You are on page 1of 17

ANALISIS PROFITABILITAS

1. ANALISIS PROFITABILITAS PERUSAHAAN


Analisis profitabilitas sangat penting bagi semua pengguna, khusunya investor ekuitas dan kreditor. Bagi investor ekuitas, laba merupakan satu-satunya faktor penentu perubahan nilai efek (sekuritas). Pengukuran dan peramalan laba merupakan pekerjaan paling penting bagi investor ekuitas. Bagi kreditor, laba dan arus kas operasi umumnya merupakan sumber pembiayaan bunga dan pokok. Ketika mengevaluasi profitabilitas perusahaan, kita berfokus pada beberapa pertanyaan seperti : Apakah ukuran laba yang paling relevan bagi perusahaan? Bagaimana kualitas laba ? Komponen laba apakah yang paling penting untuk peramalan laba? Bagaimana daya tahan (termasuk stabilitas dan tren) laba dan komponen komponennya? Bagaimana kekuatan laba ( earning power) perusahaan ?

1.1 Faktor-Faktor Pengukuran Laba Perusahaan Laba didefinisikan sebagai pendapatan dan keuntungan dikurangi beban dan kerugian selama periode pelaporan. Laba bukanlah angka unik yang menunggu kesempurnaan sistem pengukuran laba secara cepat. Pertimbangan-petimbangan praktis adalah sebagai berikut : 1. Masalah estimasi. Pengukuran laba bergantung pada estimasi atas hasil di masa depan. Estimasi-estimasi tersebut memerlukan alokasi pendapatan dan beban pada periode sekarang dan masa depan. 2. Metode akuntansi. Standar akuntansi yang mengatur pengukuran laba merupakan hasil pengalaman profesional, agenda badan pengatur, peristiwa bisnis, dan pengaruh sosial lainnya. 3. Insentif pengungkapan. Idealnya, praktisi berkepentingan atas penyajian laporan keuangan secara wajar. Namun, laporan keuangan dan pengukuran laba menanggung tekanan kompetensi, keuangan, dan masyarakat.

4. Keragaman pengguna. Laporan keuangan merupakan laporan bertujuan umum bagi banyak pengguna dengan kebutuhan yang beragam.

1.2 Analisis Laba Dua Tahap Tahap pertama adalah analisis akuntansi dan pengukurannya. Analisis ini memerlukan pemahaman atas akuntansi pendapatan dan beban. Analisis ini juga memerlukan pemahaman atas akuntansi aktiva dan kewajiban karena banyak aktiva yang merupakan beban yang ditangguhkan dan kewajiban yang merupakan penghasilan yang ditangguhkan. Tahap kedua adalah menerapkan alat analisis pada laba (dan komponenkomponennya) serta menginterpretasikan hasil analisis tersebut. Penerapan alat analisis ini bertujuan untuk mencapai tujuan terkait dengan penggunaan laba. Tujuan ini meliputi peramalan laba, penilaian daya tahan laba dan kualitas laba, serta estimasi kekuatan laba.

2.

ANALISIS PENDAPATAN PERUSAHAAN


Analisis pendapatan perusahaan (disebut juga penjualan) berfokus pada beberapa pertanyaan sebagai berikut : Apakah sumber utama pendapatan ? Bagaimana daya tahan sumber pendapatan? Bagaimana kaitan antara pendapatan, piutang, dan persediaan ? Kapan pendapatan dicatat dan bagaimana pendapatan diukur ?

2.1 Sumber Utama Pendapatan


Informasi ini khususnya penting bagi analisis perusahaan yang terdivesifikasi. Dalam perusahaan yang terdiversifikasi, tiap pasar atau lini produk sering kali memiliki pola pertumbuhan, profitabilitas, dan potensi masa depan yang berbeda-beda. Common size analysis merupakan alat yang sangat baik untuk menganalisis sumber pendapatan. Common size analysis menyajikan tiap kelompok utama pendapatan sebagai persentase atas total pendapatan.

2.1.1

Tantangan Perusahaan yang Terdiversifikasi Analisis laporan keuangan perusahaan yang terdiversifikasi harus memisahkan dan menginterpretasikan dampak masing-masing segmen bisnis pada perusahaan secara keseluruhan. Hal ini menantang untuk dilakukan mengingat segmen atau divisi yang berbeda memiliki tingkat profitabilitas, risiko, dan pertumbuhan yang bervariasi. Inilah alasan mengapa analisis memerlukan memerlukan banyak informasi rinci berdasarkan segmen usaha.

2.1.2

Pelaporan Segmen Informasi yang dilaporkan dalam hasil operasi dan posisi keuangan berdasarkan segmen bervariasi. Pengungkapan penuh menyediakan laporan laba, neraca, dan laporan arus kas rinci untuk setiap segmen yang penting. Namun, pengungkapan penuh berdasarkan segmen ini jarang dilakukan karena sulitnya memisahkan segmen serta keengganan manajemen untuk membagi informasi yang dapat membahayakan posisi kompetitifnya. Sebuah segmen dianggap signifikan bila penjualan, laba (rugi) operasi, atau aktiva yang dapat diidentifikasi besarnya sama atau lebih dari 10 % dari jumlah gabungan seluruh segmen operasi perusahaan. Untuk tiap segmen, harus dilaporkan beberapa informasi keuangan tahunan ( SFAS 131) seperti : 1. Penjualan kepada segmen lain maupun kepada pelanggan eksternal 2. laba operasi pendapatan dikurangi beban operasi 3. Aktiva yang dapat diidentifikasi 4. Beban atau pendapatan bunga dan pajak 5. Keuntungan dan kerugian dari pos khusus 6. Beban penyusutan, deplesi, dan amortisasi. Selain itu, perusahaan harus melaporkan pendapatan sebesar 10% atau lebih yang diperoleh dari satu pelanggan. Analisis pada HM Sampoerna Suatu segmen usaha adalah sekelompok aset dan operasi yang menyediakan barang atau jasa yang memiliki risiko serta tingkat pengembalian yang berbeda dengan segmen usaha lainnya. Sebuah segmen geografis menyediakan barang maupun jasa di dalam lingkungan ekonomi tertentu yang memiliki risiko serta tingkat

pengembalian yang berbeda dengan segmen operasi lainnya yang berada dalam lingkungan ekonomi lain. Grup mensegmentasikan pelaporan keuangan sebagai berikut: (i) segmen usaha (primer), yang mengklasifikasikan aktivitas bisnis Grup menjadi industri dan perdagangan rokok; percetakan, pengemasan dan pengangkutan; serta segmen usaha lainnya. (ii) segmen geografis (sekunder), yang terdiri dari kegiatan usaha dalam negeri dan luar negeri. 2.1.3 Implikasi Analisis atas Laporan Segmen Laporan segmen harus dianalisis sebagai informasi lunak, yaitu informasi yang dapat dimanipulasi dan diatur oleh manajemen. Informasi tersebut harus diperlakukan dengan ketidakpastian dan kesimpulan yang diambil dari informasi tersebut harus diuji oleh sumber informasi alternatif. Namun demikian, data segmen yang didukung dengan bukti altenatif dapat sangat berguna bagi analisis. Data segmen dapat membantu analisis, khususnya analisis atas : Pertumbuhan penjualan Analisis tren penjualan menurut segmen berguna untuk menilai profitabilitas. Pertumbuhan penjualan sering kali berasal dari faktor-faktor seperti, perubahan harga, perubahan volume, akuisisi/divestasi, dan perubahan nilai tukar. Pada HM Sampoerna, Penjualan bersih konsolidasi sebesar Rp 34,7 triliun untuk tahun 2008, meningkat sebesar 16,4% dari Rp 29,8 triliun di tahun 2007. Penjualan bersih dari bisnis rokok domestik meningkat menjadi Rp 33,9 triliun, atau 16,2% lebih tinggi dari Rp 29,2 triliun di tahun 2007. Penjualan dari bisnis rokok domestik menyumbangkan 97,7% terhadap penjualan bersih konsolidasi Perseroan. Kinerja yang baik pada bisnis rokok domestik pada tahun 2008 ini didorong oleh kombinasi antara peningkatan volume penjualan sebesar 9,6% menjadi 73,3 miliar batang pada tahun 2007 dari 66,8 miliar batang di tahun 2007 dan kenaikan harga jual selama tahun 2008. Perseroan kembali memimpin pangsa pasar industri rokok pada tahun 2008 dengan pangsa pasar sebesar 29,5%, meningkat 0,2% dibanding tahun 2007.

Rokok Marlboro menyumbangkan 15,0% dan 12,2% masing-masing terhadap jumlah volume dan nilai penjualan rokok domestik pada tahun 2008 dibandingkan 14,2% dan 11,4% di tahun 2007. Rokok Marlboro mencapai pangsa pasar sebesar 4,8% di tahun 2008 meningkat dari 4,6% di tahun 2007. Rokok A Mild masih menjadi penyumbang terbesar terhadap portofolio SKM Perseroan dengan mencatat jumlah volume penjualan termasuk Avolution, rokok kretek ramping (slim) yang diluncurkan pada bulan Pebruari 2008, sebesar 26,6 miliar batang pada tahun 2008, atau 17,1% lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 25,2%, rokok A Mild menyumbangkan masing-masing 36,3% dan 35,6% dari jumlah volume dan nilai penjualan domestik pada tahun 2008 dibandingkan 34,0% dan 32,8% di tahun 2007. Secara keseluruhan, nilai penjualan yang disumbangkan rokok SKM Perseroan meningkat sebesar 25,5% di tahun 2008, menyumbangkan 38,7% dari jumlah nilai penjualan rokok domestik, sementara volume penjualan pada segmen ini meningkat sebesar 17,7% mencapai 29,4 miliar batang. Pertumbuhan penjualan agregat sebesar 6,9% dari SKT terutama disebabkan oleh peningkatan volume penjualan sebesar 1,3% dari 32,8 miliar di tahun 2007 menjadi 33,2 miliar batang pada tahun 2008. Volume penjualan rokok SKT Dji Sam Soe tumbuh 5,1% dan menyumbangkan masing-masing 26,5% dan 33,2% dari volume dan nilai penjualan domestik di tahun 2008 dibandingkan 27,6% dan 34,6% di tahun 2007. Volume penjualan Sampoerna A Hijau menurun 4,7% dari 13,3 miliar batang di tahun 2007 menjadi 12,6 miliar batang di tahun 2008. Rokok Sampoerna A Hijau menyumbangkan masingmasing 17,2% dan 14,9% dari volume dan nilai penjualan rokok domestik pada tahun 2008 dibandingkan 19,8% dan 17,5% di tahun 2007. Pertumbuhan aktiva Analisis tren aktiva yang dapat diidentifikasikan menurut segmen relevan bagi analisis profitabilitas. Membandingkan pengeluaran modal terhadap beban penyusutan mengungkapkan segmen yang mengalami pertumbuhan sesungguhnya. Saat menganalisis laporan segmen geografis, analisis harus mewaspadai perubahan nilai tukar mata uang asing yang dapat memberi pengaruh signifikan pada nilai yang dilaporkan.

Profitabilitas Rasio laba operasi terhadap penjualan dan laba operasi terhadap aktiva yang dapat diidentifikasi menurut segmen merupakan angka yang berguna dalam analisis profitabilitas. Karena kelemahan data laba segmen, analisis harus lebih berfokus pada tren daripada berfokus pada tingkat absolut. Rasio laba operasi 2008-2004

2.2 Daya tahan pendapatan


Analisis profitabilitas meningkat bila daya tahan pendapatan per segmen dapat dinilai. Bagian ini membahas dua alat analisis yang berguna untuk menilai daya tahan pendapatan : 2.2.1 Analisis persentase tren Analisis persentase tren digunakan untuk menilai daya tahan total pendapatan maupun pendapatan per segmen. Pendapatan yang diindeks berdasarkan segmen sering dikorelasikan dan dibandingkan dengan standar industri atau pesaing. Korelasi otomatis di antara pendapatan antarperiode juga dapat dihitung untuk mengukur daya tahan pendapatan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam analisis daya tahan pendapatan adalah : 2.2.2 Sensitivitas pendapatan terhadap kondisi bisnis. Antisipasi permintaaan atas barang dan jasa baru atau yang diperbaharui. Analisis pelanggan-konsentrasi, ketergantungan, dan stabilitas. Konsentrasi dan ketergantungan pendapatan pada satu segmen. Ketergantungan pendapatan pada staf pejualan. Diversifikasi geografis.

Diskusi dan analisis manajemen (Managements Discussion and Analysis-MD&A) MD&A atas kondisi keuangan dan hasil operasi sering kali berguna bagi analisis terhadap daya tahan pendapatan. SEC mensyaratkan beberapa pengungkapan yang bersifat interpretatif dan menjelaskan dalam MD&A, diantaranya : Informasi tersebut berguna untuk memahami dan menilai perubahan pos keuangan dari satu periode ke periode lain, termasuk pendapatan. Manajemen harus melaporkan perubahan komponen pendapatan dan beban yang relevan untuk memahami aktivitas operasi. Pengungkapan

tersebut meliputi peristiwa tidak biasa yang memengaruhi laba operasi, tren, atau ketidakpastian yang memengaruhi atau mungkin memengaruhi operasi, perubahan hubungan pendapatan dan beban yang merugikan seperti kenaikan biaya bahan baku dan tenaga kerja. Manajemen harus melaporkan sumber pertumbuhan pendapatan, apakah karena kenaikan harga, kenaikan volume, inflasi atau peluncuran produk baru. Manajer disarankan untuk menjelaskan hasil keuangan, melaporkan informasi yang berpandangan ke depan, membahas tren dan tekanan yang tidak tampak dalam laporan keuangan. SEC menganggap MD&A sebagai sumber informasi yang relevan untuk analisis kondisi keuangan dan hasil operasi dengan mengevaluasi jumlah dan ketidakpastian arus kas.

2.3 Hubungan antara Pendapatan, Piutang, dan Persediaan


Hubungan antara Pendapatan, Piutang, dan Persediaan digunakan sebagai : 2.3.1 Petunjuk penting bagi evaluasi hasil operasi. Untuk memprediksi kinerja di masa depan.

Pendapatan dan Piutang Usaha Pemahaman hubungan antara pendapatan dan piutang usaha diperlukan dalam evaluasi kuaitas laba. Sebagai contoh : Bila tingkat pertumbuhan piutang usaha melebihi tingkat pertumbuhan pendapatan, perlu dilakukan analisis untuk menemukan penyebabnya. Penyebabnya mungkin karena pendapatan didorong oleh insetif yang lebih besar, perpanjangan masa kredit, atau strategi saat ini sebagai anitisipasi pendapatan di masa depan. Faktor-faktor tersebut berdampak pada pendapatan di masa depan dan memengaruhi penagihan piutang. Analisis pada HM Sampoerna : Pendapatan bersih Persentase perubahan Piutang usaha 2008 3895 7.47% 132938 2007 3624 2.66% 510342 2006 3530 48.13% 324360 2005 2383 19.63% 429477 2004 1992 271434

Persentase perubahan

-73,95%

57,34%

-24,48%

58.23%

Pada tahun 2008 pendapatan bersih naik sebesaar 7.47% sedangkan piutang usaha turun besar 73,95%. Dari tahun 2004-2008 terjadi peningkatan pendapatan, peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2006. Ini terjadi karena HM Sampoerna berusaha secara terus menerus untuk meningkatkan investasinya, penyebaran pangsa pasar rokok, persaingan produk rokok yang berhasil di pasarnya. Piutang usaha secara secara fluktuatif bergerak naik turun, pada tahun 2008 terdapat penurunan secara cukup besar ini

mengidentifikasikan bahwa piutang usaha sebagian besar tertagih atau sebagian besar penjualan secara tunai. 2.3.2 Pendapatan dan Persediaan Analisis komponen persediaan sering memberikan petunjuk penting bagi pendapatan dan aktivitas opersi di masa depan. Sebagai contoh : Bila kenaikan barang jadi disertai penurunan bahan baku dan/atau barang dalam proses, diharapkan terjadi penurunan produksi. Analisis pada HM Sampoerna : 2008 3895 1320 4765 6085 2007 3624 1198 6524 7722 2006 3530 1155 5006 6161 2005 2383 738 4086 4824 2004 1992 609 3377 3986

Pendapatan bersih Persediaan : Barang Jadi Barang dalam proses dan bahan baku Total Persediaan

Persedian barang jadi pada HM Sampoerna mengalami kenaikan dari tahun ketahun sementara persediaan barang dalam proses dan bahan baku pada tahun 2007 ke 2008 mengalami penurunan, hal ini mengindikasikan bahwa terjadinya penurunan produksi dan keberhasilan pendapatan untuk mengikuti laju produksi. Sedangkan pada tahun 2004-2007 mengalami kenaikan, hal ini mengindikasikan bahwa pada terjadinya kenaikan produksi dan keberhasilan pendapatan untuk mengikuti laju produksi.

2.4 Pengakuan dan pengukuran pendapatan


Beberapa metode pengakuan dan pengukuran pendapatan lebih konservatif daripada metode lainnya. Analisis harus mempertimbangkan metode pengakuan pendapatan yang digunakan oleh perusahaan yang berbeda dalam analisis komparatif. Saat meramalkan pendapatan, perlu dipertimbangkan apakah metode pengakuan

pendapatan yang digunakan merupakan ukuran yang paling relevan bagi tujuan analisis atas kinerja dan aktivitas operasi.

3. MENGANALISIS HARGA POKOK PENJUALAN


Harga Pokok Penjualan merupakan komponen beban yang terdapat dalam 3.1 Mengukur Laba (Margin) Kotor Gross Margin atau Gross Profit Margin adalah rasio antara laba kotor dengan penjualan. Laba Kotor ini merupakan indicator awal perusahaan dalam pencapaian laba perusahaan. Jika perusahaan memiliki laba kotor yang negatif maka akan kecil kemungkinan bagi perusahan untuk mendapatkan laba usaha. Jadi dengan mengetahui rasio ini, analist dapat mengetahui bahwa untuk setiap satu barang yang terjual, perusahaan memperoleh keuntungan kotor sebesar x Rupiah Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung Gross Profit Margin adalah:

GPM = (Penjualan Bersih- Harga Pokok Penjualan) / Penjualan Bersih

Rasio laba kotor hanya dapat ditemui pada perusahaan yang menjual produk atau perusahaan dagang atau manufaktur. Laba kotor merupakan selisih antara penjualan dengan harga pokok penjualan. Untuk perusahaan jasa tidak mempunyai laba kotor karena sulit untuk mengidentifikasi harga pokok penjualannya. Pada pasar dengan persaingan yang amat ketat, margin keuntungan kotor akan semakin rendah dibandingkan dengan pasar yang bersifat monopolistis.

3.2 Menganalisis Perubahan Laba Kotor Analisis ini dilakukan secara internal karena memerlukan data yang tidak dipublikasikan kepada umum termasuk jumlah unit penjualan, harga jual per unit, dan biaya per unit. Cara untuk menganalisis perubahan laba kotor di foukuskan terlebih dahulu kepada perubahan penjualan dan kemudian kepada perubahan harga pokok penjualan. Langkah- langkah yang mendasari analisis: Pusatkan perhatian pada perubahan volume dengan mengasumsikan harga jual per unit tidak berubah sama dengan tahun 1. Perubahan volume kemudian dikalikan dengan harga jual per unit konstan menghasilkan perubahan positif pada penjualan Kemudian pusatkan perhatian pada perubahan harga jual dengan mengasumsikan volume adalah konstan. Penurunan atau kenaikan pada harga jual dikalikan dengan volume konstan menghasilkan penurunan atau kenaikan penjualan, Volume konstan sementara harga jual berubah dan sebaliknya- merupakan penyederhanaan. Asumsi tersebut mengabaikan perubahan bersama dalam volume dan harga jual. Perubahan volume positif yang disertai penurunan harga jual menghasilkan penurunan penjualan, Tiga langkah diatas menjelaskan kenaikan penjualan. Komponen penyebab kenaikan penjualan adalah perubahan volume, perubahan harga, dan gabungan perubahan volume dan harga jual.

3.3 Menginterpretasikan Perubahan Laba Kotor Jenis perubahan umumnya terdiri dari salah satu atau kombinasi dari faktor- faktor seperti: Kenaikan/ Penurunan volume penjualan Kenaikan/ Penurunan harga jual per unit Kenaikan/ Penurunan biaya per unit.

Interpretasi hasil analisis perubahan laba kotor memerlukan identifikasi faktor utama yang menyebabkan perubahan tersebut. Menganalisis perubahan harga pokok penjualan dapat dilakukan dengan analisis komparatif dengan berfokus pada metode akuntansi.

ANALISIS HARGA POKOK PENJUALAN PADA HM SAMPOERNA


Gross Profit Margin GPM = (Penjualan Bersih- Harga Pokok Penjualan) / Penjualan Bersih

GPM Tahun 2008 = (Rp34.680.445.000.000 - Rp24.695.196.000.000)/ Rp34.680.445.000.000 = 0,2879

GPM Tahun 2007 = (Rp29.787.725.000.000 - Rp21.025.772.000.000)/Rp29.787.725.000.000 = 0,2941

Gross profit margin tahun 2008 mengalami penurunan dibandingkan 2007 sebesar 0,0062. Gross profit margin tahun 2008 menunjukkan bahwa dari setiap satu unit barang yang terjual diperoleh keuntungan kotor sebesar Rp0,2879. Penurunan gross profit margin ini disebabkan oleh peningkatan harga pokok penjualan yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan penjualan bersihnya.

MENGANALISIS BEBAN PERUSAHAAN Sebagian besar beban memiliki kaitan yang dapat diidentifikasi dan diukur terhadap pendapatan. Hal ini disebabkan karena pendapatan merupakan ukuran utama atas aktivitas operasi perusahaan. Tiga analisis yang sebagian didasarkan pada hubungan antara pendapatan beban adalah : Analisis ukuran sama (common size analysis). Laporan laba rugi common size menyatakan beban sebagai persentase pendapatan. Hubungan antara beban dengan penjualan kemudian ditelusuri selama beberapa periode atau diperbandingkan dengan pesaing. Analisis angka indeks (index number analysis). Analisis angka indeks atas laporan laba rugi menyatakan laba dan komponen-komponenya dalam angka indeks yang terkait dengan tahun dasar. Analisis ini menunjukan perubahan relative pos-pos tersebut lintas tahun, sehingga dapat ditelusuri dan dinilai materialitasnya. Perubahan beban dapat dibandingkan dengan perubahan pendapatan maupun beban yang terkait. Dengan

menerapkan analisis angka indeks pada neraca common size, persentase perubahan beban dapat dikaitkan dengan perubahan aktiva dan kewajiban. Analisis rasio operasi (operating ratio analysis). Rasio operasi mengukur hubungan antara beban operasi (atau komponen-komponen) dengan pendapatan. Rasio ini dapat dihitung sebagai berikut ;

Bunga dan pajak biasanya tidak disertakan dari perhitungan ini karena fokusnya pada efesiensi operasi (pengendalian beban), bukan pengelolaan pendanaan dan pajak. Untuk menginterprestasikan ukuran ini dengan tepat, diperlukan analisis atas alasan variasi dalam komponen-komponenya, termasuk margin laba kotor, beban penjualan, pemasaran, umum, dan administrasi.

Beban Penjualan Analisis beban penjualan berfokus pada setidaknya tiga area utama, yaitu ; 1. Evaluasi hubungan antara pendapatan dengan beban utama 2. Penilaian beban piutang tak tertagih 3. Evaluasi trend an produktivitas beban pemasaran yang mengarah ke masa depan Hubungan antara Beban Penjualan dan Pendapatan Pentingnya hubungan antara beban penjualan dengan pendapatan bervariasi antara industry dan antar perusahaan. Bagi perusahaan tertentu, beban penjualan utam adalah komisi yang sangat variable, sedangkan bagi perusahaan lainnya beban penjualan sebagian besar tetap. Komponen variable dan komponen tetap tersebut harus dibedakan agar dapat dianalisis relative terhadap pendapatan. Semakin rinci komponen beban dilaporkan, semakin bermakna analisis yang dihasilkan. Jika persentase beban penjualan terhadap pendapatan meningkat, perhatian harus diarahkan pada kenaikan beban penjualan yang menyebabkan kenaikan pendapatan bersangkutan. Setelah tingkat beban penjualan tertentu, kenaikan penjulan marginal menjadi lebih kecil. Hal tersebut biasa disebabkan oleh kejenuhan pasar, keloyalan pada merek, atau beban yang meningkat di wilayah baru. Persentase beban penjualan terhadap pendapatan bagi pelanggan baru harus dibedakan dari persentase bagi pelanggan kini. Hal tersebut berimplikasi

pada ramalan atas profitabilitas. Jika perusahaan harus menanggung beban penjualan yang jauh lebih besar untuk meningkatkan penjualan, maka profitabilitas perusahaan menjadi terbatas atau dapat menurun.

Beban Piutang Tak Tertagih Beban piutang tak tertagih biasanya diperlakukan sebagai beban pemasaran. Karena besaran beban piutang tak tertagih terkait dengan besaran penyisihan piutang tak tertagih,analisis yang dilakukan dengan mempelajari hubungan antara penyisihan dengan piutang uaha kotor.

Beban Pemasaran untuk Masa Depan Beban promosi penjualan tertentu, terutama iklan, menghasilkan manfaat kini dan masa depan. Mengukur manfaat masa depan beban-beban tersebut sangatlah sulit. Pengeluaran untuk aktivitas pemasaran yang megarah ke masa depan tersebut sangat subjektif dan harus mempertimbangkan tren pengeluaran tersebut sangat subjektif dan harus mempertimbangkan tren pengeluaran tersebut dari tahun ke tahun. Selain pengeluaran tesebut mampu mempengaruhi penjualan di masa depan pengeluaran tersebut memberikan pandangan atas kecenderungan manajemen untuk mengatur laba.

Beban penyusutan Beban sering kali besar jumlahnya, khususnya bagi perusahaan manufaktur dan jasa. Penyusutan umumnya dianggap sebagai biaya tetap karena dihitung berdasarkan berlalunya waktu. Bila perhitungannya menggunakan aktivitas operasi, maka penyusutan menjadi biaya variable berbeda dengan sebagian besar biaya lainnya, hubungan antara penyusutan dengan aktiva tetap kotor sering memiliki makna. Hubungan tersebut diukur dengan rasio penyusutan terhadap aktiva yang dapat disusutkan;

Tujuan rasio ini adalah mendeteksi perubahan tarif penyusutan gabungan. Rasio ini berguna untuk mengevaluasi tingkat pnyusutan dan untuk deteksi penyesuaian (perataan) laba. Perhitungan ini dapat dilakukan berdasarkan katagori aktiva.

Beban pemeliharaan dan Perbaikan Beban pemeliharaan dan perbaikan ini berdampak pada harga poko penjualaan dan beban lainnya. Pemeliharaan dan perbaikan terdiri atas beban variable dan beban tetap, sehingga tidak terkait langsung dengan penjualan, jadi harus diinterprestasikan berdasarkan analisis yang memisahkan antara porsi beban variable dengan porsi beban tetap dalam pemeliharaan dan perbaikan, hubungannya dengan penjualan dapat diinterpretasikan. Beban pemeliharaan dan perbaikan bersifat fleksibel dapat diatur,dengan tujuan untuk tidak mengurangi laba pada periode tertentu atau dengan tujuan untuk menyimpan sumber yang likuid, namun ada juga yang tidak dapat ditunda tanpa mengorbankan produktivitas.

Beban Umum dan Administrasi Sebagian besar beban umum dan adiministrasi adalah beban tetap, terutama karena beban tersebut meliputi beban gaji dan sewa. Biaya ini cenderung naik, khususnya pada masamasa makmur. Saat menganalisis beban tersebut, perhatian harus diarahkan pada tren persentasenya terhdap pendapatan

Beban Pendanaan Beban pendanaan sebagian besar tetap. Sebagian besar pendanaan kreditor pada akhirnyan didanai ulang dan tidak dipindahkan, kecuali digantikan dengan pendanaan ekuitas. Beban bunga sering mencakup amortisasi premium atau diskon utang dan amortisasi biaya penerbitan utang. Alat analisis untuk biaya pinjaman adalah tingkat bunga efektif rata-rata yang dihitung sebagai berikut :

Sensitivitas perusahaan terhadap perubahan tingkat bunga juga dapat diukur dengan mencari porsi utang yang dikaitkan dengan tingkat pasar seperti tingkat bunga utama

Beban Pajak Pajak penghasilan pada dasarnya mencerminkan distribusi laba antara perusahaan dan pemerintah.

Hubungan antara pajak akrual dengan laba sebelum pajak, disebut sebagai tarif pajak efektif (effective tax rate) atau rasio pajak (tax ratio), dipengaruhi oleh perbedaan antara pajak permanen. Tarif pajak efektif dihitung sebagai berikut :

ANALISIS BEBAN PT HM SAMPOERNA


Beban Usaha yang ada pada PT HM Sampoerna, yaitu:

Dari beban usaha yang ada tersebut merupakan beban yang akan terus menerus ada pada setiap periodenya karena mendukung operasi perusahaan. Maka analisis terkait beban usaha tersebut, yaitu:

1. Operating Ratio Analysis Rasio ini dapat dihitung sebagai berikut ;

Operating Ratio untuk tahun 2008 = (Rp24.695.196.000.000 + Rp3.760.016.000.000)/Rp6.225.233.000.000 = 4,57

Operating Ratio untuk tahun 2007 = (Rp21.025.772.000.000 + Rp3.176.973.000.000)/Rp5.584.980.000.000 = 4,33

Operating ratio tahun 2008 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2007, yang mengindikasikan bahwa beban operasi tahun 2008 mengalami penigkatan yang tidak signifikan dibanding tahun 2007 meskipun gross profit margin tahun 2008 tidak sebesar tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan beban operasi 2008 lebih kecil dibandingkan kenaikan penjualan bersih tahun 2008.

2. Beban Penjualan Kenaikan beban penjualan perusahaan pada tahun 2008 dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 20,24%, yaitu dari yang semula Rp2.458.051 juta pada 2007 menjadi Rp2.955.457 juta pada 2008.

3. Beban Penyusutan Rasio penyusutan terhadap aktiva yang dapat disusutkan;

Rasio penyusutan tahun 2008 = Rp69.488.000.000 / Rp6.055.271.000.000 = 0,0115

Rasio penyusutan tahun 2007 = Rp25.197.000.000 / Rp4.977.696.000.000 = 0,0051

Rasio tersebut menunjukkan penigkatan yang cukup signifikan dalam beban penyusutan perusahaan pada tahun 2008 sebesar Rp44.291.000.000. Kenaikan yang cukup signifikan ini disebabkan karena pada tahun 2008 terjadi pengkapitalisasian beban bunga ke dalam asset tetap sebesar Rp59,2 milyar (dimana pada tahun 2007 sebesar Rp47,6 milyar) yang timbul dari pembiayaan pembangunan pabrik baru, dikapitalisasikan pada tahun berjalan. Tingkat biaya yang dikapitalisasi sebesar 8,50% - 8,84%. Akibat pengkapitalisasian tersebut, beban depresiasinya pun meningkat cukup signifikan di tahun 2008.

Beban lain-lain yang ada di HM SAMPOERNA yaitu:

Dalam beban lain-lain ini terdapat beban penurunan nilai asset dimana beban ini termasuk salah satu beban yang belum tentu pada setiap periodenya terjadi karena tidak selalu pada setiap penilaian asset tetap yang dilakukan setiap periodenya terjadi penurunan nilai asset. Beban penurunan nilai asset tahun 2008 sebesar Rp69.403.000.000 sedangkan pada tahun 2007 sebesar Rp26.379.000.000, sehingga dapat disimpulkan terjadi kenaikan beban penurunan nilai sebesar 61,99%. Kenaikan yang signifikan ini mengindikasikan bahwa terjadi penurunan nilai asset yang cukup besar pada tahun 2008 dari hasil revaluasi atas asset. Selain itu dalam beban lain-lain ini pun terdapat beban kurtailmen dari program pension sebesar Rp145.391.000.000 pada tahun 2008, yang merupakan beban yang timbul hanya pada periode tersebut karena adanya perubahan imbal kerja dari yang semula manfaat pasti menjadi iuran pasti. Sehingga laba bersih yang diperoleh tahun 2008 ini tidak semurninya berasal dari operasi tetapi juga ada karena beban-beban lain yang hanya pada periode ini saja dibebankannya.

You might also like