You are on page 1of 16

1. Demam tifoid : Suatu infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan masa inkubasi 7-14 hari.

2. Hb : Molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru. 3. Leukosit : Sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. 4. LED : kecepatan sel darah merah (eritrosit) mengendap dalam satuan mm/jam; pemeriksaan tidak spesifik yang menandai adanya proses inflamasi baik akut maupun kronik. 5. Anemia : Turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah. 6. Leukopenia : Penurunan jumlah kadar leukosit. 7. Limfadenopati : Kelainan dan pembengkakan kelenjar limfe sebagai tanda dari infeksi berat dan terlokalisasi. 8. Hepatosplenomegali : Pembengkakan abnormal hati dan limpa 9. Ptekie : Bercak merah yang merupakan perdarahan kecil di bawah kulit. 10. Purpura : Suatu keadaan perdarahan berupa petekie / ekimosis di kulit / selaput lendir dan berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab tidak diketahui. Paling sering pada anak umur 2-8 tahun dan wanita. 11. Trombosit : Komponen sel darah yang berfungsi dalam proses menghentikan perdarahan dengan membentuk gumpalan. 12. MCV : Volume rata-rata eritrosit yang dinyatakan dalam fl, sehingga kita dapat membedakan anemia mikrositik (MCV dibawah normal) dengan anemia makrositik (MCV diatas normal). 13. MCH : Jumlah rata-rata hemoglobin yang terdapat pada eritrosit 14. Retikulosit : Sel darah merah muda (precursor sel darah merah) yang terdapat pada sumsum tulang dan sebagian kecil dapat masuk ke sirkulasi darah perifer, masih mengandung inti dan serat reticulum (residual RNA). 15. Ankylostoma : Cacing kait kelas Nematoda yang umum ditemukan pada anjing dan kucing Pertanyaan : 1. Mengapa anem terlihat pucat, lesu, dan lebam biru di lengannya ? 2. Apa hubungan keluhan Anem sekarang dengan demam tifoid yang pernah dideritanya 2 bulan yang lalu ? 3. Apa interpretasi pemeriksaan laboratorium ? 4. Apa penyebab anem mengalami anemia & leucopenia ? 5. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik ? 6. Apa interpretasi dari pemeriksaan darah lengkap ?

7. Bagaimana penatalaksanaan terhadap anem ?

Demam Tifoid
CARA TERJADI DEMAM TIFOID Penularan demam tifoid terjadi melalui mulut, kuman S.typhy masuk ke dalam tubuh melalui makanan/minuman yang tercemar ke dalam lambung, ke kelenjar limfoid usus kecil kemudian masuk kedalam peredaran darah. Kuman dalam peredaran darah yang pertama berlangsung singkat, terjadi 24-72 jam setelah kuman masuk, meskipun belum menimbulkan gejala tetapi telah mencapai organorgan hati, kandung empedu, limpa, sumsum tulang dan ginjal. Pada akhir masa inkubasi 5 9 hari kuman kembali masuk ke aliran darah (kedua kali) dimana terjadi pelepasan endoktoksin menyebar ke seluruh tubuh dan menimbulkan gejala demam tifoid. GAMBARAN KLINIK Masa inkubasi rata-rata 7 14 hari. Manifestasi klinik pada anak umumnya bersifat lebih ringan dan lebih bervariasi. Demam adalah gejala yang paling konstan di antara semua penampakan klinis. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya seperti demam, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit perut, diare atau sulit buang air beberapa hari, sedangkan pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu tubuh meningkat dan menetap. Suhu meningkat terutama sore dan malam hari. Setelah minggu ke dua maka gejala menjadi lebih jelas demam yang tinggi terus menerus, nafas berbau tak sedap, kulit kering, rambut kering, bibir kering pecah-pecah /terkupas, lidah ditutupi selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan dan tremor, pembesaran hati dan limpa dan timbul rasa nyeri bila diraba, perut kembung. Anak nampak sakit berat, disertai gangguan kesadaran dari yang ringan letak tidur pasif, acuh tak acuh (apati) sampai berat (delier, koma). Demam tifoid yang berat memberikan komplikasi perdarahan, kebocoran usus (perforasi), infeksi selaput usus (peritonitis) , renjatan, bronkopnemoni dan kelainan di otak (ensefalopati, meningitis). Jadi ada tiga komponen utama dari gejala demam tifoid yaitu: Demam yang berkepanjangan (lebih dari 7 hari), Gangguan saluran pencernaan Gangguan susunan saraf pusat/ kesadaran LABORATORIUM Pada DT dapat terjadi kekurangan darah dari ringan sampai sedang karena efek kuman yang menekan sumsum tulang. Lekosit dapat menurun hingga < 3.000/mm3 dan ini ditemukan pada fase demam. Pemeriksaan serologik Widal (titer Aglutinin OD) sangat membantu dalam diagnosis walaupun 1/3 penderita memperlihatkan titer yang tidak bermakna atau tidak meningkat. Uji Widal bermanfaat bila dilakukan pemeriksaan serial tiap minggu dengan kenaikan titer sebanyak 4 kali.Beberapa laporan yang ada tiap daerah mempunyai nilai standar Widal tersendiri, tergantung endemisitas daerah tersebut. Misalnya : Surabaya titer OD > 1/160, Yogyakarta titer OD > 1/160, Manado titer OD > 1/80,

Jakarta titer OD > 1/80, Ujung Pandang titer OD 1/320 DIAGNOSIS Diagnosis demam tifoid ditegakkan atas dasar riwayat penyakit, gambaran klinik dan laboratorium (jumlah lekosit menurun dan titer widal yang meningkat) . Diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya kuman pada salah satu biakan. PERAWATAN DAN PENGOBATAN Tujuan perawatan dan pengobatan demam tifoid anak adalah meniadakan invasi kuman dan mempercepat pembasmian kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya komplikasi, mencegah relaps dan mempercepat penyembuhan. Pengobatan terdiri dari antimikroba yang tepat yaitu : Kloramfenikol. Perawatan biasanya bersifat simptomatis istrahat dan dietetik. Tirah baring sempurna terutama pada fase akut. Masukan cairan dan kalori perlu diperhatikan. Anak baring terus di tempat tidur dan letak baring harus sering diubah-ubah. Lamanya sampai 5-7 hari bebas demam dan dilanjutkan mobilisasi bertahap yaitu : hari I duduk 2 x 15 menit, hari II duduk 2 x 30 menit, hari III jalan, hari IV pulang. Dahulu dianjurkan semua makanan saring, sekarang semua jenis makanan pada prinsipnya lunak, mudah dicerna, mengandung cukup cairan , kalori, serat, tinggi protein dan vitamin, tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas. Makanan saring / lunak diberikan selama istirahat mutlak kemudian dikembalikan ke makanan bentuk semula secara bertahap bersamaan dengan mobilisasi. Misalnya hari I makanan lunak, hari II makanan lunak, hari III makanan biasa, dan seterusnya. PENCEGAHAN Penyediaan air minum yang memenuhi syarat Pembuangan kotoran manusia yang pada tempatnya Pemberantasan lalat Pengawasan terhadap rumah-rumah makan dan penjual-penjual makanan. Imunisasi Menemukan dan mengawasi pengidap kuman (carrier) Pendidikan kesihatan kepada masyarakat

Hemoglobin
KADAR NORMAL HEMOGLOBIN Kadar hemoglobin menggunakan satuan gram/dl. Yang artinya banyaknya gram hemoglobin dalam 100 mililiter darah. Nilai normal hemoglobin tergantung dari umur pasin :

Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl

Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl Anak anak : 11-13 gram/dl Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl

Bila kadar hemoglobin rendah : Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah anemia. Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah perdarahan, kurang gizi, gangguan sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan abnormalitas hemoglobin bawaan. Anemia penyakit ginjal, dan pemberian cairan intra-vena (misalnya infus) yang berlebihan. Selain itu dapat pula disebabkan oleh obat-obatan tertentu seperti antibiotika, aspirin, antineoplastik (obat kanker), indometasin (obat anti radang). Bila kadar hemoglobin tinggi : Kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang yang tinggal di daerah dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti radang paru paru, tumor dan gangguan sumsum tulang juga bisa meningkatkan kadar hemoglobin. Pasien dehidrasi, penyakit paru obstruktif menahun (COPD), gagal jantung kongestif, dan luka bakar. Obat yang dapat meningkatkan Hb yaitu metildopa (salah satu jenis obat darah tinggi) dan gentamicin (Obat untuk infeksi pada kulit

LEUKOSIT (SEL DARAH PUTIH)


Nilai normal : Bayi baru lahir Bayi/anak Dewasa 9000 -30.000 /mm3 9000 - 12.000/mm3 4000-10.000/mm3

Peningkatan jumlah leukosit (disebut Leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut,misalnya pneumonia (radang paru-paru), meningitis (radang selaput otak), apendiksitis (radang usus buntu), tuberculosis, tonsilitis, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan misalnya aspirin, prokainamid, alopurinol, antibiotika terutama ampicilin, eritromycin, kanamycin, streptomycin, dan Iain-Iain. Penurunan jumlah Leukosit (disebut Leukopeni) dapat terjadi pada infeksi tertentu terutama virus, malaria, alkoholik, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan obat-obatan, terutama asetaminofen (parasetamol),kemoterapi kanker, antidiabetika oral, antibiotika (penicillin, cephalosporin, kloramfenikol), sulfonamide (obat anti infeksi terutama yang disebabkan oleh bakteri).

LED (Laju Endap Darah)


Nilai Normal Nilai normal LED bisa berbeda antara beberapa laboratorium tergantung pada metode pemeriksaan. Nilai normal LED yang secara luas digunakan adalah 0 15 mm/jam untuk laki-laki dan 0-20 mm/jam untuk perempuan dengan menggunakan metode westergren. Interpretasi Hasil Pemeriksaan

LED merupakan pemeriksaan laboratorium yang tidak spesifik sehingga membatasi kegunaan dalam diangnosis penyakit. LED tidak dapat dipergunakan untuk mendiagnosis secara pasti suatu penyakit dan tidak dapat digunakan sebagai patokan utama dalam pengobatan. Interpretasi LED disesuaikan dengan kecurigaan klinis seorang dokter terhadap penyakit tertentu, dan interpretasi tersebut biasanya dikaitkan dengan hasil wawancara/pemeriksaan dokter dan pemeriksaan laboratorium/penunjang lainnya. LED yang tinggi umumnya disebabkan oleh penyakit infeksi dan gangguan inflamasi (inflammatory disorders). Infeksi LED yang tinggi sering disebabkan berbagai penyakit infeksi. Namun LED tidak dapat menentukan penyebab infeksi secara pasti. LED juga tidak dapat membedakan antara infeksi virus dan bakteri. Meskipun LED cenderung lebih tinggi pada infeksi bakteri yang lebih invasif/berat, korelasi tersebut tidak selalu ditemui demikian. Sebagian besar infeksi virus menyebabkan peningkatan LED ringan sedang, tapi LED yang sangat tinggi dapat ditemukan pada infeksi virus tanpa komplikasi seperti adenovirus, influensa, dan cytomegalovirus. Dengan demikian, tingginya LED yang bervariasi tidak dapat dipergunakan secara umum untuk membedakan penyakit infeksi ringan dan berat. LED untuk mengukur kecepatan endap eritrosit (sel darah merah) dan menggambarkan komposisi plasma serta perbandingannya antara eritrosit (sel darah merah) dan plasma. LED dapat digunakan sebagai sarana pemantauan keberhasilan terapi, perjalanan penyakit, terutama pada penyakit kronis seperti Arthritis Rheumatoid (rematik), dan TBC. Peningkatan LED terjadi pada infeksi akut lokal atau sistemik (menyeluruh), trauma, kehamilan trimester II dan III, infeksi kronis, kanker, operasi, luka bakar.Penurunan LED terjadi pada gagal jantung kongestif, anemia sel sabit, kekurangan faktor pembekuan, dan angina pektoris (serangan jantung).Selain itu penurunan LED juga dapat disebabkan oleh penggunaan obat seperti aspirin, kortison, quinine, etambutol.

Anemia
Apa akibatnya bila terjadi anemia? Transportasi oksigen akan terganggu dan jaringan tubuh orang yang anemia akan mengalami kekurangan oksigen guna menghasilkan energi. Bagaimana gejala anemia? Orang yang mengalami anemia akan merasa cepat lelah, lemas, pucat, gelisah dan terkadang sesak. Apa yang menyebabkan anemia? Berikut adalah beberapa penyebab anemia yang paling sering ditemukan. Kekurangan zat besi Perempuan akan lebih mudah menderita anemia bila dibandingkan dengan laki laki karena perempuan mengalami kehilangan darah tiap bulan saat menstruasi. Perempuan juga rentan mengalami kekurangan zat besi.

Pada orang dewasa, kekurangan zat besi sering disebabkan oleh karena kehilangan darah khronis seperti menstruasi. Kehilangan darah khronis juga bisa disebabkan oleh karena kanker terutama kanker pada usus besar. Anemia juga bisa disebabkan oleh karena perdarahan usus yang disebabkan oleh karena konsumsi obat obatan yang mengiritasi usus.Obat yang termasuk golongan ini terutama obat NSAID. Pada bayi dan anak anak, anemia kekurangan zat besi biasanya disebabkan karena kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi. Perdarahan Perdarahan yang banyak saat trauma baik di dalam maupun di luar tubuh akan menyebabkan anemia dalam waktu yang relatif singkat. Perdarahan dalam jumlah banyak biasanya terjadi pada maag khronis yang menyebabkan perlukaan pada dinding lambung. Genetik Kelainan herediter atau keturunan juga bisa menyebabkan anemia. Kelainan genetik ini terutama terjadi pada umur sel darah merah yang terlampau pendek sehingga sel darah merah yang beredar dalam tubuh akan selalu kekurangan. Anemia jenis ini dikenal dengan nama sickle cell anemia. Gangguan genetik juga bisa menimpa hemoglobin yang mana produksi hemoglobin menjadi sangat rendah. Kelainan ini kita kenal dengan nama thalasemia. Kekurangan vitamin B12 Anemia yang diakibatkan oleh karena kekurangan vitamin B12 dikenal dengan nama anemia pernisiosa. Kekurangan asam folat Kekurangan asam folat juga sering menyebabkan anemia terutama pada ibu ibu yang sedang hamil. Pecahnya dinding sel darah merah Anemia yang disebabkan oleh karena pecahnya dinding sel darah merah dikenal dengan nama anemia hemolitik. Reaksi antigen antibodi dicurigai sebagai biang kerok terjadinya anemia jenis ini. Gangguan sumsum tulang Sumsum tulang sebagai pabrik produksi sel darah juga bisa mengalami gangguan sehingga tidak bisa berfungsi dengan baik dalam menghasilkan sel darah merah yang berkualitas. Gangguan pada sumsum tulang biasanya disebabkan oleh karena mestatase sel kanker dari tempat lain. Bagaimana mengobati anemia? Seperti halnya penyakit lain, pengobatan anemia juga harus ditujukan pada penyebab terjadinya anemia. Misalnya anemia yang disebabkan oleh perdarahan pada usus maka perdarahan itu harus kita hentikan untuk mencegah berlanjutnya anemia. Jika memang diperlukan, operasi dapat dilakukan pada keadaan tertentu. Suplemen besi diperlukan pada anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan zat besi. Pemberian suntikan vitamin B12 diperlukan untuk mengkoreksi anemia pernisiosa. Transfusi darah merupakan pilihan untuk anemia yang disebabkan oleh perdarahan hebat.

Limfadenopati
Etiologi 1. Peningkatan jumlah limfosit makrofag jinak selama reaksi terhadap antigen. 2. infiltrasi oleh sel radang pada infeksi yang menyerang kelenjar limfe. 3. Proliferasi in situ dari limfosit maligna atau makrofag. 4. infiltrasi kelenjar oleh sel ganas metastatik. 5. Infiltrasi kelenjar limfe oleh makrofag yang mengandung metabolit dalam penyakit cadangan lipid. (Harrison, 1999; 370) Penyebab yang paling sering adalah hasil dari proses infeksi dan infeksi yang biasanya terjadi adalah infeksi oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas (rinovirus, virus parainfluenza, influenza, respiratory syncytial virus (RSV), coronavirus, adenovirus atau reovirus). Virus lainnya virus ebstein barr, cytomegalovirus, rubela, rubeola, virus varicella-zooster, herpes simpleks virus, coxsackievirus, human immunodeficiency virus. Bakteri pada peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus beta hemolitikus Grup A atau stafilokokus aureus. Bakteri anaerob bila berhubungan dengan caries dentis (gigi berlubang) dan penyakit gusi. Difteri, Hemofilus influenza tipe b jarang menyebabkan hal ini. Bartonella henselae, mikrobakterium atipik dan tuberkulosis dan toksoplasma. Keganasan seperti leukimia, neuroblastoma, rhabdomyosarkoma dan limfoma juga dapat menyebabkan limfadenopati. Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah kawasaki, penyakit kolagen, lupus. Obat-obatan juga menyebabkan limfadenopati umum. Limfadenopati daerah leher perah dilaporkan setelah imunisasi (DPT,polio atau tifoid). Patofisiologi Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem vaskular darah. Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe jaringan, dan limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan akhirnya bergabung kembali kedarah vena. Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi kenaikan yang menyolok pada aliran limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa dalam perjalanan peradangan akut, lapisan pembatas pembuluh limfe yang terkecil agak meregang, sama seperti yang terjadi pada venula, dengan demikian memungkinkan lebih banyak bahan interstisial yang masuk kedalam pembuluh limfe. Bagaimanapun juga, selama peradangan akut tidak hanya aliran limfe yang bertambah, tetapi kandungan protein dan sel dari cairan limfe juga bertambah dengan cara yang sama. Sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe menguntungkan karena cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang meradang dengan mengosongkan sebagian dari eksudat. Sebaliknya, agen-agen yang dapat menimbulkan cedera dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat peradangan primer ketempat yang jauh dalam tubuh. Dengan cara ini, misalnya, agen-agen yang menular dapat menyebar. Penyebaran sering dibatasi oleh penyaringan yang dilakukan oleh kelenjar limfe regional yang dilalui oleh cairan limfe yang bergerak menuju kedalam tubuh, tetapi agen atau bahan yang terbawa oleh cairan limfe mungkin masih dapat melewati kelenjar dan akhirnya mencapai aliran darah. (Price, 1995; 39 40). Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis dapat menghasilkan petunjuk tentang kemungkinan diagnosis ini dan evaluasi lebih lanjut secara langsung ( misalnya hitung darah lengap, biakan darah, foto rontgen, serologi, uji kulit). Jika adenopati sistemik tetap terjadi tanpa penyebab yang jelas

tanpa diketahui, biopsi kelenjar limfe dianjurkan. (Harrison, 1999; 372). Biopsi sayatan: Sebagian kecil jaringan tumur mame diamdil melalui operasi dengan anestesi umum jaringan tumor itu dikeluarkan, lalu secepatnya dikirim kelaborat untuk diperriksa. Biasanya biopsi ini dilakukan untuk pemastian diagnosis setelah operasi. ( Oswari, 2000; 240 ). Anestesi umum menyebabkan mati rasa karena obat ini masuk kejaringan otak dengan tekanan setempat yang tinngi. ( Oswari, 2000; 34 ). Pada awal pembiusan ukuran pupil masih biasa, reflek pupil masih kuat, pernafasan tidak teratur, nadi tidak teratur, sedangkan tekanan darah tidak berubah, seperti biasa. (Oswari, 2000; 35). Kelenjar getah bening adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh kita memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, namun hanya didaerah submandibular (bagian bawah rahang bawah; sub: bawah;mandibula:rahang bawah), ketiak atau lipat paha yang teraba normal pada orang sehat. Terbungkus kapsul fibrosa yang berisi kumpulan sel-sel pembentuk pertahanan tubuh dan merupakan tempat penyaringan antigen (protein asing) dari pembuluh-pembuluh getah bening yang melewatinya. Pembuluh-pembuluh limfe akan mengalir ke KGB sehingga dari lokasi KGB akan diketahui aliran pembuluh limfe yang melewatinya. Oleh karena dilewati oleh aliran pembuluh getah bening yang dapat membawa antigen (mikroba, zat asing) dan memiliki sel pertahanan tubuh maka apabila ada antigen yang menginfeksi maka kelenjar getah bening dapat menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk mengatasi antigen tersebut sehingga kelenjar getah bening membesar. Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel pertahanan tubuh yang berasal dari KBG itu sendiri seperti limfosit, sel plasma, monosit dan histiosit,atau karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil) untuk mengatasi infeksi di kelenjar getah bening (limfadenitis), infiltrasi (masuknya) sel-sel ganas atau timbunan dari penyakit metabolit makrofag (gaucher disease) Manifestasi klinis Kelenjar limfoma cenerung teraba kenyal, seperti karet, saling berhubungan, dan tanpa nyeri. Kelenjar pada karsinoma metastatik biasanya keras, dan terfiksasi pada jaringan dibawahnya. Pada infeksi akut teraba lunak, membengkak secara asimetrik, dan saling berhubungan, serta kulit di atasnya tampak erimatosa. (Harrison, 1999; 370). Pemeriksaan penunjang 1. Hitung darah lengkap. 2. Biakan darah. 3. Foto rontgen. 4. Serologi. 5. Uji kulit. (Harrison, 1999; 372).

Penatalaksanaan medis dan bedah Biopsi kelejar limfe. (Harrison, 1999; 372). Gejala klinis Diagnosis limfadenopati memerlukan anamnesis (wawancara), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan. Pada anamnesis dapat didapatkan : Anamnesis Lokasi pembesaran kelenjar getah bening Keterangan Pembesaran kelenjar getah bening pada dua sisi leher secara mendadak biasanya disebabkan oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh penyakit kawasaki umumnya pembesaran KGB hanya satu sisi saja. Apabila berlangsung lama (kronik) dapat disebabkan infeksi oleh mikobakterium, toksoplasma, ebstein barr virus atau citomegalovirus. Demam, nyeri tenggorok dan batuk mengarahkan kepada penyebab infeksi saluran pernapasan bagian atas. Demam, keringat malam dan penurunan berat badan mengarahkan kepada infeksi tuberkulosis atau keganasan. Demam yang tidak jelas penyebabnya, rasa lelah dan nyeri sendi meningkatkan kemungkinan oleh penyakit kolagen atau penyakit serum (serum sickness-ditambah riwayat obat-obatan atau produk darah). Adanya peradangan tonsil (amandel) sebelumnya mengarahkan kepada infeksi oleh streptokokus; luka lecet pada wajah atau leher atau tandatanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi stafilokokus; dan adanya infeksi gigi dan gusi juga dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob. Transfusi darah sebelumnya dapat mengarahkan kepada citomegalovirus, epstein barr virus atau HIV. Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, Penggunaan obat-obatan Paparan terhadap infeksi Riwayat perjalanan atau pekerjaan pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac). Pembesaran karena obat umumnya seluruh tubuh (generalisata) Paparan/kontak sebelumnya kepada orang dengan infeksi saluran napas atas, faringitis oleh streptokokus, atau tuberkulosis turut membantu mengarahkan penyebab limfadenopati. Perjalanan ke daerah-daerah afrika dapat mengakibatkan terkena tripanosomiasis, orang yang bekerja dalam hutan dapat terkena tularemia

Gejala-gejala penyerta (symptoms)

Riwayat penyakit sekarang dahulu

dan

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik Malnutrisi atau pertumbuhan yang terhambat mengarahkan kepada penyakit kronik (berjalan lama) seperti tuberkulosis, keganasan atau gangguan sistem kekebalan tubuh KGB dan daerah sekitarnya harus diperhatikan. Kelenjar getah bening harus diukur untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada tidaknya nyeri tekan, kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah keras atau kenyal. Ukuran : normal bila diameter <1cm (pada epitroclear >0,5cm dan lipat paha >1,5cm dikatakan abnormal) Nyeri tekan : umumnya diakibatkan peradangan atau proses perdarahan Konsistensi : keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat seperti karet mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan kepada proses infeksi; fluktuatif mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan Penempelan/bergerombol : beberapa KGB yang menempel dan bergerak bersamaan bila digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis, sarkoidosis, keganasan. Pembesaran KGB leher bagian posterior (belakang) terdapat pada infeksi rubela dan mononukleosis. Supraklavikula atau KGB leher bagian belakang memiliki risiko keganasan lebih besar daripada pembesaran KGB bagian anterior. Pembesaran KGB leher yang disertai daerah lainnya juga sering disebabkan oleh infeksi virus. Keganasan, obat-obatan, penyakit kolagen umumnya dikaitkan degnan pembesaran KGB generalisata. Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, KGB umumnya bilateral (dua sisikiri/kiri dan kanan), lunak dan dapat digerakkan. Bila ada infeksi oleh bakteri, kelenjar biasanya nyeri pada penekanan, baik satu sisi atau dua sisi dan dapat fluktuatif dan dapat digerakkan. Adanya kemerahan dan suhu lebih panas dari sekitarnya mengarahkan infeksi bakteri dan adanya fluktuatif menandakan terjadinya abses. Bila limfadenopati disebabkan keganasan tanda-tanda peradangan tidak ada, KGB keras dan tidak dapat digerakkan (terikat degnan jaringan di bawahnya)

Secara umum

Karakteristik dari kelenjar getah bening

Pada infekswi oleh mikobakterium pembesaran kelenjar berjalan minguanbulan, walaupun dapat mendadak, KGB menjadi fluktuatif dan kulit diatasnya menjadi tipis, dan dapat pecah dan terbentuk jembatan-jembatan kulit di atasnya. Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil, bintikbintik merah pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri streptokokus. Adanya selaput pada dinding tenggorok, tonsil, langit-langit yang sulit dilepas dan bila dilepas berdarah, pembengkakan pada jaringan lunak leher (bull neck) mengarahkan kepada infeksi oleh bakteri difteri. Faringitis, ruam-ruam dan pembesaran limpa mengarahkan kepada infeksi epstein barr virus. Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik mengarahkan kepada campak. Adanya pucat, bintik-bintik perdarahan (bintik merah yang tidak hilang degnan penekanan), memar yang tidak jelas penyebabnya, dan pembesaran hati dan limpa mengarahkan kepada leukomia. Demam panjang yang tidak berespon dengan obat demam; kemerahan pada mata; peradangan pada tenggorok, strawberry tongue; perubahan pada tangan dan kaki (bengkak, kemerahan pada telapak tangan dan kaki); limfadenopati satu sisi (unilateral) mengarahkan kepada penyakit Kawasaki

Tanda-tanda penyerta (sign)

Diagnosis banding : Benjolan di leher yang seringkali disalahartikan sebagai pembesaran KGB leher : Gondongan : pembesaran kelenjar parotits akibat infeksi virus, sudut rahang bawah dapat menghilang karena bengkak Kista duktus tiroglosus : berada di garis tengah dan bergerak dengan menelan Kista dermoid : benjolan di garis tengah dapat padat atau berisi cairan Hemangioma : kelainan pembuluh darah sehingga timbul benjolan berisi jalinan pembuluh darah, berwarna merah atau kebiruan. Tatalaksana Tatalaksana pembesaran KGB leher didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus dari pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apapun selain dari observasi. Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan biopsi kelenjar getah bening. Biopsi dilakukan bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan kepada keganasa, KGB yang menetap atau bertambah besar dengan pengobatan yang tepat, atau diagnosis belum dapat ditegakkan.

Pembesaran KGB pada anak-anak biasanya disebabkan oleh virus dan sembuh sendiri, walaupun pembesaran KGB dapat berlangsung mingguan. Pengobatan pada infeksi KGB oleh bakteri (limfadenitis) adalah antibiotik oral 10 hari dengan pemantauan dalam 2 hari pertama flucloxacillin 25mg/kgBB empat kali sehari. Bila ada reaksi alergi terhadap antibiotik golongan penisilin dapat diberikan cephalexin 25mg/kg (sampai dengan 500mg) tiga kali sehari atau eritromisin 15mg/kg (sampai 500mg) tiga kali sehari. Bila penyebab limfadenopati adalah mikobakterium tuberkulosis maka diberikan obat anti tuberkulosis selama 9-12 bulan. Bila disebabkan mikobakterium selain tuberkulosis maka memerlukan pengangkatan KGB yang terinfeksi atau bila pembedahan tidak memungkinkan atau tidak maksimal diberikan antibiotik golongan makrolida dan antimikobakterium. Pemeriksaan penunjang bila limfadenopati akut tidak diperlukan, namun bila berlangsung >2 minggu dapat diperiksakan serologi darah untuk epstein barr virus, citomegalovirus, hiv, toxoplasma; tes mantoux, rontgen dada, biopsi dimana semuanya disesuaikan dengan tanda dan gejala yang ada dan yang paling mengarahkan diagnosis.

Hepatosplenomegali
Hepatosplenomegali dapat terjadi sebagai akibat dari kelainan non-genetis dimana hati tidak dapat memproses glukoserebrosida. Penumpukan substansi tersebut di jaringan-jaringan tubuh dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan pada sistem saraf pusat pada bayi dan anak-anak.[1] Penyebab Hepatosplenomegali Infeksi Viral : hepatotropik (A, B, C, D, E) dan virus-virus lain, seperti herpes, sitomegalovirus, virus EpsteinBarr, varisela, HIV, rubella,adenovirus, enterovirus, dan arbovirus. Protozoal : malaria, kalazar, toksoplasma Bakterial : tuberkolosis, bruselosis, sifilis Fungal : histoplasmosis Hemopoetik Hemolitik, talasemia, anemia. Metabolik Penyakit Niemann-Pick, gangliosidosis, penyakit Gaucher. Pembengkakan Leukemia, histiositik, limpoma

TROMBOSIT (PLATELET)
Penurunan sampai di bawah 100.000 permikroliter (Mel) berpotensi terjadi perdarahan dan hambatan perm- bekuan darah. Jumlah normal pada tubuh manusia adalah 200.000-400.ooo/Mel darah. Biasanya dikaitkan dengan penyakit demam berdarah.

Indeks Eritrosit
a. Mean Corpuscular Volume (MCV) MCV merupakan volume rata-rata eritrosit yang dinyatakan dalam fl, sehingga kita dapat membedakan anemia mikrositik (MCV dibawah normal) dengan anemia makrositik (MCV diatas normal). MCV dapat diketahui dengan pengukuran langsung maupun perhitungan . Jika MCV rendah, artinya sel mikrositik atau ukurannya lebih kecil dari sel normal. Sel mikrositik ditemukan pada : Anemia defisiensi besi Thalassemia Keracunan Timah Jika MCV tinggi, artinya sel makrositik atau ukurannya lebih besar dari sel normal. Sel makrositik ditemukan pada : Anemia pernisiosa Defisiensi asam folat Peminum alkohol Terapi HIV menggunakan Zidovudine, Abacavir, Stavudin. b. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) MCH merupakan jumlah rata-rata hemoglobin yang terdapat pada eritrosit. c. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) MCHC merupakan rata-rata konsentrasi hemoglobin yang terdapat dalam sebuah eritrosit yang dinyatakan satuan g/dL atau %(g/vol). d. Corpuscular Hemoglobin Concentration Mean (CHCM) CHCM merupakan pengukuran langsung korpuskular hemoglobin. Nilai CHCM lebih akurat dari MCHC karena tidak dipengaruhi oleh kondisi sampel seperti lipemik maupun konsentrasi leukosit yang tinggi.

Retikulosit
Tujuan pemeriksaan Retikulosit :

Untuk mengetahui apakah penyebab anemia dengan tujuan evaluasi fungsi sumsum tulang Untuk mengevaluasi pengobatan anemia.

Indikasi pemeriksaan Retikulosit:


Anemia yang tidak diketahui penyebab maupun data darah tepi lengkap sebelumnya, retikulosit dapat menentukan keadaan system eritropoietik pada sumsum tulang Penurunan kadar Hb > 1.5 g/dl tanpa diketahui penyebabnya Untuk membedakan anemia hiper-regeneratif atau hipo-regeneratif Neonatus dengan anemia Monitor perkembangan bayi prematur Tersangka anemia hemolitik Monitor keadaan mielosupresi sumsum tulang Monitor pengobatan obat hematinik pada anemia

Perhitungan Retikulosit :

Nilai Normal Retikulosit :0.5 1.5% Hitung Retikulosit (%) : 1. [Jumlah retikulosit / Jumlah eritrosit] X 100 2. Dilakukan dengan perwarnaan methylene blue atau brilliant cresyl blue 3. Hitung retikulosit meningkat menandakan eritropoiesis yang aktif.

Penyebab Retikulositopenia :

Tidak adanya / destruksi sel precursor hematopoietic (misalnya Anemia Aplastik) Tidak adanya precursor eritropoietik ( misalnya pure red cell aplasia) Anemia defisiensi besi Anemia pernisiosa atau defisiensi asam folat Transient erythroblastopenia pada neonates. Terapi radiasi Kegagalan sumsum tulang karena keganasan atau infeksi

Penyebab Retikulositosis :

Anemia hemolitik Perdarahan Respon terhadap pengobatan (pemberian zat besi, asam folat, eritropoietin) Hemolytic disease of the newborn.

Catatan :

Retikulosit akan meningkat di tempat dengan ketinggian tertentu oleh karena tubuh melakukan adaptasi terhadap rendahnya kandungan oksigen pada tempat tsb. Retikulosit akan meningkat pada ibu hamil. Bayi baru lahir mempunyai hitung Retikulosit yang tinggi, namun akan menurun ke nilai normal dalam beberapa minggu.

Masalah Klinis

Penurunan jumlah : Anemia (pernisiosa, defisiensi asam folat, aplastik, terapi radiasi, pengaruh iradiasi sinar-X, hipofungsi adrenokortikal, hipofungsi hipofisis anterior, sirosis hati (alkohol menyupresi retikulosit) Peningkatan jumlah : Anemia (hemolitik, sel sabit), talasemia mayor, perdarahan kronis, pasca perdarahan (3 - 4 hari), pengobatan anemia (defisiensi zat besi, vit B12, asam folat), leukemia, eritroblastosis fetalis (penyakit hemolitik pada bayi baru lahir), penyakit hemoglobin C dan D, kehamilan.

Nilai Rujukan

Dewasa : 0.5 - 1.5 % Bayi baru lahir : 2.5 - 6.5 % Bayi : 0.5 - 3.5 % Anak : 0.5 - 2.0 %

Retikulosit adalah eritrosit muda yang sitoplasmanya masih mengandung sejumlah besar sisa-sisa ribosome dan RNA yang berasal dari sisa inti dari bentuk penuh pendahulunya. Ribosome mempunyai kemampuan untuk bereaksi dengan pewarna tertentu seperti brilliant cresyl blue atau new methylene blue untuk membentuk endapan granula atau filamen yang berwarna biru. Reaksi ini hanya terjadi pada pewarnaan terhadap sel yang masih hidup dan tidak difiksasi. Oleh karena itu disebut pewarnaan supravital. Retikulosit paling muda (imatur) adalah yang mengandung ribosome terbanyak, sebaliknya retikulosit tertua hanya mempunyai beberapa titik ribosome.

Pada pewarnaan Wright retikulosit tampak sebagai eritrosit yang berukuran lebih besar dan berwarna lebih biru daripada eritrosit. Retikulum terlihat sebagai bintik-bintik abnormal. Polikromatofilia yang menunjukkan warna kebiru-biruan dan bintik-bintik basofil pada eritrosit, sebenarnya disebabkan oleh bahan ribosome tersebut. Hitung retikulosit merupakan indikator aktivitas sumsum tulang dan digunakan untuk mendiagnosis anemia. Banyaknya retikulosit dalam darah tepi menggambarkan eritropoesis yang hampir akurat. Peningkatan jumlah retikulosit di darah tepi menggambarkan akselerasi produksi eritrosit dalam sumsum tulang. Sebaliknya, hitung retikulosit yang rendah terus-menerus dapat mengindikasikan keadan hipofungsi sumsum tulang atau anemia aplastik.

Metode Hitung retikulosit umumnya menggunakan metode pewarnaan supravital. Sampel darah dicampur dengan larutan brilliant cresyl blue (BCB) atau new methylene blue maka ribosome akan terlihat sebagai filamen berwarna biru. Jumlah retikulosit dihitung per 1000 eritrosit dan dinyatakan dalam %, jadi hasilnya dibagi 10. Pewarna yang digunakan memiliki formula sebagai berikut :

Brilliant Cresyl Blue (BCB) : brilliant cresyl blue 1.0 gr; NaCl 0.85% 99.0 ml. Saring larutan sebelum dipergunakan. New methylene blue : NaCl 0.8 gr; kalium oksalat 1.4 gr; new methylene blue N 0.5 gr; aquadest 100 ml. Saring larutan sebelum dipergunakan.

Dianjurkan menggunaan new methylene blue, kesalahan metode ini pada nilai normal 25 %. Sampel darah yang digunakan untuk hitung retikulosit adalah darah kapiler atau vena, dengan antikoagulan (EDTA) atau tanpa antikoagulan (segar). Prosedur

Ke dalam tabung masukkan darah dan pewarna dengan perbandingan 1 : 1, campur baik-baik, biarkan selama 15 menit agar pewarnaannya sempurna. Buatlah sediaan apus campuran itu, biarkan kering di udara. Periksalah di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x. Eritrosit nampak biru muda dan retikulosit akan tampat sebagai sel yang mengadung granula/filamen yang berwarna biru. Bila kurang jelas waktu pewarnaannya diperpanjang atau dicounterstain (dicat lagi) dengan cat Wright. Hitunglah jumlah retikulosit dalam 1000 sel eritrosit. Jika kesulitan menghitung, lakukan pengecilan medan penglihatan okuler dengan meletakkan kertas berlubang pada lensa okuler. Hitung retikulosit ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut :

Hitung retikulosit = ( jumlah retikulosit per 1000 eritrosit : 10 ) %

You might also like