You are on page 1of 16

BAB I PENDAHULUAN

Dahama dan Bhatnagar (Mardikanto, 1993) mengartikan falsafah sebagai landasan pemikiran yang bersumber kepada kebijakan moral tentang segala sesuatu yang akan dan harus diterapkan di dalam praktek. Samsudin (1987) menyebutkan bahwa falsafah penyuluhan pertanian merupakan dasar pengertian, dasar untuk melakukan kegiatan dan dasar dalam bekerja. Ada tiga falsafah pokok yang harus dijadikan pegangan, pendidikan, yaitu: (1) penyuluhan pertanian merupakan proses dan (3) penyuluhan

(2) penyuluhan pertanian merupakan proses demokrasi,

pertanian merupakan proses yang terus menerus. Paradigma merupakan kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan membentuk citra subjektif seseorang mengenai realita dan akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang menanggapi realita itu. Mengingat adanya begitu banyak perubahan yang telah dan sedang terjadi di lingkungan pertanian, baik pada tingkat individu petani, tingkat lokal, tingkat daerah, nasional, regional maupun internasional, maka pelaksanaan penyuluhan pertanian perlu dilandasi oleh pemikiran-pemikiran yang mendalam tentang situasi baru dan tantangan masa depan yang dihadapi oleh penyuluhan pertanian.

BAB II PEMBAHASAN

A. Falsafah Penyuluhan Pertanian Paulian (1987) menyatakan falsafah penyuluhan pertanian diantaranya adalah: Pertama, Belajar dengan mengerjakan sendiri adalah efektif; apa yang dikerjakan atau dialami sendiri akan berkesan dan melekat pada diri petani atau nelayan dan menjadi kebiasaan baru. Kedua, Belajar melalui pemecahan masalah yang dihadapi adalah praktis; kebiasaan mencari kemungkinankemungkinan yang lebih baik dan menjadikan petani seseorang yang berprakarsa dan berswadaya. Ketiga, Berperanan dalam kegiatan-kegiatan menimbulkan kepercayaan akan kemampuan diri sendiri, program pertanian untuk petani atau nelayan dan oleh petani atau nelayan akan menimbulkan partisipasi masyarakat tani atau nelayan yang wajar.

B. Paradigma Penyuluhan Pertanian Paradigma baru ini memang perlu, bukan untuk mengubah prinsip-prinsip penyuluhan tetapi untuk mampu merespon tantangan-tantangan baru yang muncul dari situasi baru itu. Paradigma baru itu adalah sebagai berikut: 1. Jasa informasi. Bertani adalah profesi para petani, dalam keadaan bagaimanapun petani akan tetap bertani (kecuali dia pindah profesi) dan selalu berusaha dapat bertani dengan lebih baik dari sebelumnya. Untuk itu, yang mereka perlukan adalah informasi baru tentang segala hal yang berkaitan dengan usahataninya. Dengan mendapatkan informasi-informasi yang relevan dengan usahataninya itu para petani akan meningkat kemampuan dan kemungkinannya untuk membuat keputusan-keputusan yang lebih baik dan yang lebih menguntungkan bagi dirinya sendiri dan tidak tergantung pada keputusan orang atau pihak lain.

2. Lokalitas. Akibat dari adanya desentralisasi dan kemudian otonomi daerah, penyuluhan pertanian harus lebih memusatkan perhatian pada kebutuhan pertanian dan petani di daerah kerjanya masing-masing. Sebenarnya prinsip lokalitas ini dalam penyuluhan bukanlah prinsip baru, tetapi di masa lalu tak dapat dilaksanakan dengan baik karena prasarananya tidak mendukung. 3. Berorientasi agribisnis. Usahatani adalah bisnis, karena semua petani melakukan usahatani dengan motif mendapatkan keuntungan. Kebutuhan keluarga petani pada saat ini telah sangat berkembang dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Untuk mendapatkan itu para petani perlu mengadopsi prinsip-prinsip agribisnis agar mereka memperoleh pendapatan yang lebih besar dari hasil usahataninya. Oleh karena itu di masa depan penyuluhan pertanian harus berorientasi agribisnis, memperhatikan dan memperhitungkan dengan baik masalah pendapatan dan keuntungan itu. 4. Pendekatan Kelompok. Pendekatan kelompok disarankan bukan hanya karena pendekatan ini lebih efisien, tetapi karena pendekatan itu mempunyai konsekuensi dibentuknya kelompok-kelompok tani, dan terjadinya interaksi antar petani dalam wadah kelompok-kelompok itu. Terjadinya interaksi antar petani dalam kelompok-kelompok itu sangat penting sebab itu merupakan forum komunikasi yang demokratis di tingkat akar rumput (grass root). Forum kelompok itu merupakan forum belajar sekaligus forum pengambilan keputusan untuk memperbaiki nasib mereka sendiri. 5. Fokus pada kepentingan petani. Kepentingan petani harus selalu menjadi titik pusat perhatian penyuluhan pertanian. Di masa-masa lalu kepentingan petani selalu dikalahkan oleh kepentingan nasional, yang berakhir dengan kurang diperhatikannya kepentingan petani. Menjadikan petani sebagai tumbal pembangunan nasional itu perlu dihentikan. Eksploitasi petani sebagai pihak yang lemah untuk kepentingan fihak lain harus dihentikan antara lain dengan memberdayakan mereka menjadi pihak yang lebih kuat. Penyuluhan pertanian di masa depan harus jelas-jelas berpihak kepada petani, dan bukan kepada lainnya. Kepentingan petani itu sederhana saja yaitu mendapatkan imbalan yang wajar dan adil dari jerih payah dan pengorbanan lainnya dalam berusaha tani, dan

mendapatkan kesempatan untuk memberdayakan dirinya sehingga mampu mensejajarkan dirinya dengan unsur masyarakat lainnya. 6. Pendekatan humanistik-egaliter. Agar berhasil baik penyuluhan pertanian harus disajikan kepada petani dengan menempatkan petani dalam kedudukan yang sejajar dengan penyuluhnya, dan diperlakukan secara humanistik dalam arti mereka dihadapi sebagai manusia yang memiliki kepentingan, kebutuhan, pendapat, pengalaman, kemampuan, harga diri, dan martabat. 7. Profesionalisme Penyuluhan pertanian di masa depan harus dapat dilaksanakan secara profesional dalam arti penyuluhan itu tepat dan benar secara teknis, sosial, budaya dan politik serta efektif karena direncanakan, dilaksanakan dan didukung oleh tenaga-tenaga ahli dan terampil yang telah disiapkan secara baik dalam suatu sistem penyuluhan pertanian yang baik pula. Penyuluhan yang profesional itu juga didukung oleh faktor-faktor pendukung yang tepat dan memadai, seperti peralatan dan fasilitas lainnya, informasi, data, dan tenaga-tenaga ahli yang relevan. Ketepatan materi penyuluhan terhadap kebutuhan petani akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan bersama dengan para petani, dan ini menjamin adanya partisipasi para petani. 8. Akuntabilitas Akuntabilitas atau pertanggung-jawaban, maksudnya setiap hal yang dilakukan dalam rangka penyuluhan pertanian harus dipikirkan, direncanakan, dan dilaksanakan dengan sebaikbaiknya, agar proses dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Prinsip akuntabilitas ini diperlukan untuk menjadi penyeimbang prinsip otonomi penyuluhan yang sudah disarankan sebelumnya. 9. Memuaskan Petani Apapun yang dilakukan dalam penyuluhan pertanian haruslah membuahkan rasa puas pada para petani yang bersangkutan dan bukan sebaliknya kekecewaan. Petani akan merasa puas bila penyuluhan itu memenuhi sebagian ataupun semua kebutuhan dan harapan petani. Ini berarti kegiatan penyuluhan haruslah di-rencanakan untuk memenuhi salah satu atau beberapa

kebutuhan dan harapan petani. Kepuasan petani dari penyuluhan tidak hanya kalau materi penyuluhan itu sesuai dengan apa yang dibutuhkan, tetapi cara penyajian juga akan berpengaruh pada kepuasannya itu Kesembilan prinsip tersebut di atas membentuk paradigma (pola pikir, pola pandang, pola pelaksanaan) penyuluhan pertanian di era mendatang, dalam situasi baru yang sudah serba berubah dan yang mengandung tantangan-tantangan baru yang lebih komplek. Tidak semua prinsip tersebut merupakan prinsip baru dalam penyuluhan pertanian, tetapi karena di masa lalu belum sempat dilaksanakan dengan semestinya, maka di masa depan perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar. Sebaliknya banyak prinsip-prinsip lain yang tidak disarankan di sini karena prinsip-prinsip itu telah diadopsi secara baik di masa lalu sampai sekarang.

C. Penyuluhan Pertanian di Negara Mesir, Benua Afrika. Mesir berada di zona sub tropical, terletak di bagian utara-timur benua Afrika, berbatasan langsung dengan Laut Mediterania disebelah utara dan Laut Merah di sebelah timur. Letak geografis tersebut menyebabkan Mesir memiliki kondisi cuaca yang memungkinkan untuk tumbuhnya beraneka ragam jenis sayuran. Jumlah penduduk Mesir adalah sekitar75 juta orang. Usaha yang sangat intensif telah dilakukan untuk mereklamasi lahan padang pasir/gurun yang banyak tersebar di berbagai bagian dari wilayah negara tersebut. Adanya usaha reklamasi dan penerapan sistem irigasi modern telah menghasilkan munculnya banyak oasis baru alias lahan hijau di tengah hamparan padang pasir yang ditanamai dengan aneka tanaman sayuran maupun buah-buahan. Saat ini, Mesir tidak hanya mampu mencukupi kebutuhan sayuran untuk rakyatnya sendiri, namun juga berhasil mengekspor produk sayurannya ke negara lainnya. Negara tujuan ekspor produk sayuran tersebut utamanya adalah untuk negara-negara Eropa dan beberapa negara di wilayah teluk Arab. Jenis sayuran yang diekspor antara lain : Kentang, Paprika, Tomat, Kapri, Bawang putih dan Arthicoke.

1. Program Pengembangan Sayuran Pengembangan sayuran di Mesir sangat penting artinya dalam mencukupi kebutuhan nutrisi penduduknya maupun untuk memenuhi permintaan industri olahan, industri perbenihan maupun pasar ekspor. Program pengembangan sayuran di Mesir dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : Menghasilkan sayuran yang berkualitas dan berproduksi tinggi. Menghasilkan sayuran secara off season Mendorong penelitian untuk menghasilkan benih lokal yang berkualitas Menghasilkan kultivar yang resisten terhadap hama penyakit Mengurangi biaya produksi dan meningkatkan produktivitas, sehingga akan meningkatkan keuntungan bersih bagi petani Penerapan pengendalian hama terpadu untuk menghasilkan produk yang sehat, bebas kontaminasi dan bahan kimia berbahaya Mendorong produksi organik untuk pasar lokal maupun ekspor Pengembangan sistem penyuluhan secara intensif melalui kerjasama dengan institusi penelitian, utamanya dalam penyelenggaraan pelatihan, workshop maupun sekolah lapang untuk petani Mengembangkan produksi sayuran di wilayah gurun melalui sistem irigasi modern (tetes, sprinkler, pivot) untuk mengubah tanah berpasir yang miskin unsur hara menjadi lahan yang produktif.

2. Sayuran Prioritas Mesir memiliki 4 (empat) jenis musim yang berbeda yakni : musim semi, panas, gugur dan dingin. Kondisi cuaca cenderung sejuk dengan matahari bersinar terang sepanjang tahun. Pada masing-masing musim ditanam berbagai jenis sayuran yang berbeda sesuai dengan kondisi agroklimat yang diinginkan. Sayuran dari kelompok cucurbitaceae selalu ditanam pada musim panas, sedangkan kelompok sayuran daun banyak ditanam pada musim dingin. Jenis sayuran yang diusahakan di Mesir berjumlah sekitar 55 macam, 35 macam diantaranya merupakan sayuran yang dikonsumsi sehari-hari oleh penduduk setempat. Salah satu

jenis sayuran yang banyak diusahakan dan dikonsumsi oleh penduduk setempat adalah Tomat. Berdasarkan data statistik tahun 2006, diperoleh angka konsumsi sayur/ buah-buahan sebesar 182,1 kg per kapita per tahun. Dari angka tersebut, Tomat menyumbang angka tertinggi yakni sebesar 74,5 kg atau sebesar 40% dari total angka konsumsi. Bangsa Mesir dikenal sebagai Pecinta Tomat. Penanaman Tomat yang dapat dilakukan sepanjang tahun, utamanya di dalam rumah plastik, merupakan salah satu upaya yang terus didorong untuk mendukung kebutuhan pasar domestik tersebut. Total luas lahan pertanian yang telah diusahakan di Mesir adalah seluas 5,3 juta hektar, khusus untuk sayuran memiliki luas pertanaman seluas 700 ribu hektar atau sebesar 13% dari total luas lahan yang ada. Tanaman sayuran tersebut diusahakan secara tradisional di lahan terbuka (open field) maupun dengan sistem protected cultivation untuk melindungi tanaman dari gangguan cuaca. Berdasarkan jenis pelindung yang digunakan protected cultivation dibedakan menjadi 2 (dua) macam yakni : dengan plastic house (rumah plastik) dan polyethylene low tunnel. Sebagian besar rumah plastik ditanami dengan sayuran (Timun, Paprika, Cabe, Straberi dan Kapri) utamanya pada musim dingin dan musim semi. Sedangkan low tunnel digunakan untuk menghasilkan produk off season. Low tunnel ini merupakan modifikasi sederhana dari rumah plastik, dengan menggunakan kerodong polyethylene setengah lingkaran pada ketinggian sekitar 1 meter diatas lahan.

3. Industri Olahan Sayuran Beberapa pabrik telah didirikan di Mesir untuk menghasilkan beberapa produk sayuran beku (frozen vegetable) maupun produk olahan berbahan baku sayuran. Produk sayuran beku dihasilkan untuk beberapa jenis sayuran antara lain : Kapri, Okra, Buncis, Kentang dan Kubis bunga. Industri olahan juga mulai dikembangkan, antara lain : Pengolahan tomat segar menjadi pasta tomat Dehidrasi Bawang putih untuk menghasilkan bubuk bawang putih

Pengolahan kentang menjadi kentang goreng maupun keripik kentang Pengalengan beberapa sayuran seperti : buncis, kacang hijau Pembuatan manisan/asinan timun dan cabe

4. Produksi Benih Sayuran Produksi benih sayuran merupakan salah satu bisnis penting di Mesir. Benih sayuran banyak diproduksi dalam jumlah yang besar oleh perusahaan benih lokal. Kebanyakan benih lokal lokal tersebut merupakan hasil penyilangan terbuka (open pollinated) pada beberapa jenis tanaman seperti : Buncis, Kubis, Kapri, Terong, Cabe, Bawang putih maupun Kentang. Sebaliknya dalam jumlah yang besar juga diimpor beberapa jenis benih hibrida untuk tanaman: Tomat, Timun, Paprika, Terong, Melon dan Cantaloupe. Benih Kentang juga diimpor, khusunya untuk penanaman di musim panas. Benih hibrida dengan harga yang relatif mahal tersebut kebanyakan diimpor dari Belanda, Perancis, Amerika Serikat dan Jepang. Pada beberapa tahun terakhir ini, benih hibrida dari beberapa jenis sayuran juga mulai dikembangkan oleh para peneliti/breeder di Pusat Penelitian Pertanian setempat. Benih hibrida tersebut antara lain untuk tanaman Tomat, Terong, Paprika, Timun dan Cantaloupe. Dengan adanya benih hibrida berkualitas yang diproduksi secara lokal tersebut diharapkan dapat mengurangi biaya produksi yang harus dikeluarkan petani untuk membeli benih.

5. Reklamasi Gurun Pasir Sebagian besar daratan negara Mesir merupakan hamparan padang pasir. Usaha yang sangat intensif telah dilakukan untuk mereklamasi lahan padang/gurun pasir yang banyak tersebar di berbagai bagian dari wilayah yang ada. Reklamasi tersebut dilakukan melalui serangkaian kegiatan proyek raksasa, antara lain Salam Canal Project (untuk wilayah utara) dan Tosca Project (untuk wilayah selatan). Adanya usaha reklamasi dan penerapan sistem irigasi modern telah menghasilkan munculnya banyak oasis baru atau lahan hijau di tengah hamparan padang pasir yang ditanami dengan aneka tanaman sayuran maupun buah-buahan. Beberapa jenis sayuran yang banyak

ditanam di wilayah ini antara lain : Tomat, Bawang, Kentang dan Cantaulope. Sedangkan untuk Buah-buahan antara lain : Strawberri, Jeruk, Anggur, Mangga, Squash dan Aprikot. Selain tanaman hortikultura, juga banyak ditanam beberapa jenis tanaman pangan (Gandum) maupun tanaman untuk pakan ternak (Alfalfa). Langkah pertama yang dilakukan untuk reklamasi tersebut adalah untuk menciptakan kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman, antara lain berupa desalinasi (mengurangi kadar garam) dengan penambahan Calsium Carbonat. Selanjutnya dilakukan perataan lahan (levelling) dari semula berbukit-bukit dibuat menjadi lebih rata (flat). Sebelum siap ditanami, diatas lahan berpasir tersebut ditambahkan jenis tanah lainnya yang lebih mampu dalam menyimpan air (clay soil) setebal 15 cm. Sistem pengairan yang diterapkan di beberapa wilayah baru yang telah direklamasi (new reclaimed area) sebagian besar menggunakan sistem irigasi bertekanan utamanya irigasi tetes (drip irrigation). Pemberian pupuk yang dilarutkan juga dilakukan secara bersamaan dengan air irigasi, dikenal sebagai fertigasi. Sedangkan sumber air irigasi berasal dari air tanah maupun air permukaan dari Sungai Nil. Selain dilakukan melalui proyek pemerintah, usaha reklamasi dan pengusahaan lahan gurun pasir juga dilakukan secara swakarsa oleh beberapa petani/pelaku usaha yang bermodal kuat. Hal ini banyak dijumpai di wilayah Raffah Propinsi Sinai Utara. Usaha pengusahaan lahan baru diawali dengan cara membeli lahan tersebut dari penduduk asli setempat (suku Bedouin) dengan harga yang sangat murah. Selanjutnya dilakukan perataan lahan, penambahan lapisan tanah subur dan pemasangan peralatan irigasi. Usaha penghijauan lahan berpasir tersebut sangat mendapatkan dukungan dari pemerintah setempat. Hal ini ditandai dengan mudahnya proses sertifikasi lahan dan tidak adanya batasan luas lahan yang diusahakan oleh masing-masing petani/pelaku usaha. Sehingga seorang petani bisa memiliki lahan seluas 25 feddan (10 ha) dalam satu hamparan.

6. Mubarak National Project Proyek nasional yang berada didalam pengelolaan Kementrian Pertanian Mesir ini telah dimulai sejak tahun 1987. Proyek ini merupakan salah satu bentuk kebijakan pemerintah Mesir untuk mendistribusikan lahan baru yang telah direklamasi (new reclaimed area) untuk diusahakan di bidang pertanian. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membangun wilayah dan komunitas baru dengan pengetahuan yang memadai dalam mengusahakan komoditas pertanian. Adapun wilayah yang dikembangkan meliputi hampir seluruh wilayah di sepanjang pinggiran Sungai Nil, yang memanjang dari utara (Alexandria) hingga ke selatan mendekati perbatasan dengan negara Sudan. Target utama dari kegiatan proyek ini adalah para lulusan/sarjana baru, khususnya sarjana pertanian, yang berumur tidak lebih dari 30 tahun. Selain sarjana pertanian yang baru lulus, peserta proyek juga berasal dari berbagai latar belakang pendidikan namun memiliki minat yang besar di bidang pertanian. Kepada setiap peserta proyek diberikan beberapa fasilitas, sebagai berikut : - Lahan yang telah direklamasi seluas 5 feddan (2 ha) - Bangunan rumah untuk tempat tinggal - Uang saku (allowance) sebesar 50 EP setiap bulan, selama satu tahun pertama - Suplai makanan (untuk 5 orang) setiap bulan, selama tiga tahun - Penyediaan fasilitas umum (kesehatan, pendidikan, pasar, dll) Khusus untuk lahan dan rumah, peserta proyek harus mengembalikan biaya investasi tersebut setelah 13 tahun tanpa adanya tambahan bunga. Hingga saat ini, proyek tersebut telah berhasil mendistribusikan lahan kepada peserta proyek sejumlah 77.000 orang, dengan ratarata sejumlah 10.000 orang setiap tahunnya. Sedangkan desa/komunitas baru yang berhasil dibangun sejumlah 164 desa, masing-masing sebanyak 800 rumah untuk setiap desa.

Proyek nasional ini diyakini sangat efektif dalam meningkatkan kesejahteraan para sarjana baru. Melalui proyek ini juga telah berhasil ditumbuhkan wilayah baru untuk sentra pertanaman sayuran/buah-buahan, seperti : Tomat, Timun, Kentang, Jeruk, Anggur dan Peach. Khusus untuk produksi Kentang, bahkan sudah lama diekspor ke wilayah Eropa.

7. Sekolah Lapang Sekolah Lapang (Field School) merupakan salah satu kegiatan penting dalam program penyuluhan pertanian di Mesir. Keberadaan Sekolah Lapang juga disebutkan sebagai satusatunya pendekatan terbaik untuk meningkatkan pengetahuan/ketrampilan petani dalam program pengendalian hama terpadu (PHT). Kegiatan Sekolah Lapang di Mesir berawal pada tahun 1999, melalui inisiasi proyek yang didanai oleh pemerintah Belanda. Pada beberapa wilayah (khususnya Fayyum Governorate) masih tersisa bangunan semi permanen yang terdapat di tengah lahan, sebagai tempat berlangsungnya pertemuan anggota Sekolah Lapang bagi wanita (dengan jumlah anggota sebanyak 25 orang). Pertemuan tersebut dilakukan setiap minggu sekali, selama 2 (dua) jam, dan dibimbing oleh 2 (dua) orang fasilitator atau penyuluh pertanian. Dalam perkembangannya Sekolah Lapang ini juga ditujukan untuk usaha pemberdayaan wanita di pedesaan. Hal ini menyebabkan bervariasinya materi pertemuan yang tidak hanya terbatas pada masalah teknis budidaya pertanian, melainkan juga berbagai topic yang berkaitan dengan masalah sosial budaya, seperti : kesehatan, lingkungan, pendidikan dan pengelolaan keluarga. Suasana Sekolah Lapang untuk wanita (kiri) dan hasil kerajinan tangan (kanan) Peningkatan ketrampilan dan pendapatan wanita pedesaan dilakukan dengan menghasilkan berbagai barang kerajinan tangan yang layak jual. Kegiatan ini diprioritaskan pada pemanfaatan material sisa yang tersedia di sekitar tempat tinggal mereka, sebagai bagian dari pengelolaan kebersihan lingkungan.

8. Organic / Biodynamic Production Sebagaimana terjadi di negara-negara lain, gerakan untuk penerapan pertanian organik juga berlangsung di Mesir. Penerapan pertanian organik dalam skala besar telah dilakukan sejak tahun 1977 oleh perusahaan swasta bernama SEKEM Organic Company. Perusahaan ini juga merupakan pelopor gerakan Pertanian Biodinamik yang menjamin keseimbangan aktivitas pertanian dengan keseluruhan sistem alam. Hal ini ditandai dengan adanya Kalender Biodinamik yakni mengisyaratkan saat tanam yang harus disesuaikan dengan perputaran matahari maupun bulan untuk memperoleh keuntungan yang berkelanjutan. Salah satu faktor utama yang selalu ditekankan dalam penerapan pertanian organik ini adalah tercukupinya kebutuhan nutrisi tanaman maupun pengendalian biologis dengan memanfaatkan organisme hidup. Kebutuhan nutrisi tanaman dipenuhi dengan penambahan unsur hara yang diperoleh dari bahan organik, seperti kompos yang telah benar-benar matang. Untuk pembuatan kompos, pihak perusahaan mengalokasikan lahan seluas 20 hektar dari total areal yang dimilikinya yakni seluas 80 hektar. Untuk bahan baku kompos, digunakan berbagai sisa tanaman (jerami gandum atau padi) ditambah potongan kayu lunak. Potongan sisa tanaman tersebut selanjutnya dicampur dengan kotoran sapi dan kotoran ayam dengan perbandingan (6:3:1). Untuk mencukupi kebutuhan kotoran sapi untuk bahan kompos, pihak perusahaan juga mengusahakan ternak sapi. Proses pembuatan kompos dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan mesin untuk penyemprotan air dan pembalikan tumpukan kompos. Proses pengomposan ini berlangsung selama 2 3 bulan, dengan pembalikan tumpukan kompos sebanyak 2 kali setiap minggu. Kompos yang telah jadi, kemudian dikemas dalam kantung plastik dan selanjutnya diaplikasikan di areal pertanaman milik perusahaan maupun dijual secara komersial untuk konsumen lokal maupun untuk ekspor. Terdapat beberapa jenis tanaman sayuran dan buah-buahan segar yang diusahakan oleh SEKEM, antara lain : Tomat, Pprika, Selada, Anggur, Jeruk, Peach dan Apel. Selain itu, dalam skala luas juga ditanam berbagai jenis tanaman obat/aromatik di hamparan terbuka, seperti : Chamomile, Sage, Oreganum, Fennel, Mint, Basil, Coriander dan lain-lain.

Oleh perusahaan juga dihasilkan beberapa jenis produk olahan jadi maupun siap saji, berupa : herbal tea, kopi, minyak zaitun dan manisan kurma. Produk olahan tersebut dipasarkan diberbagai supermarket dengan merk dagang ISIS, yang merupakan nama Dewa Kehidupan (God of Life) di jaman Mesir kuno. Pengusahaan tanaman berkhasiat obat/aromatik, mulai banyak dilakukan oleh petani dalam skala kecil, untuk selanjutnya dikumpulkan, dikeringkan dan dipasarkan oleh asosiasi petani setempat. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan kantong plastik yang berlogo organik yang disahkan oleh lembaga sertifikasi setempat (Egyptian Organic Agriculture EOA). Pemasaran produk tersebut utamanya ditujukan untuk pasar Eropa (Belanda).

9. Protected Cultivation Sejak pertengahan era 1960-an oleh Kementrian Pertanian Mesir mulai dikenalkan sistim pertanaman yang disebut sebagai Protected Cultivation. Sistem pertanaman ini dimaksudkan untuk mengatasi adanya kondisi agroklimat yang tidak menguntungkan, dengan cara memodifikasi satu atau lebih aspek mikroklimat di areal pertanaman. Berdasarkan jenis pelindung atau modifikasi kondisi mikroklimat yang digunakan, protected cultivation dibedakan menjadi 2 (dua) macam yakni : dengan plastic house (rumah plastik) dan polyethylene low tunnel. Selain kedua jenis modifikasi tersebut, juga digunakan 2 (dua) media protektif sederhana, yakni: penutup tanah (mulsa) dan pemecah angin (windbreaker). Low Tunnel banyak digunakan di areal pertanaman terbuka khususnya selama musim dingin. Low tunnel pada dasarnya merupakan modifikasi sederhana dari rumah plastik, dengan menggunakan kerodong polyethylene setengah lingkaran pada ketinggian sekitar 1 meter diatas lahan. Kerodong plastik tersebut dapat dibuka-tutup untuk menyesuaikan kondisi cuaca utamanya temperatur dan kelembaban udara. Pengunaan rumah plastik maupun low tunnel khususnya ditujukan untuk menghasilkan produk off season (diluar musim).

10. Stem Cutting Technology Teknis perbanyakan tanaman dengan cara stek batang, pada dasarnya telah lama dikenal pada beberapa tanaman buah-buahan berkayu. Cara ini juga dijumpai Di Mesir, khususnya dilakukan oleh Desert Research Station yang berada di wilayah North Sinai Governorate. Perbanyakan tanaman dengan stek batang (Zaitun, Cemara, Jojoba dan aneka tanaman hias berkayu) dilakukan secara besar-besaran di dalam greenhouse institusi penelitian tersebut. Upaya ini dilakukan, utamanya untuk membantu petani yang tidak memiliki fasilitas memadai dalam melakukan perbanyakan tanaman Potongan/stek batang ditanam langsung didalam bak, dengan media pasir yang sebelumnya telah disemprot dengan fungisida. Penyemprotan air dilakukan pada masing-masing bak, segera setelah penanaman selesai. Selanjutnya bak berisi tanaman tersebut ditutup dengan plastik transparan dan dibiarkan selama 2 (dua) bulan tanpa perlakuan apapun, termasuk tidak dilakukannya penyiraman air. Satu-satunya perlakukan yang dilakukan adalah membuka plastik penutup, untuk mengurangi kelembaban sekaligus untuk mengalirkan embun yang menempel di plastik ke media pertanaman sebagai pengganti penyiraman air. Setelah 2 (dua) bulan, stek batang tersebut siap dipindah-tanamkan di areal pertanaman milik petani, ditandai dengan tumbuhnya akar dan daun-daun baru. Terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh dengan dilakukannya penanaman stek batang secara massal di dalam bak, utamanya dalam hal efisiensi penggunaan air. Selain itu, juga mengurangi beaya produksi untuk penyediaan polibag atau wadah seedling maupun pemeliharaan selama di bak perbanyakan.

BAB III PENUTUP Kesimpulan

Dalam melakukan kegiatan penyuluhan pertanian, selalu ada tantangan-tantangan baru yang harus dihadapi, oleh karena itu agar kegiatan penyuluhan berjalan secara lancer maka diperlukan juga paradigm-paradigma baru untuk menghadapinya. Paradigma-paradigma baru tersebut ialah Jasa Informasi, Lokalitas, Berorientasi Agribisnis, Pendekatan Kelompok, Fokus pada petani, Pendekatan Humanistik-egaliter, Profesionalisme, Akuntabilitas , dan Memuaskan Petani. Dalam kasus Penyuluhan yang dilakukan di Negara Mesir Jasa Informasi diberikan oleh

Kementrian Pertanian Mesir kepada para petani yang contohnya pada tahun 1960 memperkenalkan system penanaman Protected Cultivation . Informasi juga diberikan oleh beberapa perusahaan swasta contohnya SEKEM yang memperkenalkan dan mempelopori pertanian Biodinamik di Mesir. Paradigma Berorientasi Agribisnis yang dilakukan di mesir ialah Tanaman Hortikulutura. Tanaman Hortikultura yang menjadi prioritas ialah sayur-sayuran, terutama tomat. Tanaman tomat menjadi tanaman yang paling banyak diusahakan dan dikonsumsi di Mesir. Pendekatan Kelompok pada kegiatan penyuluhan di Mesir contohnya ialah, Sekolah lapang pada tahun 1999 yang ditujukan untuk wanita. Paradigma mengenai profesionalisme dapat dilihat pada proyek Mubarak National Project, dimana proyek ini khusunya ditujukan untuk para sarjana pertanian.

Daftar Pustaka

http://idhafarida.wordpress.com/2012/04/19/definisi-falsafah-dan-peran-penyuluhan-pertanian/ (diakses pada tanggal 5 Maret 2013) http://www.scribd.com/doc/76542162/Falsafah-Dan-Paradigma (diakses pada tanggal 5 Maret 2013) http://tintayasri.blogspot.com/2010/10/mengenal-produksi-sayuran-mesir.html tanggal 5 Maret 2013) (diakses pada

You might also like