You are on page 1of 8

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan

tindakan yang sering dilakukan di rumah sakit. Namun, hal ini tinggi resiko terjadinya infeksi yang akan menambah tingginya biaya perawatan dan waktu perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar yang telah ditetapkan (Priharjo, 2008). Pemasangan infus digunakan untuk mengobati berbagai kondisi penderita di semua lingkungan perawatan di rumah sakit dan merupakan salah satu terapi utama. Sebanyak 70% pasien yang dilakukan rawat inap mendapatkan terapi cairan infus. Tetapi karena terapi ini diberikan secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama tentunya akan

meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi dari pemasangan infus, salah satunya adalah infeksi (Hinlay, 2006). Salah satu infeksi yang sering ditemukan dirumah sakit adalah infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial tersebut diakibatkan oleh prosedur diagnosis yang sering timbul diantaranya flebitis. Keberhasilan pengendalian infeksi

nosokomial pada tindakan pemasangan infus bukanlah ditentukan oleh canggihnya peralatan yang ada, tetapi ditentukan oleh perilaku petugas dalam melaksanakan perawatan klien secara benar (Andares, 2009).

Perawat profesional yang bertugas dalam memberikan pelayanan kesehatan tidak terlepas dari kepatuhan perilaku perawat dalam setiap tindakan prosedural yang bersifat invasif seperti halnya pemasangan infus. Pemasangan infus dilakukan oleh setiap perawat. Semua perawat dituntut memiliki kemampuan dan keterampilan mengenai pemasangan infus yang sesuai standar operasional prosedur (SOP). Berdasarkan hasil penelitian Andares (2009), menunjukkan bahwa perawat kurang memperhatikan kesterilan luka pada pemasangan infus.

Perawat biasanya langsung memasang infus tanpa memperhatikan tersedianya bahan-bahan yang diperlukan dalam prosedur tindakan tersebut, tidak tersedia handscoen, kain kasa steril, alkohol, pemakaian yang berulang pada selang infus yang tidak steril. Hasil penelitian Mulyani (2011), yang melakukan penelitian dengan judul Tinjauan Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemasangan Infus Pada Pasien Di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS PKU Muhammadiyah Gombong menunjukan perawat cenderung tidak patuh pada persiapan alat dan prosedur pemasangan infus yang prinsip. Hasil penelitian terhadap 12 perawat pelaksana yang melakukan pemasangan infus, perawat yang tidak patuh sebanyak 12 orang atau 100% dan yang patuh sebanyak 0 atau 0% Hasil penelitian Pasaribu (2008), yang melakukan analisa pelaksanaan pemasangan infus di ruang rawat inap Rumah Sakit Haji Medan menunjukan bahwa pelaksanaan pemasangan infus yang sesuai Standar Operasional Prosedur katagori baik 27 %, sedang 40 % dan buruk 33 %.

Kepatuhan

merupakan

bagian

dari

perilaku

individu

yang

bersangkutan untuk mentaati atau mematuhi sesuatu, sehingga kepatuhan perawat dalam melaksanakan SOP pemasangan infus tergantung dari perilaku perawat itu sendiri. Perilaku kepatuhan dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan dapat dikategorikan menjadi faktor intrernal yaitu karakterisitk perawat itu sendiri (umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, status perkawinan, kepribadian, sikap, kemampuan, persepsi dan motivasi) dan faktor eksternal (karakteristik organisasi, karakteristik

kelompok, karakteristik pekerjaan, dan karakteristik lingkungan) (Andareas, 2009). Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Berdasarkan hasil penelitian Ratnawati (2008), alasan perawat tidak melakukan pemasangan infus karena pengetahuan. Dari hasil penelitian terhadap 103 responden sebanyak 47 orang (45,6%) melakukan tindakan yang sesuai prosedur. Sebanyak 53,4% responden memiliki tingkat pengetahuan tentang patient safety yang kurang baik. Sikap merupakan penentu dari perilaku karena keduanya berhubungan dengan persepsi, kepribadiaan, perasaan, dan motivasi. Sikap merupakan keadaan mental yang dipelajari dan diorganisasikan melalui pengalaman, menghasilkan pengaruh spesifik pada respon seseorang terhadap orang lain, objek, situasi yang berhubungan. Sikap menentukan pandangan awal

seseorang terhadap pekerjaan dan tingkat kesesuaian antara individu dan organisasi (Ivancevich, 2007). Motivasi adalah konsep yang menggambarkan kondisi ekstrinsik yang merangsang perilaku tertentu, dan respon instrinsik yang menampakkan perilaku manusia (Swansburg, 2000). Berdasarkan penelitian Budiwijaya (2010), motivasi perawat dalam menjalankan pemasangan infus sesuai SOP di RSU Demak sebagian besar masih rendah yaitu sebanyak 78%. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di Ruang Merak RSUP Dr Kariadi Semarang, ditemukan perawat yang melaksanakan tindakan

pemasangan infus tidak sesuai dengan prosedur tetap. Berdasarkan wawancara terhadap 10 perawat di ruangan, didapatkan 8 (80%) perawat yang tidak melakukan SOP dalam pemasangan infus. Hal ini ditunjukkan dengan perawat yang tidak mencuci tangan dahulu, tidak menggunakan handscoen, tidak menggunakan torniquet, tidak menggunakan bengkok dan kapas alkohol yang sudah dipakai diletakkan di tempat yang sama dengan alat-alat yang masih bersih. Perawat berpendapat pemasangan infus adalah hal yang sudah biasa dikerjakan. Bahkan ketika ditanya masalah protap pemasangan infus mereka sedikit mengetahui isi dari protap tersebut dan ketika diobservasi saat melaksanakan pemasangan infus ternyata ada beberapa kriteria tidak

dilaksanakan yang sesuai dengan isi protap, terutama masalah mencuci tangan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam

melaksanakan prosedur pemasangan infus di Ruang Merak RSUP Dr. Kariadi Semarang.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian ini Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus di Ruang Merak RSUP Dr. Kariadi Semarang?.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus di Ruang Merak RSUP Dr. Kariadi Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pengetahuan perawat tentang standar operasional prosedur pemasangan infus di Ruang Merak RSUP Dr. Kariadi Semarang. b. Mendeskripsikan sikap perawat tentang standar operasional prosedur pemasangan infus di Ruang Merak RSUP Dr. Kariadi Semarang. c. Mendeskripsikan motivasi perawat tentang standar operasional

prosedur pemasangan infus di Ruang Merak RSUP Dr. Kariadi Semarang.

d. Mendeskripsikan kepatuhan perawat melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus di Ruang Merak RSUP Dr. Kariadi Semarang. e. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus di Ruang Merak RSUP Dr. Kariadi Semarang. f. Menganalisis hubungan sikap dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus di Ruang Merak RSUP Dr. Kariadi Semarang. g. Menganalisis hubungan motivasi dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus di Ruang Merak RSUP Dr. Kariadi Semarang.

D. Manfaat Penelitian 1. Rumah Sakit Memberikan sumbangan pemikiran bagi Rumah Sakit yang bersangkutan dalam hubungannya dengan kepatuhan menjalankan SOP pemasangan infus sehingga dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk perbaikan perawat dalam menjalankan SOP yang baik bagi rumah sakit. 2. Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan kesehatan khususnya tentang kepatuhan perawat melaksanakan SOP pemasangan infus.

3. Peneliti Sebagai wacana yang memperkaya pengetahuan peneliti dalam

menerapkan teori, khususnya teori pemasangan infus ke dalam dunia praktek yang sebenarnya.

E. Bidang ilmu Penelitian ini merupakan penelitian bidang ilmu keperawatan yaitu manajemen keperawatan dan kebutuhan dasar manusia.

F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No 1 Nama, tahun, judul Kamma, S.N (2010) dengan judul Hubungan antara pemasangan infus dengan kejadian flebitis di Rumah Sakit Prikasih Jakarta Selatan Pasaribu, M (2008) dengan judul Analisis Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Pemasangan Infus Terhadap Kejadian Variabel yang diteliti Variabel yang diteliti adalah pemasangan infus dan kejadian flebitis Metode Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan studi kohort Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakan antara lokasi pemasangan infus (pvalue = 0,042), jenis cairan infus yg diberikan (pvalue = 0,001) dan pemasangan infus (pvalue = 0,011)

Variabel SOP pemasangan infuse dan kejadian flebitis

Jenis penelitian survey analitik obsevasional (non eksperimen)

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara perawat yang melaksanakan pemasangan infus sesuai SOP dengan kejadian plebitis pada pasien, hal ini terlihat dari p value 0,008. Dari 100 orang sampel yang di observasi terdapat kejadian plebitis sebanyak 52 orang (52%) dan yang tidak

Plebitis Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan

plebitis 48 orang (48%).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terdiri dari populasi, sampel, jenis penelitian dan uji statistik. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat di ruang merak RSUP Dr. Kariadi Semarang sebanyak 59 perawat. Sampel sebanyak 49 perawat dengan teknik purposive sampling. Jenis penelitian menggunakan deskriptif correlation dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Uji statistik yang digunakan adalah korelasi pearson.

You might also like