78,88%
Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat
khususnya yang terdapat di Kabupaten Bone telah memahami
pentingnya memeriksakan kandungan pada saat hamil.
2. Pertolongan persalinan Tenaga Kesehatan
Kamatian bagi ibu hamil dan bayi baru lahir sebagian
besar terjadi pada masa persalinan. Hal ini disebabkan karena
pertolongan tidak dilakukan tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi. Adapun presentase cakupan persalinan dengan

25
pertolongan oleh dan melalui tenaga persalinan atau bidan
dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3. Prosentase Tenaga Persalinan atau Bidan


Kabupaten Bone Tahun 2003-2007
2003 2004 2005 2006 2007
Kabupaten 60,61% 60,60% 61,20% 61,54% 62,38%

Dari tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa pada


tahun 2003 hingga tahun 2005 jumlah ibu hamil yang
melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan terus mengalami
peningkatan yaitu 77,21% hingga 83,99% pada tahun 2005.
Hal ini disebabkan karena masyarakat khususnya ibu hamil
telah memahami pentingnya persalinan yang dilakukan tenaga
kesehatan dan dapat mengurangi angka kematian ibu dan
anak pada saat melahirkan.

b. Perbaikan Gizi Pada Masyarakat


Upaya perbaikan gizi pada masyarakat pada hakekatnya
dimaksudkan untuk menangani permasalahan gizi yang dihadapi
oleh masyarakat. Beberapa permasalahan gizi yang sering
dijumpai pada masyarakat adalah kekurangan kalor protein,
kekurangan Vitamin A dan kekurangan Yodium.
1. Penanggulangan KLB Gizi/Gizi Buruk
Upaya-upaya yang telah dilakukan Pemerintah Daerah
Kabupaten Bone dalam hal penanggulangan KLB gizi/ gizi
buruk telah menunjukkan keberhasilan yang cukup signifikan.
Penanggulangan Gizi buruk telah dilakukan secara intensif
melalui pelacakan 1 x 24 jam serta melakukan investasi dan

26
intervensi ke sasaran dengan melibatkan berbagai stake
holders antara lain, Pers, LSM, PKK Toma dan Toga.
Pada tahun 2003 sebesar 11 orang, tahun 2004
sebanyak 66 orang, dan pada tahun 2005 sebanyak 118
orang, sedangkan pada tahun 2006 sampai dengan bulan
september sebesar 119 orang.
Gambaran kondisi KLB gizi/gizi buruk di Kabupaten
Bone tahun 2003 s/d 2007 dapat di lihat pada tabel di bawah
ini :
Tabel 4. Kondisi KLB Gizi/gizi Buruk
di Kabupaten Bone 2003-2007
2003 2004 2005 2006 2007
Kabupaten
0,15% 0,17% 0,19 0,18 0,24

Kondisi KLB gizi/gizi buruk di Kabupaten Bone


menunjukkan penurunan yang cukup signifikan dari tahun ke
tahun, hal ini disebabkan karena aktifnya kader melakukan
pelacakan kepada masyarakat sehingga apabila terdapat
kondisi KLB gizi/gizi buruk dapat diatasi dengan pembinaan
yang baik dengan melakukan atau memberikan makanan
tambahan bagi anak yang mengalami kekurangan gizi, selain
itu upaya pemerintah dalam penanggulangan GAKY meliputi
upaya jangka pendek melalui pemberian kapsul minyak
beryodium dan upaya jangka panjang.
2. Konsumsi Garam Beryodium
Peningkatan pemakaian konsumsi Garam Beryodium di
masyarakat, hal ini sejalan dengan dikeluarkannya Peraturan
Daerah (PERDA) Nomor 7 tahun 2003 tentang Pelarangan dan
pengendalian garam Non Yodium. Ini merupakan salah satu
upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan konsumsi

27
garam beryodium pada masyarakat. Selain itu pemerintah
daerah khususnya dinas kesehatan aktif melakukan sosialisasi
tentang pentingnya mengkonsumsi garam beryodium dan
melakukan sweeping pada daerah yang endemik garam non
yodium.
Gambaran cakupan konsumsi garam beryodium di
Kabupaten Bone tahun 2003 s/d 2007 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :

Tabel 5. Cakupan Konsumsi GaramBeryodium di


Kabupaten Bone 2003-2007
2003 2004 2005 2006 2007
Kabupaten
46,7% 77,35% 84,43% 90,00% 95,80%

3. Pemberian Vitamin A
Upaya penanggulangan Kurang Vitamin A dilakukan
dengan pendistribusian Kapsul Vitamin A kepada anak balita
pada bulan Februari dan Agustus. Cakupan distribusi dari
tahun 2003 sampai dengan 2006 mengalami peningkatan dan
telah mencapai target (96%), di mana pada tahun 2003
sebesar 90 %, tahun 2004 sebesar 98,5% tahun 2005
sebesar 90,1%, tahun 2006 sebesar 96% dan tahun 2007
sebesar 95,09%.
Untuk cakupan tingkat partisipasi masyarakat (D/S)
terhadap pemanfaatan posyandu belum memadai, di mana
cakupan D/S untuk tahun 2003 sebesar 44,71%, tahun 2004
sebear 49,03%, tahun 2005 sebesar 69,94% dan tahun 2006
sebesar 69,98%.

28
c. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat di Kabupaten Bone.
1. Memberikan pelayanan kesehatan sebaik mungkin dengan
biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat serta pemberian
pengobatan gratis
2. Terbentuknya desa sehat dan kecamatan sehat
3. Meningkatkan mutu kesehatan dan gizi masyarakat yang
ditandai dengan peningkatan harapan hidup, menurunkan
tingkat kesakitan dan kematian khususnya bayi dan ibu
melahirkan
4. meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan
5. meningkatkan cakupan pelayanan puskesmas
6. mewujudkan perilaku sehat bersih bagi masyarakat
7. mengembangkan sistem informasi dan pelayanan kesehatan

5. Ketenagakerjaan
Besarnya jumlah pengangguran di Kabupaten Bone yang
mencapai 40,18 % merupakan permasalahan yang cukup krusial
dan perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius dari
pemerintah.
Berbagai upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
dan produktivitas tenaga kerja telah dilakukan dalam rangka
mewujudkan tenaga kerja yang profesional dan berdaya saing tinggi,
yang mampu membuka dan memberikan peluang kerja yang luas
baik ditingkat lokal maupun regional.
Pembinaan hubungan industri, kewirausahaan para pekerja
formal/informal diupayakan secara maksimal. Pembinaan pemasaran
kepada para kelompok usaha mandiri juga dilaksanakan, disamping
tetap memperhatikan norma keselamatan kerja berdasarkan
Undang-undang Ketenagakerjaan. Peningkatan sumberdaya

29
manusia dilaksanakan melalui DIKLAT serta menjalin kerjasama
dengan semua pihak dan daerah dalam rangka pengerahan
mobilitas penduduk.

6. Kesejahteraan Sosial
Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang
dapat berimplikasi terhadap perkembangan masalah lainnya. Upaya
penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bone dilakukan melalui
kegiatan pemberdayaan keluarga miskin antara lain : P2MMP, P2KP,
dan sebagainya.
Selain itu, melalui pembentukan Tim Penanggulangan
Kemiskinan Daerah dan Penyusunan Strategi Penanggulangan
Kemiskinan Daerah, diharapkan jumlah penduduk miskin angka
semakin berkurang di Kabupaten Bone.

C. BUDAYA

Budaya sebagai tata nilai, simbol-simbol dan produk dari


prikehidupan manusia di Kabupaten Bone berkembang dengan baik
tanpa melepaskan diri dari akarnya. Namun demikian dengan karakter
manusia Kabupaten Bone yang toleran terhadap adanya perbedaan,
budaya dari daerah luar pun juga dapat diterima dan memperkaya
khasanah budaya nusantara.

D. PEMERINTAHAN

Terjadinya perubahan yang fundamental dalam penyelenggaraan


pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dengan pelayanan
masyarakat menuntut adanya restrukturisasi organisasi dan penataan
pegawai.
Secara kuantitatif penataan pegawai telah mulai dilakukan,
namun dalam hal penempatannya masih dijumpai ketidaksesuaian

30
antara latar belakang pendidikan pejabat dengan Tugas Pokok dan
Fungsi (TUPOKSI) yang harus diemban. Namun demikian kondisi ini
diharapkan akan diantisipasi pada evalusi struktur organisasi yang
disesuaikan dengan kebutuhan daerah.
Untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, perlu optimalisasi
fungsi pengawasan dan perangkat hukum yang sesuai dengan tata
pemerintahan yang baru. Fungsi pengawasan dilakukan dalam upaya
menjadi pendorong menuju pengawasan penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah yang profesional, transparan dan akuntabel.
Fungsi pengawasan ini selain dilakukan oleh lembaga pemerintahan
(termasuk DPRD) juga dilakukan oleh lembaga-lembaga non-
pemerintahan sebagai salah satu bentuk kontrol sosial (social controll)
melalui media yang tersedia.

E. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Kemampuan daerah dalam penguasaan dan pemanfaatan ilmu


pengetahuan dan teknologi masih belum memadai, khususnya bagi
peningkatan daya saing komoditas unggulan. Hal ini ditunjukkan antara
lain masih rendahnya sumbangan iptek di sektor produksi, belum
efektifnya mekanisme pasar, belum berkembangnya budaya iptek di
tengah masyarakat, dan terbatasnya sumberdaya iptek.

F. SARANA DAN PRASARANA

Penyediaan sarana wilayah di Kabupaten Bone dilaksanakan


guna menunjang pelaksanaan pembangunan bidang-bidang lainnya.
Pembangunan jaringan ruas-ruas jalan, sebagian telah dilaksanakan
guna menghubungkan fungsi dari masing-masing kawasan
pengembangan. Kegiatan peningkatan dan pemeliharaan jalan pada
sebagian ruas jalan ditujukan untuk kemudahan dan kelancaran
mobilitas serta jangkauan pemasaran hasil-hasil produksi. Selama

31
beberapa tahun terakhir, Pemerintah Kabupaten Bone berupaya
seoptimal mungkin menanggapi permasalahan prasarana jalan dan
jembatan sesuai sumberdaya yang tersedia.
Pada tahun 2007, panjang jaringan ruas-ruas jalan Kabupaten
dalam mendukung pengembangan wilayah berjumlah 2.483,200 Km.
Berdasarkan jenis permukaan, jalan aspal 923,400 Km, jalan kerikil
782,840 Km, dan jalan tanah 776,870 Km. Keseluruhan permukaan jalan
tersebut berkondisi baik, baru mencapai 31,01%, kondisi sedang
16,23%, kondisi rusak 20,50% dan kondisi rusak berat 32,25%.
Pembangunan pengairan di Kabupaten Bone diperuntukkan
sebagai penunjang pembangunan pertanian. Pada Tahun 2007, jumlah
pengairan yang ada dicakup ke dalam 108 Daerah Irigasi yang terdiri
dengan luas sawah beririgasi 41.883 Ha. yang terdiri dari 29.907 Ha
irigasi teknis/semi teknis dan 11.976 Ha merupakan irigasi desa.
Berdasarkan UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
(pasal 41 ayat 2 c), maka tanggungjawab pengelolaan irigasi di
Kabupaten Bone ditinjau dari strata luasannya, dikelompokkan menjadi
3 (tiga) kewenangan yaitu :
1. Kewenangan pusat (>3000 Ha) meliputi DI Palakka 4.633 Ha, DI
Pattiro 4.970 Ha, Di sanrego 6,618 Ha.
2. Kewenangan Propinsi (1000 – 3000 Ha) meliputi DI Unyi 1.310 Ha,
DI Jaling 1.274 Ha, DI Salomekko 1.723 Ha, dan DI Selli Coppo Bulu
1.000 Ha.
3. Kewenangan Kabupaten (<1000 Ha) meliputi : 101 Daeah Irigasi
dengan Luas 20.355 Ha, Saluran 149,032 m dengan kondisi baik
rata-rata 56,7%, kondisi sedang 16,7%, kondisi rusak 23% dan rusak
berat 3,6%. Kewenangan Propinsi dengan panjang saluran
8.008,82 m, kondisi baik 65%, sedang 23%, rusak 10% dan rusak
berat 2%. Dan daerah irigasi yang menjadi kewenangan Kabupaten

32
memiliki panjang saluran 95,441 m dengan kondisi baik rata-rata
56%, sedang 20%, rusak 15%, dan rusak berat 9%.
Pemenuhan air bersih bagi masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, relatif masih rendah. Pada Tahun 2005, cakupan
air bersih bagi masyarakat perdesaan baru mencapai 58,69% atau
masih rendah bila dibandingkan target nasional pada tahun yang sama
sebesar 60%. Demikian halnya bagi masyarakat perkotaan, cakupan air
bersih baru mencapai 60,64% relatif masih rendah dibandingkan target
nasional sebesar 80% pada tahun yang sama.
Ketersediaan sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
sehari-hari penduduk Kabupaten Bone bersumber dari air tanah dangkal
dan dalam. Air tanah dangkal/permukaan berupa air sumur, air sungai,
rawa-rawa, waduk bendungan, mata air. Sedangkan pemanfaatan air
dalam, menggunakan air sumur bor dalam.

G. POLITIK

Kemajuan demokrasi terlihat dengan telah berkembangnya hak


masyarakat dalam kehidupan politik, terutama dalam pelaksanaan
pemilihan langsung Presiden dan Wakil Presiden yang terlaksana secara
aman pada tahun 2004 lalu. Dalam jangka panjang diharapkan akan
mampu menstimulasi masyarakat untuk makin aktif berpartisipasi dalam
mengambil inisiatif bagi pengelolaan urusan politik. Perkembangan ini
tidak terlepas dari berkembangnya peran partai politik dan masyarakat.
Di samping itu, kebebasan pers dan media telah berkembang yang
antara lain ditandai dengan adanya peran aktif dalam menyuarakan
aspirasi masyarakat dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
pemerintahan.

33
H. KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT

Ketertiban umum dan ketentraman masyarakat telah


menunjukkan kemajuan, diantaranya tindakan kriminal dan kekerasan
dirasakan intensitasnya semakin berkurang. Meskipun demikian
disadari juga seringnya terjadi tindakan pencurian, hal ini akan menjadi
perhatian bagi aparat penegak hukum dalam rangka
penanggulangannya.

I. HUKUM, APARATUR PEMERINTAH DAN KELEMBAGAAN


MASYARAKAT

Pembangunan di bidang hukum terutama untuk mendukung


terlaksananya tugas pemerintahan, telah memperlihatkan hasil yang
memadai. Beberapa Peraturan Daerah (PERDA) telah ditetapkan guna
memberikan pelayanan dan kepastian hukum kepada masyarakat,
sesuai kebutuhan.
Pemerintah Daerah dalam melaksanakan tugas pelayanan
kepada masyarakat senantiasa berpegang teguh pada komitmen
(kesepakatan politik para pelaku pembangunan) dan keseriusan
terhadap setiap program/kegiatan yang dilaksanakan sesuai prosedur
dan tujuan yang ingin dicapai. Namun demikian upaya untuk lebih
meningkatkan pelayanan, Pemerintah Daerah masih diperhadapkan
kepada masalah supra dan infrastruktur yang kurang memadai dalam
mengelola masalah-masalah pembangunan secara transparan,
akuntabel, efesien dan efektif.
Di samping itu, kelembagaan masyarakat dalam mengelola
pembangunan, belum berjalan secara optimal. Penguatan dan
pemberdayaan masyarakat masih terus diupayakan menuju
kemandiriannya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka. Untuk itu,
pemberian, pemahaman dan kelancaran informasi serta pelibatan

34
masyarakat terhadap pentingnya pembangunan yang diprakarsai oleh
pemerintah daerah, menjadi sangat penting dan prioritas.

J. WILAYAH DAN TATA RUANG

Masyarakat di wilayah tertinggal dan terisolir khususnya yang


berada di daerah perbatasan, masih memiliki keterbatasan akses
terhadap pelayanan sosial dan ekonomi. Olehnya itu, kesejahteraan
kelompok masyarakat yang hidup di wilayah tersebut memerlukan
perhatian dan keberpihakan pembangunan yang proporsinya lebih besar
dari pemerintah. Permasalahan yang dihadapai dalam
pengembangannya antara lain : terbatasnya akses transportasi,
kepadatan penduduk yang relatif rendah serta menyebar, dan kualitas
SDMnya masih rendah.
Masih terdapat wilayah yang memiliki produk unggulan dan
strategis, belum berkembang secara optimal, antara lain disebabkan:
adanya keterbatasan informasi pasar dan teknologi untuk
pengembangan produk unggulan tersebut; belum adanya sikap
profesionalisme dan kewirausahaan dari para pelaku yang terlibat;
belum berkembangnya infrastruktur kelembagaan yang berorientasi
pada pengembangan usaha yang berkelanjutan dalam perekonomian
daerah; masih lemahnya koordinasi, sinergi, kerjasama diantara pelaku
pengembangan kawasan, baik pemerintah, swasta, lembaga non
pemerintah lainnya, dan masyarakat; masih terbatasnya akses petani
dan pelaku usaha skala kecil terhadap modal pengembangan usaha,
input produksi, dukungan teknologi, dan jaringan pemasaran;
keterbatasan jaringan prasarana dan sarana fisik ekonomi.
Pembangunan perkotaan telah memperlihatkan kecenderungan
yang semakin membaik. Pembangunan sarana dan prasarana kota
telah dilaksanakan secara optimal seperti peningkatan jalan hot mix
dalam kota yang dapat menjangkau seluruh wilayah kota Watampone.

35
Pembangunan infrastruktur lainnya juga dilaksanakan secara bertahap
dalam rangka memenuhi tuntutan masyarakat Kota Watampone.
Pembangunan perdesaan juga semakin diintensifkan
pengembangannya. Penyediaan infranstruktur jalan desa terus
diupayakan oleh pemerintah daerah dalam membuka akses bagi
masyarakat. Namun demikian, kondisi sosial ekonomi masyarakat relatif
masih rendah dibandingkan dengan masyakat perkotaan. Hal ini
merupakan konsekuensi perubahan struktur ekonomi, dimana investasi
ekonomi oleh swasta maupun pemerintah (infrastruktur dan
kelembagaan) cenderung terkonsentrasi di perkotaan. Selain itu, masih
terdapat kegiatan ekonomi perkotaan yang kurang sinergis dengan
kegiatan ekonomi yang dikembangkan di perdesaan.
Rencana Tata Ruang sebagai pedoman dalam perencanaan
pembangunan pemanfaatannya belum terlaksana optimal. Hal ini terlihat
kurang dijadikannya Rencana Tata Ruang tersebut sebagai acuan
dalam pengambilan keputusan, disebabkan antara lain kurangnya
informasi bagi masyarakat dan belum adanya mekanisme yang efektif
dalam memberikan sanksi terhadap pelanggaran yang terjadi.

K. PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Pembangunan perumahan dan permukiman belum memadai baik


jumlah, kualitas maupun sarana dan prasarana. Upaya memenuhi
kebutuhan masyarakat, masih diperlukan ketersediaan hunian
permukiman diperkotaan dan di perdesaan, sarana pendukung, dan
belum optimalnya sistem penggalangan dana masyarakat sebagai
sumber pembiayaan.

L. SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup selama ini


dilaksanakan secara tidak efisien dan berorientasi pada kepentingan

36
jangka pendek, sehingga mengakibatkan terjadinya pengrusakan
sumberdaya alam yang tak terkendali. Ekosistem laut dan terumbu
karang mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaharui seketika,
tetapi memerlukan waktu yang cukup lama. Hal ini disebabkan oleh
rendahnya pemanfaatan teknologi pengelolaan dan aturan
pengendaliannya.
Selain itu, terjadinya penurunan kualitas lingkungan dapat di lihat
dari kerusakan beberapa ekosistem seperti mangrove (hutan bakau) di
beberapa wilayah Kecamatan (pesisir) dan pemanfaatan sumberdaya
lahan yang melebihi kapasitas dan daya dukungnya yang telah
menyebabkan jumlah lahan kritis sekitar 24.419 Ha pada tahun 2007,
diantaranya 13.400 Ha dalam kawasan, 10.279 Ha yang berada di luar
kawasan, dan 745 Ha Mangrove.

37
BAB III
ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

A. ARAH PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH

Dalam pengelolaan pendapatan daerah, sumber pendapatan


yang berasal dari pemerintah melalui desentralisasi fiskal dalam bentuk
Dana Alokasi Umum (DAU) saat ini menempati proporsi yang paling
besar terhadap daerah, yakni sekitar 72,37% pada tahun 2008.
Sedangkan sumber pendapatan asli daerah yang berasal dari pajak dan
retribusi perlu ditingkatkan, namun tetap mempertimbangkan
kemampuan masyarakat serta tidak membebani perkembangan dunia
usaha. Demikian pula dengan sumber-sumber pendapatan lainnya juga
perlu ditingkatkan, antara lain bagian laba Perusahaan Milik Daerah,
lain-lain pendapatan yang sah, dan perimbangan, bagi hasil pajak dan
bagi hasil bukan pajak, sehingga dalam kurun waktu lima tahun
mendatang, porsi Dana Alokasi Umum (DAU) secara bertahap dapat
dimulai dan digantikan oleh sumber pendapatan yang dapat diupayakan
oleh daerah.
Dalam APBD Kabupaten Bone mulai tahun 2003 sampai
sekarang yang disusun dengan menganut anggaran berbasis Kinerja
yang diatur Peraturan Perundang-Undangan yang belaku mulai
Kepmendagri No. 29 tahun 2002, Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan
diubah Permendagri No. 59 Tahun 2007. Anggaran Pendapatan
Kabupaten Bone tahun 2003 dan 2004 masing-masing ditargetkan
sebesar Rp 326,2 M dan Rp 345,6 M. Sementara realisasi pendapatan
masing-masing sebesar Rp 328,1 M dan Rp 349,8 M atau secara
berturut-turut mencapai 100,59 % dan 101,22%. tahun 2005 dan tahun
2006, pendapatan daerah berturut-turut sebesar Rp 376,1 M dan
Rp.582,9. Realisasi pendapatan daerah masing-masing sebesar

38
Rp.362,5 M dan Rp 575,5 M atau masing-masing mencapai 96,39% dan
98,73%. Sedangkan tahun 2007 pendapatan ditargetkan Rp.731,1 M
dan realisasinya sebesar Rp. 665,5 M atau sekitar 91,03%. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 6 berikut :

Tabel 6 : Target dan Realisasi Pendapatan dan Belanja


Pemerintah Kabupaten Bone Tahun 2003 – 2007

Sumber : APBD Kabupaten Bone

Guna keperluan analisis atas perkembangan pendapatan daerah


maka unsur pendapatan daerah pada sisi bagian sisa lebih perhitungan
anggaran tahun lalu dan UKP dalam sistem anggaran berbasis kinerja
yang diterapkan mulai tahun 2003 sampai sekarang, sisa lebih
perhitungan anggaran tahun lalu termasuk dalam struktur pembiayaan.
Pendapatan daerah terdiri dari PAD (pajak daerah, retribusi daerah,
bagian laba usaha perusahaan milik daerah dan lain-lain PAD yang sah),
dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

1. Pendapatan Asli Daerah


Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) berasal dari: pajak
daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) memberikan kontribusi dalam
pendapatan daerah. Pada tahun 2003, PAD memberikan kontribusi
sebesar Rp 17,5 M (5,37%) terhadap pendapatan daerah. Pada
tahun 2004 memberikan kontribusi sebesar Rp 22,5 M atau 6,51%.

39
Tahun 2005 sebesar Rp 20,6 M atau 5.63% dan tahun 2006
memberikan kontribusi sebesar Rp 25,9 M (4,45%). Sedangkan
tahun 2007 meberikan kontribusi sebesar Rp. 78,2 M (10,70%).
Perkembangan target dan realisasi PAD Kabupaten Bone
Tahun Anggaran 2003 sampai dengan 2007 dapat dilihat pada Tabel
7 berikut ini:

Tabel 7 : Perkembangan Target dan Realisasi PAD


Kabupaten Bone Tahun 2003 – 2007
Target Realisasi Persentase
No. Tahun
( Milyar ) ( Milyar ) %
1 2003 17.5 15.9 90.9
2 2004 22.5 17.7 78.7
3 2005 20.6 18.0 87.4
4 2006 25.9 21.1 81.5
5 2007 78.2 34.5 44.1
Sumber : APBD Kabupaten Bone

Kontribusi realisasi masing-masing komponen PAD Kabupaten


Bone Tahun Anggaran 2003 sampai dengan 2007 dapat
digambarkan pada Tabel 8 berikut ini:

Tabel 8 : Kontribusi Realisasi Terhadap PAD Kabupaten Bone


Tahun 2003-2007 (Milyar)
No. Uraian 2003 2004 2005 2006 2007
1 Pajak Daerah 3.7 3.7 4.6 4.2 5.1
2 Retribusi Daerah 6.0 11.0 8.7 11.7 15.4
3 Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil 0.3 0.5 0.8 1.0 1.2
Pengelolaan kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
4 Lain-lain Pendapatn Asli Daerah Yang Sah 5.9 2.5 3.9 4.2 12.8
TOTAL REALISASI 15.9 17.7 18.0 21.1 34.5
Sumber : APBD Kabupaten Bone

Berdasarkan tabel di atas, PAD Kabupaten Bone bersumber


dari: pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah

40
dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, serta lain-
lain pendapatan asli daerah yang sah.

a. Pajak Daerah
Pajak daerah memberikan kontribusi ketiga yaitu pada tahun
2003 ditargetkan sebesar Rp 3,6 M dan terealisasi sebesar
Rp.3,7 M atau 102,7%, tahun 2004 ditargetkan sebesar Rp 4,5 M
dan terealisasi sebesar Rp 3,7 M atau 82,2%. Selanjutnya, tahun
2005 pajak daerah ditargetkan sebesar Rp 4,6 M dan terealisasi
sebesar Rp 4,6 M atau 100 %. Sedangkan tahun 2006 ditargetkan
sebesar Rp 5,1 M terealisasi sebesar Rp 4,2 M atau 82,3%. Pajak
daerah tahun 2007 ditargetkan sebesar Rp 5,3 M dan terealisasi
sebesar Rp. 5,1 M atau 96,2%. Obyek-obyek pajak daerah adalah
pajak hotel, restoran, hiburan, reklame, penerangan jalan,
pengambilan bahan galian golongan C.

b. Retribusi Daerah
Retribusi daerah memberikan kontribusi terbesar dalam PAD
Kabupaten Bone. Sedangkan obyek-obyek retribusi adalah
pelayanan kesehatan, persampahan, pergantian biaya cetak KTP
dan akta catatan sipil, pelayanan parkir/pasar, pengujian
kendaraan bermotor, jasa ketatausahaan, pemakaian kekayaan,
jasa usaha tempat pelelangan ikan, terminal, jasa khusus parkir,
rumah potong hewan, pelayanan pelabuhan kapal, tempat
rekreasi, IMB, izin gangguan, izin trayek, hasil bumi dan laut, jasa
konstruksi, jasa ketenagakerjaan, izin usaha perindustrian,
perdagangan, pertambangan, izin pemeriksaan alat pemadam
kebakaran, hasil pengadaan kekayaan daerah dari bagian laba
Perusahaan Milik Daerah dan Bank Pembangunan Daerah (BPD).
Pada tahun 2003 terealisasi Rp. 6,0 M, tahun 2004
terealisasi Rp. 11,0 M, pada tahun 2005 terealisasi Rp. 8,7 M,

41
tahun 2006 sebesar Rp. 11,7 M sedangkan tahun 2007 terealisasi
Rp. 15,4 M.

c. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil pengelolaan


kekayaan daerah yang dipisahkan
Selanjutnya Bagian Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan memberikan
kontribusi terkecil dalam PAD. Pada tahun 2003 sebesar Rp. 0,3
M atau 1,8%, Tahun 2004 sebesar Rp. 0,5 M atau 2,8%, Tahun
2005 sebesar Rp. 0,8 M atau 4,4%, tahun 2006 sebesar Rp. 1,0
M atau 5,6%, sedangkan pada Tahun 2007 sebesar Rp 1,2 M
yaitu 3,5%.

d. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah


Sedangkan yang memberikan kontribusi kedua terhadap
PAD adalah lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pada tahun
2003, telah memberikan kontribusi terhadap PAD sebesar Rp 5,9
M atau 37,1 %, pada tahun 2004 memberikan kontribusi sebesar
Rp. 2,5 M atau 14,1 %. Kontribusi pada tahun 2005 sebesar
Rp.3,9 M atau 21,6%, tahun 2006 sebesar Rp 4,2 M atau 19,9 %,
sedangkan Tahun 2007 sebesar Rp 12,8 M atau 37,1 %. Obyek-
obyek Lain-lain PAD Yang sah diperoleh dari; hasil penjualan aset
daerah, penerimaan jasa giro, tuntutan ganti rugi, sumbangan
pihak ketiga dan pendapatan dari pengembalian.

2. Dana Perimbangan Keuangan


Dana perimbangan keuangan berasal dari; bagi hasil pajak,
bagi hasil bukan pajak, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi
Khusus (DAK). Bagi hasil pajak meliputi: pajak bumi dan bangunan,
bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, bagi hasil pajak
penghasilan pasal 21, bagi hasil pajak penghasilan pasal 25/29,

42
sedangkan bagi hasil bukan pajak terdiri dari; Bagi hasil dari iuran
hak pengusaha hutan, land-ret, iuran eksploitasi dan iuran eksplotasi
(Royalti), dan Bagi Hasil dari Pungutan Hasil Perikanan.
Dana perimbangan tahun 2003 ditargetkan sebesar Rp 281,1
M dan terealisasi sebesar Rp 285,8 M (101,6%). tahun 2004
ditargetkan sebesar Rp 301,7 M dan terealisasi sebesar Rp.310,0 M
(102,7%). Selanjutnya, tahun 2005 ditargetkan perolehan dana
perimbangan adalah sebesar Rp 325,9 M dan terealisasi sebesar
Rp.320,1 M (98,2%). Dana perimbangan tahun 2006 ditargetkan
sebesar Rp 516,9 M dan terealisasi sebesar Rp 514,4 M (99,5%) dan
dana perimbangan tahun 2007 ditargetkan sebesar Rp. 595,6 M dan
terealisasi Rp. 596,6 (100,1%).
Perkembangan anggaran dan realisasi dana perimbangan
Kabupaten Bone Tahun Anggaran 2003 sampai dengan 2007 dapat
digambarkan pada Tabel 9 berikut ini :

Tabel 9 : Target dan Realisasi Dana Perimbangan


Kabupaten Bone Tahun 2003-2007
Target Realisasi Persentase
No. Tahun
( Milyar ) ( Milyar ) %
1 2003 281.1 285.8 101.7
2 2004 301.7 310.0 102.8
3 2005 325.9 320.1 98.2
4 2006 516.9 514.4 99.5
5 2007 595.6 596.6 100.2
Sumber: APBD Kabupaten Bone

Realisasi dana perimbangan Kabupaten Bone tiap tahunnya


lebih besar jika dibandingkan dengan anggaran dana perimbangan.
Realisasi dana perimbangan dari tahun 2003 sampai dengan tahun
2007 jumlahnya semakin meningkat. Pada tahun 2003 realisasi dana
perimbangan sebesar Rp 285,8 M menjadi Rp 310,0 M pada tahun

43
2004 atau mengalami kenaikan sebesar 8,4%. Pada tahun 2005
sebesar Rp 320,1 M. Jika dibandingkan dengan tahun 2004 terjadi
kenaikan sebesar 3,2%. Pada tahun 2006, realisasi dana
perimbangan Kabupaten Bone sebesar Rp 514,4 M. Jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi kenaikan sebesar
60,7%, sedangkan pada tahun 2007 sebesar Rp. 596,6 M, jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi peningkatan sebesar
15,9%. Realisasi dana perimbangan dari tahun ke tahun relatif tidak
tetap atau bervariasi.
Selanjutnya kontribusi uraian dana perimbangan Kabupaten
Bone dapat dilihat pada tabel 10 berikut:

Tabel 10 : Kontribusi Realisasi Terhadap Dana Perimbangan


Kabupaten Bone Tahun 2003-2007 (Milyar)
No. URAIAN 2003 2004 2005 2006 2007
1 Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil 20.7 34.1 29.1 35.7 44.5
Bukan Pajak
2 Dana Alokasi Umum (DAU) 257.0 265.7 276.7 446.4 494.2
3 Dana Alokasi Khusus (DAK) 8.1 10.2 14.3 32.3 57.9
Total Realisasi 285.8 310.0 320.1 514.4 596.6
Sumber : APBD Kabupaten Bone

Realisasi kontribusi dana perimbangan Kabupaten Bone


secara berurut dari yang paling besar yaitu: Dana Alokasi Umum
(DAU), bagi hasil pajak/ bagi hasil bukan pajak, dan Dana Alokasi
Khusus (DAK).

a. Dana Alokasi Umum


Untuk Dana Alokasi Umum (DAU), pada tahun 2003
memberikan kontribusi terhadap dana perimbangan sebesar
Rp.257,0 M (89,9%). Pada tahun 2004, memberikan kontribusi
sebesar Rp.265,7 M (85,77%). Kontribusi pada tahun 2005
sebesar Rp. 276,7 M (86,4%). Pada tahun 2006, memberikan

44
kontribusi sebesar Rp. 446,4 M (86,7%), sedangkan pada tahun
2007, memberikan kontribusi sebesar Rp. 494,2 M (82,84%).

b. Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak


Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak memberikan
kontribusi terbesar kedua dalam dana perimbangan. Pada tahun
2003, memberikan kontribusi terhadap dana perimbangan
sebesar Rp20,7 M (7,2%). Pada tahun 2004 memberikan
kontribusi sebesar Rp 34,1 M (11,0%). Kontribusi pada tahun
2005 sebesar Rp.29,1 M (9,1%). Pada tahun 2006, memberikan
kontribusi sebesar Rp.35,7 M (6,9%), sedangkan pada tahun
2007 memberikan kontribusi sebesar Rp 44,5 M (7,46%).

c. Dana Alokasi Khusus (DAK)


Dana Alokasi Khusus (DAK) memberikan kontribusi ketiga
dalam dana perimbangan. Pada tahun 2003 memberikan
kontribusi terhadap dana perimbangan sebesar Rp. 8,1 M (2,8%).
Kontribusi pada tahun 2004 sebesar Rp 10,2 M (3,3%), pada
tahun 2005 memberikan kontribusi sebesar Rp. 14,3 M (4,5%),
pada tahun 2006 memberikan kontribusi sebesar Rp. 32,3 M
(6,3%), sedangkan pada tahun 2007 memberikan kontribusi
sebesar Rp. 57,9 M (9,71%).

d. Dana Perimbangan Provinsi


Sedangkan yang memberikan kontribusi keempat terhadap
dana perimbangan adalah dana perimbangan provinsi. Pada
tahun 2003, dana perimbangan provinsi memberikan kontribusi
terhadap dana perimbangan sebesar Rp 6,0 M (2,1%). Pada
tahun 2004 memberikan kontribusi sebesar Rp 6,2 M (2,0%).
Kontribusi pada tahun 2005 sebesar Rp 9,9 M (3,1%). Pada tahun
2006, memberikan kontribusi sebesar Rp 17,0 M (3,3%),

45
sedangkan pada tahun 2007 mengalami perubahan dengan
berlakunya Permendagri No. 13 Tahun 2006 tidak dialokasikan
pada dana perimbangan dan dialokasikan pada lain-lain
pendapatan daerah yang sah.

3. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah


Lain-lain pendapatan daerah yang sah memberikan kontribusi
dalam pendapatan daerah. Pada tahun 2003 ditargetkan sebesar
Rp.27,6 M dan terealisasi sebesar Rp 26,2 M (94,9%). Selanjutnya,
tahun 2004 ditargetkan perolehan sebesar Rp 21,3 M dan terealisasi
sebesar Rp. 22,0 M (103,2%). Tahun 2005 ditargetkan sebesar
Rp.29,5 M dan terealisasi sebesar Rp 24,2 M (82,0%). Tahun 2006
ditargetkan sebesar Rp 40,0 M dan terealisasi sebesar Rp. 39,9 M
(99,7%). Sedangkan pada tahun 2007 ditargetkan sebesar Rp.57,2 M
dan realisasi sebesar Rp. 34,2 M (59,8%). Dari target dan realisasi
lain-lain pendapatan daerah yang sah Kabupaten Bone Tahun
Anggaran 2003 sampai dengan 2007 dapat digambarkan pada Tabel
11 berikut ini:

Tabel 11 : Target dan Realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah


Yang Sah Kabupaten Bone Tahun 2003-2007
Target Realisasi Persentase
No. Tahun
( Milyar ) ( Milyar ) %
1 2003 27.6 26.2 94.9
2 2004 21.3 22.0 103.3
3 2005 29.5 24.2 82.0
4 2006 40.0 39.9 99.8
5 2007 57.2 34.2 59.8
Sumber : APBD Kabupaten Bone

Anggaran dan realisasi lain-lain pendapatan daerah yang sah


Kabupaten Bone dari tahun 2003 ke tahun 2004 menurun 16,0 %,
sedangkan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 mengalami

46
kenaikan. Jumlah setiap tahunnya antara target dan realisasi, namun
pada tahun 2007 terjadi perbedaan tetapi tidak terlalu signifikan.
Selain dari empat sumber pendapatan yang telah diuraikan di
atas, pendapatan daerah juga didorong oleh kontribusi sektor produk
domestik regional bruto dalam perekonomian dan keuangan daerah.
Peran sektor tersebut dikelompokkan menjadi 3 sektor pokok, yaitu
kelompok sektor primer, sekunder dan tersier.
Sektor primer yang mencakup sektor pertanian, sektor
pertambangan dan Galian. Peranan kelompok sektor primer sangat
memberikan kontribusi didaerah, peran kelompok sektor ini
didominasi sektor pertanian yang memberikan kontribusi.
Sektor Sekunder mencakup sektor industri pengolahan, sektor
Listrik dan Air Bersih, dan sektor Bangunan. Kelompok sektor ini
memberikan kontribusi terendah terhadap PDRB Kabupaten Bone.
Peran kelompok sektor ini didominasi sektor industri pengolahan
yang memberikan kontribusi daerah.
Sektor tersier yang terdiri dari dari sektor Perdagangan, Hotel,
dan Restoran; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor
Keuangan, Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan, dan Sektor
Jasa-Jasa. Kelompok sektor ini memberikan kontribusi terbesar
terhadap PDRB Kabupaten Bone yaitu. Peran sektor ini didominasi
sektor Perdagangan, Hotel & Restoran yang memberikan kontribusi
daerah.

4. Pengembangan Sumber Pendapatan Daerah


Untuk mendukung pembelanjaan daerah dalam rangka
pelaksanaan berbagai program dan kegiatan strategik, berbagai
upaya telah dan akan terus diupayakan. Tidak saja untuk
meningkatkan jumlah penerimaan dari berbagai sumber pendapatan
yang selama ini menyumbangkan nilai yang tidak sedikit bagi APBD,

47
juga berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan sumber-sumber
pendapatan baru. Secara umum, upaya peningkatan pendapatan
daerah, lebih khusus diupayakan pada sumber PAD, mengingat
controllability-nya yang tinggi dibanding sumber-sumber pendapatan
yang lain. Upaya yang akan dilakukan meliputi sebagai berikut :

a. Program intensifikasi dan ekstensifikasi


Program ini dimaksudkan untuk memecahkan
permasalahan rendahnya tingkat kesadaran dan kepatuhan wajib
pajak yang berada di wilayah Kabupaten Bone. Indikator
keberhasilan program ini adalah berupa peningkatan pendapatan
daerah dari sektor Pajak Daerah dan PBB, untuk mendukung
program tersebut akan dialokasikan dana dari tahun 2009 sampai
dengan 2013 dalam APBD Kabupaten Bone.

b. Program Koordinasi/Sinkronisasi Lintas Sektoral


Program ini dimaksudkan untuk mendukung program
pertama dalam mendukung peningkatan pendapatan pajak
daerah dari aspek pembangunan ekonomi. Program ini juga
dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan atas rendahnya
rasio elastisitas pertumbuhan ekonomi terhadap pertumbuhan
pajak daerah. Indikator keberhasilan program ini adalah berupa
peningkatan kegiatan pembangunan yang mendukung potensi
pajak daerah.

c. Program Peningkatan Kualitas SDM Aparatur


Program ini dimaksudkan untuk memecahkan
permasalahan atas keterbatasan kualitas sumber daya aparatur
yang berhubungan dengan upaya penggalian dan pelayanan
penerimaan pendapatan daerah. Indikator keberhasilan program
ini adalah peningkatan kualitas SDM aparat dalam jangka

48
pengelolaan pajak daerah melalui penyelenggaraan pelatihan
yang relevan.

B. ARAH PENGELOLAAN BELANJA DAERAH

Unsur belanja daerah terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja
langsung. Pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 masih
menggunakan istilah belanja aparatur dan belanja pelayanan publik,
pada tahun 2007 sampai sekarang menggunakan istilah belanja
langsung dan belanja tidak langsung. Kontribusi realisasi belanja daerah
untuk belanja aparatur/ belanja tidak langsung dan belanja pelayanan
publik/ belanja langsung dapat digambarkan Tabel 12 sebagai berikut :

Tabel 12 : Target dan Realisasi Belanja Daerah


Kabupaten Bone Tahun 2003-2007
Aparatur/ Belanja Tidak Pelayanan Publik/ Belanja
Jumlah (Milyar)
No. Tahun Langsung Langsung
Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi %
1 2003 225.4 219.3 97.3 138.2 107.7 77.9 363.7 327.1 89.9
2 2004 277.8 258.9 93.2 104.2 89.1 85.5 382.0 348.0 91.1
3 2005 154.6 147.4 95.3 249.7 221.1 88.5 404.4 368.6 91.1
4 2006 206.3 191.4 92.8 432.9 357.5 82.6 639.3 548.9 85.9
5 2007 371.2 353.4 95.2 437.1 355.3 81.3 808.4 708.7 87.7
Sumber :APBD Kabupaten Bone

Berdasarkan tabel di atas, realisasi belanja daerah Kabupaten


Bone pada tahun 2003 dan 2004 lebih banyak dikontribusikan untuk
belanja aparatur/ belanja tidak langsung sedangkan pada tahun 2005
sampai dengan 2007 lebih banyak dikontribusikan untuk belanja
pelayanan publik/ belanja langsung. Belanja aparatur/belanja tidak
langsung mendapat kontribusi dari belanja daerah, pada tahun 2003
sebesar Rp 225,4 M (61,9%). Pada tahun 2004, mendapat kontribusi
sebesar Rp 277,8 M (72,7%). Selanjutnya pada tahun 2005, belanja
daerah memberikan kontribusi kepada belanja aparatur/belanja tidak

49
langsung sebesar Rp 154,6 M (38,2%). Pada tahun 2006, memberikan
kontribusi sebesar Rp 206,3 M (32,2%). Sedangkan tahun 2007
memberikan kontribusi sebesar Rp. 371,2 M (45,92%).
Sedangkan belanja pelayanan publik/ belanja langsung dari tahun
2003 sampai dengan tahun 2004 mendapat kontribusi yang menurun
dari belanja daerah 138,2 M (38,0%) dan 104,2 M (27,2%). Pada tahun
2005, belanja pelayanan publik/belanja langsung mendapat kontribusi
sebesar Rp 249,7 M atau 61,7% dari belanja daerah (67,7%). Pada
tahun 2006 mendapat kontribusi sebesar Rp. 432,9 M. Selanjutnya pada
tahun 2007, belanja daerah memberikan kontribusi kepada belanja
publik sebesar Rp 437,1 M (54,07%).

1. Belanja Aparatur / Belanja Tidak Langsung


Belanja aparatur dapat diuraikan: belanja administrasi umum,
belanja operasional dan pemeliharaan, belanja modal. Belanja
administrasi umum terdiri dari: belanja pegawai/personalia
(pembayaran gaji, tunjangan-tunjangan, biaya perawatan dan
pengobatan, pengembangan SDM), belanja barang dan jasa
(pembayaran pokok hutang dan bunga/jasa bank, rekening listrik, air,
telepon dan ongkos kantor lainnya), belanja perjalanan dinas (biaya
dalam rangka melaksanakan tugas ke luar daerah), belanja
pemeliharaan (membiayai pemeliharaan gedung dan kantor serta
inventaris kantor). Pos-pos belanja operasi dan pemeliharaan sama
dengan belanja administrasi umum, yaitu meliputi: belanja
pegawai/personalia (pembayaran honorarium/upah, uang lembur dan
insentif), belanja barang dan jasa(belanja bahan/material, biaya jasa
pihak ke tiga, biaya cetak dan penggandaan, biaya sewa, biaya
makan dan minum, dan biaya pakaian kerja), belanja perjalanan
dinas (biaya perjalanan dalam rangka pelaksanaan program), belanja

50
pemeliharaan (membiayai peningkatan masa manfaat sarana dan
prasarana dalam rangka pelayanan kepada masyarakat).
Belanja tidak langsung/belanja aparatur daerah tahun 2003
ditargetkan sebesar Rp. 225,4 M dan terealisasi Rp. 219,3 M (97,3),
tahun 2004 ditargetkan Rp 277,8 M dan terealisasi sebesar Rp 258,9
M (93,2%). Selanjutnya, tahun 2005 ditargetkan belanja
aparatur/belanja langsung adalah Rp. 154,6 M dan terealisasi
sebesar Rp. 147,4 M (95,3%). Belanja aparatur/belanja tidak
langsung tahun 2006 ditargetkan sebesar Rp. 206,3 M dan terealisasi
sebesar Rp 191,4 M (92,7%). Belanja aparatur/belanja tidak
langsung daerah tahun 2007 ditargetkan Rp 371,2 M dan terealisasi
sebesar Rp. 353,4 M (95,2%). Perkembangan realisasi Belanja
Aparatur/ Belanja Tidak Langsung Kabupaten Bone Tahun 2003-
2007 dapat digambarkan pada Tabel 13 berikut ini :

Tabel 13 : Kontribusi Realisasi Belanja Tidak


Langsung Kabupaten Bone 2003-2007 (Milyar)

NO. URAIAN 2003 2004 2005 2006 2007


Belanja Tidak Langsung 219,3 258,9 147,4 191,4 353,4
1 Belanja Administrasi Umum 204,3 240,2 123,6 140,3 -
2 Belanja Bagi Hasil dan 14,8 16,2 21,0 49,9 -
Bantuan Keuangan
3 Belanja Tidak Tersangka 0,2 2,5 2,8 1,2 -
Sumber : APBD Kabupaten Bone

Berdasarkan tabel di atas, realisasi belanja aparatur/ belanja


tidak langsung Kabupaten Bone dikontribusikan secara berurut dari
yang paling besar yaitu: belanja administrasi umum, Belanja Bagi
Hasil dan Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Tersangka.

51
a. Belanja Administrasi Umum
Belanja administrasi umum, pada tahun 2003
dikontribusikan sebesar Rp. 204,3 M (93,16%) tahun 2004
dikontribusikan sebesar Rp. 240,2 M (92,78%), tahun 2005
dikontribusikan sebesar Rp. 123,6 M (83,86%), tahun 2006
sebesar Rp. 140,3 M (73,31%) sedangkan tahun 2007
dikontribusikan sebesar Rp. 353,4 M dirubah istilah belanja tidak
langsung yaitu penggabungan belanja administrasi umum, belanja
operasi dan pemeliharaan serta belanja modal.

b. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan


Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan, pada tahun
2003 dikontribusikan sebesar Rp 14,8 M (6,75%). Sedangkan
pada tahun 2004, dikontribusikan sebesar Rp 16,2 M (6,26%). Di
tahun 2005, dikontribusikan sebesar Rp 21,0 M (14,2%), tahun
2006 di kontribusikan Rp. 49,9 M (26,0%) sedangkan tahun 2007
digabung pada belanja tidak langsung.

c. Belanja Tidak Tersangka


Belanja tidak tersangka pada tahun 2003 mendapat
kontribusi sebesar Rp 0,2 M (0,10%). Pada tahun 2004, mendapat
kontribusi sebesar Rp 2,5 M (0,97%). Di tahun 2005,
mendapatkan kontribusi sebesar Rp 2,8 M (1,9%), tahun 2006
mendapat kontribusi sebesar Rp.1,2 M (0,6%) sedangkan pada
tahun 2007 digabung pada belanja tidak langsung.

2. Belanja Pelayanan Publik/ Belanja Langsung


Belanja Pelayanan Publik yang diuraikan ke belanja
administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, serta belanja
modal. Belanja administrasi umum terdiri dari: belanja
pegawai/personalia (pembayaran gaji, tunjangan-tunjangan, biaya

52
perawatan dan pengobatan, pengembangan SDM), belanja barang
dan jasa (pembayaran rekening listrik, air, telepon dan ongkos kantor
lainnya), belanja perjalanan dinas (biaya dalam rangka
melaksanakan tugas dalam daerah ke luar daerah), belanja
pemeliharaan (membiayai pemeliharaan sarana dan prasarana
gedung dan kantor serta inventaris kantor).
Pos-pos belanja operasi dan pemeliharaan sama dengan
belanja administrasi umum, yaitu meliputi: belanja
pegawai/personalia (pembayaran honorarium/upah, uang lembur dan
insentif), belanja barang dan jasa (belanja bahan/material, biaya jasa
pihak III, biaya cetak dan penggandaan, biaya sewa, biaya makan
dan minum, dan biaya pakaian kerja), belanja perjalanan dinas (biaya
perjalanan dalam rangka pelaksanaan program), belanja
pemeliharaan (membiayai peningkatan masa manfaat sarana dan
prasarana dalam rangka pelayanan kepada masyarakat). Belanja
bagi hasil berupa bagi hasil retribusi kepada pemerintah desa.
Sedangkan bantuan keuangan digunakan untuk bantuan keuangan
kepada pemerintah desa, organisasi kemasyarakatan dan organisasi
profesi. Belanja tidak tersangka digunakan untuk penanganan
bencana alam, bencana sosial dan pengeluaran lainnya yang sangat
diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah
daerah, yaitu penyediaan sarana prasarana yang berhubungan
langsung dengan pelayanan masyarakat yang anggarannya tidak
tersedia dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
Belanja pelayanan publik/belanja tidak langsung tahun 2003
ditargetkan sebesar Rp. 138,2 M dan terealisasi sebesar Rp 107,7 M
(77,9%). Tahun 2004 ditargetkan sebesar Rp 104,2 M dan terealisasi
sebesar Rp 89,1 M (85,5%). Selanjutnya, tahun 2005 ditargetkan
pengeluaran belanja publik daerah adalah sebesar Rp 249,7 M dan
terealisasi sebesar Rp. 221,1 M (88,5%). Belanja publik daerah tahun

53
2006 ditargetkan sebesar Rp 432,9 M dan terealisasi sebesar
Rp.357,5 M (82,5%). Belanja publik tahun 2007 ditargetkan sebesar
Rp 437,1 M dan terealisir sebesar Rp 355,3 M (81,2%) yang
sebutannya dirubah menjadi belanja langsung.
Sedangkan perkembangan realisasi belanja pelayanan publik
pada tahun 2003 sampai dengan 2006 diuraikan belanja administrasi,
belanja operasi dan pemeliharaan, serta belanja modal, sedangkan
pada tahun 2007 diganti istilah belanja langsung, dan kontribusi
realisasi belanja pelayanan publik dapat diuraikan pada tabel 14
berikut ini :

Tabel 14 : Kontribusi Realisasi Belanja Pelayanan Publik


Kabupaten Bone Tahun 2003-2007 (Milyar)
NO. URAIAN 2003 2004 2005 2006 2007
Belanja Langsung 107,7 89,1 221,1 357,5 355,3
1 Belanja Administrasi Umum 6,3 - 120,9 158,6 -
2 Belanja Operasional dan Pemeliharaan 29,5 28,7 37,8 93,8 -
3 Belanja Modal 71,9 60,4 62,4 105,1 -
Sumber : APBD Kabupaten Bone

Berdasarkan tabel di atas realisasi belanja pelayanan publik/


belanja langsung Kabupaten Bone dikontribusikan secara berurut
dari yang paling besar yaitu: belanja administrasi umum, belanja
modal, belanja operasi dan pemeliharaan, belanja bagi hasil dan
bantuan keuangan, serta belanja tidak tersangka. Namun pada tahun
2007 dirubah istilah belanja pelayanan publik menjadi belanja
langsung yang diuraikan belanja pegawai, belanja barang dan jasa
serta belanja modal.

a. Belanja Administrasi Umum


Belanja administrasi umum, pada tahun 2003
dikontribusikan sebesar Rp 6,3 M (5,8%) dari belanja publik.

54
Sedangkan pada tahun 2004 tidak dialokasikan, pada tahun 2005
dikontribusikan Rp. 120,9 M (54,6%) dari belanja publik. Di tahun
2006 dikontribusikan sebesar Rp.158,6 M (44,3%), sedangkan
tahun 2007 dikontribusikan sebesar Rp. 355,3 M yang sekaligus
dirubah menjadi belanja langsung.

b. Belanja Modal
Belanja modal pada tahun 2003 mendapat kontribusi dari
belanja publik sebesar Rp 71,9 M (66,7%) dari belanja publik,
pada tahun 2004, mendapat kontribusi sebesar Rp 60,4 M
(67,7%). Di tahun 2005, belanja modal ini mendapat kontribusi
sebesar Rp 62,4 M (28,2%). Pada tahun 2006 mendapat
kontribusi sebesar Rp. 105,1 M (29,4%) sedangkan tahun 2007
mendapat kontribusi sebesar Rp.355,3 M dirubah istilah belanja
langsung.

c. Belanja Operasi dan Pemeliharaan


Pada tahun 2003, belanja operasi dan pemeliharaan
mendapat kontribusi dari belanja publik sebesar Rp 29,5 M
(27,3%). Sedangkan pada tahun 2004, mendapat kontribusi
Rp.28,7 M (32,2%). Di tahun 2005, mendapat kontribusi sebesar
Rp.37,8 M (17,1%), tahun 2006 mendapat kontribusi sebesar
Rp.93,8 M (26,2%) sedangkan tahun 2007 mendapat kontribusi
355,3 M dan dirubah istilah belanja langsung.

C. ARAH PEMBIAYAAN

Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan


pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar
atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah
terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan

55
surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal
dari pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan
antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman,
pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh
pemerintah dan sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu termasuk
dalam struktur pembiayaan.

D. KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN


1. Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah tahun 2009-2013 diperkirakan akan
mengalami pertumbuhan rata-rata sekitar 16,32%. Pertumbuhan
tersebut didorong oleh pertumbuhan pada komponen PAD dan
komponen Dana Perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah.
Pertumbuhan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Hasil
Perusahaan Daerah akan menjadi faktor yang penting dalam
mendorong pertumbuhan PAD lima tahun mendatang. Sedangkan
pertumbuhan ekonomi adalah unsur yang cukup penting dalam
mendorong pertumbuhan Dana Perimbangan yang akan diperoleh.
Khusus untuk lain-lain pendapatan yang sah, bagi hasil dari
Pemerintah Provinsi berperan penting sebagai salah satu sumber
pendapatan daerah dalam mendukung pendanaan berbagai program
dan kegiatan. Bagi hasil dari Pemerintah Provinsi ini antara lain Pajak
Kendaraan Bermotor/ Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
(PKB/BBNKB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)
dan lain-lain. Pendapatan dari Bagi Hasil dengan Pemerintah
Provinsi ini sangat terkait dengan aktifitas ekonomi daerah. Untuk itu
Pemerintah Daerah dapat berperan dalam memberikan insentif dan
dorongan aktifitas perekonomian daerah.
Proyeksi pendapatan Kabupaten Bone dari tahun 2009 sampai
dengan tahun 2013 dapat dijabarkan pada tabel 15 berikut :

56
Tabel 15 : Proyeksi Pendapatan Kabupaten Bone
Tahun 2009-2013 (Milyar)

No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013


1 Pendapatan Asli Daerah 77,0 99,8 122,6 145,4 168,2
2 Dana Perimbangan 808,3 972,5 1.136,7 1.300,9 1.465,1
3 Lain-lain Pendapatan Yang Sah 36,2 39,9 43,6 47,3 51,0
Total 921,5 1.112,2 1.302,9 1.493,6 1.684,3

Pendapatan Asli Daerah (PAD)


Realisasi PAD dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007
dapat dilihat pada Tabel 16 seperti berikut:

Tabel 16 : Realisasi PAD Kabuapten Bone


Tahun 2003-2007 (Milyar)
Tahun
No. Uraian
2003 2004 2005 2006 2007
1 Pajak Daerah 3,7 3,7 4,6 4,2 5,1
2 Retribusi Daerah 6,0 11,0 8,7 11,7 15,4
3 Hasil Perusahaan Milik Daerah 0,3 0,5 0,8 1,0 1,2
4 Lain-lain PAD yang Sah 5,9 2,5 3,9 4,2 12,8
Total 15,9 17,7 18,0 21,1 34,5
Sumber : APBD Kabupaten Bone

Atas dasar realisasi di atas, maka proyeksi anggaran PAD


Kabupaten Bone tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat
pada tabel 17 sebagai berikut :

Tabel 17 : Proyeksi Pendapatan Asli Daerah (PAD)


Tahun 2009 – 2013 (miliyar)

No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013


1 Pajak Daerah 5,8 6,3 6,8 7,3 7,8
2 Retribusi Daerah 22,0 27,4 32,8 38,2 43,6
3 Hasil Perusahaan Milik Daerah 2,3 3,0 3,7 4,4 5,1
4 Lain-lain PAD yang Sah 46,9 63,1 79,3 95,5 111,7
Total 77,0 99,8 122,6 145,4 168,2

57
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata
pertumbuhan PAD per tahun sebesar 24%. Perkiraan pertumbuhan
PAD setiap tahun tersebut diperoleh dari perkiraan pertumbuhan
masing-masing bagian dari PAD, yaitu: Pajak daerah, Retribusi
daerah, Hasil BUMD dan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan
Lain-lain PAD.
Dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
seringkali menimbulkan permasalahan dengan masyarakat
khususnya para pengusaha. Kebijakan ekstensifikasi pajak dan
retribusi atau penetapan tarif yang terlalu tinggi seringkali dikeluhkan
menghambat pertumbuhan sektor rill. Untuk itu perlu dikembangkan
terobosan baru untuk meningkatkan PAD, yaitu dengan :
a. Perbaikan Manajemen
Dengan perbaikan manajemen diharapkan mampu
merealisasikan setiap potensi menjadi pendapatan daerah.
Manajemen yang profesional dapat dicapai dengan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dan perbaikan serta penyederhaan
system dan prosedur.
b. Peningkatan Investasi
Peningkatan investasi dapat didorong dengan membangun iklim
usaha kondusif. Hal ini dapat dicapai dengan menjaga stabilitas
ekonomi daerah, menyederhanakan prosedur perijinan,
mempertegas peraturan-kebijakan agar tidak tumpang tindih baik
antara pemerintah pusat, provinsi, dan kota maupun antar sektor,
meningkatkan kepastian hukum terhadap usaha, menyehatkan
iklim ketenagakerjaan sekaligus meningkatkan kualitas tenaga
kerja, meningkatkan keamanan dan ketertiban, meniadakan
tumpang tindih pemungutan dan menyederhanakan prosedurnya.

58
c. Optimalisasi Aset Daerah
Peningkatan PAD juga dapat diraih dengan meningkatkan
penggunaan aset daerah. Optimalisasi aset dapat dicapai dengan
perbaikan administrasi aset. Optimalisasi aset juga dapat
dilaksanakan bekerjasama dengan swasta. Selain itu hal
diperlukan juga perbaikan manajemen BUMD, selain itu upaya
tersebut perlu didukung rencana untuk membentuk badan usaha
baru.

Dana Perimbangan
Realisasi dana perimbangan dari tahun 2003 sampai dengan
tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 18 berikut:

Tabel 18 : Realisasi Dana Perimbangan Kabupaten Bone


Tahun 2003 - 2007 (Milyar)
TAHUN
No. URAIAN
2003 2004 2005 2006 2007
1 Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil 20,7 34,1 29,0 35,7 44,5
Bukan Pajak
2 Dana Alokasi Umum (DAU) 257,0 265,7 276,7 446,4 494,2
3 Dana Alokasi Khusus (DAK) 8,1 10,2 14,3 32,3 57,9

Atas dasar realisasi di atas, maka proyeksi dana perimbangan


tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 terlihat pada Tabel 19 berikut

Tabel 19 : Proyeksi Dana Perimbangan Kabupaten Bone


Tahun 2009 - 2013 (Milyar)
TAHUN
No. URAIAN
2009 2010 2011 2012 2013
1 Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil 55,0 65,8 76,6 87,4 98,2
Bukan Pajak
2 Dana Alokasi Umum (DAU) 634,3 739,6 844,9 950,2 1.055,5
3 Dana Alokasi Khusus (DAK) 119,0 167,1 215,2 263,3 311,4
TOTAL 808,3 972,5 1.136,7 1.300,9 1.465,1

59
Berdasarkan tabel 19 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata
pertumbuhan dana pembangunan setiap tahun tersebut diperoleh
dari perkiraan pertumbuhan masing-masing bagian dari dana
perimbangan yaitu: Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana
Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
Dana Perimbangan dan Bagi Hasil yang berasal dari DAU
perlu dikelola dengan sebaik-baiknya, meskipun relatif sulit untuk
memperkirakan jumlah realisasinya karena tergantung pada
pemerintah pusat. Sumber dana dari Dana Alokasi Khusus (DAK)
juga dapat diupayakan peningkatannya melalui penyusunan
program-program unggulan yang dapat diajukan untuk dibiayai
dengan dana DAK. Bagi hasil pajak propinsi dan pusat dapat
diupayakan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Pendapatan bagi
hasil sangat terkait dengan aktifitas perekonomian daerah. Dengan
semakin meningkatnya aktifitas ekonomi akan berkorelasi dengan
naiknya pendapatan yang berasal dari bagi hasil. Pemerintah Daerah
harus mendorong meningkatnya aktifitas perekonomian.

Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah dari tahun


2003 sampai dengan tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 20 berikut :

Tabel 20 : Realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah


Kabupaten Bone Tahun 2003 - 2007 (Milyar)
TAHUN
URAIAN
2003 2004 2005 2006 2007

Lain-lain Pendapatan Daerah 26,2 22,0 24,2 39,9 34,2


Yang Sah

60
Atas dasar realisasi di atas, maka proyeksi Lain-lain
Pendapatan Daerah Yang Sah tahun 2009 sampai dengan 2013
terlihat pada tabel 21 berikut :

Tabel 21 : Proyeksi Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah


Kabupaten Bone Tahun 2003 - 2007 (Milyar)
TAHUN
URAIAN
2009 2010 2011 2012 2013

Lain-lain Pendapatan Daerah 36,2 39,9 43,6 47,3 51,0


Yang Sah

2. Belanja Daerah

Kebijakan umum belanja daerah diarahkan pada peningkatan


efesiensi, efektifitas, transparansi, akuntabilitas dan pendapatan
prioritas alokasi anggaran. Selain itu, kebijakan belanja daerah juga
diarahkan untuk mencapai visi dan misi yang tetapkan dalam rangka
memperbaiki kualitas dan kuantitas pelayana publik.
Secara spesifik, efesiensi dan efektifitas belanja harus meliputi
pos-pos belanja. Belanja daerah dikelompokkan ke dalam Belanja
Langsung dan Belanja Tidak Langsung yang masing-masing
kelompok dirinci ke dalam jenis belanja. Untuk Belanja Tidak
Langsung, jenis belanjanya terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja
Bunga, Belanja Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Keuangan,
Belanja Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, dan Belanja Tidak
Terduga. Sementara itu, untuk Belanja Langsung, jenis belanjanya
terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, serta Belanja
Modal.

a. Belanja Tidak Langsung


Untuk tahun anggaran 2007, pemerintah menetapkan
menaikkan gaji PNS sebesar 15%. Kemungkinan dalam lima

61
tahun ke depan pemerintah akan menaikkan gaji pegawai negeri
sipil, sehingga selama lima tahun mendatang diperkirakan Belanja
Tidak Langsung akan mengalami kenaikan yang cukup signifikan
terutama untuk biaya gaji tetap. Kenaikan gaji pegawai negeri sipil
tersebut dibiayai oleh sumber pendapatan DAU. Dengan demikian
kenaikan gaji pegawai diharapkan dapat diikuti oleh kenaikan
DAU. Belanja yang signifikan pada kelompok belanja tidak
langsung adalah belanja bantuan sosial. Alokasi bantuan sosial
diarahkan kepada masyarakat dan berbagai organisasi baik
profesi maupun kemasyarakatan. Tujuan alokasi belanja bantuan
sosial adalah sebagai manifestasi pemerintah dalam
memberdayakan masyarakat. Mekanisme anggaran yang
dilaksanakan adalah bersifat block grant, artinya masyarakat
dapat merencanakan sendiri sesuai dengan kebutuhan, dengan
tidak keluar dari koridor peraturan yang belaku. Selain itu,
komitmen Pemerintah Kabupaten Bone untuk memperbaiki
kualitas pendidikan dan kesehatan juga berimplikasi pada
meningkatnya belanja subsidi pendidikan dan kesehatan yang
juga akan berpengaruh pada peningkatan Belanja Tidak
Langsung dalam lima tahun ke depan.

b. Belanja Langsung
Belanja Lansung adalah belanja pemerintah daerah yang
berhubungan langsung dengan program dan kegiatan. Program
dan kegiatan yang diusulkan pada belanja lansung disesuaikan
dengan Kebijkaan Umum APBD, Prioritas dan Plafon Anggaran,
dan Rencana Strategis Satuan Perangkat Kerja Daerah. Belanja
Langsung terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa,
serta Belanja Modal. Belanja Pegawai dalam Belanja Langsung
ini berbeda dengan Belanja Pegawai pada Belanja Tidak

62
Langsung, Belanja Pegawai pada Belanja Langsung antara lain
untuk Honorarium, Uang Lembur, Belanja Beasiswa Pendidikan,
dan Belanja Kursus. Smentara itu, Belanja Langsung untuk
jangka waktu lima tahun ke depan diarahkan pada pencapaian
visi dan misi Kabupaten Bone, antara lain untuk peningkatan
kualitas SDM melalui pendidikan, kesehatan, pengurangan
kemiskinan, eksplorasi potensi pariwisata serta perbaikan
infrastruktur untuk peningkatan pelayanan jasa. Besarnya dana
yang dikelarkan untuk masing-masing kegiatan juga diperkirakan
akan meningkat. Sementara itu, khusus untuk Belanja Modal,
pengeluaran belanja modal pada lima tahun mendatang
diprioritaskan untuk membangun sarana dan prasarana yang
mendukung tercapainya visi Kabupaten Bone, yaitu
pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan, sarana dan
prasarana pariwisata serta perbaikan infrastruktur yang
mendorong pertumbuhan pelayanan jasa.
Kebijakan belanja daerah sampai dengan 2013
diperkirakan akan didominasi oleh Belanja Tidak Langsung sekitar
57%, sedangkan untuk Belanja Langsung diperkirakan berkisar
43%. Dilihat dari sisi pertumbuhannya, komponen belanja daerah
tahun 2009-2013 (Belanja Tidak Langsung dan Belanja
Langsung) diperkirakan akan mengalami pertumbuhan rata-rata
sebesar 14,3 %.
Secara lengkap gambaran tentang proyeksi belanja daerah
Kabupaten Bone tahun 2009-2013 sebagaimana ditunjukkan
pada diagram berikut:

63
PROYEKSI BELANJA DAERAH
KABUPATEN BONE TAHUN 2009-2013
(Milyar Rupiah)

2009 2010 2011 2012 2013


Belanja Tidak Langsung 522,9 618,5 714,1 809,7 905,3
Belanja Langsung 410,7 479,2 547,7 616,2 684,7
Belanja Daerah 933,6 1.097,7 1.261,8 1.425,9 1.590,0

3. Pembiayaan Daerah
Dengan diberlakukannya anggaran kinerja, maka dalam
penyusunan APBD dimung kinkan adanya defisit maupun surplus.
Defisit terjadi ketika pendapatan lebih kecil dibandingkan dengan
belanja, sedangkan surplus terjadi ketika pendapatan lebih besar
dibandingkan belanja. Untuk menutup defisit dan surplus diperlukan
pembiayaan daerah. Berdasarkan proyeksi APBD Tahun 2009-2013.
Pembiayaan defisit anggaran antara lain bersumber dari
pinjaman daerah, Sisa Lebih Perhitungan Anggaran, dana cadangan
dan penjualan aset.
Kemampuan pinjaman daerah dapat diperoleh dengan
menghitung nilai DSCR dengan cara membandingkan antara jumlah
pendapatan daerah terhadap seluruh besaran kewajiban pinjaman
dan pendapatan daerah terhadap seluruh besaran kewajiban
pinjaman dan biaya lainnya setiap tahun anggaran.

64
Untuk meningkatkan efektifitas pinjaman daerah, pinjaman
harus direncanakan secara hati-hati. Selain disesuaikan dengan
kemampuan keuangan daerah pinjaman yang dibuat harus tetap
sasaran. Alokasi pinjaman daerah selain memberikan pemasukan
kepada PAD juga diharapkan mampu meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi dengan berkembangnya sektor perdagangan
dan jasa.
Selanjutnya untuk pengeluaran pembiayaan diprioritaskan
pada pengeluaran yang bersifat wajib, antara lain untuk pembayaran
hutang pokok yang telah jatuh tempo. Setelah pengeluaran wajib
terpenuhi, maka pengeluaran pembiayaan diarahkan untuk
penyataan modal kepada BUMD yang berorientasi keuntungan dan
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Dengan penyertaan modal yang dilakukan diharapkan dapat
mengasilkan bagi hasil laba yang dapat meningkatkan pendapatan
daerah sekaligus kinerja lembaga yang mendapat tambahan modal
dalam melayani masyarakat dapat meningkat.
Untuk lebih memperjelas proyeksi APBD tahun 2009-2013
dapat dilihat pada tabel berikut :

65
Tabel 22.
Proyeksi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Pemerintah Kabupaten Bone Tahun 2009-2013
( Milyar Rupiah )
U R A I A N 2009 2010 2011 2012 2013
PENDAPATAN DAERAH 889,8 1.048,7 1.207,6 1.366,5 1.525,4
PENDAPATAN ASLI DAERAH 67,0 79,8 92,6 105,4 118,2
DANA PERIMBANGAN 786,6 929,0 1.071,4 1.213,8 1.356,2
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 36,2 39,9 43,6 47,3 51,0
BELANJA DAERAH 933,6 1.097,7 1.261,8 1.425,9 1.590,0
BELANJA TIDAK LANGSUNG 522,9 618,5 714,1 809,7 905,3
BELANJA LANGSUNG 410,7 479,2 547,7 616,2 684,7
SURPLUS / (DEFISIT) (43,8) (49,0) (54,2) (59,4) (64,6)
PEMBIAYAAN DAERAH - - - - -
PENERIMAAN PEMBIAYAAN - - - - -
PENGELUARAN PEMBIAYAAN - - - - -
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan (SILPA) (43,8) (49,0) (54,2) (59,4) (64,6)

66
BAB IV
ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS

Dalam penyelenggaraan pembangunan daerah, pemerintah


senantiasa diperhadapkan dengan permasalahan utama yaitu keterbatasan
dana pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan suatu perencanaan yang
terfokus pada bidang-bidang pembangunan yang bersifat strategis yaitu
membangun sebagian dari seluruh bidang yang ada, tetapi benar-benar
dapat memberikan manfaat yang meluas bagi kemajuan daerah dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
Untuk itu pengelola pemerintahan seharusnya memiliki kompetensi
analisis yaitu kemampuan menganalisa kebenaran dari berbagai kondisi
dan multi faktor yang berpengaruh dalam daerah, untuk menentukan
alternatif pilihan dan faktor kunci yang dapat memunculkan strategi
unggulan, dalam upaya mewujudkan Visi dan Misi pembangunan daerah
yang telah ditetapkan.
Analisis Lingkungan Strategis merupakan suatu pendekatan ilmiah
yang berdasarkan fakta dan data untuk menganalisa keadaan atau kondisi
yang ada dan terjadi dalam daerah yang berpengaruh terhadap pencapaian
tujuan dan sasaran pemerintah.

A. FAKTOR LINGKUNGAN INTERNAL


Identifikasi faktor lingkungan internal dilakukan untuk
menguraikan faktor faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan
Kabupaten Bone.
Faktor kekuatan adalah situasi dan kondisi internal yang
bersifat positif, yang memungkinkan organisasi pemerintah Kabupaten
Bone memiliki kemampuan dan keunggulan strategis dalam mencapai
tujuannya, sedangkan kelemahan merupakan situasi dan kondisi

67
ketidakmampuan internal yang mengakibatkan kegagalan dalam
pencapaian tujuan dan sasaran.
1. Kekuatan
a. Letak geografis Kabupaten Bone yang strategis sebagai jalur
penghubung Propinsi Sulsel dengan Sultra
b. Potensi perangkat daerah Kabupaten Bone yang dapat
mendukung kelancaran penyelenggaraan pemerintahan
c. Hubungan baik antar Pemerintah (Pusat, Propinsi, kabupaten
dan kota) yang memungkinkan terciptanya jejaring (network)
yang kuat.
d. Tersedianya pranata (hukum dan peraturan) yang menjamin dan
mengatur berbagai aktivitas pembangunan.
e. Tersedianya Potensi sumberdaya (manusia, metode, alam dan
buatan) yang memadai
f. Tersedianya infrastruktur yang relatif memadai
g. Potensi lembaga kemasyarakatan yang solid dan partisipatif
h. Tersedia beberapa potensi komoditas unggulan
i. Tersedianya prasarana, sarana sosial, budaya dan ekonomi
yang memadai
j. Transparansi dan akuntabilitas publik mulai terimplementasi
dengan baik
2. Kelemahan
a. Terbatasnya kemampuan daerah untuk mendanai
pembangunan.
b. Pranata hukum dan peraturan yang ada belum terimplentasi
dengan baik.
c. Belum optimalnya koordinasi lintas sektoral
d. Rendahnya kemampuan masyarakat dalam berwirausaha dan
melihat peluang yang tersedia.
e. Belum optimalnya pendayagunaan potensi ekonomi lokal

68
f. Lemahnya penguasaan pasar lokal, regional dan internasional
g. Kurangnya kesempatan dan peluang kerja
h. Kurangnya profesionalisme dan proporsi aparatur Pemerintah
Daerah
i. Belum diterapkannya e-government
j. Kurangnya penelitian tentang pengembangan potensi daerah.
k. Masih kurangnya data dan informasi tentang potensi investasi.

B. FAKTOR LINGKUNGAN EKSTERNAL

Faktor lingkungan eksternal menggambarkan peluang dan


tantangan. Peluang merupakan faktor yang menyatakan situasi dan
kondisi positif yang berada di luar kendali oraganisasi pemerintah
daerah yang dapat mendukung tercapainya tujuan dan sasaran,
sedangkan faktor tantangan adalah situasi dan kondisi yang dapat
menyebabkan kegagalan.
3. Peluang
a. Peluang Kabupaten Bone untuk menjadi Pusat Pelayanan
Jasa dan Perdagangan di Kawasan Timur Sulsel .
b. Meningkatnya peran aktif masyarakat.
c. Jejaring (network) yang cukup solid antara lembaga
pemerintah, dan stakeholder.
d. Hubungan yang harmonis antara legislatif dan eksekutif .
e. Terbukanya peran aktif swasta (dunia usaha)
f. Terbukanya peran aktif lembaga pendidikan
g. Meningkatnya kerjasama regional
h. Terwujudnya etika dan moralitas baru yang positif
i. Kemajuan teknologi dan komunikasi.
j. Kondisi politik, keamanan, ketertiban daerah yang relatif
stabil.

69
4. Tantangan
a. Potensi dan daya saing daerah tetangga.
b. Perubahan geopolitik
c. Krisis ekonomi yang berkelanjutan dan menyebabkan
rendahnya daya beli masyarakat dan meningkatnya
pengangguran
d. Rendahnya supremasi hukum
e. Semakin tingginya biaya pendidikan dan kesehatan
f. Merebaknya NAPZA dan penyakit masyarakat lainnya.

70
KEKUATAN KELEMAHAN
1. Letak geografis Kabupaten Bone yang strategis 1. Terbatasnya kemampuan daerah untuk
sebagai jalur penghubung Propinsi Sulsel mendanai pembangunan.
dengan Sultra 2. Pranata hukum yang ada belum terimplentasi
2. Potensi aparatur pemerintah Kabupaten Bone dan tersosialisai dengan baik.
yang dapat mendukung kelancaran 3. Belum optimalnya koordinasi lintas sektoral
penyelenggaraan pemerintahan 4. Rendahnya kemampuan masyarakat dalam
3. Hubungan baik antar Pemerintah (Pusat, berwirausaha dan melihat peluang yang
Propinsi, kabupaten dan kota) yang tersedia.
memungkinkan terciptanya jejaring (network) 5. Belum optimalnya pendayagunaan potensi
yang kuat. ekonomi lokal
4. Tersedianya pranata (hukum) yang menjamin 6. Lemahnya penguasaan pasar lokal, regional
dan mengatur berbagai aktivitas pembangunan. dan internasional

ANALISIS 5. Tersedianya Potensi sumberdaya (manusia, 7. Kurangnya kesempatan dan peluang kerja bagi
metode, alam dan buatan) yang memadai masyarakat.
FAKTOR
6. Tersedianya infrastruktur yang relatif memadai 8. Kurangnya profesionalisme dan proporsi
EKSTERNAL
7. Potensi lembaga kemasyarakatan yang solid aparatur Pemerintah Daerah
dan partisipatif 9. Belum diterapkannya e-government
8. Tersedia beberapa potensi komoditas unggulan 10.Kurangnya penelitian tentang pengembangan
9. Tersedianya prasarana, saran sosial, budaya dan potensi daerah.
ekonomi yang memadai 11. Masih kurangnya data dan informasi tentang
10. Transparansi dan akuntabilitas publik mulai potensi investasi
terimplementasi dengan baik
11.

71
PELUANG Strategi Peluang +Kekuatan Strategi Peluang +Kelemahan
1. Peluang Kabupaten Bone untuk 1. Tingkatkan sarana dan prasarana yang ada serta 1. Tingkatkan jejaring(network) antar lembaga

menjadi Pusat Pelayanan Jasa ciptakan iklim yang kondusif agar Kabupaten Bone pemerintah, lembaga masyarakat dan swasta melalui
dapat menjadi Pusat Pelayanan Jasa dan perdagangan peningkatan koordinasi lintas sektoral secara
dan Perdagangan di kawasan
di Kawasan Timur Sulsel. optimal.
Timur Sulsel .
2. Tingkatkan kerjasama yang harmonis antara legislatif 2. Optimalkan koordinasi lintas sektoral guna
2. Meningkatnya peran aktif
dan eksekutif dengan dukungan hubungan baik antara mendukung kerjasama regional, nasional dan
masyarakat. pemerintah ( pusat dan propinsi ). internasional.
3. Jejaring ( network) yang cukup 3. Ciptakan kerjasama regional dengan dukungan 3. Manfaatkan etika moral yang baik dalam
solid antara lembaga pemerintah, hubungan baik pemerintah ( pusat, propinsi , meningkatkan kemampuan dan kemandirian
dan stakeholder. kabupaten dan kota ). masyarakat.

4. Terjalinnya Hubungan kerjasama 4. Fasilitasi peran aktif masyarakat dan swasta dalam 4. Tingkatkan kemampuan dan daya saing masyarakat
pembangunan melalui peran aparatur pemerintah yang melalui jalinan kerjasama regional dan nasional.
antara legislatif dan eksekutif .
profesional. 5. Kembangkan ekonomi lokal secara optimal melalui
5. Terbukanya peran aktif swasta
5. Wujudkan aparatur pemerintah yang profesional peningkatan peran serta masyarakat, swasta dan
(dunia usaha)
dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat dan lembaga pendidikan.
6. Terbukanya peran aktif lembaga menjalin kerjasama regional, nasional dan 6. Tingkatkan penguasaan pasar lokal, regional dan
pendidikan internasional. internasional melalui peran aktf masyarakat dan
7. Meningkatnya kerjasama regional 6. Tingkatkan peran aparatur pemerintah pemerintah swasta .
dan nasional dalam mewujudkan etika dan moralitas baru. 7. Tingkatkan jejaring bisnis melalui peran aktif

8. Terwujudnya etika dan moralitas 7. Manfaatkan sumber daya ( manusia, alam, metode dan masyarakat dan swasta guna mendukung kerjasama
buatan) yang tersedia dalam meningkatkan peran aktif regional maupun internasional.
baru yang positif
masyarakat dan swasta . 8. Tingkatkan profesionalisme dan proporsi aparatur
9. Kemajuan teknologi dan
8. Manfaatkan dukungan pihak swasta dalam rangka pemerintah daerah dalam mendukung kerjasama
komunikasi.
pemberdayaan masyarakat. regional dan internasional
10.Kondisi politik, keamanan, 9. Tingkatkan sarana dan prasarana sosial ,budaya, dan 9. Manfaatkan teknologi dan informasi dalam
ketertiban daerah yang relatif ekonomi yang ada guna meningkatkan kesejahteraan mendukung penerapan e- government guna
stabil hidup masyarakat. mewujudkan manajemen pemerintahan daerah yang
10. Manfaatkan kelembagaan masyarakat yang ada guna solid dan profesional.
mendukung peningkatan daya saing, kemandirian dan 10. Tingkatkan penelitian tentang potensi daerah dalam
kesejahteraan . rangka mengoptimalkan pemanfaatan potensi yang
11. Kembangkan komoditas unggulan melalui peran aktif ada untuk peningkatan kemajuan daerah dan
masyarakat dan swasta agar dapat menjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
komoditas ekspor yang berkualitas. 11. Tingkatkan ketersediaan dan akurasi data dan

72
12. Wujudkan akuntabilitas dan transparansi pemerintah informasi tentang potensi investasi untuk menarik
daerah menuju tata kepemerintahan yang baik dalam minat investor melakukan investasi di Kabupaten
rangka menumbuhkan kepercayaan dan mendapatkan Bone agar dapat meningkatkan perekonomian
dukungan dari masyarakat dan swasta. daerah dan membuka peluang kerja bagi
13. Tingkatkan dan pelihara stabilitas politik, keamanan masyarakat.
dan ketertiban dalam daerah guna mendukung
terlaksananya aktivitas pemerintahan, pembangunan
dan kemasyarakatan.
14. Manfaatkan kemajuan teknologi dan informasi guna
mendukung pemberdayaan masyarakat dan upaya
peningkatan pendapatan masyarakat.

TANTANGAN Strategi Kekuatan + Tantangan Strategi Kelemahan + Tantangan

1. Terjadinya Persaingan regional. 1. Manfaatkan hubungan yang baik antar pemerintah 1. Optimalkan potensi sumber pendapatan daerah

2. Perubahan geopolitik dan kondisi dalam rangka menghadapi persaingan regional. dalam rangka meningkatkan dana pembangunan
2. Manfaatkan hubungan baik antar pemerintah dalam daerah.
dinamika sosial politik yang
mengahadapi perubahan geopolitik. 2. Tingkatkan kemampuan apratur pemerintah dalam
berpengaruh terhadap stabilitas
3. Tingkatkan peran dan kemampuan aparatur pemerintah melakukan koordinasi lintas sektoral untuk
keamanan daerah.
dalam menghadapi persaingan regional dan perubahan menhadapi persaingan regional.
3. Krisis ekonomi yang berkelanjutan kondisi dinamika politik. 3. Tingkatkan profesionalisme baparatur pemerintah
dan menyebabkan rendahnya daya 4. Tingkatkan kemampuan SDM masyarakat agar dapat untuk menghadapi perubahan geopolitik dan
beli masyarakat dan meningkatnya menghadapi krisis ekonomi yang berkelanjutan dan dinamika sosial politik.
pengangguran dapat meningkatkan daya beli. 4. Tingkatkan keberdayaan masyarakat dalam

4. Rendahnya supremasi hukum 5. Tingkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat menghadapi persaingan regional dan perubahan
agar memiliki kemampuan untuk berwirausaha dalam geopolitik.
5. Semakin tingginya biaya
rangka mengurangi pengangguran. 5. Tingkatkan sosialisasi hukum untuk mewujudkan
pendidikan dan kesehatan
6. Tingkatkan kinerja lembaga masyarakat melalui supremasi hukum.
6. Merebaknya NAPZA dan penyakit
pembinaan oleh aparatur pemerintah dalam rangka 6. Sosialisasikan dan tegakkan aturan tentang hukum

73
masyarakat lainnya. penguatan dan pengembangan ekonomi lokal. dan penyakit masyarakat lainnya.
7. Manfaatkan sumberdaya yang ada guna menghadapi 7. Manfaatkan potensi ekonomi lokal secara optimal
persaingan regional dan perubahan geopolitik. untuk menghadapi persaingan regional.
8. Tingkatkan peran aparatur pemerintah dalam 8. Tingkatkan kemampuan penguasaan pasar dalam
mengatasi tingginya biaya pendidikan dan kesehatan. menghadapi persaingan global.
9. Manfaatkan dukungan pihak swasta dan lembaga 9. Tingkatkan peran pemerintah dan swasta dalam
masyarakat dalam mengatasi tingginya biaya menciptakan jejaring bisnis yang kuat dan luas.
pendidikan dan kesehatan. 10. Tingkatkan kemampuan manajerial aparatur
10. Manfaatkan dukungan pihak swasta untuk menghadapi pemerintah dalam menghadapi transformasi
persaingan regional. birokrasi.
11. Manfaatkan sumberdaya yang ada dalam menciptakan 11. Aplikasikan e- government dalam menghadapi
supremasi hukum. persaingan regional.
12. Tingkatkan peran aparatur pemerintah daerah dalam
rangka perwujudan supremasi hukum.
13. Manfaatkan pranata hukum yang ada dalam
menanggulangi NAPZA dan penyakit masyarakat
lainnya.
14. Manfaatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam
rangka penegakan supremasi hukum.
15. Manfaatkan kelembagaan masyarakat dalam
mendukung terwujudnya supremasi hukum.
16. Tingkatkan akuntabilitas dan transparansi dalam
menghadapi persaingan regional dan menanggulangi
berbagai macam penyakit masyarakat.

74
C. ASUMSI ANALISIS DAN PILIHAN STRATEGI

Asumsi analisis adalah kesimpulan yang dihasilkan dalam


analisis SWOT tentang faktor-faktor lingkungan serta dampaknya
terhadap masa depan organisasi pemerintah dan dapat berpengaruh
terhadap hubungan internal dalam pemerintahan di Kabupaten Bone.
Asumsi-asumsi tersebut merupakan dasar dalam menetapkan dan
menyusun perencanaan strategis, dengan menggunakan visi dan misi
sebagai kriteria seleksi maka didapatkan pilihan strategis ( strategic
chioces) sebagai berikut
1. Tingkatkan sarana dan prasarana yang ada serta ciptakan iklim yang
kondusif agar Kabupaten Bone dapat menjadi Pusat Pelayanan Jasa
dan perdagangan di Kawasan Timur Sulsel.
2. Tingkatkan kerjasama yang harmonis antara legislatif dan eksekutif
dengan dukungan hubungan baik antara pemerintah (pusat dan
propinsi).
3. Wujudkan aparatur pemerintah yang profesional dalam pemberian
pelayanan kepada masyarakat dan menjalin kerjasama regional,
dan global.
4. Tingkatkan peran aparatur pemerintah pemerintah dalam
mewujudkan etika dan moralitas baru.
5. Tingkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat agar memiliki
kemampuan untuk berwirausaha dalam rangka menghadapi krisis
ekonomi, meningkatkan daya beli dan mengurangi pengangguran.
6. Tingkatkan kinerja lembaga masyarakat melalui pembinaan oleh
aparatur pemerintah dalam rangka penguatan dan pengembangan
ekonomi lokal.
7. Tingkatkan peran aparatur pemerintahdan dukungan pihak swasta
dan lembaga masyarakat dalam mengatasi tingginya biaya
pendidikan dan kesehatan.

75
8. Tingkatkan peran aparatur pemerintah daerah dan peran serta
masyarakat dan swasta dalam rangka perwujudan supremasi hukum.
9. Manfaatkan pranata hukum yang ada dalam menanggulangi NAPZA
dan penyakit masyarakat lainnya.
10. Optimalkan potensi penggalian sumber pendapatan daerah dalam
rangka meningkatkan dana pembangunan daerah.
11. Tingkatkan profesionalisme aparatur pemerintah untuk menghadapi
perubahan geopolitik dan dinamika sosial politik serat transformasi
birokrasi.

D. ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS

Dalam suatu organisasi selalu menghadapi masalah internal dan


eksternal dalam lingkungannya. Dengan adanya permasalahan tersebut
maka pimpinan organisasi harus mencari jalan keluar terhadap masalah
yang terjadi antara lingkungan internalnya (Kekuatan dan Kelemahan)
dengan lingkungan eksternalnya (Peluang dan Ancaman) dari luar
organisasi tersebut.
Dari proses pemecahan masalah tersebut pemerintah dapat
menemukan dan mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman dan
memanfaatkan peluang yang ada dengan tetap memperhatikan kekuatan
dan kelemahan kinerja yang ada dalam organisasi tersebut, sehingga
organisasi dapat melihat secara obyektif kondisi internal dan eksternal untuk
dapat mengantisipasi perubahan yang terjadi pada lingkungan eksternalnya.
A. Analisis Lingkungan Internal
1. Ekonomi
a. Kekuatan
1. Secara makro, Pertumbuhan Ekonomi selama kurun waktu
2001 - 2005 cenderung mengalami peningkatan yaitu Rp.
1.969.994.700.000,- pada tahun 2001 menjadi Rp.

76
2.305.158.940.000,- pada tahun 2005 atau terjadi
peningkatan rata-rata 4,01% per tahun.
Pendapatan percapita dalam kurun waktu yang sama juga
mengalami perkembangan yaitu Rp. 3.306.369,- pada
tahun 2001 menjadi Rp. 4.792.832,- pada tahun 2005 atau
terjadi peningkatan rata-rata 9,73 % per tahun.
2. Tersedianya berbagai komoditi unggulan yang siap untuk
dikelola dan dikembangkan.

Tabel 23 : Komoditi Unggulan Pertanian Tanaman Pangan


Tahun 2005 – 2006

Luas Panen Produksi


Komoditi
No
Tahun Tahun Tahun Tahun
2005 2006 2005 2006

1 Padi 114.187 109.952 537.266 548.797


2 Jagung 40.773 33.467 115.130 95.362
3 Kedelai 6.224 4.360 9.923 7.624

Tabel 24 : Komoditi Unggulan Perkebunan Tahun 2005 – 2006

Luas Tanam Produksi


Komoditi
No Tahun Tahun Tahun Tahun
2005 2006 2005 2006

1 Kakao 30.145 30.007 15.877 15.458

2 Kelapa 17.102 17.715 13.784 10.597

3 Jambu Mete 8.410 6.242 2.948 2.863

77
Tabel 25 : Komoditi Unggulan Peternakan Tahun 2005 – 2006

Populasi (Ekor) Produksi Daging


Komoditi
No Tahun Tahun Tahun Tahun
2005 2006 2005 2006

1 Sapi 120.688 135.482 590.755 607.530

2 Kambing 9.476 8.012 10.177 10.522

3 Ayam Buras 1.347.358 1.336.233 144.884 146.378

Tabel 26 : Komoditi Unggulan Perikanan (Tambak)


Tahun 2005 – 2006

Luas Areal Tambak Produksi


Komoditi
No
Tahun Tahun Tahun Tahun
2005 2006 2005 2006

1 Udang 3.220 3.220 2.534 2.332.50


2 Kepiting 1.882 1.882 1.717,10 1.526,50
3 Rumput 1.245 1.245 5.932,60 5.624,20
Laut

Tabel 27 : Komoditi Unggulan Perikanan (Penangkapan)


Tahun 2005 - 2006

Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)


No Komoditi
Tahun Tahun Tahun Tahun
2005 2006 2005 2006

1 Kolam 211 - 206 206

2 Perairan 1.759 2.203 2.247,50 2.247,50


Umum

3 Laut 93.929 93.929 87.052,30 87.052,30

78
Tabel 28 : Potensi Tambang di Kabupaten Bone Tahun 2006

Penyebar
No Bahan/ Lokasi/ a [Ha] Cadangan [M3]

1 Pasir Silika/ Lamuru 10 -

2 Pasir Kuarsa Kahu, Kajuara. 762,5 21.350.000

3 Basal Libureng, Tonra. 168,75 38.125.000

4 Batu Gamping Bonto Cani, Ponre, 16.200 2.079.543.250


Libureng, Tonra.

5 Kalsit Bonto Cani. 25 -

6 Batubara Lamuru, Lappariaja. 342,5 4.676.300

7 Rhiolit Tonra. 325 114.075.000

8 Tembaga Libureng, Ponre, - -


Patimpeng.

9 Emas Patimpeng. - -

10 Mangan Ponre, Bonto Cani 480 -

11 Marmer Bonto Cani, Kahu 25 5.000.000


12 Biji Besi Bonto Cani. 625 30.000.000
13 Batu Sabak Kahu 260 20.800.000
14 Propilit Kahu 325 374.000.000

79
3. Infrastruktur yang cukup memadai bagi perkembangan
perekonomian.

Tabel 29 : Panjang Jalan Kabupaten Bone Tahun 2006 - 2007

Panjang Jalan (Km)

No Uraian Tahun Tahun


% %
2006 2007
1 JENIS PERMUKAAN

 Aspal 843,736 33,98 893,736 35,99


 Kerikil 901,394 36,30 891,394 35,90
 Tanah 738,070 29,72 698,070 28,11

Jumlah 2.483,200 100,00 2.483,200 100,00

2 KONDISI JALAN

 Baik 501,640 20,20 591,640 23,83


 Sedang 485,250 19,54 485,250 19,54
 Rusak 634,825 25,56 584,825 23,55
 Rusak Berat 861,485 34,69 821,485 33,08

Jumlah 2.483,200 100,00 2.483,200 100,00

Untuk transportasi laut memiliki (5) dermaga yaitu: dermaga


Pelabuhan BajoE Tanete Riattang Timur, Pelabuhan Pallime
Cenrana, Pelabuhan Kading Barebbo, Pelabuhan Ujung
Pattiro SibuluE dan Pelabuhan UloE Dua BoccoE sedang
karakteristik pergerakan modanya kebanyakan merupakan
kapal barang antar pulau yang umumnya memuat hasil bumi
dan olahan dari dan ke Kabupaten Bone.
Jaringan Telekomunikasi juga telah menjangkau hampir
semua kecamatan khususnya untuk untuk jaringan nirkabel.
Untuk kapasitas kelistrikan telah tersedia 4 (empat) unit yaitu
Unit Pelayanan Hasanuddin + BajoE, Ranting UloE, Unit
Pelayanan Tellu BoccoE dan Unit Pelayanan Patangkai
dengan total produksi mencapai 56.579 Kwh.

80
Beberapa Bank dan Lembaga Keuangan lainnya yang dapat
dimanfaatkan untuk mengadakan transaksi jual beli. Bank
yang ada di Kabupaten Bone terdiri dari 6 (enam) buah bank
konvensional dan 3 (tiga) buah lainnya dengan fungsi tertentu
serta 2 (dua) buah Asuransi Besar dan 1 (satu) buah
pegadaian.
4. Secara geografis luas Kabupaten Bone sangat menunjang
untuk perkembangan ekonomi baik dilihat dari luasnya
maupun jumlah penduduk.
5. Adanya otonomi daerah yang memberi kewenangan kepada
pemerintah daerah untuk mengatur urusan rumah tangganya.
b. Kelemahan
1. Pendapatan percapita belum merata dalam masyarakat
sehingga terjadi ketimpangan antara yang berpendapatan
rendah dan yang berpendapatan tinggi.
2. Potensi yang dimiliki belum terkelola dengan baik dan
memadai.
3. Masih banyaknya tenaga kerja produktif yang tidak
mendapatkan lapangan pekerjaan.
4. Keahlian Sumber Daya Manusia sektor-sektor lapangan
usaha belum memadai.
6. Sarana dan teknologi industri untuk mengelola hasil
pertanian maupun industri itu sendiri masih kurang sehingga
untuk mendapatkan nilai tambah hasil pertanian maupun
industri itu sendiri masih kurang.
7. Luas dan besarnya jumlah penduduk di Kabupaten Bone
mengakibatkan pemerintah daerah tidak dapat memenuhi
semua keinginan wilayah sehingga sering terjadi
ketimpangan pembangunan antar wilayah.

81
8. Kemampuan dan usaha pemerintah daerah untuk
peningkatan pendapatan daerah masih minim.

2. Sosial Budaya
a. Kekuatan
1. Tersedianya gedung sekolah yang cukup memadai untuk
perkembangan pendidikan kedepan.
2. Tersedianya tenaga pengajar terdidik disegala tingkatan
sekolah.
3. Jumlah penduduk yang mengenyam pendidikan cukup banyak
terutama usia sekolah dasar yang ditunjukkan dengan Angka
Partisipasi Sekolah (APS)nya sebesar 115,4% pada tahun
2006 menjadi 115,63% pada tahun 2007.
4. Tersedianya Rumah Sakit Umum, Puskesmas dan Pustu yang
menyebar di setiap wilayah Kabupaten Bone.
5. Tersedianya tenaga dokter dan paramedis.
6. Seni budaya yang ada di dalam masyarakat cukup beragam
dan unik.
b. Kelemahan
1. Penyebaran gedung yang tidak disesuaikan dengan jumlah
penduduk yang bersekolah di masing-masing kecamatan.
2. Kuantitas jumlah gedung sekolah khususnya Sekolah Dasar
tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas fisik gedung
sekolah tersebut.
3. Tenaga pengajar terdidik yang ada hanya yang berfungsi
sebagai guru umum, guru spesialisasi dan wali kelas masih
kurang.
4. Jumlah anak usia sekolah yang tidak bersekolah bertambah
akibat terpuruknya perekonomian negara yang beimbas pada

82
tingkat pendapatan masyarakat yang kurang sehingga tidak
mampu menyekolahkan anaknya.
5. Ketersediaan tenaga dokter dan paramedis tidak dibarengi
dengan pemenuhan standar kualifikasi pelayanan kesehatan
sehingga tenaga dokter dan paramedis yang ada belum
mampu memberikan andil yang besar bagi perkembangan
kesehatan di Kabupaten Bone.
6. Ketersediaan peralatan kesehatan yang dimiliki belum
memadai untuk melakukan tindakan-tindakan pengobatan
pada pasien tertentu.
7. Kekayaan seni budaya yang ada belum dikemas dalam bentuk
yang dapat menarik minat wisatawan domestik maupun
mancanegara untuk berkunjung ke Kabupaten Bone.

3. Sumber Daya Manusia


a. Kekuatan
1. Jumlah Tenaga Kerja yang memadai yaitu sebesar 79,70%
dari jumlah penduduk Kabupaten Bone pada Tahun 2003
meningkat menjadi 80,73% pada Tahun 2007.
2. Tersedianya Tenaga kerja yang bekerja diberbagai sektor
lapangan usaha perekonomian.
3. Tenaga kerja yang bekerja di sektor Pertanian sebanyak
63,73%; Sektor Perdagangan, Hotel dan restoran 13,60%;
Sektor jasa-jasa 10,73%; Sektor Angkutan dan Komunikasi
4,80%; Sektor Industri 6,19%, selebihnya bekerja di sektor
lainnya dari keseluruhan jumlah tenaga kerja pada tahun 2007
sebanyak 560.526 Jiwa.
4. Jumlah aparatur cukup memadai untuk pelaksanaan tugas dan
fungsi organisasi pemerintah daerah.

83
5. Kualitas aparatur cukup memadai baik dari segi pendidikan
formal maupun pendidikan non formal seperti pendidikan
struktural, teknis dan fungsional.
b. Kelemahan
1. Tenaga Kerja yang ada tidak semua terakomodasi dalam
lapangan pekerjaan, masih banyak yang menganggur baik
terbuka maupun terselubung.
2. Tenaga Kerja yang bekerja belum sesuai dengan keahlian
masing-masing dan masih terkonsentrasi pada lapangan
usaha primer.
3. Aparatur yang ada dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya
tidak sesuai dengan pendidikan formal yang dimilikinya
sehingga tidak tercipta aparatur yang spesialis dibidangnya.

B. Analisis Lingkungan Eksternal


1. Ekonomi
a. Peluang
1. Globalisasi ekonomi dengan persaingan bebasnya
memberi/membuka peluang kepada Kabupaten Bone
untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas komoditi
ekspornya.
2. Semakin berkembangnya dunia usaha baik nasional
maupun internasional.
3. Kemudahan melakukan kerjasama dibidang ekonomi
dengan negara lain dapat menambah pangsa pasar bagi
hasil pertanian maupun industri Kabupaten Bone.
4. Berkembangnya teknologi informasi yang dapat
memudahkan berkembangnya perekonomian Kabupaten
Bone.

84
5. Berkembangnya teknologi industri yang dapat
dimanfaatkan guna nilai tambah bagi produk komoditi yang
dihasilkan.
b. Tantangan
1. Globalisasi ekonomi akan membuat setiap negara maupun
daerah untuk melakukan kegiatan yang dapat membuatnya
bertahan dengan meningkatkan perekonomiannya.
2. Teknologi yang berkembang pesat saat ini juga diikuti
dengan harga yang masih mahal bagi negara berkembang.
3. Pelaku pembangunan yaitu pemerintah daerah, swasta
dan masyarakat belum bersinergi untuk pengembangan
perekonomian kedepan.
4. Peluang usaha yang ada kalau tidak dicermati akan
menjadi bumerang bagi daerah itu sendiri.
2. Sosial Budaya
a. Peluang
1. Komitmen pemerintah untuk meningkatkan pendidikan dan
kesehatan masyarakat.
2. Terbukanya peluang untuk mendapatkan beasiswa baik di
luar negeri maupun di dalam negeri yang disediakan oleh
lembaga dalam negeri maupun luar negeri.
3. Kemajuan tehnologi komunikasi dapat dimanfaatkan untuk
menyebarkan informasi-informasi kebudayaan sehingga
memudahkan untuk pertukaran kebudayaan antar negara
yang pada akhirnya akan mengembangkan sektor
pariwisata di Kabupaten Bone.
b. Tantangan
1. Pemanfaatan tehnologi yang mudah diakses tapi tidak
merusak genarasi muda maupun adat budaya yang ada
di Kabupaten Bone.

85
2. Peningkatan pendidikan dan derajat kesehatan harus
dibarengi dengan peningkatan anggaran di sektor tersebut.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk meningkatkan
pendidikan dan derajat kesehatannya terutama
perempuan.

3. Sumber Daya Manusia


a. Peluang
1. Terbukanya peluang untuk berusaha dan menjadi
wiraswasta.
2. Terbukanya peluang kerja pada sektor-sektor sekunder
dan tertier.
3. Berkembangnya pendidikan dan pelatihan struktural, teknis
dan fungsional bagi aparatur daerah yang dilakukan oleh
lembaga pemerintah maupun lembaga independent.
c. Tantangan
1. Pola pikir tenaga kerja yang ada lebih cenderung untuk
menjadi pegawai negeri dari pada berwiraswasta.
2. Meningkatkan kesadaran Penduduk Kabupaten Bone yang
memiliki tingkat pendidikan tinggi untuk bersama-sama
membangun Kabupaten Bone dan lebih memilih untuk
mengabdi di daerah sendiri dari pada di daerah lain.
3. Membuka dan menambah peluang kerja bagi tenaga kerja
yang masih menganggur.
4. Mengubah pola pikir aparatur pemerintah untuk melakukan
pelayanan yang prima kepada masyarakat yang bertugas
sebagai abdi negara.

86
C. FAKTOR-FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN

1. Komitmen yang kuat dari pemerintah bekerjasama dengan dunia


usaha dan masyarakat untuk mewujudkan visi dan misi yang telah
ditetapkan.
2. Penciptaan suasana yang kondusif bagi pengembangan dunia
usaha dan investasi.
3. Ketersediaan anggaran untuk peningkatan sektor-sektor yang
menjadi tujuan utama pemerintah daerah.
4. Ketersediaan Sumber Daya Manusia yang profesional pada
setiap sektor lapangan usaha.
5. Perubahan pola pikir aparatur pemerintah dari yang dilayani
menjadi yang melayani masyarakat untuk menciptakan pelayanan
prima.
6. Ketersediaan sarana informasi dan telekomunikasi serta
jaringannya yang dapat dimanfaatkan oleh aparatur dan dapat
diakses oleh masyarakat.

D. ASUMSI

a. Pemerintah melaksanakan pembangunan sesuai komitmen yang


telah ditetapkan.
b. Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat bersinergi untuk
pengembangan dunia usaha.
c. Anggaran yang ada memang tersedia untuk merealisasikan
peningkatan sektor-sektor yang memang menjadi prioritas utama
pemerintah daerah.
d. Terbuka peluang kerja pada setiap sektor lapangan usaha.
e. Aparatur pemerintah memang berkeinginan untuk merubah
dirinya.

87
f. Sarana dan informasi yang tersedia memang dimanfaatkan untuk
hal-hal yang menuju kepada pencapaian visi dan misi guna
peningkatan pembangunan di Kabupaten Bone.

88
BAB V
TANTANGAN

A. SOSIAL BUDAYA

Pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah. Sejalan


dengan itu, berbagai parameter kependudukan diperkirakan akan
mengalami perbaikan yang ditunjukkan dengan menurunnya angka
kematian bayi, menurunnya angka kematian ibu melahirkan, dan
meningkatnya usia harapan hidup.
Pengendalian laju pertumbuhan penduduk perlu diperhatikan
untuk menciptakan penduduk tumbuh secara proporsional dalam rangka
menjamin keseimbangan jumlah penduduk usia produktif dengan jumlah
penduduk usia non produktif.
Pembangunan kesehatan dan pendidikan memiliki peran penting
dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Berbagai masalah
dan tantangan pembangunan kesehatan yang dihadapi adalah tingginya
angka kematian bayi dan ibu melahirkan, masih terdapatnya balita
kurang gizi serta akses terhadap pelayanan kesehatan yang belum
optimal dan merata. Sementara itu, tantangan pembangunan pendidikan
adalah penyediaan pelayanan pendidikan yang berkualitas untuk
meningkatkan proporsi penduduk yang menyelesaikan pendidikan dasar
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, menurunnya angka buta aksara,
menurunnya kesenjangan pendidikan antara penduduk yang mampu
dan kurang mampu, penduduk antar jenis kelamin, penduduk perkotaan
dan perdesaan.
Peran dan kualitas hidup perempuan serta anak di berbagai
bidang, masih perlu ditingkatkan. Di samping itu, kesejahteraan,
partisipasi dan perlindungan anak masih kurang memadai. Partisipasi

89
pemuda dalam pembangunan juga masih perlu ditingkatkan seiring
dengan upaya memaksimalkan pembinaan prestasi olahraga.
Arus globalisasi dan industrialisasi akan menjadi tantangan utama
pemerintah dan masyarakat Kabupaten Bone dua puluh tahun
mendatang. Dampak pada munculnya permasalahan sosial seperti :
menipisnya nilai budaya, kemiskinan, perubahan sikap dan perilaku,
kenakalan remaja, kriminalitas, kekerasan dan penyalagunaan
NARKOBA, HIV/AIDS, perlu menjadi perhatian secara intensif melalui
pembangunan mental dan spiritual.

a. Tantangan/Permasalahan Pembangunan Pendidikan Di


Kabupaten Bone
Dengan mencermati hasil yang telah dicapai Pemerintah
Daerah Kabupaten Bone kurun waktu 4 tahun (2003-2006) pada
sektor pendidikan pada berbagai indikator, baik indikator
peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, maupun indikator
pemerataan dan perluasan jangkauan pendidikan mengalami
peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun.
Keberhasilan pembangunan pendidikan yang telah dicapai
tersebut, masih terdapat beberapa indikator yang memerlukan
perhatian khusus bagi Pemerintah Daerah, antara lain tingginya
Angka Putus Sekolah (APS) setiap jenjang pendidikan. Kondisi ini
disebabkan karena menurunnya kemampuan orang tua siswa untuk
membiayai pendidikan anak-anaknya, terutama pada masyarakat
lapisan bawah, sehingga berakibat masuknya anak sekolah pada
berbagai lapangan pekerjaan. Pemerataan kesempatan pendidikan
dasar maupun menengah masih dihadapkan pada berbagai
permasalahan efesiensi. Siswa yang terdaftar di sekolah dalam
jumlah yang besar belum menjamin seluruhnya bisa belajar sampai
tuntas karena sebagian putus sekolah.

90
Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan sangat
dipengaruhi oleh kualitas proses pembelajaran disekolah. Selain
dari pada itu, faktor kualitas tenaga pengajar sangatlah mendukung.
Tingkat kelayakan guru yang mengajar disesuiakan dengan
kualifikasi pendidikan formalnya.
Distribusi guru yang tidak merata serta pendayagunaan yang
belum efisien belum menghasilkan kinerja guru yang optimal. Mutu
profesi (kualifikasi dan kompetensi) guru masih dirasakan rendah,
terutama disebabkan oleh penyiapan guru dan pengelolaannya
belum profesional. Evaluasi kinerja guru belum ditata di dalam suatu
sistem akuntabilitas publik, sehingga output pendidikan belum
akuntabel dan bermutu. Sistem pembinaan karier guru perlu
dibangun.
Sentralisasi dalam manajemen pendidikan menyebabkan
kurang berkembangnya kemampuan daerah untuk mengatur dan
mengelola berbagai urusan pendidikan daerah masing-masing.
Berbagai tahap pembinaan bahkan kebijaksanaan operasional
pendidikan dilaksanakan dan dikelola oleh pusat, sementara fungsi
aparat daerah hanyalah sebagai pelaksana. Sistem pengelolaan
seperti ini mungkin ampuh untuk menjawab persoalan makro tetapi
kurang peka terhadap persoalan mikro pada masing-maing daerah
yang bervariasi satu dengan yang lainnya.
Tantangan lain yang dihadapi Pemerintah Daerah
Kabupaten Bone dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia
adalah tingginya angka buta huruf usia 10-45 tahun.

b. Upaya-upaya yang dapat dilakukan


Intervensi yang dapat dilakukan Pemerintah Daerah ke
depan dalam rangka peningkatan kualitas sumberdaya manusia
lebih berkualitas dan kompetitif adalah sebagai berikut:

91
- Perubahan mekanisme rekrutmen kepala sekolah. Ke depan
rekrutmen calon kepala sekolah semua jenjang lebih profesional.
- Pembangunan sekolah unggulan yang refresentatif (tenaga
pengajar, siswa dan sarana/prasarana sekolah)
- Pemberian beasiswa bagi anak yang keluarganya kurang
mampu bagi semua jenjang pendidikan, dengan harapan agar
mereka dapat bersekolah dan melanjutkan jenjang
pendidikannya
- Peningkatan profesionalisme guru dan penempatan guru yang
merata.
- Perluasan jangkauan pendidikan luar sekolah, terutama
pelaksanaan Keaksaraan Fungsional (KF) untuk menuntaskan
atau menurunkan angka buta huruf di daerah ini.
- Peningkatan kesejahteraan tenaga kependidikan
- Peningkatan angka partisipasi anak usia dini dengan program
PAUD terintegrasi yang berbasis masyarakat.

B. EKONOMI

Pembangunan ekonomi Kabupaten Bone, dewasa ini telah


menghasilkan berbagai kemajuan, namun masih diperhadapkan
berbagai tantangan dalam mewujudkan perekonomian yang tangguh
guna lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Olehnya itu,
tantangan ke depan yang perlu mendapat perhatian adalah
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berdampak kepada penciptaan
lapangan kerja, distribusi pendapatan antara golongan, antar wilayah
dan antar sektor secara proporsional.

C. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Tantangan utama yang dihadapi bidang ilmu pengetahuan dan


teknologi ke depan adalah bagaimana menghasilkan lulusan

92
pendidikan/pelatihan yang berkualitas dan mampu bersaing di sekolah
unggulan dalam dan luar negeri serta di pasar kerja. Selain itu,
kurangnya minat riset dan pengembangan teknologi perlu ditunjang
dengan perangkat teknologi dan informasi yang lebih memadai.

D. SARANA DAN PRASARANA

Tantangan utama yang dihadapi dalam sektor transportasi adalah


pemeliharaan, peningkatan, dan penyediaan infrastruktur transportasi
yang selama ini telah dikembangkan ke pusat-pusat pertumbuhan dan
sentra produksi, masih perlu ditingkatkan dan dikembangkan. Serta
pengelolaan sumberdaya air di masa yang akan datang, perlu lebih
ditingkatkan pelayanannya kepada masyarakat.

E. POLITIK

Tantangan utama di bidang politik adalah melaksanakan


reformasi struktur politik, proses dan budaya politik serta kedewasaan
berdemokrasi agar berjalan bersamaan dan berkelanjutan. Terutama
dalam kaitanya dengan pelembagaan dan penerapan nilai-nilai
demokrasi, transparansi, akuntabilitas serta partisipasi dalam
mewujudkan konsolidasi demokrasi. Konsolidasi demokrasi akan
diperhadapkan pada bagaimana melembagakan kebebasan pers/media
massa, agar akses masyarakat terhadap informasi yang bebas dan
terbuka akan lebih memudahkan kontrol atas pemenuhan kepentingan
publik sekaligus sebagai proses menemukan dan mencegah
penyelewengan kekuasaan.

F. KETERTIBAN UMUM DAN KEAMANAN MASYARAKAT

Pembangunan di bidang ketertiban umum dan keamanan


masyarakat menghadapi tantangan yang antara lain ketersediaan

93
jumlah aparat penegak hukum dengan jumlah penduduk, belum
berimbang secara proporsional serta belum ditunjang sarana dan
prasarana pengamanan yang lebih memadai, serta euphoria reformasi
yang menyebabkan sebagian masyarakat cenderung melawan hukum.

G. HUKUM, APARATUR DAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT

Tantangan pembangunan hukum, aparatur dan kelembagaan


masyarakat yaitu kompleksitasnya permasalahan akibat desentralisasi,
demokratisasi, dan globalisasi. Proses demokrasi yang dijalankan telah
membuat masyarakat semakin sadar akan hak dan tangungjawabnya.
Partisipasi masyarakat menjadi tema sentral dalam penyelenggaraan
pemerintahan dimana tingkat partisipasi masyarakat akan berpengaruh
kepada kesiapan aparatur dalam menghasilkan kebijakan pembangunan
secara tepat. Kesiapan aparatur daerah dalam mengantisipasi proses
demokrasi tersebut, perlu dicermati agar mampu memberikan
pelayanan yang dapat memenuhi aspek transparansi, akuntabilitas, dan
kualitas prima dari kinerja pemerintahan.

H. WILAYAH DAN TATA RUANG

Tantangan ke depan dalam mewujudkan keseimbangan


pertumbuhan antara wilayah adalah mengupayakan peningkatan
penyediaan jaringan prasarana yang terintegrasi, perbaikan iklim usaha
produksi dan pemasaran serta kelancaran investasi. Sehingga tercipta
keterkaitan ekonomi antar sektor, antar wilayah dan antar kota/desa.
Selain itu tantangan yang dihadapi dalam menyeimbangkan
pertumbuhan antar wilayah adalah bagaimana mendorong
perkembangan desa tertinggal dan terisolir dengan memanfaatkan
potensi sumberdaya alam serta sumberdaya manusia yang belum
tergali dalam rangka menciptakan kawasan-kawasan potensi sosial
ekonomi baru.

94
I. PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Tantangan utama pembangunan perumahan dan permukiman


dilatarbelakangi oleh adanya pertambahan penduduk yang semakin
meningkat yang tentunya membutuhkan tempat permukiman yang layak
huni. Olehnya itu, pembangunan perumahan dan permukiman ke depan
perlu diperhatikan bagaimana menciptakan tempat hunian yang sehat
serta berwawasan lingkungan bagi masyarakat dalam berbagai strata
kehidupan sosial ekonomi.

J. SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

Tantangan dalam bidang sumberdaya alam dan lingkungan hidup


adalah bagaimana menjaga dan melestarikan sumberdaya alam dan
lingkungannya dengan daya dukung dan keseimbangan antar fungsi-
fungsi kawasan. Olehnya itu, perlu dilakukan upaya-upaya pendekatan
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara multisektor,
integratif dan komprehensif dengan tetap menjaga kelestariannya dalam
rangka meningkatkan pengawasan serta pengendalian pencemaran dan
kerusakan lingkungan melalui prinsip-prinsip pembangunan yang
berkelanjutan secara konsisten di segala bidang.

95
BAB VI
NILAI, VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

A. NILAI-NILAI LANDASAN FILOSOFIS


Nilai merupakan sesuatu yang dianggap berharga, dan
biasanya dijadikan pedoman bagi pola sikap dan tindakan masyarakat.
Nilai sebagai suatu keyakinan memiliki tiga wujud, pertama keyakinan
tentang apa yang benar dan apa yang tidak benar. Kedua, keyakinan
yang menilai baik dan buruk. Ketiga, keyakinan tentang suatu cara atau
tujuan yang dikehendaki atau tidak dikehendaki.
Setiap nilai memiliki fungsi baik sebagai ukuran, pedoman dalam
penyelesaian konflik maupun sebagai pendorong motivasi dan
pengambilan keputusan.
Sistem nilai yang tumbuh dan berkembang akan bermetamorfosa
menjadi norma dan peraturan, sehingga nilai yang ada dalam
organisasi pemerintah daerah meliputi peraturan (normative), doktrin
(misi dan kinerja organisasi), dan program (kegiatan) seharusnya
menjadi pedoman bagi aparat pemerintah dalam penyelenggaraan
aktivitas pemerintahan dan pembangunan di berbagai bidang.
Dasar filosofi pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten
Bone bersumber dari dari nilai-nilai kearifan budaya lokal. Salah satu
nilai dasar yaitu demokrasi merupakan nilai utama yang telah
dikenal sejak awal pembentukan daerah Bone dan tercantum dalam
kontrak sosial yang dilakukan antara Raja Bone I dengan rakyatnya.
Dimana rakyat menyatakan bersedia mengabdikan seluruh jiwa
raga dan kesetiaannya kepada pemimpin bilamana mereka mendapat
perlidungan dan kemakmuran dari sang pemimpin.
Dengan demikian, merupakan satu hal yang mutlak bagi para
pemimpin di Kabupaten Bone untuk senantiasa mengutamakan

96
kepentingan masyarakat karena nilai tersebut yang menjadi dasar
pembentukan daerah ini.
Masalah pemimpin dan kepemimpinan mempunyai tempat utama
dalam tradisi masyarakat Bugis Bone, karena seorang pemimpin
adalah tempat berlindungnya orang lemah dan tempat lemahnya orang
kuat. Konsep kepemimpinan berlandaskan demokrasi yang
menempatkan posisi manusia sebagai makhluk sosial pada tempat
terhormat yang diusahakan selalu untuk dilindungi oleh penguasa atau
pemimpin. Sebaliknya juga, rakyat harus senantiasa memberi kepada
pemimpin kewenangan bertindak sepanjang sesuai dengan ketentuan
pangadereng. Ketentuan pangadereng yang dipegang teguh oleh
rakyat dan pemimpin, maka tercipta tertib sosial.
Pada hakekatnya, rakyatlah yang menunjukkan adanya negara
sebagaimana yang dinyatakan dalam ungkapan :
• Rusa’ taro arung, tenrusa’ taro ade’
• Rusa’ taro ade’, tenrusa’ taro anang
• Rusa, taro anang, tenrusa’ taro to maega.
Artinya :
• Batal ketetapan raja, tidak batal ketetapan adat
• Batal ketetapan adat, tidak batal ketetapan umum
• Batal ketetapan kaum, tidak batal ketetapan rakyat.

Hal ini menggambarkan besarnya peranan dan makna manusia


dalam kehidupan bermasyarakat dan kehidupan bernegara. Seorang
pemimpin memperoleh kekuasaan, wewenang dan pengakuan atas
amanat rakyat, oleh karena itu kepentingan rakyat atau masyarakat
lebih diutamakan dari pada kepentingan pribadi.
Dengan demikian nilai demokrasi akan menjadi pilar yang kuat
dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan pemerintahan dan
pembangunan di Kabupaten Bone

97
Selain itu, masyarakat juga memahami adanya keseimbangan
hubungan dalam kehidupan ini, yang dikenal sebagai sistem hubungan
“ Sulapa Eppa” atau 4 dimensi hubungan yaitu:
a. Hubungan manusia dengan sesama warga masyarakat
b. Hubungan manusia dengan alam sekitarnya
c. Hubungan manusia dengan Pemerintah
d. Hubungan manusia dengan Tuhan (dewata)
Empat hubungan ini merupakan komponen-komponen yang
diatur oleh pangadereng . Dalam sistem hubungan sulapa’ eppa’ (segi
empat) tak ada satu diantaranya yang menempati posisi dominan
(menentukan), tetapi hubungannya serba possibility (kemungkinan)
dan yang menjadi kunci utama adalah asseddingengnge (persatuan),
yakni yang mengarah pada kesatuan. Hal tersebut yang menciptakan
kemakmuran, mengangkat martabat manusia dan menciptakan
kekukuhan dan ketangguhan. Ketangguhan dan kekuatan antara empat
komponen hubungan tersebut, merupakan kondisi dinamis untuk
menahan segala tantangan, baik dari dalam maupun dari luar negeri.
Assedingengnge harus dilengkapi dengan sistem pelayanan
dan sikap-sikap seperti:
a. Pemerintah harus senantiasa memikirkan kepentingan masyarakat
secara keseluruhan dan bersikap adil.
b. Pemimpin harus pandai menjawab dan merumuskan solusi
terhadap persoalan dan permasalahan yang berkembang dan
dihadapi oleh masyarakat.
c. Pemimpin dan rakyat harus berada dalam koridor pangadereng
(peraturan dan hukum) yang ada, dan berupaya untuk menegakkan
hukum dan aturan baik dalam kalangan masyarakat maupun
pemerintahan.
Individu adalah elemen-elemen yang membentuk masyarakat
dan negara, oleh karena itu individu harus memiliki sikap hidup

98
kepribadian. Pembinaan sikap hidup yang diharapkan menjadi
kepribadian setiap Orang Bugis , terutama para penyelenggara negara
(pakkatenni’ Ade’) adalah sikap dan kepribadian utama yaitu: lempu,
acca na warani (kejujuran, kepandaian dan keberanian).
 Kejujuran ( lempu’ ) adalah nilai universal yang sangat strategis
bagi pemerintah Kabupaten Bone. Dengan menjunjung tinggi nilai
kejujuran maka akan terwujud kepercayaan masyarakat terhadap
aparat pemerintah, sehingga dalam pelaksanaan pembangunan
dan pemerintahan selalu mendapat respon positif dari masyarakat.
 Kepandaian dan keberanian ( acca na warani ), dalam
menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan kehidupan
masyarakat, diperlukan aparat pemerintah dan pemimpin yang
visioner yaitu yang memiliki kecerdasan dan keberanian untuk
membawa daerah ini ke arah yang lebih maju.
 Keadilan ( Temmappasilaingeng ) adalah nilai yang harus
diaplikasikan oleh seluruh aparat pemerintah dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat, tanpa membedakan satu dengan
yang lainnya, dengan demikian masyarakat akan bersimpati dan
secara tulus memberi dukungannya kepada pemimpin dan aparat
pemerintah, sehingga tujuan pembangunan dan penyelenggaraan
pemerintahan akan tercapai dengan mudah.
 Etos kerja masyarakat, nilai ini terungkap dalam ungkapan
tradisional “ resopanamatinulu naletei pammase dewata “ yang
bermakna hanya dengan usaha dan bekerja keras serta
ketekunan akan medapat rahmat dari yang maha kuasa, hal ini
mencerminkan tingginya etos kerja masyarakat, meskipun
demikian mereka tetap bersandar kepada Tuhan YME sebagai
penentu segalanya. Dalam kehidupan masyarakat yang sangat
kompetitif, nilai etos kerja diperlukan sebagai motivasi dan spirit
dalam masyarakat untuk meningkatkan daya saingnya.

99
Berlandaskan nilai-nilai kearifan budaya tersebut, yang
dipadukan dengan nilai-nilai penyelenggaraan pemerintahan modern
akan dapat mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan tata
kehidupan masyarakat yang modern dan berbudaya.

B. VISI 2008 - 2013

“Bone lebih maju dan berdaya saing dalam tatanan


masyarakat religius, berbudaya, mandiri dan demokratis”

Uraian tentang Visi sebagai berikut :


1. Sebagai daerah yang lebih maju berarti bahwa di masa mendatang
Kabupaten Bone akan menjadi pusat bagi daerah-daerah di
sekelilingnya; pusat pendidikan, perdagangan, pelayanan kesehatan,
pengembangan agribisnis dan pelayanan jasa lainnya.
2. Kehidupan Masyarakat yang religius berarti bahwa masyarakat
senantiasa menjalankan ajaran agama yang dianutnya dan
menjadikan nilai-nilai agama sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan kegiatan.
3. Masyarakat modern yang berbudaya yaitu masyarakat yang
senantiasa berfikir dan bertindak positif, terbuka menerima nilai-nilai
baru, berpandangan luas, berorientasi ke masa depan dan toleran
terhadap perbedaan serta tidak primordial dengan tetap berdasarkan
pada nilai-nilai lokal.
4. Masyarakat mandiri Masyarakat kompetitif yaitu masyarakat yang
memiliki kemampuan dasar dalam mengelola sumberdaya dan
memenuhi kebutuhan sendiri secara proforsional secara
berkelanjutan.
5. Demokratis, diukur dengan : (a) semakin mantapnya kelembagaan
demokrasi; (b) meningkatnya peranserta masyarakat; (c) terjaminnya
kebebasan pers dan media massa dalam mengkomunikasikan

100
kepentingan masyarakat; (d) meningkatnya budaya dan penegakan
hukum.
6. Berdayasaing, diukur dengan : (a) meningkatnya perekonomian
berbasis keunggulan kompetitif; (b) terbangunnya keterkaitan sistem
produksi, distribusi, dan pelayanan; (c) mengedepankan
pembangunan SDM berkualitas dan berdayasaing; (d) meningkatnya
penguasaan, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (e)
semakin majunya pembangunan infrastruktur.
7. Berbudaya dan Agamais, diukur dengan : (a) semakin kuatnya jatidiri
dan karakter kedaerahan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa; (b) semakin terpeliharanya kerukunan internal dan antar umat
beragama; (c) berkembangnya modal sosial; dan (d) diterapkannya
nilai-nilai luhur budaya daerah.

C. MISI

Agar visi Kabupaten Bone dapat diwujudkan, maka ditempuh misi


pembangunan sebagai berikut :
1. Memperkokoh peran otonomi daerah yang luas, nyata, dan
bertanggungjawab, didukung oleh aparatur pemerintah yang baik
dan terpercaya serta partisipasi masyatakat secara luas dalam
pembangunan.
2. Mendorong investasi diberbagai bidang usaha melalui peningkatan/
penyediaan fasilitas dan jasa pelayanan secara berdayaguna dan
berhasilguna serta membentuk sistem/jaringan kerjasama dan
assosiasi bisnis.
3. Mengembangkan sumberdaya daerah, baik sumberdaya manusia
(SDM) melalui pengembangan pendidikan, maupun sumberdaya
alam (SDA) terutama komoditas unggulan dalam arti luas dengan
prioritas pada agrobisnis.

101
4. Meningkatkan tatanan demokrasi dalam segala aspek kehidupan
dan menjamin tegaknya supremasi hukum.
5. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
kualitas hidup yang layak, bermartabat, serta memenuhi
tercukupinya kebutuhan dasar yaitu pangan, sandang, papan,
kesehatan, pendidikan, dan lapangan pekerjaan.
6. Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi daerah
terutama pengusaha kecil, menengah, dan koperasi dengan
mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada
mekanisme pasar yang berkeadilan, berbasis sumberdaya alam dan
sumberdaya manusia yang produktif, mandiri, maju, dan
berwawasan lingkungan.
7. Meningkatkan kualitas kerukunan beragama, pengembangan seni
budaya dan pariwisata, peran perempuan, pemuda dan olah raga.
8. Meningkatkan dan mengembangkan pembangunan yang lebih
merata ke seluruh wilayah secara proporsional, termasuk
perbatasan, pedalaman, dan terisolir.
9. Mengembangkan sistem informasi dan telekomunikasi secara
terpadu yang senantiasa dimutakhirkan sesuai dengan
perkembangan keadaan dalam upaya mempromosikan daerah.
10. Memantapkan dan meningkatkan ketentraman, keamanan dan
ketertiban masyarakat.

D. TUJUAN

1. Mewujudkan Sumber daya manusia Kabupaten Bone yang bertakwa


kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, cerdas, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehat jasmani dan rohani serta memiliki
kemampuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan daerah.
2. Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme pemerintah daerah
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yang diarahkan kepada

102
peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan mampu
mewujudkan kinerja pemerintah yang memenuhi syarat-syarat
penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance)
3. Mewujudkan masyarakat yang berkemampuan (empowered) dan
berdaya saing tinggi guna mencapai kemandirian dan kesejahteraan
melalui peran aktif pemerintah, swasta dan masyarakat itu sendiri.
4. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat, namun tetap berdasar pada upaya
pemanfaatan yang berkelanjutan.
5. Menumbuh kembangkan potensi ekonomi lokal dalam rangka
mendukung pengembangan ekonomi daerah dan meningkatkan
minat investasi.
6. Mewujudkan keseimbangan pembangunan infrastruktur dengan
tuntutan pertumbuhan ekonomi dan sosial daerah secara bertahap
terutama pembangunan prasarana dasar di seluruh wilayah.
7. Meningkatkan pendapatan daerah untuk memenuhi pembiayaan
pembangunan dan pelayanan publik.
8. Menciptakan kondisi daerah yang kondusif, tentram, aman dengan
meningkat persatuan dan kebersamaan masyarakat dalam
memajukan kabupaten Bone.

E. SASARAN

Dengan mengacu pada misi yang telah ditetapkan maka


sasaran yang hendak dicapai dalam kurun waktu 5 tahun mendatang
adalah sebagai berikut :
1. Misi : Mengembangkan kualitas SDM agar tercipta masyarakat yang
religius, handal, tangguh dan memiliki daya saing yang tinggi ,
dengan sasaran :

103
a. Terwujudnya peningkatan kualitas keimanan dan ketakwaan
masyarakat yang tercermin pada penerapan akhlak yang baik
dan peningkatan aktivitas keagamaan.
b. Tingkat pendidikan yang dimiliki masyarakat semakin tinggi
sehingga memiliki kecerdasan, kemampuan dan daya saing
dalam memperoleh pekerjaan dan melakukan kegiatan usaha.
c. Terwujudnya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan
kualitas pelayanan kesehatan sehingga masyarakat memiliki
fisik dan raga yang sehat dan memungkinkan untuk
berpartisipasi dalam pembangunan.
d. Terciptanya masyarakat modern yang berwawasan luas dan
global tapi tetap menjunjung nilai-nilai budaya lokal, sehingga
dapat mempertahankan jati diri sebagai masyarakat Bugis dan
tidak goyah dalam menghadapi pengaruh budaya asing yang
bertentangan dengan sikap dan kepribadian masyarakat
2. Misi : Meningkatkan kinerja pemerintah daerah untuk mewujudkan
3. pemerintah yang profesional, efektif, efisien, akuntabel dan
transparan, melalui pembenahan birokrasi, penguatan kelembagaan
pemerintah daerah dan peningkatan SDM aparatur, serta penegakan
hukum, dengan sasaran :
a. Terwujudnya kelembagaan pemerintah daerah yang sesuai
dengan kebutuhan daerah.
b. Terciptanya instrumen penilaian kinerja dan kompetensi jabatan
yang implementatif
c. Terciptanya sistem kepegawaian yang ideal dan teruji sehingga
menjamin pelaksanaan penjenjangan karir pegawai secara sehat.
d. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai bagi aparatur
pemerintah agar dapat melaksanakan tugas-tugas pemerintahan
dan pembangunan secara optimal.

104
4. Misi : Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
pengembangan perekonomian lokal berdasarkan konsep
pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada
mekanisme pasar dan pemanfataan sumberdaya alam secara
berkelanjutan, dengan sasaran :
a. Kemudahan dalam pelayanan dan pemberian rekomendasi dan
periizinan bagi pelaku ekonomi sehingga meningkatkan minat
masyarakat untuk menggeluti dunia usaha.
b. Semakin menguatnya kelembagaan masyarakat pelaku ekonomi
seperti koperasi, PKM dan jenis usaha lainnya sehingga
mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.
c. Semakin terbuka dan meluasnya pangsa pasar komoditi-
komoditi unggulan dan berdampak terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat.
d. Meningkatnya manajemen kewirausahaan masyarakat
sehingga mendukung pengembangan ekonomi lokal.
e. Pemanfaatan sumber daya alam secara optimal dalam
pengembangan berbagai peluang usaha yang potensial namun
mengutamakan unsur keberlanjutan SDA yang tersedia.
5. Misi : Membangun kesadaran dan komitmen masyarakat untuk
berpartisipasi aktif dalam mendukung pelaksanaan pembangunan
dan penyelenggaraan pemerintahan dengan sasaran
a. Tercipta kesadaran dan komitmen masyarakat untuk pro aktif
dan tanggap terhadap peluang berpartisipasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
b. Aparatur pemerintah mendorong dan membuka peluang bagi
masyarakat untuk berpartisipasi secara langsung dalam
pembangunan.
c. Tersedia produk peraturan yang mendukung pemberdayaan
masyarakat.

105
d. Pemberian peluang partisipasi harus sesuai dengan kemampuan
dan dapat dijangkau oleh masyarakat.
6. Misi : Meningkatkan pelayanan, konsultasi dan asistensi dalam
rangka mengembangkan kemampuan dan daya saing masyarakat,
dengan sasaran :
a. Pembinaan dan asistensi terhadap masyarakat terlaksana
dengan baik sehingga kemampuan dan daya saing masyarakat
meningkat.
b. Masyarakat yang responsif terhadap pemberian pelayanan
prima.
c. Aparatur pemerintah yang mampu memberikan pelayan prima
kepada masyarakat.
d. Tersedia Pedoman pelayanan prima dan standar pelayanan
minimal
e. yang implementatif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
7. Misi :Membangun jejaring (network) antara lembaga, stakeholder
dan dengan daerah lain dalam upaya meningkatkan kerjasama
pengembangan daerah, peningkatan daya saing masyarakat dan
daerah, dengan sasaran :
a. Jejaring/network antara lembaga pemerintah,lembaga
masyarakat, dan lembaga swasta terjalin dengan baik dalam
hal penciptaan peluang bagi masyarakat untuk bersaing dalam
skala regional bahkan global.
b. Jejaring /network dengan daerah lain semakin baik dalam
mendukung terciptanya persaingan regional yang sehat dan
peningkatan kerjasama antar daerah yang saling
menguntungkan dan menguatkan.
c. Terciptanya standar prosedur operasional dalam pemanfaatan
jejaring/network yang dapat dilakukan oleh masyarakat.
d. Tersedianya sarana dan prasarana pelaksanaan jejaring/network

106
8. Misi : Menciptakan iklim yang kondusif untuk mendorong investasi
dan pemanfaatan sumberdaya alam dengan sasaran :
a. Meningkatnya investasi baik dosmestik maupun dari luar yang
berdampak positif terhadap peningkatan kesempatan kerja dan
pendapatan masyarakat .
b. Tersedia data dan informasi yang komperehensif dan akurat
tentang potensi investasi, yang berguna bagi investor dalam
memutuskan bidang investasi yang akan dipilih
c. Pemberian kemudahan bagi investor dalam hal perizinan dan
penyediaan lahan investasi sehingga menjadi suatu nilai
tambah bagi Kabupaten Bone dibandingkan daerah lainnya.
9. Misi : Meningkatan pembangunan sarana dan prasarana secara
merata, sebagai upaya untuk memacu percepatan pertumbuhan
sentra-sentra ekonomi produktif di seluruh wilayah, dengan sasaran:
a. Tersedianya sarana dan prasarana perhubungan yang
memadai dan merata di seluruh wilayah guna mendukung
mobilitas penduduk dan kelancaran distribusi barang dan jasa
sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
b. Meningkatnya kapasitas ekonomi di wilayah perbatasan antar
kabupaten, wilayah terpencil dan tertinggal sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.
c. Meningkatnya produktivitas dan daya saing usaha masyarakat
pada sentra-sentra produksi ekonomi produktif di seluruh
wilayah.
10. Misi : Membina dan mengembangkan budaya lokal sebagai alat
pemersatu dan peningkatan jati diri sebagai Masyarakat Bone
yang berbudaya,dengan sasaran :
a. Meningkatnya pemahaman dan aktualisasi nilai-nilai budaya
lokal yang sesuai dengan kekinian dalam tata kehidupan
masyarakat, terutama generasi muda.

107
b. Terjalinnya persatuan dan rasa kebersamaan dalam
masyarakat untuk bertekad memajukan daerah dan
meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat Bone.
c. Eksistensi budaya lokal senantiasa mewarnai dan menjadi
spirit dalam berbagai aktivitas pemerintahan, pembangunan
dan kemasyarakatan.

108
BAB VII
STRATEGI, PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN

Dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan dan sesuai


dengan Visi Misi Kabupaten Bone, maka diperlukan cara atau kiat
pemerintah dalam bentuk suatu perencanaan strategi.
Perencanaan strategi merupakan proses yang berkelanjutan dan
sistematis dari pembuatan keputusan yang berisiko, dengan memanfaatkan
sebanyak-banyaknya pengetahuan antisipatif dan diorganisasikan secara
sistematis dalam upaya melaksanakan keputusan dan mengukur hasil yang
dicapai melalui umpan balik yang sistematis. Dalam hal ini srategi yang
dimaksud berupa kebijakan/ kebijaksanaan, program dan kegiatan.
Kebijakan pembangunan Kabupaten Bone Tahun 2008 -2013 difokuskan
pada 6 bidang pembangunan sebagai berikut :

A. Kebijakan Pembangunan Pemerintahan


Pembangunan Pemerintahan diorientasikan pada upaya
mewujukan pemerintahan yang baik dan akuntabel dengan
mengembangkan sinergitas antara pemerintah, masyarakat dan swasta,
penciptaan jalinan kerjasama dan kemitraan antar pemerintah ( pusat,
propinsi,kabuapten dan kota), perwujudan supremasi hukum dan
pelayanan prima terhadap masyarakat.
Kebijakan- kebijakan tersebut kemudian dijabarkan kedalam
program – program pembangunan sebagai berikut :
1. Kebijakan Pembangunan Pemerintahan dengan program :
a. Peningkatan hak asasi manusia dan tertib hukum.
b. Peningkatan peran dan fungsi legislatif dan eksekutif dalam
koridor kesejajaran dan kemitraan dalam hal kewenangan dan
tanggung jawab.

109
c. Sosialisasi, evaluasi dan pengembangan peraturan-peraturan
daerah yang sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan saat ini.
d. Restrukturisasi organisasi dan penataan kembali mekanisme
kerja pemerintah daerah sesuai dengan kebutuhan pelayanan
terhadap masyarakat.
e. Peningkatan koordinasi antara legislatif dan eksekutif dalam hal
kerjasama dengan pihak ke tiga.
f. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat melalui peningkatan
profesionalisme aparatur pemerintah.
g. Penyelenggaraan pembinaan karir aparatur berdasarkan
kesetaraan gender, profesionalisme, prestasi dan pendidikan.
h. Peningkatan kesejahteraan pegawai melalui penciptaan suasana
yang kondusif dan pemberian imbalan ( reward ) yang memadai
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kemampuan
daerah.
i. Menumbuhkembangkan budaya politik yang demokratis dan
meningkatkan pendidikan politik dalam masyarakat.
j. Penciptaan pemerintahan yang baik melalui pengawasan
internal, fungsional dan masyarakat terhadap setiap kebijakan
pemerintah daerah.
k. Peningkatan peran serta masyarakat dalam perencanaan
pembangunan Peningkatan kesadaran masyarakat dalm
menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan secara konsisten
dan bertanggung jawab.
l. Peningkatan pengendalian terhadap potensi dan kondisi
lingkungan.

B. Kebijakan Pembangunan Sumber Daya Manusia


Pembangunan Sumber daya manusia diorientasikan pada
peningkatan kualitas SDM aparatur pemerintah dan masyarakat secara

110
keseluruhan sebgai upaya untuk mewujudkan profesionalisme aparatur
pemerintah dan mewujudan kemandirian serta daya saing masyarakat.
Kebijakan Pembangunan Sumber Daya Manusia, dengan
program sebagai berikut :
a. Perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan
baik formal maupun informal bagi seluruh masyarakat dan
penyelenggaraan pendidikan dasar 9 tahun secara sistematis
dan komprehensif.
b. Peningkatan kualitas tenaga pendidik pada seluruh tingkatan
pendidikan dan peningkatan kesejahteraan.
c. Pembaharuan sistem pendidikan melalui diversifikasi pendidikan
kejuruan, serta memasukkan muatan lokal pada kurikulum yang
tersedia sesuai dengan kepentingan daerah dan kebutuhan
pasar kerja.
d. Pemberdayaan lembaga-lembaga pendidikan sebagai tempat
penyiapan tenaga-tenaga terampil yang berbudaya dan berbudi
pekerti luhur.
e. Pengawasan mutu pendidikan baik yang diselenggarakan oleh
pemerintah maupun swasta dalam rangka mewujudkan sistem
pendidikan yang efektif dan efisien dalam menghadapi
perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus
berkembang.
f. Peningkatan kualitas pendidikan agama yang didukung
ketersediaan sarana dan prasarana pada setiap jenjang
pendidikan.
g. Peningkatan peran dan kedudukan agama sebagai landasan
moral, spiritual dan etika dalam kehidupan masyarakat.

111
C. Kebijakan Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi diorientasikan pada pengembangan
ekonomi lokal yang berbasis kerakyatan, peningkatan daya saing dan
kualitas produk komoditi unggulan daerah, perluasan jaringan bisnis dan
pasar regional maupun global dalam rangka peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Kebijakan Pembangunan Ekonomi, dengan program sbb :
a. Pengembangan sistem ekonomi yang bertumpu pada mekanisme
pasar serta jaminan adanya prinsip persaingan usaha yang sehat
dan perlindungan konsumen sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
b. Penciptaan peluang usaha yang seluas-luasnya melalui regulasi
perisinan yang bersifat transparan.
c. Pemberdayaan pengusaha kecil, menengah dan koperasi agar
efisien, produktif dan berdaya saing.
d. Pengembangan dan penelitian potensi ekonomi daerah yang
mengarah pada kemandirian ekonomi lokal.
e. Pelaksanaan pendataan ulang, verifikasi dan pengembangan
aset pemerintah daerah agar dapat dikelola dan dimanfaatkan
secara optimal bagi kepentingan masyarakat.
f. Pembinaan dan pengembangan semangat dan jiwa
kewirausahaan dalam masyarakat agar terwujud masyarakat
yang mandiri dan kompetitif.
g. Penataan kinerja Badan Usaha Milik Daerah agar menjadi
Badan Usaha yang profesional, efisien dan transparan.

D. Kebijakan Pembangunan Sosial Budaya


Pembangunan Sosial Budaya diorientasikan pada penciptaan
tatanan masyarakat yang dinamis, tertib dan berbudaya, serta

112
membangun kekuatan dan kemandirian lokal menuju kehidupan
masyarakat madani.
Kebijakan Pembangunan Sosial Budaya, dengan sasaran
sebagai berikut:
a. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan kebersihan
lingkungan secara optimal melalui penyediaan tenaga terdidik
dan terampil dalam menangani kesehatan, penyediaan obat-obat
yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat.
b. Peningkatan mutu pelayanan lembaga - lembaga kesehatan
melalui peningkatan sumberdaya manusia, penyediaan sarana
dan prasarana.
c. Pembinaan dan peningkatan kerjasama dengan pihak terkait
dalam hal penanganan pengawasan makanan dan minuman
berbahaya bagi kesehatan, penyalahgunaan narkotika,
psikotropika dan zat aditif lainnya.
d. Pembinaan dan pengembangan kemampuan lembaga tripartit
dalam hal keamanan, keselamatan kerja dan jaminan sosial
pekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku.
e. Peningkatan administrasi kependudukan dan manajemen
pengelolaan kependudukan.
f. Pengembangan dan pembinaan nilai-nilai seni dan budaya
daerah warisan masa lalu sebagai wahana apresiasi kehidupan
masyarakat, yang disesuaikan dengan moral etika dan estetika
masa kini.
g. Pengembangan dan pemeliharaan seni budaya daerah sebagai
daya tarik wisata melalui pembinaan yang komperehensif dan
berkesinambungan terhadap lembaga dan organisasi seni
budaya.

113
h. Pengembangan pariwisata melalui pendekatan sistem yang utuh
dan terpadu secara lintas sektoral, bersifat partisipatoris dan
berkelanjutan.
i. Pemberdayaan dan peningkatan peran perempuan dalam
semua bidang kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan
pemerintahan.
j. Penciptaan kualitas generasi muda yang mandiri, berdaya saing
dan memiliki keunggulan kompetitif.
k. Menumbuhkembangkan budaya olahraga sejak dini melalui
pendidikan olahraga baik di sekolah maupun dalam masyarakat.
l. Pembinaan secara sistematis, komperehensif dan
berkesinambungan terhadap organisasi - organisasi olahraga.

E. Kebijakan Pembangunan Penataan Wilayah


Pembangunan Penataan Wilayah diorientasikan pada
peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan aksesibilitas
pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan untuk
menciptakan ruang dan lingkungan kehidupan yang lebih layak.
Kebijakan Pembangunan Penataan Wilayah dengan program
sebagai berikut :
a. Peningkatan peran dan fungsi Kabupaten Bone sebagai pusat
jasa dan perdagangan melalui penataan tata ruang wilayah untuk
meningkatkan peran sentra-sentra ekonomi.
b. Peningkatan infrastruktur secara merata dengan penekanan
pada peningkatan sarana dan prasarana perhubungan yang
efektif dan efisien.
c. Pengembangan kebijakan pemanfaatan lahan yang legal formal
berdasarkan pada kepentingan penataan ruang, pelestarian
lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

114
d. Peningkatan serta pemeliharaan sarana dan prasarana umum
yang ada.
e. Peningkataan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan
hidup yang sesuai dengan teknologi yang ramah lingkungan.
f. Pengawasan terhadap pemanfaatan potensi dan kerusakan
kondisi lingkungan .
6. Kebijakan Keuangan Daerah dengan program sebagai berikut :
a. Peningkatan prakarsa dan partisipasi masyarakat dalam
pembiayaan pembangunan.
b. Penciptaan iklim usaha yang kondusif untuk meningkatkan
pembiayaan pembangunan oleh swasta.
Peningkataan PAD melalui optimalisasi sumber pendapatan daerah
secara rasional dan memperhatikan kemampuan masyarakat, serta tidak
menimbulkan dampak ekonomi biaya tinggi dan kerusakan lingkungan.

115
BAB VIII
ARAH DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

Arah pembangunan Kabupaten Bone, memuat kebijakan rencana


pembangunan untuk menjadi pedoman pelaksanaan pembangunan
di berbagai aspek dalam mendukung terwujudnya visi Kabupaten Bone.
Selanjutnya arah kebijakan pembangunan daerah dijabarkan sebagai
berikut :

A. PENINGKATAN KUALITAS HIDUP

Arah peningkatan kualitas hidup, dijabarkan ke dalam :


1. Peningkatan Kualitas Pendidikan. Melakukan reorientasi
kebijaksanaan pendidikan dan pelatihan agar tanggap terhadap
dinamika pembangunan dan permintaan pasar tenaga kerja. Antara
lain menyempurnakan metode serta kurikulum pada seluruh jalur,
jenis, dan jenjang pendidikan yang memuat topik inti, muatan lokal,
dan minat pribadi peserta didik, serta pemberian bobot pendidikan
sikap hidup yang mampu mengubah nilai dan sikap budaya ke arah
kesadaran menjaga harkat dan martabat diri. Demokratisasi
pendidikan bagi seluruh warga masyarakat untuk mendapatkan
haknya dalam pendidikan, dengan pemberian kemudahan memasuki
sekolah dan hak mengembangkan bakan dan kreativitas. Serta
perhatian yang lebih besar terhadap peningkatan mutu, nasib, dan
kesejahteraan guru serta tenaga pendidikan lainnya, terutama di
daerah terpencil dan terisolir.
Meningkatkan kemampuan konseptual, teknis, dan manajerial;
meningkatkan daya tampung peserta didik dengan mendayagunakan
secara optimal sarana dan prasarana pendidikan sehingga peserta
didik dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi;

116
memperluas kesempatan belajar bagi anak usia 7-15 tahun di SD
dan SMP; mengurangi secara bertahap jumlah anak yang putus
sekolah dan menuntaskan masalah pendidikan bagi anak usia 10-14
tahun yang terpaksa bekerja; serta meningkatkan kepedulian
masyarakat akan hak anak.
2. Peningkatan Kesehatan Jasmani dan Mental. Meningkatkan
cakupan dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat terutama
penduduk miskin; mengembangkan cara pelayanan kesehatan yang
efektip dan efisien sehingga sesuai dengan keadaan setempat;
mengembangkan cara penyelenggaraan pendidikan dan penyuluhan
kesehatan yang sesuai dengan perkembangan teknologi dan
informasi yang edukatif; menanamkan kebiasaan pola hidup bersih
dan sehat, pola makan dengan gizi seimbang di lingkungan keluarga;
serta meningkatkan upaya terpadu untuk makin menjamin kecukupan
pangan dan perbaikan gizi masyarakat antara lain dengan
mengarahkan pembangunan pertanian dan diversifikasi makanan.
Kegiatan olahraga ditingkatkan dan dimasyarakatkan sejak dini,
melalui pendidikan di sekolah dan di luar sekolah guna meningkatkan
kesegaran jasmani. Sejalan dengan itu, ditingkatkan pula fasilitas
olahraga yang terjangkau oleh kemampuan ekonomi masyarakat.
3. Peningkatan Pendapatan. Bagi penduduk miskin, penanganannya
dilakukan melalui pemberian keterampilan praktis; menumbuhkan
sikap produktif dan mandiri melalui pendidikan dan latihan;
memberikan kesempatan kerja dan berusaha; serta meningkatkan
pelayanan sosial dengan mutu yang memadai.

B. PEMBANGUNAN SOSIAL DAN AGAMA

1. Penanganan Kependudukan. Menekan laju pertumbuhan penduduk


dengan meningkatkan pelaksanaan gerakan keluarga berencana

117
untuk mewujudkan keluarga sejahtera bagi masyarakat; memupuk
kesadaran keluarga berencana sejak dini; meningkatkan
keseimbangan persebaran penduduk melalui penyediaan industri
pertanian perdesaan; meningkatkan keterampilan dan pemberian
kesempatan kerja; serta memasyarakatkan norma keluarga kecil,
bahagia, dan sejahtera.
2. Pembangunan Ketenagakerjaan. Kebijakan pembangunan
ketenagakerjaan terdiri dari upaya-upaya yang terpadu dan saling
menunjang antar berbagai aspek pembangunan untuk membina iklim
perluasan lapangan kerja; meningkatkan efisiensi dan produktivitas;
meningkatkan kualitas tenaga kerja; mendayagunakan tenaga kerja
produktif, dan mengembangkan kesejahteraan tenaga kerja.
3. Peningkatan Peranan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Diupayakan melalui peningkatan kemampuannya, baik pengetahuan
maupun keterampilan melalui pendidikan dan latihan; meningkatkan
aksesibilitas dan kontrol yang memungkinkan perempuan sebagai
mitra sejajar dengan laki-laki untuk bersama-sama berperan serta
dalam pembangunan sesuai dengan kodrat dan martabatnya tanpa
melupakan peran bersama dalam mewujudkan keluarga sejahtera
yang beriman, sehat, dan bahagia.
4. Peningkatan kualitas Aparatur. Meningkatkan kualitas aparatur
pemerintah secara kontinu dengan melaksanakan pendidikan dan
pelatihan, memantapkan peran struktural dan fungsionalnya secara
berimbang, melaksanakan penempatan aparat pemerintah secara
tepat melalui analisis jabatan untuk mengoptimalkan perannya
sebagai pelayan masyarakat.
5. Peningkatan perhatian kepada penduduk Usia Lanjut dan
Penyandang Cacat. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
kesejahteraan penduduk usia lanjut dan penyandang cacat melalui
pelatihan; memberikan penyuluhan kepada masyarakat umum

118
terutama kepada anak-anak untuk memiliki jiwa sosial yang tinggi
seperti sikap menghargai penderita cacat dan memperlakukannya
seperti warga masyarakat lainnya yang tidak cacat; dan
menggerakkan peranserta masyarakat dalam upaya sosial.
Di samping itu, perhatian khusus diberikan dengan menyediakan
sarana khusus di tempat umum; memberikan kemudahan dan
keringanan pelayanan sosial lainnya; serta memberikan kesempatan
untuk berperanserta dalam kegiatan pembangunan bagi yang mampu
bekerja sesuai dengan kondisi dan kemampuannya.
6. Peningkatan pemahaman nilai Agama dan Budaya. Menanamkan
sejak dini nilai-nilai agama, moral, dan nilai budaya daerah, baik
melalui jalur pendidikan formal maupun non formal guna mewujudkan
masyarakat dengan kualitas yang utuh. Hal tersebut dilakukan
melalui pendekatan komprehensif, yaitu memasukkan unsur
keimanan dan ketaqwaan pada metode pengajaran, membekali guru
dan tenaga kependidikan lainnya dengan nilai-nilai agama dan nilai-
nilai luhur budaya sehingga mempunyai rasa, jiwa, prilaku, budi
pekerti yang baik, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, serta mendorong penyediaan sarana ibadah antara lain di
lingkungan keluarga, lembaga pendidikan, tempat bekerja, dan
tempat umum. Di samping itu, ditingkatkan pula peran orang tua,
pendidikan dalam keluarga dan masyarakat, pendidikan pesantren
dan pendidikan keagamaan lainnya.

C. PEMERATAAN PEMBANGUNAN DAN PENANGGULANGAN


KEMISKINAN

1. Pemerataan pembangunan dan penanggulangan kemiskinan dalam


bidang ekonomi meliputi upaya meningkatkan kegiatan ekonomi
rakyat, terutama melalui pengembangan koperasi dan pembinaan
pengusaha kecil, memperluas lapangan kerja, memperluas lapangan

119
usaha, serta meningkatkan pendapatan dan taraf kesejahteraan
masyarakat pada umumnya serta dukungan dari masyarakat.
Kebijaksanaan ekonomi dalam bidang perdagangan, keuangan dan
investasi, ketenagakerjaan, industri, pertanian, pengembangan
usaha, dan jasa-jasa, diarahkan untuk mewujudkan peningkatan
pemerataan dan penanggulangan kemiskinan.
2. Pengembangan sarana dan prasarana baik fisik seperti jalan, jaringan
transportasi, listrik, pengairan, air bersih, kesehatan, dan pendidikan,
maupun non-fisik seperti kelembagaan ekonomi dan sosial
masyarakat ditingkatkan secara lebih merata. Pengembangan sarana
dan prasarana tersebut diutamakan yang langsung menyentuh
kepentingan golongan masyarakat berpendapatan rendah seperti
jalan desa, transportasi perintis, pengairan desa, dan pelabuhan
rakyat, yang diupayakan untuk dapat dimanfaatkan secara optimal,
berkelanjutan dan merata oleh semua golongan masyarakat.

D. PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

1. Ketahanan pangan dan gizi dimantapkan dalam arti luas, yaitu tidak
hanya terbatas pada peningkatan produksi dan kualitas beras, tetapi
juga mencakup pemenuhan kebutuhan bahan pangan lainnya,
termasuk hasil hortikultura dan bahan makanan lain yang merupakan
sumber karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi mikro. Untuk itu,
produksi pangan terus ditingkatkan melalui upaya pemanfaatan
sumber daya pertanian dengan pola pengusahaan yang berorientasi
agrobisnis, keterpaduan, dan dikembangkan sesuai dengan sumber
daya setempat, termasuk pemanfaatan lahan pekarangan.
2. Sejalan dengan itu diupayakan adanya peningkatan investasi
swasta, Perusda, dan koperasi di bidang pertanian pangan.
Peningkatan investasi tersebut diarahkan untuk perluasan areal
pertanian pangan, yang disesuaikan dengan kondisi tanah, pola tata

120
ruang, dan upaya pelestarian lingkungan hidup. Pengembangan
usaha pertanian pangan tersebut dilaksanakan dengan
memperhatikan dan mendapat dukungan sepenuhnya dari peran
serta aktif petani sehingga menciptakan kemitraan dan kebersamaan
antara perusahaan dan petani. Peningkatan produksi pangan
memerlukan perluasan areal pertanian pangan, yang didukung oleh
pengembangan prasarana irigasi, perhubungan dan kelembagaan
petani, serta peningkatan penyediaan teknologi dan dana investasi.
3. Perhatian lebih besar diberikan pada penyuluhan gizi masyarakat
yang merupakan kegiatan pokok dalam upaya meningkatkan
keadaan gizi penduduk. Pada penyuluhan gizi masyarakat perhatian
utama diberikan pada upaya pencegahan dan penanggulangan
masalah gizi-salah yang meliputi masalah gizi-kurang dan gizi-lebih
antara lain melalui penganekaragaman pola konsumsi pangan.
Khusus untuk tujuan penganekaragaman pola konsumsi pangan,
kegiatan penyuluhan gizi antara lain ditekankan pada upaya
melestarikan dan mengembangkan keanekaragaman makanan
trasidional. Selain itu perlu diperhatikan pula upaya guna menajamin
agar penyediaan dan konsumsi pangan penduduk aman dari
berbagai pencemaran bahan berbahaya yang merugikan kesehatan.
Selanjutnya perkembangan komunikasi, informasi, dan edukasi,
dimanfaatkan secara optimal guna meningkatkan jangkauan dan
efektifitas kegiatan penyuluhan gizi. Pesan gizi disesuaikan dengan
nilai-nilai agama, kepercayaan, dan keyakinan serta kebiasaan
setempat. Oleh karena itu, pemanfaatan media massa dimanfaatkan
sebesar-besarnya, baik media cetak, elektronik maupun media massa
tradisional berupa kesenian-kesenian daerah.
4. Upaya penanggulangan masalah gizi-kurang ditingkatkan, yaitu (a)
gangguan akibat kurang iodium; (b) anemia gizi besi dan kurang
vitamin A; dan (c) kurang energi dan protein. Oleh karena masalah

121
gizi tersebut umumnya erat kaitannya dengan masalah kemiskinan.
Penanggulangannya sejauh mungkin dipadukan dengan upaya
penanggulangan kemiskinan di daerah perdesaan.
5. Produktivitas dan efisiensi pengelolaan upaya perbaikan gizi
ditingkatkan, antara lain melalui peningkatan jumlah dan mutu tenaga
gizi yang professional untuk berbagai jenjang dan tingkatan;
peningkatan kegiatan penelitian unggulan di bidang pangan dan gizi;
pengembangan penerapan teknologi pangan pascapanen untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi pangan yang beraneka ragam dan
bergizi; pengefektifan koordinasi berbagai kegiatan upaya perbaikan
gizi dalam sektor-sektor pertanian, industri, perdagangan, kesehatan,
kependudukan dan keluarga sejahtera, pendidikan, agama dan
lainnya. Selain itu, dalam pengelolaan upaya perbaikan gizi
ditingkatkan kemitraan antara pemerintah dan swasta.

E. PENGEMBANGAN USAHA DAERAH

1. Pengembangan usaha daerah dilakukan dalam rangka menata


struktur dunia usaha yang lebih berimbang, merata, berkeadilan,
kukuh, dan mandiri. Untuk itu, diupayakan dengan membina dan
melindungi usaha kecil, informal, dan tradisional serta golongan
ekonomi lemah terhadap persaingan yang tidak seimbang melalui
kepastian hukum yang menjamin ruang geraknya secara proporsiona
dalam mengembangkannya menjadi pengusaha kecil yang tangguh.
2. Dalam rangka mewujudkan pengusaha menengah dan kecil, agar
menjadi tangguh dilaksanakan upaya peningkatan prakarsa, etos
kerja dan peransertanya di segala bidang kehidupan ekonomi
masyarakat. Untuk itu, diupayakan peningkatan kemampuan
kewirausahaan dan manajemen, serta kemampuan penguasaan dan
pemanfaatan teknologi bagi para pengusaha menengah dan kecil.
Selain itu, guna meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan peran serta

122
pengusaha menengah dan kecil dalam pembangunan diupayakan
perluasan akses terhadap faktor produksi termasuk pemanfaatan
sumber daya alam secara optimal, teknologi, dan pasar;
penyempurnaan kebijaksanaan yang mendukung; dan penyediaan
sarana dan prasarana yang memadai.
3. Khusus untuk mengembangkan peran pengusaha kecil khususnya
pengusaha tradisional, dilakukan upaya dengan menata dan
mengembangkan kelembagaan usaha; meningkatkan kemampuan
pemupukan dan pemanfaatan modal; mengembangkan sarana dan
prasarana pemasaran; meningkatkan akses terhadap sumber
permodalan; memberikan kemudahan dan perlindungan usaha; serta
meningkatkan kerja sama, keterkaitan, kemitraan usaha dengan
koperasi, pengusaha menengah, dan perusda.

F. PENGEMBANGAN PERDAGANGAN

1. Penyempurnaan prasarana perdagangan yang meliputi :


penyempurnaan sistem administrasi bidang perdagangan, termasuk
penyempurnaan peraturan-peraturan yang diperlukan, sistem
perizinan dan penyederhanaan serta peningkatan dayaguna
pelaksanaannya; pembangunan pasar, tempat-tempat pelelangan,
dan pusat-pusat perdagangan lainnya.
2. Peningkatan dan penyempurnaan organisasi dan lembaga
pemasaran meliputi : pembinaan organisasi pemasaran dan
perdagangan serta pada pedagang pada khususnya; peningkatan
peranan dan pengembangan lembaga-lembaga pemasaran termasuk
bursa komoditi; pembinaan pengembangan lembaga konsumen;
pembinaan kerjasama antara perusahaan daerah; swasta; dan
koperasi; serta mengembangkan mutu barang-barang yang
dipasarkan terutama bagi pengusaha kecil.

123
3. Meningkatkan daya saing dan diversifikasi komoditas ekspor dengan
cara : meningkatkan produktivitas di sektor produksi;
menyederhanakan prosedur pengumpulan, pengadaan; dan
penyaluran barang.
4. Memperluas pasar barang-barang produksi; menyelenggarakan dan
mengikuti kegiatan pameran dagang secara kontinyu; membina serta
mengembangkan sistem informasi pasar secara terpadu; dan
meningkatkan kontak-kontak dagang.
5. Meningkatkan kegiatan pengumpulan dan penyebaran informasi
untuk pengembangan ekspor.

G. PEMBANGUNAN KOPERASI

1. Meningkatkan akses dan pangsa pasar, antara lain dengan


meningkatkan keterkaitan usaha, kesempatan usaha dan kepastian
usaha, memperluas akses terhadap informasi usaha, mengadakan
pencadangan usaha, membantu penyediaan sarana dan prasarana
usaha yang memadai, serta menyederhanakan perizinan. Serta
mengembangkan sistem pelayanan informasi pasar, harga, produksi
dan distribusi yang memadai.
2. Memperluas akses terhadap sumber permodalan, memperkukuh
struktrur permodalan dan meningkatkan kemampuan pemanfaatan
modal koperasi, antara lain dengan meningkatkan jumlah pagu dan
jenis pinjaman untuk koperasi; mendorong pemupukan dana internal
koperasi; menciptakan berbagai kemudahan untuk memperoleh
pembiayaan dan jaminan pembiayaan; mengembangkan sistem
perkreditan yang mendukung dan sesuai dengan kepentingan
koperasi pada khususnya dan perekonomian rakyat pada umumnya;
mengembangkan sistem pembiayaan termasuk lembaga pengelola
yang sesuai keuangan lainnya yang sudah ada.

124
3. Meningkatkan kemampuan organisasi dan manajemen, antara lain
dengan meningkatkan kemampuan kewirausahaan dan
profesionalisme anggota, pengurus, pengawas, dan karyawan
koperasi; mendorong koperasi agar benar-benar menerapkan prinsip
koperasi dan kaidah usaha ekonomi; mendorong proses
pengembangan karir karyawan koperasi; mendorong terwujudnya
tertib organisasi dan tata hubungan kerja yang efektif; mendorong
berfungsinya perangkat organisasi koperasi; meningkatkan partisipasi
anggota; mendorong terwujudnya keterkaitan antarkoperasi, baik
secara vertical maupun horizontal dalam bidang informasi, usaha dan
manajemen; meningkatkan kemampuan lembaga gerakan koperasi
agar mampu berfungsi dan berperan dalam memperjuangkan
kepentingan dan membawa asipirasi koperasi; dan meningkatkan
pemahaman terhadap nilai-nilai dan semangat koperasi melalui
peningkatan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan perkoperasian,
baik bagi anggota koperasi, pengelola koperasi maupun masyarakat.

H. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

1. Pengembangan nilai-nilai iptek yang mampu mendorong peningkatan


kemampuan dalam memanfaatkan, mengembangkan, dan
menguasai iptek, serta membentuk budaya iptek di masyarakat dalam
rangka memecahkan masalah pembangunan seperti teknik produksi,
teknologi, ilmu pengetahuan terapan, dan ilmu pengetahuan dasar.
Dilakukan sedini mungkin, baik melalui lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat melalui kegiatan
organisasi, media massa dan forum komunikasi lainnya dengan
menyesuaikan keragaman dan kondisi lingkungan sosial budaya
dalam masyarakat.
2. Melalui pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan iptek,
diharapkan dapat menumbuhkan kemandirian dan keunggulan

125
produksi daerah dalam melaksanakan transformasi kemampuan pada
berbagai industri yang dalam jangka panjang akan menghadapi
persaingan global dan daya saing sektor produksi secara luas.

I. PENGELOLAAN KELAUTAN DAN PESISIR

1. Dalam rangka meningkatkan harkat dan taraf hidup masyarakat pantai


dan nelayan sebagai bagian dari upaya mengentaskan kemiskinan
ditetapkan kebijaksanaan untuk mendorong usaha peningkatan hasil
tangkapan melalui peningkatan produksi usaha nelayan skala kecil
dan tambak serta membina industri kecil pengolahan hasil laut;
menyempurnakan pola hubungan kerja antara KUD dan nelayan
dengan pengusaha dalam rangka meningkatkan keandalan sistem
distribusi. Di samping itu, kebijaksanaan dalam pembangunan
kelautan dan pesisir adalah mengembangkan sentra produksi
perikanan dalam upaya meningkatkan produktivitas dan peran serta
masyarakat desa pantai; dan meningkatkan kesejahteraan dan
kemampuan masyarakat desa pantai melalui pemantapan organisasi
dan pemerintahan desa pantai, pengembangan prasarana sosial
untuk menggerakkan kehidupan ekonomi, dan pencarian alternatif
kesempatan kerja.
2. Dalam rangka mempertahankan daya dukung dan kelestraian fungsi
lingkungan laut, ditetapkan kebijaksanaan untuk menanamkan budaya
kelautan dan jiwa bahari sedini mungkin, baik melalui lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat melalui
kegiatan organisasi, media massa dan forum komunikasi lainnya, dan
melalui penyebarluasan produk kelautan, peningkatan produk dan
pelayanan wisata bahari, penyebarluasan informasi fungsi ekosistem
laut dan keragaman hayati; melindungi dan meningkatkan kepedulian
terhadap lingkungan hidup melalui pemahaman fungsi ekosistem
pantai dan keragaman hayati seperti terumbu karang, hutan bakau

126
dan nipah sehingga fungsinya sebagai penghalang gelombang,
habitat dan pembiakan ikan sekaligus sebagai potensi wisata, dapat
terjamin; serta menyusun dan menetapkan tata ruang laut yang
berwawasan lingkungan untuk dijadikan pedoman bagi perencanaan
pembangunan agar penataan lingkungan hidup dan pemanfaatan
sumber daya laut dapat dilakukan secara aman, tertib, efisien, dan
efektif.

J. PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN

Pembangunan Perkotaan

1. Kebijaksanan pembangunan perkotaan dalam upaya peningkatan


kemampuan dan produktivitas kota adalah mengembangkan
kemampuan pemerintah daerah, untuk melaksanakan investasi
pembangunan secara mandiri; meningkatkan peran masyarakat dan
dunia usaha dalam pembangunan prasarana dan sarana perkotaan;
merangsang perkembangan investasi di sektor ekonomi; serta
memanfaatkan ruang dan potensi kota secara efisien melalui kegiatan
penataan kota dan penataan bangunan.
2. Pembangunan perkotaan dilakukan secara terencana dan terpadu
dengan memperhatikan asas keterbukaan dalam pengambilan
keputusan sesuai dengan hak dan tanggung jawab pemerintah,
swasta dan masyarakat.
3. Pembangunan perkotaan diselenggarakan untuk mewujudkan
lingkungan fisik dan sosial ekonomi perkotaan yang berkualitas dan
terpelihara serta mampu mendukung pembangunan yang
berkelanjutan. Lingkungan fisik perkotaan dikembangkan dan diatur
dengan penataan aspek hukum dan penataan asepek fisik
penggunaan tanah guna menjamin tersedianya tanah yang diperlukan

127
bagi pembangunan, memberikan kepastian hukum, dan menunjang
terwujudnya kelestarian lingkungan hidup.

Pembangunan Perdesaan

1. Meningkatkan kemampuan produksi masyarakat melalui


pengembangan dan penerapan teknologi tepat guna untuk dapat
meningkatkan kapasitas, kualitas, dan nilai tambah produksi;
meningkatkan faislitas permodalan dan akses masyarakat terhadap
modal, dengan mengembangkan koperasi serta lembaga ekonomi
dan keuangan lainnya; serta memperluas sarana produksi pertanian,
pengolahan hasil pertanian dan sarana pemasarannnya.
2. Meningkatkan sarana dan prasarana perhubungan di perdesaan dan
memperluas jaringan pelayanannya, memperluas pelayanan listrik;
mengembangkan sentra produksi dan pemasaran industri pertanian,
dan industri rakyat lainnya; meningkatkan dan memeratakan
ketersediaan fasilitas sosial bagi kesehatan, pendidikan, air bersih dan
sarana penyehatan lingkungan; serta mengembangkan jaringan irigasi
perdesaan.
3. Meningkatkan kemampuan aparat pemerintah desa dalam
pengelolaan dan administrasi pembangunan; meningkatkan
kemampuan pemerintah desa dalam menggali sumber-sumber
keuangan desa; menyediakan prasarana dan sarana pemerintahan
desa; mengembangkan sistem informasi yang mendukung kegiatan
perencanaan pembangunan desa; serta mengembangkan dan
memantapkan kemampuan dan fungsi lembaga kemasyarakatan desa
dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat perdesaan.

K. SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

1. Inventarisasi sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan


kegiatan utama yang akan dilakukan. Kebijakan ini erat kaitannya

128
dengan penetapan kawasan lindung dan pemanfaatan kawasan budi
daya serta penempatan lokasi pembangunan yang tepat dalam pola
tata ruang daerah.
2. Pengembangan sumberdaya air akan dilaksanakan dengan
memusatkan perhatian pada sungai yang mempunyai fungsi strategis
dan atau yang telah mengalami degradasi fungsi. Selain itu, akan
ditingkatkan pula pencegahan intrusi air laut ke dalam air bawah
tanah, terutama pada kawasan padat pembangunan. Hal itu
dilakukan melalui penataan ruang, pengembangan teknologi,
penetapan baku mutu lingkungan dan baku mutu limbah.
3. Rehabilitasi lahan kritis dengan pendekatan pengelolaan DAS akan
ditingkatkan dan dilakukan secara lebih terpadu demikian pula halnya
dengan penanganan lahan pasca tambang.
4. Pengamanan sumber daya laut dan pesisir yang berupa terumbu
karang, rumput laut dan hutan bakau dari perusakan dan
pemanfaatan yang berlebihan akan ditingkatkan untuk mencegah
kerusakan sumber daya alam tersebut dan memelihara
kelestariannya.

L. PENATAAN RUANG

1. Dalam mewujudkan pola tata ruang yang terpadu, serasi, selaras,


dan seimbang dilakukan penyusunan tata guna lahan, air, dan
sumber daya alam lainnya dalam satu pola tata ruang yang
menggambarkan keterpaduan, keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan. Dalam proses penyusunannya dipertahankan
penggunaan tanah produktif untuk pertanian, kawasan hutan
dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya, dan kawasan lindung
dipertahankan fungsi lindungnya.
2. Kegiatan penataan ruang ditingkatkan agar makin efektif, dilengkapi
dengan kelembagaan yang kuat, serta ditunjang dengan aparat yang

129
mampu dan terlatih. Dalam pengembangan dan pemanfaatan
kemampuan kelembagaan diperjelas batas wewenang dan kewajiban
masing-masing untuk menghindari tumpang tindih wewenang dan
kewajiban antarlembaga dalam penataan ruang.
3. Peran serta masyarakat sangat penting dalam penataan ruang.
Dalam rangka mengikutsertakan masyarakat dan dunia usaha dalam
penataan ruang dikembangkan mekanisme yang melibatkan
masyarakat pada tahap tertentu dalam proses perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Peran serta masyarakat dikembangkan untuk menegakkan dan
memasyarakatkan ketentuan yang telah diatur di dalam rencana tata
ruang sehingga dapat berjalan dengan baik karena mendapat
dukungan masyarakat yang seluas-luasnya.
4. Untuk mendukung pengelolaan tata ruang dalam mengatur
keterpaduan serta keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
penggunaan sumber daya yang ada, baik di daratan maupun di
lautan, perangkat peraturan perundang-undangan dikembangkan dan
disempurnakan sehingga memberi arah yang jelas dan memberi
kepastian. Upaya ini meliputi pula penyerasian berbagai peraturan
perundang-undangan yang ada serta penegakan hukum untuk
menjamin bahwa pembangunan berjalan dalam kerangka tata ruang
yang telah disepakati dan ditetapkan.

M. POLITIK, INFORMASI, KOMUNIKASI DAN MEDIA MASSA

Politik

1. Mengembangkan iklim dan budaya politik yang demokratis dengan


mengaktualisasikan prinsip persamaan, kesetaraan, kebebasan dan
keterbukaan yang berbasis pada konstitusi dalam kehidupan
bermasyarakat.

130
2. Meningkatkan pendidikan politik dan partisifasi politik masyarakat
dengan mengembangkan komunikasi politik yang lebih sehat menuju
terwujudnya budaya politik yang kondusif terhadap kehidupan
masyarakat dan pembangunan.
3. Meningkatkan kemandirian partai-partai politik agar dapat
melaksanakan fungsinya dalam meningkatkan kesadaran dan
partisipasi politik masyarakat.
4. Meningkatkan dan memantapkan pemahaman warga negara RI
mengenai wawasan kebangsaan, jati diri bangsa, pembaharuan
bangsa dengan mengaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara dilandasi ketahanan bangsa yang kuat, bermuara dan
fokus kepada kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa serta
utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Informasi, Komunikasi, dan Media Massa

1. Mengembangkan sarana dan prasarana komunikasi sesuai dengan


perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)
agar mampu menunjang kemandirian lokal dan interkoneksitas antar
tatanan dalam wilayah.
2. Meningkatkan peranan media massa dan pers dalam upaya
mencerdaskan masyarakat serta mengembangkan kehidupan
demokrasi di dalam masyarakat yang dilandasi oleh etika, moral dan
tanggung jawab.
3. Mengembangkan sistem informasi yang memungkinkan pemerintah
dan seluruh lapisan masyarakat dapat mengakses informasi secara
cepat dan akurat.

131
N. HUKUM

1. Mengembangkan nilai-nilai tradisional yang relevan dengan sistemm


hukum nasional yang terpadu dan responsif serta sesuai dengan
kesadaran hukum masyarakat serta menjunjung tinggi hak asasi
manusia.
2. Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat dan aparat
penyelenggara pemerintah, melaksanakan penegakan hukum secara
konsisten tidak diskriminatif, menjunjung tinggi supremasi hukum
menuju kepada terwujudnya budaya hukum yang kondusif bagi
peningkatan kualitas tatanan kehidupan masyarakat.
3. Meningkatkan kewibawaan aparatur hukum yang memilki
kemampuan profesional dan integritas yang tinggi yang dilandasi
dengan kualitas moral dan ekita sebagai pengayom masyarakat serta
menciptakan kondisi yang dapat menjamin terwujudnya kemandirian
aparatur penegak hukum dalam menegakkan hukum yang berintikan
keadilan, kejujuran, kebenaran dan menjamin terciptanya kepastian
hukum.
4. Mendorong kemandirian lembaga peradilan dalam penyelenggaraan
proses peradilan yang bebas, terbuka, murah dan cepat serta tidak
memihak dengan tetap menjunjung tinggi asas keadilan, kejujuran
dan kebenaran.
5. Mengembangkan berbagai produk hukum dan peraturan perundang-
undangan, guna mendukung kemandirian lokal.
6. Mengupayakan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan
produk-produk daerah dari klaim pihak ketiga.

O. PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Tujuan pokok pembangunan permukiman adalah meningkatkan


ketersediaan rumah dan permukiman yang terjangkau oleh masyarakat

132
khususnya masyarakat berpendapatan rendah dan meningkatkan
sistem permukiman yang teratur, layak huni, berbudaya, ramah
lingkungan dan efisien, melalui :
1. Pengembangan sistem penyediaan, pembangunan dan perbaikan
huni layak, murah dan terjangkau oleh masyarakat, khususnya
masyarakat berpendapatan rendah;
2. Mengembangkan sistem subsidi hunian bagi masyarakat miskin;
3. Meningkatkan kemampuan pengelolaan pelayanan prasarana dan
sarana permukiman di kawasan perkotaan dan perdesaan;
4. Pengendalian pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan
perdesaan yang berlebihan;
5. Meningkatkan kerjasama investasi dan pengelolaan pelayanan
sarana dan prasarana pemukiman antar pemerintah swasta dan
masyarakat.

P. KEAMANAN, KETERTIBAN, DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT.

Pembangunan bidang keamanan, ketertiban, dan ketentraman


masyarakat diarahkan pada terciptanya situasi dan kondisi yang
kondusif bagi terselenggaranya pembangunan daerah, melalui :
1. Menciptakan keamanan, ketertiban dan ketentraman umum
dilingkungan kehidupan sosial masyarakat sehingga akan dapat
tercipta rasa aman dan tentram baik secara batiniah maupun
lahiriah;
2. Mengembangkan sistem keamanan dan ketertiban masyarakat yang
mampu menjamin berfungsinya sistem keamanan swakarsa serta
sistem penegakan hukum sesuai dengan nilai-nilai lokal serta tetap
menjamin hak asasi manusia;
3. Mengembangkan sistem pengamanan wilayah dengan melibatkan
semua komponen kekuatan Pemerintah Daerah, Polri dan TNI (atas
permintaan) serta masyarakat lainnya dalam rangka upaya

133
penanggulangan terjadinya bencana alam dan kerusuhan massa
dengan tetap berpedoman pada perlindungan hak asasi manusia.

134
BAB IX
PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

Kebijakan pembangunan yang diusulkan memiliki beberapa bagian,


seperti berdasarkan pembagian SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah),
Lintas SKPD untuk kebijakan/program yang memiliki keterkaitan dan lintas
SKPD. Pendekatan yang dilakukan dalam penyusunan kebijakan
pembangunan adalah pendekatan sektoral dan spatial. Pendekatan sektoral
akan diterapkan oleh SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Sedangkan pendekatan spatial diterapkan untuk kebijakan/program lintas
SKPD.
1. Program SKPD
Program SKPD adalah sekumpulan rencana kerja suatu SKPD
yang menjadi tanggung jawab langsung SKPD, seperti pertanian,
industri dan perdagangan. Dengan program-program yang ada
merupakan program yang tidak memiliki keterkaitan dengan program
lain secara jelas dan tegas. Implementasi program SKPD ini lebih
mudah, khususnya didalam pengorganisasiannya. Hal ini mengingat
program SKPD ini hanya bertumpu kepada satu unit kerja tertentu.
2. Program Lintas SKPD
Program ini adalah sekumpulan rencana kerja beberapa SKPD,
program ini sangat dimungkinkan kerjasama dan pembagian kerja (job
description) yang jelas dan tegas. Mengingat program-program lintas
SKPD ini memerlukan manajemen pengelolaan yang baik, maka
diperlukan aturan main yang jelas tentang siapa yang mengelola,
pembiayaan serta pentahapan program. Hal ini perlu terus dilakukan
untuk menghindari adanya pembiayaan ganda, tumpang tindih serta
kontra produktif dengan program yang dilakukan.

135
3. Program Kewilayahan dan Lintas Wilayah
Dalam program kewilayahan ini dilakukan pada program-progam
yang bukan hanya berbasis satuan kerja yang ada, tetapi bisa lintas
satuan kerja dan wilayah. Penanganan air bersih, sampah, transportasi,
penanggulangan banjir merupakan isu yang harus ditangani secara
wilayah. Jika hal itu hanya ditangani dengan pendekatan sektoral maka,
problematika yang ada tidak bisa diselesaikan secara efektif dan efisien.
Program kewilayahan menggambarkan bagaimana daerah harus
terus melakukan kerjasama dengan daerah lain (inter-regional network).
Dengan memiliki jaringan dengan daerah lain yang baik, maka
diharapkan pelayanan publik (sampah, air bersih, jalan, energi, dsb)
semakin baik.
Dibawah ini diuraikan program berupa kebijakan yang ada pada
dokumen RPJMD ini. Beberapa kebijakan merupakan kewenangan suatu
SKPD, sedangkan yang lain merupakan kebijakan lintas SKPD. Untuk
aspek perwilayahan, program-program lintas sektoral (lintas SKPD) akan
lebih bermanfaat dari pada program-program SKPD. Untuk itu, kerjasama
antar daerah merupakan faktor kunci keberhasilan program ini.
A. Peningkatan Kualitas Hidup
1. Peningkatan Kualitas Pendidikan
1. Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
2. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun
3. Program Pendidikan Menengah
4. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan.
5. Program Pendidikan Luar Sekolah (PLS).
6. Program Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Pendidik.
7. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan.
8. Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan
Perpustakaan.
9. Program Pendidikan Non Formal

136
2. Peningkatan Kesehatan Masyarakat
1. Program Upaya Kesehatan Masyarakat.
2. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan.
3. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular.
4. Program Lingkungan Sehat dan Promosi Kesehatan.
5. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin
6. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kesehatan.
7. Program Pengawasan Obat dan Makanan.
8. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita dan
Lansia.
9. Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak.

B. Pembangunan Sosial dan Agama


1. Penanganan kependudukan
1. Program Keluarga Berencana.
2. Program Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga.
3. Program Penguatan Kelembagaan dan Jaringan KB.
4. Program Penataan Administrasi Kependudukan.
5. Program Kesehatan Reproduksi Remaja.
2. Pembangunan ketenagakerjaan
1. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja.
2. Program Peningkatan Kesempatan Kerja.
3. Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga
Ketenagakerjaan.
3. Peningkatan peranan perempuan
1. Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan
Perempuan
2. Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan
Perempuan.

137
3. Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender
dan Anak.
4. Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender dalam
Pembangunan.
5. Program Peningkatan Peran Perempuan di Pedesaan.
4. Peningkatan kualitas aparatur
1. Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan.
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Pemerintahan
3. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah
Daerah.
4. Program Peningkatan Kapasitas Keuangan Pemerintah Daerah.
5. Program Peningkatan Pelayanan Administrasi.
6. Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur.
7. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur.
5. Peningkatan perhatian kepada penduduk usia lanjut dan
penyandang cacat
1. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial.
2. Program Pembinaan Para Penyandang Cacat dan Trauma.
3. Program Pembinaan Panti Asuhan/ Panti Jompo
6. Peningkatan pemahaman nilai agama dan budaya
1. Program Pengembangan Nilai-nilai Agama dan Budaya.
2. Program Pengelolaan Kekayaan Budaya dan Keragaman
Budaya.
3. Program Pengembangan Kerjasama Pengelolaan Kekayaan
Budaya.
4. Program Peningkatan Pelayanan dan Kualitas Kehidupan
Beragama.
5. Program Bantuan Sarana dan Prasarana Keagamaan.
6. Program Peningkatan Kerukunan Umat Beragama.

138
C. Pemerataan Pembangunan dan Penanggulangan Kemiskinan
1. Penanggulangan kemiskinan dalam bidang ekonomi
1. Program Pemenuhan Pelayanan Dasar Bagi Masyarakat Miskin.
2. Program Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Bagi
Masyarakat Miskin.
3. Program Pengembangan Infrastruktur Perdesaan bagi
Masyarakat Miskin.
4. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Desa.
5. Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan
7. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
2. Pengembangan sarana dan prasarana
 Prasarana Jalan dan Jembatan
1. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan
2. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan.
3. Program Pembangunan Saluran Drainase.
4. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan
 Transportasi Darat
- Lalu Lintas Angkutan Jalan
1. Program Pengelolaan Sarana dan Prasarana Tranportasi
Darat.
2. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan
Fasilitas LLAJ.
3. Program Kelaikan Pengoperasian Kendaraan Bermotor.
4. Program Pengendalian dan Pengamanan Lalu Lintas
5. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas
Perhubungan.
 Transportasi Laut
1. Pembangunan dan Rehabilitasi Fasilitas Penunjang
Dermaga/Pelabuhan.

139
 Transportasi Udara
1. Program Pembangunan, Rehabilitasi, Pemeliharaan
Prasarana dan Fasilitas Transportasi Udara.
 Sumberdaya Air
1. Pembangunan dan Rehabilitasi Fasilitas Penunjang
Dermaga/Pelabuhan
2. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi.
3. Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku
4. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan
Air Limbah.
3. Perencanaan pembangunan
1. Program Perencanaan Pembangunan Daerah.
2. Program Perencanaan Ekonomi, Sosial Budaya, Prasarana
Wilayah dan Sumberdaya Alam.
3. Program Kerjasama Pembangunan.

D. Peningkatan Ketahanan Pangan dan Gizi


1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian).
2. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak.
3. Program Perbaikan Gizi Masyarakat.
4. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani.
5. Program Peningkatan Produksi Pertanian.
6. Program Penerapan Teknologi Pertanian.
7. Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan
Lapangan.

E. Pengembangan Usaha Daerah


1. Program Peningkatan Pendapatan Daerah.
2. Program Pengembangan Ekonomi dan Kerjasama Daerah.
3. Program Peningkatan dan Pengelolaan Aset/Kekayaan Daerah
4. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Kerjasama Investasi.

140
5. Program Peningkatan Daya Saing Produksi Daerah.
6. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi

F. Pengembangan Perdagangan
1. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri.
2. Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor.
3. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan
4. Program Pembinaan Pedagang Kaki Lima dan Asongan.

G. Pembangunan Koperasi
1. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan
Kompetitif UKM.
2. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha
Mikro Kecil Menengah.
3. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi.

H. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


1. Program Pengkajian dan Penelitian Bidang Informasi dan
Komunikasi
2. Program Pengembangan Data / Informasi / Statistik Daerah
3. Program Pendidikan Kedinasan
4. Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur
5. Program Penelitian dan Pengembangan.

I. Pengelolaan Kelautan dan Pesisir


1. Program Pengembangan Sumberdaya Kelautan.
2. Program Pengelolaan dan Rehabilitasi Ekosistem Pesisir dan Laut
3. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir.
4. Program Pengembangan Kawasan Budidaya Laut.

141
J. Pembangunan Perkotaan dan Perdesaan
1. Program Penataan Lingkungan Permukiman Perkotaan dan
Perdesaan.
2. Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih Perkotaan
dan Perdesaan.
3. Program Pembangunan Pasar Perdesaan.
4. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan.
5. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan.
6. Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Membangun
Desa
7. Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa
8. Program Perencanaan Pengembangan Perkotaan.
9. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan.
10. Program Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat
Tumbuh.

K. Peningkatan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup


1. Program Perencanaan Pengembangan, Pengelolaan dan
Konservasi Sumberdaya Air;
2. Program Penataan Kelembagaan Pengelolaan Sumberdaya Air
3. Program Pembangunan Sarana Prasarana Pengairan Pengendalian
Banjir dan Pengamanan Pantai.
4. Program Pengawasan dan Pengendalian Perusahaan Penghasil
Limbah.
5. Program Peningkatan Sumberdaya Aparatur Pengawas
Pencemaran Lingkungan.
6. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
Hidup.

L. Penataan Tata Ruang


1. Program Perencanaan Tata Ruang

142
2. Program Pemanfaatan Ruang
3. Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang.

M. Pembinaan Politik, Informasi, Komunikasi dan Media Massa


1. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi.
2. Program penyempurnaan dan penguatan kelembagaan demokrasi
3. Program Pendidikan Politik Masyarakat.
4. Program Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat
Daerah.
5. Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah/ Wakil
Kepala Daerah.
6. Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa.
7. Program Kerjasama Informasi dengan Mas Media.

N. Pembinaan Hukum
1. Program Pembentukan Produk Hukum dan Legislasi Daerah
2. Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan
3. Program Peningkatan Kesadaran dan Penegakan Hukum
4. Program Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat.
5. Program Penyelesaian Konflik-Konflik Pertanahan.

O. Peningkatan Pembangunan Perumahan dan Permukiman


1. Program Pengembangan Perumahan.
2. Program Lingkungan Sehat Perumahan.
3. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan
4. Program Perbaikan Perumahan Akibat Bencana Alam/ Sosial
5. Program Pengelolaan Areal Pemakaman.

P. Pembinaan Keamanan, Ketertiban, dan Ketentraman Masyarakat.


1. Program pemeliharaan kamtrantibmas dan pencegahan tindak
kriminal.
2. Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan.

143
3. Program Pemberdayaan Masyarakat Untuk Menjaga Ketertiban dan
Keamanan.
4. Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana
Alam.

Q. Pembinaan Pemuda dan Olah Raga.


1. Program pembinaan dan peningkatan partisipasi pemuda.
2. Program pembinaan dan peningkatan prestasi olah raga
3. Program peningkatan sarana dan prasarana pemuda dan olah raga.

144
BAB X
PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

A. Aspek Kesejahteraan Rakyat

145
B. Aspek Pelayanan Umum

146
147
148
149
C. Aspek daya Saing Daerah

150
151
152
BAB XI
PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun


2008-2013 yang berisi visi, misi, dan arah kebijakan pembangunan daerah,
merupakan pedoman bagi pemerintah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan daerah 5 tahun ke depan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) ini


juga menjadi acuan di dalam penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja
Pemerintah Daerah (Renstra-SKPD). Keberhasilan pembangunan daerah
dalam mewujudkan visi “Bone lebih Maju dalam tatanan masyarakat
religius, berbudaya, mandiri dan demokratis”, perlu di dukung oleh ;

1) Komitmen dari kepemimpinan daerah yang kuat dan


demokratis;
2) Konsistensi kebijakan pemerintah;
3) Keberpihakan kepada rakyat; dan
4) Peran serta masyarakat dan dunia usaha secara aktif.
BAB XII
PENUTUP

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)


Pemerintah Kabupaten Bone, disusun sebagai upaya untuk mencapai
tujuan pembangunan Kabupaten Bone selama kurun waktu 5 tahun
mendatang.

Sebagai tanggungjawab bersama, pencapaian tujuan pembangunan


daerah, perlu dikembangkan peran aktif seluruh stake holders dalam
merencanakan dan mengevaluasi pelaksanaannya. Karena keberhasilan
penyelenggaraan pemerintahan, kegiatan pembangunan dan tugas
kemasyarakatan, sangat bergantung pada peran aktif masyarakat, swasta,
serta sikap mental, tekad dan semangat kedisiplinan, profesionalisme,
transparansi, partisipasi dan akuntabel para aparatur pemerintah dan
lembaga legislatif. Sehingga hasilnya dapat dinikmati sebesar-besarnya
bagi kesejahteraan masyarakat secara lebih adil dan merata.

Pada akhirnya, pembangunan Kabupaten Bone sebagai bagian


integral dari pembangunan Propinsi Sulawesi Selatan dan Nasional, akan
memperkuat jatidirinya dalam suasana demokratis, berdayasaing,
berbudaya yang bernafaskan keagamaan. Sehubungan dengan itu, semua
kekuatan politik, organisasi kemasyarakatan dan lembaga kemasyarakatan
lainnya perlu berperan aktif menyusun rencana program kerja menurut
fungsi dan kemampuan masing-masing dalam menjabarkan lebih lanjut
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Pemerintah
Kabupaten Bone ini.

ii
Sebagaimana dijelaskan di atas, RPJMD ini juga akan menjadi acuan
bagi penyusunan RKPD yang merupakan kegiatan pokok tahunan. Dengan
demikian, Bupati nantinya akan mampu melihat tingkat keberhasilan yang
dicapai dari indikator kinerja tahunan maupun 5 (lima) tahunan yang sudah
ada dalam RPJMD.

BUPATI BONE

H.A. MUH. IDRIS GALIGO,SH.

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................ i
DAFTAR ISI ................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ..................................................... 1
B. PENGERTIAN .............................................................. 7
C. MAKSUD DAN TUJUAN .............................................. 7

BAB II KONDISI UMUM DAERAH ............................................... 9


A. KONDISI SAAT INI ...................................................... 9
B. SOSIAL ......................................................................... 18
C. BUDAYA ....................................................................... 30
D. PEMERINTAHAN ......................................................... 30
E. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI ................... 31
F. SARANA DAN PRASARANA ........................................ 31
G. POLITIK........................................................................ 33
H. KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN
MASYARAKAT ............................................................. 33
I. HUKUM, APARATUR PEMERINTAH DAN
KELEMBAGAAN MASYARAKAT ................................. 34
J. WILAYAH DAN TATA RUANG ..................................... 34
K. PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN .............................. 36
L. SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP ...... 36

BAB III ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH .................... 38


A. ARAH PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH ........ 38
B. ARAH PENGELOLAAN BELANJA DAERAH ................ 49
C. ARAH PEMBIAYAAN .................................................... 56

iv
ii
D. KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ................................. 56

BAB IV ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS ............................ 67


A. FAKTOR LINGKUNGAN INTERNAL ............................ 67
B. FAKTOR LINGKUNGAN EKSTERNAL ......................... 69
C. ASUMSI ANALISIS DAN PILIHAN STRATEGI ............. 75
D. ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS ........................ 76
a. Analisis Lingkungan Internal ..................................... 76
b. Analisis Lingkungan Eksternal .................................. 84
c. Faktor-faktor Kunci keberhasilan .............................. 87
d. Asumsi ..................................................................... 87

BAB V TANTANGAN .................................................................. 89


A. SOSIAL BUDAYA ......................................................... 89
B. EKONOMI ..................................................................... 92
C. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI ................... 92
D. SARANA DAN PRASANA............................................. 93
E. POLITIK ........................................................................ 93
F. KETERTIBAN UMUM DAN KEAMANAN
MASYARAKAT.............................................................. 93
G. HUKUM, APARATUR DAN KELEMBAGAAN
MASYARAKAT.............................................................. 94
H. WILAYAH DAN TATA RUANG ..................................... 94
I. PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN ............................... 95
J. SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP ..... 95

BAB VI NILAI, VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN .................. 96


A. NILAI-NILAI LANDASAN FILOSOFIS ........................... 96
B. VISI 2008 -2013 ............................................................ 100
C. MISI .............................................................................. 101

v
iii
D. TUJUAN ....................................................................... 102
E. SASARAN ..................................................................... 103

BAB VII STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN ............................... 109


A. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMERINTAHAN ........ 109
B. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUMBER DAYA
MANUSIA ...................................................................... 110
C. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI .................... 112
D. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA ........ 113
E. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENATAAN WILAYAH. 114

BAB VIII ARAH DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN ................. 116


A. PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ............................. 116
B. PEMBANGUNAN SOSIAL DAN AGAMA ..................... 117
C. PEMERATAAN PEMBANGUNAN DAN
PENANGGULANGAN KEMISKINAN ........................... 119
D. PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN GIZI .... 120
E. PENGEMBANGAN USAHA DAERAH ......................... 122
F. PENGEMBANGAN PERDAGANGAN .......................... 123
G. PEMBANGUNAN KOPERASI ..................................... 124
H. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI .................. 125
I. PENGELOLAAN KELAUTAN DAN PESISIR ............... 126
J. PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN ... 127
K. SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP .... 128
L. PENATAAN RUANG ................................................... 129
M. POLITIK, INFORMASI, KOMUNIKASI & MEDIA MASSA 130
N. HUKUM ....................................................................... 132
O. PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN 132
P. KEAMANAN, KETERTIBAN DAN KETENTRAMAN
MASYARAKAT ............................................................ 133

vi
iv
BAB IX PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH ......................... 135
1. PROGRAM SKPD ......................................................... 135
2. PROGRAM LINTAS SKPD ............................................ 135
3. PROGRAM KEWILAYAHAN DAN LINTAS WILAYAH... 136

BAB X PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH ............... 145


A. ASPEK KESEJAHTERAAN RAKYAT ........................... 145
B. ASPEK PELAYANAN UMUM........................................ 146
C. ASPEK DAYA SAING DAERAH ................................... 150

BAB XI PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN ... 153

BAB XII PENUTUP ........................................................................ 154

vii
v
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH DAERAH (RPJMD) 2008-2013
KABUPATEN BONE

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH


(BAPPEDA)
2008

viii

You might also like