You are on page 1of 31

I.

Pendahuluan :
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran dari norma baik norma hukum, norma moral maupun norma kenegaraan lainya. Dalam filsafat pancasila terkandung didalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif (menyeluruh) dan sistem pemikira ini merupakan suatu nilai, Oleh karena itu suatu pemikiran filsafat tidak secara langsung menyajikan norma-norma yang merupakan pedoman dalam suatu tindakan atau aspek prasis melainkan suatu nilai yan bersifat mendasar. Nilai-nilai pancasila kemudian dijabarkan dalam suatu norma yang jelas sehingga merupakan suatu pedoman. Norma tersebut meliputi norma moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut baik maupun buruk. Kemudian yang ke dua adalah norma hukum yaitu suatu sistem perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Dalam pengertian inilah maka pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala hukum di Indonesia, pancasila juga merupakan suatu cita-cita moral yang luhur yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum membentuk negara dan berasal dari bangsa indonesia sendiri sebagai asal mula (kausa materialis). Pancasila bukanlah merupakan pedoman yang berlangsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber hukum baik meliputi norma moral maupun norma hukum, yang pada giliranya harus dijabarkan lebih lanjut dalam norma-norma etika, moral maupun norma hukum dalam kehidupan kenegaraan maupun kebangsaan.

II. Masalah :
1. Kurangnya pemahaman tentang pancasila. 2. Pancasila bukan sebagai sumber hukum. 3. Pancasila tidak dijadikan pedoman hidup. 4. Semakin banyaknya masyarakat yang anti tehadap pancasila. 5. Demo Minta Referendum Papua. 6. Masjid Anti Pancasila di Madura. 7. Ribuan Warga Papua Tagih Janji Referendum.
1

8. Kekuatan Asing (Penjajah) di Balik Isu Referendum Papua.

III. Analisis Masalah : 1. PANCASILA Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, mengatur masalah kehidupan dan kerukunan dalam beragama. Akan tetapi rakyat Indonesia belum memahami isi kandungan dalam pancasila sendiri.

2. DEPAG Departemen yang menaungi masalah keagamaan di Indonesia. Akan tetapi dalam pelaksanaanya Depag dianggap kurang maksimal dalam melaksanakan tugasnya. Karena selama ini Depag sepertinya hanya mengurusi masalah-masalah umum tentang keagamaan.

3. DEPDIKNAS Lembaga yang menaungi masalah pendidikan serta berperan untuk meningkatkan mutu generasi-generasi muda. Akan tetapi DEPDIKNAS kurang memberikan penyuluhan tentang pentingnya etika yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

4. DEPKUM dan HAM Lembaga yang menaungi masalah hukum dan HAM di Indonesia. Setiap warga Negara berhak mendapat perlindungan hukum dari Negara dan Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pembelajaran etika demi tercapainya kehidupan yang bermatabat serta mendapatkan jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti kemanusiaan yang adil dan beradab, karena hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia wajib diperlakukan dan wajib tidak diperlakuakan agar sesuai dengan martabatnya sebagai manusia.

5. POLISI Polisi sebagai lembaga negara bertugas untuk mengawasi dan menjaga warga negaranya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan. Polisi juga sebagai lembaga Negara seharusnya memiliki etika yang baik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat umum.

6. UU Undang-undang sebagi dasar negara Indonesia, menjadi tolak ukur dalam menjalankan segala peraturan yang berlaku. Termasuk masalah etika dalam berpolitik.

7. INFORMASI Bertugas untuk memberikan informasi yang sebenar-benarnya mengenai segala macam aspek berita yang di butuhkan oleh masyarakat. Termasuk masalah etika dalam berpolitik yang sudah tidak ada nilainya lagi di kalangan para pejabat tinggi.

8. KEUANGAN Bertugas untuk mengatur masalah keuangan dalam negara. Baik pemasukkan maupun pengeluaran, serta digunakannya anggaran untuk memfasilitasi masalah pembangunan di Negara ini.

9. BUDAYA Semakin merosotnya nilai etika di Negara ini dapat membuat budaya Indonesia yang tadinya di anggap baik menjadi tidak ada nilainya lagi di mata dunia. Hal itu dapat membuat nama Indonesia menjadi buruk di kancah perpolitikan internasional.

10. ADAT Adat yang tadinya di junjung tinggi oleh bangsa Indonesia, sekarang menjadi tidak ada gunanya lagi akibat tingkah laku para pejabat Negara yang mempermalukan nama Indonesia di mata dunia.

11. DEPSOS Depsos sejatinya merupakan piranti negara yang berperan sebagai perancang kebijakan sosial makro yang memayungi berbagai upaya penanganan masalah sosial pada tingkat nasional. Dengan begitu, kondisi kesejahteraan sosial yang berdimensi luas dan berkelanjutan dapat diwujudkan.

12. PARPOL Suatu lembaga yang berperan untuk menampung aspirasi-aspirasi dari masyarakat umum. Termasuk masalah merosotnya etika para pejabat Negara.

13. DEPKES DEPKES yang bertugas untuk menangani masalah kesehatan seharusnya lebih mengedepankan masalah kualitas pelayanan-pelayanan di berbagai rumah sakit. Tapi pada kenyataannya masih banyak rumah sakit yang memberikan pelayanan yang buruk terhadap pasien.

14. DPR DPR sebagai lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat dan memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang, seharusnya dapat menjalankan tugasnya dengan lebih baik lagi dalam Menyerap, menghimpun, menampung dan menindak lanjuti aspirasi masyarakat. Tetapi pada kenyatataannya justru para anggota DPR lah yang melakukan tindakan memalukan tersebut.

15. PRESIDEN Presiden sebagai pemimpin Negara ini diharapkan dapat lebih bertindak tegas dalam menangani masalah merosotnya nilai etika dikalnagan para pejabat Negara. Karena masalah ini harus di atasi secara cepat dan tepat, agar tidak semakin melebarnya masalah ini.

16. PEMIMPIN Seharusnya seorang pemimpin itu dapat mencontohkan tindakan yang baik kepada para pengikutnya. Dan memiliki kewajiban untuk memberikan penghidupan yang layak kepada para warganya.

17. KEJAKSAAN AGUNG Kejaksaan agung sebagai lembaga Neraga bertugas untuk melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan pembangunan semua unsur Kejaksaan, agar terlaksana sesuai dengan peraturan perundang-undangan, rencana dan program kerja serta kebijaksanaan yang ditetapkan Jaksa Agung.

18. MASYARAKAT Masyarakat di harapkan dapat bekerja sama dengan pemerintah dalam menangani masalah diskriminasi agama di Negara ini. Karena biar bagaimanapun masyarakat juga memiliki peranan penting dalam terciptanya Negara yang lebih baik lagi.

19. KPK KPK sebagai lembaga yang khusus menangani masalah korupsi di Negeri ini, seharusnya dapat menjalankan tugasnya lebih baik lagi. KPK diharapkan dapat menangkap siapapun yang melakukan tindak korupsi. Terutama para pelaku korusi di bidang kesehatan, sehingga masyarakat mendapatkan penanganan yang lebih baik.

20. HUKUM Adanya ketidakadilan hukum di Indonesia, yang menyebabkan kaum minoritas selalu menjadi pihak yang bersalah dalam suatu kasus. Hukum di Indonesia saat ini hanya memandang dari kemampuan dan kekayaan seseorang saja, sehingga pihak yang bersalah justru dapat hidup bebas di luar sana karena dapat membeli hukum itu.

21. RT/RW RT/ RW seharusnya dapat membimbing warganya untuk menanamkan pendidikan etika di masyarakat umum. Sehingga dapat terciptanya kehidupan yang bermartabat.

22. MAHASISWA Mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa seharusnya dapat membawa Negara ini kearah yang lebih baik lagi. Dan dapat mewujudkan semua harapan dan cita-cita para masyarakat.

23. GUBERNUR Gubernur sebagai seorang kepala daerah disuatu provinsi dihapkan dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Sehingga dapat membawa provinsi yang di pimpinnya menjadi provinsi yang maju.

24. WAPRES Wapres sebagai orang nomor 2 di suatu negara, berdasarkan UUD 45 wakil presiden berfungsi menggantikan presiden bila berhalangan. Namun dalam praktiknya, seorang wapres seharusnya tidak hanya bertugas untuk menggantikan presiden, melainkan juga bertugas untuk membangun Neraga ini agar menjadi lebih baik lagi.

25. LSM LSM sebagai sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya.

26. MEDIA MASA Media masa sebagai tempat masyarakat untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, seharusnya dapat memberikan informasi yang sebenar-benarnya tanpa adanya kebohongan sedikitpun.

27. DOKTER Sebagai seorang tenaga kesehatan yang menjadi tempat kontak pertama pasien untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis kelamin dan yang lainnya, seharusnya seorang dokter dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkin dan seefisien mungkin, sehingga kesehatan para masyarakat dapat menjadi lebih baik lagi.

28. PERAWAT Perawat sebagi seorang tenaga medis diharapkan dapat memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks.

29. RUMAH SAKIT Rumah sakit sebagai sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya, seharusnya dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pasien-pasiennya, seperti pelayanan medis dan pelayanan penunjang medis

30. MPR MPR sebagai lembaga legislatif bikameral yang merupakan salah satu lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, yang terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang brtugas untuk mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, serta Undang-Undang Dasar.

31. DPRD DPRD sebagai parlemen lokal di daerah diharapkan dapat menampung aspirasiaspirasi masyarakat pedesaan yang belum terjangkau oleh pemerintah pusat. Sehingga dapat mewujudkan apa yang menjadi keinginan rakyat kecil.

32. DEPLU DEPLU sebagai suatu lembag di Indonesia bertugas untuk melakukan penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri, termasuk sarana dan mekanisme pelaksanaannya, koordinasi di pusat dan perwakilan, wewenang dan pelimpahan wewenang dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri serta memberikan perlindungan kepada warga negara Indonesia, termasuk pemberian bantuan dan penyuluhan hukum, serta pelayanan konsuler.

33. SEKOLAH Sekolah sebagai sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa di bawah pengawasan guru, diharapkan dapat menghasilkan generasi-generasi penerus bangsa yang baik dan dapat membawa negara ini kearah yang lebih baik lagi.

34. PASIEN Pasien sebaagai seseorang yang menerima perawatan medis yang menderita penyakit atau cedera dan memerlukan bantuan dokter untuk memulihkannya

sering kali tidak mendapatkan pelayanan yang maksimal dari pihak rumah sakit, terutama jika pasien tersebut dari kalangan miskin.

35. PUSKESMAS Puskesmas sebagai organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Akan tetapi pada kenyataannya banyak puskesmas-puskesmas yang memungut biaya kesehatan dengan harga yang mahal.

36. ORANG TUA Orang tua harus bias memberikan pemahaman kepada anaknya tentang pentingnya memiliki etika yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam kehidupan beragama maupun dalam kehidupan bernegara.

37. TEMAN BERMAIN Teman bermain sebagai orang yang dekat dengan kita, seharusnya dapat memberikan contoh yang baik dalam bergaul kepada sesame teman sebaya maupun kepada orang yang lebih tua dari kita.

38. GURU Guru sebagi orang yang memberikan ilmu kepada kita harus dapat memberikan dan menanamkan pentingnya memiliki etika yang baik. Sehingga dapat tercapainya kehidupan yang bermartabat dan lebih baik lagi dari sebalumnya.

39. DOSEN Dosen harus dapat memberikan pendidikan tertang etika kepada para mahasiswanya. Sehingga mahasiswa tersebut dapat menjadi orang yang membagakan dikemudian hari.

40. UNIVERSITAS Universitas sebagai sebuah lebaga yang memberikan pendidikan kepada para generasi muda, harus dapat menghasilkan generasi muda yang memilki etika yang baik dalam menjalani kehidupan beragama dan bernegara.

41. TOKOH AGAMA Tokoh agama sebagai orang yang mengetahui masalah agama dengan baik, harus bisa mengajarkan kepada para umutnya untuk memiliki etika yang baik.

42. MENPORA Mepora sebagai wadah bagi para generasi muda harus bisa menanamkan kepada para diri generasi nuda untuk selalu beretika yang baik.

43. KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA Untuk mengembangkan kebudayaan di Indonesia, harus di mulai dari sikap warganya sendiri. Warga yang baik adalah warga yang emmilki etika yang baik pula.

44. SDM Semakin baiknya SDM yang ada, semakin maju juga Negara ini kedepannya. Karena kemajuan dari sebuah Negar dipengaruhi oleh Sumber Daya Manusia yang ada di Negar itu sendiri.

10

45. LURAH Sebagai seorang pemimpin, harus bisa memberikan contoh yang baik kepada para warganya. Lurah sendiri pun harus memilki etika yang terpuji, demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik lagi.

46. KELUARGA Keluarga sebagai orang yang paling dekat dengan kita, harus menanamkan nilainilai moral yang baik termasuk tentang etika berpolitik.

47. KETUA DPR Ketua DPR sebagai orang yang memiliki kedudukan tertinggi di DPR harusnya dapat mencegah hal yang dapat merusak nama DPR RI itu agar tidak terjadi.

48. BADAN KEHORMATAN DPR Badan Kehormatan DPR seharusnya dapat menjalankan tugasnya dengan sebaikbaiknya. Dan dapat menindak para pelaku pelanggar etika politik tersebut. Karena hal itu dapat merusak nama baik dewan perwakilan rakyat sendiri. Sehingga badan kehormatan dianggap tidak dapat melakukan tugasnya.

49. LINGKUNGAN SEKITAR Lingkungan sekitar sangat besar pengaruhnya dalam terbentuknya kepribadian seseorang. Jadi, agar terbentuknya kepribadian yang baik, lingkungan sekitar pun harus menanamkan nilai-nilai yang baik pula.

50. DIRI SENDIRI Kepribadian dari setiap individu pun sangat berpengaruh besar terhadap perilaku yang dilakukan di dalam masyarakat. Jadi, diharapkan setiap individu dapat memilki kepribadian yang baik.

11

51. TNI TNI sebagai aparatur Negara harus dapat menjaga dan melindungi keamanan Negara ini dari segala macam bahaya yang mengancam dan yang dapat memecah belah kedudukan Negar ini.

IV. Upaya- Upaya yang dapat dilakukan :


1. Meningkatkan kualitas moral dari setiap individu. 2. Tanamkan pada diri setiap individu tentang pentingnyakesatuan dan persatuan bangsa. 3. Berikan pendidikan yang lebih tentang pancasila di sekolah-sekolah. 4. Tnamkan adanya pengendalian diri, sesuai dengan falsafah pancasila. 5. Tanamkan adanya kepekaan terhadap lingkungan di masyarakat. 6. Memelihara jati diri, jiwa kebangsaan dan jiwa berpolitik.

V. Kesimpulan :
1. Sudah berkurangnya jiwa kebangsaan pada setiap individu bangsa Indonesia. 2. Pemerintah dianggap kurang serius dalam menangani kasus tersebut. 3. Sudah banyak masyarakat yang tidak memandang pancasila sebagia sumber dari segala
sumber hukum.

4. Pancasila sudah bukan menjadi pedoman hidup bangsa Indonesia. 5. Rasa persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia sudah semakin luntur.

VI. Daftar Referensi :


1. www.google.com 2. groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/ 3. www.swaranusa.net 4. www.tempointeraktif.com 5. www.indowebster.web.id 6. www.cathnewsindonesia.com

12

LAMPIRAN

13

Siang Ini Demo Minta Referendum Papua


Kamis, 8 Juli 2010 | 09:11 WIB

JAYAPURA, KOMPAS.com - Ratusan orang berkumpul di pusat pertokoan tepatnya di depan Kantor Pos Abepura, Jayapura, Papua, Kamis (8/7/2010) pagi. Mereka bersiap menuju kantor DPR Papua untuk melakukan aksi demonstrasi. Mereka berkumpul untuk menantikan kedatangan rekan-rekannya yang lain untuk bergabung. Ratusan orang yang sebagian memakai pakaian adat Papua itu membawa spanduk antara lain bertuliskan "Otonomi Khusus Gagal, Minta Referendum". Akibat aksi itu, jalanan macet dan seluruh pertokoan dan kantor swasta di Abepura memilih untuk tidak beroperasi. Sementara itu, aparat kepolisian sektor Kota Abepura tampak telah berjaga-jaga mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

Masjid Anti Pancasila di Madura


Diposting pada Senin, 04-01-2010 | 16:48:22 WIB Di sebuah desa bernama Sopeng, Sumenep, Madura terdapa seorang kyai yang cukup terkenal bernama Kyai Ahmad Munib. Yang membuatnya dikenal salah satunya adalah kegigihannya menentang Pancasila sejak Pancasila tersebut berdiri di Indonesia. Kyai ini sangat tertutup, namun begitu pengikutnya cukup banyak juga didesa Sopeng. Beliau tidak pernah keluar dari komplek rumahnya.

14

Dalam komplek rumahnya terdapat sebuah masjid yang cukup besar, nama masjid tersebut adalah Masjid Anti Pancasila. Namun masjid ini masjid umum, jadi siapapun diperbolehkan melaksanakan sholat di masjid Anti Pancasila tersebut. Kegiatan pengajian di tempat Kyai Munib ini dilaksanakan didalam rumahnya, jadi tidak dilaksanakan di masjid depan rumahnya. Walaupun masih ada beberapa amalah bid'ah yang dilakukan kyai ini, namun kyai yang sudah berumur 80 an tahun ini menyatakan masih sangat mendukung penegakan Syariat Islam di Indonesia.

Beberapa tetangga beliau yang masih berpartai dan beliau anggap mendukung eksistensi Pancasila maka tidak diperbolehkan sholat di masjid di komplek rumahnya. Ada kisah menarik yang diceritakan seorang warga yang tinggal di sekitar komplek rumah kyai Ahmad Munib tersebut kepada MuslimDaily. Dahulu, didepan masjid ada sebuah logo bertuliskan "Anti Pancasila Kewajiban Kita Umat Islam". Kemudian karena Kapolsek sekitar mengetahui mengenai "Logo" tersebut ia marah dan berusaha menutupi logo dari semen tersebut. Namun karena tidak berani secara langsung maka Kapolsek itu menyuruh anak buahnya satupersatu melempari logo tulisan tersebut dengan semen sampai tertutup penuh. Yang menjadikan cerita ini menarik dan berbau klenik adalah, setelah Kapolsek melakukan penutupan logo tersebut ia jatuh sakit lalu meninggal. Dan para polisi lain didaerah itu menjadi takut macammacam dengan masjid Anti Pancasila tersebut. Ada juga beberapa polisi lain yang berusaha menutup logo tulisan itu, namun begitu ketahuan salah satu santri kyai Ahmad Munib, polisi itu langsung diusir paksa. Kyai ini hampir benarbenar tidak keluar dari komplek rumahnya, sebab ia menganggap orang-orang diluar komplek rumahnya sudah terkontaminasi paham Pancasila. Kyai ini hanya keluar dari rumahnya saat pertengahan bulan Desember 2009 lalu diadakan pengajian di Masjid Pancasila, dan yang menjadi pengisi pengajian adalah ustad Abu Bakar Ba'asyir.Kajian ini dihadiri sekitar 1000 an orang, bahkan Kyai Munib sendiri sampai heran kenapa jamaah pengajian yang datang bisa membludak hingga keluar masjid tersebut. Begitu kajian ustad Abu Bakar Ba'asyir selesai beliau langsung masuk lagi ke dalam rumah dengan dikawal santrinya. Sebelum pengajian ustad Abu dimulai di masjid Anti Pancasila tersebut dimulai, kyai Ahmad Munib membacakan semacam ikrar atau pernyataan yang kembali menegaskan bahwa ia menolak Pancasila dan fahamnya. Pernyataan yang dibacakan kyai tersebut juga dicetak dalam lembaran kertas yang dibagi-bagikan kepada jamaah pengajian. Isi selebaran tersebut mengenai pengingkaran terhadap hukum-hukum yang dibuat oleh Pancasila. Salah satu isinya menyatakan
15

bahwa Pancasila itu kafir, Pancasila itu sama dengan hukum Fir'aun. Saat ini Kyai Ahmad Munib tinggal bersama satu istri dan dua anaknya di desa Sopeng, Sumenep, Madura.

KH Achmad Munib Sang Anti Pancasila !!


Nama KH Achmad Munib menjadi pembicaraan akhir-akhir ini, kali ini mencoba membahas lebih panjang lebar mengenai KH Achmad Munib yang melakukan dakwah Anti Pancasila. Ajaran nyleneh KH Achmad Munib ini sebenarnya telah dimulai sejak 20 tahun yang lalu. Penolakan ini disampaikan secara terang-terangan baik saat mengisi pengajian di masjid miliknya, maupun di tempat lain. Penerapan hukum dengan Pancasila dinilai oleh KH Achmad Munib, bertentangan dengan syariat Islam. Sehingga bila tidak menggunakan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari, dia mengategorikan sebagai orang kafir. Bahkan, pada saat itu, Kiai Munib - panggilan KH Achmad Munib - sempat mempunyai 150 santri. Namun para santri akhirnya berhenti dengan sendirinya ketika Kiai Munib mulai menutup diri dan tidak menerima tamu. Tulisan anti Pancasila juga terdapat di pintu teras masuk rumah yang kondisinya digembok rapat dan sudah berkarat. Tulisan arab dengan warna biru jelas terlihat. "Anti Pancasila Kewajiban Kita Umat Islam". Bahkan, kalimat serupa juga ada di tembok depan masjid Nurul Falah yang dibangun kiyai anti Pancasila tersebut. Jaraknya sekitar 50 meter dari rumahnya. Setiap orang yang masuk masjid tersebut tidak akan menduga jika tulisan arab yang ditulis dengan huruf kaligrafi berwarna biru yang dikelilingi Ayat Kursi terdapat kalimat "Anti Pancasila Kewajiban Kita Umat Islam". Kalimat tersebut bukan nama sebuah masjid, sebab di atas sebelah utara masjid bertuliskan, "Masjid Nurul Falah". Masjid tersebut digunakan untuk umum.

Sikap MUI selama ini Menurut MUI, ajaran KH Achmad Munib tidak menyimpang. Ajaran anti Pancasila yang dilakukan KH Achmad Munib sama dengan ajaran agama Islam pada umumnya. Praktek ibadah dan perilaku setiap harinya tidak menyimpang dari Hadist dan Al-Qur'an.

16

Meski mengajarkan anti Pancasila, Ketua MUI Kecamatan Dasuk, Sumenep, KH Syamsul Arifin menganggap ajaran agama yang disampaikan KH Achmad Munib tidak ada yang aneh. "Hanya menyatakan Anti Pancasila dan mempunyai keinginan mendirikan negara Islam," ujar Syamsul Arifin.

Ajaran anti Pancasila, kata dia, tidak berdampak pada masyarakat sekitar. Bahkan, warga sekitar menilai jika ajaran yang diberikan kiai Munib hal yang aneh tidak perlu diikuti. "Warga tidak mengikuti pemahaman Anti Pancasila itu, namun tidak berani merusak tulisan yang ada di masjid," ungkapnya. Syamsul yang juga seorang tokoh masyarakat ini menilai jika yang bersangkutan khilaf. Artinya, apa yang disampaikan tidak harus diikuti oleh orang yang normal pada umumnya, dan tidak ada pengikutnya soal anti Pancasila itu. "Namanya orang khilaf mau diapakan? Ya biarkan saja. Lingkungannya juga tidak berdampak," tegasnya. Sementara, salah seorang anggota DPRD Sumenep, A Samsul Rizal, mengatakan kiai yang mengaku anti Pancasila itu tergolong kiai Jadap, atau salah seorang yang kehidupannya antara khilaf dan waliyullah. "Apa yang disampaikan menjadi tanda-tanda dan sulit untuk dilogikakan. Namun, soal anti Pancasila juga tidak ada pengaruh pada lingkungan," kata Samsul saat ditemui di kantornya, Jalan Trunojoyo. Masyarakat sekitar, tambah dia, tidak mau untuk membicarakan kiai tersebut yang berkaitan dengan Pancasila. Sebab diyakini akan terjadi konsekwensi tersendiri. Konsekwensi itu terjadi secara ghaib. "Warga yang tidak suka dengan ideologi anti Pancasila itu ya tidak mau membicarakan, mereka membiarkan saja," pungkasnya. Sikap Polisi Aparat kepolisian bukan tidak tahu keberadaan KH Achmad Munib, yang menyatakan anti Pancasila. Namun karena ajaran itu tidak berdampak pada lingkungan sekitar, maka polisi belum perlu mengamankan yang bersangkutan. WakaPolres Sumenep, Kompol
17

Achmad Husin, menjelaskan, setiap warga negara harus punya ediologi sesuai dengan yang berlaku di negara Indonesia. Jika ada yang tidak mengakui perlu dipertanyakan. Namun, keinginan untuk mendirikan negara Islam dan menyatakan anti Pancasila merupakan hak individu. "Selama keinginan itu tidak berdampak pada warga dan tidak ada pengikutnya, biarkan saja," kata Kompol Achmad Husin. Menurut dia, bila yang bersangkutan berdakwah dan merekrut orang lain, maka yang bersangkutan tetap salah dan perlu penyelidikan. "Sampai saat ini Sumenep aman-aman saja," ujarnya. Seperti diberitakan sebelumnya, KH Achmad Munib yang tinggal di Desa Beluk Kenek, Kecamatan Ambunten, Kabupaten Sumenep, Madura mempunyai ajaran yang sedikit nyleneh. Dia selalu berdakwah anti Pancasila, karena berniat mendirikan negara Islam.

Tuntut Referendum, Ribuan Massa Nginap di DPRP


JAYAPURA-Sesuai rencana sebelumnya, ribuan massa dari berbagai elemen masyarakat sipil Papua Kamis (8/7) kemarin melakukan aksi demonstrasi ke Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP). Mereka kembali melakukan demonstrasi untuk menagih janji DPRP atas tuntutan mereka saat melakukan aksi penolakan Otsus dan tuntutan referendum pada 18 Juni lalu. Ribuan massa ini awalnya berkumpul di Waena dan Abepura. Massa dari Waena long march ke arah Abepura, bergabung dengan massa yang sudah lebih dulu berkumpul disana. Setelah bergabung seluruh massa pendemo yang datang dari berbagai elemen masyarakat, massa dengan pengawalan aparat kepolisial, sekitar pukul 11.00 WIT mulai melakukan long march kearah Kota Jayapura. Dalam aksinya, massa pendemo beberapa bendera, diantaranya bendera PBB, beberapa spanduk dan sejumlah pamflet. Diantar sejumlah spanduk, ada sebuah spanduk besar yang bercorak bendera bntang kejora. Setelah menempuh jalan kaki sejauh 15 km, sekitar pukul 14.00 WIT, ribuan massa tersebut tiba di kantor DPRP di Pusat Kota Jayapura. Di Jayapura kota sediri, terutama di emperan toko sepanjang Jalan Irian, sejak pukul 09.00 sWIT sudah ada konsentrasi massa. Kurang lebih 300 an orang sudah menunggu para pendemo yang datang dari Abepura. Akibat aksi tersebut, arus lalulintas mengalami kemacetan, bahkan pertokoan di sepanjang jalan juga memilih tutup. Sebab dalam aksi long march ini, massa tidak memberikan kesempatan

18

kepada pengguna jalan lainnya, sehingga para pengguna jalan lain memilih berhenti, bahkan menghindar ke pinggir jalan. Situasi Kota Jayapura siang kemarin, cukup lenggang. Banyak kendaraan dan angkutan kota memilih memarkir kendaraanya karena takut. Para Pegawai negeri dan swasta banyak juga yang memilih tidak kantor atau bahkan pulang lebih awal karena khawatir terjadi keributan akibat demo besar-besaran tersebut.Setelah tiba di halaman kantor DPRP, massa yang berjumlah sekitar 3 ribu hingga 5 ribu orang itu langsung berlari-lari mengelilingi halaman DPRP sambil meneriakkan kata-kata merdeka. Koordinator Forum Demokrasi Papua Bersatu (FDPB) Salmon Yumame mengatakan, Papua harus bersatu, karena dengan bersatu aspirasi dapat didengar, dan penyaluran aspirasi tanpa melakukan kekerasan. Kami datang karena janji DPRP, teriaknya.

Dikatakan, jika tidak ada kata sepakat untuk digelar rapat paripurna oleh DPRP, maka massa akan menginap hingga ada hasil yang akan disampaikan oleh DPRP. Kita akan tidur di sini (kantor DPRP, red) hingga ada jawaban yang akan kami dengar, ujarnya. Massa meminta agar DPRP harus melakukan kerjasama dengan internasional untuk berbicara langsung dengan Presiden Amerika Barak Obama agar menegakkan keadilan dan berbicara soal referendum Papua Barat . Sedangkan salah seorang pentolan pendemo, Mako Tabuni, dalam orasinya mengatakan, referendum bukan tujuan, penindasan, Otsus gagal, dikriminasi semunya bukan tujuan dari demo ini, namun tujuan ini adalah harga diri. Ini adalah harga diri kami, sehingga harus diselesaikan dengan melibatkan internasional, ungkapnya. Orasi-orasi tersebut berlangsung sekitar 5 jam dan massa akhirnya ditemui oleh anggota dewan dari berbagai komisi yang ada, sebab Ketua DPRP dan Wakil I DPRP, juga Ketua Komisi A tidak ada di tempat .

Massa sempat mengamuk karena kekecewaan mereka atas tidak adanya Ketua DPRP Drs.Jhon Ibo,MM sehingga sempat terjadi adu mulut antara massa dengan perwakilan anggota dewan yang hadir saat itu. Wakil Ketua Komisi A Weynand Watori mengatakan, DPRP dipilih oleh rakyat, namun DPRP juga memiliki partai politik, sehinga dalam menindak lanjuti aspirasi, harus dibicarakan dulu ke pimpinan partai-partai politik. Ha itu baru akan berlangsung pada tanggal 30 Juli nanti. Setelah itu, aspirasi yang disampikan akan dibawa ke pemerintah pusat. Ada mekanisme tertentu yang harus dilalui, katanya.

19

Hal ini membuat massa semakin marah dan meneriaki para wakil rakyat itu, bahkan massa hendak melakukan kekerasan, namun dihalangi dan didinginkan oleh massa lainnya, sehingga para anggota dewan kembali masuk ke Ruangan Badan Anggaran (Banggar) untuk mencari solusi. Sebagian pendemo sempat tidak menerima dan ada yang hendak ikut masuk, namun dihadang oleh massa pendemo yang lain. Hingga pukul 18.00 WIT, massa tidak mendapat hasil kesepakatan dari para wakil rakyat itu dan akhirnya massa memilih tidur di halaman kantor DPRP. Koordinator demo Salmon Yumame mengatakan, massa akan tidur di kantor DPRP ini hingga ada hasil. Kita tunggu saja besok (hari ini,red), apa yang akan disampaikan anggota dewan yang terhormat itu, ungkapnya. Dari pantauaan Cenderawasih Pos hingga pukul 20.00 WIT tadi malam massa masih tetap bertahan di DPRP. Demo pengembalian Otsus dan menuntut referendum yang diisukan akan berlangsung anarkis, membuat pertokoan di wilayah Waena-Abepura yang biasa dilalui massa tersebut memilih untuk menutup tempat usahanya masing-masing.

Dari pantauan Cenderawasih Pos kemarin pagi di wilayah Abepura, massa dari Expo Waena dan Perumnas III Waena mulai melakukan long march menuju ke Abepura menyebabkan sebagian para pemilik toko, supermarket dan tempat usaha lainnya memilih untuk menutup usaha mereka. Meski demikian, ada beberapa pertokoan yang ada di sepanjang jalan Waena-Abepura- Kotaraja yang masih tetap buka. Hanya saja, tidak membuka penuh pintu toko mereka. Ya, isunya ada demo besar-besaran. Makanya kami memilih tutup saja, kata salah seorang pemilik ruko di Abepura yang enggan disebutkan namanya kepada Cenderawasih Pos.

Ia mengakui ada kekhawatiran tersendiri saat massa yang melakukan aksi unjuk rasa tersebut, melakukan perbuatan anarkis, sehingga ia memilih tidak mengambil resiko dengan tetap membuka usahanya tersebut.

Sejumlah pertokoan di depan Kantor Pos Abepura juga banyak yang tutup setelah massa mulai berkumpul di depan pertokoan tersebut. Apalagi, saat massa dari Expo Waena lewat ke Abepura. SAGA Mall Abepura juga menutup pintu masuk ke mall tersebut, begitu juga Mega Abepura, Regina bahkan hingga Abepura Mall memilih untuk menutup pagar mereka sebagai antisipasi

20

hal-hal yang tidak diinginkan dalam demo menuntut pengembalian Otsus dan referendum tersebut. Hanya saja, dari pantauan Cenderawasih Pos, setelah massa yang melakukan long march tersebut lewat ke arah skyland, sebagian besar pertokoan dan mall tersebut kembali beroperasi seperti biasa. Hanya kami khawatir saja, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, apalagi isunya begitu, ujar salah seorang pemilik ruko di Abepura yang juga enggan disebutkan namanya. Sebaliknya, ketika ribuan massa tiba di Entrop dan longmarch kearah jantung kota Jayapura, toko-toko di sekitat Entrop dan Jayapura yang memilih tutup.

Aparat Kepolisian Kawal Aksi Demo


JAYAPURA Sebanyak 503 personel aparat kepolisian dari Polresta Jayapura yang di back up anggota dari satuan Brimob Kotaraja kemudian Samapta Polda Papua terpaksa diturunkan untuk mengamankan jalannya aksi demo damai besar-besaran yang dilakukan masyarakat Papua dari berbagai elemen perjuangan sipil di Papua baik dari dewan adat, presidium dewan Papua, Dewan adat Papua dan organisasi sipil lainnya di DPRP, Kamis (8/7) kemarin. Ketika dikonfirmasi wartawan, Kapolresta Jayapura, AKBP. H. Imam Setiawan, SIK menegaskan, dalam aksi demo damai yang dilakukan ribuan masyarakat Papua itu, pihaknya telah mengerahkan sekitar 350 anggota dari Polresta Jayapura, kemudian juga diback up 103 anggota Samapta Polda Papua dan 50 anggota Brimob Polda Papua ditambah beberapa unit mobil water canon. Kita sifatnya hanya mengawal proses aksi demo damai yang dilakukan masyarakat Papua dengan mengerahkan 503 anggota polisi,tukasnya.

Ditegaskannya, pihaknya tetap konsisten terhadap siapa saja dari pendemo yang melakukan aksi anarkis, merusak fasilitas umum atau lainnya dengan menindak tegas tanpa pandang bulu. Meskipun sudah ada izin tapi tetap kita tindak tegas apabila bertindak anarkis,tandasnya. Sementara itu, dilaporkan disaat aksi demo damai berlangsung di Jalan Percetaan Jayapura, seorang warga negara asing (WNA) yang diketahui berkewarganegaraan Perancis bernama Eduardo (34) terpaksa diamankan oleh aparat keamanan karena diduga telah menyalahi aturan dan mengganggung jalannya aksi demo. Kapolresta Jayapura, AKBP. H. Imam Setiawan, SIK

21

ketika dikonfirmasi Cenderawasih Pos terkiat penangkapan 1 orang WNA asal Perancis diamankan.

Diakuinya, pihaknya mencurigai seorang WNA asal negara Perancis yang saat demo berlangsung sedang mengambil foto-foto kemudian langsung diamankan oleh aparat keamanan untuk dimintai keterangan. WNA itu, lanjut Kapolresta, setelah menjalani pemeriksaan di Polresta Jayapura ternyata memiliki visa wisata kemudian yang bersangkutan kebetulan baru tiba di Jayapura dengan tujuan berwisata. Sebenarnya tidak ada masalah dan WNA itu lengkap dengan visanya namun memang harus dimintai keterangan kemudian kami telah menyerahkan kepada pihak keimigrasian untuk proses selanjutnya, ungkapnya.

Ribuan Warga Papua Tagih Janji Referendum


09 Jul 2010 Longmarch melumpuhkan Jayapura. JAYAPURA Papua kemarin menggelar unjuk rasa menuntut diadakan referendum memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Massa yang mengatasnamakan Forum Demokrasi Rakyat Papua Bersatu atau Fbrdem itu menggelar aksinya di beberapa wilayah di Papua, seperti Wamena, Manokwari, Sorong, dan Merauke, selain di Jayapura. Kami ingin menyatakan bahwa otonomi khusus Papua telah gagal/kata anggota Fordem, Markus Haluk. Aksi kemarin masih merupakan lanjutan dari aksi long march, yang dilakukan pada 18 Juni lalu. Saat itu massa menyerahkan 11 poin hasilmusyawarah besar masyarakat adat Papua yang dilakukan di kantor Majelis Rakyat Papua (MRP) pada 9-10 Juni kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Papua. Pihak yang terakhir diminta menggelar sidang paripurna untuk memenuhi keinginan dilakukannya referendum dalam tiga pekan, yang jatuh tempo kemarin. Aksi siang ini adalah untuk menagih janji anggota Dewan setempat, untuk update, apakah tuntutan kami yang lalu sudah ada jawabannya, kata Markus. Selain soal referendum, di antara 11 poin tuntutan yang pernah diserahkan itu di antaranya penutupan PT Freeport Indonesia, penolakan terhadap status otonomi khusus, dan penghentian
22

sementara pemilihan umum kepala daerah. Sidang plenomasyarakat adat juga meminta pemerintah Jakarta membebaskan tahanan/na-rapidana politik. Massa datang ke gedung DPRD dengan berjalan kaki 20 kilometer dari kantor MRP Di tempat itu, Ketua Dewan Adat Papua Forkorus Yogoisembut meminta MRP dan DPRD Papua segera mengambil sikap, terutama soal tuntutan referendum. Ruas-ruas jalan penghubung Kota Jayapura dengan Kabupaten Jayapura lumpuh total gara-gara aksi itu. Sejumlah pertokoan di daerah tersebut juga memilih tutup.Kami mencari aman, Mas. Takut massa anarkis-tik, kata Iea, pemilik rumah toko busana dan bahan-bahan pokok di Abepura. Dalam aksinya, sebagian massa memang terus meneriakkan kata-kata Papua Merdeka. Beberapa bendera asing, seperti milik PBB, dan spanduk bergambar Bintang Kejora juga berkibar. Juru bicara polisi di Papua, Ajun Komisaris Besar Wachyono, menyatakan satu satuan setingkat kompi Brigade Mobil Detasemen A Jayapura, dua peleton Pasukan Pengendali Massa Polresta Jayapura, dan satu peleton pasukan yang sama dari Kepolisian Daerah Papua dikerahkan untuk mengawal aksi. Kami juga menyiagakan satu satuan setingkat kompi dari Kodim, kata Wachyono kemarin pagi. Dia mengungkapkan bahwa aksi itu sudah mengantongi izin. Tuntutannya masih sama dengan demo sebelumnya, yaitu mengatakan otonomi khusus Papua gagal dan menuntut referendum, kata Wachyono.

Rakyat Papua !
Wednesday, 07 July 2010 21:56

Ramai-ramai mengantar rekomendasi ke DPRP. (Foto/Jubi : Eveerth Joumilena)


23

Tuntutan referendum atau hak untuk menetukan nasib sendiri tidak pernah surut dari perjuangan warga Papua Barat hingga saat ini. Bisakah semua itu terwujud atau hanya sebuah pelampiasan ?

JUBI --- Penyandaraan diri setiap kali pada identitas pribadi merupakan dasar perjuangan, sebagai akibat dari kekejaman praktek-praktek kolonialisme di Indonesia termasuk Tanah Papua. Perlawanan menjadi semakin keras sebagai akibat, penindasan yang brutal dan adanya ruanggerak yang semakin luas di mana seseorang dapat mengemukakan pendapat secara bebas. Faktor lainnya adalah membanjirnya informasi yang masuk tentang Sejarah Papua Barat. Rakyat Papua Barat semakin mengetahui dan mengenal sejarah mereka. Namun Benny Giay

menggambarkannya sebagai sejarah sunyi Orang Papua karena tidak semua negara mau mendengar. Terkecuali ketika berbicara tambang dan sumber daya alam. PT Freeport Indonesia adalah salah satu kekuatan investasi yang menancapkan kekuatannya di Tanah Papua sebelum pelaksanaan referendum atau dalam versi Indonesia disebut Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA). Kontrak Karya PT FI dilakukan pada 1967 atau dua tahun sebelum pelaksanaan PEPERA di atas tanah yang disengketakan antara Indonesia dan Belanda. Walau demikian kesadaran untuk berjuang tak lepas dari tindakan Warga Papua untuk mentransformasikan realitas sehari-hari Orang Papua. Mengutip Paulo Freire pakar pendidikan asal Brasilia yang m menulis semangat juang menjadi kuat sebagai akibat dari kesadaran itu sendiri. Kesadaran untuk mencari identitas sesuai dengan Universal Declaration on Human Right. Karena itu kemerdekaan adalah hak berdasarkan Deklarasi Universal HAM yang menjamin hak-hak individu dan berdasarkan Konvenant Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik yang menjamin hak-hak kolektif di dalam mana hak penentuan nasib sendiri (the right to self-determination) ditetapkan. Semua bangsa memiliki hak penentuan nasib sendiri. Atas dasar mana mereka bebas menentukan status politik mereka dan bebas melaksanakan pembangunan ekonomi dan budaya mereka. International Covenant on Civil and Political Rights, Article 1). Nation is used in the meaning of People (Roethof 1951:2) and can be distinguished from the concept State - Bangsa digunakan dalam arti Rakyat (Roethof 1951:2) dan dapat dibedakan dari konsep negara (Riop Report No.1). Riop menulis bahwa sebuah negara dapat mencakup beberapa bangsa, maksudnya kebangsaan atau rakyat (a state can include several nations, meaning Nationalities or Peoples). Ada dua jenis the right to self-determination , yaitu external right to self-determination dan internal right to self-determination.

24

External right to self-determination yaitu hak penentuan nasib sendiri untuk mendirikan negara baru di luar suatu negara yang telah ada. Contoh: hak penentuan nasib sendiri untuk memiliki Negara Papua Barat di luar negara Indonesia. Hak eksternal penentuan nasib sendiri atau lebih baiknya penentuan nasib sendiri dari bangsa-bangsa, adalah hak dari setiap bangsa untuk membentuk negara sendiri atau memutuskan apakah bergabung atau tidak dengan negara lain, sebagian atau seluruhnya (Riop Report No.1). Rakyat Papua Barat, per definisi, merupakan bagian dari rumpun bangsa atau ras Melanesia yang berada di Pasifik. Pakar antropolog membagikannya ke dalam dua kelompok Melanesia dan Papua. Perbedaan etnik maupun ras dapat menjadi salah satu gagasan untuk kembali mengatur langkah ke depan bagi suatu bangsa. Agaknya peluang ini dapat digunakan sebagai gagasan untuk menentukan nasib sendiri. Apalagi negara Vanuatu di Pasifik Selatan membuka pintu bagi perjuangan Papua Barat. Vanuatu juga memberikan kursi bagi Papua Barat dalam pertemuan Melanesia Brotherhood di Pasifik Selatan. Namun yang jelas rasa kebangsaan dan nasionalisme bisa dibangun kalau ada perasaan senasib dan sama-sama menderita. Cilakanya selama di Papua Barat belum merasa sama-sama menderita dan satu kata untuk menentukan nasib sendiri. Maka perlu dibangun solidaritas agar jangan sampai salah arah dan tidak tepat sasaran. UU Otsus yang selama ini dianggap sebagai sasaran antara untuk menjembatani perasaan senasib dan sepenanggungan sangat jauh dari harapan banyak Orang Papua. Tuntutan referendum adalah aspirasi murni dari Rakyat Papua yang selalu hidup dalam penindasan dan masih merasa sebagai bangsa yang terjajah di atas tanah sendiri. Terlepas dari perkembangan sejarah masa lalu hingga saat ini. Tampaknya tuntutan referendum sudah pasti akan terus dinyanyikan Rakyat Papua kepada dunia, bahwa keinginan menentukan nasib sendiri adalah murni isi hati Rakyat Papua dan bukan keinginan segelintir orang. Hal ini terangkat kembali pada 18 Juni 2010 dimana seluruh Rakyat Papua bersama Dewan Adat Papua (DAP) dan Majelis Rakyat Papua (MRP) menyampaikan aspirasi referendum bagi masa depan Papua kepada DPRP. Masalah mendasar dan subtansi dari tuntutan Rakyat Papua adalah ketika Otonomi Khusus (Otsus) Tahun 2001 bagi Povinsi Papua diberikan Pemerintah Pusat sebagai jawaban pengganti atas aspirasi Papua merdeka. Sayangnya sasaran antara melalui UU Otsus tak memberikan banyak harapan dan nada optimis muncul dengan keyakinan bahwa gula gula Otsus akan membawa perubahan bagi Rakyat Papua. Sebaliknya gula-gula ini hanya enak didengar tanpa ada terwujud nyata dalam hidup sehari-hari Masyarakat Asli Papua. Tidak
25

ada keberpihakan yang sifatnya memproteksi, memberdayakan dan menerapkan afirmatif terhadap hak-hak dasar Masyarakat Asli Papua. Kebijakan yang bersifat affimative action seringkali berbenturan dengan pemerintah di Jakarta. Ibarat berbenturan dengan tembok, tutur Agus Alua. Atau Benny Giay sedikit sinis menegaskan mengharapkan UU Otsus dan affirmative action sama saja dengan merebus batu. UU Otsus sudah berjalan hampir 10 (sepuluh) tahun, namun tetap saja Rakyat Papua tidak merasakan manfaat dan dampak kemajuan dari kebijakan ini. Oleh karena itu mestinya Pemerintah Indonesia lebih jeli melihat persoalan tersebut dan bukannya membiarkan Rakyat Papua berkelahi dengan dirinya sendiri akibat berbagai aturan yang diberikan tidak berjalan baik sesuai amanatnya. Padahal nyata-nyata di dalam UU Otsus harus berpihak dan melindungi keberadaan Orang Asli Papua. Menyikapi kegagalan Otsus, maka MRP bersama Masyarakat Adat Papua (MAP) serta kelompok elemen Masyarakat Papua lainnya melakukan musyawarah pada Tanggal 910 Juni 2010 lalu, dimana menghasilkan 11 rekomendasi yang selanjutnya diserahkan kepada kepada Pemerintah Indonesia termasuk Pemerintah Daerah dan DPRP. Dalam dua hari kegiatan Musyawarah MRP dan Masyarakat Adat Papua yang datang dari tujuh wilayah adat di seluruh Tanah Papua, telah mengambil suatu keputusan bersama tentang situasi politik di Tanah Papua dan keberadaan Otsus Papua yang dianggap gagal dan seluruh peserta Musyawarah dan komponen politik yang hadir menyerukan kepada MRP dan DPRP segera mengembalikan Otsus ke pusat. Acara Musyawarah yang sempat memanas tersebut lebih banyak berkutat pada penyelesaian masalah politik di Tanah Papua. Agus Alua dalam keterangannya menyatakan, semua peserta Mubes sepakat untuk kembalikan Otsus dan referendum solusi untuk menjawab semua permasalahan politik di Tanah Papua. Ini aspirasi murni rakyat dan MRP akan memfasilitasi aspirasi mereka, tutur Alua. Aspirasi masyarakat juga meminta pelaksanaan referendum ini difasilitasi oleh dunia Internasional. Poin penting lain adalah segera menutup aktivitas penambangan PT. Freeport Indonesia di Bumi Amungsa.

Tuntutan ini sudah berada di tangan DPRP, sebabnya Rakyat Papua akan menunggu wakil-wakil Rakyat Papua untuk menindaklanjuti secara baik. Rakyat Papua akan menagih janji pada 8 Juli 2010 mendatang. (JUBI/Eveerth Joumilena / Musa Abubar)

26

Kekuatan Asing (Penjajah) di Balik Isu Referendum Papua


[Al Islam 516] Meski tidak menjadi berita besar, isu referendum (jajak pendapat umum) di Papua akhir-akhir ini sebetulnya sangat penting untuk diwaspadai. Setelah konflik Aceh pasca MoU Helsinky, kini gejolak menyeruak kembali di Papua. Saat ini gejolak lebih besar dipicu oleh aksi-aksi politis yang dilakukan masyarakat sipil. Demontrasi besar, misalnya, terjadi pada tanggal 18 Juni, dilanjutkan aksi ribuan warga Papua pada tanggal 8 Juli 2010. Aksi pada awal bulan Juli ini dikoordinasikan oleh Forum Demokrasi Rakyat Papua Bersatu (FDRPB). Forum ini menghimpun elemen-elemen sipil terdiri dari; DAP, PDP, WPNA, Solidaritas Perempuan Papua, PGGP, Sinode GKI, GIDI, Kemah Injil, Baptis Papua, Pantekosta, KNPB, AMPPTPI, AMWP, Front Papera, Garda-P, Forum Independen Mahasiswa,Bem/Senat Mahasiswa Se-Jayapura, dan OKP-OKP se-kota/Kab. Jayapura-Sarmi-Kerom. Dengan semboyan Satu Tanah, Satu Hati, Satu Bangsa dan Satu Tujuan, mereka bergerak mendesak DPR Papua melaksanakan sidang paripurna guna menindaklanjuti aksi demo tanggal 18 Juni 2010 dalam rangka menyerahkan hasil musyawarah masyarakat Papua. Tuntutannya adalah mengembalikan Otsus (otonomi khusus) sekaligus menuntut referendum. Tentu, ini merupakan tantangan besar bagi Pemerintah Indonesia. Pasalnya, jika Pemerintah tak cermat, Papua akan mengalami kontraksi politik yang bisa berujung pada disintegrasi (pemisahan diri), sebagaimana halnya Timor-Timur yang telah lepas dari pangkuan negeri ini. Latar Belakang Tuntutan Referendum Luas seluruh Papua adalah 309.934,4 km, sama dengan 3,5 kali Pulau Jawa. Wilayah ini subur dengan kandungan mineral dan potensi SDA (sumber daya alam) yang melimpah; dari mulai hutan, tambang emas, tembaga hingga uranium. Dari sisi geopolitik pun, Papua sangat strategis. Namun, dengan potensi SDA Papua yang demikian besar, Indek Pembangunan Manusia (IPM) Papua termasuk yang paling rendah dibandingkan dengan seluruh provinsi yang ada di Indonesia. Tingkat kemiskinan masyarakatnya juga sangat merisaukan. Padahal Papua telah terbukti memberikan banyak keuntungan dengan kandungan kekayaan alamnya yang melimpah kepada perusahaan lokal, nasional maupun multinasional (asing). Namun, Papua seolah hanya menjadi pundi-pundi kekayaan dan sapi perah kepentingan perusahaan-perusahaan tersebut dan pihak asing, termasuk para elit penguasanya.
27

Pemerintah Indonesia melalui Otonomi Khusus Papua yang dituangkan dalam UU No 21 Tahun 2001 berusaha mengubah keadaan di atas. Sayang, Otsus seolah menjadi bumerang. Pasalnya, setelah berjalan 9 tahun, Otsus dirasakan tidak berpengaruh apa-apa, kecuali kepada segelintir elit politiknya. Dana Otsus yang mencapai rata-rata 10juta/warga Papua juga tidak memberikan perubahan berarti. Kondisi inilah yang mendorong sebagian masyarakat Papua (lebih tepatnya; elit politiknya) menyuarakan tuntutan referendum (yang arahnya adalah merdeka atau minimal berformat federalisme). Referendum dianggap sebagai pilihan akhir untuk mengubah keadaan itu semua. Ada beberapa analisis mengapa wacana referendum mencuat. Pertama: karena Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otsus Papua tidak dilaksanakan secara konsisten dan serius oleh pemerintah pusat dan daerah. Ketidakseriusan ini terlihat pada adanya kebijakan-kebijakan yang kontra dengan UU Otsus Papua tersebut. Hal ini menjadi kendala sekaligus memunculkan berbagai masalah penerapannya di lapangan. Jadinya UU Otsus seperti tidak bergigi. Misal, di lapangan ditemukan Pemerintah Provinsi Papua mengaku hingga saat ini hanya ada sekitar 20 persen dari 380-an pemerintahan distrik atau kecamatan yang melaksanakan aktivitasnya dengan baik. Kondisi tersebut disebabkan masih minimnya sarana dan prasarana bagi pemerintahan distrik itu. Pemerintahan distrik sangat sedikit sekali melakukan pelayanan kepada masyarakat. Jika distrik sebagai ujung tombak pemerintah terdepan tidak memiliki kapasitas untuk membangun maka perubahan nasib warga Papua seperti menggantang asap, alias tidak akan berubah. Kedua: UU Otsus Papua mengandung blunder politik terkait dengan peran lembaga-lembaga adat dalam melahirkan kebijakan-kebijakan politik di Papua. Pemerintah dianggap tidak memperhatikan pandangan/pendapat dari MRP (Majelis Rakyat Papua) yang dipandang mewakili lembaga-lembaga adat Papua. Inilah yang menjadi salah satu pemicu ketidakpuasan masyarakat Papua. Ketiga: Pemerintah dianggap tidak serius dalam mewujudkan Pasal 34 UU No 21 Tahun 2001 tentang Otsus Papua ini. Terkait ayat 3 (yakni: Dana Perimbangan bagian Provinsi Papua, Kabupaten/Kota dalam rangka Otonomi Khusus), tidak ada realisasi atas pembagian hasil Sumber Daya Alam (SDA) Papua antara Papua dan Jakarta sebagaimana yang diamanatkan Pasal 34 UU Otsus Papua. Keempat: Pelanggaran HAM yang dilakukan sejak 1963 hingga kini belum ditangani. Padahal UU Otsus Papua menghendaki hal itu. Para korban pelanggaran HAM dibiarkan. Orang Papua
28

belum merasakan keadilan. Oleh sebab itu, bagi orang Papua, Pemerintah gagal melaksanakan UU Otsus Papua. Sekalipun triliunan rupiah sudah dikucurkan, mayoritas orang Papua masih hidup di bawah garis kemiskinan. Karena tidak merasakan manfaatnya maka rakyat Papua mengembalikan UU Otsus secara simbolik kepada pemiliknya, yakni Pemerintah melalui DPR Papua, dan menuntut referendum. Peran Negara Asing (Penjajah) Untuk menghilangkan tuntutan referendum dari Tanah Papua, faktor pemicu tuntutan ini perlu dipecahkan. Lepasnya Timor-Timor menjadi pengalaman sangat pahit. Sementara itu, Papua jauh lebih besar potensi SDA-nya dibandingkan Timor-Timur. Jika penguasa saat ini tidak mengubah kebijakan dan orentasi pembangunannya, niscaya Pemerintah akan menelan buah simalakama demokrasinya. Dalam ruang demokrasi tidak ada lagi sumbatan bagi setiap warga, khususnya warga Papua, untuk menyerukan keinginannya, bahkan di forum-forum internasional, termasuk PBB. Apalagi Papua adalah ladang subur tempat melampiaskan ketamakan para kapitalis asing melalui instrumen negaranya untuk melakukan penjajahan sekaligus mengeruk habis kekayaan Papua. Indonesia harus mencermati dalang di balik tuntutan referendum ini. Sebab, masyarakat kecil kebanyakan sebetulnya tidak begitu paham dengan referendum tersebut. Sekelompok elit politiklah yang sebenarnya bermain dengan membangun jejaring baik di pusat kekuasaan maupun jejaring internasional (pihak gereja dan LSM-LSM asing). Namun, sesungguhnya mereka hanyalah alat. Kepentingan negara-negara besarlah, khususnya Amerika dan Australia, yang memainkan peran penting di Papua. Sesungguhnya negera-negera penjajah inilah yang memiliki kepentingan dan bakal meraih keuntungan jika Papua merdeka atau memisahkan diri melalui referendum yang sedang diusahakan oleh mereka. Jika ini tidak dicermati Pemerintah, boleh jadi nasib Papua nanti akan seperti Timor Timur; lepas begitu saja dari pangkuan Indonesia. Banyak bukti yang menunjukkannya adanya dukungan Australia dalam membantu para pemberontak di Papua, baik secara langsung atau melalui New Guinea, yang juga menyediakan tempat yang aman kepada para pemberontak separatis di samping dukungan finansial dan militer. Kebijakan yang sama telah dilakukan Australia terhadap provinsi-provinsi di Indonesia selama puluhan tahun, seperti dalam kasus Aceh dan Timor Timur. Amerika juga mulai mengungkapkan keprihatinan besarnya atas konflik di Papua ketika tahun 2005 Kongres AS memutuskan untuk menerapkan klausul: berdasarkan apa Papua telah menjadi bagian dari
29

Indonesia. Pada bulan Juni 2007, Utusan Khusus HAM Sekjen PBB, Hina Jilani, mengunjungi propinsi Aceh dan Papua. Ia membahas pelanggaran HAM di dua provinsi itu. Pada bulan Juli 2007 ketua Subkomite Parlemen (Kongres AS) di Asia, Pasifik dan Global, Eni Faleomavaega, mengatakan, Jika Pemerintah Indonesia tidak mampu menangani dengan baik isu P apua, kami akan memberinya kemerdekaan. Semua itu tentu saja menunjukkan betapa Amerika dan Australia begitu bersemangat untuk melepaskan Papua dari Indonesia dengan memanfaatkan konflik-konflik yang terjadi di provinsi ini. Solusi Islam Indonesia adalah negeri Islam. Papua adalah bagian dari negeri Islam ini. Karena itu, wajib bagi kaum Muslim untuk mencegah para penguasa negeri ini melepaskan Papua, sebagaimana mereka dulu melepaskan begitu saja Timor Timur. Untuk mengurangi pengaruh dan provokasi Gereja (kaum Kristen) di sana, wajib pula bagi umat Islam untuk menyebarkan seruan Islam di kalangan orang Kristen di sana. Caranya adalah dengan mengundang mereka untuk melakukan perdebatan dengan cara terbaik. Mereka juga harus diingatkan bahwa hak-hak orang Kristen dilindungi di negeri-negeri Muslim. Selain itu, penguasa harus menyadari bahwa politik sekular tidak memiliki kapasitas untuk membangun seluruh wilayah Indonesia, termasuk Papua, menjadi makmur, sejahtera dan berkeadilan. Sudah saatnya penguasa negeri ini menerapkan sistem Islam. Penguasa wajib menerapkan hukum syariah yang berasal dari Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya atas semua wilayah di negeri ini tanpa diskriminasi, antara satu provinsi dan lainnya. Dalam sistem Islam (Khilafah), semua orang yang memiliki kewarganegaraan negara akan memiliki hak yang sama, terlepas dari keturunan mereka atau agama mereka. Di sisi lain, penguasa wajib mencegah aksi separatis dan menanganinya secara adil di antara masyarakat. Dalam Islam tidak diizinkan untuk memberikan otonomi untuk setiap provinsi yang bisa memicu kemunculan gerakan separatis. Ini dilarang (haram) dan merupakan kejahatan berat dalam Islam. Karena itu, salah besar memberikan otonomi kepada Papua. Karena itu pula, otonomi wajib dibatalkan dan Papua harus dibawa kembali di bawah pemerintahan pusat. Umat Islam wajib untuk mencegah penguasa melepaskan wilayah Papua. Karena itu, kaum Muslim wajib mengerahkan tekanan dan bekerja untuk mengubah sistem sekular yang ada
30

karena sistem inilah yang memungkinkan terjadinya pemecahbelahan negeri Muslim terbesar ini. Umat ini selanjutnya harus berupaya mendirikan negara Khilafah. Khilafahlah yang pasti bakal mampu mencegah aksi separatis dan menanganinya secara adil di antara masyarakat. Khilafah juga akan menerapkan hukum syariah Islam atas semua orang di negeri ini tanpa diskriminasi antara satu provinsi dan lainnya, juga tanpa melihat keturunan atau agama mereka.

31

You might also like